Anda di halaman 1dari 61

LAPORAN TUTORIAL SKENARIO E

BLOK 17

KELOMPOK 9

Dosen Pembimbing : dr. Sheila Yonaka Lindri, M.Kes


Vira Mega Sari 702017009
Ahmad Muchlisin 702018003
Dinda Arista 702018031
Nuryani Rahmania Hamidiyah 702018037
Camelia Panache 702018046
Novita Sari 702018047
Putri Nersi Rizki 702018064
Natasya Viana Permata. S 702018066
Afrah Nuria Zulkarnaen 702018071
Tasya Dwinur Shafira 702018073
Selvi Triami 702018096

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tutorial skenario E Blok 17 Semester
6. Shalawat seiring salam selalu tercurah kepada junjungan kita, Nabi besar
Muhammad SAW. beserta para keluarga, sahabat, dan pengikutnya hingga akhir zaman.
Kami menyadari bahwa laporan tutorial ini jauh dari sempurna oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, guna perbaikan tugas-tugas
selanjutnya.
Dalam penyelesaian tugas tutorial ini, kami banyak mendapat bantuan,
bimbingan dan saran. Pada kesempatan ini kami sampaikan rasa hormat dan
terimakasih kepada :
1. dr. Sheila Yonaka Lindri, M.Kes
2. Semua pihak yang membantu penulis.
Semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala amal yang diberikan
kepada semua orang yang telah mendukung kami dan semoga laporan tutorial ini
bermanfaat bagi kita dan perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga kita selalu dalam
lindungan Allah SWT. Aamiin.

Palembang, April 2021

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………….……………....……..………..………….i
DAFTAR ISI...……………………..…………..…..……….....….…………….ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………….……..…………1
1.2 Tujuan…………….…………………………………………….………..2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Data Tutorial….………….……....………………………..…..…………3
2.2 Skenario Kasus…………………..…….…………………..…....….…….4
2.3 Klarifikasi Istilah…………..........................................…………………..5
2.4 Identifikasi Masalah…………………………………..….………………7
2.5 Prioritas Masalah……………………………………………….………..8

2.6 Analisis Masalah……….……………………..…………………………8

2.7 Kesimpulan……………………………………………………..………55

2.8 Kerangka Konsep…...………..…..……………………………..….…..56

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................……57
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Blok Sistem Reproduksi adalah blok ketujuhbelas pada semester 6 dari
Kurikulum Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Palembang. Salah satu strategi pembelajaran sistem
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) ini adalah Problem Based Learning
(PBL). Tutorial merupakan pengimplementasian dari metode Problem Based
Learning (PBL). Dalam tutorial mahasiswa dibagi dalam kelompok-kelompok
kecil dan setiap kelompok dibimbing oleh seorang tutor/dosen sebagai fasilitator
untuk memecahkan kasus yang ada.
Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus skenario E yang
memaparkan kasus Ny. Gina, 35 tahun, P3A0, datang ke Poliklinik Umum RSMP
dengan keluhan sakit di bibir kemaluan sebelah kanan bawah sejak 4 hari yang
lalu. Ny. Gina sudah menyadari bahwa terdapat benjolan di bibir kemaluan kanan
bawah sebesar telur ayam kampung sejak 1 bulan yang lalu. Karena tidak ada
keluhan, Ny. Gina tidak pernah memeriksakan diri ke dokter. Karena 4 hari ini,
benjolan tersebut memerah, rasa panas, bengkak dan sangat sakit maka baru
sekarang dia mau berobat.
Ny. Gina merasa tidak mengeluarkan darah dari kemaluan. Riwayat
menstruasi teratur, banyaknya sedang, tidak terasa sakit sewaktu menstruasi. Ny.
Gina mengalami menstruasi terakhir pada 3 minggu yang lalu. Ny.Gina tidak
pernah memakai kontrasepsi apapun. Ny. Gina mempunyai kebiasaan tidak
mengganti celana dalam selama seharian.
Pemeriksaan Fisik:
Keadaan umum: tampak sakit sedang, kesadaran: compos mentis
Tanda Vital: N: 80 x/menit isi tegangan cukup, TD: 110/70 mmHg, RR:20
x/menit, T: 36,60C

1
Pemeriksaan Khusus:
Kepala: konjungtiva tidak pucat
Thoraks: dalam batas normal
Abdomen (status Ginekologi)
Pemeriksaan Luar:
- Inspeksi: tampak benjolan ukuran 3x3x3 cm, berwarna merah di labia
mayora dextra bawah.
- Palpasi: benjolan teraba hangat, berbatas tegas, terfiksasi, konsistensi kistik,
yang sangat sakit pada perabaan.
Inspekulo:
- Portio: tidak livide
- Vagina tenang
- Fluxus (-), fluor albus (-)
- Polip, erosi (-)
Pemeriksaan Dalam (Bimanual):
- Portio: kenyal, nyeri goyang (-)
- OUE tertutup
- Corpus uteri: sebesar normal
- Kedua adneksa dalam batas normal
- Cavum Douglas tidak menonjol

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu:
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem
pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode
analisis dan pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Data Tutorial

Tutor : dr. Sheila Yonaka Lindri, M.Kes


Moderator : Ahmad Muchlisin
Sekretaris Meja : Afrah Nuria Zulkarnaen
Sekretaris Papan : Nuryani Rahmania Hamidiyah
Anggota : Vira Mega Sari
Dinda Arista
Camelia Panache
Novita Sari
Putri Nersi Rizki
Natasya Viana Permata. S
Tasya Dwinur Shafira
Selvi Triami

Waktu : Senin, 26 April 2021


Rabu, 28 April 2021

Peraturan tutorial :
1. Menonaktifkan ponsel atau dalam keadaan diam.
2. Mengacungkan tangan saat akan mengajukan argumen dan pertanyaan.
3. Izin saat akan keluar ruangan.
4. Dilarang membawa makanan dan minuman saat proses tutorial berlangsung.

3
2.2 Skenario Kasus

“Benjolan Seperti Telur”


Ny. Gina, 35 tahun, P3A0, datang ke Poliklinik Umum RSMP dengan
keluhan sakit di bibir kemaluan sebelah kanan bawah sejak 4 hari yang lalu. Ny.
Gina sudah menyadari bahwa terdapat benjolan di bibir kemaluan kanan bawah
sebesar telur ayam kampung sejak 1 bulan yang lalu. Karena tidak ada keluhan,
Ny. Gina tidak pernah memeriksakan diri ke dokter. Karena 4 hari ini, benjolan
tersebut memerah, rasa panas, bengkak dan sangat sakit maka baru sekarang dia
mau berobat.
Ny. Gina merasa tidak mengeluarkan darah dari kemaluan. Riwayat
menstruasi teratur, banyaknya sedang, tidak terasa sakit sewaktu menstruasi. Ny.
Gina mengalami menstruasi terakhir pada 3 minggu yang lalu. Ny.Gina tidak
pernah memakai kontrasepsi apapun. Ny. Gina mempunyai kebiasaan tidak
mengganti celana dalam selama seharian.
Pemeriksaan Fisik:
Keadaan umum: tampak sakit sedang, kesadaran: compos mentis
Tanda Vital: N: 80 x/menit isi tegangan cukup, TD: 110/70 mmHg, RR:20
x/menit, T: 36,60C
Pemeriksaan Khusus:
Kepala: konjungtiva tidak pucat
Thoraks: dalam batas normal
Abdomen (status Ginekologi)
Pemeriksaan Luar:
- Inspeksi: tampak benjolan ukuran 3x3x3 cm, berwarna merah di labia
mayora dextra bawah.
- Palpasi: benjolan teraba hangat, berbatas tegas, terfiksasi, konsistensi kistik,
yang sangat sakit pada perabaan.
Inspekulo:

4
- Portio: tidak livide
- Vagina tenang
- Fluxus (-), fluor albus (-)
- Polip, erosi (-)
Pemeriksaan Dalam (Bimanual):
- Portio: kenyal, nyeri goyang (-)
- OUE tertutup
- Corpus uteri: sebesar normal
- Kedua adneksa dalam batas normal
- Cavum Douglas tidak menonjol

2.3 Klarifikasi Istilah


No. Istilah Sumber

1. Benjolan Suatu perbesaran abnormal atau (Dorland, 2018)


pertumbuhan baru jaringan yang
multiplikasi sel tidak terkontrol
dan progresif.
2. Kontrasepsi Alat pencegahan konsepsi atau (Dorland, 2018)
kehamilan.
3. Polip Pertumbuhan atau massa yang (Dorland, 2018)
menonjol dari membrane
mukosa dan merupakan
neoplastic jinak yang
mempunyai potensi keganasan.
4. Menstruari Keadaan fidiolgi dan siklik (Dorland, 2018)
berupa pengeluaran secret yang
terdiri dari darah dan jaringan

5
mukosa dari uterus nongravid
melalui vagina.
5. Adneksa Struktur tambahan pada uterus. (Dorland, 2018)

6. Konsistensi kistik Konsistensi yang berhubungan (Dorland, 2018)


dengan atau mengandung kista.
7. Terfiksasi Keadaan dalam posisi tetap. (Dorland, 2018)

8. Fluor albus Suatu gejala gangguan alat (Dorland, 2018)


kelamin yang dialami wanita
berupa keluarnya cairan putih
kekuningan atau putih kelabu
dari vagina.
9. Fluksus Cairan yang keluar dari dalam (Dorland, 2018)
vagina secara berlebihan.
10. Bengkak Menjadi besar karena suatu (Dorland, 2018)
penyakit.
11. Portio Bagian cervix uteri yang tidak (Dorland, 2018)
menonjol kedalam vagina.
12. Livide Warna keunguan pada portio (Dorland, 2018)
yang menandakan bahwa wanita
sedang hamil.
13. OUE Tempat keluarnya air kemih (Dorland, 2018)
yang terletak dibawah klitoris.
14. Cavum douglas Suatu ruang diantara rectum dan (Dorland, 2018)
tuba fallopii (escavatio
retrouteri).

