Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hal yang paling penting dalam kehidupan manusia adalah meningkatkan
perhatian terhadap kesehatan guna mencegah terjadinya mallnutrisi (Gizi
salah) dan resiko untuk menjadi gizi kurang. Status gizi menjadi penting
karena merupakan salah satu factor resiko untuk terjadi kesakitan atau
kematian. Status gizi yang baik pada seseorang akan berkontribusi terhadap
kesehatannya dan juga terhadap kemmampuan dalamproses pemulihan.
Peran dan kedudukan penilaian status gizi (PSG) didalam ilmu gizi
adalah untuk mengetahui status gizi, yaitu ada tidaknya malnutrisi pada
individu dan masyarakat. PSG adalah interprestasi dari data yang
dikumpulakan dengan menggunakan berbagai merode untuk mengidentifikasi
populasi atau individu ang beresiko atau dengan status gizi kurang/ buruk.
Metode PSG ini dibagi dalam tiga kelompok, Yaitu kelompok pertama:
metode secara langsung yang terdiri dari penilaia dengan melihat tanda
klinis, tes laboratorium, metode biofisik, dan antropometri. Kelompok kedua:
prnilaian dengan melihat statistic kesehatan yang biasa disebut dengan PSG
tidak langsung karenatidak menilai individu secara langsung. Kelompok
ketiga: penilaian dengan melihat variable ekologi.
Data penilaian status gizi dapat dikumpulkan dengan bebagai cara.
Pengumpulan data ini akan menjadi penting kedudukannya dalam PSg
karena akan sangat mempengaruhi hasil yang didapat yang akhirnya akan
mempengaruhi juga informasi yang disampaikan.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut kami akan membahas lebih
lanjut mengenai penilaian status gizi pada dewasa dan lansia pada bab
pembahasan.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penilaian gizi pada dewasa ?
2. Bagaimana penilaian gizi pada lansia ?
3. Bagaimana contoh kasus penilaian gizi ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui penilaian status gizi pada dewasa
2. Untuk mengetahui penilaian gizi pada lansia
3. Latihan kasus penilaian gizi

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Penilaian Status Gizi Dewasa


1. Definisi Penilaian Status Gizi
Penilaian status gizi merupakan salah satu diantara empat tahap dalam
manajemen gizi yang terdiri atas: (1) Penilaian status gizi. (2) Perencanaan
intervensi gizi. (3) Pelaksanaan intervensi gizi. (4) Pengevaluasian.
Penilaian status gizi merupakan landasan untuk memberikan asuhan gizi
yang optimal kepada pasien. Dengan pemberian zat gizi yang sesuai
dengan kebutuhan pasien secara optimal atau dengan upaya pemenuhan
kebutuhan pasien secara optimal atau dengan upaya pemenuhan yang
sebaik-baiknya. (Naskah Pelatihan Latihan Nutirisi RS, 1995).
2. Kebutuhan Status Gizi Pada Dewasa
Berikut ini adalah nilai kecukupan energi dan kecukupan protein
seseorang perhari rata-rata ketika dalam aktivitas sedang. Jika sering
melakukan aktivitas berat seperti olahraga berat, kuli bangunan,
menggarap sawah, pekerja lapangan, dan lain sebagainya perlu
ditambahkan asupan energi dan protein yang cukup (Suandari, 2010).
a. Energi
1) Kelompok usia 19 s/d 29 tahun
a) Jenis kelamin laki-laki / pria : kecukupan energi : 2550 kkal
b) Jenis kelamin perempuan / wanita : kecukupan energi : 1900
kkal
2) Kelompok usia 30 s/d 49 tahun
a) Jenis kelamin laki-laki / pria : kecukupan energi : 2350 kkal

b) Jenis Kelamin Perempuan / Wanita : kecukupan energi : 1800


kkal
b. Karbohidrat
Mempunyai manfaat lain diantaranya untuk :
1) Menjaga kesehatan tubuh
2) Mempercepat waktu pemulihan (recovery) tubuh
3) Kondisi tubuh yang lebih prima dalam menghadapi aktifias

3
4) Performa serta kapasitas ketahanan tubuh (endurance) yang
baik.
Selain untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh, konsumsi nutrisi
yang baik memenuhi total kebutuhan energi (kalori) melalui konsumsi
makro nutrisi dengan proporsi sbb :

