Anda di halaman 1dari 15

STATUS PASIEN

BAGIAN ILMU KULIT DAN KELAMIN

RSUD UNDATA PALU

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. M
Umur : 39 tahun
Jenis kelamin : Laki Laki
Alamat : Dapurang Mamuju Utara
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
Status Pernikahan : Menikah
Tanggal pemeriksaan : 28 Agustus 2017
Ruangan : Poliklinik Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Undata

II. ANAMNESIS
Keluhan utama : gatal pada bagian kedua kaki dan selangkangan.
Riwayat penyakit sekarang :
Seorang pasien laki-laki berumur 39 tahun datang ke poliklinik kulit dan kelamin
RSUD Undata dengan keluhan rasa gatal pada bagian kaki dan selangkangan yang
sudah dirasakan sejak 5 hari yang lalu. Rasa nyeri tidak ada. Pasien mengaku
bercak yang diderita sering hilang timbul dan mengaku merasa sangat gatal pada
malam hari dan saat berkeringat. Pasien mengaku sudah lama mengalami ini dan
pernah mengobati dengan salep racikan dan obat minum dari rumah sakit.
Riwayat penyakit dahulu :
Pasien sudah pernah mengalami hal yang sama di daerah kaki dan selangkangan
satu tahun yang lalu. Riwayat alergi makanan (-),Riwayat alergi obat (-) riwayat
diabetes melitus (-), riwayat hipertensi (-), HIV/AIDS (+)
Riwayat penyakit keluarga:
Pasien menyangkal di keluarga ada yang menderita penyakit yang sama.

III. PEMERIKSAAN FISIK


a. Status Generalisata
Keadaan umum : Sakit ringan
Kesadaran : Kompos mentis
Status gizi : Baik
b. Vital Sign :
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36,5 0C
c. Status Dermatologis
Ujud Kelainan Kulit :
1. Kepala : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
2. Leher : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
3. Dada : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
4. Ketiak : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
5. Punggung : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
6. Perut :Terdapat makula eritem di sertai skuama halus yang
berbatas tegas pada regio abdomen bawah
7. Genitalia : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
8. Selangkangan : terdapat makula hiperpigmentasi yang berbatas
tegas di sertai skuama di bagian tepi.
9. Bokong : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
10. Ekstremitas atas : Tidak terdapat ujud kelainan kulit (UKK)
11. Ekstremitas bawah : Makula eritematosa serta papul di tepi lesi dengan
skuama.
IV. GAMBAR

Gambar 1. Tampak Terdapat makula eritem di sertai skuama halus


yang berbatas tegas pada regio abdomen

Gambar 2. makula hiperpigmentasi yang berbatas tegas di sertai


skuama di bagian tepi pada selangkangan.
Gambar 3. Makula eritematosa serta papul di tepi lesi dengan
skuama.
V. ANJURAN PEMERIKSAAN
1. Pemeriksaan KOH
2. Pemeriksaan kultur jamur
VI. RESUME
Pasien datang dengan keluhan rasa gatal pada bagian kaki dan selangkangan
yang sudah dirasakan sejak 5 hari yang lalu. Pasien mengaku bercak yang
diderita sering hilang timbul dan mengaku merasa sangat gatal pada malam
hari dan saat berkeringat. Pasien memiliki riwayat penyakit yang sama
sebelumnya pada kaki dan selangkangan satu tahun yang lalu, pasien juga
memiliki riwayat penyakit HIV/AIDS.
Pasien datang dengan keadaan umum sakit ringan, status gizi baik, kesadaran
komposmentis. Hasil pemeriksaan dermatologis di dapatkan makula eritem di
sertai skuama halus yang berbatas tegas pada regio abdomen bawah, pada
bagian selangkangan terdapat makula hiperpigmentasi yang berbatas tegas di
sertai skuama di bagian tepi, dan pada regio kaki didapatkan Makula
eritematosa serta papul di tepi lesi dengan skuama.
VII. DIAGNOSIS KERJA
Tinea kruris et corporis
VIII. DIAGNOSIS BANDING
1. Psoriasis
2. Ptyriasis rosea
3. eritrasma
IX. PENATALAKSANAAN
A. Non Medikamentosa
a. Memberi tahu pasien untuk menggunakan obat secara teratur dan tidak
menghentikan pengobatan
b. Menjaga kebersihan tubuh
c. Menganjurkan pasien untuk memakai pakaian yang menyerap
keringat, menyetrika pakaian sebelum digunakan, dan tidak
menggunakan pakaian bersama dengan orang lain

