Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO A

KELOMPOK 3
Dosen pembimbing : Dr.dr. Raden Pamudji, Sp.KK
Nama anggota :
Amy Ria Annisa (702018084)
Ayu Karisma (702020010)
Azza Siti Nur Azizah (702020018)
Kemas Muhammad Roihan (702020038)
M. Dzaky Habiburrahman (702020058)
M. Fauzan Alfarezi (702020060)
Berliana Noviandini (702020064)
Nadya Angellica (702020067)
Adelia Permata Agustin (702020083)
Gina Tul Farhah (702020094)
Iktia Ica Rama Fachrani (702020119)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSTIAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tutorial yang berjudul “Laporan Tutorial
Skenario A” sebagai tugas kompetensi kelompok. Shalawat beriring salam selalu
tercurah kepada junjungan kita, nabi besar Muhammad SAW beserta para keluarga,
sahabat dan pengikut-pengikutnya hingga akhir zaman.

Kami menyadari bahwa laporan tutorial ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan dimasa
mendatang.

Dalam penyelesaian laporan tutorial ini, kami banyak mendapat bantuan, bimbingan
dan saran. Pada kesempatan ini, kami ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih
kepada:

1. Allah SWT, yang telah memberikan kesehatan dan rahmat-Nya.


2. Kedua orang tua yang selalu memberi dukungan materi maupun spiritual.
3. Dr.dr. Raden Pamuji, Sp.KK selaku tutor kelompok 3.
4. Teman-teman seperjuangan.
5. Semua pihak yang terlibat dalam pembuatan laporan tutorial ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang diberikan
kepada semua orang yang menyusun dan membantu pembuatan laporan ini dan semoga
laporan tutorial ini bermanfaat bagi kita dan perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga
kita selalu dalam lindungan Allah SWT. Amin.

Palembang, November 2020

Penulis

I
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR ......................................................................... I

DAFTARISI ....................................................................................... II

BABI 1.................................................................................................. 1

PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1 Latarbelakang .................................................................................. 1

1.2 MaksuddanTujuan .......................................................................... 2

BABII .................................................................................................... 3

PEMBAHASAN .................................................................................... 3

2.1 DataTutorial .................................................................................... 3

2.2 SkenarioKasus .................................................................................. 3

2.3 KlarifikasiIstilah ............................................................................... 4

2.4 IdentifikasiMasalah .......................................................................... 5

2.5 PrioritasMasalah .............................................................................. 5

2.6 AnalisisMasalah .............................................................................. 6

2.7 Nilai-NilaiIslam ............................................................................... 25

2.8 Kesimpulan ...................................................................................... 26

2.9 KerangkaKonsep ............................................................................. 27

DAFTARPUSTAKA ............................................................................ 28

II
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu strategi pembelajaran sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)


ini adalah Tutorial. Tutorial merupakan pengimplementasian dari metode Problem
Based Learning (PBL). Dalam tutorial mahasiswa dibagi dalam kelompok-kelompok
kecil dan setiap kelompok dibimbing oleh seorang tutor/dosen sebagai fasilitator
untuk memecahkan kasus yang ada.

Pada blok II yaitu blok etika, hukum dan komunikasi medik dilaksanakan
tutorial studi kasus skenario yang berjudul “Terpaksa Aku”, yaitu: Ny. Aisyah, 35
tahun, seorang ibu rumah tangga, datang ke RS. Garuda dengan membawa surat
permintaan visum dari kepolisian tanpa didampingi penyidik karena mengaku
dipukul tetangga di kepala. Dokter Oding, dokter IGD RS. Garuda melakukan
pemeriksaan fisik kepada Ny. Aisyah dan mencatat di rekam medis. Setelah
dilakukan pemeriksaan, Ny. Aisyah meminta kepada Dokter Oding untuk segera
mengeluarkan hasil visum pada hari itu juga namun Dokter Oding menolak karena
hasil visum baru dapat dikeluarkan 1 minggu kemudian dan diambil oleh penyidik.
Namun karena Ny. Aisyah terus memaksa akhirnya Dokter Oding menyerahkan
hasil visum kepada Ny. Aisyah.

1
1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu :

1. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario A dengan metode


analisis dan pembelajaran diskusi kelompok.

2. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1Data Tutorial
Tutor : Dr.dr. Raden Pamuji, Sp.KK
Moderator : M. Dzaky Habiburrahman (702020058)
Sekretaris Meja : Ayu Karisma (702020010)
Sekretaris Papan : Nadya Angellica (702020067)
Waktu : Senin, 02 November 2020
Pukul 13.00 –15.00 WIB
Rabu, 04 November 2020
Pukul 13.00 – 15.00 WIB

Peraturan Tutorial:
1. Saling menghormati antar sesama peserta tutorial.
2. Menggunakan komunikasi yang baik dan tepat.
3. Mengacungkan tangan saat akan mengajukan pendapat.
4. Tidak mengaktifkan alat komunikasi selama proses tutorial berlangsung.
5. Izin saat akan keluar ruangan.
6. Tepat waktu.

2.2 Skenario Kasus

Skenario A Blok II

“ Terpaksa Aku ”

Ny. Aisyah, 35 tahun, seorang ibu rumah tangga, datang ke RS. Garuda dengan
membawa surat permintaan visum dari kepolisian tanpa didampingi penyidik karena

3
mengaku dipukul tetangga di kepala. Dokter Oding, dokter IGD RS. Garuda
melakukan pemeriksaan fisik kepada Ny. Aisyah dan mencatat di rekam medis.

