Fatimah
NPM 1306345806
JUNI 2016
FATIMAH
1306345806
JUNI 2016
ii
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas segala nikmat iman
dan kesehatan, serta keberkahan ilmu yang diberikan-Nya. saya dapat menyelesaikan
Karya Ilmiah Akhir Spesialis (KIAS) yang berjudul “Pengendalian Tekanan Darah
Pada Aggregate Dewasa Dengan Pemantauan Diet dan Pengelolaan Stres Penderita
Hipertensi (Diksi) Di Kelurahan Srengseng Sawah”. KIAS ini diajukan sebagai syarat
kelulusan untuk memperoleh Ners Spesialis Keperawatan.
Saya mengucapkan terimakasih yang tidak terhingga kepada semua pihak yang telah
membantu menyelesaikan KIAS ini:
a. Dra. Junaiti Sahar, S.Kp., M.App.Sc., Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia, sekaligus Pembimbing Akademik.
b. Dr. Novy Helena CD,S.Kp., MN selaku Ketua Program Studi Magister dan
Spesialis.
c. Agus Setiawan, S.Kp., MN., DN., selaku Pembimbing Utama
d. Dr. Astuti Yuni Nursasi, S.Kp., MN., selaku Pembimbing
e. Seluruh dosen dan staf Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia yang
telah memberikan motivasi dan fasilitas pendukung bagi saya untuk
menyelesaikan KIAS
f. Keluarga tercinta: orangtua, suami, dan ananda tercinta yang telah memberikan
dukugan moril maupun material, dan menjadi sumber motivasi terbesar dalam
menyelesaikan KIAS.
g. Seluruh teman-teman Program Pasca Sarjana yang selalu memberikan
motivasi saya untuk dapat menyelesaikan KIAS.
KIAS yang telah disusun diharapkan dapat menjadi sumber informasi yang
bermanfaat. Saya terbuka menerima saran dan kritik yang sifatnya membangun, untuk
kemajuan dan perbaikan KIAS ini. Semoga penelitian dapat bermanfaat bagi semua
pihak.
xii
Nama : Fatimah
NPM : 1306345806
Judul KIA : Pengendalian Tekanan Darah Pada Aggregate Dewasa Dengan
Program Studi :Ners Spesialis Keperawatan Komunitas Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia
Hipertensi umumnya terjadi karena diet makanan yang tidak seimbang dan merupakan faktor yang paling
mudah dimodifikasi. Hipertensi yang tidak diatasi akan berdampak pada kecacatan dan produktifitas aggregate
dewasa. Hipertensi yang ditemukan pada aggregate dewasa perlu penanganan yang serius. Praktik Spesialis
Keperawatan Komunitas menuntut perawat untuk dapat memberikan solusi mengatasi masalah dan mencegah
komplikasi hipertensi melalui “Program Diksi”. Program Diksi merupakan suatu bentuk intervensi keperawatan
komunitas pada aggregate dewasa di kelurahan Srengseng Sawah Jakarta Selatan dengan mencatat tekanan
darah, diet makanan dan relaksasi. Program Diksi ini telah memberikan hasil yang positif dengan bukti dapat
menurunkan jumlah penderita hipertensi derajat 2 menjadi hipertensi derajat 1 dan normal dengan jumlah
penderita awal 22 menjadi 11 orang di akhir, sehingga disimpulkan terjadi penurunan jumlah penderita
hipertensi. Penurunan tekanan darah terjadi setelah dilakukan program Diksi yang dilakukan selama 8 bulan
pada 63 orang dewasa dengan tekanan darah sistolik 10,29 mmHg dan tekanan diastolik 4,81 mmHg.Intervensi
“Diksi” diharapkan dapat diterapkan di masyarakat.
ABSTRACT
Name : Fatimah
Study Program : Community Health Nursing Specialist
Title : Blood Pressure Control In the Aggregate of Adults through Monitoring Diet and Stress
Management of Patients with Hypertension (Diksi) In Srengseng Sawah, South Jakarta
Hypertension generally occurs due to an unbalanced diet, which is the most easily modified factor.
Hypertension that is not well addressed will have an impact on disability and reduced productivity of adults
aggregate. Hypertension found in aggregate adults needs serious treatment. Community Specialist Nursing
Practice requires nurses to be able to provide a solution to overcome the problem and prevent the complications
of hypertension through the " Diksi Program ". Diksi program is a form of community nursing intervention on
adult aggregate in Srengseng sawah South Jakarta . The intervention includes recording blood pressure,
managing diet and perform relaxation. Diksi program has yielded positive results with the evidence of the
number of people with hypertension reduced from the degree of 2 to 1 and the normal degree of hypertension
with the number from 22 to 11 people at the end of program. The report concluded a decline in the number of
people with hypertension. The decrease in blood pressure occurs after Diksi program that was conducted for 8
months in 63 adults with systolic blood pressure of 10.29 mm Hg and a diastolic pressure of 4.81 mmHg.
"Diksi" intervention is expected to be implemented in the community.
BAB I
PENDAHULUAN
Hipertensi adalah kondisi yang sering terjadi di pelayanan tingkat pertama dan
dapat berkembang menjadi infark miokard, stroke, gagal ginjal dan kematian
apabila tidak terdeteksi secara dini dan ditindaklanjuti secara tepat (James et al,
2013). Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang penting di dalam kesehatan
masyarakat karena menjadi kontributor paling penting dalam terjadinya penyakit
dan kematian di Amerika Serikat yang dapat dicegah (Fahey, Schoeder, Ebrahim,
2005; Townsend & Anderson, 2015). Joint national committee on prevention
detection, evaluation, and treatment of high pressure VII (2003) atau dikenal
dengan JNC-7 mendefinisikan hipertensi pada orang dewasa sebagai tekanan
darah sistolik 140 mmHg ke atas dan atau tekanan darah diastolik 90 mmHg ke
atas. Secara epidemiologi, hipertensi di masyarakat lebih banyak dikendalikan
oleh dua faktor besar yaitu peningkatan usia dan berkembangnya prevalensi
Gaya hidup orang dewasa sering menjadi penyebab penyakit kronik seperti
penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, cedera dan diabetes mellitus
(Allender, Rector & Warner, 2014). Beberapa faktor risiko dari gaya hidup yang
diketahui berhubungan dengan penyakit kronik adalah penggunaan tembakau,
kadar kolesterol yang tinggi, obesitas dan kurangnya aktifitas. Menurut Stanhope
dan Lancaster (2014) populasi dewasa mempunyai risiko paling buruk dalam
kesehatan nutrisi. Faktor risiko kesehatan pada kelompok dewasa adalah gaya
hidup, stres dan riwayat keluarga (Potter, Perry, Stockert & Hall, 2013). Diet
adalah faktor risiko yang paling mudah dimodifikasi (Nies & Mc Ewen, 2015).
Data diatas menunjukkan bahwa angka prevalensi hipertensi tinggi, namun angka
penderita hipertensi yang melakukan kontrol rendah. Tindakan kontrol yang
buruk pada penderita hipertensi dapat mengakibatkan komplikasi seperti stroke,
gagal jantung dan ginjal (Chiu & Wong, 2010). Townsend dan Anderson (2015)
menyatakan bahwa 51% pasien dengan penyakit kardiovaskuler mempunyai
riwayat hipertensi. Menurut Kemenkes (2013) perubahan gaya hidup dan kontrol
tekanan darah secara teratur sangat membantu menurunkan risiko ini. Joint
national committee on prevention detection, evaluation, and treatment of high
pressure VIII (2014) telah mengembangkan petunjuk manajemen hipertensi untuk
Hasil sensus penduduk Indonesia tahun 2010 menyebutkan jumlah total penduduk
Indonesia adalah 238 juta jiwa dengan jumlah penduduk usia dewasa (20-59
tahun) sebesar 130 juta jiwa atau 55% dari total penduduk Indonesia (BPS, 2012).
Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa lebih dari separuh populasi
penduduk Indonesia adalah masyarakat usia dewasa. Kelompok usia dewasa
menempati proporsi teratas dari jumlah penduduk Indonesia yang terdata pada
tahun 2010 sebesar 238,5 juta jiwa ( Bappenas, 2013 ). Usia dewasa adalah
seseorang yang sudah berusia 18 tahun ke atas dan terdapat karakteristik maupun
perubahan fisiologis tertentu yang bisa memengaruhi penampilan dan status
kesehatannya. Perubahan ini terjadi akibat dari adanya penyakit, perubahan
lingkungan dan gaya hidup serta dapat dimodifikasi melalui perubahan perilaku
(Allender, Rector & Warner, 2014).
1.2.2.1 Pengetahuan, sikap dan keterampilan aggregate dewasa dengan hipertensi dalam
mengelola diet dan stres untuk mengendalikan tekanan darah.
1.2.2.2 Kemandirian aggregate dewasa dengan hipertensi dalam mengelola diet dan stres
di Kelurahan Srengseng Sawah Kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan.
1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Pelayanan kesehatan
1.3.1.1 Sebagai dasar dalam merumuskan kebijakan program terkait dengan penyakit
hipertensi pada aggregate dewasa.
1.3.1.2 Sebagai masukan untuk pengembangan program promosi kesehatan hipertensi
pada aggregate dewasa di masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menguraikan berbagai teori dan konsep yang berkaitan dengan aggregate
dewasa sebagai populasi at risk, konsep hipertensi, model Community as Partner,
model Proceed Precede, model Manajemen dan teori Family Center Nursing
dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas pada aggregate dewasa
dengan hipertensi.
Istilah dewasa (adult) berasal dari bahasa latin adultus yang berarti telah tumbuh
menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna atau telah menjadi dewasa. Orang
dewasa adalah individu yang telah menyelesaikan pertumbuhan fisiknya dan telah
siap menerima kedudukan dalam masyarakat (Hurlock, 2011). Menurut Allender,
Rector dan Warner (2014) orang dewasa adalah orang yang telah berusia 18 tahun
atau lebih, terbagi ke dalam dua masa yaitu dewasa muda atau young adult (18 –
35 tahun) dan dewasa atau adult (35 – 65 tahun). Potter, Perry, Stockert dan Hall
(2013) membagi masa dewasa menjadi dewasa muda (young adults) dan dewasa
pertengahan (middle adults). Dewasa muda merupakan periode antara usia 20
hingga awal 40an dan dewasa pertengahan adalah usia pertengahan 40 hingga
awal 60an (Polan dan Taylor, 2007). Selain itu menurut Hurlock (2011) masa
dewasa dibagi dalam 3 periode, yaitu masa dewasa awal (18-40 tahun), dewasa
madya/pertengahan (40-60 tahun), dan dewasa akhir/usia lanjut (>60 tahun).
Depkes (2006) menyebutkan kelompok remaja adalah seseorang yang berusia 10-
19 tahun. Kesimpulan dari semua definisi diatas mengenai orang dewasa adalah
orang yang telah berusia 20-59 tahun.
Orang dewasa tumbuh sebagai pribadi yang memiliki kematangan konsep diri
bergerak menuju ke arah kemandirian. Kematangan psikologi orang dewasa
sebagai pribadi mampu mengarahkan diri sendiri dalam mendorong keinginan
untuk dipandang dan diperlakukan secara baik oleh orang lain sebagai pribadi
yang mengarahkan dirinya sendiri, bukan diarahkan, dipaksa dan dimanipulasi
oleh orang lain. Apabila orang dewasa menghadapi situasi yang tidak
menguntungkan untuk menjadi dirinya sendiri maka dia akan merasa dirinya
tertekan dan merasa tidak senang (Hurlock, 2011).
2.1.2.1 Risiko biologi dan risiko terkait usia (biologi and age-related risk)
Pertumbuhan fisik pada masa dewasa mengalami perubahan baik penampilan,
kekuatan maupun kesehatan. Kondisi ini mencapai puncaknya pada periode
permulaan dewasa dan akan menurun pada akhir dewasa awal sehingga lebih
mudah terserang penyakit. Dewasa awal adalah masa yang paling produktif dan
merupakan periode kehidupan dengan kesehatan paling baik sepanjang kehidupan
manusia.
Tabel 2.1
Klasifikasi derajat keparahan hipertensi menurut A Statement by The
American Society of Hypertension and The International Society of
Hypertension 2013
Klasifikasi Sistolik Diastolik
Optimal < 120 Dan < 80
Normal 120-129 Dan/atau 80 – 84
Normal tinggi 130-139 Dan/atau 84 – 89
Hipertensi derajat 140-159 Dan/atau 90 – 99
1
Hipertensi derajat 160-179 Dan/atau 100 – 109
2
Hipertensi derajat ≥ 180 Dan/atau ≥ 110
3
Hipertensi ≥ 140 Dan < 90
sistolok terisolasi
Sumber: Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia, 2015
Terdapat beberapa faktor risiko hipertensi yang tidak dapat diubah dan yang dapat
dimodifikasi (Depkes RI, 2006; Kemenkes, 2014). Pengendalian faktor risiko
hipertensi dapat mencegah peningkatan angka kejadian dan kematian penyakit,
dan menurunkan ancaman kesehatan, beban ekonomi maupun beban sosial
masyarakat. Faktor risiko yang tidak dapat diubah adalah jenis kelamin, usia dan
keturunan. Sedangkan faktor yang dapat diubah adalah obesitas, kebiasaan
merokok, konsumsi garam berlebihan, konsumsi sayur dan buah yang kurang,
kebiasaan olahraga dan aktivitas fisik, minum alcohol, stres dan dyslipidemia.
American Heart Association (2013) menyebutkan sekitar 69% orang dewasa yang
terkena serangan jantung pertama kali, dan 77% orang yang terkena stroke
pertama kali serta 74% orang yang menderita gagal jantung kongestif mempunyai
tekanan darah lebih dari 140/90 mm Hg. Faktor risiko yang terjadi pada orang
dewasa dengan penyakit kardiovaskuler terbagi dalam 2 kategori yaitu personal
dan herediter (Allender, Rector, & Warner, 2014). Kategori personal meliputi
jenis kelamin, umur, ras/etnik, kadar kolesterol, diabetes, obesitas, kurang
aktivitas fisik, tekanan darah tinggi dan merokok. Kebanyakan faktor risiko
tersebut seperti kolesterol, tekanan darah tinggi, merokok, obesitas dan kurang
aktivitas fisik dapat dimodifikasi. Hal ini berbeda dengan faktor keturunan yang
merupakan faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi.
Kasus hipertensi lebih banyak diderita oleh perempuan dibandingkan dengan laki-
laki (Kemenkes, 2013). Hal ini terjadi karena masih adanya perbedaan kesehatan
(health disparities) antara laki-laki dan perempuan, dimana laki-laki lebih
mendapat akses informasi, komunikasi, teknologi, pelayanan kesehatan dan
dukungan sosial dibandingkan perempuan (Allender, Rector, & Warner, 2014;
Bappenas, 2015). Salah satu tujuan pada Healthy People 2020 adalah
mengeliminasi perbedaan status kesehatan (health disparities). Yang dimaksud
dengan health disparities adalah perbedaan status kesehatan yang terjadi karena
perbedaan jenis kelamin, ras/etnik, pendidikan atau penghasilan, kecacatan, lokasi
geografis, atau orientasi seksual (USDHHS, 2010a dalam Allender, Rector, &
Warner, 2013).
Model ini mempunyai tiga komponen utama yaitu core, subsistem dan persepsi.
