Anda di halaman 1dari 19

“Pencegahan Penyakit Cacingan yang

Berhubungan dengan Kekurangan Gizi”

Dosen Pembimbing :
Wiwi Sartika, DCN. M. Biomed
Pengertian
.
.
Infeksi cacing atau biasa disebut dengan penyakit cacingan termasuk dalam
infeksi yang di sebabkan oleh parasit. Parasit adalah makhluk kecil yang
menyerang tubuh inangnya dengan cara menempelkan diri (baik di luar atau
di dalam tubuh) dan mengambil nutrisi dari tubuh inangnya.

Cacingan dapat menular melalui larva/telur yang tertelan & masuk ke dalam
tubuh. Cacing merupakan hewan tidak bertulang yang berbentuk lonjong &
panjang yang berawaldari telur/larva hingga berubah menjadi bentuk cacing
dewasa. Cacing dapat menginfeksibagian tubuh manapun yang ditinggalinya
seperti pada kulit, otot, paru-paru, ataupun usus/saluran pencernaan.

Penyakit ini bisa menurunkan tingkat kesehatan anak. Di antaranya,


menyebabkan anemia, IQ menurun, lemas tak bergairah, ngantuk, malas
beraktivitas serta berat badan rendah.
Jenis - Jenis Cacing
.
. CACING GELANG (Ascaris lumbricoides)

Warna : Merah muda atau putih


Besarnya : 20 - 30 cm
Hidup di : Usus kecil

Cara Penularannya :
• Telur cacing masuk melalui mulut
• Menetas di usus kecil menjadi larva
• Larva dibawa oleh aliran darah ke paru-paru melalui
hati
• Bila larva ini sampai ke tenggorokan dan tertelan,
mereka masuk ke dalam usus kecil dan menjadi dewasa
di sana.
• Cacing gelang dapat mengisap 0,14 gr karbohidrat
setiap hari.
.
CACING CAMBUK (Tricuris Trichiura)

Warna : Merah muda atau abu-abu


Besarnya : 3 - 5 cm
Hidup di : Usus besar

Cara Penularannya :
o Telur cacing tertelan bersama dengan air atau
makanan
o Menetas di usus kecil dan tinggal di usus besar
o Telur cacing keluar melalui kotoran dan jika telur
ini tertelan, terulanglah siklus ini.
. CACING TAMBANG (Ancylostomiasis)

Warna : Merah
Besarnya : 8 - 13 mm
Hidup di : Usus kecil

Cara Penularannya :
 Larva menembus kulit kaki
 Melalui saluran darah larva dibawa ke paru-paru yang
menyebabkan batuk
 Larva yang ditelan menjadi dewasa pada usus kecil
dimana mereka menancapkan dirinya untuk mengisap
darah.
 Cacing tambang merupakan infeksi cacing yang paling
merugikan kesehatan anak-anak. Infeksi cacing
tambang dapat menyebabkan anemia (kurang darah).
Cacing tambang dapat mengisap darah 10 - 12 mililiter
setiap hari.
. CACING KREMI (Enterobius Vermicularis)

Warna : Putih
Besarnya : 1 cm
Hidup di : Usus besar

Cara Penularannya :
 Cacing betina bertelur pada malam hari di anus
 Anus menjadi gatal, garukan pada anus
membawa telur cacing ini menyebar. Melalui
kontak dengan tempat tidur, bantal, sprei,
pakaian, telur cacing kremi dibawa ke tempat
lain.
 Jika telur-telur ini termakan, terunglah siklus ini.
.
Penjelasan nya…
.
.

