BLOK 17
KELOMPOK 9
FAKULTAS KEDOKTERAN
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tutorial skenario E Blok 17 Semester
6. Shalawat seiring salam selalu tercurah kepada junjungan kita, Nabi besar
Muhammad SAW. beserta para keluarga, sahabat, dan pengikutnya hingga akhir zaman.
Kami menyadari bahwa laporan tutorial ini jauh dari sempurna oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, guna perbaikan tugas-tugas
selanjutnya.
Dalam penyelesaian tugas tutorial ini, kami banyak mendapat bantuan,
bimbingan dan saran. Pada kesempatan ini kami sampaikan rasa hormat dan
terimakasih kepada :
1. dr. Sheila Yonaka Lindri, M.Kes
2. Semua pihak yang membantu penulis.
Semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala amal yang diberikan
kepada semua orang yang telah mendukung kami dan semoga laporan tutorial ini
bermanfaat bagi kita dan perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga kita selalu dalam
lindungan Allah SWT. Aamiin.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………….……………....……..………..………….i
DAFTAR ISI...……………………..…………..…..……….....….…………….ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………….……..…………1
1.2 Tujuan…………….…………………………………………….………..2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Data Tutorial….………….……....………………………..…..…………3
2.2 Skenario Kasus…………………..…….…………………..…....….…….4
2.3 Klarifikasi Istilah…………..........................................…………………..5
2.4 Identifikasi Masalah…………………………………..….………………7
2.5 Prioritas Masalah……………………………………………….………..8
2.7 Kesimpulan……………………………………………………..………55
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................……57
BAB I
PENDAHULUAN
1
Pemeriksaan Khusus:
Kepala: konjungtiva tidak pucat
Thoraks: dalam batas normal
Abdomen (status Ginekologi)
Pemeriksaan Luar:
- Inspeksi: tampak benjolan ukuran 3x3x3 cm, berwarna merah di labia
mayora dextra bawah.
- Palpasi: benjolan teraba hangat, berbatas tegas, terfiksasi, konsistensi kistik,
yang sangat sakit pada perabaan.
Inspekulo:
- Portio: tidak livide
- Vagina tenang
- Fluxus (-), fluor albus (-)
- Polip, erosi (-)
Pemeriksaan Dalam (Bimanual):
- Portio: kenyal, nyeri goyang (-)
- OUE tertutup
- Corpus uteri: sebesar normal
- Kedua adneksa dalam batas normal
- Cavum Douglas tidak menonjol
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu:
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem
pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode
analisis dan pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Data Tutorial
Peraturan tutorial :
1. Menonaktifkan ponsel atau dalam keadaan diam.
2. Mengacungkan tangan saat akan mengajukan argumen dan pertanyaan.
3. Izin saat akan keluar ruangan.
4. Dilarang membawa makanan dan minuman saat proses tutorial berlangsung.
3
2.2 Skenario Kasus
4
- Portio: tidak livide
- Vagina tenang
- Fluxus (-), fluor albus (-)
- Polip, erosi (-)
Pemeriksaan Dalam (Bimanual):
- Portio: kenyal, nyeri goyang (-)
- OUE tertutup
- Corpus uteri: sebesar normal
- Kedua adneksa dalam batas normal
- Cavum Douglas tidak menonjol
5
mukosa dari uterus nongravid
melalui vagina.
5. Adneksa Struktur tambahan pada uterus. (Dorland, 2018)
6
2.4 Identifikasi Masalah
1. Ny. Gina, 35 tahun, P3A0, datang ke Poliklinik Umum RSMP dengan keluhan
sakit di bibir kemaluan sebelah kanan bawah sejak 4 hari yang lalu.
2. Ny. Gina sudah menyadari bahwa terdapat benjolan di bibir kemaluan kanan
bawah sebesar telur ayam kampung sejak 1 bulan yang lalu. Karena tidak ada
keluhan, Ny. Gina tidak pernah memeriksakan diri ke dokter. Karena 4 hari ini,
benjolan tersebut memerah, rasa panas, bengkak dan sangat sakit maka baru
sekarang dia mau berobat.
3. Ny. Gina merasa tidak mengeluarkan darah dari kemaluan. Riwayat menstruasi
teratur, banyaknya sedang, tidak terasa sakit sewaktu menstruasi. Ny. Gina
mengalami menstruasi terakhir pada 3 minggu yang lalu. Ny.Gina tidak pernah
memakai kontrasepsi apapun. Ny. Gina mempunyai kebiasaan tidak mengganti
celana dalam selama seharian.
4. Pemeriksaan Fisik:
Keadaan umum: tampak sakit sedang, kesadaran: compos mentis
Tanda Vital: N: 80 x/menit isi tegangan cukup, TD: 110/70 mmHg, RR:20
x/menit, T: 36,60C.
5. Pemeriksaan Khusus:
Kepala: konjungtiva tidak pucat
Thoraks: dalam batas normal
Abdomen (status Ginekologi)
Pemeriksaan Luar:
- Inspeksi: tampak benjolan ukuran 3x3x3 cm, berwarna merah di labia
mayora dextra bawah.
- Palpasi: benjolan teraba hangat, berbatas tegas, terfiksasi, konsistensi kistik,
yang sangat sakit pada perabaan.
Inspekulo:
- Portio: tidak livide
7
- Vagina tenang
- Fluxus (-), fluor albus (-)
- Polip, erosi (-)
Pemeriksaan Dalam (Bimanual):
- Portio: kenyal, nyeri goyang (-)
- OUE tertutup
- Corpus uteri: sebesar normal
- Kedua adneksa dalam batas normal
- Cavum Douglas tidak menonjol
1. Ny. Gina, 35 tahun, P3A0, datang ke Poliklinik Umum RSMP dengan keluhan
sakit di bibir kemaluan sebelah kanan bawah sejak 4 hari yang lalu.
a. Bagaimana anatomi dan fisiologi pada kasus ?
Jawab :
A. Organ Genitalia Pada Wanita
8
Gambar 1. Gambaran Organ Genitalia Eksterna
9
belakang kedua labia mayora bertemu dan membentuk
kommisura posterior.Labia mayora analog dengan skrotum pada
pria.
4. Labia minora (nymphae)
Labia minora (nymphae) adalah suatu lipatan tipis dari kulit
sebelah dalam bibir besar. Ke depan kedua bibir kecil bertemu
yang diatas klitoris membentuk preputium klitoridis dan yang di
bawah klitoris membentuk frenulum klitoridis. Ke belakang kedua
bibir kecil juga bersatu dan membentuk fossa navikulare. Kulit
yang meliputi labia minora mengandung banyak glandula sebasea
dan juga ujung-ujung saraf yang menyebabkan bibir kecil sangat
sensistif.
5. Klitoris
Klitoris kira-kira sebesar biji kacang ijo, tertutup oleh
preputium klitoridis dan terdiri atas glans klitoridis, korpus
klitoridis dan dua krura yang menggantungkan klitoris ke os
pubis. Glans klitoridis terdiri atas jaringan yang dapat
mengembang, penuh dengan ujung saraf, sehingga sangat sensitif.