Core yang terdiri dari riwayat terbentuknya aggregat, demografi, suku, nilai, dan
kepercayaan. Terdapat 8 subsistem komunitas yaitu lingkungan fisik, pelayanan
kesehatan dan sosial, ekonomi, transportasi dan keamanan, politik dan
pemerintahan, komunikasi, pendidikan, dan rekreasi. Sedangkan persepsi berasal
dari komunitas dan perawat mengenai komunitas. Adanya stresor (biologis,
psikologis, sosial, spiritual dan kultural) yang menembus garis pertahanan
komunitas merupakan langkah pertama yang dilakukan perawat.
Garis pertahanan fleksibel disebut juga buffer zone, garis ini sangat dinamis
terhadap stresor, stimulus dapat menembus garis pertahanan ini sampai
menyentuh garis pertahanan normal walaupun sementara atau jangka pendek.
Komunitas tidak merasakan adanya stimulus atau stresor atau komunitas berada
dalam keadaan sehat. Walaupun komunitas tidak merasakan ada masalah, adanya
warga baru atau pimpinan baru dari budaya berbeda berisiko mempengaruhi
komunitas. Kehidupan yang cenderung monoton di komunitas merupakan
ancaman kesehatan bagi penghuni kompleks batalyon untuk terkena penyakit
akibat perilaku hidup yang tidak sehat.
Gambar 2.1
dibawah ini
adalah model
Community as
Partner dan
tahap-tahap
proses
keperawatan.
Gambar 2.1
Model
Community as Partner
b. Demografi yang terdiri dari data demografi dan data statistik vital. Data
demografi terdiri dari jumlah dewasa berdasarkan jenis kelamin, jenis pendidikan,
agama, usia, dan jumlah dewasa yang mengalami masalah kesehatan hipertensi.
Data statistik vital meliputi jumlah kesakitan dewasa karena masalah hipertensi,
jumlah dewasa dengan masalah hipertensi, jumlah kematian dewasa karena
masalah hipertensi, tingkat pengetahuan dewasa tentang hipertensi, perilaku
dewasa terhadap hipertensi, dan tingkat pengetahuan keluarga tentang hipertensi
pada dewasa. Data diperoleh melalui sensus langsung pada orang dewasa dan
literatur review melalui data-data yang ada di kelurahan dan puskesmas, sensus
penduduk dan perumahan, badan perencanaan lokal (kelurahan, kecamatan,
kabupaten, provinsi), arsip, dinas kesehatan, serta melalui observasi.
c. Suku. Data yang dapat dikumpulkan seperti ras dan suku bangsa yang ada,
homogenitas populasi yang ada, indikator kelompok etnik tertentu (misalnya
restoran, festival), dan tanda-tanda kelompok dewasa dengan latar belakang
budaya atau etnis sama yang sering mengadakan pertemuan. Budaya di
masyarakat yang dianut berpengaruh terhadap hipertensi pada dewasa dan gaya
hidup masyarakat terutama yang berpengaruh pada dewasa dengan masalah
hipertensi. Data dapat diperoleh melalui sensus penduduk, arsip, dan observasi.
d. Nilai dan Keyakinan. Data yang dapat diperoleh seperti jumlah pemeluk
agama tertentu, fasilitas tempat ibadah, pemanfaatan tempat ibadah oleh orang
dewasa, homogenitas masyarakat, penggunaan pekarangan rumah dan lahan
kosong serta kebun (misal ditanami rumput atau bunga), tanda-tanda kesenian,
budaya warisan leluhur yang ada, dan peninggalan bersejarah yang ada. Data
dapat diperoleh melalui observasi langsung, wawancara, windshield survey.
2.3.2 Subsistem
b. Pelayanan Kesehatan dan Sosial. Data dapat meliputi kejadian akut atau
kronis di masyarakat, pengobatan tradisional atau alternatif, klinik atau rumah
sakit, pelayanan kesehatan pribadi petugas kesehatan, pelayanan kesehatan
masyarakat, pusat kedaruratan, fasilitas pelayanan sosial, pelayanan kesehatan
mental, dan ketersediaan sumber intra dan ekstra komunitas yang dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat.
Selain itu juga meliputi data dewasa dengan stroke, diabetes melitus, hipertensi,
dewasa dengan gangguan mental sebagai sasaran program Posbindu PTM, adakah
fasilitas kesehatan yang khusus melayani aggregate dewasa, apakah puskesmas
mempunyai program PTM, praktik swasta kesehatan dewasa, agency homecare,
pelayanan emergensi, rumah perawatan, pelayanan sosial seperti rehabilitasi pasca
stroke, dan klinik kesehatan mental. Apakah ada di dalam komunitas atau di luar
komunitas, jam pelayanan dan keterjangkauan harga. Data dapat diperoleh dari
wawancara, windshield survey, badan perencanaan daerah, laporan tahunan
fasilitas kesehatan dan sosial, dan dinas kesehatan.
serta kebiasaan orang dewasa mengikuti perubahan gaya hidup. Data dapat
diperoleh dari catatan sensus, departemen perdagangan, departemen tenaga kerja,
dan kantor serikat buruh atau pekerja setempat.
2.3.3 Persepsi
b. Orang dewasa, perlu dikaji bagaimana persepsi orang dewasa terhadap kondisi
komunitas itu sendiri, apakah orang dewasa merasa ada masalah, merasa ada
ancaman, masalah apa yang dirasakan. Tanyakan pada beberapa warga untuk
mendapatkan gambaran umum kondisi orang dewasa dan persepsi orang dewasa
adanya ancaman atau stimulus baik dari dalam maupun luar komunitas, termasuk
apakah itu stresor biologis (HIV-AIDS, hepatitis, ketergantungan zat), psikologis
Adanya program The Million Hearts Initiative di Amerika pada tahun 2011
memberikan kesempatan yang luas terhadap perawat komunitas (PHN)
berkontribusi dalam mencegah satu juta serangan jantung dan stroke di tahun
2017 (ASTHO, 2014). Association of state and territorial health officials
2.4.1. Kemitraan
Kemitraan memiliki definisi hubungan atau kerja sama antara dua pihak atau
lebih, berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan atau
memberikan manfaat (Depkes RI, 2005). Perawat spesialis komunitas perlu
membangun dukungan, kolaborasi, dan koalisi sebagai suatu mekanisme
peningkatan peran serta aktif masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, dan evaluasi implementasi. Anderson dan McFarlane (2011)
mengembangkan model keperawatan komunitas yang memandang masyarakat
sebagai mitra (Community as Partner Model). Fokus dalam model tersebut
menggambarkan dua prinsip pendekatan utama keperawatan komunitas, yaitu
lingkaran pengkajian masyarakat pada puncak model yang menekankan anggota
masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan kesehatan, dan proses
keperawatan.
2.4.2. Pemberdayaan
keluarga. Dukungan sosial bisa digunakan atau tidak, tetapi anggota keluarga
memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan
pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Dukungan sosial keluarga dapat berupa
dukungan sosial internal atau dukungan sosial eksternal (Friedman, Bowden &
Jones, 2010).
Struktur keluarga meliputi peran, nilai dan keyakinan, pola komunikasi dan
kekuatan keluarga
5. Status Kesehatan
Status kesehatan menunjukkan hasil pemeriksaan fisik terhadap masing-masing
anggota keluarga. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dapat diketahui adanya
masalah yang terjadi pada klien hipertensi seperti tekanan darah, wajah merah,
skala nyeri kepala
6. Stress dan Koping
Stres dan koping menunjukkan bagaimana keluarga berespon terhadap masalah,
khususnya menghadapi anggota keluarga yang menderita hipertensi. Pengobatan
terus menerus dan persepsi yang salah terhadap faktor risiko hipertensi dapat
menyebabkan penderita mengalami tekanan psikologis.
Di dalam suatu bagan organisasi dapat dilihat rentang kendali pemimpin dalam
mengendalikan organisasi. Rentang kendali seorang pimpinan yang optimal
berkisar antara 3 sampai 30 pegawai dengan memperhatikan kemampuan
pemimpin tersebut (Marquis & Huston, 2012).
