Anda di halaman 1dari 77

GAMBARAN PERSEPSI DAN EMOSIONAL REMAJA MENGENAI

PERILAKU MEROKOK DI SMAN 9 KOTA BOGOR


TAHUN 2019

PROPOSAL

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat dan Menyelesaikan Tugas Mata Kuliah Riset
Program Studi Keperawatan Bogor Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan
Bandung

Disusun Oleh:
ELFA KHAERUNIA HAPSARI
P17320317069

TK. 3B

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN


BANDUNG

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN BOGOR


2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha

Panyayang, Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat

menyelesaikan Proposal tentang Gambaran Persepsi dan Emosional Remaja

Mengenai Perilaku Merokok Di SMAN 9 Kota Bogor ini.

Proposal ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan

dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan proposal ini. Untuk

itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah

berkontribusi dalam pembuatan proposal ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada

kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena

itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca

agar kami dapat memperbaiki proposal ini.

Akhir kata kami berharap semoga proposal tentang Gambaran Persepsi

dan Emosional Remaja Mengenai Perilaku Merokok Di SMAN 9 Kota Bogor ini

dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Bogor, 23 Agustus 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ii

DAFTAR SKEMA ............................................................................................................. iv

DAFTAR TABEL .............................................................................................................. v

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 3

C. Tujuan Penulisan .................................................................................................. 3

D. Manfaat Penelitian ................................................................................................ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori ..................................................................................................... 5

1. Konsep Dasar Remaja .............................................................................. 5

2. Konsep Dasar Perilaku Merokok .............................................................. 13

3. Konsep Dasar Persepsi ............................................................................. 25

4. Konsep Dasar Emosional ......................................................................... 30

B. Kerangka Teori ..................................................................................................... 37

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

A. Kerangka Konsep ................................................................................................. 38

ii
B. Variabel dan Definisi Operasional ....................................................................... 39

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian .................................................................................................. 44

B. Waktu dan Tempat Penelitian .............................................................................. 45

C. Populasi ................................................................................................................ 45

D. Sampel .................................................................................................................. 46

E. Pengumpulan Data ................................................................................................ 51

F. Pengolahan Data ................................................................................................... 54

G. Analisa Data ......................................................................................................... 59

H. Interpretasi Data ................................................................................................... 59

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 60

iii
DAFTAR SKEMA

Skema 2.1 Kerangka Teori .................................................................................................... 37

Skema 3.1 Kerangka Konsep ................................................................................................ 38

Skema 4.1 Rumus Perhitungan Sampel ................................................................................ 46

Skema 4.2 Formula Drop Out ............................................................................................... 47

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional ............................................................................................. 39

Tabel 4.1 Waktu Penelitian ................................................................................................... 45

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Penjelasan Sebelum Penelitian

Lampiran 2 Lembar Persetujuan Responden

Lampiran 3 Kuesioner A

Lampiran 4 Kuesioner B

Lampiran 5 Kuesiner C

vi
vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut WHO, remaja addalah penduduk dalam rentaang usia 10-

19 tahun. Masa remaja berada pada batas peralihan kehidupan anak dan

dewasa. Tubuhnya tampak sudah “dewasa”, akan tetapi bila diperlakukan

seperti orang dewasa remaja gagal menunjukan kedewasaannya.

Pengalamannya mengenai alam dewasa masih belum banyak karena ia

sering terlihat pada remaja adanya kegelisahan, pertentangan,

kebingungan, dan konflik pada diri sendiri. Bagaimana remaja

memandang peristiwa yang dialami akan menentukan perilakunya dalam

menghadapi peristiwa-peristiwa tersebut.

Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan

perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis maupun intelektual.

Sifat khas remaja mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai

petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung resiko atas

perbuatannya tanpa didahului oleh pertimbangan yang matang.

Remaja mempunyai sifat yang cenderung lebih agresif, emosi tidak

stabil, dan tidak bisa menahan dorongan hawa nafsu. Hal tersebut

mengakibatkan remaja yang tidak bisa menyesuaikan atau beradaptasi

dengan lingkungan yang selalu berubah-ubah akan melakukan perilaku

yang maladaptive, seperti contohnya perilaku yang dapat merugikan diri

sendiri dan orang lain (Trisnawati, 2014).

1
2

Merokok merupakan salah satu perilaku yang sangat merugikan. Bagi

pelakunya merokok dapat menyebabkan berbagai macam penyakit seperti tekanan

darah tinggi dan gangguan kerja jantung yang disebabkan oleh pengaruh bahan-

bahan kimia yang terkandung di dalam rokok seperti nikotin dan tar. Selain itu

juga menyebabkan penurunan sensitivitas indra penciuman dan pengecapan bagi

pelakunya. Secara ekonomi, merokok sangat merugikan karena menghamburkan

banyak uang hanya untuk dibakar (manfaatnya tidak ada), terlebih bagi perokok

yang belum mempunyai penghasilan sendiri. Bagi orang yang ada disekeliling

perokok atau yang dikenal dengan istilah perokok pasif, merokok menimbulkan

efek yang lebih berbahaya karena daya tahan terhadap zat-zat yang berbahaya

sangat rendah dan mereka menghirup asap rokok tanpa filter atau saringan.

Semakin lama jumlah perokok semakin banyak dan usia mereka untuk mulai

merokok juga semakin muda, seperti yang sering ditayangkan di berita televisi,

bahwa anak-anak sekarang sudah mulai mengenal rokok bahkan sejak usia balita.

Perokok laki-laki jauh lebih tinggi dibandingkan perempuan, dimana jika

diuraikan menurut umur, prevalensi perokok laki-laki paling tinggi pada umur 15-

19 tahun. Remaja laki-laki pada umumnya mengonsumsi 11-20 batang/hari

(49,8%) dan yang mengonsumsi lebih dari 20 batang/hari sebesar 5,6%. Yayasan

Kanker Indonesia (YKI) menemukan 27,1% dari 1961 responden pelajar pria

SMA/SMK sudah mulai atau bahkan terbiasa merokok, umunya siswa kelas satu

menghisap satu sampai empat batang per hari, sementara siswa kelas tiga

mengonsumsi rokok lebih dari sepuluh batang per hari. Angka perilaku merokok

yang tinggi pada remaja awal berasal dari persepsi atau pandangan yang

dipercayai mengenai merokok itu sendiri.


3

Menurut Skinner perilaku merokok adalah respon terhadap

stimulus. Persepsi dapat menjadi stimulus tersebut sehingga persepsi akan

merefleksikan perilaku. Terdapat banyak persepsi mengenai rokok, seperti

persepsi bahwa pria yang merokok mempunyai teman yang lebih banyak,

persepsi bahwa wanita yang merokok terlihat lebih menarik dibandingkan

dengan yang tidak merokok, dan persepsi positif terhadap iklan rokok.

Godaan untuk merokok pada remaja dihubungkan dengan keadaan afektif

(emosi-perasaan).

Status emosional remaja masih terombang-ambing antara perilaku

sudah matang dengan perilaku seperti anak-anak. Remaja seringkali

dijuluki sebagai orang yang tidak stabil, tidak konsisten, dan tidak dapat

diterka. Masalah kecil dapat menyebabkan pergolakan emosional dan

bergantung pada interpretasi remaja, dapat menjadi sesuatu yang besar

(Wong, 2014). Biasanya hal ini juga dipengaruhi oleh berbagai factor, baik

factor internal maupun eksternal. Umumnya tingkat kelabilan emosi

remaja dipengaruhi oleh factor internal (dari dalam dirinya sendiri).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis merumuskan

masalah dalam penelitian ini sebagai berikut “Bagaimana Gambaran

Persepsi dan Emosional Remaja Mengenai Perilaku Merokok?”

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran persepsi dan

emosional remaja mengenai perilaku merokok.


4

2. Tujuan Khusus

a. Teridentifikasinya karakteristik remaja

b. Teridentifikasinya persepsi remaja mengenai perilaku merokok

c. Teridentifikasinya emosional remaja mengenai perilaku merokok

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi penulis

Diharapkan bahwa seluruh tahapan, rangkaian dan hasil setiap

kegiatan penelitian yang dilaksanakan dapat memperluas pengetahuan,

wawasan serta memberikan pengalaman berharga untuk melatih

kemampuan penulis dalam melaksanakan penelitian secara ilmiah.

2. Manfaat bagi institusi pendidikan

Diharapkan hasil penelitian dapat bermanfaat sebagai bahan

masukan, acuan dan rujukan dalam pengembangan ilmu keperawatan,

serta berguna sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya

yang akan dilakukan oleh pihak institusi yang terkait khususnya dalam

bidang Keperawatan Jiwa.

3. Manfaat bagi tempat penelitian

Diharapkan bahwa hasil dari penelitian dapat memberikan

gambaran keadaan remaja di tempat penelitian dan hasil tersebut dapat

memberikan gambaran intervensi apa yang dapat diberikan kepada

remaja-remaja yang ada di tempat penelitian.


5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Konsep Dasar Remaja

a. Definisi Remaja

Remaja didefinisikan sebagai periode transisi perkembangan dari

masa kanak-kanak ke masa dewasa, yabg mencakup aspek biologi,

kognitif dan perubahan sosial yang berlangsung antara usia 10-19 tahun

(Santrock, 1993). Masa remaja terdiri dari masa remaja awal (10-14

tahun), masa remaja pertengahan (14-17 tahun) dan masa remaja akhir

(17-19 tahun) (Tarwoto, dkk. 2010).

Masa remaja merupakan suatu periode transisi antara masa kanak-

kanak dan masa dewasa. Masa remaja merupakan waktu kematangan

fisik, kognitif, social dan emosional yang cepat pada anak laki-laki untuk

mempersiapkan diri menjadi laki-laki dewasa dn pada anak perempuan

untuk mempersiakan diri menjadi wanita dewasa. Batasan jelas pada

remaja sulit ditetapkan, tetapi periode ini biasanya digambarkan pertama

kali dengan penampakan karakteristik seks sekunder pada sekitar usia 11

sampai 12 taun dan berakhir dengan berhentinya pertumbuhan tubuh

pada usia 18 sampai 20 tahun (Wong, 2009).


6

Menurut definisi di atas dapat disimpulkan bahwa remaja adalah

periode transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang

berlangsung antara usia 10 sampai 20 tahun.

b. Batasan Usia

Secara umum Kementerian Kesehatan memberikan batasan bahwa

remaja adalah mereka yang berada pada rentang usia 10-24 tahun.

Selaras dengan hal ini, Menurut Santrock, remaja (adolescence) diartikan

sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa

yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional.

