Anda di halaman 1dari 21

“COR PURMONAR”

Dosen Pembimbing :Syokumawena, S.Kep, M.Kes

Disusun oleh :
1. Dewi Anjarwati PO.71.20.1.19.017
2. Dhava Titania AR PO.71.20.1.19.018
3. Dhona Novia Rizki PO.71.20.1.19.019
4. Dian Setia G PO.71.20.1.19.020
5. Dita Febriyanti PO.71.20.1.19.021
6. Doniarafik PO.71.20.1.19.022
7. Dwi Dhia A PO.71.20.1.19.023
8. Dwi Indriani PO.71.20.1.19.024

Tahun Ajaran 2020/2021


• Definisi

 Kor pulmonal merupakan keadaan hipertrofi ventrikel kanan


akibat suatu penyakit yang mengenai fungsi atau struktur
jaringan paru, tidak termasuk didalamnya kelainan jantung
kanan akibat kegagalan dari fungsi ventrikel kiri atau akibat
penyakit jantung bawaan (Muttaqin, 2008) 

 Kor pulmonal di sebut juga penyakit jantung pulmunal,


terdiri dari perbesaran ventrikel kanan (hipertrofi, dilatasi
atau keduanya). Kor pulmonale adlah sekunder akibat
hipertensi pulmonalis yang di sebabkan oleh gangguan pada
paru-paru atau dinding dada. (Gede & Efenndi, 2004)
• Etiologi :
 Secara umum kor pulmonal disebabkan oleh hal-hal berikut ini:
1. Penyakit paru paru yang merata
Terutama emfisema, bronkhitis kronis (COPD),ibro rakibat TB
2. Penyakit pembuluh darah paru.
Terutama thrombosis dan embolus paru, fibrosis akibat
penyinaran yang menyebabkan penurunan elastisita pembuluh
darah paru
3. Hipoventilasi alveolar menahun.
Yaitu semua penyakit yang menghalangi pergerakan dada norma
seperti:
a. Penebalan pleura bilateral.
b. Kelainan neuromuscular, misalnya poliomyelitis dan distrofi
otot.
c. Kifoskoliosis yang mengakibatkan penurunan kapasitas
rongga torak sehingga pergerakan torak berkurang.(Somantri,
2012)
• Tanda dan Gejala :
1. Manifestasi Umum
Istilah : korpunal menggambarkan hipertrofi ventrikel kanan yang akhirnya menyebabkan gagal
jantung
2. Manifestasi Klinis
Berdasarkan perjalanan penyakit korpulmonal dibagi menjadi 5 fase, yaitu:
a) Fase 1: pada fase ini belum nampak gejala yang jelas, selain di temukanya gejala awal
penyakit paru obstruksi menahun (PPOM), bronkritis kronis, TBC lama, bronkiektasis dan
sejenisnya, anamnesa pada pasien 50 tahun bia sanya di dapatkan adanya kebiasaan banyak
merokok.
b) Fase 2: pada fase ini mulai di temukan tanda-tanda berkurangnya ventilasi paru. Gejalanya
antara lain: batuk lama berdahak (terutama bronkiektasis), sesak nafas/mengi, sesak nafas
ketika berjalan menanjak atau setelah banyak bicara
c) Fase 3: pada fase ini nampak gejala hipoksemia yang lebih jelas. Di dapatkan pula
berkurangnya nafsu makan, berat badan berkurang, cepat lelah. Pemeriksaan fisik nampak
sianotik, disertai sesak dan tanda-tanda emfisema yang lebih nyata.
d) Fase 4: ditandai dengan hiperkapnia, gelisah, mudah tersinggung kadang somnolens pada
keadaan yang berat dapat terjadi koma dan kehilangan kesadaran
e) Fase 5: pada fase ini nampak kelainan jantung, dan tekanan artery pulmonal meningkat. tanda-
• Patofisiologi :
1. Sirkulasi paru normal
Sirkulasi paru pada orang normal merupakan suatu sistem yang bersifat high flow-flow
pressure, yaitu suatu sistem dengan aliran besar tapi tekanan rendah, mempunyai resistensi yang
rendah dan cadangan yang besar, sehingga mampu menampung bertambahnya aliran darah yang
banyak tanpa meningkatkan tekanan arteri paru, atau hanya meningkat sedikit saja pada waktu
melakukan aktivitas.