6
2.4 Identifikasi Masalah

1. Ny. Gina, 35 tahun, P3A0, datang ke Poliklinik Umum RSMP dengan keluhan
sakit di bibir kemaluan sebelah kanan bawah sejak 4 hari yang lalu.
2. Ny. Gina sudah menyadari bahwa terdapat benjolan di bibir kemaluan kanan
bawah sebesar telur ayam kampung sejak 1 bulan yang lalu. Karena tidak ada
keluhan, Ny. Gina tidak pernah memeriksakan diri ke dokter. Karena 4 hari ini,
benjolan tersebut memerah, rasa panas, bengkak dan sangat sakit maka baru
sekarang dia mau berobat.
3. Ny. Gina merasa tidak mengeluarkan darah dari kemaluan. Riwayat menstruasi
teratur, banyaknya sedang, tidak terasa sakit sewaktu menstruasi. Ny. Gina
mengalami menstruasi terakhir pada 3 minggu yang lalu. Ny.Gina tidak pernah
memakai kontrasepsi apapun. Ny. Gina mempunyai kebiasaan tidak mengganti
celana dalam selama seharian.
4. Pemeriksaan Fisik:
Keadaan umum: tampak sakit sedang, kesadaran: compos mentis
Tanda Vital: N: 80 x/menit isi tegangan cukup, TD: 110/70 mmHg, RR:20
x/menit, T: 36,60C.
5. Pemeriksaan Khusus:
Kepala: konjungtiva tidak pucat
Thoraks: dalam batas normal
Abdomen (status Ginekologi)
Pemeriksaan Luar:
- Inspeksi: tampak benjolan ukuran 3x3x3 cm, berwarna merah di labia
mayora dextra bawah.
- Palpasi: benjolan teraba hangat, berbatas tegas, terfiksasi, konsistensi kistik,
yang sangat sakit pada perabaan.
Inspekulo:
- Portio: tidak livide

7
- Vagina tenang
- Fluxus (-), fluor albus (-)
- Polip, erosi (-)
Pemeriksaan Dalam (Bimanual):
- Portio: kenyal, nyeri goyang (-)
- OUE tertutup
- Corpus uteri: sebesar normal
- Kedua adneksa dalam batas normal
- Cavum Douglas tidak menonjol

2.5 Prioritas Masalah

Ny. Gina, 35 tahun, P3A0, datang ke Poliklinik Umum RSMP dengan


keluhan sakit di bibir kemaluan sebelah kanan bawah sejak 4 hari yang lalu.
Alasan : Jika tidak ditatalaksana dengan baik dapat menimbulkan komplikasi
lebih lanjut.

2.6 Analisis Masalah

1. Ny. Gina, 35 tahun, P3A0, datang ke Poliklinik Umum RSMP dengan keluhan
sakit di bibir kemaluan sebelah kanan bawah sejak 4 hari yang lalu.
a. Bagaimana anatomi dan fisiologi pada kasus ?
Jawab :
A. Organ Genitalia Pada Wanita

8
Gambar 1. Gambaran Organ Genitalia Eksterna

1. Vulva atau pudenda


Vulva meliputi seluruh struktur eksternal yang dapat dilihat
mulai dari pubis sampai perineum, yaitu mons veneris, labia
mayora dan labia minora, klitoris, selaput darah (hymen),
vestibulum, muara uretra, berbagai kelenjar dan struktur vascular.
2. Mons veneris (mons pubis)
Mons veneris (mons pubis) adalah bagian yang menonjol di
atas simfisis dan pada perempuan setelah pubertas ditutup oleh
rambut kemaluan. Pada perempuan umumnya batas atas rambut
melintang sampai pinggir atas simfisis, sedangkan ke bawah
sampai sekitar anus dan paha.
3. Labia mayora
Labia mayora (bibir-bibir besar) terdiri atas bagian kanan dan
kiri, lonjong mengecil kebawah, terisi oleh jaringan lemak yang
serupa dengan yang ada di mons veneris. Kebawah dan ke

9
belakang kedua labia mayora bertemu dan membentuk
kommisura posterior.Labia mayora analog dengan skrotum pada
pria.
4. Labia minora (nymphae)
Labia minora (nymphae) adalah suatu lipatan tipis dari kulit
sebelah dalam bibir besar. Ke depan kedua bibir kecil bertemu
yang diatas klitoris membentuk preputium klitoridis dan yang di
bawah klitoris membentuk frenulum klitoridis. Ke belakang kedua
bibir kecil juga bersatu dan membentuk fossa navikulare. Kulit
yang meliputi labia minora mengandung banyak glandula sebasea
dan juga ujung-ujung saraf yang menyebabkan bibir kecil sangat
sensistif.
5. Klitoris
Klitoris kira-kira sebesar biji kacang ijo, tertutup oleh
preputium klitoridis dan terdiri atas glans klitoridis, korpus
klitoridis dan dua krura yang menggantungkan klitoris ke os
pubis. Glans klitoridis terdiri atas jaringan yang dapat
mengembang, penuh dengan ujung saraf, sehingga sangat sensitif.
6. Vestibulum
Vestibulum berbentuk lonjong dengan ukuran panjang dari
depan ke belakang dan dibatas di depan oleh klitoris, kanan dan
kiri oleh kedua bibir kecil dan di belakang oleh perineum
(fourchette).
7. Introitus Vagina
Introitus vagina mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda-
beda. Introitus vagina ditutupi oleh selaput darah.
8. Perineum
Perineum terletak antara vulva dan anus, panjangnya rata-rata
4 cm. Jaringan yang mendukung perineum terutama ialah

10
diafragma pelvis dan diafragma urogenitalis. Diafragma pelvis
terdiri atas otot levator ani dan otot koksigis posterior serta fasia
yang menutupi kedua otot ini. Diafragma urogenitalis terletak
eksternal dari diafragma pelvis, yaitu di daerah segitiga antara
tuber isiadika dan simfisis pubis. Diafragma urogenitalis meliputi
muskulus transverses perinea profunda, otot konstriktor uretra dan
fasia internal maupun eksternal yang menutupinya (Cunningham
FG et al, 2019).

Organ Genitalia Interna


• Vagina (Liang Sanggama)
Vagina merupakan penghubung antara introitus vagina dan
uterus. Dinding depan dan belakang vagina berdekatan satu sama
lain, masing-masing panjangnya berkisar antara 6-8 cm dan 7-10
cm. Bentuk vagina sebelah dalam yang berlipat-lipat dinamakan
rugae. Di tengah-tengahnya ada bagian yang lebih keras disebut
kolumna rugarum. Lipatan ini memungkinkan vagina dalam
persalinan melebar sesuai dengan fungsinya sebagai bagian lunak
jalan-lahir. Di vagina tidak didapatkan kelenjar bersekresi. Vagina
dapat darah dari (1) arteri uterine, yang melalui cabangnya ke
serviks dan vagina memberikan darah ke vagina bagian tengah 1/3
atas; (2) arteria vesikalis inferior, yang melalui cabangnya
memberikan darah ke vagina bagian 1/3 tengah; (3) arteria
hemoroidalis mediana dan arteria pedundus interna yang
memberikan darah ke bagian 1/3 bawah.
Fungsi dari Vagina tidak hanya sebagai saluran kelamin pada
perempuan, tetapi juga merupakan saluran ekskresi untuk
menstruasi dan membentuk sebagian jalan lahir.

11
• Uterus
Berbentuk advokat atau buah pir yang sedikit gepeng ke
arah depan belakang. Ukurannya sebesar telur ayam dan
mempunyai rongga. Dindingnya terdiri dari otot-otot polos.
Ukuran panjang uterus adalah 7-7,5 cm, lebar diatas 5,25 cm, tebal
2,5 cm dan tebal dinding 1,25 cm. Letak uterus dalam keadaan
fisiologis adalah anteversiofleksio (serviks ke depan dan
membentuk sudut dengan vagina, sedangkan korpus uteri .ke
depan dan membentuk sudut dengan serviks uteri). Uterus terdiri
atas (1) fundus uteri; (2) korpus uteri dan (3) serviks uteri.
Fundus uteri adalah bagian uterus proksimal; di situ kedua
tuba falopii masuk ke uterus. Di dalam klinik penting untuk
diketahui sampai di mana fundus uteri berada, oleh karna tuanya
kehamilan dapat diperkirakan dengan perabaan pada fundus uteri.
Korpus uteri adalah bagian yang terbesar. Pada kehamilan bagian
ini berfungsi sebagai tempat janin berkembang.
• Tuba Fallopi
Tuba Fallopi terdiri atas (1) pars interstisialis, yaitu bagian
yang terdapat di dindinguterus (2) pars ismikia, merupakan bagian
medial tuba yang sempit seluruhnya; (3) pars ampularis, yaitu
bagian yang berbentuk sebagai saluran agak lebar, tempat konsepsi
terjadi; dan (4) infundibulum, yaitu bagian ujung tuba yang terbuka
ke arah abdomen dan mempunyai fimbria. Fimbria penting artinya
bagi tuba untuk menangkap telur dan selanjutnya menyalurkan
telur ke dalam tuba.
• Ovarium (indung telur)
Perempuan pada umumnya mempunyai 2 indung telur
kanan dan kiri. Mesovarium menggantung ovarium di bagian

12
belakang ligamentum latum kiri dan kanan. Ovarium berukuran
kurang lebih sebesar ibu jari tangan dengan ukuran panjang kira-
kira 4 cm, lebar dan tebal kira-kira 1,5 cm Salah satu fungsi dari
Ovarium merupakan organ yang bertanggung jawab terhadap
produksi sel benih perempuan yang disebut ovum, dan hormone
sex perempuan estrogen dan progesterone, pada perempuan
dewasa. (Cunningham FG et al, 2019).

Gambar 2. Organ Genitalia Interna

B. Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita


Ovarium selain berfungsi utama sebagai tempat pemasakan sel sel
germinal juga berfungsi untuk menyekresi beberapa hormon.
1. Siklus Ovarium
a. Fase Folikuler
Folikel prime terdiri atas oosit primer yang dikelilingi sel sel
folikel. Oosit primer merupakan perkembangan dari oogonium.
Diduga dalam bulan ke-2 terdapat 600.000 oogonia dalam
kedua ovarium, sedangkan yang bertahan sampai menjelang

13
pubertas 300-400 ribu (yang lain mengalami degenerasi).
Dibawah pengaruh FSH, folikel berkembang menjadi folikel
masak (folikel de graaf) , dan dengan adanya LH terjadi ovulasi.
b. Fase Ovulasi
Fase ovulasi adalah fase dilepaskannya ovum yang telah masak
dari ovarium. Biasanya terjadi pada pertengahan siklus
ovarium/menstruasi.
c. Fase Luteal
Setelah ovulasi, atas pengaruh LH, sel granulosa mengalami
hiperplasia sehingga terbentuk korpus luteum yang juga
menghasilkan estrogen dan progesteron. Jika tidak terjadi
pembuahan, kurang lebih 9 hari pasca ovulasi, korpus luteum
mengalami degenerasi dan kemudian menjadi korpus albikans.
Jika terjadi pembuahan, korpus luteum makin besar dan disebut
korpus luteum kehamilan. Progesteron mempertahankan
endometrium dalam fase sekresi dan siap menerima sel telur
yang telah dibuahi.
2. Siklus Endometrium
a. Fase Proliferasi
Fase folikular yang dimana akibat pengaruh estrogen →
endometrium → menambah afinitas reseptor estrogen dan
mempersiapkan reseptor progesteron.
b. Fase Sekresi
Progesteron ditangkap oleh reseptornya di endometrium
progesterone-receptor complex → penurunan produksi
reseptor estrogen (mengaktifkan estradiol dehidrogenase) →
kelenjar membesar, banyak mensekresi ; stroma menjadi
sembab.
c. Fase Premenstruasi

14
Terjadi jika telur tidak dibuahi, berlangsung 2-3 hari sebelum
menstruasi. Korpus luteum berdegenerasi → sekresi
progesterone dan estrogen menurun →perubahan vaskuler
mengakibatkan pengkerutan fungsional endometrium →
kemudian arteri berdilatasi → bagian bagian yang nekrosis
terlepas
d. Fase Menstruasi
Mula mula terjadi robekan pada a. spiralis → hematom
endometrium bagian luar menggelembung →robekan terlepas
→ perdarahan menstruasi →a. spiralis berkontriksi → terjadi
regenerasi dari sisa sisa stratum spongiosum endometrium
(Cunningham FG et al, 2019).

b. Apa makna Ny. Gina, 35 tahun, P3A0, datang ke Poliklinik Umum RSMP
dengan keluhan sakit di bibir kemaluan sebelah kanan bawah sejak 4 hari
yang lalu ?
Jawab :
Makna P3A0 yaitu Partus 3 : Sudah melahirkan sebanyak 3 kali,
Abortus 0 :Tidak pernah mengalami abortus. Sedangkan mengeluh sakit
di bibir kemaluan sebelah kanan bawah sejak 4 hari yang lalu merupakan
peradangan pada labia minora (Anozie, 2016).

c. Apa hubungan status gravida dan umur pada kasus ?