Perubahan tersebut berkisar dari perkembangan fungsi seksual, proses

berfikir abstrak sampai pada kemandirian. Walaupun demikian proses

pematangan fisik yang terjadi cenderung jauh lebih cepat dari proses

pematangan kejiwaan (psikososial). Masa transisi ini merupakan hal

yang sulit dihadapi oleh remaja karena sedang terjadi proses perubahan

di dalam tubuhnya. Diantara perubahan tersebut meliputi perubahan

biologis dan psikologis. Perubahan biologis yang terjadi khususnya

perubahan hormon reproduksi yang menjadi penentu perkembangan

reproduksi bagi remaja. Seiring perkembangan biologis, perubahan

psikologis juga harus dirasasakan oleh seorang remaja. Oleh karena itu,

mereka juga harus mempersiapkan diri untuk menghadapi tekanan emosi

dan sosial yang saling bertentangan. Pergaulan remaja dengan

lingkungan sekitarnya juga turut berkontribusi terhadap proses

perubahan psikologis remaja. Perubahan ini membuat kehidupan remaja

menjadi sulit dan rawan. Tekanan emosi dan sosial seiring proses
7

perkembangan fisik dan psikologis pada remaja membuat remaja rentan

terhadap permasalahan Kesehatan.

Santrock (1993 dalam Aryani 2009) mengatakan masa remaja

terdiri dari masa remaja awal (10-14 tahun), masa remja pertengahan

(15-16 tahun) dan masa remaja akhir (17-19 tahun). Yang dimaksud

dengan remaja awal (early adolescence) adalah masa yang ditandai

dengan berbagai perubahan tubuh yang cepat dan sering mengakibatkan

kesulitan dalam menyesuaikan diri, pada saat ini remaja mulai mencari

identitas diri. Remaja pertengahan (middle adolescence) ditandai

dengan bentuk tubuh yang sudah menyerupai orang dewasa. Oleh karena

itu remaja sering kali diharapkan dapat berperilaku seperti orang dewasa,

meskipun belum siap secara psikis. Pada masa ini sering terjadi konflik,

karena remaja salah sudah ingin bebas mengikuti teman sebaya. Yang

erat kaitannya dengan pencarian identitas, dilain pihak mereka masih

tergantung dengan orang tua. Remaja akhir (late adolescence) ditandai

dengan pertumbuhan biologis sudah melambat, tetapi masih berlangsung

di tempat-tempat lain. Emosi, minat konsentrasi dan cara berpikir mulai

stabil serta kemampuan menyelesaikan masalah sudah meningkat.

c. Karakteristik Masa Remaja

Seperti halnya pada semua periode yang penting, sela rentang

kehidupan masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang

membedakannya dengan periode sebelumnya dan sesudahnya. Masa

remaja ini, selalu merupakan masa-masa sulit bagi remaja maupun


8

orangtuanya. Menurut Sidik Jatmika, 8 kesulitan itu berangkat dari

fenomena remaja sendiri dengan beberapa perilaku khusus; yakni:

1. Remaja mulai menyampaikan kebebasannya dan haknya untuk

mengemukakan pendapatnya sendiri. Tidak terhindarkan, ini dapat

menciptakan ketegangan dan perselisihan, dan bisa menjauhkan

remaja dari keluarganya.

2. Remaja lebih mudah dipengaruhi oleh teman-temannya daripada

ketika mereka masih kanak-kanak. Ini berarti bahwa pengaruh

orangtua semakin lemah. Anak remaja berperilaku dan mempunyai

kesenangan yang berbeda bahkan bertentangan dengan perilaku dan

kesenangan keluarga. Contoh-contoh yang umum adalah dalam hal

mode pakaian, potongan rambut, kesenangan musik yang

kesemuanya harus mutakhir.

3. Remaja mengalami perubahan fisik yang luar biasa, baik

pertumbuhannya maupun seksualitasnya. Perasaan seksual yang

mulai muncul bisa menakutkan, membingungkan dan menjadi

sumber perasaan salah dan frustrasi.

4. Remaja sering menjadi terlalu percaya diri (over confidence) dan ini

bersama-sama dengan emosinya yang biasanya meningkat,

mengakibatkan sulit menerima nasihat dan pengarahan oangtua.

Dari berbagai penjelasan di atas, dapatlah dipahami tentang

berbagai ciri yang menjadi kekhususan remaja. Ciri-ciri tersebut adalah :


9

1. Masa remaja sebagai periode yang penting

Pada periode remaja, baik akibat langsung maupun akibat jangka

panjang tetaplah penting. Perkembangan fisik yang begitu cepat

disertai dengan cepatnya perkembangan mental, terutama pada masa

awal remaja. Semua perkembangan ini menimbulkan perlunya

penyesuaian mental serta perlunya membentuk sikap, nilai, dan

minat baru.

2. Masa remaja sebagai periode peralihan

Pada fase ini, remaja bukan lagi seorang anak dan bukan juga orang

dewasa. Kalau remaja berperilaku seperti anak-anak, ia akan diajari

untuk bertindak sesuai dengan umurnya. Kalau remaja berusaha

berperilaku sebagaimana orang dewasa, remaja seringkali dituduh

terlalu besar ukurannya dan dimarahi karena mencoba bertindak

seperti orang dewasa. Di lain pihak, status remaja yang tidak jelas

ini juga menguntungkan karena status memberi waktu kepadanya

untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola

perilaku, nilai, dan sifat yang paling sesuai bagi dirinya.

3. Masa remaja sebagai periode perubahan

Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja

sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Selama awal masa remaja,

ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat, perubahan perilaku dan

sikap juga berlangsung pesat. Kalau perubahan fisik menurun, maka

perubahan sikap dan perilaku juga menurun.


10

4. Masa remaja sebagai usia bermasalah

Setiap periode perkembangan mempunyai masalahnya sendiri-

sendiri, namun masalah masa remaja sering menjadi persoalan yang

sulit diatasi baik oleh anak laki-laki maupun anak perempuan.

Ketidakmampuan mereka untuk mengatasi sendiri masalahnya

menurut cara yang mereka yakini, banyak remaja akhirnya

menemukan bahwa penyelesaiannya tidak selalu sesuai dengan

harapan mereka.

5. Masa remaja sebagai masa mencari identitas

Pada tahun-tahun awal masa remaja, penyesuaian diri terhadap

kelompok masih tetap penting bagi anak laki-laki dan perempuan.

Lambat laun mereka mulai mendambakan identitas diri dan tidak

puas lagi dengan menjadi sama dengan teman-teman dalam segala

hal, seperti sebelumnya. Status remaja yang mendua ini

menimbulkan suatu dilema yang menyebabkan remaja mengalami

“krisis identitas” atau masalah-masalah identitas-ego pada remaja.

6. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan

Anggapan stereotip budaya bahwa remaja suka berbuat semaunya

sendiri atau “semau gue”, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung

berperilaku merusak, menyebabkan orang dewasa yang harus

membimbing dan mengawasi kehidupan remaja yang takut

bertanggung jawab dan bersikap tidak simpatik terhadap perilaku

remaja yang normal.


11

7. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik

Masa remaja cenderung memandang kehidupan melalui kacamata

berwarna merah jambu. Ia melihat dirinya sendiri dan orang lain

sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya,

terlebih dalam hal harapan dan cita-cita. Harapan dan cita-cita yang

tidak realistik ini, tidak hanya bagi dirinya sendiri tetapi juga bagi

keluarga dan teman-temannya, menyebabkan meningginya emosi

yang merupakan ciri dari awal masa remaja. Remaja akan sakit hati

dan kecewa apabila orang lain mengecewakannya atau kalau ia

tidak berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkannya sendiri.

8. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa

Semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaja

menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan

untuk memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa.

Berpakaian dan bertindak seperti orang dewasa ternyata belumlah

cukup. Oleh karena itu, remaja mulai memusatkan diri pada

perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa, yaitu merokok,

minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan, dan terlibat

dalam perbuatan seks bebas yang cukup meresahkan. Mereka

menganggap bahwa perilaku yang seperti ini akan memberikan citra

yang sesuai dengan yang diharapkan mereka.

d. Tugas Perkembangan Remaja


12

Salah satu periode dalam rentang kehidupan ialah (fase) remaja.

Masa ini merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus

perkembangan individu, dan merupakan masa transisi yang dapat

diarahkan kepada perkembangan masa dewasa yang sehat. Untuk dapat

melakukan sosialisasi dengan baik, remaja harus menjalankan tugas-

tugas perkembangan pada usinya dengan baik. Apabila tugas

pekembangan sosial ini dapat dilakukan dengan baik, remaja tidak akan

mengalami kesulitan dalam kehidupan sosialnya serta akan membawa

kebahagiaan dan kesuksesan dalam menuntaskan tugas perkembangan

untuk fase-fase berikutnya. Sebaliknya, manakala remaja gagal

menjalankan tugas-tugas perkembangannya akan membawa akibat

negatif dalam kehidupan sosial fase-fase berikutnya, menyebabkan

ketidakbahagiaan pada remaja yang bersangkutan, menimbulkan

penolakan masyarakat, dan kesulitan-kesulitan dalam menuntaskan

tugas-tugas perkembangan berikutnya. William Kay, sebagaimana

dikutip Yudrik Jahja14 mengemukakan tugas-tugas perkembangan masa

remaja sebagai berikut:

1. Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya.

2. Mencapai kemandirian emosional dari orangtua atau figur-figur

yang mempunyai otoritas.

3. Mengembangkan ketrampilan komunikasi interpersonal dan

bergaul dengan teman sebaya, baik secara individual maupun

kelompok.
13

4. Menemukan manusia model yang dijadikan identitas pribadinya.

5. Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap

kemampuannya sendiri.

6. Memeperkuat self-control (kemampuan mengendalikan diri) atas

dasar skala nilai, prinsip-prinsip, atau falsafah hidup

(weltanschauung).

7. Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri

(sikap/perilaku) kekanak-kanakan.

Selanjutnya, dalam membahas tujuan tugas perkembangan remaja,

Jahja15 mengemukakan pendapat Luella Cole yang

mengklasifikasikannya ke dalam sembilan kategori, yaitu : kematangan

emosional, pemantapan minat-minat heteroseksual, kematangan sosial,

emansipasi dari control keluarga, kematangan intelektual, memilih

pekerjaan, menggunakan waktu senggang secara tepat, memiliki falsafah

hidup, identifikasi diri.

2. Konsep Dasar Perilaku Merokok

a. Definisi Rokok

Rokok adalah lintingan atau gulungan tembakau yang digulung

atau dibungkus dengan kertas, daun, atau kulit jagung, sebesar

kelingking dengan panjang 8-10 cm, biasanya dihisap seseorang setelah

dibakar ujungnya (Dinkes Banten, 2017).


14

Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70

hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar

10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok

dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya

dapat dihirup lewat mulut pada ujung yang lainnya (Wikipedia.org).

Rokok merupakan hasil olahan tembakau terbungkus, termasuk

cerutu atau bentuk lainnya, yang dihasilkan dari tanaman nicotina

tabaccum, nicotina rustica dan spesies lainnya atau sintetisnya yang

mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan.

b. Klasifikasi Perilaku Merokok

Secara umum tipe perokok di bagi menjadi beberapa kategori yakni

tipe perokok yang berhubungan dengan udara atau asap yang dihirup,

tipe perokok berdasarkan jumlah rokok yang dikonsumsi dalam 1 hari,

dan tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan diri. Berdasarkan udara

atau asap yang dihirup, perokok dikategorikan menjadi :

1. Perokok pasif yakni mereka yang tidak merokok, tetapi berada di

sekeliling perokok dan menghirup asap rokok yang dihembuskan

oleh perokok.