Setelah dilakukan pemeriksaan, Ny. Aisyah meminta kepada Dokter Oding untuk
segera mengeluarkan hasil visum pada hari itu juga namun Dokter Oding menolak
karena hasil visum baru dapat dikeluarkan 1 minggu kemudian dan diambil oleh
penyidik. Namun karena Ny. Aisyah terus memaksa akhirnya Dokter Oding
menyerahkan hasil visum kepada Ny. Aisyah.

2.3Klarifikasi Istilah
1. Visum : Tanda pernyataan atau keterangan telah mengetahui atau
menyetujui (KBBI 2017)
2. Rekam Medis : Rekaman mnengenai hasil pengobatan terhadap pasien (KBBI
2018)
3. Penyidik : Pejabat polisi RI atau pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang
dibagi kewenangan khusus oleh UU untuk melakukan penyidikan (KBBI)
4. IGD : Intalasi Gawat Darurat adalah suatu unit pelayanan di RS yang
memberikan pelayanan terhadap masyarakat yang mengalami penyakit akut
maupun yang mengalami penyakit trauma sesuai standar yang ditetapkan
(Jurnal FK UNAND 2019)
5. Pemeriksaan Fisik : Pemeriksaan tubuh untuk menilai kesehatan seseorang
(KBBI 2019)
6. Memaksa : Berbuat dengan kekerasan mendesak, menekan (KBBI V)
7. Surat Permintaan Visum : Keterangan tertulis yang dibuat dokter atas
permintaan tertulis penyidik tentang pemeriksaan medis terhadap seseorang
manusia baik hidup ataupun mati dibawah sumpah dan untuk kepentingan
peradilan (Jurnal FK UNILA 2014)

4
2.4Identifikasi Masalah

1. Ny. Aisyah, 35 tahun, seorang ibu rumah tangga, datang ke RS. Garuda
dengan membawa surat permintaan visum dari kepolisian tanpa didampingi
penyidik karena mengaku dipukul tetangga di kepala. Dokter Oding, dokter
IGD RS. Garuda melakukan pemeriksaan fisik kepada Ny. Aisyah dan
mencatat di rekam medis.

2. Setelah dilakukan pemeriksaan, Ny. Aisyah meminta kepada Dokter Oding


untuk segera mengeluarkan hasil visum pada hari itu juga namun Dokter
Oding menolak karena hasil visum baru dapat dikeluarkan 1 minggu
kemudian dan diambil oleh penyidik. Namun karena Ny. Aisyah terus
memaksa akhirnya Dokter Oding menyerahkan hasil visum kepada Ny.
Aisyah.

2.5 Prioritas Masalah


Prioritas masalah terdapat pada identifikasi masalah nomor 2, yaitu : Setelah
dilakukan pemeriksaan, Ny. Aisyah meminta kepada Dokter Oding untuk segera
mengeluarkan hasil visum pada hari itu juga namun Dokter Oding menolak karena
hasil visum baru dapat dikeluarkan 1 minggu kemudian dan diambil oleh penyidik.
Namun karena Ny. Aisyah terus memaksa akhirnya Dokter Oding menyerahkan hasil
visum kepada Ny. Aisyah.

Alasan : Karena dapat menimbulkan masalah baru, yaitu dr. Oding dapat
melanggar KODEKI Sumpah Dokter dan landasan hukum mengenai
Visum.

5
2.6 Analisis Masalah
1. Ny. Aisyah, 35 tahun, seorang ibu rumah tangga, datang ke RS. Garuda dengan
membawa surat permintaan visum dari kepolisian tanpa didampingi penyidik
karena mengaku dipukul tetangga di kepala. Dokter Oding, dokter IGD RS.
Garuda melakukan pemeriksaan fisik kepada Ny. Aisyah dan mencatat di rekam
medis.
A. Apa Makna Ny. Aisyah, 35 tahun, seorang ibu rumah tangga, datang ke
RS. Garuda dengan membawa surat permintaan visum dari kepolisian
tanpa didampingi penyidik karena mengaku dipukul tetangga di kepala.
Dokter Oding, dokter IGD RS. Garuda melakukan pemeriksaan fisik
kepada Ny. Aisyah dan mencatat di rekam medis.
JAWAB :

Maknanya yaitu permintaan visum Ny. Aisyah dapat diterima


karena pada dasarnya prosedur pelaksanaan visum itu membutuhkan surat
permintaan visum dari penyidik tidak harus didampingi oleh penyidik
asalkan membawa surat permintaan visum. Maknanya dokter oding
mencatat kronologis kegiatan dan percakapan yang dilakukan selama
melakukan pemeriksaan visum Ny. Aisyah dan rekam medis tersebut
dapat dijadikan sebagai barang bukti. Maknannya Ny. Aisyah akan
dilakukan pemeriksaan yaitu pemeriksaan medikolegal. Pemeriksaan ini
merupakan pemeriksaan yang berkaitan dengan kesehatan dan hukum.
Dalam pemeriksaan ini akan muncul suatu hasil yang dapat dijadikan bukti
bahwa Ny. Aisyah adalah korban kekerasan atau tidak.