B. Medikamentosa
 Sistemik
1. Ketokonazol tablet 200 mg (1x1)
2. Cetirizin 10 mg (1x1)
X. PROGNOSIS
a. Qua ad vitam : ad bonam
b. Qua ad fungtionam : ad bonam
c. Qua ad sanationam : dubia ad bonam
d. Qua ad cosmetikam : dubia ad bonam
XI. PEMBAHASAN
Seorang pasien laki-laki berumur 39 tahun datang ke poliklinik kulit dan
kelamin RSUD Undata dengan keluhan rasa gatal pada bagian kaki dan selangkangan
yang sudah dirasakan sejak 5 hari yang lalu. Rasa nyeri (-). Pasien mengaku bercak
yang diderita sering hilang timbul dan mengaku merasa sangat gatal pada malam hari
dan saat berkeringat. Pasien mengaku sudah lama mengalami ini dan pernah
mengobati dengan salep racikan dan obat minum dari rumah sakit. Pasien memiliki
riwayat penyakit yang sama sebelumnya pada kaki dan selangkangannya sejak 1
tahun yang lalu, pasien juga memiliki riwayat penyakit HIV/AIDS. Pasien datang
dengan keadaan umum sakit ringan, status gizi baik, kesadaran komposmentis. Hasil
pemeriksaan dermatologis di dapatkan makula eritem di sertai skuama halus yang
berbatas tegas pada regio abdomen bawah, pada bagian selangkangan terdapat
makula hiperpigmentasi yang berbatas tegas di sertai skuama di bagian tepi, dan
pada regio kaki didapatkan Makula eritematosa serta papul di tepi lesi dengan
skuama.Pada pemeriksaan penunjang dianjurkan pemeriksaan KOH. Dari hasil
anamnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang pasien didiagnosis
menderita Tinea cruris et tinea corporis.
Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala
yang disebabkan oleh infeksi Human immunodeficiency virus (HIV) yang dapat
mengakibatkan menurunnya sistem kekebalan tubuh pada manusia. Pasien AIDS,
hampir 90% disertai dengan timbulnya kelainan pada kulit. Manifestasi kulit yang
timbul pada pasien AIDS disebabkan oleh infeksi virus HIV itu sendiri, berkurangnya
imunitas pasien, dan juga karena respons terhadap pengobatan. Kelainan kulit yang
timbul dapat menjadi suatu tanda awal dari infeksi.1

Infeksi jamur dermatofit sering terjadi pada pasien HIV. Pertumbuhan jamur
berkaitan dengan adanya ketidakseimbangan sistem imun inangnya. Beberapa infeksi
jamur, seperti dermatofit, memberikan gejala yang tidak spesifik sehingga diperlukan
pemeriksaan lebih teliti. Dermatofit, yang menyerang keratin epidermis, kuku, dan
rambut, merupakan jamur yang sering didapatkan pada penyakit HIV. Tinea pedis,
tinea cruris, tinea corporis dan onikomikosis menunjukkan angka prevalensi empat
kali lebih tinggi pada pasien HIV dibandingkan pada populasi normal. Derajat
keparahan dan variasi gejala klinisnya dermatofitosis meningkat pada pasien HIV.1,4

