Anda di halaman 1dari 4

Perkembangan Kebudayaan islam dari masa lalu hingga sekarang

Tradisi pemikiran dikalangan umat Islam berkembang seiring dengankemunculan Islam itu
sendiri.Dalam konteks masyarakat Arab dimana Islamlahir dan berkembang disana, kedatangan
Islam lengkap dengan tradisikeilmuannya.sebab masyarakat Arab praIslam belum mempunyai
sistam pengembangan pemikiran secara sistematis.Pada awal perkembangan Islam, sistem
pendidikan dan pemikiranyang sistematis belum terselenggara karena ajaran Islam tidak
diturunkansekaligus.namun, isyarat Islam sudah cukup jelas meletakkan fondasi yangkokoh terhadap
perkembangan imu dan pemikiran , sebagaiman terlihat padaayat yang pertama diturunkan yaitu
suatu perintah untuk membaca dengannama Allah (Q.S.Al Alaq/96:1). Dalam kaitan itu dapat
dipahami
mengapa proses pendidikan Islam berlangsung di rumah yaitu Darul Arqam. Ketikamasyarakat Islam
telah terbentuk, maka pendidikan Islam dapatdiselenggarakan di masjid. Proses pendidikan pada
kedua tempat tersebutdilakukan dalam lingkaran besar yang disebut Halaqah.Dengan menggunakan
teoriyang dikembangkan oleh Harun Nasution dilihat dari segi perkembangannya, sejarah
kebudayaan Islam dapat dikelompokkan kedalam tiga masa yang dijelaskan berikut.

1. Masa Klasik

Pada masa klasik lahir para ulama madzhab seperti Imam Hambali,Imam Hanafi, Imam
Syafi‟I, dan Imam Malik. Sejalan denganitu lahir pula para filosof muslim seperti Al-Kindi (801 M),
seorangfilosof pertama muslim. Diantara pemikirannya, ia berpendapat bahwakaum muslim
hendaknya menerima filsafat sebagai bagian darikebudayaan Islam.Selain Al-Kindi, lahir pula para
filisof besar lainnya seperti Al-Rasi(865 M) dan Al-Farabi (870 M). Mereka dikenal sebagai
pembangunagung sistem filsafat.Pada abad berikutnya lahir pula filosof agung Ibnu Miskawaih (930
M).Pemikirannya yang terkenal tentang pendidikanakhlak.Kemudian Ibnu Sina (1037 M), Ibnu Bajjah
(1138 M), Ibnu Tufail(1147 M), dan Ibnu Rusyd (1126 M)

2. Masa Pertengahan

Masa Pertengahan yaitu tahun 1250-1800 M. Dalam catatansejarah, pemikiran Islam masa
ini merupakan fase kemunduran karena filsafat mulai dijauhkan dari umat Islam sehingga ada
kecenderunganakal dipertentangkan dengan wahyu, iman dengan ilmu, dan duniadengan akhirat.
Sebagai pemikir Islam kontemporer sering melontarkantuduhan kepada Al-Gazali yang pertama
menjauhkan filsafat dengan agama sebagaimana dalam tulisannya “Tahafutul Falasifah”
(KerancuanFilsafat). Tuisan Al-Gazali dijawab oleh Ibnu Rusdi dengan tulisan “Thafutu Tahaful”
(Kerancuan DiAtas Kerancuan). Ini merupakan awalkemunduran ilmu pengetahuan dan filsafat di
dunia Islam.

Sejalan dengan perdebatan dikalangan para filosof muslim juga terjadi perdebatandiantara
para fuqoha(ahli fiqih) dengan para ahli teologi (ahli ilmukalam). Pemikiran yang berkembang saat
itu adalah pemikiran dikotomisantara agama dengan ilmu dan urusan dunia dan akhirat.

3. Masa Modern

Masa Modern yaitu tahun 1800 M sampai sekarang, dimana padamasa ini masih mendapat
pengaruh dari masa sebelumnya dimana terjadikemunduran Islam. Dimana titik kulminasinya adalah
ketika para ulamasudah mendekat kepada para penguasa pemerintahan, sehingga fatwa-fatwa
mereka tidak lagi diikuti oleh umatnya. Pada saat ini ada pertanyaan mendasar yang sering
dilontarkan oleh paraintelektual muda muslim. Mengapa umat Islam tidak bisa mengusai ilmu
danteknologi modern ?. Jawabannya sangat sederhana, yaitu karena umat Islam tidak mau
melanjutkan tradisi keilmuan yang diwariskan oleh para ulama besar padamasa klasik. Pada masa
kejayaannya umat Islam terbuai dengan kemegahan yang bersifat material. Sebagai contoh kasus
pada zaman modern ini tidak lahir para ilmuwan dan tokoh – tokoh caliber dunia dikalangan umat
Islam dari Negara-negara kaya di Timur Tengah. Pada sisi yang lain umat Islam yang tinggal di Negara
bekas jajahan sangat sulit membangun semangat kebangkitan intelektual Islam karena
keterbatasannya.

Kebudayaan dalam Pandangan Islam.

Islam datang untuk mengatur dan membimbing masyarakat menuju kepada kehidupan yang
baik dan seimbang. Dengan demikian Islam tidaklah datang untuk menghancurkan budaya yang
telah dianut suatu masyarakat, akan tetapi dalam waktu yang bersamaan Islam menginginkan agar
umat manusia ini jauh dan terhindar dari hal-hal yang yang tidak bermanfaat dan membawa
madlarat di dalam kehidupannya, sehingga Islam perlu meluruskan dan membimbing kebudayaan
yang berkembang di masyarakat menuju kebudayaan yang beradab dan berkemajuan serta
mempertinggi derajat kemanusiaan.