B. Bagaimana tata cara meminta surat pernyataan Visum ?


JAWAB:

6
Berdasarkan instruksi kepala kepolisian RI nomor Pol.Ins/E/20/20/IX/75
tentang tata cara permohonan dan pencabutan visum et repertum
disebutkan :

1) Permintaan visum et repertum dibuat secara tertulis dengan


mengisi blangko-blangko atau formulir yang telah disediakan diisi
sesuai keadaan korban dan tindak pidana yang sedang dihadapi.
Pengisian formulir dilakukan secara jelas atau tugas (pemeriksaan
luar atau dalam keduanya) dan dilengkapi dengan keadaan pada
saat ditemukan.
2) Surat permintaan visum et repertum dikeluarkan dan
ditandatangani oleh pejabat tertentu dan kepala kepolisian militer
yang pada dasarnya adalah pejabat yang berwenang
mengeluarkan dan menandatangani surat pengadilan, surat
perintah penangkapan, penahanan untuk korban mati dan pada
bagian-bagian spesialis sesuai keadaan yang diderita si korban
(korban perkosaan ke bagian bidan, korban lalu lintas ke bagian
bedah).
3) Permintaan visum et repertumterhadap korban WNA, dilakukan
sama terhadap WNI, guna pemberitahua kepada kedutaan atau
perwakilan Negara dari korban.
4) Permintaan visum et repertum dikirim dalam waktu 2x24 jam
sejak terjadinya peristiwa sampai hasil pemeriksaan
ditemukan/diperoleh dokter (ahli kedokteran kehakiman
diperoleh data yang lebih objektif dan sehubungan tersangka
dalam waktu 2x24 jam harus sudah diperiksa.
(Nur Widowati, dkk 2008)

7
C. syarat yang harus ditempuh dalam meminta surat penytaan Visum ke
kepolisian ?
JAWAB :

Ada 8 (delapan) hal yang harus diperhatikan saat pihak berwenang


meminta dokter untuk membuat visum et repertum korban hidup, yakni
sebagai berikut:
1) Harus tertulis, tidak boleh secara lisan.
2) Langsung menyerahkannya kepada dokter. Tidak boleh dititip
melalui korban atau keluarganya, serta tidak boleh melalui jasa
pos.
3) Bukan kejadian yang sudah lewat sebab termasuk rahasia jabatan
dokter.
4) Ada alasan mengapa korban dibawa kepada dokter.
5) Ada identitas korban.
6) Ada identitas pemintanya.
7) Mencantumkan tanggal Permintaannya.
8) Korban diantar oleh polisi atau jaksa.

(Arimuladi,S.U. 2005)

D. Apa saja komponen yang dilakukan saat pemeriksaan fisik ?


JAWAB :

Dalam pemeriksaan fisik, terdapat beberapa komponen yang perlu


dilakukan, yaitu inspeksi, perkusi, palpasi dan auskultasi :
1) INSPEKSI :
Inspeksi adalah memeriksa dengan melihat dan mengingat.
Inspeksi merupakan metode observasi yang digunakan dalam
pemeriksaan fisik.
2) PALPASI
Merupakan metode pemeriksaan dengan cara meraba
menggunakan satu atau dua tangan. Dengan palpasi dapat
terbentuk gambaran organ tubuh atau massa abnormal dari
berbagai aspek.
3) PERKUSI
Suatu metode pemeriksaan fisik dengan cara melakukan
pengetukan pada bagian tubuh dengan menggunakan jari, tangan,
atau alat kecil untuk mengevaluasi ukuran, konsistensi, batas atau
adanya cairan dalam organ tubuh.

8
4) AUSKULTASI
Auskultasi adalah pemeriksaan dengan cara mendengarkan bunyi
yang berasal dari dalam tubuh, yang meliputi frekuensi,
intensitas, durasi dan kualitasl, dengan bantuan alat yang disebut
stetoskop.

(Sugiarto,dkk.2018)

E. Apakah diperbolehkan membawa surat pernyataan Visum ke RS tanpa


penyidik ?
JAWAB :
Boleh. Menurut (Utama, W.A.2014) , KUHAP tidak mengatur prosedur
rinci apakah korban harus diantar oleh petugas kepolisian atau tidak.
Situasi tersebut membawa dokter turut bertanggung jawab atas pemastian
kesesuaian antara identitas yang tertera di dalam surat permintaan VeR
dengan identitas korban yang diperiksa.

Dapat disimpulkan bahwa perbuatan yang di lakukan Ny. Aisyah dalam


kasus ini di perbolehkan dan tugas dr. Oding adalah memverifikasi
identitas yang ada pada surat permintaan VeR apakah sudah sesuai dengan
identitas Ny. Aisyah.

F. Apa tujuan dari rekam medis ?


JAWAB :

Tujuannya adalah ‘ALFRED’ (administrative, legal, financial, riset,


edukasi, dan dokumentasi) yang berarti mempunyai nilai untuk
kepentingan administratif, hukum (legal), finansial, riset, edukasi, dan
dokumentasi) :

1) Aspek Administrasi

9
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai administrasi, karena
isinya menyangkut tindakan berdasarkan wewenang dan tanggung
jawab sebagai tenaga medis dan paramedis dalam mencapai tujuan
pelayanan Kesehatan.
2) Aspek Medis
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai medik, karena catatan
tersebut dipergunakan sebagai dasar untuk merencanakan
pengobatan/ perawatan yang harus diberikan kepada seorang
pasien.
3) Aspek Hukum
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai hukum, karena isinya
menyangkut masalah adanya jaminan kepastian hukum atas dasar
keadilan,dalam rangka usaha menegakkan hukum serta
penyediaan bahan bukti untuk menegakkan keadilan.
4) Aspek Keuangan
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai uang, karena isinya
mengandung data/informasi yang dipergunakan sebagai aspek
keuangan.
5) Aspek Penelitian
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai penelitian, karena
isinya menyangkut data/informasi yang dapat dipergunakan
sebagai aspek penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan di
bidang kesehatan.
6) Aspek Pendidikan
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai pendidikan, karena
isinya menyangkut data/informasi tentang perkembangan
kronologis dan kegiatan pelayanan medis yang diberikan kepada
pasien. Informasi tersebut dapat dipergunakan sebahai
bahan/referensi pengajaran di bidang profesi si pemakai.
7) Aspek Dokumentasi