Fungsi kelima adalah pengawasan atau pengendalian yang berfungsi cangat besar
di dalam manajemen keperawatan. Pengawasan merupakan suatu bentuk
koordinasi dalam mengidentifikasi berbagai kegiatan organisasi mulai dari
perencanaan sampai dengan pengarahan berupa catatan, pelaporan, dan
penggunaan berbagai sumber dalam mengamati pencapaian visi dan misi sebuah
organisasi. Elemen pengawasan terdiri dari kriteria atau standar, informasi atau
data yang dikumpulkan, tindakan korektif yang dilakukan jika kriteria tidak
tercapai, dan penilaian kinerja.
Gambar 2.2
2 Model P
Precede Prooceed
Pengkajian tentang sumber daya manusia, sumber dana, program kerja kesehatan
yang ada di organisasi setempat dan organisasi lain yang ikut memengaruhi
pelaksanaan program.
Phase 6 - Implementation
Meliputi kegiatan yang dilakukan secara terperinci dan respon masyarakat yang
dapat dievaluasi setelah diberikan tindakan termasuk factor pendukung dan
penghambat.
Model ini juga digunakan sebagai dasar program penemuan dan tatalaksana
hipertensi yang berpedoman pada strategi five levels of prevention (Depkes,
2006).
Sumber: Departemen Kesehatan RI, 2006
Mengetahui tekanan darah untuk semua orang dewasa merupakan hal yang wajib
(WHO, 2013). Kesadaran untuk mengubah gaya hidup secara langsung dapat
4-5 porsi sehari, mengkonsumsi 7-8 porsi gandum utuh, produk susu rendah
lemak 2-3 porsi sehari, daging tanpa lemak 2 porsi sehari, kacang-kacangan 4-5
porsi seminggu, lemak dan minyak 1-2 sendok teh sehari, 1 telur utuh dan 2 putih
telur seminggu, gula dan minuman manis 1 sendok teh sehari; 2) menurunkan
konsumsi garam dengan mengecek label nutrisi lalu pilih makanan yang
mengandung natrium paling rendah dan catat makanan yang dimakan setiap hari,
hindari makanan yang diproses dan dikemas ulang, memakan kacang-kacangan
yang tidak asin atau dikeringkan, pilih kaldu tanpa garam, hindari sayuran yang
diasinkan dalam kaleng, jangan memasak dengan garam, gunakan rempah-rempah
untuk menambah rasa masakan, coba dahulu masakan sebelum ditambahkan
garam, jangan menaruh botol garam di meja makan, makan. Tetapi masih banyak
masyarakat yang belum menjalankan anjuran ini, seperti yang ditemukan oleh
Chen, et al., (2013) bahwa hanya 22,7% masyarakat rural dan 45,3% masyarakat
urban di China yang menggunakan garam dapur 1 sendok teh sehari. Hasil
Riskesdas (2013) menyebutkan prevalensi konsumsi makanan asin (26,2%), dan
konsumsi makanan tinggi bumbu penyedap (77,3%) pada masyarakat Indonesia.
Pemerintah Indonesia juga menaruh perhatian akan hal ini dengan mengeluarkan
Peraturan Menteri Kesehatan RI No 30 tahun 2013 mengenai pengendalian
kandungan garam, gula dan lemak pada pangan olahan dan siap saji.
Buah dan sayur merupakan sumber serat yang sangat baik bagi penderita
hipertensi. Serat makanan juga dibutuhkan untuk proses metabolisme dalam
tubuh. Diet tinggi serat bermanfaat untuk menghindari kelebihan lemak, lemak
jenuh dan kolesterol. Setiap gram konsumsi serat dapat menurunkan kolesterol
LDL rata-rata 2,2 mg/dl. Konsumsi serat, menghindari kelebihan gula dan
natrium, dapat menurunkan berat-badan dan mencegah kegemukan. WHO (2013)
merekomendasikan untuk mengkonsumsi buah dan sayur 5 porsi sehari dan
Kemenkes (2013) menganjurkan untuk mengkonsumsi sayuran atau buah
sebanyak lima porsi atau 100 gram sayur setiap kali makan. Hasil Riskesdas
(2013) menyebutkan bahwa prevalensi kurang konsumsi buah sayur di Indonesia
mencapai 93,3%, sedangkan hasil survey di Amerika Serikat menyebutkan kurang
dari seperempat penderita hipertensi yang memakan sayur dan buah lima kali atau
lebih setiap hari (Fang, Keenan, Ayala, Dai & Valderrama, 2010).
BAB III
Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia
Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
Baagan 3.1 Kerangk
ka kerja penyelessaian masalah agg
gregate dewasa ddengan hipertenssi 37
I
INPUT
PROSES OUTPUT
Manajemen
M Pelayan
nan Kesehatan
Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia
Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia
Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
40
dewasa dengan hipertensi serta ikut memberikan dukungan kepada kader dalam
pelaksanaan program ini.
Hasil ukur tekanan darah adalah indikator utama dalam mengetahui kondisi
hipertensi atau tidaknya seseorang. Aggregate dewasa pertama kali diukur
tekanan darahnya dan dimasukkan ke dalam ketegori hipertensi derajat 1 dan
derajat 2.
Diet adalah faktor risiko yang paling berpengaruh sekaligus juga paling mudah
dimodifikasi pada penderita hipertensi. Aggregate dewasa diukur berat badan dan
tinggi badan serta dihitung IMT dan kebutuhan kalorinya. Mereka diminta untuk
mengisi sendiri atau dibantu keluarga dalam mengisi daftar makanan yang
dimakan setiap hari dengan frekuensi tiga kali makan dan dua kali selingan.
Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia
Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
41
Latihan relaksasi otot progresif dilakukan setiap dua minggu sekali dengan
bimbingan dari residen. Hasil latihan dituliskan langsung di buku Diksi.
Pengendalian…, Fatimah, FIK UI, 2016 Universitas Indonesia
Pengendalian tekanan ..., Fatimah, FIK UI, 2016
42
BAB IV
Penyusunan perencanaan oleh Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta untuk program
kegiatan penyakit tidak menular (PTM) didasari oleh visi dan misi Dinas Kesehatan
Provinsi DKI Jakarta yang mengacu kepada visi misi serta kebijakan pemerintah
Provinsi DKI Jakarta. Visi Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta saat ini adalah
mewujudkan Jakarta Sehat Untuk Semua Tahun 2017 dalam arti suatu kondisi dimana
masyarakat Jakarta dapat dengan mudah mengakses sarana pelayanan kesehatan
sehingga kualitas kesehatan masyarakat DKI Jakarta lebih meningkat dan sejajar
dengan Kota lainnya di Dunia Tahun 2017. Sedangkan misi Dinas Kesehatan Provinsi
DKI Jakarta ada 6 (enam) yaitu: 1) Menyelenggarakan pembangunan kesehatan
melalui manajemen kesehatan dan penerapan kaidah “Good Governance”; 2)
Meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat, kesehatan perorangan, dan
Koordinator Program PTM di Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan telah membuat
perencanaan kegiatan antara lain untuk tahun 2015 yaitu: 1) Kegiatan supervisi/
Binwasdal PTM di 10 puskesmas yang ada di Jakarta Selatan yang dilakukan 1 kali
setahun; 2) Rapat koordinasi yang dilakukan sebanyak 4 kali dalam setahun tiap
triwulan. Agenda kegiatan antara lain membahas isu-isu terkini, program kerja pokok
PTM yang mencakup IVA (Inspeksi Visual Asetat), surveillance PTM, Bucekan
(bulan cegah kanker ), serta pelaporan kegiatan. Rakor dihadiri oleh koordinator-
koordinator PTM; 3) Penyegaran/ peningkatan wawasan PTM yang dilaksanakan 1
kali setahun. Saat ini difokuskan pada topik DM dan hipertensi karena kasusnya yang
tinggi. Sasarannya adalah semua petugas PKM kecamatan dan kelurahan; 4)
Penyegaran/pelatihan kanker/ IVA test yang dilakukan sebanyak 1 kali dalam
setahun; 5) Seminar jantung sehat yang dilakukan sebanyak 1 kali dalam setahun; 6)
Penyegaran posbindu PTM melalui kegiatan rapat koordinasi posbindu dan
penyegaran wawasan petugas posbindu dengan mengundang narasumber dengan
sasaran petugas posbindu. Anggaran APBN untuk program PTM hanya untuk
penyegaran kegiatan posbindu khusus seperti KBIH (kelompok bina ibadah haji),
posbindu sekolah, posbindu PO bus. Anggaran kegiatan tersebut berasal dari APBD,
dan APBN (Kemenkes). Alokasi dana ditetapkan dari walikota dan dinas kesehatan
Provinsi DKI Jakarta. Rencana Anggaran Belanja (RAB) tetap direncanakan sendiri
dari bawah yang nantinya akan disortir oleh Ka Sudinkes untuk disetujui atau tidak.
