PENDAHULUAN
1
eksekutif, seperti pengendalian impuls, perencanaan, dan pemecahan masalah. 4
Gangguan kepribadian jenis ini lebih sering terjadi pada perempuan daripada laki-
laki dimana perempuan mempunyai kecenderungan 3 kali lebih rentan dibandingkan
laki-laki. Sampai saat ini, di Indoneisa belum ada data pasti tentang jumlah kejadian
gangguan kepribadian ambang, namun diperkirakan kejadian gangguan kepribadian
ambang cukup tinggi karena biasanya gangguan kepribadian ini ditandai oleh
perilaku agresif dan impulsif, yang biasanya banyak terdapat pada individu dengan
perilaku kekerasan. Hal itu dapat dilihat sehari-hari dari berbagai laporan media.
Pada kebanyakan kasus, gangguan kepribadian ambang pertama kali ditemukan pada
usia akhir remaja; beberapa terjadi pada anak namun jarang terjadi pada dewasa di
atas 40 tahun.2
Penyebab yang pasti gangguan kepribadian ini sendiri masih dipertanyakan.
Namun, belakangan ini para peneliti terutama di bidang neurobiologi dan
psikofarmakologi melakukan pendekatan biologis yang lebih mendalam dengan
hipotesis adanya keterlibatan baik unsur fungsi otak, neurotransmiter, genetik, dan
neuroendokrin. Salah satu yang paling sering diteliti adalah hubungan antara sistem
serotonergik dan regio otak yang terlibat dalam perilaku impulsive dan agresif pada
pasien gangguan kepribadian ambang.2 Diagnosis gangguan kepribadian ambang di
dalam klinis sehari-hari maka diperlukan suatu pedoman diagnositik yang terdapat
antara lain dalam Diagnostic and Statistic Manual of Mental Disorder IV - Text
Revised(DSM IV -TR) dan PPDGJ III/ICD 10.
Individu dengan gangguan kepribadian ambang sukar memahami bahwa
perilakunya tidak wajar, rasa menyesalnya hanya sepintas segera sesudah ledakan
amarah. Ia sering merasionalisasikan perilakunya dan menentang campur tangan
orang lain. Hal ini semua menghambat pengobatan dan membuat prognosis menjadi
jelek. Oleh karena itu, perlu adanya pemahaman lebih lanjut tentang gangguan
kepribadian ini, yang sedikit banyaknya akan kami bahas dalam makalah ini.
2
3. Mengetahui Etiologi tentang Gangguan Kepribadian Ambang
4. Mengetahui Faktor Resiko terjadinya Gangguan Kepribadian Ambang
5. Mengetahui Gejala Klinis dan Kriteria Diagnosis Gangguan Kepribadian
Ambang
6. Mengetahui Diagnosis Banding Gangguan Kepribadian Ambang
7. Mengetahui Penatalaksanaan dan Prognosis Gangguan Kepribadian Ambang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
2.1. Definisi
Menurut Kusmanto Setyonegoro : Kepribadian adalah ekspresi keluar dari
pengetahuan dan perasaan yang dialami secara subjektif oleh seseorang 1. Definisi
lain mengemukakan bahwa kepribadian adalah perikalku yang khas seseorang yang
menyebabkan orang itu dapat dikenal dan dibedakan dari orang lain karena pola
perilakunya.1
Gangguan kepribadian adalah ciri kepribadian yang bersifat tidak fleksibel dan
maladaptif yang menyebabkan disfungsi yang bermakna dan penderitaan subjektif.3
Pasien dengan gangguan kepribadian ambang berdiri pada batas antara neurosis
dan psikosis serta ditandai dengan afek, mood, perilaku, hubungan objek, dan citra-
diri yang sangat tidak stabil.4
2.2. Epidemiologi
Gangguan kepribadian ambang adalah gangguan kepribadian yang paling umum
pada praktek klinis. Gangguan ini ditemukan 10% pada pasien gangguan jiwa yang
rawat jalan, 15% -20% pasien rawat inap, dan 30% -60% pada populasi klinis dengan
gangguan kepribadian. Gangguan ini ditemukan sekitar 2% dari populasi umum.
Gangguan kepribadian ambang ditemukan terutama pada wanita, dengan rasio
gender yang diperkirakan 3: 1. Gangguan ini hadir dalam seluruh budaya didunia.