 Infeksi dimulai saat telur tertelan, biasanya secara langsung melalui tangan yang
terkontaminasi atau secara tidak langsung melalui makanan, tempat tidur, pakaian
atau barang lain yang terkontaminasi.
 Telur lalu melakukan perjalanan ke usus halus, di mana mereka akan menetas dan
bertumbuh dewasa.
 Beberapa minggu setelah tertelan, cacing betina dewasa akan bergerak menuruni
saluran pencernaan dan keluar dari tubuh melalui anus untuk bertelur. Hal ini
biasanya terjadi pada malam hari, saat orang yang terinfeksi sedang tidur (itulah
sebabnya mengapa memeriksa anus pada malam hari merupakan cara terbaik untuk
mengidentifikasi apakah ada infeksi cacing atau tidak).
 Cacing betina dewasa akan mati setelah berhasil menyelesaikan misi reproduksinya.
 Telur lalu dikeluarkan di dalam tinja atau disebarkan oleh tangan yang
terkontaminasi.
. CACING PITA (Taenia saginata dan Taenia solium)

a. Cacing pita sapi (Taenia saginata)


Taenia saginata adalah raksasa di antara semua cacing parasit. Panjang taenia saginata bisa mencapai 8
meter, hampir sepanjang saluran pencernaan manusia dewasa. Cacing pita ini berwarna putih pucat, tanpa
mulut, tanpa anus dan tanpa saluran pencernaan. Badannya tidak berongga dan terdiri dari segmen-segmen
berukuran 1x1,5 cm. Taenia saginata bisa hidup sampai 25 tahun di dalam usus inangnya.

Siklus hidup Taenia saginata :


Cacing pita sapi memiliki siklus yang rumit dan berakhir pada manusia sebagai inang tetapnya. Cacing pita
dewasa melepaskan telur-telurnya bersama segmen badannya. Segmen ini bila mengering di udara luar
akan melepaskan telur-telur cacing yang dapat termakan oleh sapi saat merumput. Enzim pencernaan sapi
membuat telur menetas dan melepaskan zigot yang kemudian menembus lapisan mukosa saluran
pencernaan untuk memasuki sirkulasi darah. Dari pembuluh darah, zigot akan menetap di otot membentuk
kista, seperti pada cacing cambuk. Bila daging sapi berisi kista tersebut dimakan manusia dalam keadaaan
mentah atau setengah matang, enzim-enzim pencernaan akan memecah kista dan melepaskan larva cacing.
Selanjutnya, larva cacing yang menempel di usus kecil akan berkembang hingga mencapai 5 meter dalam
waktu tiga bulan.
Selain masalah gizi, kehadiran cacing pita umumnya menyebabkan gejala perut ringan sampai sedang
(mual, sakit, dll).
.

b. Cacing pita babi (Taenia solium)


Taenia solium adalah kerabat dekat Taenia saginata yang memiliki siklus hidup hampir sama, namun
inang perantaranya adalah babi. Manusia terinfeksi dengan memakan daging babi berisi kista Taenia
solium. Cacing ini sedikit lebih kecil dari Taenia saginata (3-4 m panjangnya), tetapi lebih berbahaya.
Berbeda dengan Taenia saginata yang hanya membentuk kista di daging sapi, Taenia solium juga
mengembangkan kista di tubuh manusia yang menelan telurnya. Kista tersebut dapat terbentuk di
mata, otak atau otot sehingga menyebabkan masalah serius. Selanjutnya, jika tubuh membunuh parasit
itu, garam kalsium yang terbentuk di tempat mereka akan membentuk batu kecil di jaringan lunak yang
juga mengganggu kesehatan.
Cara Pengendalian Cacingan
.
.
1. Usaha pencegahan (prevention)

 Berikan penyuluhan kepada masyarakat tentang kebersihan perorangan : cuci tangan sebelum
makan atau sebelum menyiapkan makanan, jaga kebersihan kuku, kuku sebaiknya dipotong
pendek, jangan mengaruk-garuk daerah sekitar anus, dan tinggalkan kebiasaan mengigit-gigit
kuku.
 Menghilangkan sumber infeksi dengan cara memberi pengobatan terhadap penderita secara
tuntas.
 Mandi setiap pagi dengan air mengalir “shower” atau mandi dengan berendam dalam bak mandi.
 Gantilah pakaian dalam, baju tidur dan sprei setiap hari, sebaiknya dilakukan setelah mandi.
 Bersihkan rumah dan sedot dengan penyedot vakum setiap hari selama beberapa hari setelah
pengobatan kasus.
 Kurangi jumlah penghuni rumah yang ada penderita cacing kremi untuk menghindari penularan.
 Anjurkan masyarakat menggunakan jamban keluarga yang sesuai standar dan selalu merawat
kebersihan jamban tersebut.
 Penggunakan alas kaki agar anak cacing tidak masuk lewat kulit kaki.
.
2. Usaha Penanganan Penderita, Kontak dan Lingkungan Sekitar (suppression)

