SKENARIO C
BLOK 15
Disusun Oleh :
Kelompok 3
Tutor : dr. Erial Bahar, MSc
Anggota
1. Tetha Deliana Putri 0410 1401020
FAKULTAS KEDOKTERAN
1
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas ridho dan karunia-Nya laporan
tugas tutorial skenario ini dapat terselesaikan dengan baik.
Laporan ini betujuan untuk memenuhi tugas tutorial yang merupakan bagian
dari sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Tak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan laporan tugas tutorial ini.
Laporan ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik pembaca
akan sangat bermanfaat bagi revisi yang senantiasa akan penyusun lakukan di kemudian
hari.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Kata Penghantar.............................................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang……………………………………………………………………….... 4
Maksud dan Tujuan…………………………………………………………………… 4
BAB II PEMBAHASAN
Skenario ......................................................................................................................... 5
Klarifikasi Istilah ........................................................................................................... 5
Identifikasi Masalah....................................................................................................... 6
Analisis Masalah ........................................................................................................... 6
Hipotesis ........................................................................................................................ 15
Kerangka Konsep .......................................................................................................... 17
BAB III SINTESIS
Sintesis .......................................................................................................................... 18
BAB IV KESIMPULAN
Kesimpulan.................................................................................................................... 27
Daftar Pustaka............................................................................................................... 28
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
PEMBAHASAN
Skenario
Tn. Jenggo, 50 tahun dating berobat ke poliklinik IKKK RSMH dengan keluhan timbul
bintil-bintil kemerahan yang makin lama makin banyak di tangan, perut, kelamin, lipat
paha, dan bokokng disertai gatal terutama malam hari sejak 3 bulan yang lalu. Tn.
Jenggo baru keluar dari penjara 2 bulan yang lalu. Tn. Jenggo belum pernah berobat.
Ny. Jenggo, 45 tahun dan jenggo junior, 15 tahun juga menderita keluhan yang sama
sejak 1 bulan yang lalu.
Pemeriksaan fisik:
Keadaan umum: sadar dan kooperatif.
Vital sign: Nadi: 75x/menit, RR: 20x/menit, suhu 36,5oC, TD: 110/80 mmHg
Status dermatologikus:
Regio manus dextra et sinistra, abdomen, genitalia, inguinal, glutea: papul eritem,
múltiple, milier, diskret; sebagian terdapat vesikel, múltiple, milier, diskret; sebagian
terdapat erosi dan ekskoriasi múltiple.
5
I. Klarifikasi Istilah
1. Gatal : Pruritus, sensasi kulit yang tidak nyaman dan menimbulkan keinginan
untuk menggaruk atau menggosok kulit.
2. Papul Eritem: Lesi menonjol yang kecil dengan diameter < 0,5 cm, berbatas tegas dan
padat, serta berwarna kemerahan.
3. Milier : Lesi yang menyerupai biji padi-padian dan menyebar.
4. Diskret : Lesi yang tidak berkelompok
5. Vesikel : Tonjolan kecil berbatas tegas dengan usuran < 0,5 cm berisi cairan.
6. Erosi : Lesi yang masuk kedalam disertai hilangnya sebagian bagian epidermis.
7. Ekskoriasi multipel: Ekskavasi permukaan pada epidermis yang dihasilkan dari
penggarukan. Biasanya ditemukan pada pasien pruritus. Lesi lebih
besar dari erosi.
6
Infestasi tungau sarcoptes scabiei merusak lapisan epidermis tepatnya pada
starum korneum. Pada starum corneum inilah terdapat terowongan yang dibuat oleh
tungau betina untuk meletakkan telurnya.
Selain terdapat terowongan, gambaran histologi pada kasu ini juga terdapat
terlihat adanya akantolisis di epidermis , yaitu hilangnya daya kohesi antar sel-sel
epidermis sehingga menyebabkan terbentuknya vesikel di epidermis. Akantolisis
terjadinya akibat adanya infestasi Sarcoptes scabiei di stratum korneum epidermis.
d. Bagaimana etiologi dan mekanisme terjadinya gatal terutama pada malam hari?