10
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai dokumentasi, karena
isinya menyangkut sumber ingatan yang harus didokumentasikan
dan dipakai sebagai bahan pertanggungjawaban dan laporan rumah
sakit

( Sarake, 2019)

G. Apa saja jenis-jenis Visum ?


JAWAB :

Sebagai suatu hasil pemeriksaan dokter terhadap barang bukti yang


diperuntukkan untuk kepentingan peradilan, VeR digolongkan menurut
obyek yang diperiksa sebagai berikut (utama,W.A. 2014) :

1) VER untuk orang hidup yang terdiri dari:


a) VER biasa. VER ini diberikan kepada pihak peminta
(penyidik) untuk korban yang tidak memerlukan perawatan
lebih lanjut.
b) VER sementara. VER sementara diberikan apabila korban
memerlukan perawatan lebih lanjut karena belum dapat
membuat diagnosis dan derajat lukanya. Apabila sembuh
dibuatkan VER lanjutan.
c) VER lanjutan. Dalam hal ini korban tidak memerlukan
perawatan lebih lanjut karena sudah sembuh, pindah
dirawat dokter lain, atau meninggal dunia.
2) VER untuk orang mati (jenazah). Pada pembuatan VER ini, dalam
hal korban mati maka penyidik mengajukan permintaan tertulis
kepada pihak Kedokteran Forensik untuk dilakukan bedah mayat
(outopsi).
3) VER Tempat Kejadian Perkara (TKP). Visum ini dibuat setelah
dokter selesai melaksanakan pemeriksaan di TKP.

11
4) VER penggalian jenazah. Visum ini dibuat setelah dokter selesai
melaksanakan penggalian jenazah.
5) VER psikiatri yaitu visum pada terdakwa yang pada saat
pemeriksaan di sidang pengadilan menunjukkan gejala-gejala
penyakit jiwa.
6) VER barang bukti, misalnya visum terhadap barang bukti yang
ditemukan yang ada hubungannya dengan tindak pidana,
contohnya darah, bercak mani, selongsong peluru, pisau.

H. Siapa yang berhak membuat visum?


JAWAB :

1) Berdasarkan KUHAP Pasal 133 ayat 1 yang berhak membuat


visum atau mengeluarkan hasil visum, yaitu :
a) Ahli kedokteran kehakiman
b) Dokter atau ahli lainnya
2) Hal tersebut sesuai dengan pasal 133 KUHAP ayat 1 yang
berbunyi:
“ Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani
seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga
karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang
mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran
kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya”
3) Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27
tahun 1983 KUHAP pasal 2 yang berhak mengeluarkan surat
permintaan visum adalah penyidik (pihak kepolisian) dan sekurang
– kurangnya berpangkat pelda polisi.
(Idries, 2009)

I. Apa landasan hukum tentang visum?


JAWAB :

12
1) Dasar hukum VeR adalah pasal 133 Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana (KUHAP), yang mana menyebutkan:
a) Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan
menangani seorang korban baik luka, keracunan
ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang
merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan
permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran
kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.
b) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam
ayat .
c) dilakukan secara tertulis, yang dalam surat itu disebutkan
dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan
mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.
2) Pasal 7(1) butir h dan pasal 11 KUHAP :
“Yang berwenang meminta keterangan ahli adalah penyidik dan
penyidik pembantu,Penyidik yang dimaksud adalah penyidik
sesuai dengan pasal 6(1) butir a, yaitu penyidik yang pejabat Polisi
Negara RI. Penyidik tersebut adalah penyidik tunggal bagi pidana
umum, termasuk pidana yang berkaitan dengan kesehatan dan jiwa
manusia.
3) Pasal 7(2) KUHAP:
“VeR adalah keterangan ahli mengenai pidana yang berkaitan
dengan kesehatan jiwa manusia, maka penyidik pegawai negeri
sipil tidak berwenang meminta VeR.”
4) Sanksi hukum bila dokter menolak permintaan penyidik adalah
sanksi pidana.Sesuai dengan Pasal 216 KUHP menyebutkan:

“Barangsiapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau


permintaan yang dilakukan menurut undang-undang oleh pejabat
yang tugasnya mengawasi sesuatu, atau oleh pejabat berdasarkan

13
tugasnya, demikian pula yang diberi kuasa untuk mengusut atau
memeriksa tindak pidana; demikian pula barangsiapa dengan
sengaja mencegah, menghalang-halangi atau menggagalkan
tindakan guna menjalankan ketentuan, diancam dengan pidana
penjara paling lama empat bulan dua minggu atau denda paling
banyak sembilan ribu rupiah.

