PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang diangkat dari skenario ini ialah apakah ada
pengaruh antara gaya hidup warga Desa Rejoso dengan kejadian hookworm
desease pada anak SDN Rejoso ?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan umum skenario ini adalah untuk mengetahui adanya pengaruh
gaya hidup warga desa rejoso dengan kejadian hookworm desease pada
anak-anak di SDN rejoso.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus skenario ini adalah untuk mengidentifikasi penyebab
terjadinya hookworm desease pada anak-anak di SDN desa rejoso.
BAB II
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Skenario
Desa Rejoso adalah salah satu desa di Kecamatan Karang Kabupaten Damai. Di
desa tersebut terdapat Sekolah Dasar (SDN) dengan 173 siswa. Data tahun
kemarin menunjukkan bahwa kejadian infeksi cacing tambang pada siswa SDN
Rejoso 20,5%. Perilaku buang air besar di sekitar rumah 44,2%, perilaku anak –
anak yang biasa bermain dengan tanah sebesar 54,2%.
Kabupaten Damai khususnya Kecamatan Karang memiliki wilayah perkebunan
seluas 5.000 hektar, berupa tanah kering yang merupakan tanah yang sesuai
dengan perkembangan cacing tambang. Kepala keluarga (KK) umumnya (65%)
berpendidikan sekolah menengah pertama dan dasar, dengan pekerjaan umumnya
(67%) tani atau buruh tani. Penghasilan orang tua siswa sebagian besar (66%)
masih di bawah upah minimum kota (UMK), 83% rumah mereka memiliki lahan
pekarangan atau lahan pertanian. Dalam kegiatan pekerjaan mereka KK umumnya
(76%) tidak menggunakkan alas kaki.
Bagaimana cara penanggulangan penyakit yang terdapat di desa tersebut ?
Tujuan Pembelajaran :
B. Analisis
Inventarisasi di Desa Rejoso Kecamatan Karang adalah sebagai berikut :
1. Tingginya prevalensi Hookworm Disease.
2. Keadaan tanah yang sesuai dengan perkembangan cacing.
3. Kebiasaan masyarakat buang air besar di lingkungan terbuka.
4. Kebiasaan anak – anak bermain di tanah tanpa alas kaki.
5. Tingkat pengetahuan masyarakat yang rendah.
6. Gaji orang tua di bawah UMK.
7. Minimnya WC yang ada di rumah penduduk.
Sumber : http://slideplayer.com/slide/7476968/
Sumber : https://www.cdc.gov/parasites/hookworm/biology.html
Telur yang keluar bersama feses manusia merupakan telur yang non-
infektif (biasanya berisi blastomere), butuh proses perkembangan terlebih
dahulu sampai telur tersebut bisa menjadi larva yang mampu menembus kulit
manusia (larva filariform). Untuk menjadi larva filarifrom, telur hookworm
harus berada di tanah dengan kondisi yang gembur, lembab, berpasir, teduh,
dan hangat.
Ketika telur sudah menemukan lokasi tanah yang sesuai, maka dia akan
menetas dan menjadi larva stadium awal (rhabditiform), larva ini ukurannya
sangat kecil (0,25-0,30 mm) dan buccal cavitynya terbuka, buccal cavity yang
terbuka menjadi pertanda stadium larva rhabditiform karena dalam stadium
awal ini larva sangat aktif memakan (stadium feeding)bakteri dan bahan-
bahan organik dilingkungan sekitarnya.
Dalam waktu 6-8 hari, larva akan berganti kulit (moulting) sebanyak dua
kali dan menjadi larva filariform, pada stadium ini (stadium non
feeding) mulut larva sudah menutup, tubuhnya juga ditutupi oleh
semacam sheath atau selaput dari ujung anterior sampai posterior sebagai
perlindungan diri. Larva filariform ini merupakan bentuk yang infektif,
mereka mampu menembus kulit manusia.
Selain infeksi yang terjadi akibat inokulasi dan penetrasi larva filariform
melalui kulit, infeksi juga dapat terjadi peroral, dimana larva langsung masuk
melalui mulut dan langsung mencapai usus halus tanpa harus melakukan lung
migration.