Jawab :
Usia: Menurut penelitian Anozie, (2016) usia paling umum saat
adalah antara 20 - 29 tahun. Dari hasil penelitian didapatkan, 11 (61%)
pasien berada dalam kelompok usia 20 - 30 tahun dengan usia rata-rata
28,8 ± 5,6 tahun. Hal ini sesuai dengan penelitian John di Porthacourt
bahwa 71,1% pasiennya termasuk dalam kelompok usia yang sama dan

15
usia rata-rata pada saat presentasi adalah 27,74 ± 6,65 tahun. Ini bisa jadi
karena wanita dari kelompok usia reproduksi lebih cenderung melakukan
aktivitas seksual serta berisiko mengalami episiotomi yang merupakan
faktor risiko yang diakui (Anozie, 2016).
Status gravida: Kista Bartholini umumnya terjadi pada wanita yang
belum pernah hamil dan pernah hamil namun sekali, namun sifat kista ini
tidak ganas. Penyebab pasti belum diketahui namun, studi epidemiologi
menyatakan beberapa faktor resiko terjadinya kista, antara lain tidak
menikah, tidak punya atau sedikit anak, nulipara. Kista sangat erat
kaitannya dengan wanita yang angka melahirkannya rendah dan infertil
atau tingkat kesuburannya rendah (Saeed, 2013).

d. Apa kemungkinan penyebab keluhan sakit di bibir kemaluan sebelah kanan


bawah pada kasus ?
Jawab :
Peradangan pada kista dapat terjadi akibat parut setelah infeksi (
terutama yang disebabkan oleh nisereria gonorhea dan kadang kadang
streptokok dan stafilokok ) atau trauma yang kemudia menyebabkan
sumbatan pada saluran eksresi kelenjar bartholini. Pada kasus
kemungkinan karena Personal hygiene yang tidak di jaga dengan baik
sehingga menyebab terjadinya pertumbuhan bakteri pada kelenjar
bartholini ny.gina sehingga menyebabkan terjadinya peradangan pada
kelenjar. Yang mana lama kelamaan tekanan didalam kista meningkat
sehingga akan menekan jaringan saraf yang nantinya akan merangsang
mediator nyeri lalu timbullah rasa nyeri atau sakit tersebut.
Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara
kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis,
kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu
melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya, alat genitalia rentan

16
dengan terjangkitnya bakteri selain pada anus. Untuk itu sangat penting
untuk menjaga kebersihan diri terutma alat genitalia supaya tidak
terinfeksi bakteri yang bias saja memicu terjadinya kista bartholini. Selain
Kista Bartholini, kurangnya kesadaran akan personal hygiene juga dapat
memicu terjadinya penyakit infeksi kelamin, seperti kanker serviks
(Zulkarnain, 2008).

e. Apa kemungkinan penyakit dengan keluhan pada kasus ?


Jawab :
1. Kista Bartholini yaitu, kista kista berukuran relative besar yang paling
sering dijumpai. Pembesaran kistik ini terjadi akibat jaringan parut
setelah infeksi atau trauma yang menyebabkan sumbatan pada saluran
eksresi kelenjar bartholini.
2. Hidradenoma Papilaris yaitu kista soliter dengan diameter kurang dari 1
cm.
3. Kista pilosebasea merupakan kista yang paling sering ditemukan pada
vulva. Kista ini terbentuk akibat adanya penyumbatan yang disebabkan
karena infeksi atau akumulasi material sebum pada saluran tersebut
pada duktus sekretorius kelenjar minyak.
4. Kista canalis nuck
(Anwar dkk, 2018).

f. Bagaimana patofisiologi dari keluhan sakit di bibir kemaluan sebelah kanan


bawah ?
Jawab :
Benjolan
FR ( Jarang mengganti pakaian dalam selama seharian ) →
pertumbuhan bakteri e. coli → Menginfeksi pada saluran kelenjar
bartholini → Peradangan, peregangan dan melekat satu sama lain →

17
penyumbatan duktus kelenjar bagian distal → Cairan yang dihasilkan
kelenjar terakumulasi → pembengkakan → kista batholini → membesar
→ benjolan di dekat lubang vagina ( labia mayora ).
Sakit pada bibir kemaluan
FR ( Jarang mengganti pakaian dalam selama seharian ) →
pertumbuhan bakteri e. coli → Menginfeksi pada saluran kelenjar
bartholini → Peradangan, peregangan dan melekat satu sama lain →
penyumbatan duktus kelenjar bagian distal → Cairan yang dihasilkan
kelenjar terakumulasi → pembengkakan → kista batholini → lama
kelamaan tekanan didalam kista meningkat → Dinding kelenjar / kista
mengalami peregangan dan peradangan → Menekan jaringan saraf →
Mengeluarkan mediator nyeri → Merangsang area sensorik → Nyeri/ sakit
(Patil S dkk, 2017).

g. Apa saja faktor resiko terkait keluhan pada kasus ?


Jawab :
a. Personal hygiene yang buruk
Kista juga sering disebabkan karena personal hygine yang tidak
terjaga dengan baik sehingga memudahkan mikroorganisme masuk dan
berkembangbiak yakni disebabkan oleh kelalaian membersihkan daerah
vagina dan pemakaian alat/fasilitas kesehatan yang tidak steril.
b. Riwayat kista Bartholin sebelumnya
Wanita yang pernah menderita Kista Bartholini sebelumnya
memiliki resiko terulangnya kista ini 20-40%.
c. Penyakit menular seksual, seperti klamidia dan gonorrhea
d. Riwayat pembedahan pada area vulvovaginal
e. Usia
Kista / abses bartholin sebagian besar ditemukan pada wanita
usia subur. Insiden kista Bartholin paling sering dicatat pada awal

18
pubertas dan meningkat seiring bertambahnya usia hingga menopause.
Kista dan abses Bartholin yang bergejala terjadi pada 2% dari semua
kunjungan ginekologi per tahun.
f. Paritas
Kista Bartholini umumnya terjadi pada wanita yang belum
pernah hamil dan pernah hamil namun sekali, namun sifat kista ini tidak
ganas. Penyebab pasti belum diketahui namun, studi epidemiologi
menyatakan beberapa faktor resiko terjadinya kista, antara lain tidak
menikah, tidak punya atau sedikit anak, nulipara.
g. Pendidikan
Pendidikan yang rendah dapat sulit untuk menerima informasi
baru tentang kesehatan khususnya penyakit kista.
h. Terpapar dengan polusi
i. Faktor makanan
Makan yang berlemak tinggi, merupakan pemicu munculnya kista
(Lee, 2021).

2. Ny. Gina sudah menyadari bahwa terdapat benjolan di bibir kemaluan kanan
bawah sebesar telur ayam kampung sejak 1 bulan yang lalu. Karena tidak ada
keluhan, Ny. Gina tidak pernah memeriksakan diri ke dokter. Karena 4 hari ini,
benjolan tersebut memerah, rasa panas, bengkak dan sangat sakit maka baru
sekarang dia mau berobat.
a. Apa makna Ny. Gina sudah menyadari bahwa terdapat benjolan di bibir
kemaluan kanan bawah sebesar telur ayam kampung sejak 1 bulan yang lalu
?
Jawab :
Pada pernyataan benjolan di bibir kemaluan kanan bawah sebesar
telur ayam kampung menandakan bahwa adanya kista bartholini, kista

19
bartholini merupakan kista berukuran relative besar (1-3cm) yang paling
sering ijumpai. Kelenjar batholini terletak pada 1/3 posterior dari setiap
labium mayus dan muara dari ductus sekretorius dari kelenjar ini, berada
tepat di depan ( eksternal ) himen pada posisi jam 4 dan 8. Sedangkan
pada pernyataan sejak 1 bulan yang lalu maknanya 1 bulan yang lalu masih
terjadi pembesaran kistik yang belum disertai infeksi lanjutan, dimana
umunya tidak menimbulkan gejala-gejala khusus dan hanya dikenali
melalui palpasi. Ini menandakan terjadinya kista bartholini yang bersifat
kronik (Prawiharjo, 2008).

b. Apa makna Karena tidak ada keluhan, Ny. Gina tidak pernah memeriksakan
diri ke dokter ?
Jawab :
Maknanya Kista Bartholin tidak selalu menimbulkan keluhan salah
satu keluhan yang dapat muncul pada pasien kista Bartholin adalah
benjolan. Kista Bartholin yang berukuran kecil dan tidak terinfeksi sering
asimtomatik sehingga tidak disadari oleh pasien (Vaniary dan
Martodihardjo, 2017).

c. Apa makna Karena 4 hari ini, benjolan tersebut memerah, rasa panas,
bengkak dan sangat sakit maka baru sekarang dia mau berobat ?
Jawab :
Maknanya telah terjadi progresifitas dari penyakit yang di derita
Ny. Gina. Kelenjar Bartholin adalah dua kelenjar kecil yang bergantung
pada hormon yang terletak secara simetris di daerah posterior lubang
vagina dan berperan dalam sekresi lendir dan lubrifikasi vagina.
Bartholinitis akut umumnya disebabkan oleh infeksi kista kelenjar
disebabkan oleh obstruksi saluran ekskretoris. Itu Tanda klinis utama

20
adalah pembengkakan yang menyakitkan di bagian posterior area labia
majora (Choquet et al., 2016).

d. Bagaimana patofisiologi keluhan tambahan pada kasus ?


Jawab :
Fr higien yang buruk → saluran Bartholin tersumbat → maka
cairan yang dihasilkan oleh kelenjar Bartholin menjadi terakumulasi →
menyebabkan kelenjar membengkak → membentuk suatu kista → karena
kelenjar terus menerus menghasilkan cairan → kista semakin membesar
→ tekanan di dalamnya semakin meningkat → dinding kista akan
mengalami peregangan dan mengakibatkan penekanan pada jaringan saraf
sekitar → memicu mediator inflamasi → benjolan tersebut memerah →
rasa panas, bengkak dan sangat sakit (Vaniary dan Martodihardjo, 2017).

e. Apa saja etiologi terkait dengan keluhan tambahan benjolan di bibir


kemaluan kanan ?
Jawab :
Abses Bartholin banyak disebabkan oleh mikroorganisme yang
berkolonisasi dari regio perineal dan biasanya beragam, seperti
Bacteroides spp. dan Escherichia coli yang merupakan organisme
predominan. Abses Bartholin adalah abses polimikrobial. Meskipun
Neisseria gonorrhoeae adalah mikroorganisme aerobik yang dominan
mengisolasi, bakteri anaerob adalah patogen yang paling umum.
Chlamydia trachomatis juga mungkin menjadi organisme kausatif
(Lilungulu dkk, 2017).

f. Apa saja klasifikasi dari kista ?