( Utama,W.A. 2014)

J. Apa saja jenis-jenis rekam medis ?


JAWAB :

Jenis Rekam Medis:

1) Rekam medis konvensional


Rekam medis konvensional,merupakan suatu tulisan/
catatan/dokumentasi yang secara kronologis dan sistematis
menggambarkan dan menerangkan riwayat kesehatan penyakit
seseorang
2) Rekam medis elektronik
rekam medis elektronik dapat didefinisikan sebagai suatu berkas
dokumen elektronik yang berisikan riwayat perjalanan kesehatan
seseorang.

(Sumandari atta N, dkk, 2016)

K. Apa saja hak dan wewenang dokter saat melakukan Visum ?


JAWAB :

(Susanti Rika, 2013) Untuk itu dokter berhak untuk :

14
1) mendapatkan informasi lengkap tentang kasus dan peran dokter
didalamnya.
2) Mendapatkan informasi tentang hal lain yang mungkin diminta
dalam memberikan bukti medis berupa dokumen yang relevan dan
informasi klinis mengenai kasus kepada penyidik atau pengacara
yang meminta untuk hadir di persidangan.

(Kumean putri, 2018) wewenang dokter spesialis forensik, yaitu:

1) Menerapkan etika profesi Dokter Spesialis forensic dan mematuhi


prosedur medikolegal dan menjalankan tugas dan tanggungjawab
sebagai dokter spesialis forensic.
2) Menegakkan diagnose kedokteran fornsik dan medikolegal pada
korban hidup maupun mati, sesuai ketentuan perundang-undangan
yang berlaku.
3) Merancang, mengolah, dan mengawasi kegiatan unit kedokteran
forensic dan perawatan jenasah disebuah institusi pelayanan
kesehatan.
4) Berperan aktif dalam tim kerja penangan kasus forensic dan dalam
tim etikomedikolegal RS.
5) Berperan sebagai pengajar dan pembimbing dalam bidang forensic,
etik dan medikolegal sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku.
6) Berperan aktif dalam mengembangkan ilmu kedokteran khusunya
dalam bidang forensic, etika dan medikolegal melalui penulisan
karya ilmiah yang dipresentasikan atau dipublikasikan dari hasil
penelitian.

15
2. Setelah dilakukan pemeriksaan, Ny. Aisyah meminta kepada Dokter Oding untuk
segera mengeluarkan hasil visum pada hari itu juga namun Dokter Oding
menolak karena hasil visum baru dapat dikeluarkan 1 minggu kemudian dan
diambil oleh penyidik. Namun karena Ny. Aisyah terus memaksa akhirnya Dokter
Oding menyerahkan hasil visum kepada Ny. Aisyah.
A. Apa Makna Setelah dilakukan pemeriksaan, Ny. Aisyah meminta kepada
Dokter Oding untuk segera mengeluarkan hasil visum pada hari itu juga
namun Dokter Oding menolak karena hasil visum baru dapat dikeluarkan
1 minggu kemudian dan diambil oleh penyidik. Namun karena Ny. Aisyah
terus memaksa akhirnya Dokter Oding menyerahkan hasil visum kepada
Ny. Aisyah.
JAWAB :

Bermakna pelanggaran terhadap kode etik IDI yaitu:

Saat menerima permintaan membuat Ver Harus mencatat tanggal dan


jam Penerimaan surat permintaan , dan mencatat petugas yang mengantar
Korban. Batas Waktu dokter untuk penyerahan VeR kepada penyidik
selama 20 hari.bila belumselesai batas waktunya menjadi 40 hari dan
atas persetujuan umum.
Pelanggaran terhadap UU Pasal 7(1) butir H dan pasal 11 KUHAP, Yang
berwenang meminta keterangan ahli adalah penyidik dan penyidik
pembantu

B. Apakah dengan meminta hasil yang seharusnya keluar dalam 1 minggu


dan dikeluarkan hari itu juga melanggar peraturan yang berlaku ?
JAWAB :

Ya,Menurut UU KUHP Pasal 74 :


1) Pengaduan hanya boleh diajukan dalam waktu enam bulan sejak
orang yang berhak mengadu mengetahui adanya kejahatan, jika
bertempat tinggal di Indonesia, atau dalam waktu sembilan bulan
jika bertempat tinggal di luar Indonesia.

16
2) Jika yang terkena kejahatan berhak mengadu pada saat tenggang
waktu tersebut dalam ayat 1 belum habis, maka setelah saat itu,
pengaduan masih boleh diajukan hanya selama sisa yang masih
kurang pada tenggang waktu tersebut.

Menurut IDI hasil Pemeriksaan Dokter :


1) Hasil dari pemeriksaan dokter dapat seketika itu pula dikeluarkan
setelah pemeriksaan selesai dalam bentuk Visum et Repertum
Sementara. Namun umumnya oleh karena berkaitan dengan
pemeriksaan-pemeriksaan lanjutan lainnya maka Visum et
Repertum Definif memerlukan kisaran waktu antara 1-2 minggu
tergantung rumit dan banyaknya kasus.( Petrus, Arsan.2017)
2) Saat menerima permintaan membuat Ver Harus mencatat tanggal
dan jam Penerimaan surat permintaan , dan mencatat petugas yang
mengantar Korban. Batas Waktu dokter untuk penyerahan VeR
kepada penyidik selama 20 hari.bila belum selesai batas waktunya
menjadi 40 hari dan atas persetujuan umum.

C. Apa dampak dr. Oding menyerahkan hasil Visum bukan kepada


Penyidik ?
JAWAB :

Prosedur atau alur pelepasan Visum et Repetum menurut SOP :

1) diawali dengan pasien datang membawa surat permintaan visum


dari polisi, polisi menyerahkan surat tersebut untuk diberi
disposisi dari direktur untuk dibuatkan visum ke bagian rekam
medis.