PROSEMANAJEMEN
INPUT
Tingkat pengetahuan yg
rendah
Gaji di bawah UMK
O.D
Anak bermain di tanah
tanpa alas kaki Tidak adanya WC di
rumah penduduk
Hookworm
Disease
LINGKUNGAN
C. Pembahasan
1. Penatalaksanaan
Cacing tambang (hookworm) adalah salah satu parasit yang banyak
menginfeksi manusia dan umumnya terdiagnosa melalui penemuan
karakteristik klinis seperti eosinofilia pada pemeriksaan darah dan telur dengan
bentuk yang spesifik pada pemeriksaan tinja secara mikroskopik. Necator
Americanus merupakan salah satu jenis cacing tambang yang menginfeksi
sekitar 576-740 juta. Hospes adalah manusia, tersebar di daerah tropis,
subtropik, terutama pada populasi miskin dan sanitasi buruk (Rahmawati,
2014).
Di Indonesia infeksi oleh Necator americanus lebih sering dijumpai
dibandingkan infeksi oleh Ancylostoma duodenale dan Uncinariasis.
Penegakan diagnosis merupakan bagian penting dalam menetapkan pengelolaan
yang tepat. Diagnosis pada umumnya ditegakkan berdasarkan adanya telur
cacing dalam tinja, tetapi bisa juga tidak terdiagnosis terutama pada kasus
infeksi yang ringan.
Terapi antihelminth yang digunakan adalah golongan Benzimidazoles
(BZAs), yaitu albendazole dan mebendazole. BZA membunuh cacing dewasa
melalui ikatan dengan beta-tubulin dan selanjutnya menghambat polimerisasi
mikrotubulus parasit. Pamoate levamisol dan pyrantel juga dapat digunakan.
Studi meta-analisis menyebutkan efikasi terapi dosis tunggal pada infeksi
cacing tambang adalah sebagai berikut: albendazole 72%; mebendazole 15%;
pyrantel pamoat 31% (Rahmawati, 2014).
2. Memberikan promosi kesehatan
Perlunya pemberian informasi mengenai cacing tambang kepada
masyarakat Desa Rejoso dan Kota Damai di Kabupaten Damai karena tingkat
pengetahuan masyarakat disini yang masih kurang mengenai cacing tambang.
Salah satu hal yang perlu diketahui masyarakat adalah bagaimana cara
penularan dari infeksi cacing tambang. Dikatakan bahwa penularan dapat
terjadi akibat sering buang air besar di sembarang tempat, tidak menggunakan
alas kaki sehingga menginjak kotoran yang mengandung larva cacing tambang.
Promosi kesehatan di lingkungan masyarakat masih perlu diberikan agar dapat
memahami penularan infeksi cacing tambang dan cara pencegahannya.
Di lingkungan Puskesmas pun juga dapat dilakukan promosi kesehatan,
baik berupa leaflet, baliho/billboard, poster – poster atau juga spanduk.
Di Lingkungan Puskesmas yang dapat dilakukan promosi kesehatan
antara lain :
a. Di tempat Parkir Puskesmas
b. Di halaman Puskesmas
c. Di dinding Puskesmas
d. Di pagar pembatas kawasan Puskesmas
e. Di kantin/kios di kawasan Puskesmas
Materi yang dapat diberikan berupa pengetahuan tentang gejala infeksi
cacing tambang. Gejala awal dapat berupa rasa gatal pada tempat masuknya
larva. Setelah 2 minggu dapat timbul gejala paru yaitu batuk kering, asma, dan
demam. Manifestasi klinis utama adalah nyeri abdomen (Setiati,dkk 2015).
Cara mendapatkan pelayanan kesehatan untuk masyarakat yang
kecurigaan terkena infeksi cacing tambang dapat langsung berobat ke
Puskesmas. Dalam pengobatan, pendistribusian obat didampingi oleh petugas
puskesmas sebagai supervisor puskesmas, pemberian obat pada penduduk yang
tidak hadir (sweeping), monitoring reaksi obat, puskesmas sebagai pusat
pelayanan kesehatan siap 24 jam, rujukan efek samping ke RS, dan penguatan
sistim rujukan berjenjang.
3. Pencegahan Hookworm Disease
a. Perbaikan sanitasi lingkungan
Sanitasi rumah merupakan salah satu faktor resiko penyebab kejadian
infeksi cacing tambang, anak yang tinggal dalam rumah dengan sanitasi
yang buruk mempunyai resiko sebesar 3,5 kali lebih besar untuk terkena 39
infeksi cacing tambang dibandingkan dengan anak yang tinggal dalam
rumah dengan sanitasi yang baik.
Untuk mencegah terjadinya infeksi atau pun penyebaran dari
hookworm disease harus dilakukan perbaikan sanitasi lingkungan. Salah
satunya yakni penyediaan air bersih. Penyediaan air bersih yang tidak
memenuhi syarat kesehatan dapat juga sebagai media penularan melalui
mulut menyertai makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh tinja
yang mengandung telur cacing. Salah satu cara untuk memutuskan rantai
daur hidup STH adalah dengan cara menjaga kebersihan dengan
menyediakan cukup air bersih di kakus, untuk mandi dan cuci tangan.