Anggaran yang diperoleh juga akan disesuaikan dengan daya serapan yang terkadang
dialihkan pada kegiatan dengan daya serap tinggi. Pelaksanaan kegiatan seringkali
lebih lambat dari jadwal dikarenakan kendala biaya dari atas yang terlambat turun.
tahun 2015 tidak ada karena hilang ketika perpindahan lokasi ke pusling sehingga
perencanaan untuk saat ini tidak tertulis. Kegiatan PTM lebih banyak pelayanan di
dalam gedung (UKP) dengan program pelayanan poli PTM komprehensif berbasis
edukasi, kekeluargaan, dan empati dengan penekanan pada perubahan gaya hidup
(pengetahuan, makanan, olahraga, obat). Kegiatan PTM di luar gedung yang
dilakukan oleh program PTM pusling Cipedak antara lain: 1) Renang sebulan sekali
hari senin minggu pertama untuk para pasien poli PTM yang terdaftar sebagai anggota
renang; 2) Senam setiap hari Senin untuk pasien poli PTM yang tergabung dalam
perkumpulan senam; 3) Kunjungan rumah pada hari senin (jika ada laporan dari kader
atau keluarga bagi pasien baru, atau pasien yang tidak sanggup ke poli, juga pasien-
pasien jiwa); 4) Edukasi kesehatan kelompok setiap hari Senin; 5) Pembinaan
spiritual 1x/tahun dengan mengadakan pengajian atau ceramah agama. Di wilayah
Jagakarsa baru terdapat dua Posbindu PTM, yaitu di Cipedak dan Ciganjur, dimana
kadernya merupakan pasien PTM Puskesmas kecamatan yang sudah mendapatkan
pelatihan kader Posbindu PTM. Rencana program PTM Puskesmas Kecamatan
Jagakarsa di tahun 2016 akan ada pembentukan posbindu kelurahan di setiap
kelurahan, ada kerjasama dengan RS untuk pelaksanaan posbindu di Ciganjur dan ada
jalur rujukan dari posbindu ke poli PTM di puskesmas kecamatan Jagakarsa.
Pengorganisasian
Ketenagaan/Personalia
Pengarahan
kecamatan sendiri, terdapat pengarahan terhadap staf baru dan staf baru juga aktif
untuk bertanya terkait tupoksi.
Pengawasan
Pen
ngorganisasian Perencanaan
Pengawassan P
Pengarahan
S
Sumber : Swanbburg, 2000; Maarquis & Huston
n, 2012; Gillies,, 1994; Ervin, 22002
Pengendalian…, Fatimah, FIK
K UI, 2016 Universitas In
ndonesia
Tabel 4.1
Prioritas Masalah Manajemen Pelayanan Keperawatan Komunitas pada
Aggregate Dewasa Dengan Masalah Hipertensi Di Kelurahan Srengseng Sawah,
Jagakarsa Kota Jakarta Selatan Tahun 2015
h. Tersebarnya leaflet, poster dan media lain program Diksi di kelurahan Srengseng
Sawah
4.1.5.2 Evaluasi 2
a. Terlaksananya supervisi kader dalam kegiatan posbindu PTM di RW 13 oleh petugas
kesehatan baik dari puskesmas kecamatan Jagakarsa maupun balai kesehatan
yonzikon 13 pada tanggal 25 Februari dan 17 Maret 2016
b. Terlaksananya supervisi kader oleh mahasiswa residensi dalam kunjungan rumah
dewasa HT di RW 13 pada tanggal 23 Maret 2016
Hasil dari angket menunjukkan pengetahuan tentang hipertensi yang baik sebesar
57,1%, sikap terhadap hipertensi yang baik sebesar 52,4%, keterampilan perawatan
hipertensi sebesar 46%, dukungan dan kemandirian keluarga 46%. Aggregate dewasa
yang merokok 39,7%, Aggregate dewasa yang jarang berekreasi sebesar 88,9%,
Aggregate dewasa yg mempunyai kebiasaan yg tidak bercerita pada keluarga/teman
saat mempunyai masalah sebesar 76,2%, Aggregate dewasa yang konsumsi makanan
asin 39,6%, keluarga mengkonsumsi makanan yang diawetkan 23,8%, Aggregate
dewasa yang sering minum kopi sebesar 19%, Aggregate dewasa yang tidur larut
malam sebesar 38,1%, Aggregate dewasa yang berkunjung ke pelayanan kesehatan
untuk memeriksakan tekanan darah sebesar 47,6%, keluarga dengan hipertensi yang
jarang mengantar periksa tekanan darah sebesar 69,8%, kader yang mengingatkan
aggregate dewasa hipertensi untuk memeriksakan tekanan darah sebesar 38%,
Aggregate dewasa yang mengatakan hipertensi tidak berbahaya sebesar 14,3%,
Aggregate dewasa yang mengkonsumsi makanan berlemak 33,8%, Aggregate dewasa
yang jarang berolahraga sebesar 63,5%, Aggregate dewasa yang jarang berpikir
Hasil wawancara dengan kader belum ada posbindu PTM dan belum pernah
diberikan pelatihan perawatan hipertensi.
Ketidakefektifan
pemeliharaan kesehatan
Ketidakefektifan
manajemen kesehatan
Kurangnya Dukungan
Sumber: Nies & Mc Ewen, 2015; Stanhope & Lancaster, 2015; Allender,
Rector & Warner, 2014; Kemenkes RI, 2015
Tabel 4.2
Prioritas Masalah Asuhan Keperawatan Komunitas pada
Aggregate Dewasa Dengan Masalah Hipertensi Di Kelurahan Srengseng Sawah,
Jagakarsa Kota Jakarta Selatan Tahun 2015
3. Ketidakefektifan manajemen 3 2 2 6 13
kesehatan pada aggregate
dewasa hipertensi
Grafik 4.1. Perubahan Jumlah Aggregate Dewasa Dengan Tingkat Pengetahuan Baik
Terhadap Hipertensi Di Kelurahan Srengseng Sawah (n=63)
60
56
50 52
40
36
30
20
10
0
Awal Tengah Akhir
Pengetahuan tentang Hipertensi pada orang dewasa
Grafik 4.2. Perubahan Jumlah Aggregate Dewasa Dengan Sikap Yang Baik Terhadap
Hipertensi Di Kelurahan Srengseng Sawah (n=63)
38
37 37
36
35 35
34
33 33
32 Series1
31
Awal Tengah Akhir
Sikap tentang Hipertensi pada orang
dewasa
Jumlah orang dewasa yang sikapnya terhadap hipertensi meningkat dari 33 orang di
awal menjadi 35 orang di tengah dengan p = 0.000, dan meningkat lagi menjadi 37
orang di akhir intervensi dengan p = 0.000. Kesimpulannya adalah terjadi peningkatan
sikap dari masa awal ke akhir intervensi.