Iritan/ alergen dari tungau (sekret dan ekskret) proteksi kulit dengan
mengeluarkan histamin sensor syaraf terhadap respon histamin spinal cord
thalamus: spinothalamic tract (STT) serebral korteks sensasi gatal persepsi
saraf motorik: gerakan menggaruk
Gatal pada malam hari disebabkan karena aktivitas tungau lebih tinggi pada suhu
yang lebih lembab dan panas. Dari segi psikologis juga, pada malam hari, kita
7
cenderung lebih memberikan perhatian pada tubuh karena berkurangnya aktivitas jika
dibandingkan dengan siang hari sehingga rasa gatal cenderung lebih terasa pada malam
hari.
2.a . Apa hubungan penjara dengan keluhan yang dialami Tn. Jenggo?
Penjara merupakan tempat dimana higiene jelek sekali. Hiegene yang jelek ini
merupakan faktor resiko berkembangnya penyakit skabies. Penyebaran penyakit ini pun
banyak ditemukan di kelompok masyarakat yang sering berdekatan atau bersentuhan
seperti para tahanan di penjara.
b. Mengapa Ny. Jenggo dan jenggo junior juga mempunyai keluhan yang sama
dengan Tn. Jenggo? (mekanisme penularan)
Berarti pada kasus ini, Ny. jenggo dan jenggo junior sudah tertular tungau
sarcoptes sarcobiei dari Tn. Jenggo.
Cara penularannya bisa melalui 2 cara;
1. Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan, tidur
bersama dan hubungan seksual.
2. Kontak tidak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal
dan lain-lain.
Penularan biasanya dilakukan oleh tungau betina yang sudah dibuahi atau
kadang-kadang oleh bentuk larva.
8
3. Bagaimana patofisiologi timbulnya lesi-lesi pada status dermatologikus?
Patofisiologi timbulnya lesi disebabkan; Reaksi alergi yang sensitif terhadap
tungau dan produknya memperlihatkan peran yang penting dalam perkembangan lesi. S.
Scabiei melepaskan substansi sebagai respon hubungan antara tungau dengan
keratinosit (substansi seperti secret dan eskret) dan sel-sel Langerhans (sel imun
protektif) ketika melakukan penetrasi ke dalam kulit. Hasil penelitian sebelumnya
menunjukkan keterlibatan reaksi hipersensitivitas tipe IV dan tipe I. Substansi yang
dilepaskan oleh S. Scarbei akan berperan sebagai antigen dan mensensitisasi reaksi
kulit.
Lesi pada kasus ini dibagi menjadi lesi primer dan sekunder;
• Lesi primer papul eritem, vesikel.
patofisiologi reaksi hipersensitivitas tipe IV (tipe lambat).
• Lesi sekunder akibat garukan erosi dan ekskoriasi
9
sampai mencapai jumlah 40 atau 50. Bentuk betina yang telah dibuahi ini dapat
bertahan hidup selama 1 bulan. Biasanya dalam watu 3-5 hari, telur akan menetas dan
menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat tinggal dalam
terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2-3 hari, larva akan menjadi nimfa yang
mempunyai 2 bentuk yaitu jantan dan betina, dengan 4 pasang kaki. Seluruh siklus
hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari.
Tungau betina akan mati setelah meninggalkan telur, dan tungau jantan akan mati
setelah kopulasi.
10
panjang 1-10 mm genitalia pria, dan Menemukan
dan berjumlah bokong. Sarcoptes scabiei
banyak. pada pemeriksaan
mikroskopis.
11
bekas garukan. menyerang orang
yang kurang
menjaga
kebersihan.
Anamnesis:
- Bintil- bintil kemerahan di tangan, perut, kelamin, lipat paha dan bokong
- Gatal terutama malam hari
- Istri dan anak Tn. Jenggo juga mengalami keluhan yang sama
Pemeriksaan fisik:
Diagnosis skabies dapat ditegakkan dengan menemukan 2 dari 4 tanda cardinal sebagai
berikut:
1. pruritus nokturna
4. Menemukan tungau
12
Pada kasus ini sudah memenuhi 2 dari 4 tanda scabies yaitu pruritus nokturnal dan
menyerang sebuah kelompok manusia yaitu keluarga Tn. Jenggo. Jadi diagnosis Scabies
sudah dapat ditegakkan.