Menurut hasil penelitian yang di lakukan di Kecamatan Angkola Timur
Kabupaten Tapanuli Selatan thun 2012 ada hubungan yang signifikan
antara persediaan air bersih dengan infeksi kecacingan murid Sekolah
Dasar.
Penularan hookworm disease juga dapat terjadi melalui tanah yang
terkontaminasi dengan tinja. Sampai saat ini belum terdapat cara yang
praktis untuk membunuh telur cacing yang terdapat di tanah, terutama bila
telur-telur terdapat pada tanah liat dengan lingkungan yang sesuai (hangat
dan lembab). Kebiasaan seperti defekasi di sekitar rumah dapat
menyebabkan reinfeksi secara terus-menerus terutama pada anak balita.
Menurut studi pada anak sekolah di Desa Rejosari, Kecamatan
Karangawen Demak menunjukkan bahwa kebiasaan defekasi di kebunatau
tanah mempunyai faktor risiko sebesar 2,9 kali terhadap infeksi cacing
tambang daripada anak yang tidak defekasi di kebun atau tanah.
Perbaikan sanitasi lingkungan juga dapat dilakukan dengan pengadaan
jamban/WC. Ketersediaan WC sangat di perlukan sebagai sarana tempat
pembuangan tinja. Pembuangan tinja yang kurang memenuhi syarat
kesehatan, misalnya : tanah tergolong hospes perantara atau tuan rumah
sementara, tempat berkembangnya telur-telur atau larva cacing sebelum
dapat menular dari seseorang ke orang lain, yaitu larvanya yang ada di tinja
menembus kulit memasuki tubuh. Pembuangan tinja yang memenuhi
persyaratan akan mengurangi jumlah infeksi dan jumlah cacing. Hal ini
penting di perhatikan terutama bila berhubungan dengan anak-anak yang
melakukan defekasi di tanah. Ada hubungan signifikan antara ketersediaan
jamban SPAL dengan faktor risiko infeksi kecacingan pada murid Sekolah
Dasar di Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun
2012.
b. Menggunakan alas kaki saat kontak dengan tanah
Kaki merupakan bagian dari tubuh kita pertama yang melakukan
kontak langsung dengan tanah. Maka untuk menghindari masuknya telur
atau larva cacing melalui perantaraan kulit kaki perlu di lakukan upaya
penggunaan alas kaki bagi para petani. Necator americanus yang Infeksi
cacing tambang terjadi di daerah lembab, khususnya di daerah pedesaan,
dimana sanitasi yang tidak memadai dan kurangnya alas kaki adalah lazim.
c. Personal hyegine
Menurut Hidayat (2008), perawatan diri atau kebersihan diri (personal
hygiene) merupakan perawatan diri sendiri yaang dilakukan untuk
mempertahankan kesehatan, baik secara fisik maupun psikologis. Personal
hygiene berasal dari bahasa Yunani yang berarti Personal yang artinya
perorangan dan hygiene yang artinya sehat. Kebersihan perorangan adalah
suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan untuk
kesejahteraan fisik dan psikis (Wartonah, 2006).
Menurut Ananto (2006), memeilihara kebersihan dan kesehatan pribadi
adalah salah satu upaya pendidikan kesehatan yang diberikan kepada
peserta didik disekolah atau madrasah dan dirumah. Melalui peningkatan
kebersihan dan kesehatan pribadi, kesehatannya akan menjadi lebih baik.
Untuk mencegah penularan cacing tambang, jenis personal hygiene
yang harus dilakukan yaitu selalu mecuci tangan setelah kontak dengan
tanah. Selain itu juga mandi setelah bagian tubuh terpapar dengan tanah di
daerah dengan kejadian infeksi cacing tambang yang tinggi.
d. Kerjasama lintas sektoral
Masalah Ancylostomiasis cukup kompleks karena untuk melakukan
pemberantasan harus melibatkan banyak sektor. Dengan pengobatan massal
saja (sektor kesehatan) diantarany tanpa melibatkan sektor lain untuk
melakukan pebaikan perumahan, sektor pendidikan, sektor pekerjaan umum
maka tidak akan memecahkan masalah dengan tuntas.