17
2) petugas rekam medis mencatat dalam buku ekspedisi permintaan
visum, permintaan yang sudah ada disposisinya di cari berkasnya
di ruang penyimpanan rekam medis.

3) petugas rekam medis meminta dokter yang merawat untuk


mengisi informasi yang terkandung dalam berkas rekam medis
ke dalam formulir visum, proses ini diselesaikan maksimal
dalam waktu 3 hari.

4) Setelah selesai petugas kepolisian megambil berkas visum ke


bagian rekam medis, petugas rekam medis mencatat di buku
ekspedisi pengambilan visum. Untuk prosedur/alur pelepasan
Visum et Repetum (Lapenia dan Masturoh, 2019).

Jadi tindakan mengeluarkan hasil visum tidak sesuai prosedur merupakan


suatu pelanggaran SOP namun sesuai Pasal 48 KUHP yang berbunyi:

“Orang yang melakukan tindak pidana karena pengaruh daya paksa, tidak
dapat dipidana.”

Dampaknya adalah dokter oding yang telah melanggar KODEKI, sumpah


dokter dan KUHAP Pasal 133 dapat diberikan sanksi, pemberian sanksi
tersebut diatur oleh Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Pengurus besar
Ikatan Dokter Indonesia.

D. Apa saja struktur dan isi dalam hasil Visum ?


JAWAB :
Menurut (Utama, W.A.2014) Struktur Visum et Repertum sebagai berikut:
1) Pro Justitia
Kata tersebut harus dicantumkan di kiri atas, dengan demikian
VeR tidak perlu bermeterai.
2) Pendahuluan

18
Memuat identitas pemohon VeR, tanggal dan pukul diterimanya
permohonan VeR, identitas dokter yang melakukan pemeriksaan,
identitas subjek yang diperiksa.
3) Pemberitaan (hasil pemeriksaan)
Memuat hasil pemeriksaan yang objektif sesuai dengan apa yang
diamati, terutama dilihat dan ditemukan pada korban atau benda
yang diperiksa.
4) Kesimpulan
Memuat hasil interpretasi yang dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah dari fakta yang ditemukan sendiri oleh dokter
pembuat VeR, dikaitkan dengan maksud dan tujuan
dimintakannya VeR tersebut. Pada bagian ini harus memuat
minimal 2 unsur yaitu jenis luka dan kekerasan dan derajat
kualifikasi luka.
5) Penutup
Memuat pernyataan bahwa keterangan tertulis dokter tersebut
dibuat dengan mengingat sumpah atau janji ketika menerima
jabatan atau dibuat dengan mengucapkan sumpah atau janji lebih
dahulu sebelum melakukan pemeriksaan serta dibubuhi tanda
tangan dokter pembuat VeR.

E. Apa hak dan kewajiban Ny. Aisyah sebagai pasien ?


JAWAB :
Hak pasien :
1) Hak untuk hidup, hak atas tubuhnya sendiri, dan hak untuk mati
secara wajar
2) Memperoleh pelayanan kedokteran yang manusiawi sesuai
dengan standar profesi kedokteran

19
3) Memperoleh penjelasan tentang diagnosis dan terapi dari dokter
yang mengobatinya
4) Menolak prosedur diagnosis dan terapi yang direncanakan,
bahkan dapat menarik diri dari kontak terapeutik
5) Memperoleh penjelasan tentang riset kedokteran yang akan
diikutinya
6) Hak meminta pendapat dokter lain (Second opinion) tentang
penyakitnya

Kewajiban Pasien :

1) Memeriksakan diri sedini mungkin pada dokter


2) Memberikan informasi yang benar dan lengkap tentang
penyakitnya
3) Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter
4) Menandatangani surat-surat PTK, surat jaminan dirawat dirawat
di rumah sakit, dan lain-lain
5) Yakin pada dokternya, dan yakin akan sembuh
6) Melunasi biaya perawatan di rumah sakit, biaya pemeriksaan dan
pengobatan serta honorarium dokter

( Hanafiah M. Jusuf dan Amir Amri. 2018)

F. Apa etika kedokteran yang dilanggar oleh dr. Oding ?


JAWAB :

Dalam dunia kedokteran ada 4 etika kedokteran, yaitu :

1) Menghormati otonomi (respect for autonomy), berarti seorang


pasien dapat mengambil keputusannya sendiri (selfdetermination)
dan diperlakukan secara terhormat.

20
2) Berbuat baik (beneficence), berarti dapat membantu orang lain
dengan mengupayakan manfaat maksimal sambil meminimalkan
resiko.
3) Tidak merugikan (nonmaleficence), berarti jika tidak bisa
melakukan hal bermanfaat setidaknya tidak merugikan orang lain.
4) Keadilan (justice), berarti memperlakukan setiap orang sama
dalam memperoleh haknya dalam pelayanan kesehatan, tidak
dipengaruhi oleh pertimbangan keagamaan, kesukuan, perbedaan
kelamin, politik atau kedudukan social

(Hanafiah, 2017).

Pada kasus ini, etika yang tidak diterapkan oleh dokter oding adalah keadilan
(justice) dan berbuat baik (beneficence), sehingga ia memberikan hasil visum
tanpa persyaratan yang benar pada Ny. Aisyah.