6. Vestibulum
Vestibulum berbentuk lonjong dengan ukuran panjang dari
depan ke belakang dan dibatas di depan oleh klitoris, kanan dan
kiri oleh kedua bibir kecil dan di belakang oleh perineum
(fourchette).
7. Introitus Vagina
Introitus vagina mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda-
beda. Introitus vagina ditutupi oleh selaput darah.
8. Perineum
Perineum terletak antara vulva dan anus, panjangnya rata-rata
4 cm. Jaringan yang mendukung perineum terutama ialah
10
diafragma pelvis dan diafragma urogenitalis. Diafragma pelvis
terdiri atas otot levator ani dan otot koksigis posterior serta fasia
yang menutupi kedua otot ini. Diafragma urogenitalis terletak
eksternal dari diafragma pelvis, yaitu di daerah segitiga antara
tuber isiadika dan simfisis pubis. Diafragma urogenitalis meliputi
muskulus transverses perinea profunda, otot konstriktor uretra dan
fasia internal maupun eksternal yang menutupinya (Cunningham
FG et al, 2019).
11
• Uterus
Berbentuk advokat atau buah pir yang sedikit gepeng ke
arah depan belakang. Ukurannya sebesar telur ayam dan
mempunyai rongga. Dindingnya terdiri dari otot-otot polos.
Ukuran panjang uterus adalah 7-7,5 cm, lebar diatas 5,25 cm, tebal
2,5 cm dan tebal dinding 1,25 cm. Letak uterus dalam keadaan
fisiologis adalah anteversiofleksio (serviks ke depan dan
membentuk sudut dengan vagina, sedangkan korpus uteri .ke
depan dan membentuk sudut dengan serviks uteri). Uterus terdiri
atas (1) fundus uteri; (2) korpus uteri dan (3) serviks uteri.
Fundus uteri adalah bagian uterus proksimal; di situ kedua
tuba falopii masuk ke uterus. Di dalam klinik penting untuk
diketahui sampai di mana fundus uteri berada, oleh karna tuanya
kehamilan dapat diperkirakan dengan perabaan pada fundus uteri.
Korpus uteri adalah bagian yang terbesar. Pada kehamilan bagian
ini berfungsi sebagai tempat janin berkembang.
• Tuba Fallopi
Tuba Fallopi terdiri atas (1) pars interstisialis, yaitu bagian
yang terdapat di dindinguterus (2) pars ismikia, merupakan bagian
medial tuba yang sempit seluruhnya; (3) pars ampularis, yaitu
bagian yang berbentuk sebagai saluran agak lebar, tempat konsepsi
terjadi; dan (4) infundibulum, yaitu bagian ujung tuba yang terbuka
ke arah abdomen dan mempunyai fimbria. Fimbria penting artinya
bagi tuba untuk menangkap telur dan selanjutnya menyalurkan
telur ke dalam tuba.
• Ovarium (indung telur)
Perempuan pada umumnya mempunyai 2 indung telur
kanan dan kiri. Mesovarium menggantung ovarium di bagian
12
belakang ligamentum latum kiri dan kanan. Ovarium berukuran
kurang lebih sebesar ibu jari tangan dengan ukuran panjang kira-
kira 4 cm, lebar dan tebal kira-kira 1,5 cm Salah satu fungsi dari
Ovarium merupakan organ yang bertanggung jawab terhadap
produksi sel benih perempuan yang disebut ovum, dan hormone
sex perempuan estrogen dan progesterone, pada perempuan
dewasa. (Cunningham FG et al, 2019).
13
pubertas 300-400 ribu (yang lain mengalami degenerasi).
Dibawah pengaruh FSH, folikel berkembang menjadi folikel
masak (folikel de graaf) , dan dengan adanya LH terjadi ovulasi.
b. Fase Ovulasi
Fase ovulasi adalah fase dilepaskannya ovum yang telah masak
dari ovarium. Biasanya terjadi pada pertengahan siklus
ovarium/menstruasi.
c. Fase Luteal
Setelah ovulasi, atas pengaruh LH, sel granulosa mengalami
hiperplasia sehingga terbentuk korpus luteum yang juga
menghasilkan estrogen dan progesteron. Jika tidak terjadi
pembuahan, kurang lebih 9 hari pasca ovulasi, korpus luteum
mengalami degenerasi dan kemudian menjadi korpus albikans.
Jika terjadi pembuahan, korpus luteum makin besar dan disebut
korpus luteum kehamilan. Progesteron mempertahankan
endometrium dalam fase sekresi dan siap menerima sel telur
yang telah dibuahi.
2. Siklus Endometrium
a. Fase Proliferasi
Fase folikular yang dimana akibat pengaruh estrogen →
endometrium → menambah afinitas reseptor estrogen dan
mempersiapkan reseptor progesteron.
b. Fase Sekresi
Progesteron ditangkap oleh reseptornya di endometrium
progesterone-receptor complex → penurunan produksi
reseptor estrogen (mengaktifkan estradiol dehidrogenase) →
kelenjar membesar, banyak mensekresi ; stroma menjadi
sembab.
c. Fase Premenstruasi
14
Terjadi jika telur tidak dibuahi, berlangsung 2-3 hari sebelum
menstruasi. Korpus luteum berdegenerasi → sekresi
progesterone dan estrogen menurun →perubahan vaskuler
mengakibatkan pengkerutan fungsional endometrium →
kemudian arteri berdilatasi → bagian bagian yang nekrosis
terlepas
d. Fase Menstruasi
Mula mula terjadi robekan pada a. spiralis → hematom
endometrium bagian luar menggelembung →robekan terlepas
→ perdarahan menstruasi →a. spiralis berkontriksi → terjadi
regenerasi dari sisa sisa stratum spongiosum endometrium
(Cunningham FG et al, 2019).
b. Apa makna Ny. Gina, 35 tahun, P3A0, datang ke Poliklinik Umum RSMP
dengan keluhan sakit di bibir kemaluan sebelah kanan bawah sejak 4 hari
yang lalu ?
Jawab :
Makna P3A0 yaitu Partus 3 : Sudah melahirkan sebanyak 3 kali,
Abortus 0 :Tidak pernah mengalami abortus. Sedangkan mengeluh sakit
di bibir kemaluan sebelah kanan bawah sejak 4 hari yang lalu merupakan
peradangan pada labia minora (Anozie, 2016).
15
usia rata-rata pada saat presentasi adalah 27,74 ± 6,65 tahun. Ini bisa jadi
karena wanita dari kelompok usia reproduksi lebih cenderung melakukan
aktivitas seksual serta berisiko mengalami episiotomi yang merupakan
faktor risiko yang diakui (Anozie, 2016).
Status gravida: Kista Bartholini umumnya terjadi pada wanita yang
belum pernah hamil dan pernah hamil namun sekali, namun sifat kista ini
tidak ganas. Penyebab pasti belum diketahui namun, studi epidemiologi
menyatakan beberapa faktor resiko terjadinya kista, antara lain tidak
menikah, tidak punya atau sedikit anak, nulipara. Kista sangat erat
kaitannya dengan wanita yang angka melahirkannya rendah dan infertil
atau tingkat kesuburannya rendah (Saeed, 2013).
