Anda di halaman 1dari 8

A.

SEJARAH PROGRAM AIDS

Pada beberapa tahun terakhir telah tercatat kemajuan dari pelaksanaan


program pengendalian HIV di Indonesia. Berbagai layanan HIV telah
berkembang dan jumlah orang yang memanfaatkannya juga telah bertambah
dengan pesat. Walaupun data laporan kasus HIV dan AIDS yang
dikumpulkan dari daerah memiliki keterbatasan, namun bisa disimpulkan
bahwa peningkatan yang bermakna dalam jumlah kasus HIV yang ditemukan
dari tahun 2009 sampai dengan 2012 berkaitan dengan peningkatan jumlah
layanan konseling dan tes HIV (KTHIV) pada periode yang sama. Namun
demikian kemajuan yang terjadi belum merata di semua provinsi baik dari
segi efektifitas maupun kualitas. Jangkauan dan kepatuhan masih merupakan
tantangan besar terutama di daerah yang jauh dan tidak mudah dicapai.

Pada tahun 2014 dilaporkan 32.711 kasus HIV baru, sehingga sampai
dengan Desember 2014 secara kumulatif telah teridentifikasi 160.138 orang
yang terinfeksi HIV, meskipun sudah banyak yang meninggal. Jumlah
layanan yang ada hingga tahun 2014 meliputi 1.583 layanan KTHIV, 465
layanan perawatan, dukungan dan pengobatan (PDP) yang aktif melaksanakan
pengobatan ARV, 90 layanan PTRM, 1.290 layanan IMS dan 214 layanan
PPIA. Dari hasil modeling prevalensi HIV secara nasional sebesar 0,4%
(2014), tetapi untuk Tanah Papua 2,3% (STBP Tanah Papua 2013). Perkiraan
prevalensi HIV di provinsi-provinsi di Indonesia cukup bervariasi, berkisar
antara kurang dari 0,1% sampai 4% (lihat Gambar 1). Hal ini menunjukkan
bahwa tingkat risiko infeksi HIV maupun beban terkait HIV ini berbeda di
antara provinsi-provinsi di Indonesia. Model matematika dari epidemi HIV di
Indonesia (Asian Epidemic Model, 2012) menunjukkan terjadi peningkatan

1
kasus pada kelompok LSL dan wanita umum sedangkan di Papua dan Papua
Barat terjadi peningkatan kasus pada populasi umum.

Rekomendasi yang dihasilkan pada Kajian Respon Sektor Kesehatan


terhadap HIV dan AIDS di Indonesia, 2011, menekankan perlunya
membangun layanan HIV yang berkesinambungan dari layanan pencegahan,
perawatan, pengobatan dan dukungan, yang lebih erat berkolaborasi dengan
komunitas atau masyarakat, dengan tujuan untuk mempercepat perluasan
layanan pengobatan yang terdesentralisasi, terpadu dan efektif. Kecuali itu
juga perlu memperluas kemitraan dengan pihak di luar sektor kesehatan,
terutama LSM, komunitas/kader, ODHA dan kelompok populasi kunci sesuai
dengan sistem pendukung yang ada di suatu daerah. Kementerian Kesehatan
berkolaborasi dengan berbagai pihak telah mengembangkan model layanan
HIV-IMS komprehensif dan berkesinamungan (LKB) untuk memastikan
terselenggaranya layanan komprehensif yang terdesentralisasi dan terintegrasi
dalam sistem yang ada hingga ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
(FKTP),

Kebijakan pengendalian HIV-AIDS mengacu pada kebijakan global


Getting To Zeros, yaitu:

1. Menurunkan hingga meniadakan infeksi baru HIV


2. Menurunkan hingga meniadakan kematian yang disebabkan oleh keadaan
yang berkaitan dengan AIDS;
3. Meniadakan diskriminasi terhadap ODHA;

Kebijakan tersebut di atas akan sulit dicapai jika cakupan penemuan


kasus dan akses pemberian pengobatan masih rendah.

B. Tujuan Umum penanggulangan HIV/AIDS

2
Mencegah dan mengurangi penularan HIV, meningkatkan kualitas
hidup ODHA serta mengurangi dampak sosial ekonomi akibat HIV/ AIDS.