2. Perokok aktif, yakni mereka yang menghisap rokok secara

langsung.

Adapun berdasarkan jumlah rokok yang dikonsumsi, tipe

perokok dikategorikan menjadi :


15

1. Perokok sangat berat, adalah jika mengkonsumsi rokok lebih

dari 31 batang perhari, Perokok berat yakni mereka yang

merokok sekitar 21-30 batang perhari.

2. Perokok sedang adalah perokok yang menghabiskan rokok 11-

21 batang perhari.

3. Perokok ringan adalah yang merokok sekitar 10 batang/hari.

c. Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok

Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Remaja terhadap

Rokok Sama halnya dengan penggunaan zat-zat (substance) lainnya,

terdapat beberapa faktor resiko yang berpengaruh terhadap penggunaan

rokok atau perilaku merokok pada remaja. Dalam Siquera (2004)

terdapat dua faktor yang mempengaruhi perilaku merokok :

1. Faktor Intrinsik

a) Faktor Psikiatrik

Studi epidemiologi pada dewasa mendapatkan asosiasi antara

merokok dengan gangguan psikiatrik seperti skizofrenia, depresi,

cemas dan penyalahgunaan zat-zat tertentu. Pada remaja,

didapatkan asosiasi antara merokok dengan depresi dan cemas.

Gejala depresi lebih sering pada remaja perokok daripada bukan

perokok. Merokok berhubungan dengan meningkatnya kejadian

depresi mayor dan penyalahgunaan zat-zat tertentu.


16

b) Faktor Kognitif

Kesulitan untuk menghentikan kebiasaan merokok akibat dari

kecanduan nikotin disebabkan karena perokok merasakan efek

bermanfaat dari nikotin. Beberapa perokok dewasa

mengungkapkan bahwa merokok memperbaiki konsentarsi.

c) Jenis Kelamin

Pada saat ini, peningkatan kejadian merokok tidak hanya terjadi

pada remaja laki-laki. Begitupun dengan wanita, wanita yang

merokok dilaporkan menjadi percaya diri, suka menentang dan

secara social cakap.

d) Faktor Etnik

Kejadian merokok di Amerika Serikat cenderung lebih tinggi

terjadi pada orang-orang kulit putih dan penduduk asli Amerika,

serta terendah pada orang Amerika keturunan Afrika dan Asia.

Laporan tersebut memberi kesan bahwa perbedaan asupan

nikotin dan tembakau serta waktu paruh kotinin antara perokok

dewasa Amerika keturunan Afrika dengan orang kulit putih

adalah substansial. Hal ini dapat menjelaskan mengapa ada

perbedaan resiko pada beberapa etnik dalam hal penyakit yang

berhubungan dengan merokok.

e) Faktor Genetik
17

Variasi genetik mempengaruhi fungsi reseptor dopamin dan

enzim hati yang memetabolisme nikotin. Kensekuensinya adalah

meningkatnya resiko kecanduan nikotin pada beberapa individu.

Variasi efek nikotin dapat diperantarai oleh polimorfisme gen

dopamin yang mengakibatkan lebih besar atau lebih kecilnya

reward dan mudah kecanduan obat.

f) Stress

Stress merupakan respon individu dimana terjadi ketidaksesuaian

antara harapan dan pencapaian yang ditampilkan melalui

perasaan secara emosional. Banyak hal yang dapat menyebabkan

stress, terlambat dalam perjalanan, kecemasan akan kondisi

keluarga, ataupun tugas yang sudah ditunggu pada batas waktu

akhir. Ketidakmampuan mengatasi hal tersebut dengan baik akan

direfleksikan melalui perasaan emosional seperti marah, tegang,

cemas bahkan agresi. Stress merupakan pergerakan energi

“mobilized energy” yang diperlukan agar seseorang dapat

berfikir lebih baik, sehingga dari ketidaksesuaian yang ada,

seseorang dapat menganalisa masalah dan memperbaikinya.

2. Faktor ekstrinsik

a) Faktor Lingkungan

Faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dengan penggunaan

tembakau antara lain orangtua, saudara kandung maupun teman

sebaya yang merokok. Selain itu juga karena paparan iklan rokok
18

dimedia. Orangtua sepertinya memegang peranan penting, dalam

pembentukan perilaku merokok remaja.

b) Faktor Regulatori

Peningkatan harga jual atau diberlakukannya cukai yang tinggi,

diharapkan dapat menurunkan daya beli masyarakat terhadap

rokok. Selain itu pembatasan fasilitas merokok dengan

menetapkan ruang atau daerah bebas rokok diharapkan dapat

mengurangi konsumsi. Akan tetapi kenyataannya masih terdapat

peningkatan kejadian mulainya merokok pada remaja, walaupun

telah banyak dibuat usaha-usaha untuk mencegahnya.

c) Dukungan Keluarga

Anak-anak dengan orangtua perokok cenderung akan merokok

dikemudian hari, hal ini terjadi paling sedikit disebabkan oleh

karena dua hal: Pertama, karena anak tersebut ingin seperti

bapaknya yang kelihatan gagah dan dewasa saat merokok.

Kedua, ialah karena anak sudah terbiasa dengan asap rokok

dirumah, dengan kata lain disaat kecil mereka telah menjadi

perokok pasif dan sesudah remaja anak gampang saja beralih

menjadi perokok aktif.

d) Dukungan Teman

Pada masa remaja, pola interaksi mereka lebih banyak dihabiskan

dengan teman-teman sebayanya. Teman sebaya mempunyai


19

peran yang sangat berarti karena pada masa tersebut remaja

mulai memisahkan diri dari orangtua dan mulai bergabung

dengan teman sebaya. Kebutuhan untuk dapat diterima sering

kali membuat remaja berbuat apa saja agar dapat diterima oleh

kelompoknya. (Hurlock,2004).

e) Dukungan Iklan

Untuk menjaring konsumen yang lebih banyak, para produsen

rokok mempunyai cara yang handal. Berbagai iklan baik dalam

bentuk reklame, poster maupun iklan dalam media elektronik

ditampilkan dengan maksud untuk merangsang para konsumen

mencoba produk yang mereka iklankan. Selain berperan terhadap

perubahan persepsi, iklan menjadi media penting bagi remaja

dalam memperolah informasi seputar rokok.

f) Faktor Psikososial

Aspek perkembangan sosial remaja antara lain: menetapkan

kebebasan dan otonomi, membentuk identitas diri dan

penyesuaian perubahan psikososial berhubungan dengan

maturasi fisik. Merokok menjadi sebuah cara agar mereka

tampak bebas dan dewasa saat mereka menyesuaikan diri dengan

teman sebayanya. Istirahat, santai dan kesenangan, penampilan

diri rasa ingin tahu rasa bosan, sikap menentang dan stress

mengkontribusi remaja untuk mulai merokok. Selain itu rasa

rendah diri, hubungan interpersonal yang kurang baik, putus


20

sekolah sosial ekonomi yang rendah dan tingkat pendidikan

orangtua yang rendah serta tahun-tahun pertama transisi antara

sekolah dasar dan sekolah menengah juga menjadi faktor resiko

lain yang mendorong remaja mulai merokok.

d. Bahaya Merokok

efek merokok tidak hanya mempengaruhi kesehatan perokok saja,

tetapi juga mempengaruhi kesehatan orang disekitarnya yang tidak

merokok, karena terpapar asap rokok yang disebut perokok pasif

(Depkes RI, 2003 dalam Tarwoto, dkk, 2010). Adapun bahaya merokok

adalah sebagai berikut :

1) meningkatkan risiko dua kali lebih besar untuk mengalami serangan

jantung.

2) Meningkatkan risiko dua kali lebih besar untuk mengalami stroke.

3) Meningkatkan risiko mengalami serangan jantung dua kali lebih

besar pada mereka yang mengalami tekanan darah tinggi atau kadar

kolesterol tinggi.

4) Meningkatkan risiko 10 kali lebih besar untuk mengalami serangan

jantung bagi wanita pengguna pil KB.

5) Meningkatkan risiko lima kali lebih besar menderita kerusakan

jaringan anggota tubuh yang rentan.


21

e. Dampak Merokok

Masalah yang Ditimbulkan Akibat Merokok Beberapa penyakit

tersebut antara lain :

1) Penyakit paru

Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi

saluran napas dan jaringan paru-paru. Pada saluran napas besar,

sel mukosa membesar (hipertrofi) dan kelenjar mukus

bertambah banyak (hiperplasia). Pada saluran napas kecil,

terjadi radang ringan hingga penyempitan akibat bertambahnya

sel dan penumpukan lendir. Pada jaringan paruparu, terjadi

peningkatan jumlah sel radang dan kerusakan alveoli.

2) Penyakit jantung koroner

Seperti yang telah diuraikan diatas mengenai zat-zta yang

terkandung dalam rorok. Pengaruh utama pada penyakit

jantung terutama disebakan oleh dua bahan kimia penting yang

ada dalam rokok, yakni nikotin dan karbonmonoksida. Dimana

nikotin dapat mengganggu irama jantung dan menyebabkan

sumbatan pada pembuluh darah jantung, sedangkan CO

menyebabkan persediaan oksigen untuk jantung berkurang

karena berikatan dengan Hb darah. Hal inilah yang

menyebabkan gangguan pada jantung, termasuk timbulnya

penyakit jantung koroner.


22

3) Impotensi

Nikotin yang beredar melalui darah akan dibawa keseluruh

tubuh termasuk organ reproduksi. Zat ini akan menggangu

proses spermatogenesis sehingga kualitas sperma menjadi

buruk. Sedangkan Taher menambahkan, selain merusak

kualitas sperma, rokok juga menjadi faktor resiko gangguan

fungsi seksual terutama gangguan disfungsi ereksi (DE). Dalam

penelitiannya, sekitar seperlima dari penderita DE disebabkan

oleh karena kebiasaan merokok.

4) Kanker kulit, mulut, bibir dan kerongkongan

Tar yang terkandung dalam rokok dapat mengikis selaput

lendir dimulut, bibir dan kerongkongan. Ampas tar yang

tertimbun merubah sifat sel-sel normal menjadi sel ganas yang

menyebakan kanker. Selain itu, kanker mulut dan bibir ini juga

dapat disebabkan karena panas dari asap. Sedangkan untuk

kanker kerongkongan, didapatkan data bahwa pada perokok

kemungkinan terjadinya kanker kerongkongan dan usus adalah

5-10 kali lebih banyak daripada bukan perokok.

5) Merusak otak dan indera

Sama halnya dengan jantung, dampak rokok terhadap otak juga

disebabkan karena penyempitan pembuluh darah otak yang

diakibatkan karena efek nikotin terhadap pembuluh darah dan

supply oksigen yang menurun terhadap organ termasuk otak


23

dan organ tubuh lainnya. Sehingga sebetulnya nikotin ini dapat

mengganggu seluruh system tubuh.

