Anda di halaman 1dari 106

UNIVERSITAS INDONESIA

PENGENDALIAN TEKANAN DARAH PADA AGGREGATE DEWASA


DENGAN PEMANTAUAN DIET DAN PENGELOLAAN STRES
PENDERITA HIPERTENSI (DIKSI) DI KELURAHAN SRENGSENG
SAWAH

KARYA ILMIAH AKHIR

Fatimah

NPM 1306345806

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

MAGISTER ILMU KEPERAWATAN PEMINATAN


KOMUNITAS

UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK

JUNI 2016

Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016


UNIVERSITAS INDONESIA

PENGENDALIAN TEKANAN DARAH PADA AGGREGATE DEWASA


DENGAN PEMANTAUAN DIET DAN PENGELOLAAN STRES
PENDERITA HIPERTENSI (DIKSI) DI KELURAHAN SRENGSENG
SAWAH

KARYA ILMIAH AKHIR


Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners
Spesialis Keperawatan Komunitas

FATIMAH

1306345806

Pembimbing I : Agus Setiawan, S.Kp., MN., DN

Pembimbing II : Dr. Astuti Yuni Nursasi, S,Kp., MN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

SPESIALIS ILMU KEPERAWATAN PEMINATAN KOMUNITAS

UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK

JUNI 2016
ii

Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016


Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas segala nikmat iman
dan kesehatan, serta keberkahan ilmu yang diberikan-Nya. saya dapat menyelesaikan
Karya Ilmiah Akhir Spesialis (KIAS) yang berjudul “Pengendalian Tekanan Darah
Pada Aggregate Dewasa Dengan Pemantauan Diet dan Pengelolaan Stres Penderita
Hipertensi (Diksi) Di Kelurahan Srengseng Sawah”. KIAS ini diajukan sebagai syarat
kelulusan untuk memperoleh Ners Spesialis Keperawatan.

Saya mengucapkan terimakasih yang tidak terhingga kepada semua pihak yang telah
membantu menyelesaikan KIAS ini:

a. Dra. Junaiti Sahar, S.Kp., M.App.Sc., Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia, sekaligus Pembimbing Akademik.
b. Dr. Novy Helena CD,S.Kp., MN selaku Ketua Program Studi Magister dan
Spesialis.
c. Agus Setiawan, S.Kp., MN., DN., selaku Pembimbing Utama
d. Dr. Astuti Yuni Nursasi, S.Kp., MN., selaku Pembimbing
e. Seluruh dosen dan staf Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia yang
telah memberikan motivasi dan fasilitas pendukung bagi saya untuk
menyelesaikan KIAS
f. Keluarga tercinta: orangtua, suami, dan ananda tercinta yang telah memberikan
dukugan moril maupun material, dan menjadi sumber motivasi terbesar dalam
menyelesaikan KIAS.
g. Seluruh teman-teman Program Pasca Sarjana yang selalu memberikan
motivasi saya untuk dapat menyelesaikan KIAS.

KIAS yang telah disusun diharapkan dapat menjadi sumber informasi yang
bermanfaat. Saya terbuka menerima saran dan kritik yang sifatnya membangun, untuk
kemajuan dan perbaikan KIAS ini. Semoga penelitian dapat bermanfaat bagi semua
pihak.

Depok, Juni 2016.


Hormat saya,
(Fatimah)

Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016


Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………….. ii


HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………… iii
PERNYATAAN ORISINALITAS ……………………………….. iv
KATA PENGANTAR……………………………………………….. v
ABSTRAK ……………………………………………………….. vi
DAFTAR ISI ………………………………………………………. vii
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………. x
DAFTAR BAGAN ………………………………………………. xi
DAFTAR GRAFIK…………………………………………………. xii
DAFTAR TABEL ………………………………………………. xiii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Dan Rumusan Masalah……………………… 1
1.2.Tujuan ……………………………………… 7
1.3.Manfaat ..…………………………………….. 7
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Orang Dewasa Sebagai Populasi Risiko (Population at Risk)
2.1.1. Definisi Dan Batasan Orang Dewasa………….. 9
2.1.2. Karakteristik Aggregate Dewasa Sebagai Populasi Risiko10
2.2 Aggregate Dewasa Dengan Hipertensi………….…… 11
2.3 Model Community as Partner………………………… 13
2.3.1. Inti komunitas (Core)…..……………………... 16
2.3.2. Subsistem………………………………….…. 17
2.3.3. Persepsi………………….……………….. 19
2.4 Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas 20
2.4.1. Kemitraan …………………………………... 21
2.4.2. Pemberdayaan ………………………………….. 22
2.4.3. Pendidikan Kesehatan……………………………….. 22
2.4.4. Proses Kelompok …………………………………… 22
2.5 Peran Perawat Komunitas………………………………. 23
2.6 Model Family Center Nursing………………………… 23
2.6.1 Fungsi Keluarga Dalam Pencegahan Hipertensi....... 24
2.6.2 Pengkajian Keluarga………………………. 24

Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016


2.6.3 Intervensi Keperawatan……………………… 25
2.7 Model Yang mendasari Program Diksi………….. 25
2.7.1 Model Manajemen Pelayanan Keperawatan……… 25
2.7.2 Model Precede Proceed ………………………….. 27
2.7.3 Posbindu PTM …………………………………… 31
2.7.4 Diet Seimbang Hipertensi ……………………….. 32
2.7.5 Pengelolaan Stres ………………………………… 33
BAB 3 PROFIL WILAYAH DAN KERANGKA KERJA
3.1 Kerangka Kerja … ……………………………………… 35
3.2 Profil Wilayah Kelurahan ………………………………… 38
3.3 Model/Bentuk Intervensi dan Inovasi Diksi ……………… 38
3.3.1 Pengukuran Tekanan Darah ………………………… 39
3.3.2 Diet Seimbang Hipertensi ………………………….. 39
3.3.3 Latihan Relaksasi Sederhana ………………………. 40
3.3.4 Latihan Relaksasi Otot Progresif…………………… 40
BAB 4 PELAYANAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
4.1. Manajemen Pelayanan Keperawatan Komunitas …………… 41
4.1.1. Analisis Situasi……………………..……………. 41
4.1.2. Fishbone Analisis dan Prioritas…………………. 47
4.1.3 Rencana Manajemen Pelayanan …….……………. 50
4.1.4. Implementasi Manajemen………………………. 51
4.1.5 Evaluasi dan Rencana Tindak Lanjut …………… 52
4.2. Asuhan Keperawatan Komunitas dan keluarga ………… 54
4.2.1. Asuhan Keperawatan Komunitas ……………………. 54
4.2.2. Asuhan Keperawatan Keluarga ……………………... 64
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1. Analisis Pencapaian Dan Kesenjangan …………………… 71
5.1.1 Pengelolaan Manajemen Pelayanan……………… 71
5.1.2 Asuhan Keperawatan Komunitas ………………… 73
5.1.3 Asuhan Keperawatan Keluarga …………………... 76
5.2. Keterbatasan …………..…………………………………… 77
5.3. Implikasi ………………………………………………. 78
BAB 6 SIMPULAN DAN SARAN
6.1. Simpulan …………………………………………….. 80

Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016


6.2. Saran …………………………………………………. 80
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………. 82
LAMPIRAN

xii

Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Model Community as Partner 15


Gambar 2.2 Model Precede Proceed 28

Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016


DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1. Bagan Strategi Komprehensif Kesehatan Masyarakat 30


Bagan 3.1 Kerangka kerja Penyelesaian Masalah 36
Bagan 4.1 Fish Bone Analisis 47
Bagan 4.2. Web of Causation community 52
Bagan 4.3. Web of Causation Family 61

Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016


DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1. Perubahan Jumlah Aggregate Dewasa Terhadap Tingkat Pengetahuan


59
Grafik 4.2. Perubahan Jumlah Aggregate Dewasa Terhadap Sikap
60
Grafik 4.3. Perubahan Jumlah Aggregate Dewasa Terhadap Keterampilan
60
Grafik 4.4. Perubahan Jumlah Aggregate Dewasa Terhadap Dukungan keluarga
61
Grafik 4.5. Perubahan Jumlah Aggregate Dewasa Terhadap Penurunan TD
61
Grafik 4.6. Prosentase Pencapaian Diksi Selama 8 Minggu
63

Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016


Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi derajat keparahan hipertensi 11


Tabel 4.1. Prioritas Masalah Manajemen Pelayanan Keperawatan 49
Tabel 4.2 Prioritas Masalah Asuhan Keperawatan Komunitas 56
Tabel 4.3 Tingkat Kemandirian Keluarga 69
Tabel 4.4 Indikator Tingkat Kemandirian Keluarga 70
Tabel 4.5 Perubahan Tekanan Darah Keluarga Binaan 70

Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016


ABSTRAK

Nama : Fatimah
NPM : 1306345806
Judul KIA : Pengendalian Tekanan Darah Pada Aggregate Dewasa Dengan

Pemantauan Diet dan Pengelolaan Stres Penderita Hipertensi (Diksi) Di

Kelurahan Srengseng Sawah

Program Studi :Ners Spesialis Keperawatan Komunitas Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia

Hipertensi umumnya terjadi karena diet makanan yang tidak seimbang dan merupakan faktor yang paling
mudah dimodifikasi. Hipertensi yang tidak diatasi akan berdampak pada kecacatan dan produktifitas aggregate
dewasa. Hipertensi yang ditemukan pada aggregate dewasa perlu penanganan yang serius. Praktik Spesialis
Keperawatan Komunitas menuntut perawat untuk dapat memberikan solusi mengatasi masalah dan mencegah
komplikasi hipertensi melalui “Program Diksi”. Program Diksi merupakan suatu bentuk intervensi keperawatan
komunitas pada aggregate dewasa di kelurahan Srengseng Sawah Jakarta Selatan dengan mencatat tekanan
darah, diet makanan dan relaksasi. Program Diksi ini telah memberikan hasil yang positif dengan bukti dapat
menurunkan jumlah penderita hipertensi derajat 2 menjadi hipertensi derajat 1 dan normal dengan jumlah
penderita awal 22 menjadi 11 orang di akhir, sehingga disimpulkan terjadi penurunan jumlah penderita
hipertensi. Penurunan tekanan darah terjadi setelah dilakukan program Diksi yang dilakukan selama 8 bulan
pada 63 orang dewasa dengan tekanan darah sistolik 10,29 mmHg dan tekanan diastolik 4,81 mmHg.Intervensi
“Diksi” diharapkan dapat diterapkan di masyarakat.

Kata Kunci: Hipertensi, Aggregate dewasa, Diet makanan, Relaksasi.

ABSTRACT

Name : Fatimah
Study Program : Community Health Nursing Specialist
Title : Blood Pressure Control In the Aggregate of Adults through Monitoring Diet and Stress
Management of Patients with Hypertension (Diksi) In Srengseng Sawah, South Jakarta

Hypertension generally occurs due to an unbalanced diet, which is the most easily modified factor.
Hypertension that is not well addressed will have an impact on disability and reduced productivity of adults
aggregate. Hypertension found in aggregate adults needs serious treatment. Community Specialist Nursing
Practice requires nurses to be able to provide a solution to overcome the problem and prevent the complications
of hypertension through the " Diksi Program ". Diksi program is a form of community nursing intervention on
adult aggregate in Srengseng sawah South Jakarta . The intervention includes recording blood pressure,
managing diet and perform relaxation. Diksi program has yielded positive results with the evidence of the
number of people with hypertension reduced from the degree of 2 to 1 and the normal degree of hypertension
with the number from 22 to 11 people at the end of program. The report concluded a decline in the number of
people with hypertension. The decrease in blood pressure occurs after Diksi program that was conducted for 8
months in 63 adults with systolic blood pressure of 10.29 mm Hg and a diastolic pressure of 4.81 mmHg.
"Diksi" intervention is expected to be implemented in the community.

Keywords: Hypertension, Aggregate adult, Diet food, Relaxation.


 

Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016


1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Dan Rumusan Masalah

Angka kematian akibat penyakit kardiovaskuler di dunia mencapai 17 juta per


tahun, dan hampir sepertiganya merupakan komplikasi dari hipertensi. Hipertensi
juga bertanggung jawab terhadap 45% kematian akibat penyakit jantung dan 51%
kematian akibat stroke (WHO, 2013). Hipertensi merupakan salah satu penyakit
yang paling sering terjadi di dunia dan menjadi faktor risiko kematian utama
(Rahman, 2015). Menurut hasil Riskesdas (2013), prevalensi penderita hipertensi
yang berusia 18 tahun ke atas di Indonesia sebesar 25,8%. Data dari Dinas
kesehatan DKI Jakarta tahun 2014 menunjukkan prevalensi hipertensi di Provinsi
DKI Jakarta sebesar 20% dan di Jakarta Selatan mencapai 54,2%. Berdasarkan
laporan tahunan Puskesmas Kec. Jagakarsa tahun 2014, penyakit hipertensi
merupakan penyakit nomor satu diantara sepuluh penyakit lainnya. Hal ini
menunjukan bahwa hipertensi di kecamatan Jagakarsa telah menjadi masalah
kesehatan utama. Mahasiswa residensi FIK UI telah melakukan pengkajian
keperawatan dan mengidentifikasi prevalensi hipertensi di kelurahan Srengseng
Sawah pada bulan November 2015 sebesar 19,3%.

Hipertensi adalah kondisi yang sering terjadi di pelayanan tingkat pertama dan
dapat berkembang menjadi infark miokard, stroke, gagal ginjal dan kematian
apabila tidak terdeteksi secara dini dan ditindaklanjuti secara tepat (James et al,
2013). Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang penting di dalam kesehatan
masyarakat karena menjadi kontributor paling penting dalam terjadinya penyakit
dan kematian di Amerika Serikat yang dapat dicegah (Fahey, Schoeder, Ebrahim,
2005; Townsend & Anderson, 2015). Joint national committee on prevention
detection, evaluation, and treatment of high pressure VII (2003) atau dikenal
dengan JNC-7 mendefinisikan hipertensi pada orang dewasa sebagai tekanan
darah sistolik 140 mmHg ke atas dan atau tekanan darah diastolik 90 mmHg ke
atas. Secara epidemiologi, hipertensi di masyarakat lebih banyak dikendalikan
oleh dua faktor besar yaitu peningkatan usia dan berkembangnya prevalensi

Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia


Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
2

obesitas (Weber et al, 2014). Townsend dan Anderson (2015) selanjutnya


mendefinisikan bahwa kondisi hipertensi dihasilkan dari berbagai faktor genetik
dan gaya hidup seperti keturunan, usia, obesitas, diet tinggi natrium, konsumsi
alkohol berlebihan, dan kurang aktifitas fisik.

Gaya hidup orang dewasa sering menjadi penyebab penyakit kronik seperti
penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, cedera dan diabetes mellitus
(Allender, Rector & Warner, 2014). Beberapa faktor risiko dari gaya hidup yang
diketahui berhubungan dengan penyakit kronik adalah penggunaan tembakau,
kadar kolesterol yang tinggi, obesitas dan kurangnya aktifitas. Menurut Stanhope
dan Lancaster (2014) populasi dewasa mempunyai risiko paling buruk dalam
kesehatan nutrisi. Faktor risiko kesehatan pada kelompok dewasa adalah gaya
hidup, stres dan riwayat keluarga (Potter, Perry, Stockert & Hall, 2013). Diet
adalah faktor risiko yang paling mudah dimodifikasi (Nies & Mc Ewen, 2015).

Hipertensi seringkali disebut silent killer dan berkembang dengan disertai


sejumlah gejala hingga mencapai tekanan darah yang mengkhawatirkan
(Townsend & Anderson, 2015). Tanda dan gejala hipertensi awal yang
menyerupai gejala penyakit lain diantaranya adalah sakit kepala, berat di tengkuk,
dada berdebar-debar, gelisah, penglihatan kabur, dan mudah lelah (Depkes, 2006).
Semua gejala tersebut tidaklah spesifik yang menandakan seseorang mengalami
tekanan darah tinggi. Kebanyakan penderita baru mengetahui menderita
hipertensi apabila tekanan darahnya sudah sangat tinggi atau setelah mengalami
serangan jantung.

Data diatas menunjukkan bahwa angka prevalensi hipertensi tinggi, namun angka
penderita hipertensi yang melakukan kontrol rendah. Tindakan kontrol yang
buruk pada penderita hipertensi dapat mengakibatkan komplikasi seperti stroke,
gagal jantung dan ginjal (Chiu & Wong, 2010). Townsend dan Anderson (2015)
menyatakan bahwa 51% pasien dengan penyakit kardiovaskuler mempunyai
riwayat hipertensi. Menurut Kemenkes (2013) perubahan gaya hidup dan kontrol
tekanan darah secara teratur sangat membantu menurunkan risiko ini. Joint
national committee on prevention detection, evaluation, and treatment of high
pressure VIII (2014) telah mengembangkan petunjuk manajemen hipertensi untuk

Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia


Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
3

orang dewasa yang berfokus pada manajemen farmakologi tanpa


mengesampingkan modifikasi gaya hidup sebagaimana laporan JNC-7 yang lalu.
Pencegahan dan pengendalian hipertensi harus melalui perubahan gaya hidup dan
faktor sosial yang mempengaruhinya (ASTHO, 2014).

Beberapa penelitian telah dilakukan dengan menggunakan berbagai metode untuk


menurunkan angka hipertensi dan meningkatkan kesadaran orang dewasa akan
tekanan darah tinggi di dunia. Seperti yang dilakukan oleh Thomas, et al (2014)
mengenai program pengendalian hipertensi berbasis masyarakat di Amerika
Check It, Change It (CICI) yang melibatkan multi profesi seperti dokter, perawat
di klinik, ahli farmasi dan program Heart360. Demikian pula dengan program
pemerintah Amerika untuk mengendalikan hipertensi melalui program Million
Heart yang dimulai pada tahun 2011 bertujuan mencegah terjadinya 1 juta
serangan jantung dan stroke di tahun 2017 (CDC, 2012). Di Indonesia, program
pengendalian penyakit tidak menular seperti hipertensi, diabetes mellitus, stroke
dan kanker telah digulirkan sejak tahun 2011 dengan nama posbindu PTM. Upaya
ini dilakukan melalui program berbasis masyarakat yang dibentuk atas kesadaran
dalam melakukan deteksi dini, monitoring dan tindak lanjut dini faktor risiko
PTM secara mandiri dan berkesinambungan dengan sasaran kelompok
masyarakat sehat, berisiko dan penyandang PTM berusia 15 tahun ke atas
(Kemenkes, 2014).

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2006) menyebutkan bahwa dalam


rangka menunjang pelaksanaan program pengendalian faktor risiko penyakit
hipertensi yang berbasis kornunitas, upaya-upaya kesehatan perlu dilaksanakan
melalui pola-pola struktur organisasi. Besar atau kecilnya satu kesatuan organisasi
sangat berpengaruh terhadap kegiatan rutin dan pembangunan dari pokok
program, sehingga suatu struktur organisasi akan selalu berubah.
Pengorganisasian dalam pelaksanaan pencegahan dan penanggulangan faktor
risiko penyakit hipertensi dimaksudkan agar program yang dilaksanakan dapat
lebih efektif, efisien dan berkualitas serta dapat memanfaatkan segala sumber
daya atau potensi yang ada diwilayah kerjanya. Gambaran pengorganisasian harus
dapat menyerap aspirasi yang berkembang di masyarakat dan disusun sesuai
dengan tingkatan dan keterkaitan secara langsung di dalam struktur.

Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia


Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
4

Hasil sensus penduduk Indonesia tahun 2010 menyebutkan jumlah total penduduk
Indonesia adalah 238 juta jiwa dengan jumlah penduduk usia dewasa (20-59
tahun) sebesar 130 juta jiwa atau 55% dari total penduduk Indonesia (BPS, 2012).
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa lebih dari separuh populasi
penduduk Indonesia adalah masyarakat usia dewasa. Kelompok usia dewasa
menempati proporsi teratas dari jumlah penduduk Indonesia yang terdata pada
tahun 2010 sebesar 238,5 juta jiwa ( Bappenas, 2013 ). Usia dewasa adalah
seseorang yang sudah berusia 18 tahun ke atas dan terdapat karakteristik maupun
perubahan fisiologis tertentu yang bisa memengaruhi penampilan dan status
kesehatannya. Perubahan ini terjadi akibat dari adanya penyakit, perubahan
lingkungan dan gaya hidup serta dapat dimodifikasi melalui perubahan perilaku
(Allender, Rector & Warner, 2014).

Keluarga sebagai sebuah unit dasar di dalam masyarakat mempunyai peranan


yang penting dalam mengubah perilaku tidak sehat yang menjadi faktor risiko
hipertensi. Pengaruh nilai, keyakinan dan kebiasaan di masyarakat dapat
menyusup ke setiap segi kehidupan keluarga seperti batasan penyakit, perilaku
sehat-sakit dan praktik keperawatan di keluarga. Asuhan keperawatan keluarga
merupakan proses kegiatan yang logis dan sistematik yang diberikan kepada
keluarga dan individu anggota keluarga dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan (Friedman, Bowden & Jones, 2010). Proses keperawatan keluarga
diberikan sesuai dengan fokus keperawatannya seperti individu di dalam keluarga,
keluarga sebagai kumpulan dari anggotanya, subsistem keluarga sebagai klien,
keluarga sebagai klien, dan keluarga sebagai komponen masyarakat. Dukungan
keluarga merupakan suatu hal yang amat penting dalam setiap aspek pelayanan
kesehatan anggota keluarga mulai dari tahap promosi hingga tahap rehabilitasi,
karena keterkaitan yang kuat antara keluarga dengan status kesehatan (Friedman,
Bowden & Jones, 2010).

Pada tingkat komunitas, perawat kesehatan komunitas bekerja dengan orang


dewasa dalam tiga level pencegahan baik primer, sekunder maupun tersier
(Allender, Rector & Warner, 2014). Peran utama perawat dalam pencegahan
penyakit kronik pada orang dewasa baik secara individu, keluarga, kelompok atau

Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia


Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
5

tingkat aggregate dengan mengajarkan klien tentang penyakit, peningkatan


kualitas hidup dan menghindari kebiasaan yang tidak sehat. Aktivitas perawat
pada pencegahan primer penyakit hipertensi berfokus pada edukasi untuk
meningkatkan gaya hidup sehat seperti pemeriksaan kesehatan rutin, kebiasaan
makan sehat, tidur yang adekuat, dan tidak merokok serta memudahkan orang
dewasa mengakses pelayanan kesehatan terdekat. Pada pencegahan sekunder,
aktivitas perawat berfokus pada screening untuk deteksi dini dan tindak lanjut
penyakit seperti pemeriksaan indeks massa tubuh (IMT), dan kadar kolesterol
darah. Pada level pencegahan tersier, peran perawat lebih berfokus pada
rehabilitasi dan pencegahan kerusakan lebih lanjut serta mempertahankan kualitas
hidup orang dewasa dengan penyakit hipertensi.

Pencegahan dan penanggulangan hipertensi seyogyanya harus dilaksanakan


secara komprehensif dan terpadu, karena berbagai wadah kerjasama lintas
sektoral perlu dikembangkan (Depkes, 2006). Pendekatan yang paling tepat
digunakan dalam program ini adalah model Precede Proceed karena model ini
mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pengendalian hipertensi,
memasukkan faktor tersebut ke dalam program intervensi dan untuk
mengevaluasi dampak dari program. Fase Precede mendefinisikan program target
dan variabel yang dievaluasi, sedangkan fase Proceed meliputi implementasinya
(Chabot, Moisan, Grogoire, & Milot, 2003). Menurut Hosseini et al (2014)
intervensi pendidikan kesehatan bagi penderita hipertensi di Iran yang
menggunakan model Precede Proceed terutama faktor predisposing, enabling, dan
reinforcing terbukti efektif dalam menurunkan tekanan darah dengan cara
meningkatkan level aktifitas fisik dan modifikasi diet .

Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta (2013) menyebutkan bahwa program


pencegahan dan penyakit tidak menular antara lain pelayanan deteksi dini
gangguan penyakit jantung dan pembuluh darah di 44 puskesmas kecamatan, 5
RSUD dan 1 RSKD serta pengembangan kelompok peduli penyakit tidak
menular dan Posbindu di masyarakat. Hal ini merupakan bentuk dukungan
pemerintah provinsi DKI Jakarta terhadap program pencegahan dan
penanggulangan penyakit tidak menular. Di lain pihak, berdasarkan hasil
wawancara dengan pihak puskesmas kecamatan Jagakarsa, program PTM hanya

Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia


Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
6

melakukan pelayanan dalam gedung dengan jumlah pengunjung mencapai 70


orang per hari. Dengan jumlah dokter dan perawat sebanyak 3 orang, maka
pelayanan di luar gedung masih mengandalkan laporan adanya penderita PTM
yang tidak mampu jalan sendiri ke puskesmas. Jumlah posbindu PTM yang ada di
kecamatan Jagakarsa baru ada 2 yaitu di kelurahan Cipedak dan Ciganjur, dengan
tenaga pelaksana/kader posbindu PTM berasal dari penderita PTM yang rajin
control ke puskesmas dan telah mendapatkan pelatihan dari puskesmas/suku dinas
kesehatan Jakarta Selatan.

Berdasarkan hasil pengkajian di kelurahan Srengseng Sawah didapatkan data


bahwa dari 63 warga yang menderita hipertensi sebesar 41,1% jarang melakukan
pemeriksaan kesehatannya, masih banyaknya warga dengan masalah hipertensi
tidak memiliki pantangan terhadap makanan seperti makan ikan asin (52,9%),
jarang makan sayur dan buah (41,2%), dan juga merokok (17,6%), masih
banyaknya warga dengan masalah hipertensi yang jarang berekreasi sebesar
82,4%, warga yang jarang berpikir positif sebesar 11,7%, warga yang mempunyai
kebiasaan yang tidak bercerita pada keluarga/teman saat mempunyai masalah
sebesar 58,8% dan juga merokok (17,6%). Jumlah keluarga dengan orang dewasa
juga masih ada yang belum mempunyai pengetahuan yang benar tentang
hipertensi dan perawatan terhadap penyakit hipertensi sebesar 42,9%.