2. Hipertensi pulmonal
Hipertensi pulmonal pada klien dengan penyakit paru terutama timbul sebagai hipoksia
karena penurunan fungsi paru atau pengurangan jaringan pembuluh darah paru.hipertensi pulmnal
akan timbul jika pengurangan jaringan pembuluh darah paru lebih dari 50%. Pneumonektomi satu
paru tidak akan disertai kenaikan tekanan arteri pulmonalis.

3. Hemodinamik paru
Dua faktor yang memengaruhi tekanan arteri pulmonalis, yaitu curah jantung dan resistensi
atau diameter pembuluh darah paru.Sebelum timbul kor pulmonal, curah jantung normal pada
waktu istirahat dan meningkat secara normal saat berolahraga.
• Penatalaksanaan
 Penatalaksanaan Keperawatan Non Farmakologi dan
Farmakologi :
Pada dasarnya adalah mengobati penyakit.Pengobatan terdiri
dari :
a) Tirah baring, anjuran untuk diet rendah garam
b) Tirah baring mencegah memburuknya hipoksemia yang
akan lebih menaikkan lagi tekanan arteri pulmonalis.
Garam perlu dibatasi tetapi tidak secara berlebihan karena
klorida serum yang rendah akan menghalangi usaha untuk
menurunkan hiperkapnia.
c) Tindakan preventif, yaitu berhenti merokok olahraga dan
teratur, serta senam pernapasan sangat bermanfaat
walaupun harus dalam jangka panjang. (handz-superners,
2015)
1. Terapi Oksigen
Terapi oksigen dapat menurunkan vasokonstriksi
hipoksemia pulmonar, kemudian dapat menaikkan cardiac output,
mengurangi vasokonstriksi, Meringankan hipoksemia jaringan, dan
meningkatkan perfusi ginjal. Secara umum, terapi oksigen di berikan
jika PaO2 kurang dari 55 mm Hg atau saturasi O2 kurang dari 88%

2. Diuretik
Diuretik di gunakan pada klien dengan pulmonary heart disease
kronis, terutama ketika pengisian ventrikel kiri terlihat meninggi dan
pada edema perifer. Diuretic berperan dalam peningkatan fungsi dari
ventrikel kanan maupun kiri.Diuretik memproduksi efek
hemodinamik yang berlawanan jika tidak di perhatikan
penggunaannya.

3. Vasodilator
Tujuan terapi dengan vasodilator adalah menurunkan hipertensi
pulmonale tetapi sebagian besar berdampak pada sirkulasi sistemik
sehingga akan terjadi hipotensi.
4. Digitalis
Adalah obat yang meningkatkan kekuatan dan efisiensi jantung
dan digunakan untuk mengobati layu jantung dan menormalkan lagi
denyut jantung.

5. Trakeostomi
Kadang-kadang diperlukan trakeostomi untuk membantu
aspirasi gurangi ruang mati

6. Antikoagulan
Antikoagulan dapat mencegah trombosis yang memperberat
penyakit paru obstruktif kronik

7. Pengobatan Lain
Inhibitor karbonik anhidrase (asetasolamid) suatu waktu banyak
dipakai pada pasien hiperkapnia kronik.Tetapi efek sampingnya yang
membahayakan adalah terjadinya asidosis metabolik pada
asidosis respiratorik yang telah ada.
• Penatalaksanaan Medis :
 Penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan adalah
sebagai berikut:
a) Pada klien dengan penyakit asal COPD dapat
diberikan O2. Pemberian O2 sangat dinjurkan untuk
memperbaiki pertukaran gas dan menurunkan
tekanan arteri pulmonal dan tahanan vaskuler
pulmonal.
b) Bronchial hygiene, diberikan obat golongan
bronkodilator
c) Jika terdapat gejala gagal jantung, maka harus
memperbaiki kondisi hiposemia dan hiperkapnea.
d) Bedrest, diet rendah sodium, dan pemberian diuretic.
e) Digitalis, bertujuan untuk meningkatkan
kontraktilitas dan menurunkan denyut jantung,
selain itu juga mempunyai efek digitalis ringan.
(Somantri, 2012)
• Pemeriksaan diagnostic :
1. Elektrokardiogram
Kelainan pada elektrokardiogram yang sering ditemukan pada klien dengan kor
pulmonal menahun antara lain P pulmonal di lead II, III, dan aVF; deviasi aksis kekanan
>110; rasio R/S di V6< 1; gambaran rSR’ pada V1; RBBB lengkap atau tidak lengkap; R
atau R’ yang tinggi pada V1 dan V3R; dan T inverted pada sandaran prekordial.
2. Gambaran radiologi
Gambaran radiologi hipertensi pulmonal adalah dilatasi arteri pulmonalis utama dan
cabang-cabangnya, meruncing ke perifer, dan lapang paru perifer tampak relative
oligemia.Pada hipertensi pulmonal, diameter arteri pulmonalis kanan >16 mm, dan diameter
arteri pulmonalis kiri >18 mm pada 93% penderita
3. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Berguna untuk mengukur massa ventrikel kanan, ketebalan dinding, volume kavitas,
dan fraksi ejeksi.
4. Biopsi Paru
Dapat berguna untuk menunjukkan vaskulitis pada beberapa tipe penyait vaskuler paru
seperti penyakit vaskuler kolagen, arthritis rheumatoid, dan Wagener Granulomatosi
(Somantri, 2012)
 