6) Mengancam kehamilan

Hal ini terutama ditujukan pada wanita perokok. Banyak hasil

penelitian yang menggungkapkan bahwa wanita hamil yang

merokok meiliki resiko melahirkan bayi dengan berat badan

yang rendah, kecacatan, keguguran bahkan bayi meninggal saat

dilahirkan.

f. Pencegahan dan Penanggulangan Kebiasaan Merokok

Dalam upaya prevensi, motivasi untuk menghentikan perilaku

merokok penting untuk dipertimbangkan dan dikembangkan. Dengan

menumbuhkan motivasi dalam diri remaja berhenti atau tidak mencoba

untuk merokok yang dating dari teman, media massa, atau kebiasaan

keluarga/orang tua. Suatu program kampanye anti merokok untuk para

remaja yang dilakukan Richard Evans (1980 dalam Tarwoto, dkk. 2010)

dapat dijadikan contoh dalam melakukan upaya pencegahan agar remaja

tidak merokok, karena program tersebut membawa hasil yang

menggembirakan kampnye anti merokok ini dilakukan dengan cara

membut berbagai poster, film dan diskusi-diskusi tentang berbagai aspek

yang berhubungan dengan merokok. Lahan yang digunakan untuk

kampanye ini adalah sekolah-sekolah, televise atau radio. Pesan-pesan

yang disampaikan adalah sebagai berikut :


24

1. meskipun orang tua mu merokok, kamu tidak harus meniru, karena

kamu mempunyai akal yang dapat kamu gunakan untuk membuat

keputusn sendiri.

2. Iklan-iklan merokok sebenarnya menjerumuskan orang sebaiknya

kamu belajar untuk tidak terpengaruh oleh iklan seperti itu.

3. Kamu tidak harus ikut merokok hanya karena teman-temanmu

merokok.

4. Kamu bisa menolak ajakan mereka untuk tidak ikut merokok.

Dengan cara-cara diatas, remaja akan diajak untuk dapat memiliki

kemampuan dan kepercayaan diri dalam menolak berbagai godaan untuk

merokok, baik yang dating dari media massa, teman sebaya, maupun dari

keluarga. Melarang, menghukum atau memaksa remaja untuk tidak

merokok hanya akan memberi dampak yang relative singkat, karena tidak

didasari oleh motivasi internal remaja (Mu’tadin 2002 dalam Tarwoto,

dkk. 2010).

Promosi kesehatan dapat dilakukan di berbagai area, salah satunya

di sekolah-sekolah dapat digunakan untuk mempengaruhi perilaku anak-

anak dan remaja. Sekolah dapat dijadikan lingkungan yang sehat, yang

dapat membangun kebahagiaan dan membantu anak-anak

mengembangkan perilaku hidup sehat misalnya nutrisi yang positif dan

aktivitas fisik yang teratur, menghindari perilaku negative misalnya

kebiasaan merokok, penggunaan obat-obatan berbahaya, dan kekerasan.

Guru dan personel kesehatan sekolah dapat berperan sebagai role model

gaya hidup yang mempengaruhi kesehatan. Kesehatan sekolah juga perlu


25

didukung oleh orang tua yang menciptakan lingkungan sekolah yang

sehat dengan memulai gaya hidup yang sehat di lingkungan rumah

(Pender & Anne 2002 dalam Tarwoto, dkk. 2010).

3. Konsep Dasar Persepsi

a. Definisi Persepsi

Persepsi adalah suatu proses otomatis yang terjadi dengan sangat

cepat dan kadang tidak disadari, dimana kita dapat mengenali stimulus

yang kita terima dan persepsi ini dapat mempengaruhi tindakan kita

(Notoatmojo, 2010).

Persepsi adalah proses seseorang menafsirkan dan

mengorganisasikan pola stimulus dalam lingkungan sebagai cara

pandang, persepsi timbul karena adanya respon terhadap stimulus.

Stimulus yang diterima seseorang sangat komplek, stimulus masuk

kedalam otak, kemudian diartikan, ditafsirkan serta diberi makna melalui

proses yng rumit baru kemudian dihasilkan persepsi (Atkinson dan

Hilgard, 1991 dalam Wijayaningsih, 2014).

Leavitt (1978 dalam Wijayaningsih, 2014) menyebutkan persepsi

(perception) dalam arti sempit ialah penglihatan, bagaimana cara

seseorang melihat sesuatu, sedangkan dalam arti luas ialah pandangan

atau pengartian, yaitu bagaimana seseorang memandang atau

mengartikan sesuatu.

Persepsi merupakan suatu proses diterimanya suatu rangsangan

(obyek, kualitas, hubungan antar gejala maupun peristiwa) sampai suatu


26

rangsang tersebut disadari atau dimengerti sehingga individu mempunyai

pengertian tentang lingkungannya (Irwanto, 1990 dalam Wijayaningsih,

2014).

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi

adalah proses menafsirkan stimulus yang kita terima untuk kemudian

menerjemahkan stimulus yang masuk kedalam alat indera manusia

dengan mempersepsikan sesuatu itu baik atau persepsi yang positif

maupun persepsi negative yang akan mempengaruhi tindakan manusia.

b. Proses Persepsi

1) Walgito (2002 dalam Wijayaningsih, 2014).

Proses terjadinya persepsi tergantung dari pengalaman masa lalu dan

pendidikan yang diperoleh individu.

2) Feigi (dalam Wijayaningsih, 2014).

Proses pembentukan persepsi dijelaskan Feigi sebagai permaknaan

hasil pengamatan yang diawali dengan adanya stimuli. Setelah

mendapat stimuli, pada tahap selanjutnya terjadi seleksi yang

berinteraksi dengan “closure”. Proses seleksi terjadi pada saat

seseorang memperoleh informasi, maka akan berlangsung proses

penyeleksian pesan tentang mana pesan yang dianggap penting dan

tidak penting.

3) Yusuf (1991 dalam Wijayaningsih, 2014).


27

Proses closure terjadi ketika hasil seleksi tesebut akan disusun

menjadi satu kesatuan yang berurutan dan bermakna, sedangkan

interpretasi berlangsung ketika yang bersangkutan memberi tafsiran

atau makna terhadap informasi tersebut secara menyeluruh.

c. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Menurut Notoatmodjo (2010) ada banyak factor yang akan

menyebabkan stimulus dapat masuk dalam rentan perhatian kita. Factor

ini terbagi mejadi dua bagian besar yaitu factor eksternal dan factor

internal. Factor eksternl adalah factor yang melekat pada objeknya,

sedangkan factor internal adalah factor yang terdapat pada orang yang

mempersepsikan stimulus tersebut.

1) Faktor Eksternal

a) kontras, cara termudah untuk menarik perhatian adalah dengan

mebuat kontras bakik pada warna, ukuran, bentuk atau gerakan.

b) Perubahan intensitas, suara yang berubah menjadi keras, atau

cahaya yang berubah dengan intensitas tinggi akan menarik

perhatian kita.

c) pengulangan (repetition), dengan pengulangan walaupun pda

mulanya stimulus tersebut tidak masuk dalam rentang perhatian

kita, maka akhirnya akan dapat perhatian kita.

d) Sesuatu yang baru (novelty), suatu stimulus yang baru akan lebih

menarik perhatian kita dari pada sesuatu yang telh kita ketahui.
28

e) Sesuatu yang menjadi perhatian orang banyak, suatu stimulus

yang menjadi perhatian orang banyak akan menarik perhatian

kita.

2) Faktor Internal

Faktor internal yang ada pada seserang akan mempengaruhi

bagaimana seseorang menginterpretasikan stimulus yang dilihatnya.

Itu sebabnya stimulus yang sama dapat dipersepsikan secara berbeda.

a) pengalaman atau pengetahuan, pengalaman masa lalu atau apa

yang telah kita pelajari akan menyebabkan terjadinya perbedaan

interpretasi. Dengan kata lain, apa yang kita lihat akan

mempengaruhi apa yang akan kita rasakan di kemudian hari.

b) Harapan atau expectation, harapan terhadap sesuatu akan

mempengaruhi persepsi terhadap stimulus.

c) Kebutuhan, kebutuhan akan menyebabkan stimulus tersebut

dapat masuk dalam rentang perhatian kita dan kebutuhan ini akan

menyebabkan kita menginterpretasikan stimulus secara berbeda.

d) Motivasi, motivasi akan mempengaruhi persepsi seseorang. Jika

seseorang ingin lulus dengan cumlaude maka nilai B akan

diinterpretasikan sebagai nilai yang buruk.

e) Emosi, emosi seseorang akan mempengaruhi persepsinya

terhadap stimulus yang ada. Seseorang yang sedang jatuh cinta

akan mempersepsikan semuanya serba indah.


29

f) Budaya, seseorang dengan latar belakang budaya yang sama akan

menginterpretasikan orang-orang dalam keompoknya secara

berbeda, namun akan mempersepsikan orang-orang di luar

kelompoknya sebagai sama saja.

d. Elemen Persepsi Sosial

1) Brems Kasin (dalam Lestari, 1996 dalam Wijayaningsih, 2014)

a) person, yaitu orang yang menilai orang lain.

b) situasional, urutan krejadian yang terbentuk berdasarkan

pengalaman orang untuk menilai sesuatu.

c) behavior, yaitu sesuatu yang dilakukan oleh orang lain. Ada dua

pandangan mengenai proses persepsi, yaitu : persepsi social,

berlangsung cepat dan otomatis tanpa banyak pertimbangan

orang membuat kesimpulan tentang orang lain dengan cepat

berdasarkan penampilan fisik dan perhatian sekilas. Persepsi

social, adalah sebuah proses yang kompleks, orang mengamati

perilaku orang lain dengan teliti hingga diperoleh analisis secara

lengkap terhadap person, situasional dan behavior.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa

persepsi adalah suatu proses aktif timbulnya kesadaran dengan segera

terhadap sutu obyek yang merupakan factor internal serta eksternal

individu meliputi keberadaan obyek tersebut. Sejumlah informasi dari

luar mungkin tidak disadari, dihilangkan atau disalahartikan. Mekanisme


30

penginderaan manusia yang kurang smpurna merupakan salah satu

sumber kesalahan persepsi (Bartol, 1994 dalam Wijayaningsih, 2014).

4. Konsep Dasar Emosional

a) Definisi Emosional

Ahli psikologi memandang manusia adalah makluk yang secara

alami memiliki emosi. Menurut James (Purwanto dan Mulyono, 2006)

emosi adalah keadaan jiwa yang menampakkan diri dengan sesutu

perubahan yang jelas pada tubuh. Emosi setiap orang adalah

mencerminkan keadaan jiwanya, yang akan tampak secara nyata pada

perubahan jasmaninya.

Emosi berasal dari kata e yang berarti energy dan motion yang

berarti getaran. Emosi kemudian bisa dikatakan sebagai sebuah energy

yang terus bergerak dan bergetar (Chia, 1985). Emosi dalam makna

paling harfiah didefinisikan sebagai setiap kegiatan atau pergolakan

pikiran, perasaan, nafsu dari setiap keadaan mental yang hebat atau

meluap-luap. Emosi yang merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-

pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis, dan

serangkaian kecenderungan bertindak (Goleman, 1997).