C. Tujuan Khusus Penanggulangan HIV/AIDS


1. Menyediakan dan menyebarluaskan informasi dan menciptakan suasana
kondusif untuk mendukung upaya penanggulangan HIV/AIDS, dengan
menitikberatkan pencegahan pada populasi beresiko dan lingkungannya.
2. Menyediakan pelayanan perawatan, pengobatan, dukungan dan konseling
kepada ODHA yang terintegrasi dengan upaya pencegahan.
3. Meningkatkan peran serta remaja, perempuan, keluarga dan masyarakat
umum termasuk ODHA dalam berbagai upaya penanggulangan
HIV/AIDS.
4. Menciptakan dan mengembangkan kemitraan antara lembaga pemerintah,
LSM, sektor swasta dan dunia usaha, organisasi profesi, dan lembaga
donor baik nasional maupun internasional di pusat dan di daerah untuk
meningkatkan respons nasional terhadap HIV/AIDS.
5. Meningkatkan koordinasi kebijakan nasional dan daerah serta inisiatif
dalam penanggulangan HIV/AIDS.
D. PELAKSANAAN PROGRAM AIDS

KEGIATAN FKTP
A Identifikasi dan Analisis Besaran a) Puskesmas (Faskes Primer maupun
Masalah di Wilayah Kerja Faskes Faskes Primer Rujukan)
B. Upaya Pencegahan
B.1 Upaya Pencegahan di Masyarakat Faskes Primer dan Faskes Primer
Rujukan
B.2 Pencegahan dan Pengendalian Faskes Primer dan Faskes Primer
Infeksi di Faskes Rujukan

3
B.3 Tatalaksana Pasca Pajanan Faskes Primer Rujukan
C Penemuan Kasus Baru Faskes Primer Rujukan
D Penegakan Diagnosis Faskes Primer Rujukan
E Penemuan Infeksi Oportunistik dan Faskes Primer Rujukan
Penentuan Stadium Klinis
F Profilaksis Kotrimoksasol Faskes Primer Rujukan
G Penanganan Ko-Infeksi TB-HIV Faskes Primer dan Faskes Primer
Rujukan
H. Perawatan Kronis yang Baik Faskes Primer Rujukan
I Pemberian Obat ARV Faskes Primer Rujukan
J. Pencegahan Penularan HIV dari Ibu Faskes Primer dan Faskes Primer
ke Anak (PPIA) Rujukan
K Pengendalian dan Pengobatan IMS Faskes Primer dan Faskes Primer
Rujukan
L Pengurangan Dampak Buruk
Penyalahgunaan Napza Suntik
(PDBN)
L.1. Program Terapi Rumatan Metadona Faskes Primer Rujukan
(PTRM)
L.2. Program Layanan Alat Suntik Steril Faskes Primer Rujukan
(LASS)
M. Monitoring dan Evaluasi
M.1. Pencatatan dan Pelaporan Faskes Primer dan Faskes Primer
Rujukan
M.2. Analisis Data Puskesmas (Faskes Primer maupun
Faskes Primer Rujukan)

4
E. INDIKATOR PROGRAM

Indikator untuk mencapai MDG yaitu; HIV AIDS, yang belum tercapai
adalah persentase penduduk usia 15-24 tahun yang memiliki pengetahuan
komprehensif tentang HIV-AIDS. Dari target 95% baru tercapai 21,25% pada
tahun 2012. Untuk itu upaya promotif guna meningkatkan pengetahuan bagi
masyarakat tentang penyakit HIV/AIDS dan mencegah bertambahnya infeksi
baru seperti kegiatan Aku Bangga Aku Tahu (ABAT) serta Layanan HIV-
AIDS Komprehensif Berkesinambungan (LKB) dapat terus ditingkatkan
cakupan wilayahnya, pencapaian angka kejadian Malaria per 1000 penduduk
tahun 2012 adalah sebesar 1,69 . Angka ini masih jauh dari target MDG yaitu
<1, pencapaian proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap
air minum layak yang ditargetkan 63% - baru mencapai 41,66% tahun 2012.
Demikian juga terhadap sanitasi layak 2012 masih sebesar 56,24% dari target
69%, pencapaian Imunisasi dalam MDGs telah tercapai namun perlu
peningkatan cakupan Imunisasi rutin karena: masih terdapat 13 Provinsi yang
capaiannya masih dibawah target Renstra untuk Imunisasi dasar lengkap, baru
79,3% desa/kelurahan yang mencapai UCI atau Universal Child
Immunization- seharusnya 90%, masih ada 4 Provinsi yang belum mencapai
status eliminasi Tetanus Neonatorum. Pencapaian target MDG Indonesia
untuk TB sudah on track dalam pencapaian MDG 2015 tetapi insidens TB
menurun sangat lambat dan saat ini masih 187/100.000.
Indikator untuk mencapai Pengendalian Penyakit yang Terabaikan
(Neglected Tropical Diseases - NTD) Indonesia fokus pada pengendalian
filariasis, schistosomiasis, kecacingan, kusta dan frambusia. Ke-5 ini masih
merupakan masalah kesehatan di Indonesia yang berdampak pada
produktivitas, ekonomi, dan kehidupan sosial masyarakat. Indikator untuk
mencapai Implementasi International Health Regulations (IHR), Indonesia

