Diagnosa kehamilan
untuk diagnosis kehamilan ditetapkan dengan melakukan penilaian dengan beberapa tanda
dan gejala hamil. Perubahan yang fisiologis yang terjadi pada wanita hamil menyebabkan
perubahan-perubahan yang menjadi tanda- tanda kehamilan.
Tanda kehamilan tersebut antara lain :
4) Syncope (pingsan)
Terjadi gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral) menyebabkan iskemia susunan saraf
pusat menimbulkan syncope atau pingsan. Hal ini sering terjadi terutama jika berada
ditempat yang ramai, biasanya akan hilang setelah 16 minggu.
5) Kelelahan
Sering terjadi pada trimester pertama, akibat dari penurunan kecepetan basal metabolisme
(basal metabolisme rate-BMR) pada kehamilan, yang akan meningkat dengan seiring
bertambahnya usia kehamilan akibat aktivitas metabolisme hasil konsepsi.
6) Payudara tegang
Estrogen meningkat perkembangan sistem duktus pada payudara, sedangkan progesteron
menstimulasi perkembengan sistem alveolar payudara. Bersama somatomamtropin,
hormon- hormon ini menimbulkan pembesaran payudara, menimbulkan perasaan tegang
dan nyeri pada dua bulan pertama kehamilan, pelebaran puting susu, serta pengeluaran
klostrum.
7) Sering miski
Desakan rahim ke depan menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh dan sering miski.
Frekuensi miski yang sering terjadi pada triwulan pertama akibat desakan uterus terhadap
kandung kemih. Pada triwulan kedua umumnya keluhan ini akan berkurang karena uterus
yang membesar keluar dari rongga anggul dan menekan kembali kandung kemih.
9) Pigmentasi kulit
Pigmentasi terjadi pada usia kehamilan lebih dari 12 minggu. Terjadi akibat pengaruh
hormon kortikosteroid plasenta yang merangsang melanofor dan kulit.
Pigmentasi ini meliputi tempat tempat berikut :
Sekitar pipi : cloasma gravidarum (penghitaman pada daerah dahi, hidung, pipi dan leher).
Sekitar leher : tampak lebih hitam.
Dinding perut : striae lividaelgravidarum (terdapat pada seorang primigravida, warnanya
membiru), stria nigra, linia alba menjadi lebih menghitam (linea grisea/nigra).
Sekitar payudara : hiperpigmentasi areola sehingga terbentuk areola sekunder, pigmentasi
areola ini berbeda pada tiap wanita, ada yang merah hitam pada wanita, ada yang merah
muda pada wanita kulit putih, coklat tua pada wanita kulit coklat, dan hitam pada kulit
hitam. Selain itu kelenjar montgomeri menonjol dan pembulu darah menifes sekitar
payudara.
Sekitar pantat dan paha atas : terdapat striae akibat pembesaran bagian tersebut.
10) Epulis
Hipertripi papila ginggivae/gusi, sering terjadi pada triwulan pertama.
1) Pembesaran perut
Terjadi akibat pembesaran uterus. Hal ini terjadi pada bulan keempat kehamilan.
2) Tanda hegar
Tanda hegar adalah pelunakan dan dapat ditekannya isthmus uteri.
3) Tanda goodel
Tanda goodel adalah pelunakan serviks. Pada wanita yang tidak hamil serviks seperti ujung
hidung, sedangkan pada wanita hamil melunak seperti bibir.
4) Tanda chadwicks
Perubahan warna menjadi keunguan pada vulva dan mukosa vagina termasuk juga porsio
dan serviks.
5) Tanda piscaseck
Merupakan pembesaran uterus yang tidak simetris. Terjadi karena ovum berimplantasi pada
daerah dekat dekat dengan kornu sehingga daerah tersebut berkembang lebih dahulu.
7) Teraba ballotement
Ketukan yang mendadak pada uterus menyebabkan janin bergerak dalam cairan ketuban
yang dirasakan pada tangan pemeriksa. Hal ini harus ada pada pemeriksaan kehamilan
karena perabaan bagian seperti bentuk janin saja tidak cukup karena dapat saja merupakan
myoma uteri.
Tanda pasti adalah yang menunjukan langsung keberadaan janin, yang dapat dilihat
langsung oleh pemeriksa. Tanda pasti kehamilan terdiri atas hal-hal berikut ini yaitu :
4) Kerangka janin
Kerangka janin dapat dilihat dengan foto rontgen maupun USG.