Asuhan keperawatan komunitas dan keluarga dilakukan dengan cara melakukan


pengkajian, menyusun perencanaan tindakan, menetapkan prioritas masalah
keperawatan, melakukan implementasi dan juga mengevaluasi hasil kegiatan
(Ervin, 2002). Perawat yang melaksanakan pelayanan keperawatan kepada
masyarakat harus terus mengikuti perkembangan riset terbaru, program,
peraturan, kekuatan sosial dan ekonomi dan dampak potensial terhadap aggregate
dewasa, dan lebih penting lagi, perawat harus proaktif, merancang intervensi yang
memaksimalkan sumber daya dan memberikan manfaat terbesar bagi klien
(Allender & Spradley, 2010). Strategi intervensi yang digunakan dalam praktik
residensi keperawatan komunitas pada aggregate usia dewasa dengan hipertensi
adalah proses kelompok, kemitraan, pemberdayaan masyarakat dan pendidikan
kesehatan (Stanhope & Lancaster, 2016). Menurut WHO (2013) di dalam buku
implementasi paket intervensi PTM di tatanan pelayanan primer, bahwa untuk

Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia


Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
7

menurunkan risiko komplikasi kardiovaskuler akibat hipertensi diperlukan


perawat pada pelayanan kesehatan primer yang dapat membantu orang dewasa
untuk berhenti merokok, membuat pilihan makanan yang sehat, aktif secara fisik,
menurunkan indeks massa tubuh, menurunkan tekanan darah, dan menurunkan
kadar kolesterol darah. Perawat perlu bekerjasama dengan individu, keluarga dan
komunitas dalam rangka meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit dan
mempertahankan kesehatan serta mengatasi penyakit maupun kecacatan yang
diderita secara mandiri baik dengan dukungan atau tidak dari tenaga kesehatan
lain (WHO, 2013).

Pemantauan diet dan pengelolaan stres penderita hipertensi (Diksi) adalah


program inovasi keperawatan dalam mengendalikan hipertensi pada aggregate
dewasa dengan menggunakan berbagai konsep dan pendekatan keperawatan.
Program ini bertujuan agar aggregate dewasa dengan hipertensi mampu
mengelola diet dan stres secara optimal sehingga tekanan darah dapat diturunkan.
Program ini berangkat dari program posbindu PTM di wilayah Indonesia dengan
memberdayakan kader posbindu PTM. Diet yang penting dalam menurunkan
tekanan darah adalah meningkatkan makan buah dan sayur hingga 5 porsi sehari,
mengurangi konsumsi garam dan kadar lemak dalam berbagai makanan serta
mengkonsumsi makanan sesuai dengan kebutuhan kalori penderita hipertensi
(Weber et al, 2014; Kemenkes, 2015). Sedangkan pengelolaan stres difokuskan
pada pengenalan jenis stress dan kemampuan adaptasi yang dapat digunakan oleh
aggregate dewasa di rumah serta melatih teknik relaksasi otot progresif untuk
mengurangi kadar stress yang dirasakan aggregate dewasa.

1.2 Tujuan Umum dan Khusus

1.2.1 Tujuan umum

Meningkatkan kemampuan pengendalian tekanan darah pada aggregate dewasa


dengan hipertensi dalam mengelola diet dan stres di Kelurahan Srengseng Sawah
Jakarta Selatan.

1.2.2 Tujuan khusus


Teridentifikasi:

Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia


Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
8

1.2.2.1 Pengetahuan, sikap dan keterampilan aggregate dewasa dengan hipertensi dalam
mengelola diet dan stres untuk mengendalikan tekanan darah.
1.2.2.2 Kemandirian aggregate dewasa dengan hipertensi dalam mengelola diet dan stres
di Kelurahan Srengseng Sawah Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan.

1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Pelayanan kesehatan
1.3.1.1 Sebagai dasar dalam merumuskan kebijakan program terkait dengan penyakit
hipertensi pada aggregate dewasa.
1.3.1.2 Sebagai masukan untuk pengembangan program promosi kesehatan hipertensi
pada aggregate dewasa di masyarakat.

1.3.2 Bagi perkembangan ilmu keperawatan komunitas


1.3.2.1 Sebagai masukan untuk pengembangan intervensi keperawatan yang efektif untuk
pencegahan dan perawatan hipertensi pada aggregate dewasa.
1.3.2.2 Sebagai masukan untuk pengembangan inovasi perawatan kesehatan pada
aggregate dewasa dengan hipertensi.

Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia


Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan berbagai teori dan konsep yang berkaitan dengan aggregate
dewasa sebagai populasi at risk, konsep hipertensi, model Community as Partner,
model Proceed Precede, model Manajemen dan teori Family Center Nursing
dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas pada aggregate dewasa
dengan hipertensi.

2.1 Orang Dewasa Sebagai Populasi Berisiko (Population At Risk)

2.1.1 Definisi Dan Batasan Orang Dewasa

Istilah dewasa (adult) berasal dari bahasa latin adultus yang berarti telah tumbuh
menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna atau telah menjadi dewasa. Orang
dewasa adalah individu yang telah menyelesaikan pertumbuhan fisiknya dan telah
siap menerima kedudukan dalam masyarakat (Hurlock, 2011). Menurut Allender,
Rector dan Warner (2014) orang dewasa adalah orang yang telah berusia 18 tahun
atau lebih, terbagi ke dalam dua masa yaitu dewasa muda atau young adult (18 –
35 tahun) dan dewasa atau adult (35 – 65 tahun). Potter, Perry, Stockert dan Hall
(2013) membagi masa dewasa menjadi dewasa muda (young adults) dan dewasa
pertengahan (middle adults). Dewasa muda merupakan periode antara usia 20
hingga awal 40an dan dewasa pertengahan adalah usia pertengahan 40 hingga
awal 60an (Polan dan Taylor, 2007). Selain itu menurut Hurlock (2011) masa
dewasa dibagi dalam 3 periode, yaitu masa dewasa awal (18-40 tahun), dewasa
madya/pertengahan (40-60 tahun), dan dewasa akhir/usia lanjut (>60 tahun).
Depkes (2006) menyebutkan kelompok remaja adalah seseorang yang berusia 10-
19 tahun. Kesimpulan dari semua definisi diatas mengenai orang dewasa adalah
orang yang telah berusia 20-59 tahun.

Orang dewasa tumbuh sebagai pribadi yang memiliki kematangan konsep diri
bergerak menuju ke arah kemandirian. Kematangan psikologi orang dewasa
sebagai pribadi mampu mengarahkan diri sendiri dalam mendorong keinginan
untuk dipandang dan diperlakukan secara baik oleh orang lain sebagai pribadi
yang mengarahkan dirinya sendiri, bukan diarahkan, dipaksa dan dimanipulasi
oleh orang lain. Apabila orang dewasa menghadapi situasi yang tidak

Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia


 
Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
10 
 

menguntungkan untuk menjadi dirinya sendiri maka dia akan merasa dirinya
tertekan dan merasa tidak senang (Hurlock, 2011).

2.1.2 Karakteristik Orang Dewasa Sebagai Populasi Berisiko


Populasi berisiko (population at risk) merupakan kumpulan orang-orang yang
dengan masalah kesehatannya memiliki kemungkinan akan berkembang lebih
buruk karena adanya faktor-faktor risiko yang mempengaruhi (Allender, Rector &
Warner, 2014). Orang dewasa termasuk ke dalam populasi berisiko karena
memiliki kesamaan masalah kesehatan yang dapat berkembang akibat adanya
berbagai faktor risiko (Stanhope & Lancaster, 2016). Karakteristik populasi
berisiko meliputi risiko biologi dan terkait usia (biologi and age-related risk),
risiko lingkungan (environmental risk), dan risiko perilaku atau gaya hidup
(behavioral/lifestyle risk).

2.1.2.1 Risiko biologi dan risiko terkait usia (biologi and age-related risk)
Pertumbuhan fisik pada masa dewasa mengalami perubahan baik penampilan,
kekuatan maupun kesehatan. Kondisi ini mencapai puncaknya pada periode
permulaan dewasa dan akan menurun pada akhir dewasa awal sehingga lebih
mudah terserang penyakit. Dewasa awal adalah masa yang paling produktif dan
merupakan periode kehidupan dengan kesehatan paling baik sepanjang kehidupan
manusia.

2.1.2.2 Risiko lingkungan (environmental risk)


Usia dewasa merupakan usia yang paling produktif sepanjang usia manusia.
Stanhope dan Lancaster (2012) mengatakan faktor yang menjadi risiko
lingkungan adalah risiko sosial dan ekonomi. Potter, Perry, Stockert dan Hall
(2013) mengatakan umumnya lingkungan yang menjadi faktor risiko bagi orang
dewasa adalah lingkungan pekerjaannya yang mengandung bahaya dan agen
penyebab berbagai penyakit dan kanker.

2.1.2.3 Risiko perilaku atau gaya hidup ((behavioral/lifestyle risk)


Sebagian kecil dari orang dewasa muda mempunyai masalah kesehatan. Olahraga
teratur, mengkonsumsi makanan yang bergizi seimbang sangat diutamakan dalam
pemeliharaan kesehatan orang dewasa. Tetapi kebanyakan orang dewasa sering

Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia


 
Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
11 
 

mengabaikan pentingnya pemeliharaan kesehatan mereka dengan melakukan gaya


hidup yang salah. Mereka tidak percaya bahwa gaya hidup masa remaja awal
sangat menentukan kesehatan pada masa tua. Banyak orang muda
mengembangkan pola makan buruk seperti tidak makan pagi, mengandalkan
cemilan sebagai sumber makanan sepanjang hari, makan makanan cepat saji,
merokok bahkan gemar minum minuman keras, melalaikan latihan fisik (olah
raga) yang teratur, dan tidur larut malam. Pola kehidupan seperti ini erat sekali
kaitannya dengan penurunan kesehatan. Kebiasaan makan yang kurang sehat dan
aktivitas fisik yang kurang akan menyebabkan berbagai penyakit (Stanhope &
Lancaster, 2016).

2.2 Aggregate Dewasa Dengan Hipertensi

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang ≥ 140 mm Hg


(tekanan darah sistolik) dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mm Hg (Kemenkes,
2015; Joint national committee on prevention detection, evaluation, and treatment
of high pressure VII, 2003). Keadaan hipertensi didapatkan melalui dua kali
pengukuran dengan selang waktu 5 menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang
(Depkes RI, 2003).

Tabel 2.1
Klasifikasi derajat keparahan hipertensi menurut A Statement by The
American Society of Hypertension and The International Society of
Hypertension 2013
Klasifikasi Sistolik Diastolik
Optimal < 120 Dan < 80
Normal 120-129 Dan/atau 80 – 84
Normal tinggi 130-139 Dan/atau 84 – 89
Hipertensi derajat 140-159 Dan/atau 90 – 99
1
Hipertensi derajat 160-179 Dan/atau 100 – 109
2
Hipertensi derajat ≥ 180 Dan/atau ≥ 110
3
Hipertensi ≥ 140 Dan < 90

Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia


 
Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
12 
 

sistolok terisolasi
Sumber: Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia, 2015

Penyebab hipertensi dibagi berdasarkan 2 golongan yaitu hipertensi essensial atau


primer dan hipertensi sekunder, kurang lebih 90% penderita hipertensi tergolong
hipertensi essensial sedangkan 10% nya tergolong hipertensi sekunder. Hingga
saat ini penyebab dari hipertensi essensial masih belum dapat diketahui. Carretero
dan Oparil (2000) mengemukakan bahwa meskipun penyebab hipertensi essensial
tidak diketahui, tetapi beberapa faktor dapat meningkatkan tekanan darah seperti
obesitas, resisten insulin, intake alkohol tinggi, intake garam tinggi, penuaan dan
juga kemungkinan ada hubungannya yaitu sedentary lifestyle, stres, serta
rendahnya intake kalium.

Terdapat beberapa faktor risiko hipertensi yang tidak dapat diubah dan yang dapat
dimodifikasi (Depkes RI, 2006; Kemenkes, 2014). Pengendalian faktor risiko
hipertensi dapat mencegah peningkatan angka kejadian dan kematian penyakit,
dan menurunkan ancaman kesehatan, beban ekonomi maupun beban sosial
masyarakat. Faktor risiko yang tidak dapat diubah adalah jenis kelamin, usia dan
keturunan. Sedangkan faktor yang dapat diubah adalah obesitas, kebiasaan
merokok, konsumsi garam berlebihan, konsumsi sayur dan buah yang kurang,
kebiasaan olahraga dan aktivitas fisik, minum alcohol, stres dan dyslipidemia.

American Heart Association (2013) menyebutkan sekitar 69% orang dewasa yang
terkena serangan jantung pertama kali, dan 77% orang yang terkena stroke
pertama kali serta 74% orang yang menderita gagal jantung kongestif mempunyai
tekanan darah lebih dari 140/90 mm Hg. Faktor risiko yang terjadi pada orang
dewasa dengan penyakit kardiovaskuler terbagi dalam 2 kategori yaitu personal
dan herediter (Allender, Rector, & Warner, 2014). Kategori personal meliputi
jenis kelamin, umur, ras/etnik, kadar kolesterol, diabetes, obesitas, kurang
aktivitas fisik, tekanan darah tinggi dan merokok. Kebanyakan faktor risiko
tersebut seperti kolesterol, tekanan darah tinggi, merokok, obesitas dan kurang
aktivitas fisik dapat dimodifikasi. Hal ini berbeda dengan faktor keturunan yang
merupakan faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi.

Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia


 
Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
13 
 

Kasus hipertensi lebih banyak diderita oleh perempuan dibandingkan dengan laki-
laki (Kemenkes, 2013). Hal ini terjadi karena masih adanya perbedaan kesehatan
(health disparities) antara laki-laki dan perempuan, dimana laki-laki lebih
mendapat akses informasi, komunikasi, teknologi, pelayanan kesehatan dan
dukungan sosial dibandingkan perempuan (Allender, Rector, & Warner, 2014;
Bappenas, 2015). Salah satu tujuan pada Healthy People 2020 adalah
mengeliminasi perbedaan status kesehatan (health disparities). Yang dimaksud
dengan health disparities adalah perbedaan status kesehatan yang terjadi karena
perbedaan jenis kelamin, ras/etnik, pendidikan atau penghasilan, kecacatan, lokasi
geografis, atau orientasi seksual (USDHHS, 2010a dalam Allender, Rector, &
Warner, 2013).

2.3 Model Community As Partner


Proses keperawatan adalah metode yang efisien dalam mengorganisasikan proses
pikiran untuk membuat keputusan dan memecahkan masalah. Proses keperawatan
terdiri dari pengkajian, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Proses
keperawatan merupakan satu siklus yg tidak terputus antara tahapannya. Pada
bagian ini akan dibahas mengenai tahap pengkajian komunitas menggunakan
model Community As Partner yang dikembangkan oleh Anderson dan Mc Farlane
dari teori Betty Neuman (Anderson & Mc Farlane, 2011). Model ini lebih
berfokus pada perawatan kesehatan masyarakat adalah praktek, keilmuan, dan
metodenya melibatkan masyarakat untuk berpartisipasi penuh dalam
meningkatkan kesehatannya.

Model ini mempunyai tiga komponen utama yaitu core, subsistem dan persepsi.
Core yang terdiri dari riwayat terbentuknya aggregat, demografi, suku, nilai, dan
kepercayaan. Terdapat 8 subsistem komunitas yaitu lingkungan fisik, pelayanan
kesehatan dan sosial, ekonomi, transportasi dan keamanan, politik dan
pemerintahan, komunikasi, pendidikan, dan rekreasi. Sedangkan persepsi berasal
dari komunitas dan perawat mengenai komunitas. Adanya stresor (biologis,
psikologis, sosial, spiritual dan kultural) yang menembus garis pertahanan
komunitas merupakan langkah pertama yang dilakukan perawat.

Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia


 
Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
14 
 

Garis pertahanan fleksibel disebut juga buffer zone, garis ini sangat dinamis
terhadap stresor, stimulus dapat menembus garis pertahanan ini sampai
menyentuh garis pertahanan normal walaupun sementara atau jangka pendek.
Komunitas tidak merasakan adanya stimulus atau stresor atau komunitas berada
dalam keadaan sehat. Walaupun komunitas tidak merasakan ada masalah, adanya
warga baru atau pimpinan baru dari budaya berbeda berisiko mempengaruhi
komunitas. Kehidupan yang cenderung monoton di komunitas merupakan
ancaman kesehatan bagi penghuni kompleks batalyon untuk terkena penyakit
akibat perilaku hidup yang tidak sehat.

Garis pertahanan normal menunjukan komunitas tetap dalam keadaan sehat.


Karakteristik komunitas dengan garis pertahanan normal yang baik ditunjukkan
oleh rendahnya angka penderita penyakit tidak menular (PTM), perilaku hidup
sehat dijalankan, ekonomi menengah, umumnya para orang dewasa masih aktif
bekerja dan berkarya, orang dewasa dengan kemampuan koping yang adaptif dan
cenderung membuat pemecahan masalah jangka panjang, stresor bisa saja berada
digaris pertahanan normal ini. Stresor bisa saja mulai mengancam komunitas,
akan tetapi komunitas belum merasakannya, misal sebagian kecil masyarakat
terpapar dengan rokok, makan tidak teratur, sarana olahraga tidak digunakan,
kegiatan warga juga tidak ada, kegiatan agama dan kesehatan seperti posyandu
dan posbindu tidak jalan. Kondisi ini menunjukkan adanya ancaman terhadap
komunitas. Pengkajian terhadap koping dan strategi pemecahan masalah pada
orang dewasa sangat penting dalam memperkuat garis pertahanan normal ini.

Di dalam masyarakat, garis pertahanan resisten merupakan mekanisme internal


yang berlaku untuk melindungi masyarakat terhadap stresor. Bentuk garis
pertahanan resisten seperti program rekreasi untuk orang dewasa yang diterapkan
untuk mengurangi kebosanan pada orang dewasa, pemeriksaan gratis untuk
mendeteksi penyakit tidak menular. Garis pertahanan resisten ada sepanjang
seluruh masing-masing subsistem dan menghadirkan kekuatan masyarakat.

Stresor merupakan tekanan yang menghasilkan stimuli yang memiliki potensi


menyebabkan ketidakseimbangan di dalam sistem. Stresor dapat berasal dari luar
masyarakat (seperti polusi udara dari suatu industri lokal) atau dari dalam

Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia


 
Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
15 
 

masyarakat (seperti penutupan suatu klinik). Stresor menembus garis pertahanan


normal dan fleksibel sehingga menghasilkan gangguan di masyarakat.
Ketidakcukupan, ketidaklayanan, atau ketidaktersediaan pelayanan dapat menjadi
stresor atas kesehatan masyarakat.

Stresor dan garis pertahanan resisten (kekuatan) bersama-sama menjadi bagian


dari diagnosis keperawatan komunitas dengan menimbulkan derajat reaksi.
Derajat reaksi adalah jumlah ketakseimbangan atau gangguan yang diakibatkan
oleh stresor yang berhubungan dengan bentuk pertahanan masyarakat. Sebagai
contoh, jika ada suatu kasus campak (stresor) didalam suatu sekolah dasar dan
garis pertahanan resisten adalah kuat (99% siswa mendapatkankan imunisasi
terbaru), derajat reaksi (potensial terjangkit campak) akan terjadi minimal. Derajat
reaksi
digambarkan
dengan tingkat
kesakitan dan
kematian,
pengangguran,
atau tingkat
kriminalitas.

Gambar 2.1
dibawah ini
adalah model
Community as
Partner dan
tahap-tahap
proses
keperawatan.

Gambar 2.1

Model

Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia


 
Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
16 
 

Community as Partner

Sumber: Anderson & McFarlane, 2011


Kekuatan stressor berpotensi untuk tidak menyeimbangkan sistem. Kemampuan
menghadapi ancaman tergantung dari dukungan 8 elemen (subsistem) dan
kemampuan core (komunitas) menghadapinya. Stressor yang menyerang
komunitas dapat berupa stresor biologis, psikologis, sosial, spiritual dan kultural.
Pengkajian komunitas meliputi core, 8 subsistem dan sejauh mana stresor dapat
menembus ketiga garis pertahanan yang ada. Berikut dijelaskan pengkajian
komunitas dengan model Community As Partner pada aggregate dewasa dengan
hipertensi.

Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia


 
Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
17 
 

2.3. 1 Inti Komunitas (Core)


Pengkajian inti komunitas meliputi:

a. Sejarah terbentuknya komunitas. Data yang dikumpulkan meliputi riwayat


terbentuknya komunitas dari orang-orang tua, tetangga yang telah lama tinggal di
tempat tersebut, dan subdivisi terbaru yang ada di komunitas. Pertanyaan yang
dapat diajukan kepada anggota masyarakat seperti sudah berapa lama tinggal,
apakah ada perubahan terhadap daerah tersebut seperti keberadaan penduduk asli
dan pendatang, siapakah orang yang paling lama tinggal di daerah tersebut dan
yang mengetahui sejarah daerah tersebut. Selain melalui wawancara, data dapat
diperoleh dari perpustakaan dan sejarah masyarakat.

b. Demografi yang terdiri dari data demografi dan data statistik vital. Data
demografi terdiri dari jumlah dewasa berdasarkan jenis kelamin, jenis pendidikan,
agama, usia, dan jumlah dewasa yang mengalami masalah kesehatan hipertensi.
Data statistik vital meliputi jumlah kesakitan dewasa karena masalah hipertensi,
jumlah dewasa dengan masalah hipertensi, jumlah kematian dewasa karena
masalah hipertensi, tingkat pengetahuan dewasa tentang hipertensi, perilaku
dewasa terhadap hipertensi, dan tingkat pengetahuan keluarga tentang hipertensi
pada dewasa. Data diperoleh melalui sensus langsung pada orang dewasa dan
literatur review melalui data-data yang ada di kelurahan dan puskesmas, sensus
penduduk dan perumahan, badan perencanaan lokal (kelurahan, kecamatan,
kabupaten, provinsi), arsip, dinas kesehatan, serta melalui observasi.

c. Suku. Data yang dapat dikumpulkan seperti ras dan suku bangsa yang ada,
homogenitas populasi yang ada, indikator kelompok etnik tertentu (misalnya
restoran, festival), dan tanda-tanda kelompok dewasa dengan latar belakang
budaya atau etnis sama yang sering mengadakan pertemuan. Budaya di
masyarakat yang dianut berpengaruh terhadap hipertensi pada dewasa dan gaya
hidup masyarakat terutama yang berpengaruh pada dewasa dengan masalah
hipertensi. Data dapat diperoleh melalui sensus penduduk, arsip, dan observasi.

d. Nilai dan Keyakinan. Data yang dapat diperoleh seperti jumlah pemeluk
agama tertentu, fasilitas tempat ibadah, pemanfaatan tempat ibadah oleh orang
dewasa, homogenitas masyarakat, penggunaan pekarangan rumah dan lahan
kosong serta kebun (misal ditanami rumput atau bunga), tanda-tanda kesenian,

Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia


 
Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
18 
 

budaya warisan leluhur yang ada, dan peninggalan bersejarah yang ada. Data
dapat diperoleh melalui observasi langsung, wawancara, windshield survey.

2.3.2 Subsistem

a. Lingkungan fisik. Data lingkungan fisik dapat berupa keadaan masyarakat,


kualitas udara, tumbuh-tumbuhan, perumahan, pembatas wilayah, daerah
penghijauan, binatang peliharaan, anggota masyarakat, struktur yang dibuat
masyarakat, keindahan alam, air, iklim, peta wilayah, dan luas daerah. Apakah
orang dewasa tinggal di daerah yg padat, apakah banyak warung yang menjual
makanan siap saji dan warung makan, apakah tersedia sarana olaghraga bagi
dewasa, adakah tempat ibadah. Data dapat diperoleh melalui sensus, windshield
survey, arsip, dan dokumen di kelurahan

b. Pelayanan Kesehatan dan Sosial. Data dapat meliputi kejadian akut atau
kronis di masyarakat, pengobatan tradisional atau alternatif, klinik atau rumah
sakit, pelayanan kesehatan pribadi petugas kesehatan, pelayanan kesehatan
masyarakat, pusat kedaruratan, fasilitas pelayanan sosial, pelayanan kesehatan
mental, dan ketersediaan sumber intra dan ekstra komunitas yang dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat.