1) 60-70%, melalui konsumsi karbohidrat


2) Karbohidrat : 5-7 gram per kg berat badan
c. Protein
Bahan makanan sebagai submer protein kualitas tiggi adalah ikan
dan seafood, unggas, daging sapi, daging domba, daging babi, hati, dan
telur. Sumber lain adalah semua jenis kacang-kacangan daran serealia
.susu dan produk olahan nya seperti keju dan yogurt yang juga kaya
protein.
d. Lemak
Dapat ditemukan baik pada hewan maupun tumbuhan dalam
bentuk organic yang disebut lipid. Lipid penting bagi penyimpanan
energi yang tinggi, meningkatkan kalori karbohidrat dan menyediakan
bantalan serta penyekatan. Lemak mengandung asam lemak bebas bisa
jenuh atau tidak jenuh, tergantung dari stuktur kimianya. Lemak jenuh
lebih padat dari pada yang tidak jenuh.
Lemak jenuh contohnya: kolesterol. Dibuat di hati dan diperlukan
dalam produksi garam empedu dan hormone-hormon, namun tubuh
membutuhkannya hanya dlam jumlah sedikit. Makanan yang berlemak
jenuh tinggi antara lain: daging merah, hasil peternakan yang berlemak
serta telur dan juga banyak ditemukan dalam makanan olahan/kalengan.
Harus diimbangi dengan makanan berserat karena serat mengikat
kolesterol dan menyingkirkannya dari darah.
Lemak tidak jenuh terbagi menjadi : Majemuk (Polyunsaturated)
dan Tunggal (Monounsaturated). Inilah lemak yang dapat membantu
meningkatkan kesehatan. Bentuk majemuknya termasuk grup ‘asam
lemak essensial’ yang hanya dapat diperoleh dari makanan seperti
minyak ikan dan minyak sayur.

4
e. Vitamin
Vitamin & mineral berfungsi untuk membuat tubuh bekerja dengan
baik. Sebenarnya vitamin & mineral sudah terdapat di dalam bahan
makanan sehari-hari. Tetapi terkadang karena gaya hidup, diet, ataupun
hal lain yang menyebabkan kita tidak seimbang dalam mengkonsumsi
makanan membuat kebutuhan vitamin & mineral yang dibutuhkan
tubuh menjadi tidak terpenuhi.
1) Jenis Vitamin
a) Vitamin A
Fungsi Mencegah masalah kesehatan mata, meningkatkan
sistem imun, juga berperan penting dalam pertumbuhan &
perkembangan sel serta menjaga kesehatan kulit. Sumber
Banyak terdapat di sayuran & buah yang berwarna oranye
seperti wortel, ubi, labu, apricot, peach, jeruk, pepaya &
mangga. Terdapat juga didalam susu, telur & hati. Untuk
makanan biasanya terdapat dalam makanan yang sudah
difortifikasi (ditambahkan nilai gizinya)
b) Vitamin C
Fungsi Dibutuhkan untuk pembentukan kolagen, yaitu
jaringan tissue yang menahan sel. Juga penting untuk
pertumbuhan tulang, gigi & gusi serta pembuluh darah.
Vitamin C juga membantu penyerapan zat besi & kalsium,
membantu dalam proses penyembuhan luka & meningkatkan
fungsi otak.
Sumber Vitamin C dalam jumlah banyak dapat ditemukan
di buah berry, kiwi, tomat, paprika hijau, brokoli, bayam, serta
dalam jus buah jambu biji, anggur & jeruk.
c) Vitamin D
Fungsi Diperlukan untuk memperkuat tulang karena
vitamin D membantu penyerapan kalsium oleh tubuh. Sumber
Vitamin D merupakan vitamin yang unik karena dapat
diproduksi sendiri oleh tubuh saat terkena sinar matahari.

5
Sumber lain yang terdapat vitamin D adalah kuning telur,
minyak ikan & susu yang sudah difortifikasi.
d) Vitamin E
Fungsi Vitamin E merupakan anti oksidan yang dapat
melindungi sel dari kerusakan. Vitamin E juga penting untuk
kesehatan sel darah merah. Sumber Vitamin E dapat ditemukan
dalam berbagai makanan, seperti minyak nabati, kacang-
kacangan, sayuran berdaun hijau, alpukat & gandum.
e) Vitamin B1 (biasa disebut juga dengan thiamin)
Fungsi Vitamin B1 dibutuhkan tubuh untuk merubah
karbohidrat menjadi energy, diperlukan juga oleh jantung, otot
& sistem syaraf supaya dapat berfungsi dengan baik. Sumber
Sumber vitamin B1 terdiri dari daging, ikan, kacang-kacangan,
makanan yang terbuat dari kedelai & gandum. Vitamin B1 juga
dapat ditemukan dalam makanan yang sudah di fortifikasi
seperti roti, pasta & cereal.
f) Vitamin B2 (biasa disebut juga dengan riboflavin)
Fungsi Sama seperti vitamin B1, maka vitamin B2 juga
berfungsi untuk merubah karbohidrat menjadi energi. Selain
itu vitamin B2 juga bermanfaat dalam proses pembentukan sel
darah merah & kesehatan mata.
Sumber Sumber terbaik untuk mendapatkan vitamin B2
adalah daging, telur, kacang polong & lentils, kacang-
kacangan, produk olahan susu, sayuran berdaun hijau, brokoli,
asparagus. Sumber lainnya adalah makanan yang sudah
difortifikasi.