21
Jawab :
Tumor Kistik Ovarium
• Kista folikel adalah karena kegagalan proses ovulasi (LH Surge) dan
kemudian cairan intrafolikel tidak diaborbsi kembali.
• Kista korpus luteum adalah akibat pertumbuhan lanjut korpus luteum /
perdarahan mengisi rongga setelah ovulasi. 2 jenis kista lutein, yaitu
kista granulosa dan kista teka
• Kista granulosa adalah pembesaran non-neoplastik ovarium. Setelah
ovulasi, dinding sel granulosa mengalami luteinisasi. Kista lutein dapat
menyebabkan torsi ovarium
• Kista teka adalah tidak pernah mencapai ukuran besar. Bilateral dan
berisi cairan jernih kekuningan. Kista dapat menghilang secara spontan
tetapi jika rupture kista dan perdarahan kedalam rongga peritoneum
butuh laporatomi
• Kistadenoma ovarii serosum
Gejala klinis
Pada kondisi tertentu, pendertita akan mengeluhkan rasa tidak
nyaman di dalam rongga pelvis, pembesaran perut, dan gejala seperti
asites.
Tatalaksana
Eksisi dengan eksplorasi menyeluruh pada organ intrapelvik dan
abdomen
• Kistadenoma ovarii musinosum
Gejala klinis
Merasakan BB meningkat / rasa penuh di perut. Pada wanita pasca
menopause, akan terjadi hyperplasia / perdarahan pervaginam.
Padawanita hamil, akan terjadi pertumbuhan rambut yang berlebihan
(virilisasi).

22
Tatalaksana
Salpingo-ooforektomi unilateral, dextrose 5 % - 10 % sebelum
suction untuk mengosongkan cairan musin dari cavum peritoneum
• Kista dermoid
a. Gejala klinis
Rasa penuh dan berat di dalam perut bila tumor cukup besar
b. Tatalaksana
Laparotomi dan kistektomi
Tumor Jinak Vulva
• Kista bartholini
• Kista pilosebasea
Tumor Jinak Vagina
• Kista inklusi
• Kista garther
• Kista nabothi
(Prawirohardjo, 2014).

g. Apa kemungkinan penyakit dengan benjolan di bibir kemaluan kanan


bawah sebesar telur ayam kampung ?
Jawab :
Kista bartholini yaitu penyumbatan jinak pada kelenjar Bartholin
yang biasanya unilateral, asimtomatik, dan mungkin ditemukan secara
kebetulan selama pemeriksaan panggul atau pemeriksaan pencitraan
(Quaresma C, 2021). Kista Bartholin tidak selalu menimbulkan keluhan.
Kista Bartholin yang berukuran kecil dan tidak terinfeksi sering
asimtomatik sehingga tidak disadari oleh pasien. Kista yang berukuran
lebih besar dapat menimbulkan keluhan berupa adanya benjolan, rasa

23
tidak nyaman terutama saat melakukan hubungan seksual, duduk, dan
berjalan.
• Kista di Bibir Vagina
Bibir vagina memiliki beragam jenis kelenjar, seperti kelenjar
Bartholin dan Skene. Karena suatu hal, kelenjar ini dapat tersumbat dan
terinfeksi, lalu menimbulkan kista.
Kista adalah kantong yang berisi cairan atau nanah, yang umumnya
terbentuk karena trauma atau infeksi.
Kista di bibir vagina yang berukuran kecil dan tidak terinfeksi,
umumnya tidak menimbulkan gejala dan tidak membutuhkan terapi
khusus. Namun, kista yang terinfeksi dan menimbulkan gejala seperti
nyeri dan bengkak perlu ditangani segera. Kista Bartholin adalah yang
paling sering terbentuk di daerah bibir vagina. Letaknya di bagian
bawah, arah jam 5 dan 7.
Karena letaknya berdekatan dengan mulut vagina, kista
Bartholin lebih sering terinfeksi, terutama jika wanita tersebut
mengalami keputihan akibat infeksi bakteri. Kuman yang sering
menyebabkan infeksi kista Bartholin adalah gonore dan klamidia. Bila
mengalami benjolan yang nyeri, panas, bengkak hingga membuat Anda
sulit berjalan, segeralah berkonsultasi pada dokter.
• Kista di Vagina
Kista vagina dapat terbentuk di dinding vagina, biasanya
bentuknya sebesar kacang. Penyebab kista vagina yang paling sering
adalah trauma ketika melahirkan. Kista di dinding vagina umumnya
tidak menimbulkan gejala yang mengganggu. Namun jika terlalu besar,
dapat menyebabkan gangguan saat berhubungan intim. Apabila hal
tersebut terjadi, Anda dapat berkonsultasi lebih lanjut dengan dokter
untuk rencana terapi.
• Sumbatan Kelenjar Lemak

24
Benjolan di vagina dapat pula disebabkan oleh sumbatan pada
kelenjar lemak, yakni ketika terdapat cukup banyak kelenjar lemak di
vagina. Sumbatan kelenjar tersebut akhirnya menimbulkan benjolan
kecil berwarna putih kekuningan, yang disebut dengan Fordyce
spot. Meski dapat bertambah seiring dengan usia, benjolan ini tidak
berbahaya dan tidak memerlukan terapi.
• Kelebihan Kulit
Terkadang, pada bibir vagina terdapat kulit lebih (skin tag) yang
dapat menimbulkan benjolan kecil. Hal tersebut tidaklah berbahaya, dan
tidak memerlukan terapi. Namun, apabila anda terganggu, kulit lebih
tersebut dapat dihilangkan dengan operasi kecil.
• Herpes Simpleks
Infeksi virus herpes simpleks (HSV) di vagina juga dapat
menyebabkan timbulnya benjolan. Virus ini dapat menular melalui
hubungan seksual atau air cebok yang terkontaminasi.
• Kutil Kelamin
Kutil kelamin disebabkan oleh infeksi virus human
papillomavirus (HPV). Sama seperti virus HSV, virus ini dapat
ditularkan melalui hubungan seksual dan air cebok yang
terkontaminasi.
Awalnya muncul sebagai bintil-bintil kecil, yang lama-
kelamaan dapat bersatu dan membesar seperti kembang kol atau jengger
ayam. Kutil juga dapat menimbulkan gejala gatal atau terbakar (Anwar
dkk, 2018).

h. Bagaimana hubungan keluhan benjolan di bibir kanan satu bulan yang lalu
dengan keluhan utama ?
Jawab :

25
Hubungan terjadi peningkatan progresivitas penyakit yang mana
pada pembesaran kistik yang tidak disertai infeksi lanjutan atau sekunder
umunya tidak menimbulkan gejala – gejala khusus dan hanya dikenali
melalui palpasi. Sementara itu pada infeksi akut di sertai penyumbatan,
indurasi dan peradangan (Prawiharjo, 2008).

i. Apa dampak Ny. gina tidak memeriksakan diri ke dokter ?


Jawab :
Terjadinya progresivitas penyakit pada Ny.Gina, terjadi infeksi
sekunder atau eksaserbasi akut yang berat yang dapat menyebabkan
indurasi meluas, reaksi peradangan, nyeri serta gejala klinik berupa
dyspareunia ataupun demam. Kista Bartholin yang terinfeksi selanjutnya
dapat berkembang menjadi abses Bartholin (Anwar, 2018).

3. Ny. Gina merasa tidak mengeluarkan darah dari kemaluan. Riwayat menstruasi
teratur, banyaknya sedang, tidak terasa sakit sewaktu menstruasi. Ny. Gina
mengalami menstruasi terakhir pada 3 minggu yang lalu. Ny.Gina tidak pernah
memakai kontrasepsi apapun. Ny. Gina mempunyai kebiasaan tidak mengganti
celana dalam selama seharian.
a. Apa makna Ny. Gina merasa tidak mengeluarkan darah dari kemaluan ?
Jawab :
Makna tidak mengeluarkan darah dari kemaluan adalah untuk
menyingkirkan diagnosis banding dari ruptur kista dan manifestasi klinik
dari kista ovarium (Manuaba, 2019).

b. Apa makna Riwayat menstruasi teratur, banyaknya sedang, tidak terasa


sakit sewaktu menstruasi?
Jawab :

26
Maknanya tidak terdapat gangguan pada siklus menstruasi dan
juga menyingkirkan differential diagnosis adanya kista ovarium yang
ditandai dengan gangguan menstruasi (Prawirohardjo, 2014).

c. Apa makna Ny. Gina mengalami menstruasi terakhir pada 3 minggu yang
lalu ?
Jawab :
Maknanya tidak terjadi gangguan terhadap siklus menstruasi
sehingga gangguan bukan di sebabkan karena gangguan hormon, yang
terjadi karena paparan stres lingkungan, misal perubahan keseimbangan
energi (aktivitas fisik yang berlebihan, asupan energi rendah), paparan
polutan (berada dalam udara tercemar dan asap tembakau), dan stres
psikososial (Manuaba, 2019).

d. Bagaimana siklus menstruasi ?


Jawab :
1) Fase folikuler
Panjang fase folikuler umumnya berkisar antara 10-14 hari. Selama
fase folikuler didapatkan proses steroidogenesis, folikulogenesis, dan
oogenesis/meiosis yang saling terkait. Pada awal fase folikuler
didapatkan beberapa folikel antral yang tumbuh, tetapi pada hari ke 5-
7 hanya satu folikel dominan yang tetap tumbuh akibat sekresi FSH
yang menurun.
2) Fase ovulasi
Ovulasi diperkirakan terjadi 24-36 jam pascapuncak kadar estrogen
(estradiol) dan 10-12 jam pasca puncak LH. Lonjakan LH yang
memacu sekresi prostaglandin dan progesterone bersama lonjakan
FSH yang mengaktivasi enzim prereolitik, menyebabkan dinding

27
folikel “pecah”. Kemudian sel granulosa yang melekat pada membrane
basalis, pada seluruh dinding folikel berubah menjadi sel luteal.

Gambar 1.
3) Fase luteal
Selama 3 hari pascaovulasi, sel granulosa terus membesar membentuk
korpus luteum bersama sel teka dan jaringan stroma di sekitarnya.
Pada hari ke 8-9 pasca ovulasi, vaskularisasi mencapai puncaknya
bersamaan dengan puncak kadar progesterone dan estradiol.

Gambar 2. Hormon yang Menogontrol Siklus Menstruasi


4) Fase proliferasi

28
Pada masa proliferasi estrogen memacu terbentuknya komponen
jaringan, ion, air, dan asam amino. Stroma endometrium yang
kolaps/kempis pada saat haid mengembang kembali, terjadi penebalan
kembali endometrium. Fase proliferasi endometrium dapat
berlangsung hanya sebentar 5-7 hari atau cukup lama sekitar 21-30
hari.
5) Fase sekresi
Fase sekresi tampak stroma endometrium lebih edema dan arteri
spiralis lebih terpilin lagi. Fase sekresi selaras dengan fase luteal
dengan durasi kurang lebih tetap berkisar antara 12-14 hari.
6) Fase implantasi
Kelenjar tampak sangat berliku dan mngembung, kelenjar mengisi
hampir seluruh ruang dan hanya sedikit terisi stroma.
7) Fase deskuamasi
Pada hari ke-25 siklas, presidual membentuk lapisan kompaktum pada
bagian atas lapisan fungsional endometrium (Prawirohardjo, 2014).

e. Apa kemungkinan penyebab menstruasi tidak teratur ?


