Anda di halaman 1dari 13

KONSEP KEGAWATDARURATAN KEJANG

DEMAM

Makalah ini disusun sebagai syarat memenuhi tugas


Mata Kuliah Asuhan Keperawatan Kritis
Dosen Pengampu : dr. Eko Priyono, MM

Disusun Oleh:
ANDIKA LUHUR PAMBUDI
(108115027)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP
TAHUN AJARAN 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunai-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Makalah Konsep
Kegawatdaruratan Kejang Demam” dengan baik dan tepat pada waktu yang
ditentukan. Terima kasih penyusun ucapkan kepada dosen pembimbing Dr. Eko
Priyono, MM., yang telah membimbing dan memotivasi dalam menyelesaikan
makalah ini.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dalam pembelajaran Asuhan


Keperawatan Kritis, tentang Konsep Kegawatdaruratan Kejang Demam. Kritik dan
saran sangat diperlukan dalam peningkatan kualitas makalah ini. Semoga makalah
ini memenuhi kriteria penilaian dan bermanfaat bagi pembaca.

Cilacap, Sabtu 01 Desember 2018

Penyusun

(ANDIKA LUHUR PAMBUDI)

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
C. Tujuan .......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
A. Konsep Dasar Medik .................................................................................... 3
BAB III PENUTUP ............................................................................................... 9
A. Kesimpulan .................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kejang demam merupakan bangkitan yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh
(suhu mencapai >38-38,9˚C) dapat terjadi karena proses intrakranial maupun
ekstrakranial. Kejang demam terjadi pada balita berumur 6 bulan - 5 tahun sebanyak
2-4% dan paling sering terjadi pada balita usia 17-23 bulan (Ngastiyah, 2007).
Kejang demam anak perlu diwaspadai karena kejang yang lama (≥ 15 menit) dapat
menyebabkan kematian 0,64-0,74%, kerusakan saraf otak sehingga menjadi
epilepsi, kelumpuhan bahkan retardasi mental. Hasil pengamatan Livingston (2008)
diantara 201 pasien kejang demam sederhana 6 orang (3%) menderita epilepsi,
sedangkan diantara 297 pasien dengan epilepsi yang diprovokasi oleh demam 276
orang (93%) menderita epilepsi. Biasanya antara usia 3 bulan sampai 5 tahun,
sekitar 2-5% balita pernah mengalami kejang demam sebelum usia 5 tahun
(Soetomenggolo, 2007).
Pengobatan segera atau terapi sangat penting, jika tidak dilakukan
kambuhnya kejang semakin tinggi, sekitar sepertiga pasien kejang demam akan
mengalami kekambuhan sebesar 44% pada pasien yang tidak diobati dan pada
pasien yang mendapat terapi Fenobarbital maupun terapi Diazepam per rectal
kekambuhan sebesar 21% (Soetomenggolo, 2007).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Kejang Demam?
2. Apa etiologi Kejang Demam?
3. Apa saja manifestasi klinik Kejang Demam?
4. Bagaimana patofisiologi kasus Kejang Demam?
5. Apa komplikasi Kejang Demam?
6. Bagaimana penatalaksanaan pertama kejang demam?

1
C. Tujuan
1. Agar mahasiswa mampu mengerti dan memahami tentang definisi dari
kejang demam.
2. Agar mahasiswa mampu mengerti dan memahami tentang etiologi Kejang
Demam .
3. Agar mahasiswa mampu mengerti dan memahami manifestasi Kejang
Demam
4. Agar mahasiswa mampu mengerti dan memahami tentang patofisiologi
Kejang Demam.
5. Agar mahasiswa mampu mengerti dan memahami komplikasi Kejang
Demam.
6. Agar mahasiswa mampu mengerti dan memahami penatalaksanaan pertama
Kejang Demam.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Medik


1. Pengertian

Kejang demam atau febrile convulsion ialah bangkitan kejang yang terjadi
pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal di atas 38˚C) yang disebabkan oleh
proses ekstrakranium. Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang
paling sering di jumpai pada anak, terutama pada golongan balita umur 6 bulan
sampai 4 tahun. Hampir 3% dari balita yang berumur di bawah 5 tahun pernah
menderita kejang demam. Pada percobaan binatang suhu yang tinggi dapat
menyebabkan terjadinya bangkitan kejang (Ngastiyah, 2005).

Kejang demam merupakan bangkitan yang terjadi pada kenaikan suhu


tubuh (suhu mencapai >38-38,9˚C) dapat terjadi karena proses intrakranial
maupun ekstrakranial. Kejang demam terjadi pada balita berumur 6 bulan - 5
tahun sebanyak 2-4% dan paling sering terjadi pada balita usia 17-23 bulan
(Ngastiyah, 2007).