Grafik 4.3. Perubahan Jumlah Aggregate Dewasa Dengan Keterampilan Baik Terhadap
Hipertensi Di Kelurahan Srengseng Sawah (n=63)
60
56
50 52
40
36
30
20
10 Series1
0
Awal Tengah Akhir
Keterampilan tentang Hipertensi pada
orang dewasa
Grafik 4.4. Perubahan Jumlah Aggregate Dewasa Dengan Dukungan Keluarga Baik
Terhadap Hipertensi Di Kelurahan Srengseng Sawah (n=63)
50
45
40
30 33
29
20
10 Series1
0
Awal Tengah Akhir
Dukungan keluarga tentang Hipertensi
pada orang dewasa
Grafik 4.5. Perubahan Jumlah Aggregate Dewasa Terhadap Penurunan Tekanan Darah
Di Kelurahan Srengseng Sawah (n=63)
45 41 42 41
40
Normal‐
35 Normal tinggi
30
HT derajat 1
25 22
20 18
HT derajat 2
15 11 11
10
5 3 Expon. (HT
0 derajat 2)
0
Pre Mid Post
Jumlah orang dewasa yang tekanan darahnya turun dari hipertensi derajat 2 menurun
dari 22 orang di awal menjadi 18 orang di tengah, dan 11 orang di akhir intervensi.
Pada grafik juga tergambar ada 3 orang yang mengalami penurunan tekanan darah
hingga mencapai angka normal-normal tinggi dan di akhir ada 11 orang yang berada
di tekanan darah normal-normal tinggi. Kesimpulannya adalah terjadi peningkatan
jumlah orang yang mengalami penurunan tekanan darah dari hipertensi derajat 2
menjadi hipertensi derajat 1 dan tekanan darah normal-normal tinggi dari masa awal
ke akhir intervensi.
Kader dapat menggunakan pedoman rujukan yang sudah tercipta maupun buku
pedoman kelompok swabantu dengan aktif bekerjasama dengan pihak balai
kesehatan yang ada dan puskesmas
Grafik 4.6. Prosentase Pencapaian Diksi Pada Aggregate Dewasa Dengan Hipertensi
Selama 8 Minggu Di Kelurahan Srengseng Sawah (n=33)
100
90
80
70
60
Diet seimbang
50
Relaksasi
40
30 PMR
20 TD
10
0
Jumlah penderita hipertensi yang mengikuti program Diksi rata-rata 18 orang setiap
minggunya, peningkatan perubahan yang signifikan terjadi pada diet seimbang dan
relaksasi sederhana di minggu ke-3, latihan relaksasi otot progresif (PMR) di minggu
ke-6 dan ke-8. Jumlah penderita yang mengalami penurunan tekanan darah bervariasi
setiap minggunya, tetapi jumlah tertinggi pada minggu ke-6.
Ibu N sering merebus daun sirsak dari pohon yang ditanam di depan rumahnya yang
dipercaya dapat menurunkan tekanan darah Bpk. M. Ibu N juga bertanya kepada
perawat mengenai obat herbal apalagi yang dapat diberikan untuk Bpk. M.
Keluarga Bpk. M biasa makan 3 kali sehari. Menurut Ibu N, Bpk. M suka makan ikan
laut dan kurang menyukai sayur dan buah. Buah yang disukai Bpk. M hanya pisang,
belimbing manis dan apel. Biasanya An. I, An. Y dan An. T sering mengemil dan jajan
di sekolah.
Keluarga Bpk. M terutama Bpk. M dan ibu N rajin melakukan aktivitas olah raga.
Setiap pagi Bpk. M mengikuti lari pagi 2 kali seminggu dengan teman-temannya di
batalyon, sedangkan Ibu N aktif mengikuti olahraga bersama pada hari jumat dan
latihan bola voli setiap hari senin sore. An. I lebih senang mengisi kegiatan dengan
tidur dan santai di rumah.
Ibu N mengatakan bahwa yang menjadi pikiran saat ini adalah masalah kesehatan yang
dialami oleh suaminya. Apalagi Bpk. M sudah pernah terserang stroke bulan Maret
2015 kemarin, Ibu N mengkhawatirkan kondisi psikologis Bpk. M yang semenjak sakit,
pekerjaannya di batalyon dikurangi sehingga terlihat bingung mau melakukan apa. Ibu
N juga mengatakan, takut jika suaminya akan terserang stroke lagi akibat tekanan darah
tinggi yang diderita Bpk. M. Ibu N mengatakan Bpk. M pernah mengeluh bagaimana
dengan anaknya yang masih SD dan membutuhkan banyak biaya untuk pendidikannya.
Walaupun Ibu N sering mengatakan tidak perlu khawatir karena masih memiliki rumah
kontrakan dan rumah BTN di Cileungsi untuk persiapan masa pensiun mereka tetapi
Bpk. M terlihat masih suka memikirkan hal itu. Bpk. M jika mempunyai masalah lebih
banyak diam dan dipikirkan sendiri jalan keluarnya, sedangkan Ibu N lebih terbuka
dalam menghadapi masalah serta pasrah, berdoa dan berusaha melakukan yang terbaik
untuk semua anggota keluarganya. Ibu N mengatakan jika ada masalah dalam keluarga,
ia selalu membicarakan bersama-sama dan mencari solusi atau jalan keluar yang terbaik
bagi semua anggota keluarga. Namun terkadang Bpk. M kadang marah jika diminta
berhenti merokok.
Kesiapan meningkatkan
Manajemen kesehatan
Masalah keperawatan yang muncul dari análisis data selanjutnya diprioritaskan dengan
menggunakan skala prioritas (Terlampir). Masalah prioritas pada keluarga Bapak M
adalah:
Evaluasi
Pada tabel 4.4 dapat dilihat pencapaian kemandirian keluarga, dengan 3 keluarga telah
mencapai kemandirian tingkat 4 dan 7 keluarga mencapai kemandirian tingkat 3.
BAB V
PEMBAHASAN
Program PTM di tingkat suku dinas kesehatan Jakarta Selatan belum menjangkau
hingga lapisan masyarakat paling bawah yaitu individu dengan hipertensi. Rencana
satu kelurahan satu posbindu PTM tentu saja belum dapat mewakili kebutuhan
masyarakat kelurahan Srengseng Sawah yang mempunyai prevalensi hipertensi
19,3% dan perilaku kesehatan masyarakat terhadap hipertensi masih kurang. Sebagai
program yang relatif baru dan tidak menjadi prioritas, program PTM di puskesmas
kecamatan Jagakarsa mempunyai tenaga kesehatan yang hanya sanggup melakukan
pelayanan di dalam gedung. Fungsi pengorganisasian akan optimal jika di dukung
adanya sumber daya yang cukup ((Marquis & Huston, 2012). Untuk itu residen telah
membentuk program pengendalian tekanan darah pada aggregate dewasa dengan
pemantauan diet dan pengelolaan stres hipertensi (DIKSI) di samping juga membuat
pelatihan kader dan memfasilitasi pembentukan posbindu PTM di kelurahan
Srengseng Sawah. Tujuan intervensi ini adalah terbentuknya kelompok dewasa dan
kader kesehatan yang peduli pada masalah kesehatan aggregate dewasa dengan
membentuk posbindu PTM dan RW Diksi. Hal ini didasari adanya pemberdayaan
akan membuat komunitas mampu menyelesaikan masalah kesehatan yang ada secara
mandiri dengan menggunakan sumber-sumber dan kemampuan yang dimiliki oleh
komunitas tersebut (Hartono, 2013). Adanya program Posbindu PTM sejak 2011
merupakan salah satu upaya pemberdayaan masyarakat untuk mengendalikan
penyakit tidak menular melalui deteksi dini (Kemenkes, 2015). Salah satu penyakit
tidak menular yang dapat dikendalikan di masyarakat melalui posbindu PTM adalah
hipertensi. Kader sebagai orang yang berpengaruh di masyarakat, dapat membaur
secara efektif dengan masyarakat dalam proses transformasi pesan kesehatan yang
ingin disampaikan (Singh et al, 2016). Pelatihan kader posbindu PTM di setiap RW di
kelurahan Srengseng Sawah sudah 100%. Hal ini dapat terjadi karena adanya
kerjasama lintas sektoral yang difasilitasi residen antara Kemenkes RI, Kelurahan
Srengseng Sawah dan Puskesmas Kecamatan Jagakarsa. Program Diksi yang
mengedepankan diet seimbang dan mengelola stres pada aggregate dewasa dapat
menjadi program awal untuk mengurangi risiko komplikasi hipertensi disamping
manajemen pengobatan seperti rekomendasi JNX-VIII ( James et al, 2014).