Jawab :
Gangguan siklus menstruasi adalah akibat dari ketidakseimbangan
hormon, yang terjadi karena paparan stres lingkungan, misal perubahan
keseimbangan energi (aktivitas fisik yang berlebihan, asupan energi
rendah), paparan polutan (berada dalam udara tercemar dan asap
tembakau), dan stres psikososial. Ketidakteraturan menstruasi,
didefinisikan sebagai siklus menstruasi yang tidak teratur, adalah bentuk
menstruasi abnormal yang dihasilkan dari berbagai penyebab, seperti
adanya penyakit (yaitu, endometriosis, diabetes mellitus tipe 2, dll.),
Penggunaan obat (yaitu, obat- diobati depresi, antiandrogen, dll., kurus
atau obesitas, kebiasaan merokok, dan faktor reproduksi (usia menarche,

29
paritas, dll). Menstruasi yang tidak teratur dapat disebabkan karena
kondisi-kondisi seperti : stres yang mempengaruhi kerja hipotalamus,
penggunaan obat, tumor kandungan.
Menurut Sari 2015, ada beberapa penyebab menstruari tidak
teratur :
- Genetic
- Pola hidup yang tidak teratur
- Obesitas
- Status gizi
- Pola makan
- Status ekonomi keluarga
- Aktifitas olahraga
(Sari, 2015).

f. Apa makna Ny.Gina tidak pernah memakai kontrasepsi apapun ?


Jawab :
Tidak pernah memakai kontrasepsi apapun menandakan bahwa
kista yang dialami oleh Ny. gina bukan disebabkan oleh pemakaian alat
kontrasepsi (Prawirohardjo, 2014).

g. Apa saja jenis-jenis kontrasepsi ?


Jawab :
1. Kontrasepsi tanpa menggunakan alat atau obat
Ada beberapa jenis Kontrasepsi tanpa menggunakan alat atau
obat yaitu, senggama terputus (Koitus Interruptus), postcoital douche,
perpanjangan masa menyusui anak, pantang berkala, kondom, dan
pesarium.
2. Kontrasepsi hormonal

30
Ada beberapa jenis Kontrasepsi hormonal yaitu, pil kontrasepsi,
mini pil, postcoital contraception, amenore pascapil, suntukan setiap
bulan.
3. Alat kontrasepsi dalam Rahim (AKDR) atau IUD
IUD bekerja dalam cavum uteri dengan cara menimbulkan
peradangan endometrium yang disertai dengan sebukan leukosit yang
dapat menghancurkan blastokista atau sperma (Anwar dkk, 2018).

h. Apa saja indikasi dan kontraindikasi penggunaan kontrasepsi ?


Jawab :
1. Kontrasepsi pil
a. Indikasi : Indikasi penggunaan kontrasepsi pil kontrasepsi, telah
mengandung anak, ibu yang menerima pembayaran tidak
memberikan asi esklusif, ibu yang mengalami siklus tidak teratur,
penelitian kehamilan ektopik.
b. Kontra indikasi pengguna kontrasepsi pil sedang hamil, perdarahan
yang dibatalkan, diabetes berat dengan komplikasi, depresi berat dan
obesitas.
2. Kontrasepsi suntik
a. Indikasi kontrasepsi suntik adalah usia reproduksi yang telah dimiliki
anak, ibu yang melahirkan, ibu post partum, perokok, dan nyeri reda
yang hebat, dan ibu yang lebih sering menggunakan pil kontrasepsi.
b. Kontra indikasi kontrasepsi adalah ibu yang dicuriagai hamil,
perdarahan yang belum jelas penyebabnya, menderita kanker
payudara dan ibu yang menderita diabetes militus yang semakin sulit.
3. Implan atau kontrasepsi susuk
a. Indikasi Indikasi kontrasepsi adalah wanita usia subur, wanita yang
ingin kontrasepsi lama, ibu yang mengonsumsi, pasca keguguran.

31
b. Implan adalah kontrasepsi ibu yang hamil, perdarahan yang tidak
diketahui penyebabnya, keberadaan penyakit hati yang berat,
obesitas dan depresi.
4. IUD
a. Indikasi IUD adalah wanita yang memerlukan kontrasepsi jangka
panjang, multigravida, wanita yang kesulitan menggunakan
kontrasepsi lain.
b. Kontraindikasi IUD adalah wanita yang sedang hamil, wanita yang
sedang menderita infeksi alat genital, perdarahan vagina yang tidak
diketahui wanita yang menderita PMS, wanita yang pernah
mengalami infeksi rahim, wanita yang pernah mengalami pedarahan
yang hebat.
5. Kontrasepsi Mantap (Tubektomi dan Vasektomi)
a. Indikasi Indikasi tubektomi adalah wanita usia subur, sudah
memiliki anak, wanita yang tidak menginginkan anak lagi
b. Kontra indikasi Kontra indikasi adalah ketidaksetujuan terhadap
operasi dari salah satu pasangan, penyakit psikiatrik, keadaan sakit
yang dapat meningkatkan risiko saat operasi (Anwar dkk, 2018).

i. Apa makna Ny. Gina mempunyai kebiasaan tidak mengganti celana dalam
selama seharian dan hubungannya dengan keluhan utama ?
Jawab :
Ny.Gina memiliki personal hygiene yang buruk hal ini dapat
menjadi faktor risiko terjadinya keluhan pada kasus. Personal hygiene
adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan
seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri
adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan
kebersihan untuk dirinya, alat genitalia rentan dengan terjangkitnya
bakteri selain pada anus. Untuk itusangat penting untuk menjaga

32
kebersihan diri terutma alat genitalia supaya tidak terinfeksi bakteri yang
bias saja memicu terjadinya kista bartholini (Male dkk, 2019).

j. Apa dampak kebiasaan tidak mengganti celana dalam seharian dengan


kesehatan genitalia Ny. Gina ?
Jawab :
Rachmanta 2017 dokter spesialis genitalia, menyebutkan dampak
yang ditimbulkan dari tidak rutin mengganti celana dalam adalah berikut:
• Area sekitar kemaluan berbau tak sedap
Celana dalam yang jarang diganti akan menyebabkan kondisi lembab
pada area selangkangan di mana hal tersebut akan memicu timbulnya
aroma tidak sedap yang muncul dari sekitar area tersebut.
• Terasa lembab dan menjadi tidak nyaman saat beraktifitas
Saat kondisi sudah jarang dipakai dan area sleangkangan mulai lembab
dan terasa lengket menyebabkan aktifitas menjadi terganggu karena
akan merasa tidak nyaman.
• Merasakan gatal di bagian kemaluan atau kulit sekitarnya
Kondisi selanjutnya adalah mulai muncul gejala-gejala yang
disebabkan dari lembab dan lengket itu yaitu mulai terlihat ruam dan
terasa gatal dan jika semakin digaruk rasa gatal tersebut malah akan
semakin gatal.
• Tumbuhnya jamur di daerah sekitar alat kelamin
Tingkatan selanjutnya yang memabahayakan adalah ketika sudah mulai
muncul jamur di daerah sekitar alat kelamin terutama kulit di area
lipatan selangkangan yang lambat laut jika tidak ditangani secara benar
maka akan merambat ke bagian genitalia eksterna (Zulkarnain, 2008).

4. Pemeriksaan Fisik:

33
Keadaan umum: tampak sakit sedang, kesadaran: compos mentis
Tanda Vital: N: 80 x/menit isi tegangan cukup, TD: 110/70 mmHg, RR:20
x/menit, T: 36,60C.
a. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan fisik ?
Jawab :
Pemeriksaan Normal Interpretasi

Keadaan Umum: Tidak sakit Sakit


Tampak sakit sedang
Kesadaran: Compos Compos Mentis Normal
Mentis
Tekanan Darah : 120/80 mmHg Hipotensi
110/70
Nadi : 80 x/menit, isi 60-100 x/menit Normal
dan tegangan cukup
RR : 20 x/menit 16-24 x/menit Normal

T: 36,60C 36,50C- 37,50C Normal

b. Bagaimana mekanisme abnormal dari pemeriksaan fisik?


Jawab :
FR ( Jarang mengganti pakaian dalam selama seharian ) →
pertumbuhan bakteri e. coli → Menginfeksi pada saluran kelenjar
bartholini → Peradangan, peregangan dan melekat satu sama lain →
penyumbatan duktus kelenjar bagian distal → Cairan yang dihasilkan
kelenjar terakumulasi → pembengkakan → kista batholini → tumbuh
membesar → lama kelamaan tekanan didalam kista meningkat →
Dinding kelenjar / kista mengalami peregangan dan peradangan →

34
Menekan jaringan saraf → Mengeluarkan mediator nyeri → Merangsang
area sensorik → Nyeri/ sakit ( Tampak sakit berat ) (Patil S dkk, 2017).

5. Pemeriksaan Khusus:
Kepala: konjungtiva tidak pucat
Thoraks: dalam batas normal
Abdomen (status Ginekologi)
Pemeriksaan Luar:
- Inspeksi: tampak benjolan ukuran 3x3x3 cm, berwarna merah di labia
mayora dextra bawah.
- Palpasi: benjolan teraba hangat, berbatas tegas, terfiksasi, konsistensi kistik,
yang sangat sakit pada perabaan.
Inspekulo:
- Portio: tidak livide
- Vagina tenang
- Fluxus (-), fluor albus (-)
- Polip, erosi (-)
Pemeriksaan Dalam (Bimanual):
- Portio: kenyal, nyeri goyang (-)
- OUE tertutup
- Corpus uteri: sebesar normal
- Kedua adneksa dalam batas normal
- Cavum Douglas tidak menonjol
a. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan khusus ?
Jawab :

Pemeriksaan khusus: Keadaan Interpretasi


Normal

35
Kepala Konjungtiva tidak pucar Tidak anemis Normal

Thorak Dalam batas normal Normal

Abdomen (Status Ginekologi)


Pemeriksa Inspeksi: Abnormal
an Luar tampak benjolan ukuran (Kista
3x3x3 cm, berwarna merah di Bartholin )
labia mayora dextra bawah.
Palpasi: Tidak terdapat Abses
benjolan teraba hangat, benjolan Bartholin
berbatas tegas, terfiksasi,
konsistensi kistik, yang sangat
sakit pada perabaan.
- Portio: tidak livide Tidak hamil
- Vagina tenang Normal
- Fluxux (-), fluor albus (-) Fluxus: tidak
ada cairan
yang keluar
Inspekulo
Fluor albus:
tidak ada
keputihan
- Polip, erosi (-) Normal

Pemeriksa - Portio : kenyal Normal


an dalam: - Nyeri goyang (-)
- OUE tertutup

36
- Corpus uteri: sebesar
normal
- Kedua adneksa dalam
batas normal
- Cavum Douglas tidak
menonjol

b. Bagaimana mekanisme abnormal dari pemeriksaan khusus ?