g) Vitamin B3 (niacin)
Fungsi Membantu mengubah makanan menjadi energiy,
menjaga kesehatan kulit & fungsi syaraf. Sumber Terdapat
dalam daging merah, unggas, ikan, kacang serta makanan yang
sudah difortifikasi.

6
h) Vitamin B6
Fungsi Berperan untuk menjalankan fungsi normal otak &
syaraf. Bermanfaat juga untuk memecah protein & pembuatan
sel darah merah. Sumber Banyak terdapat pada kentang,
pisang, buncis, kacang-kacangan & biji-bijian, daging merah,
ikan, telur, bayam & makanan yang sudah difortifikasi.

i) Vitamin B9 (biasa disebut dengan asam folat)


Fungsi Membantu proses pembentukan sel darah merah &
DNA. Sumber Sayuran kacang-kacangan, sayuran berdaun
hijau, asparagus, berbagai macam jenis jeruk & unggas.
Sumber lain adalah makanan yang sudah difortifikasi seperti
roti, mie & cereal.
j) Vitamin B12
Fungsi Berperan dalam proses pembentukan sel darah
merah & menjaga fungsi syaraf. Sumber Terdapat pada ikan,
daging merah, unggas, susu, keju & telur. Terdapat juga dalam
makanan yang sudah difortifika.
f. Mineral
Kebutuhan vitamin dan mineral pada saat ini juga meningkat.
Golongan vitamin B yaitu vitamin B1 (tiamin), vitamin B2 (riboflavin)
maupun niasin diperlukan dalam metabolisme energi. Zat gizi yang
berperan dalam metabolisme asam nukleat yaitu asam folat dan vitamin
B12. Vitamin D diperlukan dalam pertumbuhan kerangka tubuh/ tulang.
Selain itu, agar sel dan jaringan baru terpelihara dengan baik, maka
kebutuhan vitamin A, C dan E juga diperlukan.
3. Tahap/ Jenis Penilaian Status Gizi Pada Dewasa
a. Pengukuran Antropometri
Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros. Anthoropos
artinya tubuh dan metros artinya ukuran. Jadi antropometri adalah
ukuran tubuh. Pengertian ini bersifat sangat umum sekali (Supariasa,
dkk, 2002). Sedangkan sudut pandang gizi, Jelliffe (1966)
mengungkapkan bahwa antropometri gizi berhubungan dengan

7
berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari
berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.Penggunaan antropometri,
khususnya pengukuran berat badan pernah menjadi prinsip dasar
pengkajian gizi dalam asuhan medik. Untuk mengkaji status gizi secara
akurat, beberapa pengukuran secara spesifik diperlukan dan pengukuran
ini mencakup pengukuran berat badan, indeks massa tubuh (IMT).
(Andy Hartono, 2000).
b. Ukuran Antropometri
1) Berat badan
Berat badan merupakan salah satu antropometri yang
memberikan gambaran masa tubuh (otot dan lemak). Karena tubuh
sangat sensitif terhadap perubahan keadaan yang mendadak,
misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu
makan dan menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi.
Dalam keadaan normal dimana keadaan kesehatan baik dan
keseimbangan antara intake dan keutuhan gizi terjamin, berat badan
mengikuti perkembangan umur. Sebaiknya dalam keadaan
abnormal, terdapat dua kemungkinan perkembangan BB, yaitu
dapat berkembang lebih cepat atau lebih lambat dari keadaan
normal.
2) Umur
Umur faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi.
Kesalahan penentuan umur akan menyebabkan interpretasi status
gizi menjadi salah. Hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan
menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur
yang tepat. Menurut Puslitbang Gizi Bogor (1978), batasan umur
digunakan adalah tahun umur penuh (comleted year) untuk anak
umur 0-2 tahun digunakan bulan usia penuh. (completed month)
3) Tinggi badan
Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan
keadaan pertumbuhan skeletal. Dalam keadaan normal, tinggi badan
tumbuh bersamaan dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi
badan, tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap
masalah defisiensi gizi dalam waktu pendek. Pengaruh defisiensi zat
gizi terhadap tinggi badan baru akan tampak pada saat yang cukup