16
dengan terjangkitnya bakteri selain pada anus. Untuk itu sangat penting
untuk menjaga kebersihan diri terutma alat genitalia supaya tidak
terinfeksi bakteri yang bias saja memicu terjadinya kista bartholini. Selain
Kista Bartholini, kurangnya kesadaran akan personal hygiene juga dapat
memicu terjadinya penyakit infeksi kelamin, seperti kanker serviks
(Zulkarnain, 2008).
17
penyumbatan duktus kelenjar bagian distal → Cairan yang dihasilkan
kelenjar terakumulasi → pembengkakan → kista batholini → membesar
→ benjolan di dekat lubang vagina ( labia mayora ).
Sakit pada bibir kemaluan
FR ( Jarang mengganti pakaian dalam selama seharian ) →
pertumbuhan bakteri e. coli → Menginfeksi pada saluran kelenjar
bartholini → Peradangan, peregangan dan melekat satu sama lain →
penyumbatan duktus kelenjar bagian distal → Cairan yang dihasilkan
kelenjar terakumulasi → pembengkakan → kista batholini → lama
kelamaan tekanan didalam kista meningkat → Dinding kelenjar / kista
mengalami peregangan dan peradangan → Menekan jaringan saraf →
Mengeluarkan mediator nyeri → Merangsang area sensorik → Nyeri/ sakit
(Patil S dkk, 2017).
18
pubertas dan meningkat seiring bertambahnya usia hingga menopause.
Kista dan abses Bartholin yang bergejala terjadi pada 2% dari semua
kunjungan ginekologi per tahun.
f. Paritas
Kista Bartholini umumnya terjadi pada wanita yang belum
pernah hamil dan pernah hamil namun sekali, namun sifat kista ini tidak
ganas. Penyebab pasti belum diketahui namun, studi epidemiologi
menyatakan beberapa faktor resiko terjadinya kista, antara lain tidak
menikah, tidak punya atau sedikit anak, nulipara.
g. Pendidikan
Pendidikan yang rendah dapat sulit untuk menerima informasi
baru tentang kesehatan khususnya penyakit kista.
h. Terpapar dengan polusi
i. Faktor makanan
Makan yang berlemak tinggi, merupakan pemicu munculnya kista
(Lee, 2021).
2. Ny. Gina sudah menyadari bahwa terdapat benjolan di bibir kemaluan kanan
bawah sebesar telur ayam kampung sejak 1 bulan yang lalu. Karena tidak ada
keluhan, Ny. Gina tidak pernah memeriksakan diri ke dokter. Karena 4 hari ini,
benjolan tersebut memerah, rasa panas, bengkak dan sangat sakit maka baru
sekarang dia mau berobat.
a. Apa makna Ny. Gina sudah menyadari bahwa terdapat benjolan di bibir
kemaluan kanan bawah sebesar telur ayam kampung sejak 1 bulan yang lalu
?
Jawab :
Pada pernyataan benjolan di bibir kemaluan kanan bawah sebesar
telur ayam kampung menandakan bahwa adanya kista bartholini, kista
19
bartholini merupakan kista berukuran relative besar (1-3cm) yang paling
sering ijumpai. Kelenjar batholini terletak pada 1/3 posterior dari setiap
labium mayus dan muara dari ductus sekretorius dari kelenjar ini, berada
tepat di depan ( eksternal ) himen pada posisi jam 4 dan 8. Sedangkan
pada pernyataan sejak 1 bulan yang lalu maknanya 1 bulan yang lalu masih
terjadi pembesaran kistik yang belum disertai infeksi lanjutan, dimana
umunya tidak menimbulkan gejala-gejala khusus dan hanya dikenali
melalui palpasi. Ini menandakan terjadinya kista bartholini yang bersifat
kronik (Prawiharjo, 2008).
b. Apa makna Karena tidak ada keluhan, Ny. Gina tidak pernah memeriksakan
diri ke dokter ?
Jawab :
Maknanya Kista Bartholin tidak selalu menimbulkan keluhan salah
satu keluhan yang dapat muncul pada pasien kista Bartholin adalah
benjolan. Kista Bartholin yang berukuran kecil dan tidak terinfeksi sering
asimtomatik sehingga tidak disadari oleh pasien (Vaniary dan
Martodihardjo, 2017).
c. Apa makna Karena 4 hari ini, benjolan tersebut memerah, rasa panas,
bengkak dan sangat sakit maka baru sekarang dia mau berobat ?
Jawab :
Maknanya telah terjadi progresifitas dari penyakit yang di derita
Ny. Gina. Kelenjar Bartholin adalah dua kelenjar kecil yang bergantung
pada hormon yang terletak secara simetris di daerah posterior lubang
vagina dan berperan dalam sekresi lendir dan lubrifikasi vagina.
Bartholinitis akut umumnya disebabkan oleh infeksi kista kelenjar
disebabkan oleh obstruksi saluran ekskretoris. Itu Tanda klinis utama
20
adalah pembengkakan yang menyakitkan di bagian posterior area labia
majora (Choquet et al., 2016).
21
Jawab :
Tumor Kistik Ovarium
• Kista folikel adalah karena kegagalan proses ovulasi (LH Surge) dan
kemudian cairan intrafolikel tidak diaborbsi kembali.
• Kista korpus luteum adalah akibat pertumbuhan lanjut korpus luteum /
perdarahan mengisi rongga setelah ovulasi. 2 jenis kista lutein, yaitu
kista granulosa dan kista teka
• Kista granulosa adalah pembesaran non-neoplastik ovarium. Setelah
ovulasi, dinding sel granulosa mengalami luteinisasi. Kista lutein dapat
menyebabkan torsi ovarium
• Kista teka adalah tidak pernah mencapai ukuran besar. Bilateral dan
berisi cairan jernih kekuningan. Kista dapat menghilang secara spontan
tetapi jika rupture kista dan perdarahan kedalam rongga peritoneum
butuh laporatomi
• Kistadenoma ovarii serosum
Gejala klinis
Pada kondisi tertentu, pendertita akan mengeluhkan rasa tidak
nyaman di dalam rongga pelvis, pembesaran perut, dan gejala seperti
asites.
Tatalaksana
Eksisi dengan eksplorasi menyeluruh pada organ intrapelvik dan
abdomen
• Kistadenoma ovarii musinosum
Gejala klinis
Merasakan BB meningkat / rasa penuh di perut. Pada wanita pasca
menopause, akan terjadi hyperplasia / perdarahan pervaginam.
Padawanita hamil, akan terjadi pertumbuhan rambut yang berlebihan
(virilisasi).
22
Tatalaksana
Salpingo-ooforektomi unilateral, dextrose 5 % - 10 % sebelum
suction untuk mengosongkan cairan musin dari cavum peritoneum
• Kista dermoid
a. Gejala klinis
Rasa penuh dan berat di dalam perut bila tumor cukup besar
b. Tatalaksana
Laparotomi dan kistektomi
Tumor Jinak Vulva
• Kista bartholini
• Kista pilosebasea
Tumor Jinak Vagina
• Kista inklusi
• Kista garther
• Kista nabothi
(Prawirohardjo, 2014).