Pada minggu ke-36, rambut berbulu halus dan vernix caseosa yang melindungi kulit
bayi akan hilang. Kemudian, bayi akan menelan rambut dan vernix, dan setelah
dicerna akan tinggal di ususnya sebagai mekonium, yaitu zat lengket berwarna hitam
atau hijau tua. Mekonium ini akan menjadi kotoran pertama bayi setelah lahir.. Paru-
parunya hampir berkembang sepenuhnya. Refleksnya pun mulai terkoordinasi
sehingga bayi sudah dapat mengedipkan mata, menutup mata, memutar kepala,
menggenggam dengan kuat, merespons cahaya, suara, dan sentuhan. Sensitivitas
pendengaran bayi kemungkinan besar akan meningkat. Panjang bayi pada usia ini
rata-rata mencapai 30 hingga 48 cm, sedangkan beratnya sekitar 2,7 hingga 3 kg.
6. Jelaskan kalau perlu dengan gambar bagaimana proses pembentukan amnion ,chorion
dan yolk sac
Jawab:
1. Pembentukan amnion
Secara pelipatan somatopleura
Sel-sel ICM berproliferasi menyusun diri ke tepi terbentuk rongga yang besar di
tengah, yaitu rongga amnion Terjadi pada rodentia dan primata.
2. Pembentukan Chorion
Pada aves
Adanya pelipatan ke arah luar dari lipatan amnion.
Pada mamalia
Terbentuk lebih awal (pada waktu gastrulasi), sebagai gabungan antara lapisan
trofoblas ektoderm ekstra embrio dan mesoderm ekstra embrio (mesoderm
somatik) di sebelah dalamnya.
Jawab:
Tes infertilitas yang paling sering digunakan adalah Spermiogram menurut World Health
Organization (WHO) prosedur test ini memiliki dua tahap:
1. Pengujian makroskopik yaitu analisis terhadap beberapa karakteristik fisik dari semen
yaitu bau, kekentalan, dan pH.
o Berdasarkan pH: semen harus bersifat agak basa 7,0 hingga 8,5.
o Berdasarkan viskositas: semen harus mudah dituang.
o Berdasarkan volume 2 s/d 5 cm3 .
o Cacah spermatozoa (sperm count). Angka yang normal untuk ini adalah 200 juta/cm3
.
o Kelincahan gerak (motilitas), uji ini menyatakan tingkat aktivitas sperma. Jika
spermatozoa tidak bergerak, mereka tidak dapat sampai ke telur.
o Morfologi, ini memberi informasi tentang bentuk spermatozoa.
8. jelaskan apa yang saudara ketahui tentang nomenclature yang berhubungan dengan
semen quality:oligospermia,asthenozoospermia dsb.
Jawab:
Nomenclatur adalah kumpulan istilah medis yang sistematis dan dapat diproses komputer,
dalam kedokteran manusia dan hewan , untuk memberikan kode, istilah, sinonim dan definisi
yang mencakup anatomi , penyakit , temuan, prosedur, mikroorganisme, zat, dll.
o Aspermia
tanpa air mani (tidak ejakulasi atau retrograde ejakulasi)
o Asthenozoospermia
presentasi dari progressively mortile (PR) spermatozoa di bawah batas
o Azoospermia
jumlah spermatozoa yang hidup Dalam air mani kurang
o Haemospermia (haematospermia)
Terdapat pada erythrocytes di ejakulasi
o Leuko spermia adalah kutan atau kulit, satu-satunya bentuk yang tidak
mematikan,mempengaruhi orang dewaaa muda dan di tandai tumor kulit yang
menurun secara spontan
o teratozoospermia dikatakan monomorfik. Ada dua bentuk teratozoospermia
monomorfik, yang mewakili kurang dari 1% infertilitas pria, yang dikenali:
makrozoospermia (juga disebut sindrom kepala sperma makrosefalika) dan
globozoospermia (juga disebut sindrom sperma berkepala bulat).
o Aligozoospermia yaitu Kondisi konsentrasi SPERMATOZOA yang kurang optimal
dalam SEMEN yang mengalami ejakulasi untuk memastikan pemupukan yang
berhasil dari OVUM.
o Oligoasthenzoospermia jumlah sel spermatozoa dan gerakannya di bawah nilai
normal. sperma tidak subur, tetapi masih bisa membuahi.
o Necrozoospermia didefinisikan sebagai kondisi dimana persentase sperma hidup
rendah dan persentase imotil sperma tinggi dalam air
9. Infertility bisa terjadi pada wanita dan pria. Jelaskan infertility pada pria : definisi,
Etiologi
Jawab:
Infertilitas Adalah suatu keadaaan pasangan suami istri yang telah kawin satu tahun atau
lebih (WHO 2 tahun) dan telah melakukan hubungan seksual secara teratur dan adekuat tanpa
memakai kontrasepsi tapi tidak memperoleh kehamilan atau keturunan. Dari pengertian
infertil ini terdapat tiga faktor yang harus memenuhi persyaratan yaitu lama berusaha, adanya
hubungan seksual secara teratur dan adekuat, tidak memakai kontrasepsi.