Selain itu juga meliputi data dewasa dengan stroke, diabetes melitus, hipertensi,
dewasa dengan gangguan mental sebagai sasaran program Posbindu PTM, adakah
fasilitas kesehatan yang khusus melayani aggregate dewasa, apakah puskesmas
mempunyai program PTM, praktik swasta kesehatan dewasa, agency homecare,
pelayanan emergensi, rumah perawatan, pelayanan sosial seperti rehabilitasi pasca
stroke, dan klinik kesehatan mental. Apakah ada di dalam komunitas atau di luar
komunitas, jam pelayanan dan keterjangkauan harga. Data dapat diperoleh dari
wawancara, windshield survey, badan perencanaan daerah, laporan tahunan
fasilitas kesehatan dan sosial, dan dinas kesehatan.

c. Ekonomi, meliputi keadaan komunitas (berkembang atau miskin), adanya


pusat industri, pertokoan, lapangan kerja, pusat perbelanjaan, badan pemeriksa
makanan, dan angka pengangguran. Apakah keluarga dewasa termasuk golongan
ekonomi menengah ke atas atau keluarga miskin, tinggal di kawasan industri,
pekerjaan orang dewasa, jumlah orang dewasa yang menganggur, jenis pekerjaan,

Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia


 
Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
19 
 

serta kebiasaan orang dewasa mengikuti perubahan gaya hidup. Data dapat
diperoleh dari catatan sensus, departemen perdagangan, departemen tenaga kerja,
dan kantor serikat buruh atau pekerja setempat.

d. Keamanan dan transportasi, meliputi bagaimana masyarakat melakukan


perjalanan, jenis kendaraan pribadi dan umum, jalur khusus pejalan kaki,
bersepeda dan pengendara motor, jalur penyandang cacat, jenis layanan
perlindungan yang tersedia (misalnya kebakaran, polisi, sanitasi), pemantauan
kualitas udara, jenis tindakan kriminalitas yang ada, dan perasaan aman warga
masyarakat. Bagaimana orang dewasa berpergian, jenis angkutan yang digunakan,
apakah ada tempat jalan kaki, apakah orang dewasa nyaman dengan transportasi
yang ada. Adakah pelayanan perlindungan bagi orang dewasa, kekerasan rumah
tangga yang ada, apakah orang dewasa merasa aman berada di komunitas
termasuk di rumah dan lingkungan kerjanya. Data keamanan ini dapat diperoleh
dari kantor perencanaan daerah, dinas pemadam kebakaran, kantor kepolisian, dan
badan pengawas udara lokal. Data transportasi dapat diperoleh dari sensus, dinas
jalan raya, dan dinas transportasi serta kepolisian daerah.

e. Politik dan Pemerintahan, meliputi kegiatan politik di masyarakat (seperti


poster, rapat atau pertemuan politik), partai apa yang berpengaruh di masyarakat,
pembentukan pemerintahan daerah (melalui pemilihan atau calon tunggal),
keterlibatan warga dalam pembuatan keputusan di pemerintah daerah setempat.
Bagaimana keterlibatan orang dewasa dalam politik lokal, adakah organisasi
orang dewasa di komunitas dan apakah orang tersebut berperan dalam mengambil
kebijakan kesehatan orang dewasa, serta apakah pemerintah lokal mendukung
kesehatan orang dewasa. Data dapat diperoleh dari sensus, windshield survey, dan
data pemerintah daerah setempat.

f. Komunikasi, meliputi adanya tempat khusus untuk berkumpulnya masyarakat,


jenis koran, ketersediaan TV atau radio, topik yang diminati warga masyarakat
melalui acara TV atau radio, pelayanan pos, dan alat komunikasi formal dan
informal yang ada di masyarakat. Adakah tempat orang dewasa berkumpul untuk
bertukar informasi, apakah orang dewasa memanfaatkan fasilitas koran, televisi
atau radio. Bagaimana bentuk komunikasi formal dan informal yang ada, dari
siapa orang dewasa memperoleh info mengenai hipertensi, serta apakah info yang

Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia


 
Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
20 
 

diterima benar. Juga perlu dikaji apakah tokoh masyarakat mendengarkan


pendapat orang dewasa. Data dapat diperoleh dari wawancara, survey, kantor
penerbitan dan siaran daerah, buku telepon dan sensus.

g. Pendidikan, meliputi ketersediaan sekolah, kondisi sekolah, perpustakaan,


badan yang mengurusi pendidikan di daerah tersebut terkait dengan fungsinya,
reputasi sekolah yang ada, isu utama tentang pendidikan di daerah tersebut, angka
putus sekolah, ketersediaan aktivitas ekstrakurikuler, pelayanan kesehatan sekolah
dan perawat kesehatan sekolah. Perlu dikaji adakah sekolah bagi orang dewasa di
komunitas, bagaimana kondisinya, adakah perpustakaan, bagaimana reputasi
sekolah, apa isu utama pendidikan di komunitas, berapakah angka drop out siswa,
apakah ada kegiatan ekstrakurikuler, serta bagaimana pelayanan kesehatan di
sekolah dan program perawatan kesehatan sekolah di komunitas. Data dapat
diperoleh dari sensus, dinas pendidikan, sekolah, wawancara dengan pihak
sekolah dan siswa, serta pengelola sekolah.

h. Rekreasi, meliputi pusat bermain anak, bentuk rekreasi yang ada di


masyarakat, dan fasilitas rekreasi yang ada. Dimana orang dewasa biasa bermain,
tempat rekreasi utama, siapa yang banyak menggunakan fasilitas tersebut, dan
fasilitas apa yang ada di lokasi rekreasi. Data dapat diperoleh dari sensus,
wawancara, dan windshield survey.

2.3.3 Persepsi

a. Warga masyarakat, meliputi bagaimana perasaan warga terhadap masyarakat,


apakah warga dianggap sebagai kekuatan masyarakat, kesadaran warga terhadap
masalah masyarakat. Data dapat diperoleh dari wawancara dengan warga pada
berbagai kelompok dewasa, remaja, buruh, pemuka agama dan masyarakat, dan
pemerintahan.

b. Orang dewasa, perlu dikaji bagaimana persepsi orang dewasa terhadap kondisi
komunitas itu sendiri, apakah orang dewasa merasa ada masalah, merasa ada
ancaman, masalah apa yang dirasakan. Tanyakan pada beberapa warga untuk
mendapatkan gambaran umum kondisi orang dewasa dan persepsi orang dewasa
adanya ancaman atau stimulus baik dari dalam maupun luar komunitas, termasuk
apakah itu stresor biologis (HIV-AIDS, hepatitis, ketergantungan zat), psikologis

Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia


 
Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
21 
 

(gangguan mental, koping maladaptif), sosial (kesenjangan ekonomi,


pengangguran, banyak pusat hiburan), spiritual (minat terhadap kegiatan
keagamaan sangat kurang, kepedulian tokoh agama kurang) dan kultural (budaya
tertentu yang memperbolehkan minum alkohol atau mabuk-mabukan)

c. Perawat, persepsi orang dewasa perlu dibandingkan dengan persepsi perawat,


perawat perlu membuat pernyataan umum tentang kondisi orang dewasa, apakah
ada ancaman pada orang dewasa di komunitas, apakah ancaman itu sudah berada
pada garis pertahanan normal, garis pertahanan resisten atau masih di sekitar garis
pertahanan fleksibel. Perawat juga perlu mengkaji apakah jenis stresor yang ada
dalam komunitas. Persepsi perawat, meliputi kesehatan masyarakat setempat,
kekuatan yang ada di masyarakat, masalah aktual dan potensial yang dapat
diidentifikasi. Data dapat diperoleh dengan observasi dan wawancara dengan
warga masyarakat.

2.4 Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas

Strategi intervensi keperawatan komunitas merupakan suatu upaya yang


dilakukan perawat dalam mengatasi masalah keperawatan melalui tiga level
pencegahan yaitu primer, sekunder, dan tersier, melalui upaya promotif dan
preventif (Ervin, 2002; Stanhope & Lancaster, 2016). Pencegahan primer
merupakan upaya pencegahan yang dilakukan sebelum terjadi kondisi patogenik.
Tujuan pencegahan primer adalah untuk mencegah terjadinya sakit atau trauma.
Upaya pencegahan primer meliputi promosi kesehatan dan mempertahankan
kesehatan. Pencegahan primer mengutamakan pada penguatan flexible lines of
defense (garis pertahanan fleksibel) dengan cara mencegah stress dan mengurangi
faktor-faktor risiko. Intervensi dilakukan jika risiko atau masalah sudah
diidentifikasi tapi sebelum reaksi terjadi. Strateginya mencakup immunisasi,
pendidikan kesehatan, olah raga, pemenuhan gizi yang baik dan perubahan gaya
hidup.

Adanya program The Million Hearts Initiative di Amerika pada tahun 2011
memberikan kesempatan yang luas terhadap perawat komunitas (PHN)
berkontribusi dalam mencegah satu juta serangan jantung dan stroke di tahun
2017 (ASTHO, 2014). Association of state and territorial health officials

Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia


 
Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
22 
 

(ASTHO) mengidentifikasi peran dan efektifitas public health nursing (PHN)


dalam mencegah dan mengontrol hipertensi, membiayai model-model pencegahan
hipertensi, dan memberikan rekomendasi kepada PHN untuk terlibat dalam
manajemen penyakit kronis. Million hearts diimplementasikan melalui upaya-
upaya yang bertujuan sama di semua tatanan klinik dan komunitas (CDC, 2012).
Upaya yang dilakukan oleh komunitas bertujuan untuk mempertahankan
kesehatan populasi dan menurunkan jumlah penduduk yang memerlukan
pengobatan di tingkat pelayanan dasar dengan menurunkan penggunaan tembakau
dan paparan secondhand smoke, menurunkan intake natrium dan menghindari
konsumsi lemak trans.

Strategi implementasi keperawatan komunitas dalam mengatasi masalah adalah


(1) kemitraan (partnership), (2) pemberdayaan (empowerment), (3) pendidikan
kesehatan, dan (4) proses kelompok (Anderson & McFarlane, 2011; Stanhope &
Lancaster, 2016; Allender, Rector & Warner, 2014).

2.4.1. Kemitraan
Kemitraan memiliki definisi hubungan atau kerja sama antara dua pihak atau
lebih, berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan atau
memberikan manfaat (Depkes RI, 2005). Perawat spesialis komunitas perlu
membangun dukungan, kolaborasi, dan koalisi sebagai suatu mekanisme
peningkatan peran serta aktif masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, dan evaluasi implementasi. Anderson dan McFarlane (2011)
mengembangkan model keperawatan komunitas yang memandang masyarakat
sebagai mitra (Community as Partner Model). Fokus dalam model tersebut
menggambarkan dua prinsip pendekatan utama keperawatan komunitas, yaitu
lingkaran pengkajian masyarakat pada puncak model yang menekankan anggota
masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan kesehatan, dan proses
keperawatan.

2.4.2. Pemberdayaan

Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia


 
Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
23 
 

Konsep pemberdayaan dapat dimaknai secara sederhana sebagai proses


pemberian kekuatan atau dorongan sehingga membentuk interaksi transformatif
kepada masyarakat, antara lain: adanya dukungan, pemberdayaan, kekuatan ide
baru, dan kekuatan mandiri untuk membentuk pengetahuan baru (Anderson &
McFarlane, 2011; Stanhope & Lancaster, 2016). Pemberdayaan, kemitraan dan
partisipasi memiliki inter-relasi yang kuat dan mendasar. Perawat spesialis
komunitas ketika menjalin suatu kemitraan dengan masyarakat maka dirinya juga
harus memberikan dorongan kepada masyarakat. Membangun kesehatan
masyarakat tidak terlepas dari upaya-upaya untuk meningkatkan kapasitas,
kepemimpinan dan partisipasi masyarakat (Nies & McEwan, 2015).

2.4.3. Pendidikan Kesehatan


Pendidikan kesehatan dapat dilakukan secara individu, kelompok, maupun
komunitas. Upaya pendidikan kesehatan di tingkat komunitas penting dilakukan
dengan beberapa alasan, yaitu: individu akan mudah mengadopsi perilaku sehat
apabila mendapatkan dukungan sosial dari lingkungannya terutama dukungan
keluarga, intervensi di tingkat komunitas dapat mengubah struktur sosial yang
kondusif terhadap program promosi kesehatan, unsur-unsur di dalam komunitas
dapat membentuk sinergi dalam upaya promosi kesehatan (Anderson &
McFarlane, 2011; Stanhope & Lancaster, 2016).

2.4.4. Proses Kelompok


Proses kelompok merupakan salah satu strategi intervensi keperawatan yang
dilakukan bersama-sama dengan masyarakat melalui pembentukan sebuah
kelompok atau kelompok swabantu (self-help group). Intervensi keperawatan di
dalam tatanan komunitas menjadi lebih efektif dan mempunyai kekuatan untuk
melaksanakan perubahan pada individu, keluarga dan komunitas apabila perawat
komunitas bekerja bersama dengan masyarakat. Pengorganisasian masyarakat
sebagai suatu proses merupakan sebuah perangkat perubahan komunitas yang
memberdayakan individu dan kelompok berisiko (aggregate) dalam
menyelesaikan masalah komunitas dan mencapai tujuan yang diinginkan bersama.

Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia


 
Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
24 
 

2.5 Peran perawat komunitas


Secara umum perawat kesehatan komunitas mempunyai tujuh peran utama yaitu:
clinician, educator, advokat, manajer, kolaborator, leader, dan peneliti. Peran
kunci perawat kesehatan publik dalam pencegahan dan pengendalian hipertensi
(ASTHO, 2014) adalah:
1. Memonitor dan melakukan skrining tekanan darah
Membangun pengetahuan dan kesadaran anggota masyarakat dalam hal
pentingnya skrining dan dampaknya terhadap kesehatan
2. Koordinator pelayanan
Menurunkan pelayanan yang belum utuh dan tindak lanjut
3. Konseling/coaching
Membimbing anggota masyarakat untuk dapat menetapkan dan cara mencapai
tujuan
4. Mengumpulkan data
Memotret populasi yang menderita hipertensi dan membantu memberikan pilihan
intervensi untuk mengatasi masalahnya
5. Mengembangkan protokol dan sistem rujukan
Memastikan standar praktik, pasien dan perannya masing-masing
6. Memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien maupun pemberi pelayanan
Memberikan informasi kepada pasien mengenai tekanan darahnya dan cara
mengubah gaya hidup untuk mencegah dan merawat hipertensi
7. Memberikan pendidikan kesehatan mengenai manajemen diri
Memungkinkan untuk merujuk lintas program maupun sektor atau program
komunitas yang ada untuk meningkatkan self efficacy pasien dan mengajarkan
kemampuan manajemen gejala.

2.6 Model Family Center Nursing

Keluarga sebagai sistem dukungan bagi penderita hipertensi. Dukungan keluarga


berupa dukungan sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita
yang sakit. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung
selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan (Friedman,
Bowden & Jones, 2010). Dukungan sosial keluarga mengacu pada dukungan
sosial yang dipandang oleh keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses untuk

Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia


 
Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
25 
 

keluarga. Dukungan sosial bisa digunakan atau tidak, tetapi anggota keluarga
memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan
pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Dukungan sosial keluarga dapat berupa
dukungan sosial internal atau dukungan sosial eksternal (Friedman, Bowden &
Jones, 2010).

2.6.1 Fungsi keluarga dalam pencegahan dan perawatan hipertensi


Fungsi keluarga meliputi fungsi afektif, reproduksi, sosialisasi, ekonomi dan
perawatan dalam keluarga. Fungsi afektif menggambarkan bagaimana keluarga
memberikan kebutuhan rasa aman dan terlindungi pada penderita hipertensi.
Fungsi reproduksi dapat terganggu apabila suami/istri yang menderita hipertensi
tidak mampu memenuhi kebutuhan seksual dari pasangannya akibat efek samping
obat antihipertensi. Fungsi sosialisasi menggambarkan bagaimana hubungan
keluarga dengan penderita hipertensi dan kemungkinan adanya konflik dengan
penderita yang mudah marah. Fungsi perawatan sangat berperan terhadap tidak
terkendalinya hipertensi, serta kepatuhan klien dalam menelan obat. Fungsi
perawatan menggambarkan bagaimana kemampuan keluarga dalam mengatur
diet, aktivitas dan olahraga penderita hipertensi ((Friedman, Bowden & Jones,
2010; Stanhope & Lancaster, 2016).

2.6.2 Pengkajian keluarga pada aggregate dewasa hipertensi dengan


menggunakan teori Friedman
1. Data Umum
Pengkajian data umum pada kasus hipertensi mencakup identitas data meliputi
nama kepala keluarga dan anggota keluarga, usia semua anggota keluarga dan
pekerjaan. Umur berperan dalam menentukan kejadian hipertensi.
2. Lingkungan
Lingkungan yang berpengaruh pada kejadian hipertensi meliputi: 1) lingkungan
sosial, 2) komunikasi 3) lingkungan fisik rumah, tangga, penerangan yang kurang,
letak rumah dekat jalan raya.
3. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga meliputi fungsi afektif, reproduksi, sosialisasi, ekonomi dan
perawatan dalam keluarga.
4. Struktur Keluarga

Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia


 
Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
26 
 

Struktur keluarga meliputi peran, nilai dan keyakinan, pola komunikasi dan
kekuatan keluarga
5. Status Kesehatan
Status kesehatan menunjukkan hasil pemeriksaan fisik terhadap masing-masing
anggota keluarga. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dapat diketahui adanya
masalah yang terjadi pada klien hipertensi seperti tekanan darah, wajah merah,
skala nyeri kepala
6. Stress dan Koping
Stres dan koping menunjukkan bagaimana keluarga berespon terhadap masalah,
khususnya menghadapi anggota keluarga yang menderita hipertensi. Pengobatan
terus menerus dan persepsi yang salah terhadap faktor risiko hipertensi dapat
menyebabkan penderita mengalami tekanan psikologis.

2.6.3 Intervensi keperawatan dalam perawatan penderita hipertensi


1. Coaching
Coaching atau bimbingan merupakan proses belajar intensif melalui bimbingan
perorangan, demonstrasi, dan praktik yang diikuti dengan pemberian umpan balik
segera (Departemen Kesehatan, 2007). Coaching yang diberikan kepada keluarga
berupa pemberian bimbingan secara langsung dengan metode demonstrasi dan
praktek langsung perawatan hipertensi di masyarakat.
2. Pembentukan proses kelompok melalui pembentukan peer atau social support
berdasarkan kondisi dan kebutuhan masyarakat (Stanhope & Lancaster, 2004;
Hitchock, Schuber & Thomas, 1999).
3. Pendidikan kesehatan
Pendidikan kesehatan dilakukan dengan memberikan pendidikan kesehatan
tentang perawatan yang dapat dilakukan keluarga.dan masyarakat
4. Empowering adalah strategi pemberdayaan masyarakat yang dilakukan
dengan melibatkan kader kesehatan dan anggota keluarga

2.7 Model Yang Mendasari Program Diksi


2.7.1 Model Manajemen Pelayanan Keperawatan
Manajemen merupakan proses memimpin dan mengarahkan semua atau sebagian
dari suatu organisasi melalui penyebaran dan memanipulasi sumber daya yang
ada (Marquis & Huston, 2012). Sejak tahun 2006 Pemerintah Indonesia telah

Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia


 
Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
27 
 

menyusun kebijakan dan strategi nasional ppencegahan dan penanggulangan


penyakit hipertensi yang meliputi 3 komponen utama yaitu survailans penyakit
hipertensi, promosi dan pencegahan penyakit hipertensi serta manajemen
pelayanan penyakit hipertensi (Depkes, 2006).

Marquis dan Huston (2012) menyebutkan bahwa manajemen pelayanan


mempunyai beberapa fungsi yang mencakup perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), ketenagaan/personalia (staffing), pengarahan
(actuatingdirecting) dan pengawasan (controlling). Fungsi perencanaan adalah
fungsi pertama dalam proses manajemen mengenai upaya untuk membuat
keputusan tentang apa yang akan dilakukan, siapa yang melakukan, bagaimana,
kapan dan dimana hal tersebut dilakukan (Marquis & Huston, 2012). Perencanaan
mempunyai beberapa tahapan diantaranya memformulasikan perencanaan
organisasi, menentukan visi, menentukan misi, menggali berbagai sumber dan
kendala, mengidentifikasi metode dan aktivitas yang adilakukan untuk mencapai
tujuan (Ervin, 2002).

Visi merupakan pernyataan yang digunakan untuk menggambarkan tujuan atau


sasaran organisasi, sedangkan tujuan atau misi adalah pernyataan singkat untuk
mengidentifikasi alasan keberadaan sebuah organisasi (Marquis & Huston, 2012).
Filosofi dibuat berdasarkan pernyataan tujuan atau misi dan menggambarkan
perangkat nilai dan keyakinan yang mengarahkan semua tindakan organisasi dan
menjadi dasar dari perencanaan.

Fungsi kedua dari manajemen adalah pengorganisasian yang menjelaskan


hubungan, prosedur pelaksanaan, perlengkapan, dan pembagian tugas dalam
proses manajemen ((Marquis & Huston, 2012). Pengorganisasian dalam
pelaksanaan pencegahan dan penanggulangan faktor risiko penyakit hipertensi
dimaksudkan agar program yang dilaksanakan dapat lebih efektif, efisien dan
berkualitas serta dapat memanfaatkan semua sumber daya atau potensi yang ada
di wilayah kerjanya (Depkes RI, 2006). Setiap organisasi memiliki struktur formal
dan informal (Gillies, 1994; Marquis & Huston, 2012). Struktur organisasi yang
formal dan informal saling melengkapi satu sama lain sebagai suatu cara untuk
memberikan dukungan. Di dalam struktur organisasi terdapat garis penghubung

Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia


 
Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
28 
 

untuk menentukan hubungan formal, komunikasi dan kewenangan baik secara


vertikal maupun horizontal.

Di dalam suatu bagan organisasi dapat dilihat rentang kendali pemimpin dalam
mengendalikan organisasi. Rentang kendali seorang pimpinan yang optimal
berkisar antara 3 sampai 30 pegawai dengan memperhatikan kemampuan
pemimpin tersebut (Marquis & Huston, 2012).

Fungsi ketiga proses manajemen adalah ketenagaan yang berkaitan dengan


perekrutan, pemilihan, pemberian orientasi pegawai, dan peningkatan
perkembangan individu untuk mencapai tujuan organisasi khususnya pelayanan
kesehatan (Marquis & Huston, 2012). Seorang pegawai yang baru harus dibina
dan diberikan kesempatan untuk mengembangkan dirinya agar produktifitas
kerjanya meningkat. Pembinaan dan pengembangan staf ini dapat diberikan
melalui pelatihan dan pendidikan yang mendukung.

Fungsi keempat adalah pengarahan yang dilakukan untuk menerapkan rencana


manajemen dalam mencapai visi dan misi organisasi. Pengarahan meliputi
tindakan dari manajemen untuk menciptakan suasana yang dapat meningkatkan
motivasi pegawai, membina komunikasi organisasi, supervisi, delegasi dan
manajemen konflik (Marquis & Huston, 2012).

Fungsi kelima adalah pengawasan atau pengendalian yang berfungsi cangat besar
di dalam manajemen keperawatan. Pengawasan merupakan suatu bentuk
koordinasi dalam mengidentifikasi berbagai kegiatan organisasi mulai dari
perencanaan sampai dengan pengarahan berupa catatan, pelaporan, dan
penggunaan berbagai sumber dalam mengamati pencapaian visi dan misi sebuah
organisasi. Elemen pengawasan terdiri dari kriteria atau standar, informasi atau
data yang dikumpulkan, tindakan korektif yang dilakukan jika kriteria tidak
tercapai, dan penilaian kinerja.

2.7.2 Model Precede Proceed


Model Precede Proceed adalah model multi dimensional yang dibentuk dalam
ilmu social/behavior, epidemiologi, administrasi dan pendidikan oleh Green dan

Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia


 
Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
29 
 

Kreuter paada tahun 1991.


1 Modeel ini memaandang bahhwa kesehattan dan perrilaku
kesehatan memiliki berbagai
b pennyebab yang harus dievvaluasi dalaam proses untuk
u
memastikaan tindakann yang tepatt. Model Prrecede dapaat digunakan pada berbbagai
tatanan sepperti kesehaatan sekolahh, kesehatann komunitass dan pelayaanan langsuung.

Gambar 2.2
2 Model P
Precede Prooceed

Tahap Precede adalahh 5 tahap peertama dari model


m ini yang
y terdiri dari:
d
Phase 1 - Social
S Diaggnosis
Merupakann pengkajiaan kualitas hidup suaatu masyaraakat setemppat yang teerkait
dengan masalah
m keseehatan yang
g ada melipputi tingkat kesejahterraan, pekerrjaan,
pengangguuran, kriminnalitas, tinggkat pendidiikan, perum
mahan, pelayyanan sociaal dan
sebagainyaa.

Pengendalian…, Fatimah, FIK


K UI, 2016 Unive
ersitas Indon
nesia
 
Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
30 
 

Phase 2 - Epidemiological Diagnosis


Pengkajian yang meliputi pengkajian social dan epidemiologi mengenai status
kesehatan komunitas sesuai dengan masalah kesehatan yang ada seperti statistik
vital, insiden, prevalensi, dan distribusi penyakit.

Phase 3 - Behavioral & Environmental Diagnosis


Pengkajian tentang perilaku dan lingkungan yang meliputi gaya hidup, pola
konsumsi nutrisi, merokok, tindakan pengendalian penyakit seperti screening
hipertensi dan pengelolaan stres, pemenuhan kebutuhan akan perawatan diri,
lingkungan yang ekstrim dan rawan bencana.

Phase 4 - Education & Organizational Diagnosis


Pengkajian tentang faktor predisposisi suatu masalah kesehatan seperti tingkat
pengetahuan, kepercayaan terhadap kesehatan ( upaya promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif), nilai dan sikap terhadap kesehatan yang spesifik pada suatu
masalah kesehatan; faktor enabling meliputi keterampilan kesehatan dan sumber-
sumber pendukung dan rujukan social maupun kesehatan di masyarakat termasuk
aspek biaya, keterjangkauan, transportasi dan waktu pelayanan; faktor reinforcing
mencakup dukungan dari pemerintah setempat dan perilaku tenaga kesehatan
yang ada.

Phase 5 - Administrative & Policy Diagnosis

Pengkajian tentang sumber daya manusia, sumber dana, program kerja kesehatan
yang ada di organisasi setempat dan organisasi lain yang ikut memengaruhi
pelaksanaan program.

Sedangkan tahap Proceed adalah 4 tahap kedua yang terdiri dari:

Phase 6 - Implementation
Meliputi kegiatan yang dilakukan secara terperinci dan respon masyarakat yang
dapat dievaluasi setelah diberikan tindakan termasuk factor pendukung dan
penghambat.

Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia


 
Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
31 
 

Phase 7 - Process Evaluation


Melakukan evaluasi proses terhadap pelaksanaan intervensi
Phase 8 - Impact Evaluation
Evaluasi dampak dari berbagai intervensi yang telah dilakukan di masyarakat
mencakup aspek perilaku dan faktor-faktor pendukung perilaku, lingkungan,
edukasi, organisasi, administrasi dan kebijakan terkait dengan masalah kesehatan
yang spesifik.

Phase 9 - Outcome Evaluation


Pada akhir program dilakukan evaluasi adanya perubahan pada aspek sosial
(kualitas hidup) dan aspek epidemiologi pada masyarakat.

Model ini juga digunakan sebagai dasar program penemuan dan tatalaksana
hipertensi yang berpedoman pada strategi five levels of prevention (Depkes,
2006).

Bagan 2.1 Bagan strategi komprehensif kesehatan masyarakat dalam


pengendalian hipertensi di Indonesia

Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia


 
Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
32 
 

 
Sumber: Departemen Kesehatan RI, 2006

2.7.3 Posbindu PTM

WHO (2010) telah mengeluarkan buku pedoman pengendalian penyakit tidak


menular bagi negara-negara berpendapatan rendah seperti Indonesia dan di tahun
2013 mengeluarkan buku implementasi program ini untuk membantu
mewujudkannya. Pemerintah Indonesia dalam hal ini Kementerian Kesehatan
menerjemahkan program WHO ini sebagai Posbindu PTM (Pos Pembinaan
Terpadu Penyakit Tidak Menular). Posbindu PTM merupakan wujud peran serta
masyarakat dalam kegiatan deteksi dini, monitoring dan tindak lanjut dini faktor
risiko PTM secara mandiri dan berkesinambungan dengan sasaran utama adalah
kelompok masyarakat sehat, berisiko dan penyandang PTM berusia 15 tahun ke
atas (Kemenkes RI, 2015). 

Mengetahui tekanan darah untuk semua orang dewasa merupakan hal yang wajib
(WHO, 2013). Kesadaran untuk mengubah gaya hidup secara langsung dapat

Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia


 
Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
33 
 

mengurangi tekanan darah dan keseluruhan risiko kardiovaskuler (The JNC 7,


2003). Deteksi dini penyakit dan temuan kasus merupakan kunci pada
pencegahan sekunder (Friedman, Bowden & Jones, 2010). Kemenkes (2014)
mengatakan bahwa upaya pengendalian hipertensi di masyarakat melalui
Posbindu PTM dilakukan dengan kegiatan wawancara, pengukuran dan
pemeriksaan fisik seperti berat badan, tinggi badan, lingkar perut, dan tekanan
darah, menanyakan faktor-faktor risiko penyakit tidak menular serta konseling
mengenai perubahan perilaku. Hal yang sama juga dilakukan di Amerika Serikat
dengan program Million Heart (ASTHO, 2014)

Kemenkes (2015) menyebutkan bahwa tindak lanjut dini yang bertujuan


memantau faktor risiko hipertensi secara rutin diimplementasikan dengan perilaku
CERDIK (Cek tanda dan gejala, Enyahkan rokok, Rutin beraktivitas fisik,
Istirahat yang cukup dan Kelola stres). Perilaku hidup sehat ini seharusnya
dilakukan oleh setiap orang dewasa untuk tetap terpantau dan terjaga pada kondisi
normal atau tidak masuk ke dalam kategori buruk. Jika sudah berada dalam
kondisi buruk, maka faktor risiko ini harus dikembalikan pada kondisi normal.
Pengendalian hipertensi yang berbasis masyarakat melalui perubahan perilaku
juga dilakukan di USA dengan program Million heart (CDC, 2012) yang
diadaptasi oleh Marryland County, USA sebagai Circle of model for healthy
blood pressure yang memudahkan penderita hipertensi menyadari dan berusaha
meningkatkan perilaku tidak sehat menjadi sehat.

2.7.4 Diet Seimbang Hipertensi


Diet merupakan faktor risiko penyakit kronik yang paling mudah dimodifikasi
(Nies dan McEwen, 2015). Salah satu faktor risiko hipertensi adalah konsumsi
makanan asin, dengan hasil penelitian menyebutkan 60% kasus penderita
hipertensi primer (essensial) terjadi penurunan tekanan darah dengan mengurangi
asupan garam (Kemenkes, 2013). Konsumsi garam pada orang dewasa yang
dianjurkan WHO (2013) adalah 2000 miligram natrium atau setara dengan 5 gram
atau 1 sendok teh garam dapur. Natrium banyak terdapat pada makanan yang
diproses seperti roti, sosis daging, makanan ringan dan makanan tambahan seperti
kecap, dan saus. Diet DASH yang dianjurkan oleh AAFP (2015) untuk
menurunkan tekanan darah tanpa obat adalah: 1) mengkonsumsi buah dan sayur

Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia


 
Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
34 
 

4-5 porsi sehari, mengkonsumsi 7-8 porsi gandum utuh, produk susu rendah
lemak 2-3 porsi sehari, daging tanpa lemak 2 porsi sehari, kacang-kacangan 4-5
porsi seminggu, lemak dan minyak 1-2 sendok teh sehari, 1 telur utuh dan 2 putih
telur seminggu, gula dan minuman manis 1 sendok teh sehari; 2) menurunkan
konsumsi garam dengan mengecek label nutrisi lalu pilih makanan yang
mengandung natrium paling rendah dan catat makanan yang dimakan setiap hari,
hindari makanan yang diproses dan dikemas ulang, memakan kacang-kacangan
yang tidak asin atau dikeringkan, pilih kaldu tanpa garam, hindari sayuran yang
diasinkan dalam kaleng, jangan memasak dengan garam, gunakan rempah-rempah
untuk menambah rasa masakan, coba dahulu masakan sebelum ditambahkan
garam, jangan menaruh botol garam di meja makan, makan. Tetapi masih banyak
masyarakat yang belum menjalankan anjuran ini, seperti yang ditemukan oleh
Chen, et al., (2013) bahwa hanya 22,7% masyarakat rural dan 45,3% masyarakat
urban di China yang menggunakan garam dapur 1 sendok teh sehari. Hasil
Riskesdas (2013) menyebutkan prevalensi konsumsi makanan asin (26,2%), dan
konsumsi makanan tinggi bumbu penyedap (77,3%) pada masyarakat Indonesia.
Pemerintah Indonesia juga menaruh perhatian akan hal ini dengan mengeluarkan
Peraturan Menteri Kesehatan RI No 30 tahun 2013 mengenai pengendalian
kandungan garam, gula dan lemak pada pangan olahan dan siap saji.

Buah dan sayur merupakan sumber serat yang sangat baik bagi penderita
hipertensi. Serat makanan juga dibutuhkan untuk proses metabolisme dalam
tubuh. Diet tinggi serat bermanfaat untuk menghindari kelebihan lemak, lemak
jenuh dan kolesterol. Setiap gram konsumsi serat dapat menurunkan kolesterol
LDL rata-rata 2,2 mg/dl. Konsumsi serat, menghindari kelebihan gula dan
natrium, dapat menurunkan berat-badan dan mencegah kegemukan. WHO (2013)
merekomendasikan untuk mengkonsumsi buah dan sayur 5 porsi sehari dan
Kemenkes (2013) menganjurkan untuk mengkonsumsi sayuran atau buah
sebanyak lima porsi atau 100 gram sayur setiap kali makan. Hasil Riskesdas
(2013) menyebutkan bahwa prevalensi kurang konsumsi buah sayur di Indonesia
mencapai 93,3%, sedangkan hasil survey di Amerika Serikat menyebutkan kurang
dari seperempat penderita hipertensi yang memakan sayur dan buah lima kali atau
lebih setiap hari (Fang, Keenan, Ayala, Dai & Valderrama, 2010).

Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia


 
Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
35 
 

The American Academy of Family Physicians (2015) telah mengeluarkan panduan


bagaimana menurunkan tekanan darah tanpa obat, seperti makan makanan diet
tinggi buah, sayur dan kacang-kacangan sesuai petunjuk DASH, mengurangi
konsumsi garam hingga 2,400 mg per hari, melakukan latihan fisik hingga
aerobik 3-4 kali seminggu selama 40 menit, mengurangi berat badan dengan
konsultasi ke tenaga kesehatan, berhenti merokok, mengurangi konsumsi alkohol,
melakukan meditasi atau relaksasi serta memonitor tekanan darah di rumah dan
membicarakan hasilnya dengan tenaga kesehatan.

2.7.5 Pengelolaan Stress


Stres atau ketegangan jiwa dapat memacu jantung berdenyut lebih cepat serta kuat
sehingga tekanan darah meningkat. Jika hal ini berlangsung lama, tubuh akan
berusaha menyesuaikan diri sehingga timbul perubahan patologis dengan gejala
berupa hipertensi ataupun penyakit gastritis (Kemenkes, 2014). Menurut Spruill et
al., (2009) faktor sosial ekonomi dan psikologi berhubungan erat dengan naik
turunnya tekanan darah, terutama pada wanita.

Relaksasi merupakan salah satu jalan untuk mengendalikan stres. Beberapa


penelitian telah dilakukan mengenai teknik relaksasi yang dapat digunakan untuk
menurunkan tingkat stres. Relaksasi otot progresif digunakan untuk menurunkan
tekanan di beberapa kelompok otot yang tegang akibat adanya stres (Potter, Perry,
Stockert dan Hall, 2013). Penelitian Patel, Kathrotia, Pathak, dan Thakkar (2012) 
menyebutkan bahwa relaksasi otot progresif dapat menurunkan tonus saraf
simpatis sehingga menurunkan tekanan darah sistolik. Menurut Axon, Zhao dan
Edege (2010) hipertensi dan depresi berkaitan erat dengan angka kesakitan dan
kematian pada orang dewasa. Relaksasi berpengaruh terhadap penurunan tekanan
darah pada dewasa muda (Pal et al, 2014). Sheu, Irvin, Lin dan Mar (2003)
menyebutkan bahwa relaksasi otot progresif bermanfaat pada penderita hipertensi
esensial karena dapat menurunkan persepsi stres dan meningkatkan persepsi
mereka terhadap kesehatan secara signifikan.

Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia


 
Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
36 
 

BAB III

PROFIL DAN KERANGKA KERJA

3.1 Kerangka kerja

Kerangka kerja yang digunakan pada praktik keperawatan komunitas pada


aggregate dewasa dengan hipertensi di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan
Jagakarsa, Jakarta Selatan merupakan integrasi dari teori manajemen pelayanan
keperawatan, model Precede Proceed, model Community As Partner dan model
Family Center Nursing. Fokus dari praktik keperawatan komunitas adalah
populasi dengan melibatkan beberapa elemen yang terdapat di dalam masyarakat.
Model pengkajian yang dikembangkan adalah dari aplikasi bentuk Community As
Partner yang dikembangkan dari Teori Betty Neuman (Anderson & Mc Farlane,
2011). Family Center Nursing meliputi tugas perawatan kesehatan keluarga dan
tingkat kemandirian keluarga (Friedman, Bowden & Jones, 2010). Teori Precede
Proceed terkait dengan faktor pemungkin, pencetus dan penguat (Green &
Kreuter, 1999). Manajemen pelayanan kesehatan yang mencakup fungsi
perencanaan, pengorganisasian, personalia, pengarahan, dan pengawasan (Gillies,
2000).

Dibawah ini adalah skema yang menggambarkan kerangka kerja penyelesaian


masalah hipertensi pada aggregate dewasa.

 
Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia
 
Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
Baagan 3.1 Kerangk
ka kerja penyelessaian masalah agg
gregate dewasa ddengan hipertenssi 37 
  I
INPUT
PROSES OUTPUT
Manajemen
M Pelayan
nan Kesehatan

1. Perencanaan:Visi-m misi dan tujuan, renstrra, dan


alokasi sumber dayaa di program Posbind du PTM
2. Pengorganisasian: Id dentifikasi struktur dan
d personil, Indikator Hasil
tupoksi kerja, kerjassama lintas sektor dan n lintas Mana
ajemen Pelayanan Kep.
K
program. 1. Tersosialisaasikannya pembentuk kan RW Diksi
3. Personalia: pemeganng program, pelaksan na 1. Peren ncanaan: 100%
4. Pengarahan dan pen ndelegasian: instruksii a. Soosialisasi pembentukan (tujuan) 2. Teridentifik
kasinya jumlah SDM, dana, sarana dan
pelaksanaan, pengem mbangan implementaasi dan b. Peerencanaan SDM, dan na, sarana dan prasarana seerta tempat.
timetable, pengembaangan budget dan alo okasi dana prasarana serta tempatt 3. Terbentukny ya struktur organisassi/ tim RW Diksi
5. Pengawasan: Monevv program posbindu PTM: 2. Penggorganisasian: Pembeentukan tim 4. Peningkatan n peran serta kader teerhadap hipertensi
hipertensi. (Gillies,22000). RW DIKSI 70%
3. Penggarahan : 5. Teridentifik
kasi jumlah orang deewasa dengan
a. Peelatihan/penyegaran kader
k posbindu risiko hiperttensi 90%
Co
ommunity as Partneer (CAP):
b. Sistem rujukan 6. Tersusunnyaa algoritma rujukan hipertensi
h
4. Penggendalian 7. Dilaksanakaannya supervisi dan monev
m secara
1. Core:
C Demografi, stattistik vital ( jumlah orang
o dewasa
a. Suupervisi program periodik terkkait RW Diksi (kelen ngkapan
dengan
d risiko hiperten nsi: usia, sex, pendid
dikan,
b. Monitoring
M dan Evalu
uasi program  pencatatan dan
d pelaporan)
pekerjaan,
p riwayat keeturunan), etnis (suku u dan gaya
hidup),
h nilai dan kepeercayaan  
2. Subsistem:
S Pelayanaan kesh. dan sosial (fa
fasilitas
kesehatan
k dan fasilitaas sosial yang ada bagi orang
dewasa
d dengan risiko o hipertensi), komun nikasi (media Indikator Hassil
dan
d cara), nilai dan keepercayaan, transporrtasi Program DIKSII:
3. Persepsi
P tentang oran ng dewasa, komunitas dan 1. Peningkatan n pengetahuan melaluui pendidikan
1. Pemantauann Diet Askep
p Komunitas
perawat
p mengenai hiipertensi (Anderson & kesehatan menjadi
m 80% (pre dann post test)
McFarlane,2011)
M 2. Pengelolaan
n Stres 2. Peran serta kader
k meningkat meenjadi 90% setelah
1. Penddidikan kesehatan pelatihan/ penyegaran
2. Pelattihan kader 3. Teridentifik
kasinya jumlah orangg dewasa berisiko
Fa
amily Center Nursin
ng: 3. Screeening faktor risiko hiipertensi: TD, hipertensi yang rutin datang ke posbindu
p PTM
BB, TB,
T LP dan kolestero ol 4. Terbentukny ya SHG: DIKSI (stru uktur dan kegiatan)
1. Fungsi
F ekonomi ( sum mber ekonomi dan peenghasilan 4. Pemb bentukan Support Heealth Group : 5. Menurunnyaa jumlah penderita hipertensi
h lama
keluarga)
k DIKS SI 6. Terciptanyaa perilaku DIKSI padda orang dewasa
2. Riwayat
R dan perkemb bangan ( riwayat kesehatan orang 5. Rujuk kan
6. Perubbahan perilaku gayaa hidup  
dewasa
d dan keluarga,, riwayat kesehatan sebelumnya)
s
3. Lingkungan:
L fisik, pssikologis, sosial
4. Fungsi
F perawatan keesehatan (mengenal, memutuskan,
m
merawat,
m memodifikaasi lingkungan dan pemanfaatan
p
yankes)
y
5. Stress
S dan koping ad daptasi (orang dewassa dan  
keluarga) yang diguna
k akan  
6. Tingkat
T kemandirian n keluarga
(Frriedman,Bowden, & Jones, 2011)
 
Pengendalian…, Fatimah, FIK
K UI, 2016 Universitas In
ndonesia
 

Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016


Precede Proceed:
38 
1.  
Tahap1: keinginan yang ingin dicapai masy Askep Keluarga Indikator hasil
2. Tahap 2: faktor epidemiologi hipertensi
3. Tahap 3: faktor perilaku dan lingkungan 1. Peningkatan pengetahuan keluarga setelah
1. KIM-KIE untuk keluarga dalam
4. Tahap 4: faktor predisposisi, enabling dan
pencegahan hipertensi edukasi dan pemberian informasi minimal
pencetus
5. Tahap 5: adminstrasi dan kebijakan posbindu 2. Coaching perilaku DIKSI 80%
PTM 3. Counseling 2. Perilaku DIKSI dapat dipertahankan 90%
6. Tahap 6 (Implementasi program Posbindu PTM): 4. Modifikasi diet 3. Kemandirian keluarga meningkat:
Promosi kesehatan hipertensi (pendidikan 5. Terapi zona a. I menjadi II
kesehatan dan kebijakan ditjen PTM Kemenkes) 6. Latihan relaksasi otot progresif b. II menjadi III
7. Tahap 7 ( Proses evaluasi program Posbindu c. III menjadi IV
PTM): faktor predisposisi, faktor penguat, faktor
pemungkin
8. Tahap 8 (Evaluasi dampak program): perilaku dan
gaya hidup masyarakat; dampak lingkungan
9. Tahap 9 (Evaluasi outcome): data epidemiologi
dan sosial (Green & Kreuter,1999) 

 
Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia
 

Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016


39 
 

3.2 Profil Wilayah Kelurahan Srengseng Sawah

Kelurahan Srengseng Sawah adalah salah satu dari 6 kelurahan di wilayah


kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan dengan luas wilayah 674,70 Ha. Wilayah
kelurahan Srengseng Sawah terbagi ke dalam 19 RW dan 159 RT, dengan jumlah
penduduk pada bulan Januari 2016 sebanyak 63.665 jiwa. Komposisi penduduk
menurut umur dan jenis kelamin di kelurahan Srengseng Sawah didominasi oleh
penduduk dewasa yang berusia 20-59 tahun berjumlah 35.112 jiwa. Khusus di
wilayah RW 13 jumlah penduduk berjumlah 2782 jiwa. Di wilayah Srengseng
Sawah terdapat satu puskesmas, 33 buah posyandu, 19 posyandu lansia dan belum
terdapat posbindu PTM.

Hasil pemeriksaan tekanan darah di kelurahan Srengseng Sawah didapatkan data


sebanyak 19,3% orang menderita hipertensi, warga yang mengalami hipertensi
dan jarang melakukan pemeriksaan kesehatannya sebesar 41,1% serta masih
banyaknya warga dengan masalah hipertensi yang jarang berekreasi sebesar
82,4%, warga yang jarang berpikir positif sebesar 11,7%, warga yang mempunyai
kebiasaan yg tidak bercerita pada keluarga/teman saat mempunyai masalah
sebesar 58,8% dan juga merokok (17,6%). Jumlah keluarga dengan orang dewasa
juga masih ada yang belum mempunyai pengetahuan yang benar tentang
hipertensi dan perawatan terhadap penyakit hipertensi sebesar 42,9%.

3.3 Model/Bentuk Intervensi Inovasi Diksi (Pemantauan Diet dan


Pengelolaan Stres Hipertensi)

DIKSI adalah suatu program inovasi yang mengembangkan strategi intervensi


melalui pemberdayaan aggregate dewasa dengan hipertensi dalam kelompok atau
keluarga untuk mengendalikan tekanan darah dengan melibatkan kader posbindu
PTM untuk memonitor perubahan perilaku aggregate dalam hal cek tekanan
darah, diet seimbang hipertensi dan pengelolaan stres. Program ini dibuat
berdasarkan penelitian yang menyebutkan bahwa self reported pada penderita
hipertensi mempunyai sensitifitas dan akurasi yang baik (Thawornchaisit et al,
2014). Residen keperawatan komunitas melakukan persiapan kader posbindu
PTM melalui penyegaran dan pelatihan, membentuk kelompok hipertensi,
pengawasan dan pemantauan kegiatan kader dalam pengelolaan aggregate

 
Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia
 
Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
40 
 

dewasa dengan hipertensi serta ikut memberikan dukungan kepada kader dalam
pelaksanaan program ini.

Residen membuat modul Diksi sebagai buku pedoman dan monitoring


pengelolaan faktor risiko hipertensi terkait cek rutin tekanan darah, diet seimbang
hipertensi dan pengelolaan stress. Modul Diksi berisi tentang beberapa informasi
mengenai hipertensi dan catatan perkembangan aggregate dewasa dengan
hipertensi yang dimonitor secara berkala baik harian, mingguan maupun bulanan.
Program ini diawali dengan pengisian lingkaran Diksi secara mandiri sesuai
dengan yang dirasakan oleh penderita hipertensi, pemberian konsultasi dan
informasi mengenai perawatan hipertensi, diet seimbang hipertensi, serta sumber-
sumber stress dan cara mengatasinya, kemudian kelompok dicek tekanan
darahnya setiap minggu dengan dibantu kader, dicatat oleh yang bersangkutan
atau keluarganya daftar makanan dan minuman yang dimakan setiap hari dan
catatan tersebut dicek setiap minggu sekali oleh residen, selanjutnya dilakukan
latihan relaksasi otot progresif setiap dua minggu dan dimonitor perkembangan
lingkaran Diksi pada saat kunjungan ke Posbindu PTM setiap bulan. Tujuan
penggunaan buku pedoman Diksi adalah untuk meningkatkan kemampuan
aggregate dewasa dalam mengelola faktor risiko hipertensi secara mandiri,
melakukan pencegahan dan minum obat teratur, dan memfasilitasi kader posbindu
PTM dalam memantau status kesehatan aggregate dewasa dengan hipertensi.

3.3.1 Pengukuran Tekanan Darah

Hasil ukur tekanan darah adalah indikator utama dalam mengetahui kondisi
hipertensi atau tidaknya seseorang. Aggregate dewasa pertama kali diukur
tekanan darahnya dan dimasukkan ke dalam ketegori hipertensi derajat 1 dan
derajat 2.

3.3.2 Diet Seimbang Hipertensi

Diet adalah faktor risiko yang paling berpengaruh sekaligus juga paling mudah
dimodifikasi pada penderita hipertensi. Aggregate dewasa diukur berat badan dan
tinggi badan serta dihitung IMT dan kebutuhan kalorinya. Mereka diminta untuk
mengisi sendiri atau dibantu keluarga dalam mengisi daftar makanan yang
dimakan setiap hari dengan frekuensi tiga kali makan dan dua kali selingan.

 
Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia
 
Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
41 
 

3.3.3 LatihanRelaksasi Sederhana

Latihan relaksasi sederhana yang dianjurkan adalah dengan meluangkan waktu


10-15 menit setelah sholat subuh untuk berdzikir, dengan mengatur pernafasan.
Aggregate dewasa mencatat di buku kerja apabila melakukan kegiatan ini setiap
hari.

3.3.4 Latihan Relaksasi Otot Progresif

Latihan relaksasi otot progresif dilakukan setiap dua minggu sekali dengan
bimbingan dari residen. Hasil latihan dituliskan langsung di buku Diksi.

 
Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia
 
Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
42 
 

BAB IV

PELAYANAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA


AGGREGATE DEWASA DENGAN HIPERTENSI DI KELURAHAN
SRENGSENG SAWAH

Pelayanan dan asuhan keperawatan komunitas pada aggregate dewasa dengan


hipertensi di kelurahan Srengseng Sawah didasarkan pada analisis situasi yang
merupakan hasil temuan atau data di lapangan. Bab 4 akan menguraikan laporan
pelaksanaan Diksi pada kelompok, keluarga, dan komunitas.

4.1 Manajemen Pelayanan Keperawatan Komunitas


4.1.1 Analisis Situasi
Perencanaan
Perencanaan merupakan langkah awal dalam rangkaian kegiatan manajemen.
Perencanaan (planning) yang dilakukan dengan baik akan berdampak ke tahap
manajemen berikutnya. Kegiatan yang dilakukan pada fungsi perencanaan adalah
penentuan filosofi, tujuan, kebijakan, prosedur dan aturan, rencana kegiatan jangka
pendek dan panjang, penentuan biaya, dan solusi pemecahan masalah (Marquis &
Huston, 2012). Ervin (2002) menyatakan perencanaan dilakukan sebagai rangkaian
awal kegiatan yang dilakukan secara terperinci untuk menyelesaikan masalah melalui
beberapa tindakan atau intervensi yang terstruktur.

Penyusunan perencanaan oleh Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta untuk program
kegiatan penyakit tidak menular (PTM) didasari oleh visi dan misi Dinas Kesehatan
Provinsi DKI Jakarta yang mengacu kepada visi misi serta kebijakan pemerintah
Provinsi DKI Jakarta. Visi Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta saat ini adalah
mewujudkan Jakarta Sehat Untuk Semua Tahun 2017 dalam arti suatu kondisi dimana
masyarakat Jakarta dapat dengan mudah mengakses sarana pelayanan kesehatan
sehingga kualitas kesehatan masyarakat DKI Jakarta lebih meningkat dan sejajar
dengan Kota lainnya di Dunia Tahun 2017. Sedangkan misi Dinas Kesehatan Provinsi
DKI Jakarta ada 6 (enam) yaitu: 1) Menyelenggarakan pembangunan kesehatan
melalui manajemen kesehatan dan penerapan kaidah “Good Governance”; 2)
Meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat, kesehatan perorangan, dan

Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia


 
Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
43 
 

kegawatdaruratan kesehatan dengan prinsip pelayanan kesehatan prima; 3) Penguatan


bidang kesehatan masyarakat melalui upaya promotif dan preventif sampai dengan
tingkat kelurahan; 4) Mengembangkan pembiayaan kesehatan menuju sistem jaminan
pembiayaan semesta; 5) Meningkatkan kemitraan lintas sektor dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan; 6) Meningkatkan Pemberdayaan
masyarakat di bidang kesehatan. Perencanaan menurut Marquis dan Huston (2003)
adalah berbagai usaha yang dilakukan untk memutuskan tindakan yang harus
dilakukan untuk mencapai tujuan.