Proses kemunculan emosi melibatkan factor psikologis maupun

factor fisiologis. Kebangkitan emosi kita pertama kali muncul akibat

adanya stimulus atau sebuah peristiwa, yang bisa netral, positif, ataupun

negative. Stimulus tersebut kemudian ditangkap oleh reseptor kita, lalu

melalui otak, kita menginterpretasikan kejadian tersebut sesuai dengan


31

kondisi pengalaman dan kebiasaan kita dalam mempersepsikan sebuah

kejadian.

Seseorang kadang-kadang masih dapat mengontrol keadaan dirinya

sehingga emosi yang dialami tidak tercetus keluar dengan perubahan

atau tanda-tanda kejasmanian seperti wajah memerah ketika marah, air

mata berlinang ketika sedih atau terharu. Hal ini berkaitan dengan

pendapat yang dikemukakan oleh Ekman dan Friesen (Walgito, 1994),

bahwa ada tiga macam emosi yang dikenal dengan display rules, yaitu

adanya tiga macam aturan penggambaran emosi yang terdiri atas

masking, modulation, dan simulation :

1) Masking adalah keadaan seseorang yang dapat menyembunyikan

atau menutupi emosi yang dialaminya. Emosi yang dialaminya

tidak tercetus keluar melalui ekspresi kejasmaniannya.

2) Modulation orang tidak dapat meredam secara tuntas mengenai

gejala kejasmaniannya, tetapi hanya mengurangi saja.

3) Simulation orang tidak mengalami suatu emosi, tetapi seolah-olah

mengalami emosi dengan menampakkan gejala-gejala kejasmanian

b) Kategori Emosi

Pada dasarnya emosi manusia bisa dibagi menjadi du kategori

umum jika dilihat dari dampak yang ditimbulkannya :

1) Emosi Positif (Afek Positif)

Emosi positif adalah emosi yang memberikan dampak yang

menyenangkan dan menenangkan. Macam dari emosi positif ini seperti

tenang, santai, rileks, gembira, lucu, haru, dan senang. Ketika


32

seseorang merasakan emosi positiff ini, maka akan merasakan keadaan

psikologis yang positif (Gohm dan Clore, 2002).

2) Emosi Negatif (Afek Negatif)

Ketika seseorang merasakan emosi ini maka dampak yang

seseorang rasakan dalah negative, tidak menyenangkan dan

menyusahkan. Macam dari emosi negative diantaranya sedih, kecewa,

putus asa, depresi, tidak berdaya, frustasi, marah, dendam, dan banyak

lagi.

Kesejahteraan psikologis dan kebahagiaan seseorang lebih

ditentukan oleh perubahan atau pengalaman emosional yang sering

dialaminya. Hal ini disebut sebagai afek. Jika individu lebih banyak

merasakan dan mengalami afek negative seperti marah, benci, dendam,

dan kecewa maka individu akan diliputi oleh suasana psikologis yang

tidak nyaman dan tidak menyenangkan. Akibatnya, individu akan terasa

sulit merasakan kepuasan hidup dan kebahagiaan (Gohm dan Clore, 2002).

c) Faktor-Faktor yang Memengaruhi Emosi

Perkembangan emosi seseorang pada umumnya tampak jelas pada

perubahan tingkah lakunya. Perkembangan emosi juga demikian halnya.

Kualitas atau fluktuasi gejala yang tampak dalam tingkah laku itu sangat

tergantung pada tingkat fluktuasi emosi yang ada pada individu tersebut.

Dalam kehidupan sehari-hari sering kita melihat beberapa tingkah laku

emosional, misalnya agresif, rasa takut yang berlebihan, dan tingkah laku

yang menyakiti diri sendiri. Sejumlah faktor yang memengaruhi


33

perkembangan emosi menurut Ali dan Asrori (2010: 69-71) adalah sebagai

berikut:

1) Perubahan jasmani

Perubahan jasmani yang ditunjukkan dengan adanya pertumbuhan

yang sangat cepat dari anggota tubuh. Pada taraf permulaan

pertumbuhan ini hanya terbatas pada bagian-bagian tertentu saja

yang mengakibatkan postur tubuh menjadi tidak seimbang.

Ketidakseimbangan tubuh ini sering mempunyai akibat yang tak

terduga pada perkembangan emosi remaja.

2) Perubahan pola interaksi dengan orang tua

Pola asuh orang tua terhadap anak, termasuk remaja, sangat

bervariasi. Ada yang pola asuhnya menurut apa yang dianggap

terbaik oleh dirinya sendiri saja sehingga ada yang bersifat otoriter,

memanjakan anak, acuh tak acuh, tetapi ada juga yang dengan penuh

cinta. Perbedaan pola asuh orang tua seperti ini dapat berpengaruh

terhadap perbedaan perkembangan emosi remaja.

3) Perubahan interaksi dengan teman sebaya

Remaja seringkali membangun interaksi sesama teman sebayanya

secara khas dengan cara berkumpul untuk melakukan aktivitas

bersama dengan membentuk semacam geng. Interaksi antar anggota


34

dalam suatu kelompok geng biasanya sangat intens serta memiliki

kohesivitas dan solidaritas yang sangat tinggi.

4) Perubahan pandangan luar

Ada sejumlah perubahan pandangan dunia luar yang dapat

menyebabkan konflik-konflik emosional dalam diri remaja, yaitu

sebagai berikut:

a. Sikap luar terhadap remaja sering tidak konsisten

b. Dunia luar atau masyarakat masih menerapkan nilai-nilai yang

berbeda untuk remaja laki-laki dan perempuan.

c. Seringkali kekosongan remaja dimanfaatkan oleh pihak luar

yang tidak bertanggungjawab, yaitu dengan cara melibatkan

remaja tersebut ke dalam kegiatan-kegiatan yang merusak

dirinya dan melanggar nilai-nilai moral.

5) Perubahan interaksi dengan sekolah

Pada masa anak-anak, sebelum menginjak masa remaja, sekolah

merupakan tempat pendidikan yang diidealkan oleh mereka. Para guru

merupakan tokoh yang sangat penting dalam kehidupan mereka karena

selain tokoh intelektual, guru juga merupakan tokoh otoritas bagi para

peserta didiknya. Oleh karena itu, tidak jarang anak-anak lebih

percaya, lebih patuh, bahkan lebih takut kepada guru daripada orang
35

tuanya. Posisi guru semacam ini sangat strategis apabila digunakan

untuk pengembangan emosi anak melalui penyampaian materi-materi

yang positif.

Berdasarkan faktor-faktor perkembangan emosi remaja yang telah

dikemukakan di atas, penulis berasumsi bahwa pada dasarnya perkembangan

emosi remaja dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal.

Perubahan jasmani termasuk ke dalam faktor internal dan Perubahan pola

interaksi dengan orang tua, Perubahan interaksi dengan teman sebaya,

Perubahan pandangan luar, Perubahan interaksi dengan sekolah merupakan

faktor eksternal.

d) Empat sifat laten pengalaman emosional

Penelitian Gohm dan Clore (2002) menjabarkan empat sifat laten

pengalaman emosional ketika kta sedang berada dalam sebuah suasana

emosi tertentu. Keempat sifat laten pengalaman emosional ini menurut

penelitian mereka ternyata sangat berpengaruh pada kebahagiaan

seseorang, kesehatan mental, kecemasan, dan gaya atribusi kita. Keempat

sifat laten pengalaman emosional tersebut sebagai berikut.

1) Kejelasan (emotional clarity). Dijabarkan sebagai kemampuan

seseorang dalam mengidentifikasikan dan membedakan emosi spesifik

yang sedang dirasakannya.

2) Intensitas (emotional intensity). Diartikan seberapa kuat atau besar

inttensitas emosi spesifik yang dapat dirasakannya.


36

3) perhatian (emotional attention). Dijelaskan sebagai kecenderungan

seseorang untuk mampu memahami, menilai, dan menghargai emosi

spesifik yng sedang dirasakan.

4) Ekspresi (emotional expression). Didefinisikan sebagai kecenderungan

untuk mengungkapkan perasaan yang sedang dirasakannya kepada

orang lain.
37

B. Kerangka Teori

Skema 2.1 Kerangka Teori

Persepsi dan Emosional Remaja Mengenai Perilaku Merokok

Remaja
1. Definisi Remaja
2. Batasan usia
3. Karakteristik
masa remaja
4. Tugas Perilaku Merokok
perkembangan
remaja 1. Definisi rokok
2. Klasifikasi
perilaku
merokok
3. Faktor yang
mempengaruhi
4. Bahaya merokok
5. Dampak
merokok
6. Pencegahan dan
penanggulangan

Persepsi Emosional
1. Definisi persepsi 1. Definisi
2. Proses persepsi emosional
3. Faktor-faktor 2. Kategori
yang emosional
mempengaruhi 3. Faktor-faktor
4. Elemen persepsi yang
sosial mempengaruhi
emosi
4. Empat sifat laten
penglaman
emosional
BAB III

KERANGKA PEMIKIRAN

A. Kerangka Konsep

Skema 3.1

Kerangka Konsep

Gambaran Persepsi Remaja Gambaran Emosional Remaja


Mengenai Perilaku Merokok Mengenai Perilaku Merokok

Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan

antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya yang ingin diteliti.

Konsep adalah sutu abstrak yang dibentuk dengan mengeneralisasikan

suatu penelitian. Oleh karena itu konsep tidak dapat diamati dan dapat

diukur, maka konsep tersebut harus dijabarkan ke dalam variabel-variabel,

dari variable itulah konsep dapat diamati dan diukur (Notoatmodjo, 2010).

Penelitian ini mengukur tentang persepsi dan emosional remaja

mengenai perilaku merokok di SMAN 9 Kota Bogor. Perilaku merokok

yang tinggi pada remaja awal berasal dari persepsi atau pandangan yang

dipercaya tentang merokok itu sendiri. Dimana persepsi tersebut dapat

menjadi stimulus untuk merefleksikan perilaku. Banyak factor yang

menyebabkan perilaku merokok, salah satunya persepsi. Persepsi sendiri

mempunyai beberapa factor yang mempengaruhinya. Disini peneliti akan

menilai bagaimana persepsi dan emosional remaja pada zaman ini

terhadap perilaku merokok.

38
39

B. Variabel dan Definisi Operasional

Variabel adalah sebuah konsep yang dapat dibedakan menjadi dua,

yakni yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Sedaangkan definisi

operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan

karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk

melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek

atau fenomena. Definisi operasional ditentukan berdasarkan parameter

yang dijadikan ukuran dalam penelitin. Sedangkan cara pengukuran

merupakan cara dimana variabel dapat diukur dan ditentukan

karakteristiknya (Hidayat, A. A, 2013).