23
tidak nyaman terutama saat melakukan hubungan seksual, duduk, dan
berjalan.
• Kista di Bibir Vagina
Bibir vagina memiliki beragam jenis kelenjar, seperti kelenjar
Bartholin dan Skene. Karena suatu hal, kelenjar ini dapat tersumbat dan
terinfeksi, lalu menimbulkan kista.
Kista adalah kantong yang berisi cairan atau nanah, yang umumnya
terbentuk karena trauma atau infeksi.
Kista di bibir vagina yang berukuran kecil dan tidak terinfeksi,
umumnya tidak menimbulkan gejala dan tidak membutuhkan terapi
khusus. Namun, kista yang terinfeksi dan menimbulkan gejala seperti
nyeri dan bengkak perlu ditangani segera. Kista Bartholin adalah yang
paling sering terbentuk di daerah bibir vagina. Letaknya di bagian
bawah, arah jam 5 dan 7.
Karena letaknya berdekatan dengan mulut vagina, kista
Bartholin lebih sering terinfeksi, terutama jika wanita tersebut
mengalami keputihan akibat infeksi bakteri. Kuman yang sering
menyebabkan infeksi kista Bartholin adalah gonore dan klamidia. Bila
mengalami benjolan yang nyeri, panas, bengkak hingga membuat Anda
sulit berjalan, segeralah berkonsultasi pada dokter.
• Kista di Vagina
Kista vagina dapat terbentuk di dinding vagina, biasanya
bentuknya sebesar kacang. Penyebab kista vagina yang paling sering
adalah trauma ketika melahirkan. Kista di dinding vagina umumnya
tidak menimbulkan gejala yang mengganggu. Namun jika terlalu besar,
dapat menyebabkan gangguan saat berhubungan intim. Apabila hal
tersebut terjadi, Anda dapat berkonsultasi lebih lanjut dengan dokter
untuk rencana terapi.
• Sumbatan Kelenjar Lemak
24
Benjolan di vagina dapat pula disebabkan oleh sumbatan pada
kelenjar lemak, yakni ketika terdapat cukup banyak kelenjar lemak di
vagina. Sumbatan kelenjar tersebut akhirnya menimbulkan benjolan
kecil berwarna putih kekuningan, yang disebut dengan Fordyce
spot. Meski dapat bertambah seiring dengan usia, benjolan ini tidak
berbahaya dan tidak memerlukan terapi.
• Kelebihan Kulit
Terkadang, pada bibir vagina terdapat kulit lebih (skin tag) yang
dapat menimbulkan benjolan kecil. Hal tersebut tidaklah berbahaya, dan
tidak memerlukan terapi. Namun, apabila anda terganggu, kulit lebih
tersebut dapat dihilangkan dengan operasi kecil.
• Herpes Simpleks
Infeksi virus herpes simpleks (HSV) di vagina juga dapat
menyebabkan timbulnya benjolan. Virus ini dapat menular melalui
hubungan seksual atau air cebok yang terkontaminasi.
• Kutil Kelamin
Kutil kelamin disebabkan oleh infeksi virus human
papillomavirus (HPV). Sama seperti virus HSV, virus ini dapat
ditularkan melalui hubungan seksual dan air cebok yang
terkontaminasi.
Awalnya muncul sebagai bintil-bintil kecil, yang lama-
kelamaan dapat bersatu dan membesar seperti kembang kol atau jengger
ayam. Kutil juga dapat menimbulkan gejala gatal atau terbakar (Anwar
dkk, 2018).
h. Bagaimana hubungan keluhan benjolan di bibir kanan satu bulan yang lalu
dengan keluhan utama ?
Jawab :
25
Hubungan terjadi peningkatan progresivitas penyakit yang mana
pada pembesaran kistik yang tidak disertai infeksi lanjutan atau sekunder
umunya tidak menimbulkan gejala – gejala khusus dan hanya dikenali
melalui palpasi. Sementara itu pada infeksi akut di sertai penyumbatan,
indurasi dan peradangan (Prawiharjo, 2008).
3. Ny. Gina merasa tidak mengeluarkan darah dari kemaluan. Riwayat menstruasi
teratur, banyaknya sedang, tidak terasa sakit sewaktu menstruasi. Ny. Gina
mengalami menstruasi terakhir pada 3 minggu yang lalu. Ny.Gina tidak pernah
memakai kontrasepsi apapun. Ny. Gina mempunyai kebiasaan tidak mengganti
celana dalam selama seharian.
a. Apa makna Ny. Gina merasa tidak mengeluarkan darah dari kemaluan ?
Jawab :
Makna tidak mengeluarkan darah dari kemaluan adalah untuk
menyingkirkan diagnosis banding dari ruptur kista dan manifestasi klinik
dari kista ovarium (Manuaba, 2019).
26
Maknanya tidak terdapat gangguan pada siklus menstruasi dan
juga menyingkirkan differential diagnosis adanya kista ovarium yang
ditandai dengan gangguan menstruasi (Prawirohardjo, 2014).
c. Apa makna Ny. Gina mengalami menstruasi terakhir pada 3 minggu yang
lalu ?
Jawab :
Maknanya tidak terjadi gangguan terhadap siklus menstruasi
sehingga gangguan bukan di sebabkan karena gangguan hormon, yang
terjadi karena paparan stres lingkungan, misal perubahan keseimbangan
energi (aktivitas fisik yang berlebihan, asupan energi rendah), paparan
polutan (berada dalam udara tercemar dan asap tembakau), dan stres
psikososial (Manuaba, 2019).
27
folikel “pecah”. Kemudian sel granulosa yang melekat pada membrane
basalis, pada seluruh dinding folikel berubah menjadi sel luteal.
Gambar 1.
3) Fase luteal
Selama 3 hari pascaovulasi, sel granulosa terus membesar membentuk
korpus luteum bersama sel teka dan jaringan stroma di sekitarnya.
Pada hari ke 8-9 pasca ovulasi, vaskularisasi mencapai puncaknya
bersamaan dengan puncak kadar progesterone dan estradiol.
28
Pada masa proliferasi estrogen memacu terbentuknya komponen
jaringan, ion, air, dan asam amino. Stroma endometrium yang
kolaps/kempis pada saat haid mengembang kembali, terjadi penebalan
kembali endometrium. Fase proliferasi endometrium dapat
berlangsung hanya sebentar 5-7 hari atau cukup lama sekitar 21-30
hari.
5) Fase sekresi
Fase sekresi tampak stroma endometrium lebih edema dan arteri
spiralis lebih terpilin lagi. Fase sekresi selaras dengan fase luteal
dengan durasi kurang lebih tetap berkisar antara 12-14 hari.
6) Fase implantasi
Kelenjar tampak sangat berliku dan mngembung, kelenjar mengisi
hampir seluruh ruang dan hanya sedikit terisi stroma.