• Pengkajian :
•Identitas pasien
Kor pulmonal dapat terjadi pada orang dewasa dan pada anak-anak. Untuk orang dewasa, kasus yang paling
sering ditemukan adalah pada lansia karena sering didapati dengan kebiasaan merokok dan terpapar polusi. Hal ini
di dasarkan pada epidemiologi penyakit-penyakit yang menjadi penyebab kor pulmonal, karena hipertensi pulmonal
merupakan dampak dari beberepa penyakit yang menyerang paru-paru. Untuk kasus anak-anak, umumnya terjadi
kor pulmonal akibat obstruksi saluran napas atas seperti hipertrofi tonsil dan adenoid. Jenis pekerjaan yang dapat
menjadi resiko terjadinya kor pulmonal adalah para pekerja yang sering terpapar polusi udara dan kebiasaan
merokok yang tinggi. Lingkungan tempat tinggal yang dapat menjadi resiko terjadinya kor pulmonal adalah
lingkungan yang dekat daerah perindustrian, dan kondisi rumah yang kurang memenuhi persyaratan rumah yang
sehat. Contohnya ventilasi rumah yang kurang baik,hal ini akan semakin memicu terjadinya penyakit-penyakit paru
dan berakibat terjadinya kor pulmonal.
•Riwayat Sakit dan Kesehatan
1. Keluhan utama
Pasien dengan kor pulmonal sering mengeluh sesak, nyeri dada
2. Riwayat penyakit saat ini
Pada pasien kor pulmonal, biasanya akan diawali dengan tanda-tanda mudah letih, sesak, nyeri dada, batuk yang
tidak produktif. Perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk
menurunkan atau menghilangkan keluhan-keluhan tersebut. Penyebab kelemahan fisik setelah melakukan aktifitas
ringan sampai berat. Seperti apa kelemahan melakukan aktifitas yang dirasakan, biasanya disertai sesak nafas.
3. Riwayat penyakit dahulu
Klien dengan kor pulmonal biasanya memilki riwayat penyakit seperti penyakit paru obstruktif kronik (PPOK),
fibrosis paru, fibrosis pleura, dan yang paling sering adalah klien dengan riwayat hipertensi pulmonal.
4. Psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien
terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya, kecemasan terhadap penyakit.

• Pemeriksaan Fisik : Review Of System


•B1 (BREATH)
1.Pola napas : irama tidak teratur
•B3 (BRAIN)
2.Jenis: Dispnoe
1.Penglihatan(mata)
3.Suara napas: wheezing
Pupil : tidak terkaji
4.Sesak napas (+)
Selera/konjungtiva : tidak terkaji
•B2 (BLOOD) 2. Gangguan pendengaran/telinga: tidak terkaji
3. Penciuman (hidung) : tidak terkaji
1.Irama jantung : ireguler s1/s2 tunggal (-)
Pusing
2.Nyeri dada (+)
Gangguan kesadaran
3.Bunyi jantung:  murmur
4.CRT : tidak terkaji
5.Akral : dingin basah
•B4 (BLADDER) •B6 (BONE)
1.Urin: 1.Kemampuan pergerakan sendi: terbatas
•Jumlah : kurang dari 1-2 cc/kg BB/jam 2.Kekuatan otot : lemah
•Warna : kuning pekat 3.Turgor : jelek
•Bau : khas 4.Oedema
2. Oliguria

•B5 (BOWEL)
1.Nafsu makan : menurun
2.Mulut dan tenggorokan : tidak terkaji
3.Abdomen : asites
4.Peristaltic : tidak terkaji

