KEBUDAYAAN ISLAM
َوَما يَ ْن ِط ُق َع ِن ا ْْلََوى
Artinya: “Tiadalah Rasul itu berkata-kata melainkan wahyu yang diwahyukan
padanya.”
Umpamanya kalau sembahyang berjemaah, kita berbaris, dalam saf-saf yang lurus
dan rapat. Jadi dalam kita melaksanakan barisan saf yang lurus dan rapat itu adalah
budaya, karena ia hasil usaha tenaga lahir kita yang terdorong dari perintah wahyu.
Dan kalau dilihat dalam ajaran Islam, kita dikehendaki bersembahyang di tempat
yang bersih. Jadi perlu tempat atau bangunan yang bersih bukan saja bersih dari najis
tetapi bersih daripada segala pemandangan yang bisa menganggu kekhusyukan kita pada
saat kita bersembahyang. Maka terpaksalah kita umat Islam menggunakan pikiran,
memikirkan perlunya tempat-tempat sembahyang yaitu mushalla, surau ataupun masjid.
Apabila kita membangun surau atau masjid hasil dari dorongan wahyu "Dirikanlah
sembahyang" itu maka lahirlah kemajuan, lahirlah kebudayaan.
Jadi agama Islam mendorong manusia berkebudayaan dalam beribadah padahal ia
didorong oleh perintah wahyu "Dirikanlah sembahyang" yang bukan kebudayaan. Tapi
karena hendak mengamalkan tuntutan perintah wahyu ini, maka muncullah bangunan-
bangunan masjid dan surau-surau yang beraneka bentuk dan di dalamnya umat Islam
sembahyang berbaris dalam saf-saf yang lurus dan rapat. Ini semua merupakan
kebudayaan hasil tuntutan wahyu.
Kesimpulannya, jelaslah Islam bukan kebudayaan sebab ia bukan hasil ciptaan
manusia. Walau bagaimanapun agama Islam itu mendorong orang berkebudayaan.
Adapun agama-agama di luar Islam memang kebudayaan sebab ia hasil kerja akal,
khayalan dan angan-angan manusia itu sendiri.
Justru itu, jika ajaran agama Islam ini diamalkan seungguh-sungguh, umat Islam
akan jadi maju. Dan dengan kemajuan yang dihasilkan itu, lahirlah kebudayaan atau
tamadun. Makin banyak umat Islam mengamalkan hukum, semakin banyaklah kemajuan
dihasilkan dan seterusnya makin banyak lahirlah kebudayaan atau tamadun Islam.