7) Fase deskuamasi
Pada hari ke-25 siklas, presidual membentuk lapisan kompaktum pada
bagian atas lapisan fungsional endometrium (Prawirohardjo, 2014).
29
paritas, dll). Menstruasi yang tidak teratur dapat disebabkan karena
kondisi-kondisi seperti : stres yang mempengaruhi kerja hipotalamus,
penggunaan obat, tumor kandungan.
Menurut Sari 2015, ada beberapa penyebab menstruari tidak
teratur :
- Genetic
- Pola hidup yang tidak teratur
- Obesitas
- Status gizi
- Pola makan
- Status ekonomi keluarga
- Aktifitas olahraga
(Sari, 2015).
30
Ada beberapa jenis Kontrasepsi hormonal yaitu, pil kontrasepsi,
mini pil, postcoital contraception, amenore pascapil, suntukan setiap
bulan.
3. Alat kontrasepsi dalam Rahim (AKDR) atau IUD
IUD bekerja dalam cavum uteri dengan cara menimbulkan
peradangan endometrium yang disertai dengan sebukan leukosit yang
dapat menghancurkan blastokista atau sperma (Anwar dkk, 2018).
31
b. Implan adalah kontrasepsi ibu yang hamil, perdarahan yang tidak
diketahui penyebabnya, keberadaan penyakit hati yang berat,
obesitas dan depresi.
4. IUD
a. Indikasi IUD adalah wanita yang memerlukan kontrasepsi jangka
panjang, multigravida, wanita yang kesulitan menggunakan
kontrasepsi lain.
b. Kontraindikasi IUD adalah wanita yang sedang hamil, wanita yang
sedang menderita infeksi alat genital, perdarahan vagina yang tidak
diketahui wanita yang menderita PMS, wanita yang pernah
mengalami infeksi rahim, wanita yang pernah mengalami pedarahan
yang hebat.
5. Kontrasepsi Mantap (Tubektomi dan Vasektomi)
a. Indikasi Indikasi tubektomi adalah wanita usia subur, sudah
memiliki anak, wanita yang tidak menginginkan anak lagi
b. Kontra indikasi Kontra indikasi adalah ketidaksetujuan terhadap
operasi dari salah satu pasangan, penyakit psikiatrik, keadaan sakit
yang dapat meningkatkan risiko saat operasi (Anwar dkk, 2018).
i. Apa makna Ny. Gina mempunyai kebiasaan tidak mengganti celana dalam
selama seharian dan hubungannya dengan keluhan utama ?
Jawab :
Ny.Gina memiliki personal hygiene yang buruk hal ini dapat
menjadi faktor risiko terjadinya keluhan pada kasus. Personal hygiene
adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan
seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri
adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan
kebersihan untuk dirinya, alat genitalia rentan dengan terjangkitnya
bakteri selain pada anus. Untuk itusangat penting untuk menjaga
32
kebersihan diri terutma alat genitalia supaya tidak terinfeksi bakteri yang
bias saja memicu terjadinya kista bartholini (Male dkk, 2019).
4. Pemeriksaan Fisik:
33
Keadaan umum: tampak sakit sedang, kesadaran: compos mentis
Tanda Vital: N: 80 x/menit isi tegangan cukup, TD: 110/70 mmHg, RR:20
x/menit, T: 36,60C.
a. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan fisik ?
Jawab :
Pemeriksaan Normal Interpretasi
34
Menekan jaringan saraf → Mengeluarkan mediator nyeri → Merangsang
area sensorik → Nyeri/ sakit ( Tampak sakit berat ) (Patil S dkk, 2017).
5. Pemeriksaan Khusus:
Kepala: konjungtiva tidak pucat
Thoraks: dalam batas normal
Abdomen (status Ginekologi)
Pemeriksaan Luar:
- Inspeksi: tampak benjolan ukuran 3x3x3 cm, berwarna merah di labia
mayora dextra bawah.
- Palpasi: benjolan teraba hangat, berbatas tegas, terfiksasi, konsistensi kistik,
yang sangat sakit pada perabaan.
Inspekulo:
- Portio: tidak livide
- Vagina tenang
- Fluxus (-), fluor albus (-)
- Polip, erosi (-)
Pemeriksaan Dalam (Bimanual):
- Portio: kenyal, nyeri goyang (-)
- OUE tertutup
- Corpus uteri: sebesar normal
- Kedua adneksa dalam batas normal
- Cavum Douglas tidak menonjol
a. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan khusus ?
Jawab :
35
Kepala Konjungtiva tidak pucar Tidak anemis Normal
36
- Corpus uteri: sebesar
normal
- Kedua adneksa dalam
batas normal
- Cavum Douglas tidak
menonjol
Bartholinitis
FR ( Jarang mengganti pakaian dalam selama seharian ) → infeksi
bakteri, virus dan jamur → kelenjar melekat satu sama lain → menyumbat
saluran distal ductus bartholis → mucus yang disekresikan terakumulasi
→ cairang menumpuk pada kelenjar Bartholin → membentuk benjolan →
kista Bartholin → terinfeksi terus-menerus → menghasilkan cairan nanah
→ abses bartholini → bengkak, merah dan terasa panas → nyeri (Patil S
dkk, 2017).
37
c. Bagaimana pemeriksaan ginekologi pada kasus ?
Jawab :
1. Media Pembelajaran
a. Ruang periksa dokter
b. Tempat tidur pemeriksaan atau tempat tidur ginekologi (litotomi)
c. Manikin pemeriksaan ginekologi
d. Spekulum cocor bebek
e. Cairan desinfektan
f. Sarung tangan
g. Cunam kapas/korentang
h. Kateter nelaton
i. Kapas sublimat
j. Sonde uterus
k. Kassa
l. Cairan antiseptik
m. Bengkok
2. Langkah Kerja
a. Mahasiswa mengucapkan salam dan memperkenalkan diri kepada
pasien sebagai dokter.
38
b. Mahasiswa menanyakan identitas pasien.
c. Mahasiswa menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan ginekologi
bimanual.
d. Meminta izin pasien untuk melakukan pemeriksaan.
e. Sebelum melakukan tindakan, pasien dianjurkan untuk buang air
kecil terlebih dahulu.
f. Persilahkan pasien untuk berbaringdi tempat tidur dengan posisi
litotomi.
g. Memperbaiki posisi pasien dengan menempatkan perineum tepat di
tepi tempat tidur.
h. Pemeriksa berdiri di antara kedua tungkai pasien.
i. Menggunakan sarung tangan secara aseptik. Jangan lupa untuk
melepaskan semua aksesoris pemeriksa yang dipakai di tangan.
j. Melakukan tindakan aseptik pada daerah vulva dan sekitarnya
menggunakan cairan antiseptik dengan arah putaran dari dalam ke
luar.
k. Bila pasien tidak dapat BAK sendiri (pada kasus-kasus tertentu),
lakukan pemeriksaan kateter dahulu.
l. Melakukan inspeksi pada daerah mons pubis, labia mayor, dan vulva.
m. Memilih ukuran spekulum sesuai ukuran vagina pasien dan
memeriksa keadaan spekulum.
n. Masukkan spekulum, dipegang dengan tangan kanan, ke dalam liang
vagina secara perlahan. Pertama-tama masukkan spekulum dengan
cocor bebek pada posisi vertikal. Setelah masuk liang vagina,
spekulum diputar searah jarum jam sehingga cocor bebek berada
pada posisi horizontal.
o. Buka spekulum sehingga terlihatlah serviks, lalu kunci spekulum
dengan memutar sekrupnya.