Koordinator Program PTM di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan telah membuat
perencanaan kegiatan antara lain untuk tahun 2015 yaitu: 1) Kegiatan supervisi/
Binwasdal PTM di 10 puskesmas yang ada di Jakarta Selatan yang dilakukan 1 kali
setahun; 2) Rapat koordinasi yang dilakukan sebanyak 4 kali dalam setahun tiap
triwulan. Agenda kegiatan antara lain membahas isu-isu terkini, program kerja pokok
PTM yang mencakup IVA (Inspeksi Visual Asetat), surveillance PTM, Bucekan
(bulan cegah kanker ), serta pelaporan kegiatan. Rakor dihadiri oleh koordinator-
koordinator PTM; 3) Penyegaran/ peningkatan wawasan PTM yang dilaksanakan 1
kali setahun. Saat ini difokuskan pada topik DM dan hipertensi karena kasusnya yang
tinggi. Sasarannya adalah semua petugas PKM kecamatan dan kelurahan; 4)
Penyegaran/pelatihan kanker/ IVA test yang dilakukan sebanyak 1 kali dalam
setahun; 5) Seminar jantung sehat yang dilakukan sebanyak 1 kali dalam setahun; 6)
Penyegaran posbindu PTM melalui kegiatan rapat koordinasi posbindu dan
penyegaran wawasan petugas posbindu dengan mengundang narasumber dengan
sasaran petugas posbindu. Anggaran APBN untuk program PTM hanya untuk
penyegaran kegiatan posbindu khusus seperti KBIH (kelompok bina ibadah haji),
posbindu sekolah, posbindu PO bus. Anggaran kegiatan tersebut berasal dari APBD,
dan APBN (Kemenkes). Alokasi dana ditetapkan dari walikota dan dinas kesehatan
Provinsi DKI Jakarta. Rencana Anggaran Belanja (RAB) tetap direncanakan sendiri
dari bawah yang nantinya akan disortir oleh Ka Sudinkes untuk disetujui atau tidak.
Anggaran yang diperoleh juga akan disesuaikan dengan daya serapan yang terkadang
dialihkan pada kegiatan dengan daya serap tinggi. Pelaksanaan kegiatan seringkali
lebih lambat dari jadwal dikarenakan kendala biaya dari atas yang terlambat turun.

Perencanaan program PTM di Puskesmas Kecamatan Jagakarsa berfokus pada


pengendalian masalah hipertensi, DM, dan kesehatan jiwa. Data perencanaan sampai

Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia


 
Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
44 
 

tahun 2015 tidak ada karena hilang ketika perpindahan lokasi ke pusling sehingga
perencanaan untuk saat ini tidak tertulis. Kegiatan PTM lebih banyak pelayanan di
dalam gedung (UKP) dengan program pelayanan poli PTM komprehensif berbasis
edukasi, kekeluargaan, dan empati dengan penekanan pada perubahan gaya hidup
(pengetahuan, makanan, olahraga, obat). Kegiatan PTM di luar gedung yang
dilakukan oleh program PTM pusling Cipedak antara lain: 1) Renang sebulan sekali
hari senin minggu pertama untuk para pasien poli PTM yang terdaftar sebagai anggota
renang; 2) Senam setiap hari Senin untuk pasien poli PTM yang tergabung dalam
perkumpulan senam; 3) Kunjungan rumah pada hari senin (jika ada laporan dari kader
atau keluarga bagi pasien baru, atau pasien yang tidak sanggup ke poli, juga pasien-
pasien jiwa); 4) Edukasi kesehatan kelompok setiap hari Senin; 5) Pembinaan
spiritual 1x/tahun dengan mengadakan pengajian atau ceramah agama. Di wilayah
Jagakarsa baru terdapat dua Posbindu PTM, yaitu di Cipedak dan Ciganjur, dimana
kadernya merupakan pasien PTM Puskesmas kecamatan yang sudah mendapatkan
pelatihan kader Posbindu PTM. Rencana program PTM Puskesmas Kecamatan
Jagakarsa di tahun 2016 akan ada pembentukan posbindu kelurahan di setiap
kelurahan, ada kerjasama dengan RS untuk pelaksanaan posbindu di Ciganjur dan ada
jalur rujukan dari posbindu ke poli PTM di puskesmas kecamatan Jagakarsa.

Pengorganisasian

Fungsi pengorganisasian meliputi membentuk struktur untuk melaksanakan rencana,


menentukan jenis pemberian asuhan yang paling tepat, dan mengelompokkan aktifitas
untuk mencapai tujuan unit. Pengorganisasian mencakup penugasan manajer untuk
mensupervisi kepada bawahan sehingga tercapai koordinasi struktural yang baik
(Gillies, 2000).

Di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan, fungsi pengorganisasian dalam


pengendalian hipertensi belum berjalan secara optimal diantaranya adalah
penanggung jawab program dipegang oleh satu orang yang memegang semua
kegiatan PTM mulai dari perencanaan sampai pelaporan, walaupun di dalam proses
pelaksanaan kegiatan dibantu oleh petugas dari bidang lain. Sedangkan kondisi di
Puskesmas Kecamatan Jagakarsa masing-masing staf di program PTM memiliki
tupoksi akan tetapi pada pelaksanaannya tidak harus sesuai dengan tupoksinya. Pada

Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia


 
Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
45 
 

prinsipnya pekerjaan poli PTM di Puskesmas Kecamatan Jagakarsa adalah saling


membantu antar anggota tim demi kelancaran pelayanan.

Ketenagaan/Personalia

Fungsi ketenagaan atau personalia dalam manajemen adalah kegiatan pemimpin


dalam merekrut, memilih, menempatkan, dan mengajarkan personel untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan organisasi (Marquis & Huston, 2012). Saat ini program
PTM di Puskesmas Kecamatan Jagakarsa dibagi menjadi 2 bidang, yaitu pelayanan
dan kesmas. Bidang pelayanan PTM di pegang oleh seorang dokter dan 2 orang
perawat. Sedangkan bidang kesehatan masyarakat PTM dipegang oleh seorang dokter
yang merangkap dinas di Puskesmas Kelurahan Tanjung Barat serta seorang perawat.
Program PTM di Puskesmas Kecamatan Jagakarsa dikepalai satu orang dokter sejak
Pebruari 2012 tanpa surat tugas yang jelas dari kepala puskesmas. Terdapat satu
dokter dan dua perawat yang telah mendapatkan pelatihan PTM. Staf didapatkan dari
Dinas Kesehatan, dan kepala program PTM dapat mengajukan kebutuhan staf ke
kepala Puskesmas. Setiap harinya staf di poli PTM melayani kurang lebih 70 pasien
dari pukul 08.00-16.00. Sedangkan dokter yang menjabat sebagai koordinator
program kesmas PTM juga bertugas di Puskesmas Tanjung Barat memberikan
pelayanan di poli untuk pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Asetat).

Pengarahan

Pengarahan di dalam manajemen dapat diberikan berupa motivasi melalui komunikasi


yang baik dalam suatu organisasi sebagai suatu umpan balik dari implementasi
kegiatan organisasi (Marquis dan Huston, 2012). Pengarahan yang baik melalui
komunikasi dan motivasi dapat mengarahkan pada delegasi tugas yang baik sehingga
akan mencegah konflik dalam suatu organisasi. Fungsi pengarahan yang baik
membutuhkan komunikasi yang efektif untuk memotivasi semua pihak yang terlibat
dalam menyelesaikan konflik (Azwar, 1996). Kegiatan komunikasi dan koordinasi
merupakan dasar dari fungsi pengarahan. Di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan
setiap kegiatan dilaporkan melalui e-kinerja, dan kedisiplinan pegawai langsung
dibawah kendali Badan Kinerja Daerah (BKD). Di puskesmas kecamatan Jagakarsa
poli PTM mendapatkan supervisi langsung dari Sudinkes 1x/tahun, namun terbatas
pada laporan kunjungan/surveilans PTM, delegasi tugas tergantung dari Puskesmas

Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia


 
Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
46 
 

kecamatan sendiri, terdapat pengarahan terhadap staf baru dan staf baru juga aktif
untuk bertanya terkait tupoksi.

Pengawasan

Pengawasan merupakan proses pengumpulan dan menganalisis secara teratur dengan


indikator sistem dalam suatu pelayanan akan menyuguhkan data yang dapat
digunakan untuk menilai jalannya program kerja, kemajuan, dan perlunya perbaikan
yang diperlukan (Gillies, 2000; Swansburg, 1999; Marquis & Huston, 2012). Fungsi
pengawasan dalam Program pengendalian PTM hipertensi di Suku Dinas Kesehatan
Jakarta Selatan adalah monitoring dan evaluasi PTM dilaksanakan tiap akhir tahun
dalam rapat koordinasi. Disamping itu juga dilakukan analisis jabatan untuk setiap
penanggung jawab program. Sistem pelaporan dilakukan secara langsung maupun
tidak langsung seperti kunjungan langsung, laporan temuan, feedback, dan binwasdal.
Rencana tindak lanjut dibahas dalam kegiatan rakor dan rapim (rapat pimpinan)
dengan mengundang kepala puskesmas yang dilakukan minimal satu kali sebulan.
Tidak terdapat indikator baku dalam mengukur keberhasilan program, akan tetapi
tergantung dari masing-masing seksi yang menghitung sendiri sejauh mana cakupan
dan target tercapai. Pengembangan kegiatan biasanya terintegrasi dengan program
dinas. Saat ini dinas kesehatan provinsi DKI Jakarta sedang menjalankan program
ketuk pintu layani dengan hati (KPLDH). Dalam program ini subdit PTM
mengembangkan inovasi berupa program jemput bola terutama untuk kasus jiwa dan
stroke. Hal ini dikarenakan data yang berasal dari puskemas belum menggambarkan
data yang sebenarnya di masyarakat, sehingga perlu di upayakan pengambilan data
langsung di masyarakat.

Di Puskesmas kecamatan Jagakarsa fungsi pengawasan belum optimal karena buku


laporan PTM hilang saat pindah dari Srengseng Sawah ke Cipedak. Walau demikian
sudah terdapat laporan kunjungan harian pasien PTM ke website PTM Kemenkes
sesuai dengan panduan dari Kemenkes. Monitoring pelaksanaan pelayanan PTM
melalui laporan bulanan ke Sudinkes terakhir tanggal 8. Jika mengalami
keterlambatan pelaporan akan mendapatkan teguran dari Sudinkes. Sarana dan
prasarana yang didapatkan PTM seringkali tidak sesuai dengan apa yang telah
direncanakan, misalnya persediaan obat yang kurang, tidak ada alat EKG, tidak ada
set rawat luka, tidak ada laboratorium, dan tidak ada ambulans.

Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia


 
Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
47 
 

Secara umum program PTM di Puskesmas kecamatan Jagakarsa belum dilakukan


sesuai perencanaan yang telah disusun oleh Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta.
Hanya pelayanan PTM saja yang sudah dilakukan di Pusling Cipedak karena
kurangnya tenaga kesehatan. Penanggung jawab program PTM merasa dirinya masih
belum mampu memberikan pelayanan sepenuhnya pada masyarakat. Di kelurahan
Srengseng sawah belum memiliki kader kesehatan untuk posbindu PTM dikarenakan
belum berjalannya program posbindu PTM di setiap RW dan kebijakan Dinas
Kesehatan DKI yang hanya mensyaratkan jumlah posbindu PTM hanya satu saja di
setiap kelurahan. Analisis masalah dengan menggunakan diagram fish bone (Diagram
4.1).

Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia


 
Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
48 
 

Bagan 4.1 Fiishbone Analissis


Ketenagaan

Pen
ngorganisasian Perencanaan

Penanggung Jawab PTM M di Puskesmas


merangkap tugas di Puskesmas lain
Visi dan misi pro
ogram
PTM sudah sesuaai
Kegiatan di
Belum adanya perawat komunitas khusus puskesmas sudah
s 1. Koordinasi dan keerjasama
PTM yang melakukan kunjungan
k rumah rutin Perencanaan sudaah
sesuai tupok
ksi mengikuti renstraa dinkes lintas program daalam
pengembangan prrogram
Belum ada kadeer Posbindu PTM Perencanaan di Puskesmas
P kesehatan dewasaa untuk
hilang, kegiatan hanya mengendalikan hiipertensi
dalam gedung 2. Pengembangan sttaf untuk
meningkatkan kem mampuan
Program posbindu
p PTM yankes dewasa deengan
hanya 1/keelurahan hipertensi
3. Kegiatan supervisse
pembinaan pelayaanan
kesehatan dewasaa belum
baik
Saarana dan prasarana yyang 4. Belum optimalnya
dim
minta sering tidak sesuai pengorganisasian dan
Bellum ada koordinasi sudinkes-
s
denngan permintaan pengarahan
pusskesmas-kader PTM::hipertensi
5. Monev secara perriodik
terkait kesehatan dewasa
belum terlaksana
Monevv sudah dilakukan dii Ken ndali kegiatan, supervisi,
sudink
kes maupun puskesmmas, deleegasi dan surveilaans sudah
dilaakukan oleh sudiinkes dan
pusk kesmas untuk PTM

Pengawassan P
Pengarahan

S
Sumber : Swanbburg, 2000; Maarquis & Huston
n, 2012; Gillies,, 1994; Ervin, 22002
Pengendalian…, Fatimah, FIK
K UI, 2016 Universitas In
ndonesia
 

Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016


49 
 

4.1.2 Fishbone Analisis Dan Prioritas Masalah

Bedasarkan analisis fishbone dan pendekatan lima fungsi manajemen pelayanan


keperawatan (perencanaan, pengorganisasian, ketenagaan, pengarahan, dan
pengawasan) tentang manajemen pelayanan kesehatan aggregate dewasa terutama
masalah hipertensi pada Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Selatan dan Puskesmas
Kecamatan Jagakarsa dapat disimpulkan beberapa masalah manajemen pelayanan
keperawatan sebagai berikut:
a. Belum optimalnya perencanaan program PTM khususnya hipertensi pada
orang dewasa
b. Belum optimalnya peran dan fungsi koordinasi Sudinkes Jakarta Selatan
dengan Puskesmas dan kader dalam hal pembinaan kesehatan orang dewasa
dengan hipertensi
c. Belum optimalnya kuantitas dan kualitas pemegang program orang dewasa
dengan hipertensi dalam melaksanakan fungsi dan tugas
d. Belum optimalnya pembinaan pelayanan PTM khususnya hipertensi dari Suku
Dinas kesehatan/Puskemas ke keluarga yang memiliki orang dewasa dengan
hipertensi
e. Belum optimalnya pengarahan terhadap pelayanan PTM pada orang dewasa

Hasil prioritas masalah manajemen pelayanan keperawatan komunitas adalah


tergambar tabel 4.1 di bawah ini:

Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia


 
Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
50 
 

Tabel 4.1
Prioritas Masalah Manajemen Pelayanan Keperawatan Komunitas pada
Aggregate Dewasa Dengan Masalah Hipertensi Di Kelurahan Srengseng Sawah,
Jagakarsa Kota Jakarta Selatan Tahun 2015

No. Diagnosis Manajemen Tingkat Perubahan Peningkatan Prioritas Jumlah


Pelayanan keperawatan pentingnya positif bagi kualitas masalah
Komunitas masalah masyarakat hidup jika dari 1
kesehatan jika masalah diselesaikan sampai 6:
untuk diselesaikan 0 = tidak 1=
diselesaikan 0 = tidak ada kurang
1 = rendah ada 1 = rendah penting
2 = sedang 1 = rendah 2 = sedang 6=
3 = tinggi 2 = sedang 3 = tinggi sangat
3 = tinggi penting
1. Belum optimalnya 3 2 2 6 13
perencanaan program PTM
khususnya hipertensi pada
aggregate dewasa
2. Belum optimalnya peran dan 3 3 3 6 15
fungsi koordinasi Sudinkes
Jakarta Selatan dengan
Puskesmas dan kader dalam
hal pembinaan kesehatan
aggregate dewasa dengan
hipertensi

3. Belum optimalnya kuantitas 3 2 2 5 12


dan kualitas pemegang
program hipertensi pada
aggregate dewasa dalam
melaksanakan fungsi dan
tugas

4. Belum optimalnya pembinaan 3 2 2 6 13


pelayanan PTM khususnya
hipertensi dari Suku Dinas
kesehatan/Puskemas ke
keluarga yang memiliki
aggregate dewasa dengan
hipertensi

5. Belum optimalnya pengarahan 3 3 3 5 14


terhadap pelayanan PTM pada
aggregate dewasa

Setelah dilakukan penapisan masalah dari diagnosis manajemen pelayanan


keperawatan pada aggregate dewasa dengan hipertensi, maka prioritas masalah yang
ditemukan adalah :
a. Belum optimalnya peran dan fungsi organisasi Sudinkes Jakarta Selatan
dengan Puskesmas dan kader dalam hal pembinaan kesehatan aggregate
dewasa dengan hipertensi

Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia


 
Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
51 
 

b. Belum optimalnya pengarahan terhadap pelayanan PTM pada aggregate


dewasa

4.1.3 Rencana Manajemen Pelayanan Keperawatan Komunitas


4.1.3.1 Masalah Keperawatan Manajemen 1
Belum optimalnya peran dan fungsi organisasi Sudinkes Jakarta Selatan dengan
Puskesmas dan kader dalam hal pembinaan kesehatan aggregate dewasa dengan
hipertensi
a. Tujuan Umum: setelah dilakukan pengelolaan pelayanan keperawatan komunitas
selama 8 bulan diharapkan pembinaan kesehatan pada aggregate dewasa dengan
hipertensi dapat lebih optimal
b. Tujuan Khusus: setelah dilakukan penanganan pelayanan keperawatan komunitas
selama 8 bulan diharapkan: 1) Terbentuknya posbindu PTM sebagai wadah untuk
penanggulangan penyakit tidak menular khususnya hipertensi pada aggregate dewasa;
2) Terdapat kelompok self help group (kelompok penderita hipertensi) sebagai wadah
kesehatan bagi orang dewasa dengan hipertensi yang terlaksana dalam kegiatan
posbindu PTM
c. Alternatif penyelesaian masalah: 1) Koordinasi dengan Kemenkes RI, pihak
kelurahan dan puskesmas dalam perencanaan kegiatan penanganan hipertensi; 2)
Pelatihan Kader Posbindu PTM; 3) Membuat struktur organisasi Posbindu PTM yang
terdiri dari ketua RW, tokoh masyarakat dan kader; 4) Membuat pembagian kerja dan
jadual kegiatan 5) Diskusi program dengan pihak Puskesmas
d. Pembenaran: pemberdayaan membuat komunitas mampu menyelesaikan masalah
kesehatan yang ada secara mandiri dengan menggunakan sumber-sumber dan
kemampuan yang dimiliki oleh komunitas tersebut (Hartono, 2013). Adanya program
Posbindu PTM sejak 2011 merupakan salah satu upaya pemberdayaan masyarakat
untuk mengendalikan penyakit tidak menular melalui deteksi dini dan tindak lanjut
dini (Kemenkes, 2015). Kader sebagai orang yang berpengaruh di masyarakat, dapat
membaur secara efektif dengan masyarakat dalam proses transformasi pesan
kesehatan yang ingin disampaikan (Singh et al, 2016).

Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia


 
Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
52 
 

4.1.3.2 Masalah Keperawatan Manajemen 2


Belum optimalnya pengarahan terhadap pelayanan PTM pada orang dewasa
a. Tujuan Umum: setelah dilakukan pengelolaan pelayanan keperawatan komunitas
selama 8 bulan diharapkan adanya pengarahan yang optimal terhadap pelayanan
pada aggregate dewasa dengan hipertensi yang sudah ada
b. Tujuan Khusus: 1) Peningkatan pengetahuan dan keterampilan kader dalam
melayani masalah kesehatan hipertensi pada aggregate dewasa; 2) Mampu
memberikan penyuluhan kesehatan kepada orang dewasa dengan hipertensi baik
di Posbindu PTM maupun di keluarga dengan hipertensi pada orang dewasa; 3)
Mampu memotivasi keluarga dengan hipertensi pada orang dewasa dalam
memberikan makanan gizi seimbang hipertensi dan melaksanakan relaksasi
sederhana di rumah
c. Alternatif penyelesaian masalah: 1) Lokakarya mini kesehatan 2) Libatkan kader
Posbindu PTM dalam monitoring diet seimbang dan relaksasi sederhana pada
keluarga dengan hipertensi pada orang dewasa melalui kunjungan rumah; 3)
Fasilitasi kerjasama dengan dinas kesehatan, puskesmas dalam penyediaan media
informasi terkait hipertensi; 4) Fasilitasi supervisi secara terjadual kegiatan
posbindu PTM oleh pihak puskesmas untuk meningkatkan kinerja kader posbindu
PTM
d. Pembenaran: sesuai dengan penelitian Singh et al ( 2016) yang menyebutkan
bahwa supervisi dan pelatihan merupakan model paling efektif dalam
meningkatkan motivasi kader kesehatan. WHO (2010) menyatakan bahwa
supervisi dan pelatihan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari paket
intervensi esensial penyakit tidak menular untuk negara-negara yang minim
sumber daya.

4.1.4 Implementasi Manajemen Pelayanan Keperawatan Komunitas


4.1.4.1 Masalah Keperawatan Manajemen 1
a. Berkoordinasi dengan Kemenkes RI, pihak kelurahan dan puskesmas dalam
perencanaan kegiatan penanganan hipertensi
b. Mengadakan pelatihan kader Posbindu PTM
c. Membuat struktur organisasi Posbindu PTM yang terdiri dari ketua RW, RT dan
kader
d. Membuat pembagian kerja dan jadual kegiatan

Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia


 
Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
53 
 

e. Berdiskusi mengenai keberlanjutan program posbindu PTM di RW dengan pihak


Puskesmas

4.4.4.2 Masalah Keperawatan Manajemen 2


a. Melakukan Lokakarya Mini kesehatan
b. Melibatkan kader Posbindu PTM dalam program Diksi dengan memonitor diet
seimbang dan relaksasi sederhana pada keluarga dengan orang dewasa hipertensi
melalui kunjungan rumah
c. Memfasilitasi kerjasama dengan dinas kesehatan, puskesmas dalam penyediaan
media informasi terkait hipertensi
d. Memfasilitasi supervisi secara terjadwal kegiatan posbindu PTM oleh pihak
puskesmas untuk meningkatkan kinerja kader posbindu PTM

4.1.5 Evaluasi dan Rencana Tindak Lanjut


4.1.5.1 Evaluasi 1
a. Terlaksananya pelatihan kader posbindu PTM untuk semua RW di kelurahan
Srengseng Sawah pada tanggal 9-10 Desember 2015, 6-7 April dan 13-14 April 2016
dengan jumlah kader yang mengikuti pelatihan 90 orang
b. Di RW 13 terdapat 9 anggota kader perwakilan masing-masing RT dari hasil
rekrutmen calon anggota kader
b. Tersosialisasikannya program-program terkait pengendalian hipertensi kepada pihak
suku dinas kesehatan Jakarta Selatan, puskesmas kecamatan Jagakarsa, kelurahan
Srengseng Sawah dan kader RW seperti pelatihan kader posbindu PTM, penyuluhan
hipertensi dan kegiatan skrining hipertensi.
c. Terpilih penanggung jawab dari masing-masing program yang telah disusun pada
lokakarya mini di kelurahan Srengseng Sawah
d. Terbentuk posbindu PTM di RW 13 dengan diawali launching posbindu PTM di
hadapan penanggungjawab program PTM dan Ka Sie Kesra kelurahan Srengseng
Sawah pada tanggal 28 Desember 2015
e. Terbentuk struktur organisasi posbindu PTM di RW 13
f. Terlaksananya penyuluhan kesehatan mengenai hipertensi dengan peserta 150 orang
anggota PKK kelurahan
g. Melakukan program Diksi di RW 05 dan RW 13 dengan jumlah peserta 63 orang.

Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia


 
Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
54 
 

h. Tersebarnya leaflet, poster dan media lain program Diksi di kelurahan Srengseng
Sawah

Rencana Tindak lanjut:


a. Suku Dinas Kesehatan DKI Jakarta
Suku dinas kesehatan melakukan kegiatan pelatihan untuk petugas kesehatan terutama
dalam hal penanganan hipertensi pada orang dewasa.
b. Puskesmas Kecamatan Jagakarsa
Pihak puskesmas memberikan kesempatan dan motivasi serta pelatihan bagi stafnya
untuk mengembangkan kemampuan diri agar kualitas pelayanan lebih optimal.
c. Kelurahan Srengseng Sawah
Pihak kelurahan merencanakan anggaran untuk kesejahterahan kader posbindu PTM
dan memberikan kesempatan serta peluang bagi warga Srengseng Sawah untuk
menjadi kader posbindu PTM
d. Kader Posbindu PTM
Kader atau anggota kelompok pendukung tetap meningkatkan motivasi dan
kemampuan diri dalam melakukan intervensi Diksi dalam kegiatan posbindu PTM
dan curah pendapat sesama kader agar kinerja posbindu PTM lebih optimal.