Kejadiannya meningkat sekitar lima kali pada garis turunan pertama orang yang
menderita gangguan ini. Terdapat juga risiko yang lebih besar pada keluarga yang
menderita gangguan mental dan perilaku, gangguan kepribadian antisosial, dan
gangguan mood.
2.3. Etiologi5
Penyebab ganggaun kepribadian ambang disebabkan oleh beberapa faktor,
diantaranya:
1. Faktor Neurobiological
a. Fungsi serotonin yang rendah
b. Terdapat komponen emosi disregulasi atau impulsif
c. Adanya peningkatan aktivasi amigdala
d. Rendahnya tingkat aktivitas dan perubahan struktural di korteks prerontal
terutama di anterior cingulate korteks
e. Konektivitas antara korteks prefrontal dan amigdala yang terganggu
4
2. Faktor Sosial
a. Adanya pemisahan dengan orang tua
b. Adanya pelecehan vrbal
c. Adanya pelecehan emosional selama masa kanak-kanak (bullying)
3. Teori Diathesis-stres linehan
a. Menurut teori ini, gangguan kepribdaian ambang berkembang ketika
individu dengan diatesis biologis (kemungkinan genetis) dimana ia
mengalami kesulitan untuk mengontrol emosi dan dibesarkan di
lingkungan yang salah
b. Dalam diathesis biologis disebut sebagai emotional disregulation dan
invalidating experience (invalidating)
c. Invalidating experience adalah pengalaman dimana keinginan dan
perasaan individu diabaikan dan tidak dihormati serta usaha individu untuk
mengkomunikasikan perasaannya tidak dipedulikan atau bahkan diberi
hukuman
d. Emotional dysregulation merupakan ketidakmampuan mengontrol emosi
meliputi kemampuan untuk mengatur perasaan, reaksi fisiologis, kognisi
yang berhubungan dengan emosi, dan reaksi yang berhubungan dengan
emosi
5
tidak didukung alasan yang kuat yang mencerminkan ketidakmatangan emosi,
mungkin memainkan peran dalam perkembangan gangguan kepribadian.
6
Secara fungsional, pasien dengan gangguan kepribadian ambang merusak
hubungan mereka dengan menganggap semua orang baik atau semua orang jahat.
Pasien melihat orang baik sebagai figur pelekatan yang bersifat mengasuh atau figur
kebencian dan sadis yang mengurangi kebutuhan rasa aman mereka dan mengancam
mereka dengan pengabaian saat mereka merasa bergantung. Sebagai akibat dari
pemisahan ini, orang yang baik diidealisasikan dan orang yang buruk
didevaluasikan. Pergeseran kesetiaan dari satu orang atau kelompok ke yang lainnya
sering terjadi.
Otto Kernberg menemukan bahwa mekanisme pertahanan proyeksi terdapat
pada pasien dengan gangguan kepribadian ambang. Terapis harus menyadari proses
ini sehingga mereka dapat bersikap netral pada pasien tersebut. Sejumlah klinisi
menggunakan konsep panfobia, panansietas, panambivalensi, dan seksualitas yang
kacau untuk menandai ciri pasien ini.
1. Usaha yang tidak beraturan untuk menghindari penolakan yang nyata atau imajiner.
Catatan: tidak termasuk bunuh diri dan perilaku menyakiti diri seperti yang tertuang
pada butir ke-5
2. Sebuah pola hubungan interpersonal yang tidak stabil dan terus menerus yang
ditandai dengan pertukaran antara idealisasi dan devaluasi yang ekstrem
3. Gangguan identitas: ketidakstabilan gambaran diri atau perasaan diri yang nyata dan
terus menerus
4. Impulsivitas pada setidaknya dua area yang mempunyai efek potensial dalam
perusakan diri (contoh: belanja, seks, penyalahgunaan zat, berkendaraan ceroboh,
makan dan minum berlebihan).
7
Catatan: tidak termasuk perilaku bunuh diri atau melukai diri yang terdapat pada kriteria
ke-5
5. Perilaku, isyarat atau ancaman bunuh diri yang sering atau perilaku melukai diri
6. Afek yang tidak stabil yang ditandai mood yang reaktif (contoh: episode disforia
yang sering, iritabel atau kecemasan yang berlangsung beberapa jam dan jarang lebih
dari 2 hari)
8. Marah yang tidak sesuai, sering atau kesulitan dalam mengendalikan amarah
(contoh: sering menunjukkan perangai, marah yang konstan, sering berkelahi)
9. Ide paranoid yang berhubungan dengan stress yang berlangsung sementara atau
gejala disosiatif yang parah
8
terlibat dalam pergaulan yang erat dan tidak stabil dapat menyebabkan krisis
emosional yang berulang dan mungkin disertai dengan usaha yang
berlebihan untuk menghindarkan dirinya ditinggalkan dan serangkaian
ancaman bunuh diri atau tindakan membahayakan diri (meskipun hal ini
dapat terjadi tanpa pencetus yang nyata).