39
p. Bersihkan liang vagina dengan menggunakan lidi berkapas yang
telah diberi cairan antiseptik.
q. Perhatikan keadaan serviks : warna mukosa, bentuk, mulut serviks,
cairan, dan massa.
r. Perhatikan dinding vagina dengan memutar spekulum 900 : warna
mukosa, permukaan dinding, massa, cairan intravaginal.
s. Bila pemeriksaan dianggap selesai, buka kunci spekulum dengan
memutar sekrupnya lalu tarik spekulum ke luar secara perlahan.
t. Letakkan spekulum pada bengkok, buang sarung tangan ke tempat
sampah medis, lalu cucilah tangan.
u. Catat hasil pemeriksaan pada rekam medis pasien.
3. Interpretasi Hasil
a. Vulva : ada verucca/tidak, ada infeksi di sekitar vulva/tidak.
b. Vagina : mukosa normal/tidak, massa/tidak, ada cairan/tidak,
keadaan hymen.
c. Sekret : ada/tidak ada. Deskripsikan sekret bila ada (warna, bau,
kekentalan).
d. Warna porsio serviks : merah/pucat, ada massa/tidak.
e. Ostium uteri internum : tertutup/terbuka.
40
Selain dengan pemeriksaan spekulum, dapat juga dilakukan
pemeriksaan bimanual dengan cara memasukkan dua jari ke dalam vagina
dan tangan lainnya diletakkan di atas simfisis pubis. Dengan kedua tangan
ini kita usahakan untuk mendapat kesan mengenai ukuran, letak, dan
kemungkinan pergerakan dari genitalia interna.
Dengan menggunakan dua jari di dalam, forniks posterior mengangkat
uterus sedangkan tangan yang di luar menekan dinding perut ke dalam dan
mengusahakan meraba corpus uteri untuk menentukan besar, bentuk, letak,
dan kemungkinan pergerakannya. Ukuran uterus tergantung pada paritas
dan umur pasien. Tetapi secara umum, ukuran uterus yang normal adalah
sebesar telur bebek, bentuknya seperti bola lampu yang gepeng dan
permukaannya licin. Konsistensi uterus yang tidak hamil padat kenyal,
sementara uterus dalam kehamilan konsistensinya lunak. Letak uterus yang
normal adalah antefleksi. Supaya pemeriksaan bimanual lebih jelas, maka
jari yang berada di dalam dipindahkan ke forniks anterior lalu kedua tangan
didekatkan. Pada antefleksi, corpus uteri dapat teraba sedangkan pada
retrofleksi tidak teraba apa-apa. Usahakan juga memeriksa kemungkinan
pergerakan uterus dengan cara jari yang berada di dalam mencoba
mengangkat uterus sementara tangan yang di luar menekannya ke bawah.
Perhatikan apakah pergerakan uterus menimbulkan nyeri.
Portio serviks diraba bagaimana bentuk dan konsistensinya.
Kemudian perhatikan apakah serviks dapat digerakkan ke kiri dan kanan,
serta apakah menimbulkan rasa nyeri. Pergerakan ini sangat tergantung
pada kekenyalan perimetrium.
Tuba umumnya tidak dapat teraba dengan pemeriksaan bimanual.
Ovarium kadang dapat teraba. Adneksa diperiksa dengan menggerakkan
jari yang berada di dalam ke dalam forniks lateral dan tangan luar
dipindahkan agak ke samping. Apabila merasa massa, perlu ditentukan
besar, konsistensi, dan kemungkinan pergerakannya.
41
Selain pemeriksaan bimanual di atas, ada cara lain yang dapat
dilakukan, yaitu dengan pemeriksaan rektovaginal. Pada pemeriksaan ini
jari telunjuk dimasukkan ke vagina sementara jari tengah tangan yang sama
dimasukkan ke dalam rectum. Tangan kiri tetap berada di simfisis pubis
dan berusaha mendekatkan organ yang akan diperiksa pada tangan yang di
dalam. Pada anak-anak dan wanita yang masih perawan, pemeriksaan
bimanual
1. Media Pembelajaran
a. Penuntun LKK 6 Blok XVII FK UMP
b. Ruang periksa dokter
c. Tempat tidur pemeriksaan atau tempat tidur ginekologi (litotomi)
d. Manikin ginekologi
e. Sarung tangan
f. Tempat tidur ginekologi
g. Lubrikan
h. Kateter nelaton
i. Bengkok
j. Kasa steril
k. Cairan antiseptik
2. Langkah Kerja
a. Mahasiswa mengucapkan salam dan memperkenalkan diri kepada
pasien sebagai dokter.
b. Mahasiswa menanyakan identitas pasien.
c. Mahasiswa menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan ginekologi
bimanual.
d. Mahasiswa meminta izin pasien untuk melakukan pemeriksaan.
42
e. Sebelum melakukan tindakan, pasien dianjurkan untuk buang air
kecil terlebih dahulu.
f. Persilahkan pasien untuk berbaring di tempat tidur dengan posisi
litotomi.
g. Memperbaiki posisi pasien dengan menempatkan perineum tepat di
tepi tempat tidur.
h. Pemeriksa berdiri di antara kedua tungkai pasien.
i. Menggunakan sarung tangan secara aseptik. Jangan lupa untuk
melepaskan semua aksesoris yang dipakai di tangan sebelum
memakai sarung tangan.
j. Melakukan tindakan aseptik pada daerah vulva dan sekitarnya
menggunakan cairan antiseptik, dengan arah putaran dari dalam ke
luar secara melingkar.
k. Bila pasien tidak dapat BAK sendiri (pada kasus-kasus tertentu),
lakukan pemasangan kateter terlebih dahulu.
l. Lumasi jari-jari pemeriksa dengan lubrikan (jeli).
m. Posisikan tangan kanan di depan vulva dan tangan kiri di atas
simfisis pubis pasien.
n. Lakukan pemeriksaan bimanual dengan menggunakan jari tengah
dan jari telunjuk tangan kanan.
43
p. Lepaskan sarung tangan dan cucilah tangan bila telah selesai
melakukan pemeriksaan.
q. Catat hasil pemeriksaan pada rekam medis pasien.
3. Interpretasi Hasil
a. Uterus : posisi (antefleksi, retrofleksi), ukuran (telur bebek, telur
puyuh, dan lain-lain), konsistensi (padat, kenyal, lunak), pergerakan
(tidak dapat bergerak, bergerak sedikit, disertai nyeri atau tidak).
b. Adnesa : ukuran (normal, membesar), nyeri tekan (ada, tidak ada),
massa.
c. Cavum Douglas : tidak terisi, terisi. Bila terisi, perhatikan sarung
tangan pasca pemeriksaan, apakah terisi oleh darah atau nanah.
