Penggunaan antiseptik
Antiseptik terutama digunakan untuk mencegah dan mengobati infeksi pada luka.
Sediaan antiseptik dapat digunakan untuk mengobati luka memar, luka iris, luka lecet
dan luka bakar ringan. Penerapan antiseptik pada luka mungkin perlu diikuti tindakan lain
seperti pembersihan dan penutupan luka dengan pembalut agar tetap bersih dan terjaga.
Selain itu, antiseptik juga dapat digunakan untuk:
1. Disinfeksi tangan: menjadi pengganti atau menyempurnakan membasuh tangan
dengan air. Tenaga medis dan paramedis harus melakukan disinfeksi tangan dengan
antiseptik sebelum dan sesudah melakukan tindakan medis.
2. Disinfeksi pra-tindakan: antiseptik diterapkan ke lokasi tindakan untuk mengurangi
flora kulit.
3. Disinfeksi membran mukosa: irigasi antiseptik dapat ditanamkan ke dalam uretra,
kandung kemih atau vagina untuk mengobati infeksi atau membersihkan rongga
sebelum kateterisasi.
4. Disinfeksi mulut dan tenggorokan: Obat kumur antiseptik dapat digunakan untuk
mencegah dan mengobati infeksi mulut dan tenggorokan.
Jenis-jenis antiseptik
Ada banyak sekali agen kimia yang dapat digunakan sebagai antiseptik. Beberapa
antiseptik yang umum digunakan adalah etakridin laktat (rivanol), alkohol,
yodium, dan hidrogen peroksida. Sebagian besar produk antiseptik di pasar mengandung
satu atau lebih campuran zat tersebut.
2. Alkohol
Alkohol adalah antiseptik yang kuat. Alkohol membunuh kuman dengan cara
menggumpalkan protein dalam selnya. Kuman dari jenis bakteri, jamur, protozoa dan virus
dapat terbunuh oleh alkohol. Alkohol (yang biasanya dicampur yodium) sangat umum
digunakan oleh dokter untuk mensterilkan kulit sebelum dan sesudah pemberian suntikan
dan tindakan medis lain. Alkohol kurang cocok untuk diterapkan pada luka terbuka karena
menimbulkan rasa terbakar.
3. Yodium
Yodium atau iodine biasanya digunakan dalam larutan beralkohol (disebut yodium
tinktur) untuk sterilisasi kulit sebelum dan sesudah tindakan medis. Larutan ini tidak lagi
direkomendasikan untuk mendisinfeksi luka ringan karena mendorong pembentukan jaringan
parut dan menambah waktu penyembuhan. Generasi baru yang disebut iodine
povidone (iodophore), sebuah polimer larut air yang mengandung sekitar 10% yodium aktif,
jauh lebih ditoleransi kulit, tidak memperlambat penyembuhan luka, dan meninggalkan
deposit yodium aktif yang dapat menciptakan efek berkelanjutan. Salah satu merk antiseptik
dengan iodine povidoneadalah betadine.
Keuntungan antiseptik berbasis yodium adalah cakupan luas aktivitas antimikrobanya.
Yodium menewaskan semua patogen utama berikut spora-sporanya, yang sulit diatasi oleh
disinfektan dan antiseptik lain. Beberapa orang alergi terhadap yodium. Tanda alergi
yodium adalah ruam kulit kemerahan, panas, bengkak dan terasa gatal.
4. Hidrogen Peroksida
Selain keempat bahan di atas, di masa lalu ada juga antiseptik berbasis merkuri yang
dikenal dengan nama merkurokrom atau obat merah. Obat merah kini tidak dianjurkan,
bahkan dilarang di banyak negara maju, karena kandungan merkurinya dapat berbahaya bagi
tubuh. Beberapa zat alami seperti madu, lidah buaya dan bawang putih juga bisa digunakan
sebagai antiseptik.
Sumber :
Salma. (2011, 5 Maret). Mengenal Antiseptik. Diperoleh 8 September 2013, dari
http://majalahkesehatan.com/mengenal-antiseptik/