Kejang demam anak perlu diwaspadai karena kejang yang lama (≥ 15


menit) dapat menyebabkan kematian 0,64-0,74%, kerusakan saraf otak
sehingga menjadi epilepsi, kelumpuhan bahkan retardasi mental. Hasil
pengamatan Livingston (2008) diantara 201 pasien kejang demam sederhana 6
orang (3%) menderita epilepsi, sedangkan diantara 297 pasien dengan epilepsi
yang diprovokasi oleh demam 276 orang (93%) menderita epilepsi. Biasanya
antara usia 3 bulan sampai 5 tahun, sekitar 2-5% balita pernah mengalami
kejang demam sebelum usia 5 tahun (Soetomenggolo, 2007).

3
2. Etiologi
Kejang dibedakan menjadi intrakranial dan ekstrakranial.

a. Intrakranial meliputi:

1) Trauma (perdarahan): perdarahan subarachnoid, subdural atau


ventrikuler

2) Infeksi: bakteri, virus, parasit misalnya meningitis

3) Kongenital: disgenesis, kelainan serebri

b. Ekstrakranial, meliputi:

1) Gangguan metabolik: hipoglikemia, hipokalsemia, hipomagnesia,


gangguan elektrolit (Na dan K) misalnya pada pasien dengan
riwayat diare sebelumnya.

2) Toksik: intoksikasi, anestesi lokal, sindroma putus obat.

3) Kongenital : Gangguan metabolisme Asam Basa

3. Manifestasi Klinik
Gejala yang timbul saat anak mengalami kejang demam antara lain
adalah: anak mengalami demam (terutama demam tinggi atau kenaikan suhu
tubuh yang terjadi secara tiba-tiba) kejang tonik, klonik, pingsan yang
berlangsung selama 30 detik-5 menit (hampir selalu terjadi pada anak-anak
yang mengalami kejang demam). Kejang demam dapat dimulai dengan
kontraksi yang tiba-tiba pada otot kedua sisi tubuh anak. Kontraksi pada
umumnya terjadi pada otot wajah, badan, tangan dan kaki. Anak dapat
menangis atau merintih akibat kekuatan kontraksi otot. Anak akan jatuh apabila
dalam keadaan berdiri.
Postur tonik (kontraksi dan kekakuan otot menyeluruh yang biasanya
berlangsung selama 10-30 detik), gerakan klonik (kontraksi dan relaksasi otot
yang kuat dan berirama, biasanya berlangsung selama 1-2 menit), lidah atau

4
pipinya tergigit, gigi atau rahangnya terkatup rapat, inkontinensia
(mengeluarkan air kemih atau tinja diluar kesadarannya), gangguan
pernapasan, apneu (henti napas), dan kulitnya kebiruan (Sri, 2013).

4. Patofisiologi
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak
diperlukan energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk
metabolisme otak yang terpenting adalah glukosa. Sifat proses itu adalah
oksidasi dengan perantaraan fungsi paru-paru dan diteruskan ke otak melalui
sistem kardiovaskular. Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa sumber
energi otak adalah yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air.
Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam yaitu lipoid
dan permukaan luar yaitu ionic. Dalam keadaan normal membran sel neuron
dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh
ion natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (CI). Akhirnya
konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah,
sedangkan di luar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan
jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan
potensial membran yang disebut potensial membran dari neuron. Untuk
menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan
enzim Na-K ATP–ase yang terdapat pada permukaan sel (Ngastiyah, 2007).

5
Pada keadaan demam kenaikan suhu 1˚C akan mengakibatkan kenaikan
metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada
seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh
dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Oleh karena itu,
kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron
dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion
natrium melalui membran tersebut dengan akibat terjadinya lepas muatan
listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke
seluruh sel maupun ke membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang
disebut “neurotransmitter “ dan terjadi kejang. Tiap anak mempunyai ambang
kejang yang rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38˚C sedang anak dengan
ambang kejang yang tinggi kejang baru terjadi bila suhu mencapai ≥ 40˚C. Dari
kenyataan ini dapat disimpulkan bahwa berulangnya kejang demam lebih
sering terjadi pada anak dengan ambang kejang yang rendah sehingga dalam
penanggulangannya perlu memperhatikan pada tingkat suhu berapa pasien
menderita kejang (Ngastiyah, 2005). Kejang demam yang berlangsung singkat
pada umumnya tidak berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi
kejang yang berlangsung lama (≥ 15 menit) biasanya disertai apnea,
meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi oleh skelet yang
akhirnya terjadi hipoksemia, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang
tidak teratur dan suhu tubuh makin meningkat yang disebabkan makin
meningkatnya aktivitas otot, dan selanjutnya menyebabkan metabolisme otak
13 meningkat. Rangkaian kejadian di atas adalah faktor penyebab hingga
terjadinya kerusakan neuron otak selama berlangsungnya kejang lama
(Lumbantobing, 2007). Faktor terpenting adalah gangguan peredaran yang
mengakibatkan hipoksia sehingga meninggikan premeabilitas kapiler dan
timbul edema otak yang mengakibatkan kerusakan sel neuron otak. Kerusakan
pada daerah medial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang yang
berlangsung lama dapat menjadi ‘’matang’’ di kemudian hari sehingga terjadi
serangan epilepsi yang spontan. Karena itu kejang demam yang berlangsung
lama dapat menyebabkan kelaianan di otak hingga terjadi epilepsi (Ngastiyah,
2005).