• Laporan kepada instansi kesehatan setempat : Tidak diperlukan laporan formal untuk tindak lanjut kasus
tersebut.
• Isolasi : Tidak perlu.
• Desinfeksi serentak : Ganti seprei dan pakaian dalam pasien yang terinfeksi setiap hari, dilakukan beberapa hari
setelah pengobatan, dilakukan dengan hati-hati agar telur cacing tidak beterbangan di udara, gunakan baju tidur
yang tertutup.
• Karantina : Tidak perlu.
• Imunisasi kontak : Tidak perlu.
• Investigasi kontak dan sumber infeksi : periksa semua anggota keluarga yang terinfeksi di rumah, atau semua
penghuni asrama yang terinfeksi dengan dengan pemeriksaan sediaan yang dibuat dari usap dubur (anal swab)
yang diambil dengan cara melekatkan “Scotch adhesive tape” pada dubur. Dilakukan pemeriksaan mikroskopis
untuk melihat adanya telur cacing. Pengambilan usap dubur sebaiknya dilakukan pada pagi hari sebelum mandi
dan buang air besar.
• Saat salah satu anggota keluarga terkena cacingan, maka semua orang di rumah harus dirawat. Seprei, handuk
dan pakaian yang dipakai pada dua hari sebelumnya harus dicuci dengan air hangat dan detergen.
• Pengobatan spesifik : Pyrantel pamoate (Antiminth®, Combantrin®, mebendazole (Vermox®) atau albendazole
(Zantel®). Pengobatan diulang setelah 2 minggu.
.

3. Usaha Penanggulangan Wabah (eradication)

Jika ditemukan banyak kasus di sekolah atau institusi lain maka upaya pemberantasan paling baik
adalah dengan cara memberikan pengobatan yang sistematik kepada mereka yang terinfeksi dan
kepada anggota keluarga yang kontak dengan mereka yang terinfeksi.
Membasmi populasi cacing didalam tubuh dengan melakukan tes pemeriksaan keberadaan cacing
pada tubuh terlebih dahulu serta melakukan terapi dengan piperazin yang dapat melumpuhkan
cacing secara temporer pada penderita cacingan oleh cacing kremi (Enterobius vermicularis) dan
cacing gelang (Ascaris lumbricoides) untuk anak dengan dosis 15 ml dan dewasa 30 ml dalam
bentuk sirup ataupun tablet. Cacing kremi harus diberi obat 3 kali sehari selama 7 hari dengan
perincian 5 ml pagi, 5 ml siang, dan 5 ml malam. Pada cacing tambang diberi pyrantel pamoat 11
mg per kilogram berat badan anak sehari. Serta pemberian mebendazole dan albendazole yang
menghalangi nutrisi cacing, pemberian tetramisol pada Ascaris lumbricoides, oxantel pamoat pada
Trichuris trichiura, dan privinium pamoat pada cacing kremi.
Gejala – Gejala Cacingan
.
.
Cacing kremi : Gejalanya adalah rasa gatal di sekitar daerah anus atau vulva (kemaluan
wanita). Gejala ini akan memburuk di malam hari ketika cacing kremi biasanya akan keluar
dari permukaan tubuh untuk menaruh telurnya di sekitar anus/vulva. Cacing juga biasanya
dapat terlihat di feses.

Cacing gelang : Biasanya tidak menimbulkan gejala, meskipun untuk jenis Toxocaracanis
dapat menyebabkan masalah penglihatan apabila terdapat di mata karena menimbulkan
radang & luka pada retina mata. Cacing gelang ini juga dapat berpindah ke bagian paru-paru
menyebabkan timbulnya batuk & asma, serta menimbulkan bengkak di organ tubuh lain.