4.1.5.2 Evaluasi 2
a. Terlaksananya supervisi kader dalam kegiatan posbindu PTM di RW 13 oleh petugas
kesehatan baik dari puskesmas kecamatan Jagakarsa maupun balai kesehatan
yonzikon 13 pada tanggal 25 Februari dan 17 Maret 2016
b. Terlaksananya supervisi kader oleh mahasiswa residensi dalam kunjungan rumah
dewasa HT di RW 13 pada tanggal 23 Maret 2016

Rencana Tindak lanjut:


a. Suku Dinas Kesehatan DKI Jakarta
Suku dinas kesehatan melakukan kegiatan supervisi kegiatan petugas kesehatan
terutama dalam hal penanganan hipertensi pada orang dewasa.
b. Puskesmas Kecamatan Jagakarsa
Pihak puskesmas menjadwalkan supervisi rutin ke setiap posbindu PTM untuk
memantau keberhasilan program dalam menurunkan jumlah penderita hipertensi

Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia


 
Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
55 
 

c. Kelurahan Srengseng Sawah


Pihak kelurahan merencanakan anggaran untuk kesejahteraan kader posbindu PTM
dan memberikan kesempatan serta peluang bagi warga Srengseng Sawah untuk
menjadi kader posbindu PTM
d. Kader Posbindu PTM
Kader atau anggota kelompok pendukung tetap meningkatkan motivasi dan
kemampuan diri dalam melakukan kegiatan posbindu PTM sesuai dengan tahap-tahap
kegiatan yang benar

4.2 Asuhan Keperawatan Komunitas dan Keluarga

4.2.1 Asuhan Keperawatan Komunitas

4.2.1.1 Analisis Situasi:

Kelurahan Srengseng Sawah merupakan salah satu kelurahan di wilayah kecamatan


Jagakarsa Jakarta Selatan. Prevalensi hipertensi pada aggregate dewasa sebesar
19,3%. Pengkajian komunitas dilakukan pada 63 orang dewasa dengan hipertensi di
RW 05 dan RW 13 yang didapat dari penghitungan sampel Slovin.

Hasil dari angket menunjukkan pengetahuan tentang hipertensi yang baik sebesar
57,1%, sikap terhadap hipertensi yang baik sebesar 52,4%, keterampilan perawatan
hipertensi sebesar 46%, dukungan dan kemandirian keluarga 46%. Aggregate dewasa
yang merokok 39,7%, Aggregate dewasa yang jarang berekreasi sebesar 88,9%,
Aggregate dewasa yg mempunyai kebiasaan yg tidak bercerita pada keluarga/teman
saat mempunyai masalah sebesar 76,2%, Aggregate dewasa yang konsumsi makanan
asin 39,6%, keluarga mengkonsumsi makanan yang diawetkan 23,8%, Aggregate
dewasa yang sering minum kopi sebesar 19%, Aggregate dewasa yang tidur larut
malam sebesar 38,1%, Aggregate dewasa yang berkunjung ke pelayanan kesehatan
untuk memeriksakan tekanan darah sebesar 47,6%, keluarga dengan hipertensi yang
jarang mengantar periksa tekanan darah sebesar 69,8%, kader yang mengingatkan
aggregate dewasa hipertensi untuk memeriksakan tekanan darah sebesar 38%,
Aggregate dewasa yang mengatakan hipertensi tidak berbahaya sebesar 14,3%,
Aggregate dewasa yang mengkonsumsi makanan berlemak 33,8%, Aggregate dewasa
yang jarang berolahraga sebesar 63,5%, Aggregate dewasa yang jarang berpikir

Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia


 
Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
56 
 

positif sebesar 39,7%, Aggregate dewasa yang mengatakan diperlukan pusat


pengendalian penyakit hipertensi di masyarakat sebesar 90,5%

Hasil wawancara dengan warga sebagai berikut: warga mengatakan jarang


memeriksakan kesehatan, kalau sakit baru periksa ke puskesmas atau RS, warga
mengatakan penyakit darah tinggi disebabkan karena keturunan, makanan, kurang
olah raga dan pikiran, warga mengatakan jarang menggunakan fasilitas olah raga
yang ada di RW13. Aggregate dewasa mengatakan periksa tekanan darah bila saat
sakit saja, aggregate dewasa mengatakan jarang minum obat bila tensi tinggi, namun
kadang-kadang minum tradisional seperti seledri, belimbing dan labu siam, warga
mengatakan lebih suka berobat ke RS karena puskesmas jauh dan antri jika berobat

Hasil wawancara dengan kader belum ada posbindu PTM dan belum pernah
diberikan pelatihan perawatan hipertensi.

4.2.1.2 Pohon Masalah Keluarga dan prioritas masalah

Ketidakefektifan
pemeliharaan kesehatan

Ketidakefektifan
manajemen kesehatan

Perilaku hidup berisiko

Kurangnya Dukungan

Sumber: Nies & Mc Ewen, 2015; Stanhope & Lancaster, 2015; Allender,
Rector & Warner, 2014; Kemenkes RI, 2015

Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia


 
Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
57 
 

Tabel 4.2
Prioritas Masalah Asuhan Keperawatan Komunitas pada
Aggregate Dewasa Dengan Masalah Hipertensi Di Kelurahan Srengseng Sawah,
Jagakarsa Kota Jakarta Selatan Tahun 2015

No. Diagnosis Manajemen Tingkat Perubahan Peningkatan Prioritas Jumlah


Pelayanan keperawatan pentingnya positif bagi kualitas masalah
Komunitas masalah masyarakat hidup jika dari 1
kesehatan jika masalah diselesaikan sampai 6:
untuk diselesaikan 0 = tidak 1=
diselesaikan 0 = tidak ada kurang
1 = rendah ada 1 = rendah penting
2 = sedang 1 = rendah 2 = sedang 6=
3 = tinggi 2 = sedang 3 = tinggi sangat
3 = tinggi penting
1. Perilaku hidup berisiko pada 3 3 3 6 15
aggregate orang dewasa
hipertensi
2. Ketidakefektifan pemeliharaan 3 3 2 6 14
kesehatan pada aggregate
dewasa hipertensi

3. Ketidakefektifan manajemen 3 2 2 6 13
kesehatan pada aggregate
dewasa hipertensi

Prioritas masalah keperawatan komunitas adalah:

1. Perilaku hidup berisiko pada aggregate orang dewasa hipertensi


2. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada aggregate dewasa hipertensi
3. Ketidakefektifan manajemen kesehatan pada aggregate dewasa hipertensi

4.2.1.3 Rencana Tindakan (NCP) dan pembenaran

Diagnosis keperawatan 1: Perilaku hidup berisiko pada aggregate dewasa


hipertensi

a. Tujuan umum: perilaku hidup aggregate dewasa dengan hipertensi di


kelurahan Srengseng Sawah lebih sehat setelah 8 bulan
b. Kriteria hasil: 1) Pencegahan primer: terjadinya peningkatan pengetahuan
tentang manajemen sakit akut, proses penyakit, perilaku sehat, promosi
kesehatan dan gaya hidup sehat; 2) Pencegahan sekunder: terjadi peningkatan
pengetahuan dan perilaku promosi kesehatan, mencari perilaku sehat,
pengambilan keputusan perawatan kesehatan, kontrol gejala, health beliefs;

Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia


 
Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
58 
 

perceived threat, deteksi faktor risiko, status kesehatan keluarga, status


kesehatan komunitas, efektifitas skrining kesehatan komunitas, efektifitas
program komunitas dan kontrol risiko komunitas: penyakit; 3) Pencegahan
tersier: terjadi peningkatan pengetahuan dan perilaku dalam berpartisipasinya
tim kesehatan dalam keluarga dan penggunaan sumber yang ada di komunitas
c. Perencanaan: 1) Pencegahan primer: Melakukan Pendidikan kesehatan,
Memfasilitasi pembelajaran, Pengajaran kelompok, Pengajaran prosedur/
tindakan, Triase; telepon, Manajemen kasus; 2) Pencegahan sekunder:
Melakukan manajemen perilaku, Memodifikasi perilaku, Surveilance,
panduan system kesehatan, fasilitasi kunjungan rumah, pengontrolan berkala,
manejemen penyakit tidak menular, skrining kesehatan; 3) Pencegahan tersier:
Memberi dukungan terhadap caregiver, dukungan keluarga, konsultasi,
dokumentasi, pencatatan insidensi kasus, rujukan, konsultasi telepon, tindak
lanjut telepon, pengembangan kesehatan masyarakat, pengembangan program
dan pemasaran sosial di masyarakat.

4.2.1.4 Implementasi dan Evaluasi

Diagnosis keperawatan 1: Perilaku hidup berisiko pada aggregat dewasa


dengan hipertensi di kelurahan Srengseng sawah

a. Implementasi: 1) Melakukan skrining hipertensi; 2) Melakukan penyuluhan


hipertensi dan perawatannya; 3) Melakukan penyuluhan kesehatan tentang diet
hipertensi dan penyusunan menu bagi penderita hipertensi; 4) Melakukan
latihan teknik relaksasi otot progresif; 5) Melakukan sosialisasi penggunaan
buku Diksi
b. Evaluasi
Implementasi dilakukan di RW 13 pada praktik residensi 1 dan di RW 05 pada
praktik residensi 2. Jumlah penderita hipertensi di RW 05 dan 13 sebanyak 63
orang, sebanyak 25,4% adalah laki-laki dan 74,6% perempuan. Jumlah peserta
skrining hipertensi sebanyak 43 orang, jumlah peserta penyuluhan hipertensi
sebanyak 60 orang, nilai rata-rata pengetahuan adalah 80. Nilai rata-rata
praktek penyusunan menu makan penderita hipertensi adalah 80 dengan
jumlah peserta 38. Keterampilan mengikuti latihan relaksasi otot progresif
nilai rata-rata adalah 70% dari 26 peserta. Perubahan kemampuan pada

Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia


 
Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
59 
 

aggregate dewasa dengan hipertensi yaitu pengetahuan, keterampilan, sikap,


dukungan keluarga serta penurunan tekanan darah orang dewasa terdapat pada
grafik 4.1 sampai 4.5. Buku Panduan Pemantauan Diet dan Pengelolaan Stres
Penderita Hipertensi (Diksi) telah disosialisasikan kepada 33 orang dewasa
dengan hipertensi selama 8 minggu mulai tanggal 22 Februari – 19 April 2016
bertempat di Mushollah At-Taubah RW 05. Implementasi Diksi dilakukan
setiap minggu dengan kegiatan mengecek tekanan darah, mengecek buku
catatan harian makanan yang dimakan, mengecek relaksasi sederhana di
rumah 10-15 menit dan setiap dua minggu sekali dilakukan latihan relaksasi
otot progresif. Tingkat kehadiran kelompok 39%-73% atau 13 - 24 orang
setiap pertemuan, implementasi dilakukan pada penderita hipertensi derajat 1
maupun hipertensi derajat 2.

Hasil implementasi Program Inovasi Diksi adalah sebagai berikut:


Jumlah responden yang mengikuti Diksi sebanyak 33 orang yang mayoritas
berusia 20-40 tahun (60,6%), kesemuanya perempuan dan mempunyai IMT
normal (54,5%).
1) Tanggal 22 Februari jumlah peserta 25 orang (75,7% kehadiran dari 33 orang
yang diundang) hanya 50% diet hipertensi sudah baik, dan baru 20% yang
menjalankan relaksasi sederhana, 24% penderita hipertensi derajat 1 dan 76%
hipertensi derajat 2
2) Tanggal 8 Maret jumlah peserta 26 orang (78,8% kehadiran) 65,4% diet
hipertensi sudah baik, 76,2% menjalankan relaksasi sederhana dan 90% yang
menjalankan relaksasi otot progresif dengan bimbingan, 15,4% penderita
hipertensi derajat 1, 38,5% hipertensi derajat 2 dan 46,1% tekanan darah
normal-normal tinggi.
3) Tanggal 15 Maret jumlah peserta 6 orang (18,1% kehadiran) 83,3% diet
hipertensi sudah baik, 100% yang menjalankan relaksasi sederhana, 33,3%
hipertensi derajat 2 dan 66,7% normal tinggi
4) Tanggal 22 Maret jumlah peserta 17 orang (51,1% kehadiran) ) 88,2% diet
hipertensi sudah baik, 88,2% menjalankan relaksasi sederhana dan 88,2%
yang menjalankan relaksasi otot progresif dengan bimbingan, 11,8%
hipertensi derajat 2, 29,4% derajat 1 dan 58,8% tekanan darah normal-normal
tinggi

Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia


 
Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
60 
 

5) Tanggal 29 Maret jumlah peserta 9 orang (27,2% kehadiran) 88,8% diet


hipertensi sudah baik, dan 100% yang menjalankan relaksasi sederhana,
33,3% hipertensi derajat 1 dan 66,7% tekanan darah normal-normal tinggi
6) Tanggal 5 April jumlah peserta 19 orang (57,6% kehadiran) 94,7% diet
hipertensi sudah baik, 100% menjalankan relaksasi sederhana dan 94,7% yang
menjalankan relaksasi otot progresif dengan bimbingan, 10,5% penderita
hipertensi derajat 1, 68,4% hipertensi derajat 2 dan 21,1% tekanan darah
normal-normal tinggi.
7) Tanggal 12 April jumlah peserta 20 orang (60,6% kehadiran) 95% diet
hipertensi sudah baik, dan 95% yang menjalankan relaksasi sederhana, 20%
penderita hipertensi derajat 1, 25% hipertensi derajat 2 dan 55% tekanan
darah normal-normal tinggi.
8) Tanggal 19 April jumlah peserta 23 orang (69,7% kehadiran) 95,6% diet
hipertensi sudah baik, 95,6 % menjalankan relaksasi sederhana dan 95,6%
yang menjalankan relaksasi otot progresif dengan bimbingan, 4,3% penderita
hipertensi derajat 1, 52,2% hipertensi derajat 2 dan 43,5% tekanan darah
normal-normal tinggi.

Grafik 4.1. Perubahan Jumlah Aggregate Dewasa Dengan Tingkat Pengetahuan Baik
Terhadap Hipertensi Di Kelurahan Srengseng Sawah (n=63)

60
56
50 52
40
36
30
20
10
0
Awal Tengah Akhir
Pengetahuan tentang Hipertensi pada orang dewasa

Jumlah orang dewasa yang pengetahuannya tentang hipertensi meningkat dari 36


orang di awal menjadi 52 orang di tengah dengan p = 0.000, dan meningkat lagi
menjadi 56 orang di akhir intervensi dengan p = 0.000. Kesimpulannya adalah terjadi
peningkatan pengetahuan yang signifikan dari masa awal ke akhir intervensi.

Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia


 
Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
61 
 

Grafik 4.2. Perubahan Jumlah Aggregate Dewasa Dengan Sikap Yang Baik Terhadap
Hipertensi Di Kelurahan Srengseng Sawah (n=63)
38
37 37
36
35 35
34
33 33
32 Series1
31
Awal Tengah Akhir
Sikap tentang Hipertensi pada orang
dewasa

Jumlah orang dewasa yang sikapnya terhadap hipertensi meningkat dari 33 orang di
awal menjadi 35 orang di tengah dengan p = 0.000, dan meningkat lagi menjadi 37
orang di akhir intervensi dengan p = 0.000. Kesimpulannya adalah terjadi peningkatan
sikap dari masa awal ke akhir intervensi.

Grafik 4.3. Perubahan Jumlah Aggregate Dewasa Dengan Keterampilan Baik Terhadap
Hipertensi Di Kelurahan Srengseng Sawah (n=63)
60
56
50 52
40
36
30
20
10 Series1
0
Awal Tengah Akhir
Keterampilan tentang Hipertensi pada
orang dewasa

Jumlah orang dewasa yang keterampilannya tentang hipertensi meningkat dari 29


orang di awal menjadi 42 orang di tengah dengan p = 0.000, dan meningkat lagi
menjadi 43 orang di akhir intervensi dengan p = 0.000. Kesimpulannya adalah terjadi
peningkatan keterampilan dari masa awal ke akhir intervensi.

Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia


 
Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
62 
 

Grafik 4.4. Perubahan Jumlah Aggregate Dewasa Dengan Dukungan Keluarga Baik
Terhadap Hipertensi Di Kelurahan Srengseng Sawah (n=63)
50
45
40
30 33
29
20
10 Series1

0
Awal Tengah Akhir
Dukungan keluarga tentang Hipertensi
pada orang dewasa

Jumlah orang dewasa yang dukungan keluarganya terhadap perawatan hipertensi


meningkat dari 29 orang di awal menjadi 33 orang di tengah dengan p = 0.000, dan
meningkat lagi menjadi 45 orang di akhir intervensi dengan p= 0.000. Kesimpulannya
adalah terjadi peningkatan dukungan keluarga dari masa awal ke akhir intervensi.

Grafik 4.5. Perubahan Jumlah Aggregate Dewasa Terhadap Penurunan Tekanan Darah
Di Kelurahan Srengseng Sawah (n=63)
45 41 42 41
40
Normal‐
35 Normal tinggi
30
HT derajat 1
25 22
20 18
HT derajat 2
15 11 11
10
5 3 Expon. (HT
0 derajat 2)
0
Pre Mid Post

Jumlah orang dewasa yang tekanan darahnya turun dari hipertensi derajat 2 menurun
dari 22 orang di awal menjadi 18 orang di tengah, dan 11 orang di akhir intervensi.
Pada grafik juga tergambar ada 3 orang yang mengalami penurunan tekanan darah
hingga mencapai angka normal-normal tinggi dan di akhir ada 11 orang yang berada
di tekanan darah normal-normal tinggi. Kesimpulannya adalah terjadi peningkatan
jumlah orang yang mengalami penurunan tekanan darah dari hipertensi derajat 2
menjadi hipertensi derajat 1 dan tekanan darah normal-normal tinggi dari masa awal
ke akhir intervensi.

Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia


 
Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
63 
 

c. Rencana Tindak lanjut


1) Dinas Kesehatan DKI Jakarta
Dinas Kesehatan DKI Jakarta adanya kebijakan atau aturan penempatan perawat
spesialis komunitas di suku dinas kesehatan sebagai koordinator pelayanan
kesehatan komunitas dengan penyakit tidak menular khususnya hipertensi.
2) Puskesmas Kecamatan Jagakarsa
Puskesmas kecamatan Jagakarsa diharapkan melakukan pemeriksaan kesehatan
dan penemuan kasus hipertensi secara dini, dan melakukan penyuluhan kesehatan
secara berkelanjutan pada aggregate dewasa
3) Kelurahan Srengseng Sawah
Kelurahan dapat menggunakan “Buku Panduan Pemantauan Diet dan Pengelolaan
Stres Penderita Hipertensi (DIKSI)” sebagai media pengontrol kesehatan orang
dewasa untuk mencegah dan merawat hipertensi di semua Posbindu PTM yang
ada di wilayahnya.

Diagnosis keperawatan 2: Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan pada aggregate


dewasa dengan hipertensi di kelurahan Srengseng sawah
a. Implementasi: 1) Melakukan sosialisasi dan pembinaan kelompok swabantu; 2)
Membantu pembentukan Posbindu PTM; 3) Melakukan pelaksanaan alur sistem
rujukan penderita hipertensi
b. Evaluasi: 1) Implementasi dilakukan di RW 13 pada praktik residensi 1. Jumlah
anggota kelompok swabantu sebanyak 8 orang, terdiri dari 6 laki-laki dan 2
perempuan; 2) Posbindu PTM Bungur Yonzikon 13 telah terbentuk dengan jumlah
kader 9 orang; 3) Telah disepakati alur rujukan antara Posbindu PTM, Balai kesehatan
Batalyon dan Puskesmas.
c. Rencana Tindak lanjut
1) Puskesmas Kecamatan Jagakarsa
Puskesmas Kecamatan Jagakarsa diharapkan melakukan supervisi, monitoring dan
evaluasi kegiatan kelompok swabantu maupun posbindu PTM
2) Kelurahan Srengseng Sawah
Kelurahan Srengseng Sawah dapat menggunakan “Buku pedoman kelompok
swabantu hipertensi” sebagai media pengontrol kesehatan kelompok swabantu
hipertensi yang ada di wilayahnya.
3) Kader Posbindu PTM

Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia


 
Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
64 
 

Kader dapat menggunakan pedoman rujukan yang sudah tercipta maupun buku
pedoman kelompok swabantu dengan aktif bekerjasama dengan pihak balai
kesehatan yang ada dan puskesmas

Diagnosis keperawatan 3: Ketidakefektifan manajemen kesehatan pada aggregate


dewasa dengan hipertensi di kelurahan Srengseng sawah
a. Implementasi: 1) Melakukan penyebaran info sehat pencegahan dan perawatan
hipertensi melalui penyebaran leaflet pada orang dewasa dan penempelan poster; 2)
Melakukan bimbingan konseling secara individu dan kelompok tentang hipertensi dan
perawatannya; 3) Melakukan evaluasi penggunaan Buku Panduan Diksi setiap
minggunya.
b. Evaluasi Keperawatan: 1) Tersampaikannya informasinya kesehatan pada orang
dewasa mengenai hipertensi melalui penyebaran leafleat dan penempelan poster; 2)
Terselenggaranya pelayanan kesehatan konseling pada penderita hipertensi dan
masalah yang umumnya sering di konsulkan adalah masalah diet hipertensi dan cara
menurunkan tekanan darah; 3) Buku panduan DIKSI dilakukan evaluasi setiap
minggunya dengan melihat catatan diet, relaksasi sederhana, latihan relaksasi otot
progresif dan pemeriksaan tekanan darah

Grafik 4.6. Prosentase Pencapaian Diksi Pada Aggregate Dewasa Dengan Hipertensi
Selama 8 Minggu Di Kelurahan Srengseng Sawah (n=33)
100
90
80
70
60
Diet seimbang
50
Relaksasi
40
30 PMR
20 TD
10
0

Jumlah penderita hipertensi yang mengikuti program Diksi rata-rata 18 orang setiap
minggunya, peningkatan perubahan yang signifikan terjadi pada diet seimbang dan

Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia


 
Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
65 
 

relaksasi sederhana di minggu ke-3, latihan relaksasi otot progresif (PMR) di minggu
ke-6 dan ke-8. Jumlah penderita yang mengalami penurunan tekanan darah bervariasi
setiap minggunya, tetapi jumlah tertinggi pada minggu ke-6.

c. Rencana Tindak Lanjut


1) Kader Posbindu PTM dapat melakukan pemantauan tekanan darah rutin kepada
penderita hipertensi dan menemukan orang dewasa yang berisiko menderita hipertensi
2) Posbindu PTM dapat menggunakan buku pedoman kelompok swabantu penderita
hipertensi dan buku pedoman “diet seimbang dan kelola stres hipertensi (DIKSI)”
dalam program pengendalian dan perawatan faktor risiko hipertensi

4.2.2. Asuhan Keperawatan Keluarga (1 kasus utama yg lengkap)

Asuhan keperawatan keluarga diberikan kepada 10 keluarga dengan 2 keluarga binaan


dan 8 keluarga resume di Kelurahan Srengseng Sawah.

4.2.2.1 Hasil Pengkajian dan Analisis

Keluarga binaan adalah keluarga Bapak M (52 tahun) tinggal di RT 04 RW 13 Batalyon


Zeni Konstruksi 13 Srengseng Sawah Jagakarsa Jakarta Selatan. Keluarga Bpk. M
adalah keluarga inti dengan 4 orang anak. Anak pertama (25 tahun) sudah berkeluarga
dan tinggal terpisah di Cijantung, anak yang kedua masih bersekolah SMA dan anak
ketiga dan keempat masih duduk di bangku SD. Bpk. M seorang anggota TNI AD di
Batalyon zeni konstruksi (Yonzikon) 13 dan istrinya yaitu Ibu N (48 tahun)
merupakan ibu rumah tangga yang ikut membantu ekonomi keluarga dengan berjualan
nasi bungkus dan kue-kue yang dititipkan di kantin Polimedia. Hasil pemeriksaan fisik
adalah BB/TB: 71 kg/168 cm, IMT: 25, 1, TD : 170/110 mmHg, Nadi : 76 x/menit, RR
: 20 x/menit.

Menurut Ibu N semua anggota keluarga sangat memperhatikan setiap masalah


kesehatan yang ada pada masing-masing anggota keluarganya. Hal tersebut terbukti
dengan khawatirnya Ibu N akan kondisi Bpk. M dan juga rajin mengikuti petunjuk yang
diberikan petugas kesehatan. Saat ini Bpk. M meminum obat antihipertensi Nifedipine
10 mg 1 x sehari dan vitamin. Sebelumnya Bpk. M diberi obat Captopril, tetapi tidak
cocok karena menjadi batuk sehingga obatnya diganti. Untuk pengobatan tradisional

Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia


 
Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
66 
 

Ibu N sering merebus daun sirsak dari pohon yang ditanam di depan rumahnya yang
dipercaya dapat menurunkan tekanan darah Bpk. M. Ibu N juga bertanya kepada
perawat mengenai obat herbal apalagi yang dapat diberikan untuk Bpk. M.

Keluarga Bpk. M biasa makan 3 kali sehari. Menurut Ibu N, Bpk. M suka makan ikan
laut dan kurang menyukai sayur dan buah. Buah yang disukai Bpk. M hanya pisang,
belimbing manis dan apel. Biasanya An. I, An. Y dan An. T sering mengemil dan jajan
di sekolah.

Aktivitas pada angota keluarga Bpk. M berbeda-beda. Bpk. M sehari-harinya bekerja


sebagai anggota TNI AD Batalyon zeni konstruksi, jam 6 -7 pagi dua kali seminggu
ikut olahraga lari keliling lapangan batalyon, lalu pulang untuk berganti pakaian dan
jam 9-11 pagi pergi bekerja di batalyon, kemudian istirahat dirumah sampai jam 14,
selanjutnya apel sore jam 15. Bpk. M aktif ikut pengajian yang diadakan batalyon setiap
hari kamis malam di masjid batalyon. Ibu N sebagai ibu rumah tangga bertugas untuk
mengurusi segala keperluan anggota keluarga mulai dari menyiapkan makanan pagi,
siang dan malam hari, menyiapkan persiapan atau keperluan anak-anaknya dan
membereskan pekerjaan rumah lainnya. Beberapa hari tertentu, Ibu N memiliki
kegiatan rutin setiap minggunya seperti arisan, pengajian, olahraga dan mengikuti
kegiatan posyandu yang ada di RW nya. An. I saat ini sedang sekolah di SMA dan
bersiap belajar untuk kuliah, sepulang dari sekolah biasanya An. I langsung pulang ke
rumah untuk tidur siang. Sedangkan An. Y dan An. T sekolah dari pagi hingga siang
hari, dan di hari-hari tertentu An. Y biasanya akan pergi untuk mengikuti les tambahan.
Pola istirahat keluarga Bpk. M juga berbeda-beda. Bpk. M biasanya akan tidur pada
malam hari setelah selesai makan malam dan melepas penat dengan menonton televisi
atau sekedar mengobrol dengan Ibu N dan anak-anaknya. Begitupun dengan anggota
keluarga lainnya,mereka akan tidur disaat jam menunjukkan sekitar pukul 22.00.