Jawab :
Kista bartholin
FR ( Jarang mengganti pakaian dalam selama seharian ) → infeksi
bakteri, virus dan jamur → kelenjar melekat satu sama lain → menyumbat
saluran distal ductus bartholis → mucus yang disekresikan terakumulasi
→ cairang menumpuk pada kelenjar Bartholin → membentuk benjolan →
kista Bartholin → membesar → benjolan di dekat lubang vagina ( labia
mayora ).

Bartholinitis
FR ( Jarang mengganti pakaian dalam selama seharian ) → infeksi
bakteri, virus dan jamur → kelenjar melekat satu sama lain → menyumbat
saluran distal ductus bartholis → mucus yang disekresikan terakumulasi
→ cairang menumpuk pada kelenjar Bartholin → membentuk benjolan →
kista Bartholin → terinfeksi terus-menerus → menghasilkan cairan nanah
→ abses bartholini → bengkak, merah dan terasa panas → nyeri (Patil S
dkk, 2017).

37
c. Bagaimana pemeriksaan ginekologi pada kasus ?
Jawab :
1. Media Pembelajaran
a. Ruang periksa dokter
b. Tempat tidur pemeriksaan atau tempat tidur ginekologi (litotomi)
c. Manikin pemeriksaan ginekologi
d. Spekulum cocor bebek

Gambar Spekulum Cocok Bebek (Sumber


:www.bcmamedicalmuseum.org)

e. Cairan desinfektan
f. Sarung tangan
g. Cunam kapas/korentang
h. Kateter nelaton
i. Kapas sublimat
j. Sonde uterus
k. Kassa
l. Cairan antiseptik
m. Bengkok

2. Langkah Kerja
a. Mahasiswa mengucapkan salam dan memperkenalkan diri kepada
pasien sebagai dokter.

38
b. Mahasiswa menanyakan identitas pasien.
c. Mahasiswa menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan ginekologi
bimanual.
d. Meminta izin pasien untuk melakukan pemeriksaan.
e. Sebelum melakukan tindakan, pasien dianjurkan untuk buang air
kecil terlebih dahulu.
f. Persilahkan pasien untuk berbaringdi tempat tidur dengan posisi
litotomi.
g. Memperbaiki posisi pasien dengan menempatkan perineum tepat di
tepi tempat tidur.
h. Pemeriksa berdiri di antara kedua tungkai pasien.
i. Menggunakan sarung tangan secara aseptik. Jangan lupa untuk
melepaskan semua aksesoris pemeriksa yang dipakai di tangan.
j. Melakukan tindakan aseptik pada daerah vulva dan sekitarnya
menggunakan cairan antiseptik dengan arah putaran dari dalam ke
luar.
k. Bila pasien tidak dapat BAK sendiri (pada kasus-kasus tertentu),
lakukan pemeriksaan kateter dahulu.
l. Melakukan inspeksi pada daerah mons pubis, labia mayor, dan vulva.
m. Memilih ukuran spekulum sesuai ukuran vagina pasien dan
memeriksa keadaan spekulum.
n. Masukkan spekulum, dipegang dengan tangan kanan, ke dalam liang
vagina secara perlahan. Pertama-tama masukkan spekulum dengan
cocor bebek pada posisi vertikal. Setelah masuk liang vagina,
spekulum diputar searah jarum jam sehingga cocor bebek berada
pada posisi horizontal.
o. Buka spekulum sehingga terlihatlah serviks, lalu kunci spekulum
dengan memutar sekrupnya.

39
p. Bersihkan liang vagina dengan menggunakan lidi berkapas yang
telah diberi cairan antiseptik.
q. Perhatikan keadaan serviks : warna mukosa, bentuk, mulut serviks,
cairan, dan massa.
r. Perhatikan dinding vagina dengan memutar spekulum 900 : warna
mukosa, permukaan dinding, massa, cairan intravaginal.
s. Bila pemeriksaan dianggap selesai, buka kunci spekulum dengan
memutar sekrupnya lalu tarik spekulum ke luar secara perlahan.
t. Letakkan spekulum pada bengkok, buang sarung tangan ke tempat
sampah medis, lalu cucilah tangan.
u. Catat hasil pemeriksaan pada rekam medis pasien.

3. Interpretasi Hasil
a. Vulva : ada verucca/tidak, ada infeksi di sekitar vulva/tidak.
b. Vagina : mukosa normal/tidak, massa/tidak, ada cairan/tidak,
keadaan hymen.
c. Sekret : ada/tidak ada. Deskripsikan sekret bila ada (warna, bau,
kekentalan).
d. Warna porsio serviks : merah/pucat, ada massa/tidak.
e. Ostium uteri internum : tertutup/terbuka.

d. Bagaimana pemeriksaan ginekologi bimanual ?


Jawab :
Ginekologi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang penyakit alat
kelamin wanita dan struktur di sekitarnya. Pada pemeriksaan ginekologi,
perlu diperhatikan dulu genitalia eksterna : pertumbuhan rambut pada mons
pubis, besarnya klitoris dan labia minora, introitus vagina (perawan atau
tidak), dan prolaps uteri. Selain itu juga perlu diperhatikan apakah ada
hemoroid pada anus.

40
Selain dengan pemeriksaan spekulum, dapat juga dilakukan
pemeriksaan bimanual dengan cara memasukkan dua jari ke dalam vagina
dan tangan lainnya diletakkan di atas simfisis pubis. Dengan kedua tangan
ini kita usahakan untuk mendapat kesan mengenai ukuran, letak, dan
kemungkinan pergerakan dari genitalia interna.
Dengan menggunakan dua jari di dalam, forniks posterior mengangkat
uterus sedangkan tangan yang di luar menekan dinding perut ke dalam dan
mengusahakan meraba corpus uteri untuk menentukan besar, bentuk, letak,
dan kemungkinan pergerakannya. Ukuran uterus tergantung pada paritas
dan umur pasien. Tetapi secara umum, ukuran uterus yang normal adalah
sebesar telur bebek, bentuknya seperti bola lampu yang gepeng dan
permukaannya licin. Konsistensi uterus yang tidak hamil padat kenyal,
sementara uterus dalam kehamilan konsistensinya lunak. Letak uterus yang
normal adalah antefleksi. Supaya pemeriksaan bimanual lebih jelas, maka
jari yang berada di dalam dipindahkan ke forniks anterior lalu kedua tangan
didekatkan. Pada antefleksi, corpus uteri dapat teraba sedangkan pada
retrofleksi tidak teraba apa-apa. Usahakan juga memeriksa kemungkinan
pergerakan uterus dengan cara jari yang berada di dalam mencoba
mengangkat uterus sementara tangan yang di luar menekannya ke bawah.
Perhatikan apakah pergerakan uterus menimbulkan nyeri.
Portio serviks diraba bagaimana bentuk dan konsistensinya.
Kemudian perhatikan apakah serviks dapat digerakkan ke kiri dan kanan,
serta apakah menimbulkan rasa nyeri. Pergerakan ini sangat tergantung
pada kekenyalan perimetrium.
Tuba umumnya tidak dapat teraba dengan pemeriksaan bimanual.
Ovarium kadang dapat teraba. Adneksa diperiksa dengan menggerakkan
jari yang berada di dalam ke dalam forniks lateral dan tangan luar
dipindahkan agak ke samping. Apabila merasa massa, perlu ditentukan
besar, konsistensi, dan kemungkinan pergerakannya.

41
Selain pemeriksaan bimanual di atas, ada cara lain yang dapat
dilakukan, yaitu dengan pemeriksaan rektovaginal. Pada pemeriksaan ini
jari telunjuk dimasukkan ke vagina sementara jari tengah tangan yang sama
dimasukkan ke dalam rectum. Tangan kiri tetap berada di simfisis pubis
dan berusaha mendekatkan organ yang akan diperiksa pada tangan yang di
dalam. Pada anak-anak dan wanita yang masih perawan, pemeriksaan
bimanual

1. Media Pembelajaran
a. Penuntun LKK 6 Blok XVII FK UMP
b. Ruang periksa dokter
c. Tempat tidur pemeriksaan atau tempat tidur ginekologi (litotomi)
d. Manikin ginekologi
e. Sarung tangan
f. Tempat tidur ginekologi
g. Lubrikan
h. Kateter nelaton
i. Bengkok
j. Kasa steril
k. Cairan antiseptik

2. Langkah Kerja
a. Mahasiswa mengucapkan salam dan memperkenalkan diri kepada
pasien sebagai dokter.
b. Mahasiswa menanyakan identitas pasien.
c. Mahasiswa menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan ginekologi
bimanual.
d. Mahasiswa meminta izin pasien untuk melakukan pemeriksaan.

42
e. Sebelum melakukan tindakan, pasien dianjurkan untuk buang air
kecil terlebih dahulu.
f. Persilahkan pasien untuk berbaring di tempat tidur dengan posisi
litotomi.
g. Memperbaiki posisi pasien dengan menempatkan perineum tepat di
tepi tempat tidur.
h. Pemeriksa berdiri di antara kedua tungkai pasien.
i. Menggunakan sarung tangan secara aseptik. Jangan lupa untuk
melepaskan semua aksesoris yang dipakai di tangan sebelum
memakai sarung tangan.
j. Melakukan tindakan aseptik pada daerah vulva dan sekitarnya
menggunakan cairan antiseptik, dengan arah putaran dari dalam ke
luar secara melingkar.
k. Bila pasien tidak dapat BAK sendiri (pada kasus-kasus tertentu),
lakukan pemasangan kateter terlebih dahulu.
l. Lumasi jari-jari pemeriksa dengan lubrikan (jeli).
m. Posisikan tangan kanan di depan vulva dan tangan kiri di atas
simfisis pubis pasien.
n. Lakukan pemeriksaan bimanual dengan menggunakan jari tengah
dan jari telunjuk tangan kanan.

Gambar Pemeriksaan Ginekologi Bimanual (Sumber :


www.fastbleep.com)
o. Tangan kiri membantu mengevaluasi organ yang diperiksa.

43
p. Lepaskan sarung tangan dan cucilah tangan bila telah selesai
melakukan pemeriksaan.
q. Catat hasil pemeriksaan pada rekam medis pasien.

3. Interpretasi Hasil
a. Uterus : posisi (antefleksi, retrofleksi), ukuran (telur bebek, telur
puyuh, dan lain-lain), konsistensi (padat, kenyal, lunak), pergerakan
(tidak dapat bergerak, bergerak sedikit, disertai nyeri atau tidak).
b. Adnesa : ukuran (normal, membesar), nyeri tekan (ada, tidak ada),
massa.
c. Cavum Douglas : tidak terisi, terisi. Bila terisi, perhatikan sarung
tangan pasca pemeriksaan, apakah terisi oleh darah atau nanah.