13
Banyak faktor yang dapat menunjang penyakit ini, antara lain; sosial ekonomi
rendah, higiene yang buruk, hubungan seksual, kesalahan diagnosis dan perkembangan
dermografik yang ekologik
14
Dengan memperhatikan aspek keefektivitas, keamanan, kenyamanan pasien dan
harga obat, kelompok kami sepakat untuk memberikan krim skabimit degan golongan
generik permetrin kepada keluarga Tn. Jenggo.
IV. Hipótesis
15
Tn. Jenggo, 50 tahun, memiliki keluhan bintik-bintik kemerahan yang makin lama
makin banyak di tangan, perut, kelamin, lipat paha, bokong yang disertai gatal terutama
pada malam hari karena skabies.
16
VI. Kerangka Konsep
Melalui penularan
baik secara langsung Tungau betina yang dibuahi akan membentuk
(kulit dengan kulit) terowongan sampai perbatasan stratum korneum dan
dan tidak langsung stratum granulosum dan tungau ini bertelur 2-4 butir
(melalui benda sampai 40-50 butir /hari
seperti baju, handuk,
sprei)
Telur ini akan menetas (3-5 hari) larva dengan 3
pasang kaki dlm 2-3 hari menjadi stadium nimfa
yang mempunyai 2 bentuk yaitu jantan dan betina
tungau (scabiei) dewasa
Ny. Jenggo dan Jenggo
junior juga mengalai
keluhan yang sama Tungau menghasilkan zat sekreta dan ekskreta, serta
seperti Tn. Jenggo feses (scybala)
Aktivitas
sarcoptes scabiei Sensasi
semakin gatal, : Krim skabimit, golongan
Terapi (hasil diskusi) mesensitisasi sel T permetrin.
generiknya sel T yang sudah
meningkat pada terutama 17
malam hari Cara pemakaian:
pada
digunakan untuk tersensitisasi
malam
sekali pemakaian. Oleskan pada
akan mengeluarkan limfosit
timbulah tanda-tanda
(suhu lembab) daerah yang Respon
terdapat lesi. Lama pemakaian selama jam.inflamasi
8-12inflamasi
timbul
Timbul erosi danhariekskoriasi
menggaruk berupa papul (tumor), eritem
BAB III
SINTESIS
1. Anatomi Kulit
Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama yaitu:
a. Lapisan epidermis
b. Lapisan dermis
c. Lapisan subkutis
18
1. Stratum corneum (lapisan tanduk), lapisan paling luar dan terdiri atas beberapa
sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti, dan protoplasmanya telah berubah
menjadi keratin (zat tanduk)
2. Stratum lusidum, lapisan sel-sel gepeng, tanpa inti dengan protoplasma yang
berubah menjadi protein (eleidin).
3. Stratum Granulosum (lapisan keratohialin) merupakan 2-3 lapisan sel gepeng
dengan sitoplasma berbutir kasar (keratohialin).
4. Stratum spinosum (startum malphigi), terdiri atas beberapa sel poligonal,
proplasmanya jernih karena banyak mengandung glikogen. Inti terletak
ditengah-tengah. Diantara sel stratum spinosum terdapat jembatan-jembatan
antar sel (intercellular bridges) dan juga terdapat sel langerhans.
5. Stratum basale, terdiri atas sel kubus/kolumnar yang tersusun vertical pada
perbatasan dermo-epidermal berbaris seperti pagar (palisade). Pada stratum
basale terdapat sel melanosis yang mengandung batir pigmen.
Lapisan dermis dibagi menjadi 2, yaitu:
a. pars papilare ; bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung serabut saraf
dan pembuluh darah.
b. pars retikulare ; bagian dibawahnya yang menonjol ke subkutian, terdiri atas
serabut penujang (kolagen, elasti, retikulin).
Lapisan subkutis terdiri dari jeringan kyat longgar yang berisi sel-sel lemak. Di
lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah, dan getah bening.
Vaskularisasi kulit diatur oleh 2 pleksus yaitu pleksus yang terletak diatas dermis
(pleksus superfisialis) dan yang terletak di subkutis (pleksus profunda).