G. Apa tindakan yang seharusnya dilakukan dr. Oding saat mengambil


keputusan Medis dalam kasus tersebut ?
JAWAB :

Dalam KODEKI dijelaskan mengenai :

1) Pasal 1
Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati, dan
mengamalkan sumpah dan atau janji dokter
Artinya : Dr. Oding harus bisa mengamalkan setiap sumpah yang
sudah ia ucapkan dan tidak melakukan hal-hal yang melanggar
sumpah tersebut, salah satunya dalam hal bertindak.
2) Pasal 2
Seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan
profesinya sesuai engan standar profesi yang tertinggi

21
Artinya : dr. Oding harus bisa melakukan satndar pelayanan yang
sudah ditentukan dan tidak melakukan tindakan diluar standar
pelayanan tersebut, salah satunya memberikan informasi medis
sebelum pada waktunya
3) Pasal 3
Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak
boleh dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya
kebebasan dan kemandirian profesi.
Artinya : dr. Oding harus bisa mempertahankan pendiriannya
sebagai dokter dan menaati peraturan yang ada agar tidak
terpengaruh oleh hal yang bersifat paksaan atau apapun itu yang
bisa mengancam profesinya sebagai dokter karena melanggar
sumpahnya.

(Hanafiah M. Jusuf dan Amir Amri. 2018)

H. Apa isi KODEKI yang berkaitan pada Kasus ini ?


JAWAB :
1) Pasal 2
Seorang dokter wajib selalu melakukan pengambilan keputusan
profesional secara independen, dan mempertahankan perilaku
profesional dalam ukuran yang tertinggi.
2) Pasal 3
Dalam Melakukan Pekerjaan Kedokterannya, seorang dokter tidak
boleh dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya
kebebasan dan kemandirian profesi.

(Hanafiah dan Amir Amri. 2018)

I. Apa isi sumpah Dokter dan sumpah keberapa yang dilanggar pada kasus
ini ?

22
JAWAB :
1) Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan
perikemanusiaan
2) Saya akan memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan tradisi
luhur jabatan kedoteran.
3) Saya akan menjalankan tugas saya dengan cara yang terhormat dan
bersusila, sesuai dengan martabat pekerjaan saya sebagai dokter.
4) Saya akan menjalankan tugas saya dengan mengutamakan
kepentingan masyarakat
5) Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena
pekerjaan saya dan keilmuan saya sebagai dokter
6) Saya tidak akan mempergunaan pengetahuan kedokteran saya
untuk sesuatu yang bertentangan dengan perikemanusiaan,
sekalipun diancam
7) Saya akan menghormati setiap hidup insani mulai dari saat
pembuahan
8) Saya akan senantiasa mengutamakan kesehatan pasien
9) Saya akan berikhtiar dengan sungguh0sungguh supaya saya tidak
terpengaruh oleh pertimbangan keagamaan, kesukuan, perbedaan
kelamin, poliitik kepartaian, atau kedudukan sosial dalam
menuanaikan kewajiban terhadap pasien
10) Saya akan memberikan kepada guru-guru saya penghormatan dan
pernyataan terima kasih yang selayaknya
11) Saya akan memperlakukan teman sejawat saya sebagaimana say
asendiri ingin diperlakukan
12) Saya akan menaati dan mengamalkan kode etik kedokteran
indoneisa
13) Saya ikrarkan sumpah ini dengan sungguh-sungguh dan dengan
mempertaruhkan kehormatan saya.
( Hanafiah M. Jusuf dan Amir Amri. 2018)

23
Jadi, Sumpah yang dilanggar adalah nomor 2,3,6,12,13

J. Bagaimana prosedur pemeriksaan Visum bagi korban kekerasan pada Ny.


Aisyah ?
JAWAB :

Visum et Repertum bagi pasien yang diduga korban tindak pidana


meskipun belum ada surat permintan Visum et Repertum dari polisi, dokter
harus membuat catatan medis atas semua hasil pemeriksaan medisnya
secara lengkap dan jelas sehingga dapat digunakan untuk pembuatan
Visum et Repertum. Biasanya disebutkan keadaan umum korban sewaktu
datang, luka-luka atau cidera atau penyakit yang ditentukan pada
pemeriksaan fisik berikut uraian letak,jenis, dan sifat luka serta ukurannya,
pemeriksaan khusus atau penunjang, tindakan medis dilakukan, riwayat
perjalanan penyakit selama perawatan, dan keadaan akhir saat perawatan
selesai.

(Yuliani,N,2013)

24
2.7Nilai-Nilai Islam
kita sebagai seorang dokter harus bertanggung jawab dan harus menyampaiakan
amanat kepada orang yang berhak menerimanya. Sebagaimana dijelskan pada
ayat dibawah ini :

۟ ‫اس أَن تَحْ ُك ُم‬


َّ ‫وا ِب ْٱل َع ْد ِل ۚ ِإ َّن‬
‫ٱَّللَ ِن ِع َّما‬ ِ َّ‫ت ِإلَ َٰ ٰٓى أَ ْه ِل َها َو ِإذَا َحك َْمتُم َبيْنَ ٱلن‬ ۟ ‫ٱَّللَ َيأ ْ ُم ُر ُك ْم أَن ت ُ َؤد‬
ِ َ‫ُّوا ْٱْل َ َٰ َم َٰن‬ َّ ‫ِإ َّن‬
‫صيرا‬ ِ َ‫يعا ب‬ ًۢ ‫س ِم‬ َّ ‫ظ ُكم بِ ِ ٰٓۦه ۗ إِ َّن‬
َ َ‫ٱَّللَ َكان‬ ُ ‫يَ ِع‬