•Pembagian infertilitas Secara gasris besar infertilitas dapat di bagi dua yaitu:
1. Infertilitas primer, suatu pasangan dimana isteri Belem hamil walau telah berusaha
selama satu tahun atau lebih dengen hubungan seksual yang teratur dan adekuat tanpa
kontrasepsi.
2. Infertilitas sekunder, bila suatu pasangan dimana sebelumnya isteri telah hamil, tapi
kemudian tidak hamil lagi walau telah berusaha untuk memperoleh kehamilan satu tahun atau
lebih dan pasangan tersebut. telah melakukan hubungan seksual secara teratur dah adekuat
tanpa kontrasepsi.
Pada infertilitas sekunder ini sebagian telah mempunyai. anak, tapi ada keinginan untuk
menambah anak, baik karena anaknya masih satu atau karena jenis kelamin yang diinginkan
belum didapatkan. Dan sebagian lagi memang istri telah pernah hamil mungkin anak yang
lahir meninggal atau mengalami keguguran dan sebagainya.
•Faktor penyebab infertilitas pria
B. Faktor khusus (pre testikular, pest testikular, testikular, reeksi imunologi dan faktor
lingkungan) .
A. Faktor umum
1. Umur
Umur mempengaruhi kesuburan dimana pada usia tertentu tingkat kesuburan seorang pria
akan mulai menurun secara perlahan-lahan.’ Kesuburan pria ini diawali saat memasuki usia
pubertas ditandai dengan perkembangan organ reproduksi pria, ratarata umur 12 tahun.
Perkembangan organ reproduksi pria mencapai keadaan stabil umur 20 tahun. Tingkat
kesuburan akan bertambah sesuai dengan pertambahan umur dan akan mencapai puncaknya
pada umur 25 tahun. Setelah usia 25 tahun kesuburan pria mulai menurun secara perlahan-
lahan, dimana keadaan ini disebabkan karena perubahan bentuk dan faal organ reproduksi
2. Frekuensi sanggama.
Hal ini berarti walaupun suami istri mengadakan hubungan seksua tapi tidak bertepatan
dengan masa subur istri yang hanya terjadi satu kali dalam sebulan, maka tidak akan terjadi
pembuahan, dengan arti kata tidak akan terjadi kehamilan pada istri
3. Lama berusaha
B. Faktor khusus
1. Faktor Pre testikular yaitu keadaan-keadaan diluar testis dan mempengaruhi proses
spermatogenesis.
2. Kelainan endokrin. Kurang lebih 2% dari infertilitas pria disebabkan karena adanya
kelainan endokrin antara lain berupa:
4.. Varikokel, yaitu terjadinya pemanjangan dan dilatasi serta kelokan-kelokan dari pleksus
pampiriformis yang mengakibatkan terjadinya gangguan vaskularisasi testis yang akan
mengganggu proses spermatogenesis;
a. Kelainan epididimis den funikulus spermatikus, dapat berupa absennya duktus deferens,
duktus deferens tidak bersambung dengan epididimis, sumbatan dan lain-lain
c. Kelainan prostat dan vesikula seminalis, yang sering adalah peradangan, biasanya
mengenai kedua organ ini, tumor prostat dan prostatektomi
d. Kelainan penis / uretra. berupa malformasi penis, aplasia, anomali orifisium uretra
(epispadia ,hipospadia). anomali preputium (fimosis), dan lain-lain.
f. Reaksi imunologis Dalam hal ini analisis sperma biasanya tidak menunjukan kelainan,
kecuali terlihat adanya aglutinasi spermatozoa yang dapat ditentukan dengan tes imunologis
6. Faktor lingkungan
c. sinar Rontgen, spermatogonia dan spermatosit sangat peka terhadap sinar Rontgen, tapi
spermatic dan sel sertoli tidak,banyak terpengaruh bahan kimia dan obat-abatan tertentu dapat
menghambat proses spermatogenesis, misal metronidazol, simetidin dan lain-lain
Infertilitas juga adalah masalah pada 15% hingga 30% pasangan. Infertilitas pria dapat
disebabkan oleh kurangnya jumlah sperma dan/atau buruknya motilitas sperma. Normalnya,
ejakulat memiliki volume 2-6 ml, dengan sekitar 100 juta sperma permilimeter. Pria dengan
20 juta sperma per ml atau 50 juta sperma per ejakulat total biasanya fertil (subur).