Pada kasus ini, anatomi yang terganggu akibat infetasi tungau sarcoptes scabiei
adalah di stratum corneum, pada startum corneum inilah sarcoptes scabiei membuat
terowongan untuk meletakkan telur-telurnya.
2. Fisiologi Kulit
a. Fungsi Proteksi
19
Melindungi bagian dalam tubuh terhadap gangguan fisik maupun mekanik,
misalnya tekanan,gesekan,tarikan,gangguan kimiawi, seperti zat-zat kimia
iritan(lisol,karbol,asam,atau basa kuat lainnya), gangguan panas atau dingin ,
gangguan sinar ultraviolet, gangguan kuman, jamur,bakteri atau virus.
b. Fungsi absorpsi
Kelenjar-kelenjar pada kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna atau sisa
metabolisme dalam tubuh.Produk kelenjar lemak dan keringat dipermukan kulit
membentuk keasaman kulit pada pH 5-6,5.
d. Fungsi Pengindra (sensori)
• Badan Krause:Dingin
Kulit melakukan peran ini dengan mengeluarkan keringat dan otot dinding
pembuluh darah kulit.
f. Fungsi pembentukan pigmen
20
g. Fungsi Keratinasi
Proses keratinasi sel dari sel basal sampai sel tanduk berlangsung selama 14-21
hari. Proses ini dilakukan agar kulit dapatt melaksanakan tugasnya dengan baik.
Pada beberapa macam penyakit kulit proses ini terganggu, sehingga kulit akan
terlihat bersisik,tebal,kasar, dan kering.
h. Fungsi produksi vitamin D
Kulit juga dapat membuat vitamin D dari bahan baku 7-dihidroksi kolesterol
dengan bantuan sinar matahari.
i. Fungsi Ekspresi Emosi
Hasil gabungan fungsi yang telah disebut diatas menyebabkan kulit mampu
berfungsi sebagai alat untuk menyatakan emosi yang didapat dalam jiwa
manusia
21
f. Erosi : Kelainan kulit yang disebabkan kehilangan jaringan yang tidak
melampaui stratum basale.
22
banyak digunakan masyarakat Indonesia karena harganya yang murah dibanding obat-
obat antiskabies lain dan juga memiliki efek antipruritus.
Golongan Generik
Permetrin
Farmakologi
Scabimite merupakan antiparasit spektrum luas terhadap tungau, kutu rambut, kutu
badan, serta arthropoda lainnya. Scabimite bekerja dengan cara mengganggu
polarisasi dinding sel saraf parasitmelalui ikatan dengan natrium. Hal ini
memperlambat repolarisasi dinding sel dan akhirnya terjadi paralisis parasit.
Scabimite dimetabolisir dengan cepat di kulit.
Indikasi
Skabies
Penggunaan
Scabimite cream digunakan untuk sekali pemakaian. Oleskan krim merata pada
seluruh permukaan kulit mulai dari kepala sampai ke jari-jari kaki, terutama daerah
belakang telinga, lipatan bokong, sela-sela jari, dan area lesi lain yang terkena. Lama
pemakaian selama 8-12 jam. dianjurkan pengolesan pada maalm hari kemudian
dicuci pada keesokan harinya.
23
- Hindari kontak dengan mata
- Penggunaan pada wanita hamil dan menyusui belum diketahui keamanannya.
Aman digunakan pada bayi usia 2 bulan atau lebih, sedangkan pemakaian pada
bayi usia kurang dari 2 bulan belum diketahui
Harga Obat
10 gram: Rp 28.000/tube
30 gram: Rp 60.000/tube
2. Salep 2-4
Komposisi
Asam salisilat 2%, sulfur 4%
Farmakologi
Asam salisilat merupakan obat topikal yang digunakan untuk mengobati sejumlah
masalah kulit, seperti jerawat, kutil, ketombe, psoriasis, dan masalah kulit lainnya.
Asam salisilat juga membantu menghilangkan sel-sel kulit mati dari lapisan kulit
(keratolitik).