Keterangan :
B. Rencana Program
2 Sosialisasi perbaikan Sekolah dasar 100 % Sekolah 1 tim Memberikan sosialisasi Aula Sekolah Tenaga Minggu I Ruang
dan pembangunan Rejoso Dasar Rejoso sosialisasi tentang rencana perbaikan Dasar puskesmas dan pertemuan
fasilitas MCK/ yang telah dan pembangunan fasilitas tenaga lengkap
Jamban ditunjuk dengan audio
mck di Sekolah Dasar pembangunan
visual dan
desa snack
3 Menyiapkan Petugas 100% tenaga 1 tim yang 1. Memilih tenaga yang siap Sekolah Dasar Petugas Minggu II dan Bahan
tenaga Menyiapkan kesehatan dan alat siap telah melaksanakan tugas Desa Rejoso kesehatan Minggu III material
alat dan bahan puskesmas dan ditunjuk 2.Inventarisasi kebutuhan puskesmas pembangunan
perbaikan dan pembangunan bahan dan alat sarana mck
pembuatan MCK/ desa 3.Check and recheck Petugas
Jamban pembangunan
Alat dan bahan desa
pembuatan mck
4 Gotong-royong Sekolah Dasar 100 % Sekolah 1 tim yang 1. Membangun saluran air Sekolah Dasar Tenaga Minggu IV 1. Dana
perbaikan MCK/ Rejoso Dasar Rejoso telah bersih Rejoso pembangunan, 2. Sarana
Jamban sekolah ditunjuk 2. Membangun toilet staff Sekolah bangunan
3. Membangun sarana Dasar dan 3. Sarana
kebersihan lainnya yang Petugas kebersihan
layak digunakan Pembangunan
Desa
5. Sosialisasi/ Siswa dan 100% siswa 4 x setahun 1. Menyiapkan materi Aula sekolah Petugas sanitasi 1. Minggu III Fasilitas
pendidikan kesehatan pengajar Sekolah Dasar penyuluhan mengenai: dasar Rejoso dan staff persiapan pertemuan
tentang cara sekolah dasar Penularan: open puskesmas materi
penularan dan defecation, bermain 2. Minggu IV Sound system
pencegahan tanah pelaksanaan
21
Hookworm Disease Pencegahan: penyuluhan/ LCD
Penggunaan alas pendidikan
kaki kesehatan Alat peraga
Mencuci tangan
sebelum dan
setelah
melakukan
kegiatan
Pentingnya MCK
yang sehat dan
teratur
Perilaku hidup
sehat dengan
olahraga teratur
dan makan
makanan bergizi
2. Mengumpulkan siswa
dan pengajar
3. Pelaksanaan sosialisasi
Penyuluhan
Mengajarkan kepada
siswa tentang
pemakaian dan
perawatan jamban
bersama
Mengajak siswa
sebagai role model
untuk BAB di
jamban kepada
keluarga maupun
orang sekitar
Permainan mengenai
cacing tambang
Memulai gerakan
menabung
22
BAB IV
A. Kesimpulan
B. Saran
1. Perlu adanya perilaku tanggap dari masyarakat Desa Rejoso Kecamatan
Karang Kabupaten Damai untuk memperhatikan sanitasi MCK yang baik dan
memadai dan menggunakannya. Jika sudah ada perlu adanya peningkatan
sanitasi MCK.
2. Dalam hal penyuluhan terhadap pencegahan infeksi cacing tambang perlu
adanya anjuran pengobatan 6 bulan sekali untuk mengonsumsi obat cacing
(anthelmintic).
23
3. Disamping pengobatan dengan anthelmintic dan tablet besi, perlu adanya diit
tinggi protein.
24
DAFTAR PUSTAKA
Al-Mekhlafi, M. H., Surin, J., Atiya, A. S., Ariffin, W. A., Mohammed Mahdy, A.
K., & Che Abdullah, H. (2008). Pattern and predictors of soil-transmitted
helminth reinfection among aboriginal school children in rural Peninsular
Malaysia. Acta Tropica, (107), 200–204.
Caumes E. It’s time to distinguish the sign “creping eruption” from the syndrome
“cutaneus larva migrans”. Dermatologi 2006; 213:179-81
Ginting, S. R. I. A. (2003). Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi Dengan
Kejadian Kecacingan Pada Anak Sekolah Dasar Di Desa Suka Kecamatan
Tiga Panah, Kabupaten Karo, Propinsi Sumatera Utara. Usu Digital Library,
1–19.
Loukas A, Prociv P, Immune responses in hookworm infection. Clin Microbiol Rev ,
2001 : p.689-703
Surat Keputusan Mentri Kesehatan No: 424/MENKES/VI,2006
25