Pasien HIV berat dapat menunjukkan reaksi inflamasi kulit minimal (tinea
anergi), tidak tampak adanya tepi yang meninggi dan central healing, sehingga
memberikan gambaran yang tidak khas. Pasien HIV positif juga dapat menunjukkan
gejala infeksi pada penis dan skrotum yang bukan merupakan gejala khas
dermatofitosis pada pasien HIV negatif. Pada populasi pasien HIV, dermatofitosis
dapat tidak selalu menimbulkan gatal dan nyeri serta menyerang kulit yang lebih luas.
Dermatofitosis pada pasien HIV sering timbul berulang terhadap pengobatan. Tinea
pedis dapat meluas ke punggung kaki (tipe moccasin). Gejala two feet, one hand
mungkin tidak khas karena kebanyakan pasien HIV mengalami infeksi pada seluruh
ekstremitas. Tinea pedis pada pasien HIV positif sering dikaitkan dengan jumlah CD4
450 sel/mm3 atau kurang. Proximal Subungual Onychomycosis (PSO) yang sering
disebabkan oleh Trichophyton rubrum, merupakan bentuk yang paling sering
ditemukan pada populasi ini dan dianggap sebagai petanda awal infeksi HIV.4

Penyebab dari tinea cruris dan corporis adalah golongan jamur dermatofita
dimana jamur ini menginvasi dan bertambah banyak dalam jaringan keratin (kulit,
rambut, dan kuku). Dermatofita dapat diklasifikasikan dalam tiga genus yaitu
trichophyton (yang menyebabkan infeksi pada kulit, rambut, dan kuku),
epidermophyton ( yang menyebabkan infeksi pada kulit dan kuku), dan microsporum
(yang menyebabkan infeksi pada kulit dan rambut). Infeksi Tinea kruris dapat
disebabkan oleh infeksi langsung (autoinoculation) misalnya karena penderita
sebelumnya menderita Tinea manus, Tinea pedis, atau Tinea unguium. Dapat juga
ditularkan secara tidak langsung, misalnya melalui handuk yang digunakan bersama
sama secara bergantian.6
Cara penularan jamur dapat secara langsung maupun tidak langsung.2,3
Penularan langsung dapat secara fomite, epitel, rambut yang mengandung jamur baik
dari manusia, binatang, atau tanah.2 Penularan tidak langsung dapat melalui tanaman,
kayu yang dihinggapi jamur, pakaian debu.2 Agen penyebab juga dapat ditularkan
melalui kontaminasi dengan pakaian, handuk atau sprei penderita.2 Jamur ini
menghasilkan keratinase yang mencerna keratin, sehingga dapat memudahkan invasi
ke stratum korneum. Infeksi dimulai dengan kolonisasi hifa atau cabang-cabangnya
didalam jaringan keratin yang mati.2 Hifa ini menghasilkan enzim keratolitik yang
berdifusi ke jaringan epidermis dan menimbulkan reaksi peradangan.1
Pertumbuhannya dengan pola radial di stratum korneum menyebabkan timbulnya lesi
kulit dengan batas yang jelas dan meninggi (ringworm).2 Reaksi kulit semula
berbentuk papula yang berkembang menjadi suatu reaksi peradangan.2 Menyebabkan
penderita merasa gatal atau sedikit panas di tempat tersebut akibat timbulnya
peradangan dan iritasi.2 Faktor risiko infeksi awal atau kekambuhan adalah memakai
pakaian ketat atau basah.2