Sulfur (belerang) dapat mengobati bekas luka, jerawat, maupun skabies karena
sulfur memiliki tingkat keasaman yang cukup tinggi.
Obat ini kurang efektif untuk stadium telur, sehingga penggunaan tak boleh kurang
dari 3 hari, penggunaan minimal seminggu
Indikasi
Scabies (kudis), eksim, pedikulosis, jerawat, tinea
Penggunaan
Oleskan pada daerah yang sakit sekitar 3-4x/hari
24
Efek Samping Obat
Kulit kering, iritasi kulit ringan, obat ini berbau dan mengotori pakaian
Harga Obat
15 gram: Rp 2.500/tube
3. Scabicid cream
Komposisi
Tiap gram mengandung
Gameksan (gama benzene heksaklorida) 10 mg
Asam usnat 10 mg
Dalam krim yang mudah dicuci
Farmakologi
Gameksan adalah suatu skabiesida dan pedikulosida. Gameksan merupakan
neurotoksin yang menggangu fungsi neurotransmitter GABA dengan cara
berinteraksi dengan kompleks GABA receptor-chloride channel sehingga dapat
mempengarui saraf, hepar, dan ginjal. Meskipun toksisitasnya tidak boleh dianggap
ringan, zat ini dapat digunakan dengan aman sebagai obat luar dalam konsentrasi
sampai 1% apabila tidak terlalu sering diulang. Telur-telur parasit terkadang tidak
langsung terpengaruh oleh gameksan, maka sesekali diperlukan penggunaan untuk
kedua atau ketiga kalinya.
Asam usnat dalam Scabicid efektif untuk memberantas infeksi sekunder yang
umumnya menyertai skabies. Infeksi sekunder biasanya disebabkan oleh bakteri
gram positif, seperti Stafilokokus dan Streptokokus.
Perhatian
Gameksan sering merangsang selaput lendir, maka Scabicid tidak boleh terkena
mata atau selaput lendir lain
Penggunaan
25
Scabicid langsung digunakan pada kulit yang terkena skabies dan daerah sekitarnya
untuk menjamin pengobbatan yang sempurna. Untuk pemakaian di kepala,
khususnya wanita, dianjurkan untuk memendekkan rambut sebelum memulai
pengobatan.
Setelah diobati, dianjurkan tidak mandi, atau mencuci bagian-bagian yang ada
obatnya, selama sekurangnya 24 jam setelah pengobatan.
Apabila pengobatan tidak sempurna, dapat diulangi setelah kurang lebih satu
minggu. Obat ini tidak boleh digunakan lebih dari 3 kali berturut-turut karena
penggunaan terlalu sering di tempat yang sama dapat merangsang kulit.
Harga Obat
10 gram: Rp 5.000/tube
Pada kasus ini, kami memilih obat krim skabimit, golongan generiknya
adalah permetrin. Permetrin memiliki efektivitas dan keamanan yang tinggi, tidak
menimbulkan bau sehingga nyaman untuk pasien.
26
BAB IV
KESIMPULAN
Pada kasus ini, tuan jenggo, istri beserta anaknya menderita penyakit skabies.
Penyakit ini disebabkan oleh tungau sarcoptes scabiei. Diduga Tn. Jenggo tertular
penyakit ini ketika ia masih didalam penjara yang memiliki higiene yang buruk. Obat
yang dapat diberikan kepada Tn. Jenggo yaitu permectrin, obat berbentuk krim dengan
sekali pemakaian. Prognosis untuk kasus ini bonam, karena penyakit ini dapat diobati
dan setelah 1-3 minggu pengobatan gejala pruritus dan lesi biasanya hilang
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda A. Skabies. Hamzah M, Aisah S, eds. Ilmu Penyakit Kulit Dan
Kelamin. Jakarta: FK UI; 2007. p. 122-5.
3. Stone PS, Goldfrab NJ, Bacelieri ER. Scabies, Other mites, and Pediculosis :
Wolff K, Goldsmith AL, Katz IS, Gilchrest AB, Paller SA, Leffell JD, editors.
Fitzpatrick’s Dermatology In General Medicine Seventin Edition. United States:
Mc Graw Hill Medicall; 2008.p. 2029-32.
28