8
lama. Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi
keadaan yang telah lalu dan keadaan sekarang, jika umur tidak
diketahui dengan tepat.
4) Tinggi lutut
Tinggi lutut dapat digunakan untuk memperkirakan TB
seseorang bahkan dapat juga untuk memperkirakan berat badan,
khususnya yang bagi tidak dapat berdiri atau dapat gangguan pada
daerah lutut. Perkiraan tinggi badan dengan pengukuran tinggi lutut
menurut (Gibson, 1990)
TB (pria) = (2,02 x tinggi lutut (cm)) – (0,04 x umur (th)) +64,19
TB (wanita) = (1,83 x tinggi lutut (cm)) – (0,24 x umur (th)) + 84,88

5) Indeks-indeks Antropometri
Ukuran antropometri dalam rangka penilaian status gizi
digunakan dalam bentuk indikator yang dapat merupakan kombinasi
antara masing-masing ukuran indikator antropometri yang umum
digunakan untuk menilai status gizi adalah BB/U, TB/U atau PB/U,
BB/TB atau BB/PB, LILA/U, Lingkar Dada/U (LD/U), Lingkar
Kepala/U (LK/U), TLBK/U, Indeks Ponderal, Indeks Massa Tubuh,
Rasio Lingkar Pinggang Panggul (RLPP), Tinggi Lutut.
6) Penyajian Indeks Antropometri
a) Persen Terhadap Median
Cara perhitungannya yaitu berat badan atau tinggi badan
aktual (hasil pengukuran) masing-masing individu dibandingkan
dengan nilai median berat badan atau tinggi badan pada baku
rujukan (WHO-NCHS).

Berat badan aktual


pada umur tertentu
Indeks x10
BB/U = 0%
Nilai median BB pada
umur tertentu

9
Tinggi badan aktual
Indeks pada umur tertentu
TB/U = Nilai median TB pada x100%
umur tertentu

b) Indeks Masa Tubuh (IMT)


IMT - BMI (Body Mass Indeks) merupakan indeks
antropometri yang sering digunakan untuk menilai status gizi
individu maupun masyarakat karena cukup peka untuk menilai
status gizi orang dewasa di atas 18 tahun. IMT dapat
dihubungkan dengan persen lemak tubuh.
IMT dihitung dengan pembagian berat badan (dalam kg)
oleh tinggi badan (dalam meter) pangkat dua. Korelasi berat
badan dengan jumlah total lemak tubuh cukup erat, kendati
sebagian orang dengan lean body mass yang tinggi bisa
memberikan IMT yang tinggi walaupun orang tersebut tidak
gemuk. (Dr Andy Hartono, 2000)
Rumus Indeks massa tubuh (body mass index)
IMT = BB ideal/ TB (m2)
4. Cara Penilaian Status Gizi
Ada 3 cara untuk menilai status gizi :
a. Penilaian konsumsi pangan
Penilaian konsumsi pangan dimaksudkan sebagai cara untuk
mengukur keadaan konsumsi pangan yang kadang-kadang merupakan
salah satu cara yang digunakan untuk menilai status gizi. Keadaan
konsumsi pangan tersebut dapat digunakan sebagai indikator pola
pangan yang baik atau kurang baik dan bukan merupakan ukuran
keadaan gizi yang ditentukan secara langsung. Penilaian konsumsi lebih
sering digunakan sebagai salah satu teknik untuk menunjukkan tingkat
keadaan gizi dari pada sebagai pengukur. Penilaian konsumsi tersebut
dapat dipakai untuk menentukan jumlah dan sumber zat gizi yang