44
7. Apa diagnosis banding pada kasus ?
Jawab :
1. Kista Bartholini
2. Hidradenoma Papilaris
3. Kista pilosebasea
4. Kista canalis nuck
(Anwar dkk, 2018).
a. Definisi ?
Jawab :
45
Kista Bartholin adalah penyumbatan duktus kelenjar bagian distal
berupa pembesaran berisi cairan dan mempunyai struktur seperti kantong
bengkak (swollen sac-like structure). Jika lubang pada kelenjar Bartholin
tersumbat, lendir yang dihasilkan oleh kelenjar akan terakumulasi
sehingga terjadi dilatasi kistik duktus proksimal dan obstruksi. Kista
Bartholin yang mengalami obstruksi dan terinfeksi dapat berkembang
menjadi abses (Chen KT, 2015).
b. Etiologi ?
Jawab :
Etiologi kista dan abses Bartholin adalah infeksi yang
menyebabkan sumbatan saluran keluar kelenjar Bartholin sehingga terjadi
pembengkakan akibat akumulasi cairan, bahkan bernanah, pada kelenjar
Bartholin. Infeksi kelenjar Bartholin paling umum disebabkan oleh bakteri
anaerob Bacteroides dan Peptostreptococcus spp, juga bakteri aerobik
seperti Escherichia coli, Staphylococcus aureus dan Enterococcus
faecalis. Bakteri penyebab penyakit menular seksual seperti Chlamydia
trachomatis dan Neisseria gonorrhoeae juga merupakan bakteri yang
sering ditemukan. Umumnya abses Bartholin melibatkan lebih dari satu
jenis organisme, atau disebut abses polimikrobial.
Kista Bartholin tidak selalu harus terjadi sebelum abses. Suatu
laporan kasus menjelaskan bahwa abses dapat langsung terjadi apabila
proses infeksi berjalan progresif. Kista dan abses kelenjar Bartholin kini
tidak lagi dianggap sebagai bagian dari penyakit menular seksual.
Pembedahan area vulvovaginal juga dapat menjadi penyebab kista atau
abses Bartholin walau angka kejadiannya jarang (William dkk, 2021).
c. Epidemiologi ?
Jawab :
46
Global
Sebanyak 2 - 3 % wanita di seluruh dunia mengalami kista dan
abses Bartholin. Angka kejadian abses Bartholin lebih tinggi
dibandingkan kista Bartholin, sebanyak tiga kali lipat. Kista dan abses
Bartholin terbanyak terjadi pada usia reproduksi, tetapi dapat terjadi mulai
saat pubertas hingga mencapai menopause. Semakin bertambahnya usia,
maka insidensinya akan semakin bertambah juga. Kejadian terbanyak
terjadi pada usia 20 - 30 tahun (Saeed, 2013).
Indonesia
Belum ada data epidemiologi kejadian kista dan abses Bartholin
secara nasional di Indonesia. Sebuah penelitian deskriptif retrospektif
yang dilakukan di RSUD Dr. Soetomo Surabaya, periode tahun 2012-
2014, melaporkan dari jumlah kunjungan divisi penyakit menular seksual
ditemukan 46 pasien kista Bartholin (1,29% dari jumlah kunjungan divisi
penyakit menular seksual) dan 25 pasien abses Bartholin (0,7% dari
jumlah kunjungan divisi penyakit menular seksual). Pasien terbanyak
berusia 25 - 44 tahun. Pada anamnesis, 65,2% pasien kista dan 80,0%
pasien abses Bartholin, mengeluh adanya benjolan. Dari Hasil
pemeriksaan fisik, sebesar 39,1% kista dan 44,0% abses Bartholin,
berukuran 1-3 cm, memiliki permukaan rata, konsistensi kenyal, dan
terdapat tanda radang (Vaniarty TIN dan Martodihardjo, 2017).
d. Klasifikasi ?
Jawab :
Tumor Kistik Ovarium
• Kista folikel adalah karena kegagalan proses ovulasi (LH Surge) dan
kemudian cairan intrafolikel tidak diaborbsi kembali.
47
• Kista korpus luteum adalah akibat pertumbuhan lanjut korpus luteum /
perdarahan mengisi rongga setelah ovulasi. 2 jenis kista lutein, yaitu
kista granulosa dan kista teka
• Kista granulosa adalah pembesaran non-neoplastik ovarium. Setelah
ovulasi, dinding sel granulosa mengalami luteinisasi. Kista lutein dapat
menyebabkan torsi ovarium
• Kista teka adalah tidak pernah mencapai ukuran besar. Bilateral dan
berisi cairan jernih kekuningan. Kista dapat menghilang secara spontan
tetapi jika rupture kista dan perdarahan kedalam rongga peritoneum
butuh laporatomi
• Kistadenoma ovarii serosum
Gejala klinis
Pada kondisi tertentu, pendertita akan mengeluhkan rasa tidak
nyaman di dalam rongga pelvis, pembesaran perut, dan gejala seperti
asites.
Tatalaksana
Eksisi dengan eksplorasi menyeluruh pada organ intrapelvik dan
abdomen
• Kistadenoma ovarii musinosum
Gejala klinis
Merasakan BB meningkat / rasa penuh di perut. Pada wanita pasca
menopause, akan terjadi hyperplasia / perdarahan pervaginam.
Padawanita hamil, akan terjadi pertumbuhan rambut yang berlebihan
(virilisasi).
Tatalaksana
Salpingo-ooforektomi unilateral, dextrose 5 % - 10 % sebelum
suction untuk mengosongkan cairan musin dari cavum peritoneum
• Kista dermoid
48
c. Gejala klinis
Rasa penuh dan berat di dalam perut bila tumor cukup besar
d. Tatalaksana
Laparotomi dan kistektomi
Tumor Jinak Vulva
• Kista bartholini
• Kista pilosebasea
Tumor Jinak Vagina
• Kista inklusi
• Kista garther
• Kista nabothi
(Prawirohardjo, 2014).
e. Faktor risiko ?
Jawab :
a. Frekuensi kontak seksual ketika lubrikasi vagina belum memadai
Kontak seksual yang amat excited, apalagi bagi pengantin baru,
seringkali foreplay agak dilupakan, akibatnya ketika terjadi penetrasi,
lubrikasi belum memadai, sehingga terjadilah iritasi. Iritasi inilah yang
kemudian berpotensi untuk berkembang menjadi kista bartholini.
b. Penyakit keputihan yang dialami sebelumnya.