1. Skizofrenia
Gangguan ini dibedakan dengan skizofrenia berdasarkan tidak adanya episode
psikotik yang lama, gangguan pikir, dan tanda skizofrenik klasik lainnya.
2. Gangguan Kepribadian Skizotipal
Pasien dengan gangguan kepribadian skizotipal menunjukkan keanehan berpikir
yang nyata, gagasan asing, serta ide referensi berulang.
3. Gangguan Kepribadian Paranoid
Penderita gangguan kepribadian paranoid memiliki ciri kecurigaan yang ekstrem.
Pasien dengan gangguan kepribadian ambang umumnya memiliki rasa kosong
yang kronis serta episode psikotik yang berlangsung singkat, mereka bertindak
impulsif dan menuntut hubungan yang luar biasa, mereka dapat melakukan mutilasi
diri mereka sendiri dan membuat percoban bunuh diri manipulative (Sadock, 2010).
2.8. Penatalaksanaan7
a. Psikoterapi
2. Group Therapy
9
Tujuan group terapi sama dengan psikoterapi individual dan mencakup
stabilisasi pasien, penanganan impulsif dan gejala lainnya, pemeriksaan dan
penanganan reaksi transferensi dan counter transference. Terapi ini
memberikan kesempatan khusus untuk penyediaan dukungan sosial tambahan,
pembelajaran interpersonal, dan difusi intensitas masalah melalui interaksi
dengan anggota kelompok dan terapis lainnya.
3. Couples therapy
4. Family therapy
c. Farmakoterapi
10
1. SSRI antidepressants
3. MAOI antidepressants
4. Anxiolytic agents
5. Neuroleptics
11
2.9. Prognosis
Gangguan ini cukup stabil, pasien sedikit berubah dari waktu ke waktu. Studi
longitudinal menunjukkan tidak adanya peningkatan ke arah skizofrenia, tetapi
pasien memiliki insiden yang tinggi untuk episode gangguan depresif berat.
Diagnosis ini biasanya ditegakkan sebelum usia 40 tahun, ketika pasien mencoba
membuat pilihan pekerjaan, perkawinan, dan pilihan lain serta tidak mampu
menghadapi tahap normal siklus kehidupan.
BAB III
KESIMPULAN
Gangguan kepribadian adalah salah satu gangguan mental yang paling kompleks
dan serius yang dewasa ini semakin banyak orang yang mengidapnya. Salah satu
diantaranya adalah gangguan kepribadian ambang (Borderline Personality Disorder).
Gangguan kepribadian ambang berdiri pada batas antara neurosis dan psikosis serta
ditandai dengan afek, mood, perilaku, hubungan objek, dan citra-diri yang sangat tidak
stabil. Gangguan kepribadian ambang adalah gangguan kepribadian yang paling umum
pada praktek klinis dimana ditemukan sekitar 2% dari populasi umum, ditemukan lebih
banyak pada wanita dibandingkan laki-laki. Penyebab gangguan kepribadian ambang
diantaranya faktor Neurobiological, faktor Sosial, serta teori Diathesis-stres linehan.
12
Faktor Resiko seseorang mengalami gangguan kepribadian ambang yaitu adanya
predisposisi herediter, terdapat stres pada masa kanak-kanak, serta ciri kepribadian yang
mencakup impulsif dan agresi.
DAFTAR PUSTAKA
13
5. Evi Kristiyarini, 2009. Kecenderungan gangguan kepribadian pada remaja dan
dewasa awaldi Desa Sedeng Pacitan.
6. Wibhowo, Christin. 2016. Faktor Penyebab Kepribadian Ambang. Fakultas
Psikologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
7. John M. O., Glen O.G., Marcia K.G., John G., Paul S., David S., Michael S.,
Katharine A.P. 2010. Practice Guideline For The Treatment of Patients With
Borderline Personality Disorder. American Psychiatric Association
8. Wibhowo, Christin. 2016. FAKTOR PENYEBAB KEPRIBADIAN AMBANG. Fakultas
Psikologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
14