Tabel 3.2

Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Operasional
40

1. Karakteristik
remaja
meliputi :
1. Jenis 1. Jenis Kuesioner Memberik 1. Laki-laki Nominal
kelamin kelamin A berisi an 2. Perempu
responde data kuesioner an
n demografi kepada
remaja
terkait
jenis
kelamin
remaja

2. Usia 2. Lamany Memberik 1. 10-14 Ordinal


Kuesioner
a waktu A berisi an tahun
hidup data kuesioner 2. 15-16
atau demografi kepada tahun
tahun remaja 3. 17-19
penelitia terkait tahun
n umur
dikurang remaja (Santrock,
i tahun 1993)
lahir

3. Kelas 3. Tingkata Memberik


Kuesioner 1. Kelas X Ordinal
n kelas an
siswa A berisi kuesioner
data 2. Kelas XI
(respond kepada
en demografi remaja
disekola terkait
h saat ini kelas
remaja

Merokok : 1. Status Memberik


responden Kuesioner
1. Status A berisi an 1. Perokok Ordinal
saat kuesioner 2. Bukan
perokok dilakukan data
remaja demografi kepada perokok
pengambila remaja
n data terkait
sebagai status
perokok remaja
atau bukan. sebagai
Perokok jika perokok
responden atau tidak
merokok
41

setiap hari
selama 6
bulan dan
hingga kini
masih
merokok.

Memberik
2. Usia saat Kuesioner
2. Jika an 1. 10-14
remaja A berisi Interval
perokok, kuesioner tahun
pertama kali data
usia kepada 2. 15-16
menghisp demografi
pertama remaja tahun
rokok.
kali terkait 3. 17-19
merokok usia tahun
remaja
saat (Santrock,
remaja 1993)
pertama
kali
menghisap
rokok

3. Jumlah Memberik Ordinal


Kuesioner
3. Jika batang A berisi an 1. 1-4
perokok, rokok yang data kuesioner batang
jumlah dihisap demografi kepada rokok/hari
batang remaja remaja
rokok dalam satu terkait 2. 5-14
yang hari. jumlah batang
dihisap batang rokok/hari
perhari rokok
yang 3. ≥ 15
dihisap batang
remaja rokok/hari
perhari

4. Status 4. Status
perokok Memberik Ordinal
orang tua Kuesioner
orang tua an
responden A berisi 1. Perokok
remaja. kuesioner
saat data
kepada 2. Bukan
dilakukan demografi
remaja perokok
pengambila terkait
n data status
sebagai orang tua
perokok
42

atau bukan. remaja


Perokok jika sebagai
orang tua perokok
responden atau tidak
merokok
setiap hari
selama 6
bulan dan
hingga kini
masih
merokok.

Cara Kuesioner Ordinal


pandang Memberik
Persepsi B berisikan
2. atau an
remaja pilihan
pendapat kuesioner 1. Persepsi
terhadap pernyataan
siswa yang positif
perilaku dengan
merokok mengenai menggunak
berisi 30 jika ≥
perilaku pernyataa median
an skala
merokok. n dengan (25)
Guitman.
memilih 2. Persepsi
Persepsi Untuk
pilihan negatif
positif jawaban
yang jika <
menandakan benar paling median
siswa diberi skor
sesuai (25)
mempunyai 1 dan untuk dengan
pandangan jawaban
kondisi
seperti salah diberi
responden
merokok skor 0
merugikan
dari segi
kesehatan,
finansial
dan waktu.
Persepsi
negative
menandakan
siswa
mempunyai
pandangan
bahwa
merokok
tidak
menimbulka
n bahaya
ataupun
43

kerugian.

Bentuk Ordinal
Emosional perkembang Kuesioner
3. remaja an C yang
mengenai psikologis Kuesioner
berisikan
perilaku seseorang emosional 1. Emosion
15 al positif
merokok dalam oleh
pernyataan
Randy W. : jika ≥
merespon yang terdiri
Kamphaus mean
suatu dari (48)
keadaan pernyataan 2. Emosion
baik positif positif dan al
maupun negative. negatif :
negative Skor jika <
maksimal mean
80 dan (48)
minimal
20.
Favorable
: sangat
setuju : 4
setuju : 3
kurang
setuju : 2
tidak setuju
: 1.
Unfavorabl
e:
Sangat
tidak setuju
: 4 tidak
setuju : 3
sangat
setuju : 2
setuju : 1
BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang disusun

sedemikian rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap

pertanyaan penelitian. Desain penelitian mengacu pada jenis atau macam

penelitian yang dipilih untuk mencapai tujuan penelitian serta berperan

sebagai alat dan pedoman untuk mencapai tujuan tersebut (Setiadi, 2013)

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian deskriptif. Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode

penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran

tentang suatu keadaan secara objektif. Metode penelitian deskriptif

digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang

dihadapi pada situasi sekarang. Penelitian ini dilakukan dengan menempuh

langkah-langkah pengumpulan data, klarifikasi, pengolahan, membuat

kesimpulan dan laporan (Setiadi, 2013).

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang

gambaran persepsi dan emosional remaja mengenai perilaku merokok.

Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data melalui pernyataan

struktur atau kuesioner penelitian, setelah itu dilakukan klasifikasi

pengolahan data dan membuat kesimpulan dalam bentuk laporan.

44
45

B. Waktu dan Tempat

1. Waktu

Waktu penelitian direncanakan dibagi menjadi beberapa tahapan,

yaitu dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 4.1 Kegiatan Penelitian

No. Kegiatan Waktu Pelaksanaan

1. Pembuatan proposal

2. Sidang proposal

3. Pengumpulan data

4. Pengolahan data

5. Laporan akhir penelitian

2. Tempat

Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan oleh peneliti di

SMAN 9 Kota Bogor yang belum pernah dilakukan penelitian tentang

persepsi dan emosional remaja mengenai perilaku merokok oleh

mahasiswa keperawatan program studi Keperawatan Bogor ataupun

oleh institusi lain di SMAN 9 Kota Bogor.

C. Populasi

Populasi adalah kumpulan dari individu atau objek atau fenomena

yang secara potensial dapat diukur sebagai bagian dari penelitian. (I Ketut

Swarjana, 2015).

Populasi penelitian adalah keseluruhan objek penelitian atau objek

yang diteliti tersebut (Notoatmodjo, 2010). Pada penelitian ini populasi

yang dijadikan adalah siswa dan siswi kelas 11 di SMAN 9 Kota Bogor.
46

Menurut Arikunto (2006) menyatakan populasi adalah keseluruhan

objek penelitian. Jika seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada

dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian

populasi atau studi populasi atau sensus.

D. Sampel

Sampel merupakan sebagian dari populasi yang diharapkan dapat

mewakili atau representative populasi. Sampel sebaiknya memenuhi

kriteria yang dihkehendaki merupakan bagian dari populasi target yang

akan diteliti secara langsung, kelompok ini meliputi subyek yang

memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi (Riyanto, 2011). Adapun sampel

yang digunakan pada penelitian ini adalah remaja kelas X dan XI di

SMAN 9 Kota Bogor. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara

memberikan kuesioner.

1. Besar Sampel

Menetapkan besarnya sampel minimal atau jumlah sampel suatu

penelitian tergantung kepada dua hal, yaitu pertama adanya sumber-

sumber yang dapat digunakan untuk menentukan batas maksimal dan

besarnya sampel kedua kebutuhan dari rencana analisi yang

menentukan batas minimal dari besarnya sampel (Notoatmodjo, 2012).

Dalam perhitungan jumlah sampel, peneliti menggunakan rumus

berikut :

Skema 4.1 Rumus Sampel


47

Keterangan :

N : Besar populasi

n : Besar sampel

d : Tingkat kepercayaan

Berdasarkan hasil perhitungan jumlah populasi yang terdapat

didapatkan populasi sebesar 158 siswa. Maka besaran sampel pada

penelitian ini sebagai berikut :

Jumlah sampel 62 siswa, pda keadaan tertentu peneliti

kemungkinan mendapatkan kendala dan hasil dari besaran sampel

yang telah ditetapkan atau subyek terpilih yang drop out maka dari

peneliti mengantisipasi dengan menambah subyek agar jumlah sampel

sesuai dengan besaran yang telah ditetapkan.

Penambahan sampel ini dengan rumus.

Skema 4.2 Rumus Drop Out

-f
48

Keterangan :

n’ = Besaran sampel Drop Out

n = Besaran sampel yang telah dihitung

f = Proporsi drop out

Maka, jumlah sampel yang dibutuhkan sebesar :

n’ = 62/1-f

n’ = 62/1-0,1

n’ = 62/0,9

n’ = 68,88 dibulatkan menjadi 69

Setelah ditambahkan dengan proporsi drop out 10% atau 0,1.

Jumlah sampel yang ditambahkan pada penelitian ini berjumlah 70

responden.

2. Kriteria

Agar karakteristik sampel tidak menyimpang dari populasinya,

maka sebelum dilakukan pengambilan sampel perlu ditentukan kriteria

inklusi maupun ekslusi (Notoatmodjo, 2010).

a) Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah persyaratan umum yang harus dipenuhi oleh

subyek penelitian/populasi agar dapat diikutsertakan dalam


49

penelitian (Supardi, Sudibyo, dan Rustika, 2013). Kriteria inklusi

pada penelitian ini diantaranya :

1) Responden adalah siswa SMAN 9 Kota Bogor

2) Remaja yang merokok

3) Remaja yang memiliki persepsi dan emosional mengenai

perilaku merokok

4) Bersedia menjadi responden

b) Kriteria Ekslusi

Kriteria ekslusi adalah keadaan yang menyebabkan subyek

penelitian yang memenuhi kriteria inklusi tetapi tidak dapat

diikutsertakan dalam penelitian. Kriteria ekslusi bukan kebalikan

dari kriteria inklusi (Supardi, Sudibyo, dan Rustika, 2013).

1) Siswa yang tidak bersedia dijadikan sampel atau responden

2) Siswa yang sakit atau tidak hadir saat dilakukan pengambilan

sampel

3. Teknik Pengambilan Sampel

Dalam pengambilan sampel penulis harus menentukan cara

pengambilan sampel. Teknik pengambilan sampel yang digunakan

adalah probability sampling dikenal juga dengan random sampling

atau chance sampling. Dengan metode ini, semua anggota populasi

mempunyai peluang yang sama untuk terpilih sebagai sampel (Khotari,

2009). Random sampling berarti setiap elemen didalam populasi

memiliki peluang yang sama dan kesempatan independen untuk

dipilih. Independen mengandung makna bahwa tidak ada cara yang


50

dapat mempengaruhi pemilihan yang lain (Jupp and Sapsford, 2006).

Probability sampling hanya dapat digunakan ketika bersedia sampling

frame yang akurat dan up-to-date ( I Ketut Swarjana, 2015).

Teknik pengambilan sampel ini adalah simple random sampling

menurut WHO (2001), simple random sampling adalah metode yang

paling umum dan paling sederhana. Subjek memiliki peluang yang

sama untuk terpilih sebagai subjek dalam penelitian. Subjek dipilih

dengan tabel bilangan random atau dengan cara seperti undian (dengan

kertas kecil diisi nama atau nomor kemudian diambil secara acak).