Secara teknik diadakannya pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan petugas kesehatan
komunitas berhubungan dengan peningkatan motivasi kerjanya (Stratchan, 2012). Hal
ini sesuai dengan penelitian Singh et al ( 2016) yang menyebutkan bahwa supervisi
dan pelatihan merupakan model paling efektif dalam meningkatkan motivasi kader
kesehatan. WHO (2010) menyatakan bahwa supervisi dan pelatihan merupakan
bagian yang tak terpisahkan dari paket intervensi esensial penyakit tidak menular
untuk negara-negara yang minim sumber daya.
keterampilan dan dukungan keluarga pada pre-test, mid-test dan post-test. Penurunan
tekanan darah terjadi setelah dilakukan program Diksi yang dilakukan selama 8 bulan
pada 63 orang dewasa dengan tekanan darah sistolik 10,29 mmHg dan tekanan
diastolik 4,81 mmHg. Program Diksi dirancang untuk digunakan di komunitas dan
keluarga dengan menggunakan model Community As A Partner yang dikembangkan
oleh Anderson dan Mc Farlane dari teori Betty Neuman (Anderson & Mc Farlane,
2011). Model ini lebih berfokus pada perawatan kesehatan masyarakat karena
praktek, keilmuan, dan metodenya melibatkan masyarakat untuk berpartisipasi penuh
dalam meningkatkan kesehatannya.
Program Diksi dilakukan dengan memantau diet seimbang bagi penderita hipertensi
dan pengelolaan stres dengan mengunakan metode self reported dan pendekatan
proses keperawatan. Fang, Ayala, Loustalot, & Dai (2013) menyebutkan bahwa
jumlah prevalensi orang dewasa dengan self reported hipertensi tahun 2005-2009 di
Amerika meningkat dari 25,8% menjadi 28,3%. Hal ini menunjukkan adanya
peningkatan kesadaran orang dewasa di Amerika terhadap penyakit hipertensi.
Menurut Nies dan McEwen (2015), diet merupakan faktor risiko penyakit kronik yang
paling mudah dimodifikasi. Salah satu faktor risiko hipertensi adalah konsumsi
makanan asin, dengan hasil penelitian menyebutkan 60% kasus penderita hipertensi
primer (essensial) terjadi penurunan tekanan darah dengan mengurangi asupan garam
(Kemenkes, 2013). Hasil statistik menunjukkan setelah mengikuti program Diksi
selama 8 minggu bahwa terjadi kenaikan kemampuan aggregate dalam catatan diet
dan relaksasi sederhana diikuti penurunan tekanan darah di minggu ketiga. Hal ini
dapat saja terjadi karena sudah mulai tumbuh kesadaran pentingnya mengikuti
program Diksi karena sudah terlihat terjadi penurunan tekanan darah oleh beberapa
anggota kelompok menjadi 66,7%. Rata-rata terjadi peningkatan pemantauan diet
sebesar 81,4% dan relaksasi sederhana sebesar 83,2%.
Konsumsi garam pada orang dewasa yang dianjurkan WHO (2013) adalah 2000
miligram natrium atau setara dengan 5 gram atau 1 sendok teh garam dapur. Natrium
banyak terdapat pada makanan yang diproses seperti roti, sosis daging, makanan
ringan dan makanan tambahan seperti kecap, dan saus. Tetapi masih banyak
masyarakat yang belum menjalankan anjuran ini, seperti yang ditemukan oleh Chen,
et al., (2013) bahwa hanya 22,7% masyarakat rural dan 45,3% masyarakat urban di
China yang menggunakan garam dapur 1 sendok teh sehari. Hasil Riskesdas (2013)
menyebutkan prevalensi konsumsi makanan asin (26,2%), dan konsumsi makanan
tinggi bumbu penyedap (77,3%) pada masyarakat Indonesia. Adanya program Diksi
membuat aggregate dewasa di kelurahan Srengseng Sawah membatasi makanan asin
dan digoreng seperti kebiasaan sarapan dengan nasi uduk dan gorengan, mengganti
cemilan bakso dengan buah-buahan seperti papaya dan semangka. Penggunaan garam
dan bumbu penyedap juga sudah dikurangi, hanya ada satu orang yang masih belum
dapat menghilangkan kebiasaanya untuk meminum kopi, tetapi sudah bisa
menguranginya dari konsumsi minum kopi 5-6 kali sehari menjadi 1-2 kali sehari saja
setelah mengikuti program Diksi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Indrawati,
Werdhasari dan Yudi (2009), kebiasaan penduduk makan asin mempunyai hubungan
yang bermakna dengan hipertensi dengan p= 0,001. Pemerintah Indonesia juga sudah
menaruh perhatian akan hal ini dengan mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI
No 30 tahun 2013 mengenai pengendalian kandungan garam, gula dan lemak pada
pangan olahan dan siap saji sudah dikeluarkan pemerintah dalam menurunkan faktor
risiko hipertensi.
Peran kunci perawat kesehatan publik dalam pencegahan dan pengendalian hipertensi
adalah melakukan skrining tekanan darah, membangun kesadaran masyarakat akan
bahaya hipertensi dan bekerjasama dengan program maupun sektor lain untuk
membuat program yang dilakukan dapat berjalan secara berkesinambungan (ASTHO,
2014). Residen telah mengadakan kerjasama dengan Kemenkes RI dalam pelaksanaan
pelatihan Posbindu PTM, juga memberikan pemahaman secara terus menerus kepada
pihak kelurahan Srengseng Sawah maupun Puskesmas Kecamatan Jagakarsa untuk
mendirikan posbindu PTM di setiap RW dalam rangka membangun kesadaran dalam
upaya mengendalikan penyakit tidak menular khususnya hipertensi.
5.2 Keterbatasan
Intervensi penerapan Program Diksi dengan “Buku pedoman pemantauan diet dan
pengelolaan stres penderita hipertensi” adalah bentuk inovasi yang dibuat untuk
menurunkan angka penderita hipertensi pada aggregate dewasa di kelurahan
Srengseng Sawah Jakarta Selatan. Buku ini digunakan oleh penderita hipertensi untuk
mencatat makanan yang dimakan sesuai dengan kebutuhan kalorinya, menghindari
makanan asin serta membangun kebiasaan makan buah dan sayur sebanyak 5 porsi
sehari. Buku ini juga mencatat aktivitas relaksasi sederhana yang telah diajarkan
seperti dzikir sehabis sholat subuh selama 10-15 menit dan latihan pernapasan, juga
latihan relaksasi otot progresif secara bersama-sama setiap dua minggu.
Keterbatasan dalam penerapan inovasi adalah belum optimalnya peran dari kader
posbindu PTM, karena program ini masih relatif baru sehingga kader masih belum
percaya diri dalam menjalankan program Diksi ini. Keterbatasan lainnya adalah
padatnya aktifitas penderita hipertensi yang sebagian besar ibu-ibu untuk memenuhi
undangan pernikahan atau hajatan di lingkungannya sehingga juga membuat para ibu
ini lupa dengan diet yang sedang dijalankannya. Pada bapak-bapak TNI AD hambatan
dalam mengikuti program lebih disebabkan faktor terbentur jadwal latihan menembak
dan pekerjaan ke luar kompleks batalyon. Program ini juga belum dapat mengukur
perubahan tingkat stres yang dialami aggregate dewasa dengan hipertensi. Faktor
cuaca turut mempengaruhi jalannya program karena beberapa kali hujan lebat
membuat para ibu tidak dapat melaporkan catatannya dan tidak terkaji tekanan
darahnya.