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada


yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di
antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah
memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah
adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. An-Nisa’: 58)

Kita sebagai manusia harus bertanggung jawab untuk menjaga amanat yang kita
dapatkan sebaik-baiknya, sebagaimana dijelaskan pada ayat dibawah ini :

‫ض َو ْٱل ِجبَا ِل فَأَبَيْنَ أَن يَحْ ِم ْلنَ َها َوأَ ْش َف ْقنَ ِم ْن َها َو َح َملَ َها‬
ِ ‫ت َو ْٱْل َ ْر‬ َ َ‫ضنَا ْٱْل َ َمانَة‬
َّ ‫علَى ٱل‬
ِ ‫س َٰ َم َٰ َو‬ ْ ‫ع َر‬ َ ‫ِإنَّا‬
‫ظلُوما َج ُهول‬ َ َ‫سنُ ۖ ِإنَّ ۥهُ َكان‬ ِْ
َ َٰ ‫ٱْلن‬

Artinya: “Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi


dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan
mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh
manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.”(QS. Al-
Ahzab: 72)
Taat kepada pemimpin adalah suatu kewajiban sebagaimana disebutkan dalam
hadist dibawah ini :

َ‫عة‬ َ َ‫س ْم َع َول‬


َ ‫طا‬ ِ ‫ فَإِذَا أُمِ َر بِ َم ْع‬،ٍ‫صيَة‬
َ َ‫صيَ ٍة فَال‬ ِ ‫ َما لَ ْم يُؤْ َم ْر بِ َم ْع‬،َ‫علَى ال َم ْرءِ ال ُم ْسل ِِم فِي َما أ َ َحبَّ َوك َِره‬
َ ُ ‫عة‬ َّ ‫س ْم ُع َو‬
َ ‫الطا‬ َّ ‫ال‬

Artinya: "Wajib bagi setiap muslim untuk mendengar dan taat (kepada atasan),
baik ketika dia suka maupun tidak suka. Selama dia tidak diperintahkan untuk

25
bermaksiat. Jika dia diperintahkan untuk bermaksiat, maka tidak ada kewajiban
mendengarkan maupun mentaatinya". (HR. Bukhari, No. 7144)

2.8Kesimpulan
dr. Oding tidak menjalankan profesinya dengan benar sebagai dokter,
karena menyerahkan hasil visum tidak sesuai dengan prosedurnya,
sehingga dia melakukan hal yang bertentangan dengan KODEKI pasal
1, 2 dan 3, sumpah dokter No. 2, 3, 6, 12 dan 13, dan KUHAP pasal
133.

26
2.9Kerangka konsep

Dugaan penganiayaan
kepada Ny. Aisyah

Permintaan paksa Visum Et Repertum


penganiayaan oleh Ny Aisyah

dr. Oding menuruti


permintaan Ny. Aisyah

dr. Oding tidak menjalankan profesi


dengan baik dan benar

Pelanggaran Pelanggaran Pelanggaran


KODEKI SUMPAH KUHP
DOKTER

27
DAFTAR PUSTAKA

Arimuladi, S.U. 2005. Buku Panduan Teknis Penatalaksanaan DVI Polri, Pusat Kedokteran
dan Kesehatan polri.

Hanafiah. 2017. Buku Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. Edisi 5. Jakarta : EGC

Hanafiah dan Amir Amrih. 2018. Buku Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan . Jakarta:
EGC

Idries. 2009. Pedoman Praktis Ilmu Kedokteran Forensik Bagi Praktisi Hukum. Cetakan
1 : Jakarta

Kumean putri, 2018. Kewenangan dan kewajiban dokter forensic dalam tindak pidana
pembunuhan menggunakan zat-zat berbahaya atau racun. ejournal unsrat

Lapenia, P dan Masturoh, I. 2019. Tinjauan Pelaksanaan Pelepasan Informasi Medis


Untuk Keperluan Visum Et Repertum Di Rumah Sakit Singaparna Medika Citrautama.
Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia .Vol. 7 No.2

Petrus, Arsan.2017. Buku pedoman IDI Visum Et Repertum

Sarake, Mukhsen. 2019. Buku Ajar Rekam Medis. Universitas Hassanudin : Makassar

28
Sugiarto,dkk.2018. Basic Physical Examination :Teknik Inspeksi, Palpasi,
Perkusi,danAuskultasi. Buku Manual Keterampilan Klinik Fakultas Kedokteraan
Universitas Sebelas Maret.

Sumandari atta N, dkk, 2016. Kekuatan pembuktian rekam medis konvensional dan
elektronik. Jurnal Hukum Kesehatan. Vol. 2 | No. 2

Susanti Rika, 2013.Peran Dokter sebagai Saksi Ahli Di Persidangan. jurnal fk unad

Utama,W.A. 2014. Visum Et Repertum : a medicolegal report as a combination of


medical knowledge and skill with legal . Jurnal Kedokteran UNILA.Vol. 4. No. 8. Hal :
270

Widowati N, dkk. 2008. Tinjauan alur prosedur pembuatan Visum Et Repertum di rumah
sakit umum daerah pandan arang. Jurnal Kesehatan. 2(1): 85-99.

Yuliani N,2013.Analisis Pelaksanaan Visum Et Repertum Di RSUD Karanganyar. Jurnal


Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia. Vol.1,No.2.

29

Anda mungkin juga menyukai