• Diagnosa Keperawatan :
1. Gangguan pertukaran gas yang b.d. Hipoksemia secara reversible/menetap, refraktori dan kebocoran
interstisial pulmonal/alveolar pada status cedera kapiler paru.
2. Ketidakefektifan pola napas b.d. Hipoksia. 
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. Penurunan nafsu makan (energi lebih banyak
digunakan untuk usaha bernapas, sehingga metabolism berlangsung lebih cepat).
4. Intoleransi aktivitas berhubungan ketidakseimbbangan antara suplai dan demand oksigen
5. Perubahan pola eliminasi urin b.d. Penurunan curah jantung.
• Perencanaan Keperawatan :
1. Gangguan pertukaran gas yang b.d. Hipoksemia secara reversible/menetap, refraktori dan kebocoran interstisial
pulmonal/alveolar pada status cedera kapiler paru.
•Tujuan                  : Mempertahankan tingkat oksigen yang adekuat untuk  keperluan tubuh.
•Kriteria hasil         :
Klien tidak mengalami sesak napas.
Tanda-tanda vital dalam batas normal
Tidak ada tanda-tanda sianosis.
Pao2 dan paco2 dalam batas normal
Saturasi O2 dalam rentang normal
Intervensi dan Rasional :
2. Ketidakefektifan pola napas b.d. Hipoksia. 
•Tujuan :
- Memperbaiki atau mempertahankan pola pernapasan normal   
- Pasien mencapai fungsi paru-paru yang maksimal.
•Kriteria hasil :
 Pasien menunjukkan frekuensi pernapasan yang efektif
Pasien bebas dari dispnea, sianosis, atau tanda-tanda lain distress pernapasan 
•Intervensi dan Rasional :

   
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. Penurunan nafsu makan (energi lebih banyak
digunakan untuk usaha bernapas, sehingga metabolism berlangsung lebih cepat).
•Tujuan : Nafsu makan membaik.
•Kriteria hasil :
Gizi untuk kebutuhan metabolik terpenuhi 
Massa tubuh dan berat badan klien berada dalam batas normal.
Intervensi dan Rasional :

4. intoleransi aktivitas berhubungan ketidakseimbbangan antara suplai dan demand oksigen


•Tujuan : keseimbanagn antara suplai dan demand oksigen.
•Kriteria hasil           : mentoleransi aktivitas yang biasa dilakukan dan di tunjukkan dengan daya tahan, menunjukkan
penghematan energi.
•Intervensi dan Rasional :
5. Perubahan pola eliminasi urin b.d. Penurunan curah jantung.
•Tujuan : mengembalikan pola eliminasi urin normal.
•Kriteria hasil : klien menunjukkan pola pengeluaran urin yang normal, klien menunjukkan pengetahuan yang adekuat
tentang eliminasi urin.
•Intervensi dan Rasional :

• Implementasi:
1. Gangguan pertukaran gas yang b.d. Hipoksemia secara reversible/menetap, refraktori dan kebocoran
interstisial pulmonal/alveolar pada status cedera kapiler paru.
2. Ketidakefektifan pola napas b.d. Hipoksia. 

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. Penurunan nafsu makan (energi lebih banyak
digunakan untuk usaha bernapas, sehingga metabolism berlangsung lebih cepat).
4. Intoleransi aktivitas berhubungan ketidakseimbbangan antara suplai dan demand oksigen

5. Perubahan pola eliminasi urin b.d. Penurunan curah jantung.


• Evaluasi :
DX 3 : S : pasein mengatakan nafsu makan kembali normal
DX 1: S : pasein mengatakan oksigen kembali edukuat
O : tampak berat badan klien kembali normal
O : pasein tampak bernafas kembali normal
A : intervensi berhasil
A : intervensi berhasil
P:-
P:-
DX 4 : S : pasein mengatakan telah mampu melakukan
DX 2 : S : paseien mengatakan telah bernafas kembali efektif
aktivitas kembali
O : pasien tampak menunjukan pola nafas efektif
O : pasien tampak melakukan aktivitas
A : intervensi berhasil
A : intervensi berhasil
P:-
P:-
DX 5: S : pasein mengatakan pengeluaran urin kembali normal
O : klien menunjukan pola edukuat
A : intervensi berhasil
P:-

• Dokumentasi :
Pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian dalam
proses keperawatan.
Thank you

Anda mungkin juga menyukai