Keluarga Bpk. M terutama Bpk. M dan ibu N rajin melakukan aktivitas olah raga.
Setiap pagi Bpk. M mengikuti lari pagi 2 kali seminggu dengan teman-temannya di
batalyon, sedangkan Ibu N aktif mengikuti olahraga bersama pada hari jumat dan
latihan bola voli setiap hari senin sore. An. I lebih senang mengisi kegiatan dengan
tidur dan santai di rumah.

Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia


 
Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
67 
 

Ibu N mengatakan bahwa yang menjadi pikiran saat ini adalah masalah kesehatan yang
dialami oleh suaminya. Apalagi Bpk. M sudah pernah terserang stroke bulan Maret
2015 kemarin, Ibu N mengkhawatirkan kondisi psikologis Bpk. M yang semenjak sakit,
pekerjaannya di batalyon dikurangi sehingga terlihat bingung mau melakukan apa. Ibu
N juga mengatakan, takut jika suaminya akan terserang stroke lagi akibat tekanan darah
tinggi yang diderita Bpk. M. Ibu N mengatakan Bpk. M pernah mengeluh bagaimana
dengan anaknya yang masih SD dan membutuhkan banyak biaya untuk pendidikannya.
Walaupun Ibu N sering mengatakan tidak perlu khawatir karena masih memiliki rumah
kontrakan dan rumah BTN di Cileungsi untuk persiapan masa pensiun mereka tetapi
Bpk. M terlihat masih suka memikirkan hal itu. Bpk. M jika mempunyai masalah lebih
banyak diam dan dipikirkan sendiri jalan keluarnya, sedangkan Ibu N lebih terbuka
dalam menghadapi masalah serta pasrah, berdoa dan berusaha melakukan yang terbaik
untuk semua anggota keluarganya. Ibu N mengatakan jika ada masalah dalam keluarga,
ia selalu membicarakan bersama-sama dan mencari solusi atau jalan keluar yang terbaik
bagi semua anggota keluarga. Namun terkadang Bpk. M kadang marah jika diminta
berhenti merokok.

4.2.2.2 Pohon masalah dan prioritas masalah

Kesiapan meningkatkan
Manajemen kesehatan

Perilaku kesehatan cenderung Koping individu tidak efektif


berisiko

Adanya sumber daya keluarga Kurangnya dukungan keluarga

Kurangnya pengetahuan, sikap


dan keterampilan dalam
perawatan keluarga

Sumber: Nies & Mc Ewen, 2015; Friedman, Bowden & Jones,


2010; Allender, Rector & Warner, 2014; Kemenkes RI, 2015

Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia


 
Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
68 
 

Masalah keperawatan yang muncul dari análisis data selanjutnya diprioritaskan dengan
menggunakan skala prioritas (Terlampir). Masalah prioritas pada keluarga Bapak M
adalah:

1. Perilaku kesehatan cenderung berisiko, skor 4 2/3


2. Tidak efektifnya koping individu, skor 3 1/6
3. Kesiapan meningkatkan manajemen kesehatan, skor 2 1/2

4.2.2.3 Rencana Keperawatan

Diagnosis 1: Perilaku kesehatan cenderung berisiko pada keluarga Bapak M

a. Tujuan Umum: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 8 minggu,


diharapkan perilaku kesehatan pada keluarga Bapak M lebih sehat
b. Tujuan khusus: 1) Setelah dilakukan kunjungan rumah selama 2 x 45 mnt
diharapkan keluarga mampu mengenal perilaku sehat dengan: mengetahui tentang
proses penyakit; 2) Setelah dilakukan kunjungan rumah selama 2 x 45 mnt
diharapkan keluarga mampu memutuskan untuk melakukan perawatan pada bapak
untuk memperbaiki kesehatan: Berpartisipasi dalam memutuskan perawatan
kesehatan, Keyakinan kesehatan, Perilaku menghilangkan kebiasaan merokok,
Perilaku mempertahankan berat badan, Manajemen diri penyakit hipertensi; 3)
Setelah dilakukan kunjungan rumah selama 2 x 45 mnt diharapkan keluarga mampu
merawat anggota keluarga dengan koping individu tidak efektif melalui: Istirahat,
Status kesehatan personal, Kesehatan fisik, Kualitas hidup; 4) Setelah dilakukan
kunjungan rumah selama 2 x 45 mnt diharapkan keluarga mampu memodifikasi
lingkungan untuk mengurangi ancaman kesehatan dengan: Kontrol risiko
penggunaan tembakau, Kontrol risiko stroke, Kontrol risiko hipertensi; 5) Setelah
dilakukan kunjungan rumah selama 1 x 45 mnt diharapkan keluarga mampu
menggunakan fasilitas kesehatan yang ada untuk membuat koping individu efektif
melalui: Kepuasan keluarga: akses menuju sumber pelayanan, Kepuasan keluarga:
bantuan fungsional, Kepuasan keluarga: terhadap pelayanan psikososial
c. Rencana Tindakan: 1) Teaching individual dan keluarga tentang proses penyakit;
2) Modifikasi perilaku; 3) Manajemen energy; 4) Peningkatan kegiatan olahraga; 5)
Culture Brokerage; 6) Manajemen perilaku; 7) Bantuan untuk berhenti merokok; 8)
Modifikasi perilaku; 9) Konsultasi; 10) Rujukan

Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia


 
Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
69 
 

4.2.2.4 Implementasi dan Evaluasi


Implementasi: Intervensi keperawatan pada keluarga Bapak M dilakukan sebanyak
10 kali pertemuan. Tindakan yang dilakukan adalah mengajarkan strategi yang
dapat dilakukan serta hal-hal yang harus dihindari untuk mengontrol tekanan darah;
mengajarkan proses penyakit seperti proses terjadinya hipertensi dan tanda serta
gejala hipertensi; mendukung pengambilan keputusan: menjadi penghubung antara
klien dan keluarga dengan petugas kesehatan di balai kesehatan dan kader posbindu;
memfasilitasi klien dan keluarga untuk memahami tujuan perawatan;
menginformasikan kepada pasien bahwa sebaiknya mengontrol tekanan darah setiap
bulan ke posbindu dan tidak harus langsung ke RS; melakukan konseling nutrisi;
membantu mengidentifikasi kebiasan makan yang harus diubah seperti makanan
makanan yang mengandung banyak garam dan lemak; memberikan informasi
tentang diet rendah garam serta makanan-makanan yang boleh dan tidak boleh
dikonsumsi oleh penderita hipertensi; membimbing latihan relaksasi otot progresif
dimulai dari memilih tempat yang nyaman, memberikan penjelasan kepada klien
tentang teknik relaksasi progresif, menginstruksikan kepada klien untuk
menggunakan pakaian yang longgar dan nyaman, mengecek apakah ada masalah
pada leher saat melakukan gerakan ekstensi dan hiperekstensi, mengecek apakah
ada peningkatan tekanan intrakranial, dan perdarahan, mencontohkan gerakan-
gerakan yang akan dilakukan oleh klien, menginstruksikan klien untuk melakukan
kembali gerakan-gerakan teknik relaksasi progresif bersama perawat, melakukan
terminasi, dan memberikan kesempatan kepada klien untuk mengekspresikan
perasaannya; melakukan manajemen lingkungan: keamanan dengan menganjurkan
keluarga untuk menjaga agar lantai tetap kering dan tidak licin; membimbing sistem
kesehatan dengan menjelaskan kepada klien pentingnya menindaklanjuti perawatan
kesehatan (mengontrol tekanan darah setiap bulan), membantu klien dan keluarga
memilih pelayanan kesehatan yang sesuai; menginformasikan kepada klien manfaat
posbindu dan balai kesehatan, memberikan buku monitoring tekanan darah yang
dapat digunakan klien untuk memonitor tekanan darah melalui posbindu

Evaluasi

a. Pada kunjungan kesatu keluarga menyebutkan pengertian hipertensi dengan benar


serta menyebutkan 4 dari 9 faktor risiko, menyebutkan dengan benar 3 dari 4 tanda

Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia


 
Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
70 
 

dan gejala hipertensi, menyebutkan dengan benar 3 dari 7 cara merawat/mengontrol


tekanan darah,
b. Pada Kunjungan kedua keluarga menyebutkan pentingnya mengontrol tekanan
darah ke balai kesehatan batalyon secara rutin, keluarga membuat komitmen untuk
mengunjungi balai kesehatan secara teratur. Pada pertemuan keempat, keluarga
mengatakan sudah ke balai kesehatan untuk cek tekanan darah dan meminta obat
c. Pada kunjungan ketiga keluarga dapat menyebutkan diet seimbang hipertensi dan
membuat menu untuk Bapak M
d. Pada kunjungan keempat keluarga dilatih melakukan latihan relaksasi otot progresif
dan dilakukan dengan benar. Tekanan darah turun dari 160/90 mmHg menjadi
140/90 mmHg
e. Pada kunjungan kelima, tekanan darah klien 150/90 mmHg klien. Ibu M sudah
memasak bubur manado yang dipesan Bapak M agar sesuai dengan diet hpertensi
yang diajarkan. Bapak M sudah tidak merokok lagi.
f. Pada kunjungan keenam, tujuh dan delapan yang tidak direncanakan, lingkungan
rumah yang aman dan perabot sudah diatur untuk mengurangi risiko
g. Pada pertemuan kesembilan dan sepuluh, tekanan darah Bapak M sudah 130/80
mmHg
Tabel 4.3 Tingkat Kemandirian Keluarga

Tingkat Kemandirian Keluarga


No Urut Keluarga
Sebelum Pemberian Askep Sesudah Pemberian Askep
1 (Bp.M) II IV
2 (Bp.A) I III
3 (Ibu.M) II III
4 (Ibu.S) I III
5 (Ibu.T) I III
6 (Ibu.N) I III
7 (Ibu.R) II III
8 (Bp.Ma) II IV
9 (Bp.J) II IV
10 (Ibu.D) I III
Tabel 4.3 menunjukkan adanya perubahan tingkat kemandirian keluarga dengan
diberikan asuhan keperawatan keluarga selama 4 bulan dengan jumlah kunjungan 10-12
kali kunjungan masing-masing 45-60 menit.

Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia


 
Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
71 
 

Tabel 4.4 Indikator Tingkat Kemandirian Keluarga

No. Kriteria Keluarga Binaan


1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. Menerima petugas √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Perkesmas
2. Menerima pelayanan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
keperawatan yang sesuai
dengan rencana
keperawatan
3. Tahu dan dapat √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
mengungkapkan
masalah kesehatannya
secara benar
4. Melakukan perawatan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
sederhana sesuai anjuran
5. Memanfaatkan fasilitas √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
pelayanan kesehatan
sesuai anjuran
6. Melaksanakan tindakan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
pencegahan secara aktif
7. Melaksanakan tindakan √ - - - - - - √ √
promotif secara aktif
Tingkat kemandirian 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3
keluarga

Pada tabel 4.4 dapat dilihat pencapaian kemandirian keluarga, dengan 3 keluarga telah
mencapai kemandirian tingkat 4 dan 7 keluarga mencapai kemandirian tingkat 3.

Tabel 4.5 Perubahan Tekanan Darah Keluarga Binaan

Tekanan darah (mmHg)


No Urut Keluarga
Sebelum Pemberian Askep Sesudah Pemberian Askep
1 (Bp.M) 170/110 130/80
2 (Bp.A) 150/90 110/80
3 (Ibu.M) 180/110 150/90
4 (Ibu.S) 170/100 140/90
5 (Ibu.T) 180/110 160/100
6 (Ibu.N) 140/100 140/90
7 (Ibu.R) 140/85 120/80
8 (Bp.Ma) 140/90 130/80
9 (Bp.J) 150/90 130/80
10 (Ibu.D) 148/86 130/80
Tabel 4.5 menunjukkan perubahan tekanan darah dari 10 keluarga binaan, 2 keluarga
mengalami perubahan menjadi tekanan darah normal, 4 keluarga mengalami
perubahan menjadi tekanan darah normal tinggi, dan 3 keluarga mengalami
perubahan menjadi tekanan darah derajat 1, dan 1 keluarga masih memiliki tekanan
darah derajat 2. 

Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia


 
Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
72 
 

BAB V

PEMBAHASAN

Bab pembahasan ini berisikan analisis kesenjangan pengelolaan manajemen


keperawatan dan asuhan keperawatan yang diberikan berdasarkan teori atau penelitian
yang telah dilakukan. Analisis pencapaian berdasarkan pelaksanaan manajemen
pelayanan kesehatan, asuhan keperawatan komunitas, dan asuhan keperawatan
keluarga. Pembahasan juga menguraikan implikasi dan hambatan selama melakukan
praktik keperawatan komunitas pada aggregate dewasa dengan hipertensi.

5.1 Analisis Pencapaian Dan Kesenjangan


5.1.1 Pengelolaan Manajemen Pelayanan Keperawatan
Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan diagram fish bone terhadap
manajemen pelayanan keperawatan pada aggregate dewasa dengan hipertensi di Suku
Dinas Kesehatan Jakarta Selatan, Puskesmas Kecamatan Jagakarsa dan Kelurahan
Srengseng Sawah teridentifikasi masalah manajemen pelayanan keperawatan
komunitas prioritas adalah belum optimalnya peran dan fungsi organisasi Sudinkes
Jakarta Selatan dengan Puskesmas dan kader dalam hal pembinaan kesehatan
aggregate dewasa dengan hipertensi dan belum optimalnya pengarahan terhadap
pelayanan PTM khususnya hipertensi pada aggregate dewasa.

Program PTM di tingkat suku dinas kesehatan Jakarta Selatan belum menjangkau
hingga lapisan masyarakat paling bawah yaitu individu dengan hipertensi. Rencana
satu kelurahan satu posbindu PTM tentu saja belum dapat mewakili kebutuhan
masyarakat kelurahan Srengseng Sawah yang mempunyai prevalensi hipertensi
19,3% dan perilaku kesehatan masyarakat terhadap hipertensi masih kurang. Sebagai
program yang relatif baru dan tidak menjadi prioritas, program PTM di puskesmas
kecamatan Jagakarsa mempunyai tenaga kesehatan yang hanya sanggup melakukan
pelayanan di dalam gedung. Fungsi pengorganisasian akan optimal jika di dukung
adanya sumber daya yang cukup ((Marquis & Huston, 2012). Untuk itu residen telah
membentuk program pengendalian tekanan darah pada aggregate dewasa dengan
pemantauan diet dan pengelolaan stres hipertensi (DIKSI) di samping juga membuat
pelatihan kader dan memfasilitasi pembentukan posbindu PTM di kelurahan
Srengseng Sawah. Tujuan intervensi ini adalah terbentuknya kelompok dewasa dan

Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia


 
Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
73 
 

kader kesehatan yang peduli pada masalah kesehatan aggregate dewasa dengan
membentuk posbindu PTM dan RW Diksi. Hal ini didasari adanya pemberdayaan
akan membuat komunitas mampu menyelesaikan masalah kesehatan yang ada secara
mandiri dengan menggunakan sumber-sumber dan kemampuan yang dimiliki oleh
komunitas tersebut (Hartono, 2013). Adanya program Posbindu PTM sejak 2011
merupakan salah satu upaya pemberdayaan masyarakat untuk mengendalikan
penyakit tidak menular melalui deteksi dini (Kemenkes, 2015). Salah satu penyakit
tidak menular yang dapat dikendalikan di masyarakat melalui posbindu PTM adalah
hipertensi. Kader sebagai orang yang berpengaruh di masyarakat, dapat membaur
secara efektif dengan masyarakat dalam proses transformasi pesan kesehatan yang
ingin disampaikan (Singh et al, 2016). Pelatihan kader posbindu PTM di setiap RW di
kelurahan Srengseng Sawah sudah 100%. Hal ini dapat terjadi karena adanya
kerjasama lintas sektoral yang difasilitasi residen antara Kemenkes RI, Kelurahan
Srengseng Sawah dan Puskesmas Kecamatan Jagakarsa. Program Diksi yang
mengedepankan diet seimbang dan mengelola stres pada aggregate dewasa dapat
menjadi program awal untuk mengurangi risiko komplikasi hipertensi disamping
manajemen pengobatan seperti rekomendasi JNX-VIII ( James et al, 2014).

Secara teknik diadakannya pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan petugas kesehatan
komunitas berhubungan dengan peningkatan motivasi kerjanya (Stratchan, 2012). Hal
ini sesuai dengan penelitian Singh et al ( 2016) yang menyebutkan bahwa supervisi
dan pelatihan merupakan model paling efektif dalam meningkatkan motivasi kader
kesehatan. WHO (2010) menyatakan bahwa supervisi dan pelatihan merupakan
bagian yang tak terpisahkan dari paket intervensi esensial penyakit tidak menular
untuk negara-negara yang minim sumber daya.

Singh et al ( 2016) menyebutkan bahwa supervisi dan pelatihan merupakan model


paling efektif dalam meningkatkan motivasi kader kesehatan. Hasil kesepakatan
dengan tokoh masyarakat di RW 13 terdapat 9 anggota kader perwakilan masing-
masing RT dari hasil rekrutmen calon anggota kader, tersosialisasikannya program-
program terkait pengendalian hipertensi kepada pihak suku dinas kesehatan Jakarta
Selatan, puskesmas kecamatan Jagakarsa, kelurahan Srengseng Sawah dan kader RW
seperti pelatihan kader posbindu PTM, penyuluhan hipertensi dan kegiatan screening
hipertensi dan terpilih penanggung jawab dari masing-masing program yang telah

Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia


 
Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
74 
 

disusun pada lokakarya mini di kelurahan Srengseng Sawah. Selanjutnya terbentuk


posbindu PTM di RW 13 dengan diawali launching posbindu PTM di hadapan
penanggungjawab program PTM Puskesmas Kecamatan Jagakarsa dan Ka Sie Kesra
kelurahan Srengseng Sawah pada tanggal 28 Desember 2015, terbentuk struktur
organisasi posbindu PTM dan RW Diksi di RW 13, serta terlaksananya penyuluhan
kesehatan mengenai hipertensi dengan peserta 150 orang anggota PKK kelurahan.

Residen menggunakan model Precede Proceed dan Community As Partner dalam


mengimplementasikan program Diksi dengan menggunakan kebijakan program
Posbindu PTM yang menjadi program pemerintah RI saat ini sebagai wadah
pemberdayaan masyarakat. Tahap utama dalam Precede Proceed yang digunakan
pada penerapan Diksi adalah fase 5 ( Administrative & Policy Diagnosis) khususnya
pengkajian tentang sumber daya manusia, sumber dana, program kerja kesehatan yang
ada di organisasi setempat dan organisasi lain yang ikut memengaruhi pelaksanaan
program (Green & Kreuter, 1991). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Hosseini et
al (2014) yang menyatakan bahwa intervensi pendidikan kesehatan bagi penderita
hipertensi di Iran yang menggunakan model Precede Proceed terutama faktor
predisposing, enabling, dan reinforcing terbukti efektif dalam menurunkan tekanan
darah dengan cara meningkatkan level aktifitas fisik dan modifikasi diet. Strategi
implementasi keperawatan komunitas yang dapat digunakan dalam mengatasi
masalah kesehatan komunitas antara lain kemitraan (partnership), pemberdayaan
(empowerment), pendidikan kesehatan, dan proses kelompok (Anderson &
McFarlane, 2011; Stanhope & Lancaster, 2014; Allender, Rector & Warner, 2014).

5.1.2 Asuhan Keperawatan Komunitas

Aggregate dewasa termasuk ke dalam populasi berisiko karena memiliki kesamaan


masalah kesehatan yang dapat berkembang akibat adanya berbagai faktor risiko
(Allender, Rector & Warner, 2014). Hipertensi adalah masalah kesehatan
kardiovaskuler yang paling sering dialami oleh orang dewasa. sehingga melalui
peningkatan pengetahuan diharapkan orang dewasa menyadari bahaya hipertensi
seperti stroke dan serangan jantung. Perubahan pengetahuan, sikap, keterampilan dan
dukungan keluarga yang didapat dari uji statistik dengan hasil p-value 0,000
menunjukkan bahwa ada perubahan yang signifikan antara pengetahuan, sikap,

Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia


 
Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
75 
 

keterampilan dan dukungan keluarga pada pre-test, mid-test dan post-test. Penurunan
tekanan darah terjadi setelah dilakukan program Diksi yang dilakukan selama 8 bulan
pada 63 orang dewasa dengan tekanan darah sistolik 10,29 mmHg dan tekanan
diastolik 4,81 mmHg. Program Diksi dirancang untuk digunakan di komunitas dan
keluarga dengan menggunakan model Community As A Partner yang dikembangkan
oleh Anderson dan Mc Farlane dari teori Betty Neuman (Anderson & Mc Farlane,
2011). Model ini lebih berfokus pada perawatan kesehatan masyarakat karena
praktek, keilmuan, dan metodenya melibatkan masyarakat untuk berpartisipasi penuh
dalam meningkatkan kesehatannya.

Program Diksi dilakukan dengan memantau diet seimbang bagi penderita hipertensi
dan pengelolaan stres dengan mengunakan metode self reported dan pendekatan
proses keperawatan. Fang, Ayala, Loustalot, & Dai (2013) menyebutkan bahwa
jumlah prevalensi orang dewasa dengan self reported hipertensi tahun 2005-2009 di
Amerika meningkat dari 25,8% menjadi 28,3%. Hal ini menunjukkan adanya
peningkatan kesadaran orang dewasa di Amerika terhadap penyakit hipertensi.
Menurut Nies dan McEwen (2015), diet merupakan faktor risiko penyakit kronik yang
paling mudah dimodifikasi. Salah satu faktor risiko hipertensi adalah konsumsi
makanan asin, dengan hasil penelitian menyebutkan 60% kasus penderita hipertensi
primer (essensial) terjadi penurunan tekanan darah dengan mengurangi asupan garam
(Kemenkes, 2013). Hasil statistik menunjukkan setelah mengikuti program Diksi
selama 8 minggu bahwa terjadi kenaikan kemampuan aggregate dalam catatan diet
dan relaksasi sederhana diikuti penurunan tekanan darah di minggu ketiga. Hal ini
dapat saja terjadi karena sudah mulai tumbuh kesadaran pentingnya mengikuti
program Diksi karena sudah terlihat terjadi penurunan tekanan darah oleh beberapa
anggota kelompok menjadi 66,7%. Rata-rata terjadi peningkatan pemantauan diet
sebesar 81,4% dan relaksasi sederhana sebesar 83,2%.

Konsumsi garam pada orang dewasa yang dianjurkan WHO (2013) adalah 2000
miligram natrium atau setara dengan 5 gram atau 1 sendok teh garam dapur. Natrium
banyak terdapat pada makanan yang diproses seperti roti, sosis daging, makanan
ringan dan makanan tambahan seperti kecap, dan saus. Tetapi masih banyak
masyarakat yang belum menjalankan anjuran ini, seperti yang ditemukan oleh Chen,
et al., (2013) bahwa hanya 22,7% masyarakat rural dan 45,3% masyarakat urban di

Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia


 
Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
76 
 

China yang menggunakan garam dapur 1 sendok teh sehari. Hasil Riskesdas (2013)
menyebutkan prevalensi konsumsi makanan asin (26,2%), dan konsumsi makanan
tinggi bumbu penyedap (77,3%) pada masyarakat Indonesia. Adanya program Diksi
membuat aggregate dewasa di kelurahan Srengseng Sawah membatasi makanan asin
dan digoreng seperti kebiasaan sarapan dengan nasi uduk dan gorengan, mengganti
cemilan bakso dengan buah-buahan seperti papaya dan semangka. Penggunaan garam
dan bumbu penyedap juga sudah dikurangi, hanya ada satu orang yang masih belum
dapat menghilangkan kebiasaanya untuk meminum kopi, tetapi sudah bisa
menguranginya dari konsumsi minum kopi 5-6 kali sehari menjadi 1-2 kali sehari saja
setelah mengikuti program Diksi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Indrawati,
Werdhasari dan Yudi (2009), kebiasaan penduduk makan asin mempunyai hubungan
yang bermakna dengan hipertensi dengan p= 0,001. Pemerintah Indonesia juga sudah
menaruh perhatian akan hal ini dengan mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI
No 30 tahun 2013 mengenai pengendalian kandungan garam, gula dan lemak pada
pangan olahan dan siap saji sudah dikeluarkan pemerintah dalam menurunkan faktor
risiko hipertensi.

Sedangkan relaksasi berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah pada dewasa


muda (Pal et al, 2014). Sheu, Irvin, Lin dan Mar (2003) menyebutkan bahwa relaksasi
otot progresif bermanfaat pada penderita hipertensi esensial karena dapat menurunkan
persepsi stres dan meningkatkan persepsi mereka terhadap kesehatan secara
signifikan. Pada program Diksi, beberapa penderita hipertensi mengalami penurunan
tekanan darah setelah diberikan intervensi melakukan relaksasi sederhana seperti
berdzikir selama 10-15 menit setelah sholat subuh setiap hari dan latihan relaksasi
otot progresif yang dibimbing mahasiswa residen setiap dua minggu sekali selama
delapan minggu. Patel, Kathrotia, Pathak & Thakkar (2012) menyebutkan bahwa
terjadi penurunan tekanan darah sistolik secara signifikan setelah dilakukan latihan
relaksasi otot progresif selama 3 bulan.