Cacing Tambang : Dapat menimbulkan rasa sakit di daerah perut. Cacing pita dapat
menutupi daerah otot, kulit, jantung, mata & otak.
Dampak Penyakit Cacingan
.
.

Dampak psikologis yang terjadi pada anak bila menderita penyakit cacing kremi, si anak akan
merasakan gatal di anusnya pada malam hari sehingga si anak akan menagis dan terganggu
waktu tidurnya. Pada anak yang menderita penyakit karena cacing tambang, cacing tambang
ini merupakan infeksi cacing yang paling merugikan kesehatan anak-anak. Infeksi cacing
tambang dapat menyebabkan anemia (kurang darah), sehingga si anak akan lemas untuk
beraktivitas jadi terganggu aktivitas sehari-harinya. Konsetrasi dan daya ingat anak yang
menurun sehingga anak sulit mencerna pelajaran di sekolah.
Infeksi usus akibat cacingan, juga berakibat menurunnya status gizi penderita yang
menyebabkan daya tahan tubuh menurun, sehingga memudahkan terjadinya infeksi penyakit
lain, termasuk HIV/AIDS, Tuberkulosis dan Malaria.
Cara Penularan
.
.

Cacing masuk ke dalam tubuh manusia lewat makanan atau minuman yang tercemar
telur-telur cacing. Umumnya, cacing perut memilih tinggal di usus halus yang banyak
berisi makanan. Meski ada juga yang tinggal di usus besar. Penularan penyakit cacing
dapat lewat berbagai cara, telur cacing bisa masuk dan tinggal dalam tubuh manusia. Ia
bisa masuk lewat makanan atau minuman yang dimasak menggunakan air yang
tercemar. Jika air yang telah tercemar itu dipakai untuk menyirami tanaman, telur-telur
itu naik ke darat. Begitu air mengering, mereka menempel pada butiran debu. Telur
yang menumpang pada debu itu bisa menempel pada makanan dan minuman yang
dijajakan di pinggir jalan atau terbang ke tempat-tempat yang sering dipegang manusia.
Mereka juga bisa berpindah dari satu tangan ke tangan lain. Setelah masuk ke dalam
usus manusia, cacing akan berkembang biak, membentuk koloni dan menyerap habis
sari-sari makanan. Cacing mencuri zat gizi, termasuk protein untuk membangun otak.
Pencegahan Cacingan
.
.
 Cucilah tangan sebelum makan.
 Pakailah alas kaki jika menginjak tanah.
 Gunting dan bersihkan kuku secara teratur.
 Jangan buang air besar sembarangan dan cuci tangan saat membasuh.
 Bertanam atau berkebunlah dengan baik.
 Peduli lah dengan lingkungan, maka akan dapat memanfaatkan hasil yang baik.
 Cucilah sayur dengan baik sebelum diolah. Cucilah sayur di bawah air yang mengalir.
 Hati-hatilah makan makanan mentah atau setengah matang, terutama di daerah yang
sanitasinya buruk.
 Buanglah kotoran hewan hewan peliharaan seperti kucing atau anjing pada tempat
pembuangan khusus.
 Pencegahan dengan meminum obat anti cacing setiap 6 bulan, terutama bagi yang berisiko
tinggi terkena infestasi cacing.
Pencegahan Infeksi Cacingan
.
. 1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer dapat dilakukan dengan mengadakan penyuluhan kesehatan oleh
petugas kesehatan tentang cacingan dan sanitasi lingkungan atau menggalakkan program
UKS, meningkatkan perilaku higiene perorangan dan pembuatan MCK (Mandi, Cuci, Kakus)
yang sehat dan teratur.

2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan memeriksakan diri ke Puskesmas atau
Rumah Sakit dan memakan obat cacing tiap 6 bulan sekali

3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier dapat dilakukan dengan melakukan tindakan medis berupa operasi.
⋆TERIMA. KASIH ⋆

Anda mungkin juga menyukai