6. Bagaimana cara mendiagnosis pada kasus ?


Jawab :
- Anamnesis : Ny. Gina, 35 tahun, P3A0, Mengeluh sakit di bibir kemaluan
sebelah kanan bawah sejak 4 hari yang lalu dan terdapat benjolan di bibir
kemaluan kanan bawah sebesar telur ayam kampung sejak 1 bulan yang lalu.
Benjolan tersebut memerah, rasa panas, bengkak dan sangat sakit. Ny. Gina
mempunyai kebiasaan tidak mengganti celana dalam selama seharian.
- Pemeriksaan Fisik :
Keadaan umum: tampak sakit sedang
TD: 110/70 mmHg (hipotensi)
- Pemeriksaan Luar :
- Inspeksi: tampak benjolan ukuran 3x3x3 cm, berwarna merah di labia
mayora dextra bawah
- Palpasi: benjolan teraba hangat, berbatas tegas, terfiksasi, konsistensi
kistik, yang sangat sakit pada perabaan.

44
7. Apa diagnosis banding pada kasus ?
Jawab :
1. Kista Bartholini
2. Hidradenoma Papilaris
3. Kista pilosebasea
4. Kista canalis nuck
(Anwar dkk, 2018).

8. Apa pemeriksaan penunjang pada kasus ?


Jawab :
Pemeriksaan penunjang

a. Pap smear untuk mengetahui kemungkinan adanya kanker / kista.


b. Hitung darah lengkap Penurunan Hb (Hemaglobin) dapat menunjukkan
anemia kronis sementara penurunan Ht (Hematokrit) menduga kehilangan
darah aktif, peningkatan SDP (Sel darah putih) dapat mengindikasikan
proses inflamasi / infeksi.
c. CA 125 Titer CA 125 serum sering membantu membedakan antara massa
yang benigna dan maligna. Terutama pada pasien pasca menopause
(Vaniarty TIN dan Martodihardjo, 2017).

9. Apa working diagnosis pada kasus ?


Jawab :
Abses bartholini et causa infeksi.

a. Definisi ?
Jawab :

45
Kista Bartholin adalah penyumbatan duktus kelenjar bagian distal
berupa pembesaran berisi cairan dan mempunyai struktur seperti kantong
bengkak (swollen sac-like structure). Jika lubang pada kelenjar Bartholin
tersumbat, lendir yang dihasilkan oleh kelenjar akan terakumulasi
sehingga terjadi dilatasi kistik duktus proksimal dan obstruksi. Kista
Bartholin yang mengalami obstruksi dan terinfeksi dapat berkembang
menjadi abses (Chen KT, 2015).

b. Etiologi ?
Jawab :
Etiologi kista dan abses Bartholin adalah infeksi yang
menyebabkan sumbatan saluran keluar kelenjar Bartholin sehingga terjadi
pembengkakan akibat akumulasi cairan, bahkan bernanah, pada kelenjar
Bartholin. Infeksi kelenjar Bartholin paling umum disebabkan oleh bakteri
anaerob Bacteroides dan Peptostreptococcus spp, juga bakteri aerobik
seperti Escherichia coli, Staphylococcus aureus dan Enterococcus
faecalis. Bakteri penyebab penyakit menular seksual seperti Chlamydia
trachomatis dan Neisseria gonorrhoeae juga merupakan bakteri yang
sering ditemukan. Umumnya abses Bartholin melibatkan lebih dari satu
jenis organisme, atau disebut abses polimikrobial.
Kista Bartholin tidak selalu harus terjadi sebelum abses. Suatu
laporan kasus menjelaskan bahwa abses dapat langsung terjadi apabila
proses infeksi berjalan progresif. Kista dan abses kelenjar Bartholin kini
tidak lagi dianggap sebagai bagian dari penyakit menular seksual.
Pembedahan area vulvovaginal juga dapat menjadi penyebab kista atau
abses Bartholin walau angka kejadiannya jarang (William dkk, 2021).

c. Epidemiologi ?
Jawab :

46
Global
Sebanyak 2 - 3 % wanita di seluruh dunia mengalami kista dan
abses Bartholin. Angka kejadian abses Bartholin lebih tinggi
dibandingkan kista Bartholin, sebanyak tiga kali lipat. Kista dan abses
Bartholin terbanyak terjadi pada usia reproduksi, tetapi dapat terjadi mulai
saat pubertas hingga mencapai menopause. Semakin bertambahnya usia,
maka insidensinya akan semakin bertambah juga. Kejadian terbanyak
terjadi pada usia 20 - 30 tahun (Saeed, 2013).

Indonesia
Belum ada data epidemiologi kejadian kista dan abses Bartholin
secara nasional di Indonesia. Sebuah penelitian deskriptif retrospektif
yang dilakukan di RSUD Dr. Soetomo Surabaya, periode tahun 2012-
2014, melaporkan dari jumlah kunjungan divisi penyakit menular seksual
ditemukan 46 pasien kista Bartholin (1,29% dari jumlah kunjungan divisi
penyakit menular seksual) dan 25 pasien abses Bartholin (0,7% dari
jumlah kunjungan divisi penyakit menular seksual). Pasien terbanyak
berusia 25 - 44 tahun. Pada anamnesis, 65,2% pasien kista dan 80,0%
pasien abses Bartholin, mengeluh adanya benjolan. Dari Hasil
pemeriksaan fisik, sebesar 39,1% kista dan 44,0% abses Bartholin,
berukuran 1-3 cm, memiliki permukaan rata, konsistensi kenyal, dan
terdapat tanda radang (Vaniarty TIN dan Martodihardjo, 2017).

d. Klasifikasi ?
Jawab :
Tumor Kistik Ovarium
• Kista folikel adalah karena kegagalan proses ovulasi (LH Surge) dan
kemudian cairan intrafolikel tidak diaborbsi kembali.

47
• Kista korpus luteum adalah akibat pertumbuhan lanjut korpus luteum /
perdarahan mengisi rongga setelah ovulasi. 2 jenis kista lutein, yaitu
kista granulosa dan kista teka
• Kista granulosa adalah pembesaran non-neoplastik ovarium. Setelah
ovulasi, dinding sel granulosa mengalami luteinisasi. Kista lutein dapat
menyebabkan torsi ovarium
• Kista teka adalah tidak pernah mencapai ukuran besar. Bilateral dan
berisi cairan jernih kekuningan. Kista dapat menghilang secara spontan
tetapi jika rupture kista dan perdarahan kedalam rongga peritoneum
butuh laporatomi
• Kistadenoma ovarii serosum
Gejala klinis
Pada kondisi tertentu, pendertita akan mengeluhkan rasa tidak
nyaman di dalam rongga pelvis, pembesaran perut, dan gejala seperti
asites.
Tatalaksana
Eksisi dengan eksplorasi menyeluruh pada organ intrapelvik dan
abdomen
• Kistadenoma ovarii musinosum
Gejala klinis
Merasakan BB meningkat / rasa penuh di perut. Pada wanita pasca
menopause, akan terjadi hyperplasia / perdarahan pervaginam.
Padawanita hamil, akan terjadi pertumbuhan rambut yang berlebihan
(virilisasi).
Tatalaksana
Salpingo-ooforektomi unilateral, dextrose 5 % - 10 % sebelum
suction untuk mengosongkan cairan musin dari cavum peritoneum
• Kista dermoid

48
c. Gejala klinis
Rasa penuh dan berat di dalam perut bila tumor cukup besar
d. Tatalaksana
Laparotomi dan kistektomi
Tumor Jinak Vulva
• Kista bartholini
• Kista pilosebasea
Tumor Jinak Vagina
• Kista inklusi
• Kista garther
• Kista nabothi
(Prawirohardjo, 2014).

e. Faktor risiko ?
Jawab :
a. Frekuensi kontak seksual ketika lubrikasi vagina belum memadai
Kontak seksual yang amat excited, apalagi bagi pengantin baru,
seringkali foreplay agak dilupakan, akibatnya ketika terjadi penetrasi,
lubrikasi belum memadai, sehingga terjadilah iritasi. Iritasi inilah yang
kemudian berpotensi untuk berkembang menjadi kista bartholini.
b. Penyakit keputihan yang dialami sebelumnya.
Mereka yang menderita fluor albus, cenderung memiliki daya
tahan jaringan yang lemah, disamping ada microorganism (bakteri,
jamur, parasit) yang memudahkan terjadinya acute exacerbation, yaitu
munculnya keluhan klinis yang akut.
c. Faktor Genetik
Dalam tubuh kita terdapat gen-gen yang berpotensi memicu
kanker, yaitu yang disebut protoonkogen, karena suatu sebab tertentu,

49
misalnya karena makanan yang bersifat karsinogen, polusi, atau
terpapar zat kimia tertentu atau karena radiasi, protoonkogen ini dapat
berubah menjadi onkogen, yaitu gen pemicu kanker.
d. Gaya hidup yang tidak sehat, mengkonsumsi makanan yang berlemak
dan kurang sehat
Memilih jenis makanan yang hendak dikomsumsi perlu
diperhatikan komposisi atau kadar gizinya, hidangan direstoran seperti
junk food yang termasuk makanan berkelas dan bermutu namun banyak
mengandung lemak dan kolesterol. Makanan yang mengandung lemak
dan kolesterol dapat memicu terjadinya kista.
e. Personal hygiene
Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara
kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis,
kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu
melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya, alat genitalia rentan
dengan terjangkitnya bakteri selain pada anus. Untuk itu sangat penting
untuk menjaga kebersihan diri terutma alat genitalia supaya tidak
terinfeksi bakteri yang bias saja memicu terjadinya kista bartholini.
Selain Kista Bartholini, kurangnya kesadaran akan personal hygiene
juga dapat memicu terjadinya penyakit infeksi kelamin, seperti kanker
serviks (Chen KT, 2015).

10. Bagaimana tatalaksana pada kasus ?


Jawab :
✓ Asimptomatik kista→ sitz bath dan analgetik
✓ Pada abses dan kista yang simptomatik, membutuhkan tatalaksana
(pengobatan) berupa :
• Insisi drainase + kultur
• Kateter “word”

50
• Marsupialisasi
• Eksisi gld. Bartholini → pada kasus rekurensi tinggi
• Inisisi drainase →meredakan gejala dengan cepat. Namun tingkat
kekambuhanya tinggi.
• Pemasangan word catheter →untuk drainase pada kista dan abses bartholini.
Word catheter kateter berukuran panjang 1 inch dan diameter sebesar kateter
foley nomor 10. Setelah insisi →word catheter dimasukan dan balon yang
ada di ujung kateter digembungkan dengan 2-3 ml cairan saline untuk fiksasi.
Kateter dibiarkan 4-6 minggu untuk proses epitelialisasi.
• Marsupialisasi →Dilakukan insisi vertikal pada bagian tengah kista, dinding
kista dieversikan dan diarahkan ke ujung dari mukosa vestibular, jahit
dengan interrupted suturing. Komplikasi : dyspareunia, hematoma dan
infeksi.
• Pada kasus kekambuhan (rekurensi) tinggi atau pada pasien yang tidak
respon dengan pembuatan jalur drainase →eksisi.
• Pemberian Antibiotik
– Karena infeksi bersifat polimikrobial→spektrum luas direkomendasikan.
Termasuk Ceftriaxone, Ciprofloxacin, Doxycyline dan Azithromycin.
• Pemberian Analgesik
Obat pereda nyeri Paracetamol, Asam Mefenamat dan Ibuprofen dapat
dikonsumsi sebagai pereda rasa sakit.