Data dari penelitian yang didapatkan bahwa angka prevalensi hipertensi di kelurahan
Srengseng Sawah cukup tinggi dibarengi dengan masih rendahnya kesadaran
masyarakat akan faktor risiko hipertensi dapat meningkatkan angka kesakitan akibat
komplikasi hipertensi seperti penyakit jantung dan stroke. Penerapan Diksi dapat
meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap upaya pengendalian hipertensi
sehingga membantu menurunkan risiko dan durasi penyakit hipertensi yang dapat
menimbulkan kecacatan. Implikasi kegiatan pada manajemen pelayanan adalah
terciptanya koordinasi antara pemerintah daerah dengan dinas kesehatan dalam
mengubah perilaku diet dan pengelolaan stres aggregate dewasa dengan hipertensi
melalui kegiatan Diksi yang didampingi oleh petugas/kader Posbindu PTM. Supervisi
kader dan pelatihan Meningkatnya partisipasi keluarga dalam melakukan perubahan
gaya hidup sehat melalui konsultasi dan kunjungan rumah oleh perawat juga penting
dilakukan untuk memudahkan tumbuhnya kesadaran masyarakat dalam menghadapi
hipertensi.
BAB VI
6.1 Simpulan
6.2. Saran
1) Dinas Kesehatan
a) Dinas kesehatan Provinsi DKI Jakarta dalam hal ini suku dinas kesehatan
Jakarta Selatan melakukan pemantauan posbindu PTM yang sudah
terbentuk di kelurahan Srengseng Sawah minimal satu tahun sekali
b) Memperkuat program PTM khususnya hipertensi baik di masyarakat
maupun di sekolah dengan penggunaan buku Diksi
c) Menyediakan perawat spesialis komunitas untuk melakukan program
pengendalian hipertensi yang inovatif dengan salah satunya intervensi
Diksi
2) Puskesmas
a) Menggunakan Program Diksi untuk penderita hipertensi melalui posbindu
PTM
DAFTAR RUJUKAN
Allender, J.A., Rector, C., Warner, K.D. (2014). Community Health Nursing:
Promoting the Public’s Health 8th edition. Philadelpia: Lippincott Williams
& Wilkins
American Heart Association. (2013). High Blood Pressure: statistical fact sheet
2013 update. AHA: United of America
Anderson, E.T dan Mc. Farlane. (2004). Community as partner: theory and
practice in nursing. Philadelphia:J.B. Lippincot.
Appel, et al. (2006). Dietary Approaches to Prevent and Treat Hypertension A
Scientific Statement From the American Heart Association DOI:
10.1161/01.HYP.0000202568.01167.B6 296 AHA Scientific Statement
Downloaded from http://hyper.ahajournals.org/ by guest on June 13, 2016
Axon R.N, Zhao Y., and Egede L. (2010). Association of Depressive Symptoms
With All-Cause and Ischemic Heart Disease Mortality in Adults With Self-
Reported Hypertension. Volume 23 number 1/3(0-37/ American Journal
Of Hypertension
Chiu, CW, Wong FKY (2010). Effect of 8 weeks sustained follow-up after a
nurse consultation on hypertension :a randomized trial. International
journal of nursing studies 47 (2010)1374-1384. 0020-7489/$ 2010 Elsevier
Ltd. All rights reserved. doi:10.1016/j.ijnurstu.2010.03.018
Ervin, Naomi. (2002). Advance community health nursing practice: population-
focused care. New Jersey: Prentice Hall.
Friedman, M.M., Bowden, V.R. (2010). Buku ajar keperawatan keluarga: riset,
teori dan praktik edisi 5 (terjemahan). Jakarta: EGC
Gay, HC., Rao, SG., Vaccarino, V., Ali, MK. (2016). Effects of Different Dietary
Interventions on Blood Pressure Systematic Review and Meta-Analysis of
Randomized Controlled Trials. Hypertension AHA.115.06853Published
online before print February 22, 2016.doi:
101161/HypertensionAHA.115.06853.
http://hyper.ahajournals.org/content/early/2016/02/22/HYPERTENSIONA
HA
----------. (2014). Buku pintar posbindu PTM: penyakit tidak menular dan faktor
risiko seri 2. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI
Pal, GK, et al. (2014). The Effects of Short-Term Relaxation Therapy on Indices
of Heart Rate Variability and Blood Pressure in Young Adults. American
Journal of Health Promotion: September/October 2014, Vol. 29, No. 1, pp.
23-28. http://dx.doi.org/10.4278/ajhp.130131-QUAN-52
Patel, H.M., Kathrotia, R.G., Pathak, N.R., Thakkar, H.A.. (2012). Effect Of
Relaxation Technique On Blood Pressure In Essential Hypertension.
NJIRM. 2012; 3(4): 10-14
Potter, Perry, Stockert & Hall. (2013). Fundamentals of Nursing 8th edition. St.
Louis Missouri: Mosby an imprint of Elsevier Inc
Sheu, S., Irvin, B., Lin HS., Mar, CL. (2003). Effects of Progressive Muscle
Relaxation on Blood Pressure and Psychosocial Status for Clients with
Essential Hypertension in Taiwan. Holistic Nursing Practice:
January/February 2003 - Volume 17 - Issue 1 - p 41–47,
http://journals.lww.com/hnpjournal/Abstract/2003/01000/Effects_of_Prog
ressive_Muscle_Relaxation_on_Blood.9.aspx diakses 31 Mei 2016
U.S Department of Health and Human Services. (2007). The Role of Clinical
Preventive Services in Disease Prevention and Early Detection. Washington
DC: U.S Department of Health and Human Services. Diakses dari
http://www.ahrq.gov/professionals/clinicians-providers/guidelines-
recommendations/guide/cpsguide.pdf
WHO. (2013). A Global Brief on Hypertension: silent killer, global public health
crisis. Geneva:WHO
1. Pelayanan Keperawatan
Terbentuk kelompok
swabantu di RW 13
tetapi tidak berjalan
Persepsi Terciptanya perilaku DIKSI Terjadi peningkatan
a. tentang orang pada orang dewasa sikap dan keterampilan
dewasa, orang dewasa terhdap
b. komunitas dan perilaku diet seimbang
c. perawat mengenai dan mengelola stres
hipertensi sebesar 20%
No. Variabel dan sub variabel Hasil pengkajian Indikator Hasil Evaluasi
1. Fungsi ekonomi 1.Peningkatan Dari 10 keluarga yang
a. sumber ekonomi dan pengetahuan keluarga dibina, kemandirian
b. penghasilan keluarga setelah edukasi dan keluarga dalam
Riwayat dan perkembangan pemberian informasi melakukan praktik
a. riwayat kesehatan orang 80% kesehatan meningkat.
dewasa dan keluarga, 2.Perilaku DIKSI dapat a) 5 keluarga
b. riwayat kesehatan dipertahankan 90% meningkat dari
sebelumnya) 3.Kemandirian I-III
Lingkungan: keluarga: b) 3 keluarga
a. fisik, a. I menjadi II meningkat dari
b. psikologis, b. II menjadi III II ke IV
c. social c. III menjadi IV c) 2 keluarga
Fungsi perawatan meningkat dari
kesehatan II ke III
a. mengenal,
b. memutuskan,
c. merawat,
d. memodifikasi
lingkungan
e. pemanfaatan yankes
Stress dan koping adaptasi
(orang dewasa dan
keluarga) yang digunakan
Tingkat kemandirian
keluarga
Keterangan: *) Variabel sesuai kerangka kerja