Kelainan kulit yang tampak pada Tinea kruris pada lipat paha merupakan lesi
berbatas tegas yang bilateral pada lipat paha kiri dan kanan, dapat bersifat akut atau
menahun.2 Mula-mula sebagai bercak eritema yang gatal, lama kelamaan meluas
secara sentrifugal dan membentuk bangun setengah bulan dengan batas tegas, yang
dapat meliputi skrotum, pubis, gluteal, bahkan sampai paha, bokong dan perut
bawah.2,4 Tepi lesi aktif (peradangan pada tepi lebih nyata daripada daerah
tengahnya), bentuk polimorf, ditutupi skuama dan kadang-kadang dengan banyak
papul maupun vesikel di sekelilingnya.2 Bila penyakit ini menjadi menahun (kronis),
dapat berupa bercak hitam disertai sedikit skuama.2 Erosi dan ekskoriasi, keluarnya
cairan serum maupun darah, biasanya akibat garukan maupun pengobatan yang
diberikan.2 Keluhan sering bertambah sewaktu tidur sehingga digaruk-garuk dan
timbul erosi dan infeksi sekunder.2
Tinea cruris memiliki gambaran klinis tepi eritematosa yang berskuama
menjalar ke bawah paha bagian dalam dan meluas kearah belakang ke daerah
perineum dan bokong. Bila penyakit ini menahun, dapat berupa bercak hitam disertai
sedikit sisik. Erosi dan keluarnya cairan biasanya akibat garukan. Tinea cruris
merupakan salah satu bentuk klinis yang sering dilihat di Indonesia. 2

Gambar 7 Predileksi Tinea cruris

Gambar 8 Ujud Kelainan Kulit tinea cruris

Tinea corporis merupakan dermatofisis pada kult tubuh tidak berambut.


Penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur superfisial golongan dermatofita,
menyerang daerah kulit tak berambut pada wajah, badan, lengan, dan tungkai.
Kelainan yang dapat dilihat merupakan lesi bulat dan lonjong, berbatas tegas terdiri
dari eritema, skuama, kadang kadang dengan vesikel dan papul di tepi. Daerah
tengahnya biasa lebih terang. Kadang kadang terlihat erosi dan krusta akibat garukan.
Lesi lesi pada umumnya merupakan bercak bercak terpisah satu dengan yang lain.
Kelainan kulit dapat pula terlihat sebagai lesi lesi dengan piggir yang polisiklik,
karena beberapa lesi kulit yang menjadi satu, bentuk dengan tanda radang yang lebih
nyata, lebih sering terlihat pada anak anak daripada orang dewasa karena umumnya
mereka mendapatkan infeksi baru pertama kali.2
Pada tinea corporis yang menahun, tanda radang akut biasanya tidak terlihat
lagi. Kelainan ini dapat terjadi pada tiap bagian tubuh dan bersama sama dengan
kelaian sela paha. Dalam hal ini disebut tinea corporis et cruris atau sebaliknya tinea
cruris et corporis. Bentuk menahun yang disebabkan oleh trichophyton rubrum
biasanya dilihat bersama sama dengan tinea unguium. 2
Perjalanan penyakit termasuk keluhan utama dan keluhan tambahan: gejala
subjektif gejala objektif Oleh karena gatal dan di yang lembap. Lokaliasasi Wajah,
anggota gerak atas dan bawah, dada, punggung. Efloresensi Lesi berbentuk makula
atau plak yang merah atau hiperpigmentasi dengan tepi aktif dan penyembuhan
sentral. Pada tepi lesi dijumpai papula-papula eritematosa atau vesikel. Pada
perjalanan penyakit yang kronik dapat dijumpai likenifikasi. Gambaran lesi dapat
polisiklis, anular atau geografis.3

Tinea corporis pridileksi

Diagnosis banding yang diangkat yakni untuk tinea cruris et corporis ini
adalah Psoriasis, Ptyriasis rosea, dan eritrasma. Psoriasis sebagai diagnosis banding
sebab pada psoriasis ditemukan eritema pada bagian pinggir sehingga menyerupai
tinea. Perbedaannya ialah pada psoriasis terdapat tanda-tanda khas yakni lesinya lebih
merah, skuama kasar, transparan serta berlapis-lapis, fenomena tetes lilin, dan
fenomena auspitz. Psoriasis dapat dikenal dari kelainan kulit pada tempat predileksi,
yaitu daerah lipatan kulit, daerah ekstensor, misalnya lutut, siku, dan punggung.
Ptyriasis rosea diangkat sebagai diagnosis banding sebab distribusi kelainan kulitnya
simetris dan terbatas pada tubuh dan bagian proksimal anggota badan sulit dibedakan
dengan tinea corporis tanpa ditemuakannya herald patch. Eritrasma penyakit yang
sering berlokalisasi pada di sela paha, efloresensi yang sama, yaitu eritema dan
skuama,batas lesi tegas pada seluruh lesi merupakan tanda tanda khas penyakit ini.
Pemeriksaan dengan lampu wood dapat menolong dengan adanya fluresensi merah
(coral red).2