10
dimakan. Hal tersebut dapat membantu menunjukkan zat gizi
persediaan cukup atau kurang.
Penilaian konsumsi pangan dilakukan dengan cara survei. Survei
konsumsi pangan bertujuan untuk mengetahui konsumsi pangan
seseorang atau kelompok orang), baik secara kualitatif maupun
kuantitatif dimaksudkan untuk mengetahui jumlah pangan atau
makanan yang dikonsumsi. Dalam informasi ini akan dapat dihitung
konsumsi zat gizi dengan menggunakan Daftar Kandungan Zat Gizi
Makanan (Daftar Komposisi Bahan Makanan) dan daftar lain bila
diperlukan. Survei macam konsumsi pangan secara kualitatif biasanya
untuk mengetahui frekuensi makan, frekuensi konsumsi menurut jenis
pangan yang dikonsumsi dan menggali informasi tentang kebiasaan
makan (food habit) serta cara memperoleh pangan
Penaksiran jumlah pangan yang dikonsumsi diawali dengan
menanyakan dalam bentuk ukuran rumah tangga (URT) seperti potong,
ikat, gelas, piring dan alat atau ukuran lain yang biasa digunakan
dirumah tangga. Dari URT jumlah pangan dikonversikan kedalam
satuan berat (gram) dengan menggunakan daftar URT yang umum
berlaku.
b. Pemeriksaan Jasmani
Kelainan yang ditemukan dalam pemeriksaan jasmani untuk
pengkajian gizi umumnya mencerminkan deplesi simpanan nutrien
yang bermakna. Kelainan berdasarkan nutrien itu umumnya terlihat
pada pasien-pasien AIDS, malnutrisi, protein-kalori, penyakit renal
kronis, dan pada pasien-pasien dengan riwayat penggunaan alkohol.
(Andy Hartono, 2000).

c. Pemeriksaan laboratoris
Pemeriksaan laboratorium (biokimia darah) akan menghasilkan
data-data yang membantu menegakan diagnosis defisiensi mikronutrien
dan protein. Disamping itu, parameter biokimia juga mempunyai

11
peranan dalam menegakkan diagnosa penyakit yang ada kaitannya
dengan gizi. Monitor penting dalam dari pemeriksaan laboratorium ini
adalah parameter biokimia yang sering diperiksa pada pasien. Banyak
biodata yang berubah akibat permasalahan medis (etiologi) yang terjadi
bersamaan. Karena itu hasil tes harus dievaluasi dalam konteks status
medis.

B. PENILAIAN STATUS GIZI PADA LANSIA


1. Definisi Penilaian Status Gizi
Penilaian Status gizi merupakan keseimbangan antara asuapan zat gizi
dan kebutuhan akan zat gizi tersebut. Status gizi juga didefenisikan
sebagai keadaan kesehatan seseorang sebagai refleksi konsumsi pangan
serta penggunaannya oleh tubuh (Supariasa, Bakri, & Fajar, 2002).
Status Gizi pada lanjut usia dipengaruhi oleh berbagai hal. Perubahan
fisiologis, komposisi tubuh, asupan nutrisi dan keadaan ekonomi
merupakan hal-hal yang dapat memicu terjadinya berbagai masalah gizi
pada lanjut usia (Potter&Pierry, 2005).

2. Kebutuhan Status Gizi Pada Lansia


Banyak asupan zat gizi yang harus ditingkatkan agar lansia tetap sehat
dan dapat beraktivitas dengan baik. Namun beberapa hal yang harus
diperhatikan diantaranya asam lemak omega 3 (dapat diperoleh dari
minyak ikan), perbanyak air putih, perhatikan konsumsi garam, perhatikan
asupan vitamin D dan kalsium.
a. Kalori
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecepatan metabolisme basal
pada orang berusia lanjut akan menurun sekitar 15-20%, disebabkan
karena berkurangnya massa otot dan aktivitas. Bagi lansia komposisi
energi sebaiknya 20-25% berasal dari protein, 30% lemak dan sisanya
karbohidrat.
b. Protein
Pada lansia terjadi penurunan massa otot, namun ternyata
kebutuhan tubuh akan protein tidak berkurang, bahkan harus

12
ditingkatkan karena pada lansia efisiensi penggunaan senyawa nitrogen
(protein) oleh tubuh telah berkurang, disebabkan pencernaan dan
penyerapannya kurang efisien. Beberapa penelitian merekomendasikan
kebutuhan protein lansia ditingkatkan 12-14% dari kebutuhan untuk
orang dewasa.
c. Lemak
Konsumsi lemak yang dianjurkan adalah 30% dari total kalori yang
dibutuhkan. Konsumsi lemak yang terlalu tinggi (lebih dari 40%) dapat
menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah.
d. Karbohidrat dan Serat
Lansia tetap dianjurkan mengonsumsi serat. Sumber serat yang
baik adalah sayuran, buah-buahan dan biji-bijian utuh. Konsumsi
suplemen serat tidak dianjurkan bagi lansia karena dikhawatirkan
konsumsi serat yang terlalu banyak dapat menyebabkan mineral dan zat
gizi lain terserap oleh serat. Lansia dianjurkan untuk mengurangi
konsumsi gula sederhana dan menggantinya dengan karbohidrat
kompleks.
e. Vitamin dan Mineral