Ada tiga jenis kebudayaan dalam pandangan Islam:

1. Kebudayaan yang tidak bertentangan dengan islam.


Dalam kaidah fiqh disebutkan “ al adatu muhkamatun “ artinya “adat kebiasaan dapat
dijadikan sebagai hukum” bahwa adat istiadat dan kebiasaan suatu masyarakat, yang merupakan
bagian dari budaya manusia, mempunyai pengaruh di dalam penentuan hukum. Tetapi yang perlu
dicatat, bahwa kaidah tersebut hanya berlaku pada hal-hal yang belum ada ketentuannya dalam
syareat.

Salah satu contoh kebudayaan yang tidak bertentangan dengan islam seperti kadar besar kecilnya
mahar dalam pernikahan, di dalam masyarakat Aceh, umpamanya, keluarga wanita biasanya,
menentukan jumlah mas kawin sekitar 50-100 gr emas. Dalam Islam budaya itu syah-syah saja,
karena islam tidak menentukan besar kecilnya mahar. Menentukan bentuk bangunan Masjid,
dibolehkan memakai arsitektur Persia, ataupun Jawa yang berbentuk Joglo.

Untuk hal-hal yang sudah ditetapkan ketentuan dan kreterianya di dalam Islam, maka adat istiadat
dan kebiasaan suatu masyarakat tidak boleh dijadikan standar hukum. Sebagai contoh adalah
menikah antar agama adalah dibolehkan dalam Islam karena nikah antar agama sudah menjadi
budaya suatu masyarakat, maka dibolehkan dengan dasar kaidah di atas. Pernyataan seperti itu
tidak benar, karena Islam telah menetapkan bahwa seorang wanita muslimah tidak diperkenankan
menikah dengan seorang kafir.

2. Kebudayaan yang sebagian unsurnya bertentangan dengan Islam direkrontuksi menjadi islami

Contohnya, kebudayaan masyarakat yang melaksanakan upacara tujuh hari orang meninggal
ataupun empat puluh hari orang meninggal. Upacara semacam itu tidak ada tuntunannya dalam
Islam, tetapi Islam mencoba merekonstruksi upacara-upacara tersebut agar menjadi lebih Islami,
yaitu dengan pembacaan kitab suci Alquran pada saat pelaksanaan upacara-upacara tersebut. Islam
datang untuk merekonstruksi budaya tersebut menjadi bentuk “ibadah” yang telah ditetapkan
aturan-aturannya. “Dari Abu Hurairah r.a. katanya: Abu Bakar Siddik ditugaskan oleh Rasulullah SAW
sebelum haji wada untuk memimpin satu kaum pada hari Nahar melakukan haji, kemudian
memberitahukan kepada orang banyak, suatu pemberitahuan: Ketahuilah! Sesudah tahun ini orang-
orang Musyrik tidak boleh lagi haji dan tidak boleh thawaf di Ka'bah dalam keadaan telanjang.
Sebelum Islam, orang-orang musyrik Arab telah melakukan juga pekerjaan haji menurut cara mereka
sendiri. Antara lain ialah thawaf di Ka'bah dalam keadaan telanjang bulat sambil bertepuk tangan.”
(Hadits Shahih Bukhari no. 843). Sebelum Islam datang tawaf dilakukan oleh orang-orang kafir secara
telanjang, namun setelah kedatangan Islam hal tersebut di rekonstruksi menjadi lebih islami.
3. Kebudayaan yang bertentangan dengan Islam.

Seperti, budaya “ ngaben “ yang dilakukan oleh masyarakat Bali. Yaitu upacara pembakaran
mayat yang diselenggarakan dalam suasana yang meriah dan gegap gempita, dan secara besar-
besaran. Ini dilakukan sebagai bentuk penyempurnaan bagi orang yang meninggal supaya kembali
kepada penciptanya. Upacara semacam ini membutuhkan biaya yang sangat besar. Hal yang sama
juga dilakukan oleh masyarakat Kalimantan Tengah dengan budaya “tiwah“ , sebuah upacara
pembakaran mayat. Bedanya, dalam “ tiwah” ini dilakukan pemakaman jenazah yang berbentuk
perahu lesung lebih dahulu. Kemudian kalau sudah tiba masanya, jenazah tersebut akan digali lagi
untuk dibakar. Upacara ini berlangsung sampai seminggu atau lebih. Pihak penyelenggara harus
menyediakan makanan dan minuman dalam jumlah yang besar , karena disaksikan oleh para
penduduk dari desa-desa dalam daerah yang luas. Di daerah Toraja, untuk memakamkan orang yan
meninggal, juga memerlukan biaya yang besar. Biaya tersebut digunakan untuk untuk mengadakan
hewan kurban yang berupa kerbau. Lain lagi yang dilakukan oleh masyarakat Cilacap, Jawa tengah.
Mereka mempunyai budaya “ Tumpeng Rosulan “, yaitu berupa makanan yang dipersembahkan
kepada Rosul Allah dan tumpeng lain yang dipersembahkan kepada Nyai Roro Kidul yang menurut
masyarakat setempat merupakan penguasa Lautan selatan (Samudra Hindia).

Hal-hal di atas merupakan sebagian contoh kebudayaan yang bertentangan dengan ajaran
Islam, sehingga umat Islam tidak dibolehkan mengikutinya. Islam melarangnya, karena kebudayaan
seperti itu merupakan kebudayaan yang tidak mengarah kepada kemajuan adab, dan persatuan,
serta tidak mempertinggi derajat kemanusiaan

Anda mungkin juga menyukai