Adapun cara untuk menjaga personal hygiene khususnya kebersihan


genitalia dapat dilakukan dengan cara mengubah gaya hidup menjadi gaya
hidup bersih yaitu :

1. Mencuci hingga bersih bagian genitalia setelah buang air kecil atau buang air
besar, Usahakan untuk selalu mencuci bagian luar alat kelamin dengan air.

51
Untuk wanita, siram dengan air dengan arah depan ke belakang. Hal ini untuk
mencegah masuknya kuman dari dubur ke vagina.

2. Menjaga kebersihan pakaian dalam dalam sehari, minimal mengganti


pakaian dalam sebanyak dua kali untuk menjaga kebersihan. Selain itu
pilihlah bahan celana dalam yang dapat mudah menyerap keringat, karena
jika tidak jamur bisa menempel di alat kelamin. Hindari untuk saling bertukar
pakaian dalam dengan orang lain bahkan itu keluarga sendiri, karena setiap
orang memiliki kondisi kelamin yang berbeda.
3. Menggunakan toilet umum Sebaiknya gunakan selalu air yang keluar
melalui keran atau tissu dan hindari penggunaan dari bak/ember, karena
menurut penelitian air yang tergenang di toilet umum mengandung 70%
jamur (penyebab keputihan dan rasa gatal pada vagina).
4. Merawat rambut yang tumbuh di sekitar alat genitalia
Hindari membersihkan bulu di daerah kemaluan dengan cara mencabut
karena akan ada lubang pada bekas bulu kemaluan tersebut dan menjadi jalan
masuk bakteri, kuman, dan jamur. Selanjutnya dapat menimbulkan iritasi dan
penyakit kulit. Perawatan bulu itu disarankan untuk dirapikan saja dengan
memendekkan, dengan gunting atau dicukur tetapi sebelumnya
menggunakan busa sabun terlebih dahulu dan menggunakan alat cukur
khusus yang lembut, dan sudah dibersihkan dengan sabun dan air panas.
Perlu diketahui setelah menggunakan simpan dalam tempat yang bersih dan
kering, jangan di tempat yang lembab dan jangan menggunakannya secara
bergantian bahkan dengan suami/isteri. Rambut-rambut tersebut berfungsi
untuk kesehatan alat kelamin, yaitu berguna untuk merangsang pertumbuhan
bakteri baik yang melawan bakteri jahat serta menghalangi masuknya benda
asing kecil ke dalam vagina, menjaga alat kelamin tetap hangat dan
merupakan bantalan ketika berhubungan seksual dan melindungi dari

52
gesekan. Sehingga perlu rajin menjaganya agar tidak menjadi sarang kutu
dan jamur.

5. Pemakaian pantyliner Pemakaian pantyliner tidak dianjurkan digunakan


setiap hari, sebaiknya pantyliner hanya digunakan ketika keputihan. Akan
lebih baik jika membawa celana dalam pengganti daripada menggunakan
pantyliner tiap hari.
6. Hindari menggunakan celana dalam dan celana jeans yang sangat ketat
Memakai celana dalam dan celana jeans yang terlalu ketat di wilayah
selangkangan dapat menyebabkan kulit susah untuk bernafas dan akhirnya
dapat menyebabkan daerah tersebut berkeringat, lembab, mudah terkena
jamur dan teriritasi. Pemakaian celana ketat itu bagi pria dapat membuat
peredaran darah yang tidak lancar dan membuat penis serta testis dalam
keadaan panas. Panas yang berlebihan oleh suhu, keringat dan pakaian yang
terlalu ketat, dapat menurunkan kualitas sperma.
7. Hindari untuk menyemprot minyak wangi atau parfum ke dalam vagina
,Wanita modern ingin selalu tampil sempurna termasuk di wilayah
pribadinya. Kini banyak sekali produk antiseptic khusus vagina yang biasa
membuat vagina lebih bersih dan selalu wangi. Namun pemakaian antiseptic
yang terlalu sering tidak baik. Antiseptik tersebut dapat membunuh bakteri
disekitar vagina termasuk bakteri yang menguntungkan, dan apabila
digunakan dalam dosis yang terlalu sering, maka zat antiseptic tersebut dapat
mengakibatkan iritasi pada kulit bibir vagina yang sangat lembut (Cahyo,
2010) Hal ini jangan di lakukan karena untuk menstabilkan tingkat keasaman
vagina, di mana vagina itu sendiri terdapat lendir yang berfungsi untuk
menghadang bakteri yang masuk ke vagina.
8. Mengganti pembalut, Bagi para wanita yang sedang menstruasi/haid agar
tidak malas mengganti pembalut karena ketika menstruasi kuman-kuman
mudah untuk masuk dan pembalut yang telah ada gumpalan darah

53
merupakan tempat berkembangnya jamur dan bakteri. Usahakan untuk
mengganti setiap 4 jam sekali, 2-3 kali sehari atau sudah merasa tidak
nyaman. Jangan lupa bersihkan vagina sebelumnya ketika mengganti
pembalut.
9. Lakukan pemeriksaan rutin, usahakan untuk selalu melakukan pemeriksaan
rutin pada alat kelamin,Jika terdapat sesuatu yang tidak seperti biasanya dan
tidak terasa nyaman seperti munculnya benjolan kecil di sekitar alat kelamin,
segera konsultasikan ke dokter juga. dan Jika ada perubahan warna, kadang
disertai bau yang kurang sedap dan gatal-gatal pada alat kelamin, segeralah
berkonsultasi ke dokter (Anwar, 2018).

11. Apa komplikasi pada kasus ?


Jawab :
– Tersering : Kekambuhan berulang Abses Bartholini.
– Jarang : Radang dan nekrosis pasien pasca insisi drainase abses.

12. Bagaimana prognosis pada kasus ?


Jawab :
Quo ad Vitam : Bonam
Quo ad Functionam: Dubia ad bonam
Quo ad Sanationam: Dubia ad bonam

13. Apa SKDU pada kasus ?


Jawab :
3A. Bukan Gawat Darurat
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan
terapi pendahuluan pada keadaan yang bukan gawat darurat. Lulusan dokter
mampu menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien

54
selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari
rujukan.

14. Apa nilai-nilai islam terkait pada kasus ?


Jawab :
Al-Baqarah 222
َ‫ط َّه ْرن‬َ َ‫ط ُه ْرنَ ۚ فَ ِاذَا ت‬ ۙ ِ ‫س ۤا َء فِى ْال َمحِ ي‬
ْ َ‫ْض َو ََل ت َ ْق َرب ُْوه َُّن َحتّٰى ي‬ ِ ‫ع ِن ْال َمحِ ي‬
َ ِ‫ْض ۗ قُ ْل ه َُو اَذً ۙى فَا ْعت َِزلُوا الن‬ َ َ‫َويَسْـَٔلُ ْونَك‬
َ َ ‫ّٰللا يُحِ بُّ الت َّ َّوابِيْنَ َويُحِ بُّ ْال ُمت‬
َ‫ط ِه ِريْن‬ ُ ‫فَأْت ُ ْوه َُّن مِ ْن َحي‬
ّٰ ‫ْث ا َ َم َر ُك ُم‬
َ ّٰ ‫ّٰللاُ ۗ ا َِّن‬
Terjemahan
Dan mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang haid.
Katakanlah, “Itu adalah sesuatu yang kotor.” Karena itu jauhilah istri pada
waktu haid; dan jangan kamu dekati mereka sebelum mereka suci. Apabila
mereka telah suci, campurilah mereka sesuai dengan (ketentuan) yang
diperintahkan Allah kepadamu. Sungguh, Allah menyukai orang yang tobat dan
menyukai orang yang menyucikan diri.

2.7 Kesimpulan

Ny. Ghina 35 tahun, P3A0 mengeluh sakit di bibir kemaluan sebelah


kanan bawah, panas, dan bengkak karena kemungkinan mengalami abses
bartholini et causa infeksi.

55
2.8 Kerangka Konsep

Faktor resiko : jarang mengganti celana


dalam, personal hygiene yang buruk

Terjadinya penyumbatan pada kelenjar


bartholini

Lendir terakumulasi

Kista bartholini

Abses

56
DAFTAR PUSTAKA
Anozie,OB, dkk. 2016. “Incidence, Presentation and Management of Bartholin’s Gland
Cysts/Abscesses: A Four-Year Review in Federal Teaching Hospital, Abakaliki,
South-East Nigeria”. Open Journal of Obstetrics and Gynecology 6: 299-305.
Anwar, M, Baziad, A, & Prabowo, R.P. 2018. Ilmu Kandungan. Jakarta:Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Chen KT. 2015. “Bartholin gland cyst and abscess: Word catheter placemen”1-10.
Choquet, M., Pluquet, E., Castelain, S., Guihéneuf, R., & Decroix, V. 2016.
Bartholinitis due to Aggregatibacter aphrophilus: A case report. BMC Infectious
Diseases, 16(1), 4–6. https://doi.org/10.1186/s12879-016-1908-1.
Cunningham FG et al. 2019. William Obstetrics 23rd Ed. New York: McGraw-Hill
Companies Inc.
Male, Hendro Dwiky Chaesar dan Ni Made Astijani Giri. 2019. “Management of
Bartholin’s Gland Abcess IIn Non Pregnan Woman”. Jurnal Medical Profession
1(1):68-73.
Manuaba, I A C, Manuaba, I B G F & Manuaba, I B G. 2019. Memahami Kesehatan
Reproduksi Wanita. Edisi ke II. Jakarta: ECG.
Lee WA, Wittler M, Doerr C. Bartholin Gland Cyst (Nursing) [Updated 2021 Feb 25].
In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-.
Lilungulu, A., Mpondo, B.C.T., Mlwati, A., Matovelo, D., Kihunrwa, A., Gumodoka,
B., 2017. “Recurrent Huge Left Bartholin’s Gland Abscess for One Year in a
Teenager”. Case Rep. Infect. Dis. 2017, 1–3.
https://doi.org/10.1155/2017/9151868.
Patil S, Sultan AH, Thakar R. 2017. “Bartholin’s cysts and abscesses”. J Obstet
Gynecol; 27(3): 241-5.
Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

57
Quaresma C, Sparzak PB. Anatomy, Abdomen and Pelvis, Bartholin Gland. [Updated
2021 Jan 28]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls
Publishing; 2021 Jan.
Saeed, N., Al-Jufairi, Z., 2013. “Bartholi’s Gland Abcesses Caused by Streptococcus
Pneumoniae in Primigravida”. J Lab Physicians 5, 130. Doi: 10.4103/0974-
2727.119870.
Sari, Rani Purnama. 2015. Hubungan Antara Obesitas dengan Siklus Menstruasi.
Lampung: FK UNILA.
Vaniarty TIN, Martodihardjo S. 2017. Studi Retrospektif: Kista dan Abses Bartholin.
Period Dermatol Venereol. 2017 Apr;29(1):52–8.
William, dkk. 2021. Bartholin Gland Cyst. NCBI Books.
Zulkarnain. 2008. Kanker Payudara, Penyakit Wanita: Pencegahan, Deteksi Dini dan
Pengobatan. Keen Books, Jakarta.

58

Anda mungkin juga menyukai