Peran kunci perawat kesehatan publik dalam pencegahan dan pengendalian hipertensi
adalah melakukan skrining tekanan darah, membangun kesadaran masyarakat akan
bahaya hipertensi dan bekerjasama dengan program maupun sektor lain untuk
membuat program yang dilakukan dapat berjalan secara berkesinambungan (ASTHO,
2014). Residen telah mengadakan kerjasama dengan Kemenkes RI dalam pelaksanaan

Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia


 
Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
77 
 

pelatihan Posbindu PTM, juga memberikan pemahaman secara terus menerus kepada
pihak kelurahan Srengseng Sawah maupun Puskesmas Kecamatan Jagakarsa untuk
mendirikan posbindu PTM di setiap RW dalam rangka membangun kesadaran dalam
upaya mengendalikan penyakit tidak menular khususnya hipertensi.

5.1.3 Asuhan Keperawatan Keluarga

Hasil pengkajian keluarga menunjukkan kurangnya dukungan keluarga dan


kemandirian untuk hidup sehat. Dari sepuluh keluarga yang dibina, lima diantaranya
mempunyai tingkat kemandirian pertama. Setelah dilakukan asuhan keperawatan
keluarga selama 4 bulan sebanyak 10-12 kali kunjungan, tingkat kemandirian
keluarga yang dibina meningkat dari tingkat I menjadi III sebanyak 5 keluarga, II
menjadi III sebanyak 2 keluarga dan dari tingkat II ke IV sebanyak 3 keluarga.
Menurut Depkes (1998), kemandirian keluarga dapat dilihat dari kemampuan
keluarga menerima petugas kesehatan, menerima pelayanan kesehatan sesuai rencana,
dapat menyatakan masalah kesehatan yang dialami secara benar, memanfaatkan
fasilitas kesehatan sesuai dengan anjuran tenaga kesehatan, dapat melaksanakan
perawatan sederhana sesuai anjuran, melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif
dan melaksanakan tindakan promotif secara aktif. Dari 10 keluarga yang dibina,
masih ada 7 keluarga yang belum dapat melaksanakan tindakan promotif secara aktif.
Hal ini bisa saja dikarenakan masih kurangnya perhatian keluarga terhadap diet,
latihan fisik dan manajemen stres (Stanhope& Lancaster, 2014).

Keluarga sangat berperan sebagai sistem dukungan bagi penderita hipertensi.


Dukungan keluarga berupa dukungan sikap, tindakan dan penerimaan keluarga
terhadap penderita yang sakit. Ibu N sangat responsif dalam menerima anjuran
perawat dalam mengubah menu makanan Bapak M dan mengingatkan Bapak M
yntuk melakukan latihan relaksasi sederhana di rumah. Anggota keluarga memandang
bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan
bantuan jika diperlukan (Friedman, 1998). Keluarga yang belum dapat menjalankan
kemandirian dalam melaksanakan tugas kesehatan dapat dibantu perawat komunitas
melalui Coaching atau bimbingan yang merupakan proses belajar intensif melalui
bimbingan perorangan, demonstrasi, dan praktik yang diikuti dengan pemberian
umpan balik segera (Departemen Kesehatan, 2007). Coaching yang diberikan kepada
keluarga berupa pemberian bimbingan secara langsung dengan metode demonstrasi

Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia


 
Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
78 
 

dan praktek langsung perawatan hipertensi di masyarakat. Selanjutnya keluarga


dengan anggota keluarga yang menderita hipertensi dikumpulkan dalam proses
kelompok melalui pembentukan peer atau social support berdasarkan kondisi dan
kebutuhan masyarakat (Stanhope dan Lancaster, 2004; Hitchock, Schuber dan
Thomas, 1999). Sosial support sangat penting bagi penderita penyakit kronik untuk
dapat berbagi pengalaman dan perasaan sehingga terhindar dari rasa jemu berobat dan
mengubah perilaku. Pendidikan kesehatan juga dilakukan di tatanan keluarga dengan
memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan yang dapat dilakukan keluarga
dan masyarakat. Tindakan keperawatan komplementer seperti terapi zona juga
diterapkan kepada keluarga binaan. Tekanan darah Bapak M mengalami penurunan
dari 170/110 mmHg menjadi 130/80 mmHg.

Keberadaan perawat spesialis komunitas memegang peranan yang sangat penting


dalam pembinaan keluarga dengan hipertensi. Kemampuan spesialistik perawat
komunitas dalam memastikan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada keluarga
sesuai dengan kebutuhan keluarga dan dapat terintegrasi dengan program di
komunitas melalui pengkajian yang komprehensif dan berkesinambungan (Stanhope
& Allender, 2016).

5.2 Keterbatasan

Intervensi penerapan Program Diksi dengan “Buku pedoman pemantauan diet dan
pengelolaan stres penderita hipertensi” adalah bentuk inovasi yang dibuat untuk
menurunkan angka penderita hipertensi pada aggregate dewasa di kelurahan
Srengseng Sawah Jakarta Selatan. Buku ini digunakan oleh penderita hipertensi untuk
mencatat makanan yang dimakan sesuai dengan kebutuhan kalorinya, menghindari
makanan asin serta membangun kebiasaan makan buah dan sayur sebanyak 5 porsi
sehari. Buku ini juga mencatat aktivitas relaksasi sederhana yang telah diajarkan
seperti dzikir sehabis sholat subuh selama 10-15 menit dan latihan pernapasan, juga
latihan relaksasi otot progresif secara bersama-sama setiap dua minggu.

Keterbatasan dalam penerapan inovasi adalah belum optimalnya peran dari kader
posbindu PTM, karena program ini masih relatif baru sehingga kader masih belum
percaya diri dalam menjalankan program Diksi ini. Keterbatasan lainnya adalah
padatnya aktifitas penderita hipertensi yang sebagian besar ibu-ibu untuk memenuhi

Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia


 
Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
79 
 

undangan pernikahan atau hajatan di lingkungannya sehingga juga membuat para ibu
ini lupa dengan diet yang sedang dijalankannya. Pada bapak-bapak TNI AD hambatan
dalam mengikuti program lebih disebabkan faktor terbentur jadwal latihan menembak
dan pekerjaan ke luar kompleks batalyon. Program ini juga belum dapat mengukur
perubahan tingkat stres yang dialami aggregate dewasa dengan hipertensi. Faktor
cuaca turut mempengaruhi jalannya program karena beberapa kali hujan lebat
membuat para ibu tidak dapat melaporkan catatannya dan tidak terkaji tekanan
darahnya.

5.2 Implikasi Keperawatan

Data dari penelitian yang didapatkan bahwa angka prevalensi hipertensi di kelurahan
Srengseng Sawah cukup tinggi dibarengi dengan masih rendahnya kesadaran
masyarakat akan faktor risiko hipertensi dapat meningkatkan angka kesakitan akibat
komplikasi hipertensi seperti penyakit jantung dan stroke. Penerapan Diksi dapat
meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap upaya pengendalian hipertensi
sehingga membantu menurunkan risiko dan durasi penyakit hipertensi yang dapat
menimbulkan kecacatan. Implikasi kegiatan pada manajemen pelayanan adalah
terciptanya koordinasi antara pemerintah daerah dengan dinas kesehatan dalam
mengubah perilaku diet dan pengelolaan stres aggregate dewasa dengan hipertensi
melalui kegiatan Diksi yang didampingi oleh petugas/kader Posbindu PTM. Supervisi
kader dan pelatihan Meningkatnya partisipasi keluarga dalam melakukan perubahan
gaya hidup sehat melalui konsultasi dan kunjungan rumah oleh perawat juga penting
dilakukan untuk memudahkan tumbuhnya kesadaran masyarakat dalam menghadapi
hipertensi.

Sedangkan implikasi penelitiannya adalah dengan melihat peningkatan perilaku diet


sehat dan pengelolaan stres para penderita hipertensi dan keluarga dalam menjalankan
perilaku tersebut setelah menjadi anggota kelompok swabantu dengan pendampingan
dari kader posbindu PTM. Bagi penelitian juga cukup menarik, mengingat hipertensi
merupakan masalah kesehatan yang sangat kompleks, sehingga setiap faktor risiko
yang mempengaruhi penyakit hipertensi seperti faktor stress pada TNI AD dan
dukungan keluarga maupun komandan TNI AD dalam mendukung pengendalian
hipertensi dapat menjadi penelitian di masa yang akan datang. Dukungan keluarga

Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia


 
Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
80 
 

terhadap pendidikan kesehatan yang dilakukan perawat pada saat konsultasi, di


telepon, dan dilakukan kunjungan rumah juga memerlukan penelitian yang lebih
mendalam. Dukungan keluarga yang besar dapat menunjang keberhasilan pasien
mengontrol kondisi hipertensinya.

Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia


 
Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
81 
 

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

1) Diksi pada aggregate dewasa dapat diterapkan dalam manajemen pelayanan


kesehatan di masyarakat melalui program Posbindu PTM di setiap RW.
2) Diksi yang diterapkan pada pelayanan kesehatan komunitas dewasa telah
terbukti meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan dukungan
keluarga aggregate dewasa penderita hipertensi. Peningkatan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap terlihat signifikan setelah menggunakan buku ini.
3) Terjadinya peningkatan jumlah penderita hipertensi yang mengalami
penurunan tekanan darah melalui intervensi penerapan program Diksi di
semester 2.
4) Peningkatan tingkat kemandirian keluarga pada keluarga binaan dan resume
dalam mencegah terjadinya komplikasi hipertensi dan membantu menurunkan
tekanan darah pada aggregate dewasa melalui intervensi penerapan Diksi.
5) Keberadaan perawat dengan melakukan pemberdayaan komunitas dan
kunjungan rumah membuat pengendalian hipertensi menjadi lebih efektif dan
berdaya guna.

6.2. Saran
1) Dinas Kesehatan
a) Dinas kesehatan Provinsi DKI Jakarta dalam hal ini suku dinas kesehatan
Jakarta Selatan melakukan pemantauan posbindu PTM yang sudah
terbentuk di kelurahan Srengseng Sawah minimal satu tahun sekali
b) Memperkuat program PTM khususnya hipertensi baik di masyarakat
maupun di sekolah dengan penggunaan buku Diksi
c) Menyediakan perawat spesialis komunitas untuk melakukan program
pengendalian hipertensi yang inovatif dengan salah satunya intervensi
Diksi
2) Puskesmas
a) Menggunakan Program Diksi untuk penderita hipertensi melalui posbindu
PTM

Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia


 
Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
82 
 

b) Melakukan supervisi berkala ke setiap posbindu PTM yang ada di


kelurahan Srengseng Sawah setiap 6 bulan sekali
c) Mengembangkan Program Diksi di lingkup masyarakat untuk mencegah
komplikasi dan kecacatan akibat hipertensi.
d) Menyiapkan perawat pelaksana terlatih Diksi di Puskesmas dengan tingkat
pendidikan minimal ners.
 

Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia


 
Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
83 
 

DAFTAR RUJUKAN

Allender, J.A., Rector, C., Warner, K.D. (2014). Community Health Nursing:
Promoting the Public’s Health 8th edition. Philadelpia: Lippincott Williams
& Wilkins

American Heart Association. (2013). High Blood Pressure: statistical fact sheet
2013 update. AHA: United of America

Anderson, E.T dan Mc. Farlane. (2004). Community as partner: theory and
practice in nursing. Philadelphia:J.B. Lippincot.
 
Appel, et al. (2006). Dietary Approaches to Prevent and Treat Hypertension A
Scientific Statement From the American Heart Association DOI:
10.1161/01.HYP.0000202568.01167.B6 296 AHA Scientific Statement
Downloaded from http://hyper.ahajournals.org/ by guest on June 13, 2016 

ASTHO. (2014). Current and Potential Roles of Public Health Nurses in


Hypertension Prevention and Control. © 2014 Association of state And
territorial Health officials | www.astho.org

Axon R.N, Zhao Y., and Egede L. (2010). Association of Depressive Symptoms
With All-Cause and Ischemic Heart Disease Mortality in Adults With Self-
Reported Hypertension. Volume 23 number 1/3(0-37/ American Journal
Of Hypertension

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.


(2013). Riset kesehatan dasar: Riskesdas 2013. Jakarta: Kemenkes RI

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional/Kementerian PPN. (2013). Proyeksi


Penduduk Indonesia 2010-2035. Jakarta: Badan Pusat Statistik

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional/Kementerian PPN. (2015). RPJMN


2015-2019 dan Strategi Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat:
Rakersenas Regional Tengah tahun 2015, Bali16 Februari 2015. Jakarta:
Badan Pusat Statistik

Bailon SG & Maglaya AS (1990). Family health nursing-the process. Metro


Manila: Brainchild managers and consultans.

Bulechek, G. M. (Eds), et al. (2013). Nursing interventions classification (NIC).


(6th ed.). St. Louis: Mosby

Chabot, I, Moisan, J, Gregoire, JP, and Alain Milot. (2003). Pharmacist


Intervention Program for Control of Hypertension Ann Pharmacother

Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia


 
Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
84 
 

2003;37:1186-93. Published Online, 10 Jul 2003, www.theannals.com, DOI


10.1345/aph.1C267

Centre of Disseases Control. (2015). High Blood Pressure Fact Sheet.


http://www.cdc.gov/dhdsp/data_statistics/fact_sheets/docs/fs_bloodpressure
.pdf

Centre of Diseases Control. (2012).CDC Grand Rounds: The Million Hearts


Initiative. MMWR / December 21, 2012 / Vol. 61 / No. 50

Centre of Diseases Control. (2013). Hypertension.


http://www.cdc.gov/nchs/fastats/hypertension.htm. CDC: United of
America

Chiu, CW, Wong FKY (2010). Effect of 8 weeks sustained follow-up after a
nurse consultation on hypertension :a randomized trial. International
journal of nursing studies 47 (2010)1374-1384. 0020-7489/$ 2010 Elsevier
Ltd. All rights reserved. doi:10.1016/j.ijnurstu.2010.03.018
Ervin, Naomi. (2002). Advance community health nursing practice: population-
focused care. New Jersey: Prentice Hall.

Fang, J, Ayala, C, Loustalot, F, Dai, S. (2013). Telemonitoring and self-


management in the control of hypertension (TASMINH2): a randomised
controlled trial. MMWR. Morbidity and Mortality Weekly Report62. 13.
(Apr 5, 2013).

Friedman, M.M., Bowden, V.R. (2010). Buku ajar keperawatan keluarga: riset,
teori dan praktik edisi 5 (terjemahan). Jakarta: EGC

Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds.). (2014). NANDA international nursing


diagnoses: Definitions & classification, 2015–2017. Oxford: Wiley
Blackwell.

Gay, HC., Rao, SG., Vaccarino, V., Ali, MK. (2016). Effects of Different Dietary
Interventions on Blood Pressure Systematic Review and Meta-Analysis of
Randomized Controlled Trials. Hypertension AHA.115.06853Published
online before print February 22, 2016.doi:
101161/HypertensionAHA.115.06853.
http://hyper.ahajournals.org/content/early/2016/02/22/HYPERTENSIONA
HA  

Hosseinii, et al. (2014). PRECEDE - PROCEED Model The Impact of an


Educational Intervention Based On PRECEDE - PROCEED Model on
Lifestyle Changes among Hypertension Patients. Journal of Health
Education and Health Promotion 2014; 2(1): 17-26.

Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia


 
Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
85 
 

Hurlock, E B. (2011). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Penerbit Erlangga

Indrawati, L., Werdhasari, A., Yudi, A. (2009). Hubungan Pola Kebiasaan


Konsumsi Makanan Masyarakat Miskin Dengan Kejadian Hipertensi Di
Indonesia. Media Penelit. dan Pengembang. Kesehat. Volume XIX Nomor 4
Tahun 2009

James, PA et al. (2014). 2014 Evidence-Based Guideline for the Management of


High Blood Pressure in Adults Report From the Panel Members Appointed
to the Eighth Joint National Committee (JNC 8). JAMA.
doi:10.1001/jama.2013.284427 Published online December 18, 2013.
Copyright 2013 American Medical Association.

Kementerian Kesehatan RI. (2015). Pedoman umum Pos Pembinaan Terpadu


Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI

----------. (2014). Buku pintar posbindu PTM: penyakit tidak menular dan faktor
risiko seri 2. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI

Marquis, B.L. & Huston, C.J. (2010). Kepemimpinan dan Manajemen


Keperawatan : Teori dan Aplikasi. Edisi 4. (Widyawati, Wilda Eka
Handayani & Fruriolina Ariani, penerjemah). Jakarta: EGC

Moorhead, S. (Eds).et al. (2013). Nursing outcomes classification (NOC):


Measurement of health outcomes. (5th ed.). St. Louis: Mosby

Nies, M & McEwen, M. (2015). Community/Public Health Nursing: promoting


the health of populations 6th Edition. St. Louis Missouri: Mosby an imprint
of Elsevier Inc

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rhineka


Cipta

Pal, GK, et al. (2014). The Effects of Short-Term Relaxation Therapy on Indices
of Heart Rate Variability and Blood Pressure in Young Adults. American
Journal of Health Promotion: September/October 2014, Vol. 29, No. 1, pp.
23-28. http://dx.doi.org/10.4278/ajhp.130131-QUAN-52

Patel, H.M., Kathrotia, R.G., Pathak, N.R., Thakkar, H.A.. (2012). Effect Of
Relaxation Technique On Blood Pressure In Essential Hypertension.
NJIRM. 2012; 3(4): 10-14

Potter, Perry, Stockert & Hall. (2013). Fundamentals of Nursing 8th edition. St.
Louis Missouri: Mosby an imprint of Elsevier Inc

Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia


 
Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
86 
 

Sheu, S., Irvin, B., Lin HS., Mar, CL. (2003). Effects of Progressive Muscle
Relaxation on Blood Pressure and Psychosocial Status for Clients with
Essential Hypertension in Taiwan. Holistic Nursing Practice:
January/February 2003 - Volume 17 - Issue 1 - p 41–47,
http://journals.lww.com/hnpjournal/Abstract/2003/01000/Effects_of_Prog
ressive_Muscle_Relaxation_on_Blood.9.aspx diakses 31 Mei 2016

Singh D, et al. (2016). Motivation of Community Health Volunteers in rural


Uganda: the interconnectedness of knowledge, relationship and action,
Public Health (2016), http://dx.doi.org/10.1016/j.puhe.2016.01.010

Stanhope M, & Lancaster J. (2014). Foundations of Nursing in the Community:


Community-Oriented Practice 4th Edition. St. Louis Missouri: Mosby an
imprint of Elsevier Inc

Stanhope M, & Lancaster J. (2016). Public Health Nursing: Population-Centered


Health Care in yhe Community 9th Edition. St. Louis Missouri: Mosby an
imprint of Elsevier Inc

Stratchan D, et al. (2012). Interventions to Improve Motivation and Retention of


Community Health Workers Delivering Integrated Community Case
Management (iCCM): Stakeholder Perceptions and Priorities. The
American Society of Tropical Medicine and Hygiene (2012),
http://dx.doi.org/10.4269/ajtmh.2012.12-0030

U.S Department of Health and Human Services. (2007). The Role of Clinical
Preventive Services in Disease Prevention and Early Detection. Washington
DC: U.S Department of Health and Human Services. Diakses dari
http://www.ahrq.gov/professionals/clinicians-providers/guidelines-
recommendations/guide/cpsguide.pdf

WHO. (2010). Package of Essential Noncommunicable (PEN) Disease


Interventions for
Primary Health Care in Low-Resource Settings. France: World Health
Organization

WHO. (2011). Global Atlas on cardiovascular disease prevention and control.


Geneva: World Health Organization

WHO. (2013). A Global Brief on Hypertension: silent killer, global public health
crisis. Geneva:WHO

WHO. (2013). Community-based efforts to reduce blood pressure and stroke in


Japan. Geneva: WHO

WHO. (2013). Implementation tools Package of Essential Noncommunicable


(PEN) disease interventions for primary health care in low-resource
settings. Geneva: World Health Organization  

Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia


 
Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
Lampiran: Tabel Hasil Pengkajian dan Evaluasi

1. Pelayanan Keperawatan

No. Variabel dan sub Hasil pengkajian Indikator Hasil Evaluasi


variabel
1. Perencanaan Visi, misi, tujuan, Tersosialisasikannya Terbentuknya RW
a. Visi, misi dan tujuan renstra dan alokasi pembentukan RW Diksi Diksi di RW 13
b. Renstra sumber dana Dinas 100%
c. Alokasi sumber daya Kesehatan DKI Jakarta
sudah sesuai, tetapi
sumber daya tenaga
belum sesuai
2. Pengorganisasian Struktur, personil, 1. Tersusunnya Sudah tersusun alur
b. Struktur dan personil tupoksi dan kerjasama algoritma rujukan rujukan hipertensi dari
c. Tupoksi lintas program maupun hipertensi posbindu PTM ke balai
d. Kerjasama lintas sector sudah sesuai 2. Terbentuknya kesehatan dan
program dan sector hanya saja belum struktur organisasi/ puskesmas
optimal tim RW Diksi
3. Peningkatan peran
serta kader terhadap
hipertensi 70%

3. Staffing Belum ada perawat Teridentifikasinya Jumlah kader 9 orang,


spesialis untuk jumlah SDM, dana, dana dari masyarakat,
mennjadi penanggung sarana dan prasarana sarana dan prasarana
jawab program serta tempat berasal dari kelurahan

Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016


No. Variabel dan sub Hasil pengkajian Indikator Hasil Evaluasi
variabel
komunitas di dan puskesmas, tempat
masyarakat pada berada di balai RW
program PTM
khususnya hipertensi
4. Pengarahan Semua poin pengarahan Teridentifikasi jumlah Terbentuk Posbindu
a. Instruksi sudah dilakukan orang dewasa dengan PTM di RW 13 dengan
pelaksanaan risiko hipertensi 90% SOP sesuai tujuan
b. Pengembangan
implementasi
c. Pengembangan
Budget
d. Alokasi dana
5. Pengawasan Binwasdal minimal Dilaksanakannya Supervisi dan monev
a. Monev program sudah dilakukan oleh supervisi dan monev sudah dilaksanakan
penanggung jawab secara periodik terkait bersamaan dengan
program PTM hanya RW Diksi (kelengkapan pelaksanaan posbindu
belum optimal pencatatan dan PTM
pelaporan)

Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016


2. Asuhan Keperawatan Komunitas

No. Variabel dan sub Hasil pengkajian Indikator Hasil Evaluasi


variabel
1. Core: Jumlah orang dewasa 1. Peningkatan Terjadi peningkatan
a. Demografi, statistik dengan hipertensi 63 pengetahuan melalui pengetahuan dari 57%
vital ( jumlah orang orang, berusia 20-59 pendidikan kesehatan menjadi 88%
dewasa dengan tahun, pendidikan SD- sebesar 80% (pre dan
hipertensi: usia, sex, PT, mayoritas Jawa, ada post test)
pendidikan, riwayat hipertensi di 2. Teridentifikasinya
pekerjaan, riwayat keluarga jumlah orang dewasa
keturunan), berisiko hipertensi
b. etnis (suku dan gaya yang rutin datang ke
hidup), posbindu PTM
c. nilai dan 3. Menurunnyajumlah
kepercayaan penderita hipertensi
baru

Subsistem: Peran serta Kader meningkat Terbentuk kader


a. Pelayanan kesh. dan 90% setelah pelatihan/ posbindu PTM yang
sosial (fasilitas penyegaran terlatih diet seimbang
kesehatan dan dan pengelolaan stres
fasilitas sosial yang Terbentuknya SHG: DIK SI pada hipertensi
ada bagi orang (struktur dan kegiatan) sebanyak 9 orang di
dewasa dengan RW 13
risiko hipertensi),
b. komunikasi (media Posbindu PTM
dan cara), dilaunching pada
c. nilai dan tanggal 28 Desember
kepercayaan, 2015
d. transportasi
Posbindu PTM sudah

Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016


No. Variabel dan sub Hasil pengkajian Indikator Hasil Evaluasi
variabel
rutin dilakukan sebulan
sekali sejak bulan
Februari-April 2016

Terbentuk kelompok
swabantu di RW 13
tetapi tidak berjalan
Persepsi Terciptanya perilaku DIKSI Terjadi peningkatan
a. tentang orang pada orang dewasa sikap dan keterampilan
dewasa, orang dewasa terhdap
b. komunitas dan perilaku diet seimbang
c. perawat mengenai dan mengelola stres
hipertensi sebesar 20%

Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016


3.Asuhan Keperawatan Keluarga

No. Variabel dan sub variabel Hasil pengkajian Indikator Hasil Evaluasi
1. Fungsi ekonomi 1.Peningkatan Dari 10 keluarga yang
a. sumber ekonomi dan pengetahuan keluarga dibina, kemandirian
b. penghasilan keluarga setelah edukasi dan keluarga dalam
Riwayat dan perkembangan pemberian informasi melakukan praktik
a. riwayat kesehatan orang 80% kesehatan meningkat.
dewasa dan keluarga, 2.Perilaku DIKSI dapat a) 5 keluarga
b. riwayat kesehatan dipertahankan 90% meningkat dari
sebelumnya) 3.Kemandirian I-III
Lingkungan: keluarga: b) 3 keluarga
a. fisik, a. I menjadi II meningkat dari
b. psikologis, b. II menjadi III II ke IV
c. social c. III menjadi IV c) 2 keluarga
Fungsi perawatan meningkat dari
kesehatan II ke III
a. mengenal,
b. memutuskan,
c. merawat,
d. memodifikasi
lingkungan
e. pemanfaatan yankes
Stress dan koping adaptasi
(orang dewasa dan
keluarga) yang digunakan
Tingkat kemandirian
keluarga
Keterangan: *) Variabel sesuai kerangka kerja

**) Sub variabel merupakan elemen dari variabel

Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016

Anda mungkin juga menyukai