Hasil penelitian menunjukkan bahwa umumnya lansia kurang


mengonsumsi vitamin A, B1, B2, B6, niasin, asam folat, vitamin C, D,
dan E. Kekurangan mineral yang paling banyak diderita lansia adalah
kurang mineral kalsium yang menyebabkan kerapuhan tulang dan
kekurangan zat besi menyebabkan anemia. Kebutuhan vitamin dan
mineral bagi lansia menjadi penting untuk membantu metabolisme zat-
zat gizi yang lain. Sayuran dan buah hendaknya dikonsumsi secara
teratur sebagai sumber vitamin, mineral dan serat. Selain itu, beberapa
hal yang harus diperhatikan diantaranya:
1) Perhatikan asupan asam lemak omega 3
Minyak ikan mengandung asam lemak omega 3. Menurut AKG
2013, kebutuhan omega 3 lansia adalah sebesar 1,6 gram. Perlu
diwaspadai jika minyak ikan dikonsumsi terlalu banyak

13
(berlebihan/overdosis) maka dapat menurunkan kadar vitamin E di
dalam tubuh manusia.
2) Perhatikan asupan garam setiap harinya
Kebanyakan lansia menderita hipertensi sehingga penting untuk
memperhatikan asupan garam harian dan membatasi makanan yang
asin.
3) Perbanyak asupan vitamin D dan kalsium
Vitamin D penting untuk penyerapan kalsium dan
pemeliharaan tulang. Selain itu, suplemen vitamin D dapat
mengurangi kejadian patah tulang nonvertebral pada pria dan
wanita lansia. Kombinasi kalsium dan vitamin D dapat
meningkatkan kepadatan mineral tulang serta mengurangi risiko
pinggul dan patah tulang belakang. Kalsium dan vitamin D menjadi
kebutuhan harian tertinggi pada wanita menopause dan laki-laki
lanjut usia, yaitu 1500 mg kalsium dan 400-800 IU vitamin D.
Vitamin D dapat diperoleh dari paparan sinar matahari. Sinar
ultraviolet dari matahari meningkatkan sintesis vitamin D3 聽
(cholecalciferol) dalam kulit. Hal ini terjadi dalam waktu 15 menit
setelah terpapar dari sinar matahari. Vitamin D juga dapat
ditemukan dalam beberapa sumber makanan, termasuk susu,
kuning telur, ikan laut, dan hati
4) Perhatikan asupan vitamin B
Memasuki usia diatas 50 tahun, akan terjadi perubahan dalam
produksi asam lambung sehingga berdampak pada proses
penyerapan vitamin B12.
3. Tahap/ Jenis Penilaian Status Gizi
Keadaan gizi seseorang mempengaruhi penampilan, pertumbuhan dan
perkembangannya, kondisi kesehatan serta ketahanan tubuh terhadap
penyakit. Pengkajian status gizi adalah proses yang digunakan untuk
menentukan status gizi, mengidentifikasi malnutrisi (kurang gizi atau gizi
lebih) dan menentukan jenis diet atau menu makanan yang harus diberikan

14
pada seseorang. Mengkaji status gizi usia lanjut sebaiknya menggunakan
lebih dari satu parameter sehingga hasil kajian lebih akurat.
Pengkajian status gizi pada usia lanjut dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut :
a. Anamnesis
Hal-hal yang perlu diketahui antara lain: Identitas, orang terdekat
yang dapat dihubungi, keluhan dan riwayat penyakit, riwayat asupan
makanan, riwayat operasi yang mengganggu asupan makanan, riwayat
penyakit keluarga, aktivitas sehari-hari, riwayat buang air besar atau
buang air kecil, dan kebiasaan lain yang dapat mengganggu asupan
makanan (Supariasa, Bakri, & Fajar, 2002).
b. Pengukuran Antropometri
Pengukuran antropometri adalah pengukuran tentang ukuran, berat
badan, dan proporsi tubuh manusia dengan tujuan untuk mengkaji
status nutrisi dan ketersediaan energi pada tubuh serta mendeteksi
adanya masalah-masalah nutrisi pada seseorang. (Nurachmah,2001).
Pengukuran antropometri yang dapat digunakan untuk menetukan
status gizi pada lansia meliputi tinggi badan, berat badan, tinggi lutut
(knee high), lingkar betis, tebal lipatan kulit (pengukuran skinfold),
dan lingkar lengan atas. Cara yang paling sederhanan dan banyak
digunakan adalah dengan menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT)
(Fatmah,2010).
Adapun beberapa pengukuran antropometri yang dapat dilakukan
pada lansia adalah sebagai berikut:
1) Tinggi Badan
Tinggi Badan merupakan antropometri yang menggambarkan
keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, TB tumbuh
seiring dengan pertambahan umur. Tinggi Badan merupakan
parameter paling penting bagi keadaan yang telah lalu dan keadaan
sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat, serta dapat
digunakan sebagai ukuran kedua yang penting, karena dengan