6
5. Komplikasi
Kerusakan sel otak yaitu meningitis adalah sebuah kondisi ketika selaput
(meningitis) yang mengelilingi system saraf pusat, yaitu otak dan sum-sum
tulang belakang mengalami peradangan sehingga menyebabkan kecerdasan
dan perkembangan tidak optimal. Kelumpuhan terjadi pada penderita yang
mengalami demam kejang yang lama (berlangsung ≥ setengah jam) baik
bersifat umum maupun kejang fokal. Dan penurunan IQ pada anak yang
sebelumnya mengalami gangguan perkembangan atau kelainan neurologic
ditemukan IQ yang lebih rendah, menyebabkan gangguan belajar dan tingkah
laku tidak terbukti muncul pada anak dengan riwayat kejang (Lumbantobing,
2007).
Kejang demam dapat mengakibatkan (Sofwan, 2011):

a. Komplikasi sangat jarang ditemui setelah kejang demam.

b. Kecacatan atau gangguan neurologis, gangguan perkembangan, dan


kematian pun belum pernah dilaporkan.

c. Epilepsi dapat terjadi, tetapi jarang (hanya pada sekitar 4% kasus, terutama
jenis kejang demam kompleks).

6. Penatalaksanaan Pertama

a. Tenangkan diri anda dan jangan panik. Langkah pertama sangat penting
karena akan membantu langkah berikutya.

b. Lepaskan atau longgarkan pakaian balita agar ia dapat bernafas dengan


baik.

c. Posisikan kepala balita miring ke satu sisi jika balita terlihat muntah atau
mengeluarkan lender atau liur dari mulutnya agar balita tidak tersedak.
Posisi miring memastikan lidah tidak menutupi jalan nafas.

d. Jauhkan balita dari benda tajam di sekitar balita agar tidak menabrak benda-
benda lainnya.

7
e. Jangan memasukkan benda apa pun ke dalam mulutnya (sendok, jari, pen,
dll). Banyak orangtua yang takut lidah anaknya tergigit (karena pada saat
kejang anak mengatup-ngatupkan giginya dengan kuat), tetapi
memasukkan benda ke dalam mulut justru malah merugikan karena dapat
membuat balita trauma berdarah. Resiko lidah tergigit sangat kecil, dan
sekali pun tidak mengakibatkan sesuatu yang serius, seperti lidah putus.

f. Bila anda memiliki obat kejang (diazepam) yang dimasukkan lewat anus
segera masukkan ke dalm anus. Perhitungan dosis yang mudah adalah jika
berat badan ≤ 10 kg, gunakan dosis 5mg, sedangkan jika berat badan anak
≥ 10 kg, gunakan dosis 10 mg. masukkan ujung tip dosis dan pencet sampai
obatnya habis. Diazepam per rectal dapat diulang 5 menit kemudian bila
kejang belum berhenti.

g. Anda tidak perlu menahan gerakan kejangnya secara berlebihan, karena


nanti akan berhenti dengan sendirinya.

h. Cobalah untuk mengukur suhu tubuh balita, menghitung lama kejang, dan
bagaimana kejangnya, catat hasilnya.

i. Umumnya, setelah kejang berhenti balita akan tertidur. Kompres dengan


air hangat untuk menurunkan panas tubuhnya.

j. Jangan sekali-kali mencoba untuk memasukkan minuman, makanan, atau


obat, baik pada saat kejang maupun sesaat balita berhenti kejang, Karena
balita dapat tersedak dan menimbulkan akibat yang lebih serius.

k. Bawa anak ke dokter bila kejang tidak berhenti atau kejang berlansung
cukup lama (≥ 5 menit) (Sofwan, 2011).

8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kejang demam atau febrile convulsion ialah bangkitan kejang yang terjadi
pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal di atas 38˚C) yang disebabkan oleh
proses ekstrakranium. Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang
paling sering di jumpai pada anak, terutama pada golongan balita umur 6 bulan
sampai 4 tahun. Hampir 3% dari balita yang berumur di bawah 5 tahun pernah
menderita kejang demam. Pada percobaan binatang suhu yang tinggi dapat
menyebabkan terjadinya bangkitan kejang (Ngastiyah, 2005),dan dapat
menimbulkan komplikasi yang serius.
Kecepatan pertolongan sangat mempengaruhi keselamatan jiwa klien, maka
dari itu sebagai tenaga kesehatan kita hendaklah bersikap cepat tanggap
terhadap kasus-kasus kegawatdaruratan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Fishman, Marvin A. 2007. Buku Ajar Pediatri, volume 3 edisi 20. Jakarta:EGC
Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan: Difinisi Dan Klasifikasi
2012-2014/Editor,T. Heather Herdman; Alih Bahasa, Made Suwarwati Dan Nike
Budhi Subekti. Jakarta: EGC

10

Anda mungkin juga menyukai