Dengan teknologi komputer saat ini, peneliti dapat menggunakan

software untuk memilih subjek penelitian. Kelebihannya mudah

dilakukan, namun kekurangannya adalah ada kemungkinan sampel

yang terpilih tidak representative apalagi kalau jumlah sampelnya

kecil. Hal ini senada dengan apa yang disampaikan oleh Bordens and

(2002) bahwa pengambilan sampel dapat dilakukan dengan cara yang

sederhana (Notoatmodjo, 2016).

Sampel diambil dengan cara mengambil undian setiap kelas akan

diambil minimal 15 sampel dari 6 kelas yang ada yang mendapat

undian berarti bersedia untuk menjadi sampel.

Selain itu, untuk menentukan jumlah sampel pada masing-masing

kelas dilakukan dengan teknik proportional probability sampling,

yaitu teknik pengambilan sampel dengan maksud untuk memberikan

peluang yang sama dalam pengambilan masing-masing sampel pada

setiap kelas. (Hidayat, 2007).


51

E. Pengumpulan Data

1. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan

peneliti dlam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan

hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis

sehingga lebih mudah diolah (Sujarweni, 2014).

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk

pengumpulan data (Notoatmodjo, 2010). Penelitian menggunakan

instrument pengumpulan data berupa kuesioner, dengan daftar

pertanyaan yang dibuat dan dikembangkan sendiri dengan mengacu

pada konsep dan teori yang tellah diuraikan pada tinjauan pustaka.

a) Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan

tertulis kepada para responden untuk dijawab. Kuesioner

merupakan instrument pengumpulan data yang efisien bila peneliti

tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa

diharapkan dari para responden (Sujarweni, 2014).

Dalam hal ini peneliti membagi instrumen penelitian atau

kuesioner menjadi 3 yaitu :

1) Kuesioner A

Kuesioner A berisikan tentang karakteristik atau data

demografi responden yaitu identitas responden, jenis kelamin,


52

umur, kelas, status perokok remaja, jika remaja merokok

berapa usia remaja saat pertama kali menghisap rokok dan

berapa batang rokok perhari yang dihisap oleh remaja, status

perokok orang tua remaja. Pengisian dilakukan dengan cara

mengisi data pada tempat yang telah disediakan oleh peneliti.

2) Kuesioner B

Kuesioner B berisikan pernyataan persepsi remaja terhadap

perilaku merokok. Pengisian dilakukan dengan cara

memberikan checklist (√) pada pilihan benar atau tidak. Dalam

kuesioner B kode untuk pernyataan positif (soal no 8, 9, 10, 11,

12, 13, 21, 23, 27, 28, 29) jawaban benar mendapatkan skor 1

dan untuk jawaban salah mendapatkan skor 0. Untuk

pernyataan negative (soal no 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 14, 15, 16, 17,

18, 19, 20, 22, 24, 25, 26, 30) jawaban benar mendapat skor 0

dan untuk jawaban salah mendapat skor 1.

3) Kuesioner C

Kuesioner C merupakan kuesioner emotional adjustment

menurut Randy W. Kamphaus untuk menscreening remaja

yang pernah mengalami emosional. Kuesioner tersebut berisi

15 pertanyaan. Pengisian dilakukan dengan cara memberikan

tanda checklist (√) dengan memilih jawaban yang telah

disediakan skoring hasil memakai favorable : sangat setuju : 4,

setuju : 3, kurang setuju : 2, tidak setuju : 1. Unfavorable :

tidak setuju : 4, kurang setuju : 3, setuju : 2, sangat setuju : 1.


53

b) Instrumen Pendukung

1) Alat tulis

Alat tulis yang digunakan adalah pensil atau pulpen untuk

mencatat hasil pengumpulan data.

2) Komputer

Komputer digunakan untuk mengolah data setelah data dari

responden terkumpul.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah

menggunakan bentuk pertanyaan terstruktur melalui kuesioner.

Sumber data berasal dari data primer. Data primer adalah data yang

langsung diambil dari sumbernya yang diperoleh peneliti dari hasil

pengukuran, teknik pengumpulan data untuk menguji variabel adalah

dengan cara mengisi kolom jawaban yang tersedia dengan memberikan

tanda checklist (√) sesuai jawaban responden.

3. Prosedur Pengambilan Data

Adapun langkah-langkah dalam penelitian ini sebagai berikut ;

a) Setelah judul penelitian disetujui oleh pembimbing, peneliti

membuat proposal penelitian

b) Setelah proposal penelitian disetujui oleh pembimbing dan penguji

maka peneliti mengajukan permohonan izin kepada pihak SMAN 9

Kota Bogor untuk melakukan penelitian


54

c) Setelah mendapat persetujuan dari lembaga terkait (SMAN 9 Kota

Bogor) peneliti menemui para pelajar kelas X dan XI untuk

melakukan pengambilan data

d) Sebelum responden diberikan kuesioner , terlebih dahulu diberikan

penjelasan tentang tujuan penelitian dan memberikan inform

concent untuk ditanda tangani sebagai persetujuan bagi yang

bersedia menjadi responden

e) Setelah calon responden setuju untuk jadi responden maka

dilakukan proses pengambilan data, selama mengisi kuesioner

peneliti memberikan kesempatan kepada responden untuk

menjawab semua pertanyaan dan untuk meminta penjelasan

terhadap penelitian.

f) Setelah semua data terkumpul, dimulai proses pengolahan data dan

dilanjutkan dengan pembuatan laporan penelitian.

F. Pengolahan Data

Pengolahan data adalah upaya mengubah data yang telah dikumpulkan

menjadi informasi yang dibutuhkan (Sudibyo, 2013). Pada bagian ini data

yang telah terkumpul diolah dan dianalisis melalui beberapa tahapan :

1. Editing

Setelah data berhasil dikumpulkan, langkah selanjutnya yang perlu

dilakukan ialah mengolah data sedemikia rupa sehingga jelas sifat-sifat

yang dimiliki oleh data tersebut. Untuk dapat melakukan pengolahan

data dengan baik, data tersebut perlu diperiksa terlebih dahulu, apakah

telah sesuai seperti yang diharapkan atau tidak. Pemeriksaan data yang
55

seperti ini dalam pekerjaan penelitian disebut dengan nama editing

(Azrul dan Joedo, 2014). Secara umum editing adalah kegiatan untuk

pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner (Notoatmodjo,

2010). Dalam melakukan editing ada berapa hal yang perlu

diperhatikan, yakni :

a) Memeriksa kelengkapan data

Periksalah apakah semua pertanyaan yang diajukan telah lengkap

jawabannya atau tidak. Jika ditemukan bagian-bagian yang tidak

ada datanya, tentu akan menyulitkan pengolahan nantinya.

b) Memeriksa kesinambungan data

Periksalah apakah semua data berkesinambungan atau tidak, dalam

arti tidak ditemukan data atau keterangan yang bertentangan antara

satu dan lainnya. Jika ditemukan keterangan yang bertentangan

tentu akan menyulitkan penganalisis selanjutnya.

c) Memeriksa keseragaman data

Periksalah apakah ukuran yang dipergunakan dalam

mengumpulkan data telah seragam atau tidak. Jika urutan ini tidak

seragam, tentu akan menghasilkan analisis yang salah (Azrul dan

Joedo, 2014). Adapun pengecekan kuesioner meliputi :

1) Lengkap : Semua jawaban sudah terisi jawabannya

2) Jelas : Jawaban pertanyaan apakah tulisannya cukup jelas

terbaca

3) Relevan : Jawaban yang ditulis apakah relevan dengan

pertanyaan
56

4) Konsisten : Apakah antara beberapa pertanyaan yang berkaitan

isi jawabannya konsisten

2. Coding

Coding merupakan mengklasifikan jawaban-jawaban dari para

responden ke dalam bentuk angka/bilangan (Setiadi, 2013). Coding

adalah mengklasifikasi jawaban dari responden ke dalam kategori

tertentu, setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya

dilakukan peng”kodean” atau “coding”, yakni mengubah data

berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan pada

masing-masing jawaban. Coding atau pemberian kode ini sangat

berguna dalam memasukkan data (data entry) (Notoatmodjo, 2010).

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numeric (angka)

terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini

sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan

computer. Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode dan

artinya dala satu buku (code book) untuk memudahkan kembali

melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel (Hidayat, 2013).

Untuk memudahkan pengolahannya, semua jawaban atau data

tersebut perlu disederhanakan. Cara menyederhanakan jawaban

tersebut yang dilakukan dlam bentuk memberikan symbol-simbol

tertentu untuk setiap jawaban disebut dengan nama melakukan coding

(Azrul dan Joedo, 2014).

Pada bagian karakteristik jenis kelamin, peneliti memberikan kode “1”

untuk jawaban laki-laki dan kode “2” untuk jawaban perempuan. Pada
57

bagian karakteristik umur memberikan kode “1” untuk jawaban umur

10-14 tahun, memberikan kode “2” untuk jawaban umur 15-16 tahun,

daan memberikan kode “3” untuk jawaban umur 17-19 than. Pada

bagian karakteristik kelas memberikan kode “1” untuk jawaban kelas

X dan memberikan kode “2” untuk jawaban kelass XI. Pada bagian

karakteristik status remaja perokok memberikan kode “1” untuk

jawaban perokok dan memberikan kode “2” untuk jawaban bukan

perokok. Pada bagian karakteristik status orang tua remaja merokok

memberikan kode “1” untuk jawaban perokok dan memberikan kode

“2” untuk jawaban bukan perokok. Pada bagian karakteristik penilaian

persepsi remaja, peneliti menggunakan skala guttman dengan

pernyataan positif dan pernyataan negative. Jika pernyataan termasuk

kategori pernyataan positif maka pilihan jawaban benar diberi skor “1”

jawaban salah diberi skor “0”, dan untuk pernyataan negative jawaban

benar diberi skor “0” jawaban salah diberi skor “1”. Pada bagian

karakteristik penilai emosional remaja, peneliti menggunakan

pengisian dengan cara memberikan tanda checklist (√) dengan memilih

jawaban yang telah disediakan skoring hasil memakai favorable :

sangat setuju : 4, setuju : 3, kurang setuju : 2, tidak setuju : 1.

Unfavorable : tidak setuju : 4, kurang setuju : 3, setuju : 2, sangat

setuju : 1.

3. Tabulasi

Setelah editing dan coding selesai dilakukan, langkah selanjutnya

yang ditempuh adalah mengelompokan data tersebut kedalam suatu


58

table tertentu menurut sifat-sifat yang dimilikinya, sesuai dengan

tujuan penelitian. Pekerjaan mengelompokan data dalam bentuk table

menurut sifat-sifat tersebut, dalam penelitian disebut dengan nama

tabulasi.

Pekerjaan tabulasi dalam penelitian adalah sangat penting. Dengan

berhasil disusunnya table-tabel, analisi data selanjutnya akan mudah

dilakukan. Peranan table dalam suatu penelitian antara lain memang

untuk membantu analisis data (Azwar dan Prihartono, 2014).