5
telah mengajukan penundaan sampai dengan tahun 2014 yang seharusnya
tahun 2012. Kemenkes kepada jajaran kesehatan Pusat dan Daerah bersama
lintas sektor terkait untuk melakukan berbagai langkah dalam memantapkan
pelaksanaan IHR baik di pintu masuk negara (entry point) maupun di luar
pintu masuk negara. Indikator untuk mencapai Pengendalian Penyakit Tidak
Menular, kita telah mengembangkan berbagai kegiatan baik promotif,
preventif, kuratif maupun rehabilitative, jelas Prof Tjandra.
F. EVALUASI PROGRAM

EVALUASI PROGRAM PENGENDALIAN PENYAKIT KEMENKES


TAHUN 2012

Dipublikasikan Pada : Sabtu, 22 Juni 2013 03:59:25, Dibaca : 54.204 Kali


Jakarta, 19 Juni 2013.

Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP-PL)


Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama SpP(K), MARS, DTM&H, DTCE. membuka
acara Pertemuan Nasional Evaluasi Tahun 2012-2013 dan Perencanaan Tahun
2014 Program PP-PL, di Hotel Mercure Padang.
Pertemuan dihadiri Gubernur Provinsi Sumbar, para Pejabat Eselon I di
Lingkungan Kementerian Kesehatan dan Jajaran Lintas Sektor, para Pejabat
Eselon II di Lingkungan Kemenkes, para Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
se-Indonesia, para pimpinan UPT (KKP/BBTKL-PP) vertikal Kemenkes se-
Indonesia, serta para Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Direktur
Utama RSUD se-Provinsi Sumbar.
Sasaran yang ingin dicapai, yaitu program PP-PL yaitu program kesehatan
dan program Sumber Daya Manusia Indonesia yang sehat dan sejahtera.
Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan yang komprehensif dan bermutu

6
serta upaya promotif dan preventif terhadap masayarakat serta
mempersiapkan pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional dengan baik yang
dimulai pada 1 Januari 2014, ungkap Prof Tjandra.
Dari hasil evaluasi pelaksanaan Program PP-PL tahun 2012 sampai dengan
triwulan I tahun 2013 menunjukkan masih memerlukan perhatian seperti;
upaya pencapaian MDGs, Peningkatan Pengendalian Penyakit yang
Terabaikan (Neglected Diseases), Implementasi International Health
Regulations (IHR) dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, ujarnya.

Dirjen PP-PL berpesan agar para peserta pertemuan untuk dapat melakukan
Perencanaan program yang baik berbasis bukti dan data yang valid, akurat,
karena sumber pembiayaan yang terbatas, hendaknya anggaran yang tersedia
diperuntukkan untuk kegiatan yang merupakan prioritas, serta audit kinerja
dimulai sejak proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kegiatan sesuai
dengan peraturan perundangan yang berlaku, serta untuk memantapkan exit
strategy pembiayaan kegiatan yang bersumber dari pinjaman dan hibah luar
negeri khususnya Global Fund AIDS, TB, Malaria. Agar diupayakan sumber
pembiayaan pengganti, khusus untuk biaya operasional. Hal ini menjadi
penting untuk menjamin kesinambungan program dan menghindari adanya
ketergantungan.
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal
Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi
Halo Kemkes melalui nomor hotline <kode lokal> 500-567; SMS
081281562620, faksimili: (021) 52921669, website www.depkes.go.id dan
alamat email kontak[at]depkes[dot]go[dot]id

7
DAFTAR PUSTAKA

http://siha.depkes.go.id/portal/files_upload/4__Pedoman_Fasyankes_Primer_ok.pdf

http://www.depkes.go.id/article/print/2339/evaluasi-program-pengendalian-penyakit--
-kemenkes-tahun-2012.html

Anda mungkin juga menyukai