Mereka yang menderita fluor albus, cenderung memiliki daya
tahan jaringan yang lemah, disamping ada microorganism (bakteri,
jamur, parasit) yang memudahkan terjadinya acute exacerbation, yaitu
munculnya keluhan klinis yang akut.
c. Faktor Genetik
Dalam tubuh kita terdapat gen-gen yang berpotensi memicu
kanker, yaitu yang disebut protoonkogen, karena suatu sebab tertentu,
49
misalnya karena makanan yang bersifat karsinogen, polusi, atau
terpapar zat kimia tertentu atau karena radiasi, protoonkogen ini dapat
berubah menjadi onkogen, yaitu gen pemicu kanker.
d. Gaya hidup yang tidak sehat, mengkonsumsi makanan yang berlemak
dan kurang sehat
Memilih jenis makanan yang hendak dikomsumsi perlu
diperhatikan komposisi atau kadar gizinya, hidangan direstoran seperti
junk food yang termasuk makanan berkelas dan bermutu namun banyak
mengandung lemak dan kolesterol. Makanan yang mengandung lemak
dan kolesterol dapat memicu terjadinya kista.
e. Personal hygiene
Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara
kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis,
kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu
melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya, alat genitalia rentan
dengan terjangkitnya bakteri selain pada anus. Untuk itu sangat penting
untuk menjaga kebersihan diri terutma alat genitalia supaya tidak
terinfeksi bakteri yang bias saja memicu terjadinya kista bartholini.
Selain Kista Bartholini, kurangnya kesadaran akan personal hygiene
juga dapat memicu terjadinya penyakit infeksi kelamin, seperti kanker
serviks (Chen KT, 2015).
50
• Marsupialisasi
• Eksisi gld. Bartholini → pada kasus rekurensi tinggi
• Inisisi drainase →meredakan gejala dengan cepat. Namun tingkat
kekambuhanya tinggi.
• Pemasangan word catheter →untuk drainase pada kista dan abses bartholini.
Word catheter kateter berukuran panjang 1 inch dan diameter sebesar kateter
foley nomor 10. Setelah insisi →word catheter dimasukan dan balon yang
ada di ujung kateter digembungkan dengan 2-3 ml cairan saline untuk fiksasi.
Kateter dibiarkan 4-6 minggu untuk proses epitelialisasi.
• Marsupialisasi →Dilakukan insisi vertikal pada bagian tengah kista, dinding
kista dieversikan dan diarahkan ke ujung dari mukosa vestibular, jahit
dengan interrupted suturing. Komplikasi : dyspareunia, hematoma dan
infeksi.
• Pada kasus kekambuhan (rekurensi) tinggi atau pada pasien yang tidak
respon dengan pembuatan jalur drainase →eksisi.
• Pemberian Antibiotik
– Karena infeksi bersifat polimikrobial→spektrum luas direkomendasikan.
Termasuk Ceftriaxone, Ciprofloxacin, Doxycyline dan Azithromycin.
• Pemberian Analgesik
Obat pereda nyeri Paracetamol, Asam Mefenamat dan Ibuprofen dapat
dikonsumsi sebagai pereda rasa sakit.
1. Mencuci hingga bersih bagian genitalia setelah buang air kecil atau buang air
besar, Usahakan untuk selalu mencuci bagian luar alat kelamin dengan air.
51
Untuk wanita, siram dengan air dengan arah depan ke belakang. Hal ini untuk
mencegah masuknya kuman dari dubur ke vagina.
52
gesekan. Sehingga perlu rajin menjaganya agar tidak menjadi sarang kutu
dan jamur.
53
merupakan tempat berkembangnya jamur dan bakteri. Usahakan untuk
mengganti setiap 4 jam sekali, 2-3 kali sehari atau sudah merasa tidak
nyaman. Jangan lupa bersihkan vagina sebelumnya ketika mengganti
pembalut.
9. Lakukan pemeriksaan rutin, usahakan untuk selalu melakukan pemeriksaan
rutin pada alat kelamin,Jika terdapat sesuatu yang tidak seperti biasanya dan
tidak terasa nyaman seperti munculnya benjolan kecil di sekitar alat kelamin,
segera konsultasikan ke dokter juga. dan Jika ada perubahan warna, kadang
disertai bau yang kurang sedap dan gatal-gatal pada alat kelamin, segeralah
berkonsultasi ke dokter (Anwar, 2018).
54
selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari
rujukan.
2.7 Kesimpulan
55
2.8 Kerangka Konsep
Lendir terakumulasi
Kista bartholini
Abses
56
DAFTAR PUSTAKA
Anozie,OB, dkk. 2016. “Incidence, Presentation and Management of Bartholin’s Gland
Cysts/Abscesses: A Four-Year Review in Federal Teaching Hospital, Abakaliki,
South-East Nigeria”. Open Journal of Obstetrics and Gynecology 6: 299-305.
Anwar, M, Baziad, A, & Prabowo, R.P. 2018. Ilmu Kandungan. Jakarta:Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Chen KT. 2015. “Bartholin gland cyst and abscess: Word catheter placemen”1-10.
Choquet, M., Pluquet, E., Castelain, S., Guihéneuf, R., & Decroix, V. 2016.
Bartholinitis due to Aggregatibacter aphrophilus: A case report. BMC Infectious
Diseases, 16(1), 4–6. https://doi.org/10.1186/s12879-016-1908-1.
Cunningham FG et al. 2019. William Obstetrics 23rd Ed. New York: McGraw-Hill
Companies Inc.
Male, Hendro Dwiky Chaesar dan Ni Made Astijani Giri. 2019. “Management of
Bartholin’s Gland Abcess IIn Non Pregnan Woman”. Jurnal Medical Profession
1(1):68-73.
Manuaba, I A C, Manuaba, I B G F & Manuaba, I B G. 2019. Memahami Kesehatan
Reproduksi Wanita. Edisi ke II. Jakarta: ECG.
Lee WA, Wittler M, Doerr C. Bartholin Gland Cyst (Nursing) [Updated 2021 Feb 25].
In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-.
Lilungulu, A., Mpondo, B.C.T., Mlwati, A., Matovelo, D., Kihunrwa, A., Gumodoka,
B., 2017. “Recurrent Huge Left Bartholin’s Gland Abscess for One Year in a
Teenager”. Case Rep. Infect. Dis. 2017, 1–3.
https://doi.org/10.1155/2017/9151868.
Patil S, Sultan AH, Thakar R. 2017. “Bartholin’s cysts and abscesses”. J Obstet
Gynecol; 27(3): 241-5.
Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
57
Quaresma C, Sparzak PB. Anatomy, Abdomen and Pelvis, Bartholin Gland. [Updated
2021 Jan 28]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls
Publishing; 2021 Jan.
Saeed, N., Al-Jufairi, Z., 2013. “Bartholi’s Gland Abcesses Caused by Streptococcus
Pneumoniae in Primigravida”. J Lab Physicians 5, 130. Doi: 10.4103/0974-
2727.119870.
Sari, Rani Purnama. 2015. Hubungan Antara Obesitas dengan Siklus Menstruasi.
Lampung: FK UNILA.
Vaniarty TIN, Martodihardjo S. 2017. Studi Retrospektif: Kista dan Abses Bartholin.
Period Dermatol Venereol. 2017 Apr;29(1):52–8.
William, dkk. 2021. Bartholin Gland Cyst. NCBI Books.
Zulkarnain. 2008. Kanker Payudara, Penyakit Wanita: Pencegahan, Deteksi Dini dan
Pengobatan. Keen Books, Jakarta.
58