15
menghubungkan BB terhadap TB (quac stick) faktor umur dapat
dikesampingkan.
2) Berat Badan
Merupakan ukuran antropometri terpenting dan paling sering
digunakan. Pengukuran berat badan juga dapat memberikan
gambaran status gizi seseorang dengan mengetahu indeks massa
tubuh. Pengukuran berat badan ini menggunakan timbangan injak
seca.
3) Tinggi Lutut

Tinggi lutut erat kaitannya dengan tinggi badan, sehingga data


tinggi badan bisa didapatkan dari tinggi lutut bagi orang tidak
dapat berdiri atau lansia. Tinggi lutut dapat dilakukan pada usia
lanjut yang tulang punggungnya mengalami osteoporosis, sehingga
terjadi penurunan tinggi badan (Fatmah, 2006). Dari tinggi lutut
dapat dihitung tinggi badan sesungguhnya dengan rumus
persamaan Chumlea (1988):
Tinggi Badan (laki-laki) = 64,19 - (0,04 x usia dalam tahun)
+ (2,02 x tinggi lutut dalam cm)
Tinggi Badan (perempuan) = 84,88 - (0,24 x usia dalam tahun)
+ (1,83 x tinggi lutut dalam cm)
Sumber: prediksi tinggi badan lansia berdasarkan tinggi lutut dalam
Fatimah (2010)
4) Tebal Lipatan Kulit
Pengukuran ketebalan lipatan kulit merupakan salah satu cara
menentukan presentasi lemak pada tubuh. Lemak tubuh merupakan
penyusun komposisi tubuh yang merupakan salah satu indikator
yang bisa digunakan untuk memantau keadaan nutrisi melalui
kadar lemak dalam tubuh
Pengukuran lipatan kulit mencerminkan lemak pada jaringan
subkutan, massa otot dan status kalori. Pengukuran ini dapat juga
digunakan untuk mengkaji kemungkinan malnutrsi, berat badan
normal atau obesitas. (Nurachmah, 2001)
Untuk menentukan tebal lipatan kulit digunakan sebuah jangka
lengkung (caliper) yang dijepit pada bagian-bagian kulit yang telah

16
ditentukan. Adapun standar tempat pengukuran Skinfold menurut
Heyward Vivian H dan Stolarczyk L.M. dalam Supariasa, Bakri, &
Fajar, (2002) ada sembilan tempat, yaitu dada,subscapula,
midaxilaris, suprailiaka, perut, trisep, bisep, paha, dan betis.
5) Lingkar lengan atas
Lingkar lengan atas merupakan pengkajian umum yang
digunakan untuk menilai status nutrisi. Pengukuran LLA dilakukan
dengan menggunakan sentimeter kain (tape around). Pengukuran
dilakukan pada titik tengah lengan yang tidak dominan
(Nurachmah,2001). Menurut Depkes RI (1994), nilai normal
lingkar lengan atas pada lansia adalah 21 hingga 22 cm.
6) Indeks massa tubuh
IMT merupakan indikator status gizi yang cukup peka
digunakan untuk menilai status gizi orang dewasa diatas umur 18
tahun dan mempunyai hubungan yang cukup tinggi dengan persen
lemak dalam tubuh (Fatmah, 2010). IMT juga merupakan sebuah
ukuran “berat terhadap tinggi” badan yang umum digunakan untuk
menggolongkan orang dewasa ke dalam kategori Underweight
(kekurangan berat badan), Overweight (kelebihan berat badan) dan
Obesitas (kegemukan). Rumus atau cara menghitung IMT yaitu
dengan membagi berat badan dalam kilogram dengan kuadrat dari
tinggi badan dalam meter (kg/m2) (Andaka,2008).