Penatalaksanaan pada pasien terdiri atas non medikamentosa dan


medikamentosa. Pada penatalaksanaan non medikamentosa yakni mengganti pakaian
apabila berkeringat, menghindari pemakaian sprei, handuk, alat mandi, pakaian
dengan orang lain, menhindari pakaian yang ketat. Serta penatalaksanaan
medikamentosa sistemik. sistemik diberikan Sistemik, Ketokonazol tablet 200 mg
(1x1),Cetirizin 10 mg 1x1. 1,6,
Ketoconazole merupakan obat anti jamur yang termasuk golongan azole. Obat
jenis ini menghambat pertumbuhan jamur dengan menghambat enzim pertumbuhan
pada jamur. Obat golongan azole ini umumnya dipakai untuk mengatasi infeksi
jamur C.albicans, C.tropicalis, C.parapsilosis, C.glabrata, C.neoformans, golongan
blastomyces, golongan histoplasma, Coccidioides, dan jamur lainnya. Dalam
penelitian dibuktikan bahwa jamur jenis C.krusei dan mucorymycosis sudah kebal
terhadap obat jenis ini. Ketoconazole umumnya digunakan untuk mengatasi infeksi
jamur pada kulit badan, pada lipatan kulit, pada kaki, untuk mengatasi panu, dan juga
sering dipakai untuk mengatasi ketombe. Ketoconazole dikontraindikasikan pada
mereka yang diketahui alergi terhadap komponen ketoconazole, ibu hamil dan
menyusui karena obat ini ditemukan dalam ASI, obat ini juga dikontraindikasikan
pada mereka dengan gangguan jantung terutama pada yang menggunakan obat –
obatan yang mempengaruhi irama jantung.Saat ini ketoconazole telah banyak
digantikan dengan itraconazole karena efek supresi hormonnya lebih rendah. Di
tempat tertentu masih sering digunakan ketoconazole karena lebih murah dan mudah
didapat.5 Cetirizin merupakan obat antihistamin selektif, generasi 2 yang memiliki
efek sedative rendah dan mempunyai sifat tambahan sebagai anti alergi. Pada pasien
diberikan cetirizin untuk mengurangi gatal.
REFERENSI

1. Oninla, Pagesolumayowa Abimbola. Mucocutaneous Manifestations Of HIV


And The Correlation With WHO Clinical Staging In A Tertiary Hospital In
Nigeria. Hindawi Publishing Corporation AIDS Research And Treatment.
2014.
2. Widatty S, Budimulja, U., (2016). Mikosis. Dalam: Djuana, A., (ed). Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Hal: 109-116
3. Siregar., (2005). Atlas Berwarna Sari Pati Peyakit Kulit. Jakarta : EGC. Hal
10-23
4. Goldsmith et all (2013). Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine.
Volume One. United States. McGraw Hill. pp: 2288-90
5. Kasim F., (2013).ISO Informasi Spesialite Obat Indonesia. Volume 48.
Jakarta : PT ISFI. Hal : 71
6. Saho, A.K., (2017). Management of tinea corporis, tinea cruris, and tinea
pedis: A comprehensive review, Department of Dermatology and
Venereology, AIIMS, New Delhi, 1Department of Dermatology,
Venereology, and Leprology, Postgraduate Institute of Medical Education and
Research, Chandigarh, India.
REFLEKSI KASUS Agustus 2017

TINEA CRURIS ET CORPORIS PADA PASIEN HIV

OLEH:

ALDHY WIJAYAKUSUMA ANANDA


N 111 17 025

PEMBIMBING KLINIK
dr. NUR HIDAYAT, Sp.KK

KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA PALU
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2017

Anda mungkin juga menyukai