Infertilitas pria berat, yaitu ejakulat berisi sangat sedikit sperma hidup (oligozoospermia) atau
bahkan tidak ada sperma hidup (azoospermia), dapat diatasi menggunakan intracytoplasmic
sperm injection. Dengan teknik ini, satu sperma, yang dapat diperoleh dari tempat manapun
di saluran reproduksi pria, diinjeksikan ke dalam sitoplasma sel telur untuk menimbulkan
fertilisasi. Pendekatan ini memberikan alternatif pada pasangan untuk menggunakan sperma
donor untuk IVF. Teknik ini memiliki peningkatan risiko bagi janin untuk mengalami delesi
kromosom Y tapi tanpa abnormalitas kromosom lainnya.
Jawab:
Laboratorium klinik sangat berperan dalam diagnosis dan penatalaksanaan pria infertil.
Pemeriksaan laboratorium yang merupakan tulang punggung laboratorium andrologi dan
laboratorium rumah sakit atau Assisted Reproductive Technology (ART) adalah analisis
sperma dan pemeriksaan hormon. Analisis sperma dipakai untuk diagnosis evaluasi pre/post
terapi medikal maupun surgikal infertilitas pria. Analisis sperma dipakai juga di laboratorium
forensik guna penanggulangan kasus perkosaan, kasus penolakan orangtua terhadap bayinya,
dan untuk menyaring pengaruh bahan racun/ obat yang toksik pada organ reproduktif. Saat
ini, banyak diminta pemeriksaan DNA untuk penanggulangan perkosaan. Dengan demikian,
pada masa mendatang diramalkan permintaan analisis sperma akan meningkat. Satu persen
dari seluruh kehamilan di Amerika Serikat terjadi menggunakan assisted reproductive
technology (ART). Anak dari konsepsi cara ini menunjukkan peningkatan angka prematuritas
(kehamilan <37 minggu), berat badan lahir rendah (<2.500 gr), berat badan lahir sangat
rendah (<1.500 gr), dan beberapa jenis cacat lahir. Sebagian besar efek samping ini terjadi
akibat meningkatnya angka kelahiran multipel (kembar dua, kembar tiga, dan sebagainya),
yang terjadi lebih sering pada kehamilan ART. Namun, studi terakhir menunjukkan bahwa
bahkan di antara kehamilan tunggal dengan ART, terdapat peningkatan angka kelahiran
preterm dan malformasi bayi. Beberapa pendekatan yang digunakan untuk ART adalah
sebagai berikut:
Fertilisasi in vitro (in vitro fertilization, IVF) ovum manusia dan pemindahan mudigah adalah
prosedur standar yang digunakan oleh laboratorium di seluruh dunia. Pertumbuhan folikel di
dalam ovarium dirangsang dengan pemberian gonadotropin. Oosit diambil dari folikel
ovarium dengan laparoskopi menggunakan suatu aspirator tepat sebelum ovulasi ketika oosit
berada dalam tahap lanjut pembelahan meiosis I. Sel telur diletakkan di dalam media biakan
sederhana, dan sperma segera ditambahkan. Sel telur yang dibuahi dipantau hingga tahap
delapan-sel dan kemudian diletakkan di dalam uterus untuk berkembang hingga aterm.
Angka keberhasilan IVF bergantung pada usia ibu. Sekitar 30% pasangan akan hamil
sesudah satu kali usaha jika sang wanita berusia kurang dari 35 tahun. Angka keberhasilan
turun menjadi 25% pada wanita berusia 35-37 tahun, 17% pada wanita berusia 38-40 tahun,
dan menjadi <5% pada mereka yang berusia lebih dari 40 tahun. Selain angka
keberhasilannya yang relatif rendah, teknik ini juga terkait dengan tingginya angka
malformasi kongenital. Untuk meningkatkan kemungkinan keberhasilan terjadinya
kehamilan, diambil empat hingga lima ovum, dibuahi, dan diletakkan di dalam uterus.
Pendekatan ini kadang menyebabkan kelahiran multipel.