4. Kategori Status Gizi Pada Lansia

Kategori Status Gizi Lansia Berdasarkan IMT


(Depkes RI,2005)
Status Gizi IMT (kg/m2)

Gizi Kurang < 18,50

17
Gizi Normal 18,50-25,00

Gizi Lebih > 25,00

Sumber: Depkes RI dalam Fatmah (2010)

C. Contoh Kasus Pada Lansia

Contoh :
Wanita umur 60 th, BB : 60 kg hasil pengukuran tinggi lututnya (TL) 46 cm.
Hitung berapa tinggi badannya dan Kebutuhan kalori basalnya ?
Jawab :
TB = 84,88 - (0,24 x usia dalam tahun) + (1,83 x tinggi lutut dalam cm)
= 84,88 – (0,24 x 60) + (1,83 x 46)
= 84,88 – (14,4) + (84,18)
= 154,66 cm
Kebutuhan Kalori berdasarkan :
1. Jenis Kelamin
BB Ideal = (TB(cm)-100) – 10% (TB(cm)-100)
= (155-100) _ 10% (155-100)
= 55 – 10/100 x 55
= 55 – 5,5
= 49,5 kg
Kalori basal :
25 x BB ideal = 25 x 49,5
= 1.237,5 kkal

2. Usia
Usia 40 – 50th = - 5%
Usia 50 – 70th = -10%
Usia >70 th = -20%
Kebutuhan kalori Ny. Sanem :
Kalori basal – 10 % = 1.237,5 – 10% (1.237,5 kkal)
= 1.237,5 – 123,75
= 1.113,75 kkal

18
3. Tingkat aktivitas
Tingkat aktivitas ringan :
Kalori basal + 20% (kalori basal)
= 1.237,5 + 0,2 (1.237,5 kkal)
= 1.237,5 + 247,5
= 1.485 kkal

4. IMT
BB
TB
IMT =
( )
100
2

60
= (
155
)2
100
60
= 2,40
= 24,97

Total kebutuhan kalori harian adalah


Klori basal + koreksi aktifitas harian – koreksi faktor usia
= 1.237,5 + 247,5 - 123,75
= 1.361,25 kkal

IMT = 24,97 (Normal)

5. Kebutuhan khusus/ Hipertensi


Kategori hipertensi sedang : Diet garam tingkat 2
1. Diet garam tingkat 2 adalah 600-800 mg natrium. Pada diet ini
penambahan garam hanya ½ sdt atau 2 gram. Pada kasus tersebut diatas
Ny. Sanem dianjurkan melakukan diet ini
2. Banyak minum dan kurangi garam, dengan banyak minum dapat
memperlancar pengeluaran sisa makanan, dan menghindari makanan
yang terlalu asin akan memperingan kerja ginjal serta mencegah
kemungkinan darah tinggi

19
3. Batasi makanan yang banyak mengandung minyak dan makanan yang
berlemak seperti santan, mentega, dll.
4. Dianjurkan mengonsumsi makanan yang mengandung zat bezi, seperti :
kacang -kacangan, hati, telur, daging rendah lemak, bayam dan sayur-
sayuran hijau
5. Lebih dianjurkan mengolah makanan dengan cara dikukus, direbus atau
dipanggang dan kurangi makanan yang digoreng.

Soal Latihan!
Pria umur 75 th, BB : 75 kg, sudah 2 tahun mengeluh tekanan darah tinggi, paling
tinggi 170/100 mmHg. Menyukai makanan asin dan gorengan. TL : 55 cm. Hitung
berapa TB, BB ideal, Kalori basal dengan koreksi usia dan aktivitas, IMT?

BAB III
PEMBAHASAN

A. Kesimpulan
Penilaian status gizi merupakan salah satu diantara empat tahap dalam
manajemen gizi yang terdiri atas: (1) Penilaian status gizi. (2) Perencanaan
intervensi gizi. (3) Pelaksanaan intervensi gizi. (4) Pengevaluasian. Penilaian
status gizi merupakan landasan untuk memberikan asuhan gizi yang optimal
kepada pasien. Kebutuhan Status Gizi Pada Dewasa meliputi energi,
karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral.

20
Banyak asupan zat gizi yang harus ditingkatkan agar lansia tetap sehat
dan dapat beraktivitas dengan baik. Namun beberapa hal yang harus
diperhatikan diantaranya asam lemak omega 3 (dapat diperoleh dari minyak
ikan), perbanyak air putih, perhatikan konsumsi garam, perhatikan asupan
vitamin D dan kalsium.
Jenis Penilaian Status Gizi mencangkup pengukuran antropometri
meliputi berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, Indeks massa tubuh,
tinggi lutut, umur dll

B. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa dapat memahami
tentang penilaian status gizi pada dewasa maupun lansia dan dapat
memberikan asuhan keperawatan yang tepat.

DAFTAR PUSTAKA

https://mily.wordpress.com/2008/07/31/6/ diakses pada tanggal 6 Juni 2018 jam


05.00 WIB
digilib.unimus.ac.id diakses pada tanggal 24 Mei 2018 jam 10.00 WIB

21

Anda mungkin juga menyukai