4. Entry

Setelah semua kuesioner terisi penuh dan benar, serta sudah

melewati pengkodean, maka langkah selanjutnya adalah memproses

data agar data yang sudah di-entry dapat dianalisi (Setiadi, 2013).

Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah

dikumpulkan ke dalam master tabel atau database computer, kemudian

membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga dengan

membuat tabel kontigensi (Hidayat, 2013).

Pada tahap ini peneliti memasukan data karakteristik responden

dan jawaban responden berdasarkan kode yang telah ditetapkan secara

manual melalui program computer.

5. Cleaning

Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah

di-entry, apakah ada kesalahan atau tidak (Setiadi, 2013). Pada tahap

ini, peneliti melihat variabel apakah datanya sudah benar atau belum.

Data pada tahap ini perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan
59

adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidak lengkapan dan sebagainya,

kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi proses ini disebut

pembersihan data (data cleaning) (Notoatmodjo, 2010). Pda penelitian

ini, peneliti mengecek ulang sudah benar atau belum data yang

dimasukkan ke dalam master tabel dan apakah ada data yang hilang

atau tidak. Kemudian dilakukan pembulatan atau koreksi. Proses ini

disebut pembersihan data (data cleaning).

G. Analisa Data

Analisa data dengan menggunakan analisis univariat yaitu analisis

yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian dalam analisis

ini hanya menghasilkan distribusi dari persentasi dari tiap variabel

(Notoatmodjo, 2010).

Analisa yang digunakan peneliti adalah analisis univariat yaitu dengan

menganalisa dua variabel yaitu persepsi dan emosional remaja mengenai

perilaku merokok di SMAN 9 Kota Bogor dengan memasukkan skor yang

selanjutnya dipresentasikan dan dimasukkan dalam distribusi frekuensi.

H. Interpretasi Data

Setelah dilakukan penilaian, skor dijumlahkan dan didapatkan hasil

akhir. Data diinterpretasikan dengan menggunakan skala menurut

Arikunto (2010) sebagai berikut :

0% : Tidak satupun

1% - 25 % : Sebagian kecil

26% - 49% : Kurang dari setengahnya

50 % : Setengahnya
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Prktik. Jakarta: Rineka

Cipta

Azwar, Azrul dan Prihartono Joedo. 2014. Metode Penelitian Kedokteran Dan

Kesehatan Masyarakat. Pamulang:; Binarupa Aksara Publisher

Behrman dkk. 2012. Nelson ilmu kesehatan anak remaja. Jakarta: EGC

Hidayat, A. A. 2008. Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisa Data.

Jakarta: Salemba Medika

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rhineka Cipta

Notoatmodjo, S. 2014. Pengetahuan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rhineka

Cipta

Riyanto, Agus. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:

Nuha Medika

Setiadi. 2013. Konsep Dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan Edisi 2.

Yogyakarta: Graha Ilmu

Sujarweni, Wiratama. 2014. Metodologi Penelitian: Lengkap, Praktis Dan Mudah

Dipahami. Yogyakarta: Pustaka Baru

Supardi, Sudibyo dan rustika. 2013. Buku Ajar Metodologi Riset Keperawatan.

Jakarta: Trans Info Media

60
61

Safaria, Triantoro dan Nofrans Eka Saputra. 2012. Manajemen Emosi: Sebuah

Panduan Cerdas Bagaimana Mengelola Emosi Positif Dalam Hidup Anda.

Jakarta: Bumi Aksara


Lampiran 1

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN

BANDUNG

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN BOGOR

PENJELASAN PENELITIAN

Judul Penelitian : Gambaran Persepsi dan Emosional Remaja Mengenai


Perilaku Merokok Di SMAN 9 Kota Bogor

Peneliti : Elfa Khaerunia Hapsari

NIM : P17320317069

No. HP : 081294006494

Saya selaku mahasiswa Program Studi Diploma III Politeknik Kesehatan


Kemenkes Bandung Program Studi Keperawatan Bogor, bermaksud mengadakan
penelitian dengan tujuan untuk mengetahui “Gambaran Persepsi dan Emosional
Remaja Mengenai Perilaku Merokok di SMAN 9 Kota Bogor” dengan cara
responden mengisi lembar kuesioner yang tersedia. Kami menjamin bahwa
penelitian ini tidak akan berdampak negatif bagi siapapun. Bila selama
berpartipasi dalam penelitian ini saudara/i merasakan ketidaknyamanan maka
saudara/i mempunyai hak untuk berhenti. Kami berjanji akan menjunjung tinggi
hak-hak responden dengan cara menjaga kerahasiaan dari data yang diperoleh,
baik dalam proses pengumpulan data, pengolahan, maupun penyajian. Peneliti
juga menghargai keinginan responden untuk tidak berpartisipasi atau keluar dalam
penelitian ini.

Adapun penelitian ini akan dimanfaatkan sebagai informasi bagi instansi


kesehatan peneliti maupun responden. Melalui penjelasan ini, peneliti sangat
mengharapkan pastisipasi saudari. Peneliti mengucapkan terimakasih atas
kesediaan saudari yang telah ikut berpartisipasi dalam penelitian ini.

Bogor, Juli 2019


Lampiran 2

INFORMED CONCENT
(PERNYATAAN PERSETUJUAN IKUT PENELITIAN)

Yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama :
Umur :
Jenis kelamin :

Oleh karena itu saya bersedia/ tidak bersedia secara sukarela untuk menjadi subjek penelitian
dengan penuh kesadaran serta tanpa paksaan. Demikian pernyataan ini saya buat dengan
sebenarnya tanpa tekanan dari pihak manapun.

Peneliti Bogor,…………………2019
Responden,

Elfa Khaerunia H ………………………………..

Saksi

………………………..
Lampiran 3

KUESIONER A

DATA DEMOGRAFIS SISWA SMAN 9 KOTA BOGOR

TAHUN 2019

Petunjuk Pengisian :

a. Dalam pengisian kuesioner ini anda diminta untuk mengisi dengan jujur,
benar dan tanpa paksaan. Peneliti akan menjaga kerahasiaan biodata.
b. Dalam kuesioner ini anda cukup mengisi pertanyaan pada tempat yang
telah disediakan.
c. Untuk pengisian kuesioner dalam bentuk kotak, bisa diisi dengan memberi
checklist (√)

1. No. Responden (diisi peneliti) : …………..


2. Kelas : X XI

3. Jenis Kelamin : laki-laki Perempuan

4. Umur : 10 – 14 tahun
15 – 16 tahun
17 – 19 tahun
5. Status Merokok Siswa :
Perokok, jika anda merokok setiap hari selama minimal 6 bulan
dan hingga kini masih merokok.
Bukan perokok
6. Jika perokok :
a. Usia pertama menghisap rokok : ………
b. Berapa batang rokok yang dihisap perhari :
1 – 4 batang rokok / hari
5 – 14 batang rokok / hari
≥ 15 batang rokok / hari
7. Status merokok orang tua siswa :
Orang tua perokok, merokoksetiap hari selama minimal 6 bulan
dan hingga kini masih merokok
Bukan perokok
Lampiran 4

KUESIONER B

GAMBARAN PERSEPSI REMAJA MENGENAI PERILAKU MEROKOK

DI SMAN 9 KOTA BOGOR TAHUN 2019

Petunjuk Pengisian :

a. Anda dapat memberi tanda checklist (√) pada salah satu pilihan yang
sesuai dengan pendapat anda, keterangan pilihan : Ya atau Tidak
b. Jika dalam pengisian ini anda mengalami hambatan atau kurang mengerti,
anda dapat menanyakan kepada peneliti.

No. Pernyataan Ya Tidak

1. Merokok membuat seseorang terlihat keren.

2. Merokok salah satu symbol kedewasaan.

3. Gerakan saat merokok, dimulai dari menghisap dan


mengeluarkan asap sangat menarik perhatian.

4. Merokok membuat seseorang popular dan terkenal

5. Merokok membuat seseorang mempunyai banyak


teman.

6. Wanita yang merokok terlihat lebih menarik.

7. Merokok membuat laki-laki terlihat lebih jantan.

8. Merokok hanya membuang-buang uang saja.

9. Merokok hanya membuang-buang waktu saja.

10. Merokok dapat membahaykan diri sendiri.

11. Merokok dapat membahayakan orang disekitar.

12. Kebiasaan merokok seharusnya ditinggalkan.

13. Merokok berdampak buruk bagi kesehatan.

14. Pria yang menolak rokok terlihat seperti banci.


15. Merokok menjadi kebutuhan remaja saat ini.

16. Merokok membantu pelajar dalam menyerap materi


pelajaran.

17. Merokok dapat mengurangi stress.

18. Merokok menghilangkan kebosanan.

19. Merokok membuat seseorang lebih percaya diri.

20. Merokok boleh dilakukan dimana saja.

21. Merokok menyebabkan bau yang tidak menyenangkan.

22. Merokok menjadi trend remaja saat ini.

23. Merokok tidak boleh dilakukan di tempat fasilitas


kesehatan, tempat belajar mengajar, tempat bermain
anak, tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja dan
tempat umum.

24. Merokok adalah cara praktis untuk melupakan


masalah.

25. Merokok terlihat menyenangkan.

26. Merokok membuat seseorang terlihat lebih


bersemangat dan ceria.

27. Petugas kesehatan seperti dokter, perawat, apoteker


dan lainnya sebaiknya menjauhi perilaku merokok.

28. Baik anak, remaja, dewasa ataupun lansia lebih baik


menjauhi perilaku merokok.

29. Merokok dapat membuat seseorang cepat lelah saat


berolahraga.

30. Seseorang yang merokok terlihat modern.


Lampiran 5

KUESIONER C

GAMBARAN EMOSIONAL REMAJA MENGENAI PERILAKU


MEROKOK

DI SMAN 9 KOTA BOGOR TAHUN 2019

Petunjuk Pengisian :

Dibawah ini kami menyediakan pertanyaan mengenai emosional yang mungkin


anda alami setiap hari. Maksud dari masing-masing pilihan jawaban adalah
sebagai berikut :

 Setuju
 Sangat setuju
 Tidak setuju
 Sangat tidak setuju
Berilah tanda checklist (√) pada kolom alternative jawaban yang sesuai
dengan keadaan anda.

No. Pernyataan Sangat Tidak Setuju Sangat


Tidak Setuju Setuju
Setuju

1. Saya lebih suka melampiaskan emosi saya


dengan merokok

2. Demi kesetiakawanan saya ikut dalam


merokok

3. Saya tidak peduli dengan masukkan dari


teman

4. Diperlukan penyuluhan terhadap remaja


menghindari perilaku merokok

5. Saya meninggalkan sekolah saat jam


pelajaran berlangsung tanpa izin
Lampiran 5

6. Saya menjadi lebih mudah marah

7. Jika saya marah saya langsung


meninggalkan ruangan tanpa berkata
sedikitpun

8. Saya merasa bahwa diri saya menjadi


marah karena hal-hal sepele

9. Saya merasa bahwa saya sangat mudah


marah

10. Saya merasa sulit untuk tenang setelah


sesuatu membuat saya kesal

11. Saya sering merasa gelisah

Anda mungkin juga menyukai