Disusun oleh :
1. Dewi Anjarwati PO.71.20.1.19.017
2. Dhava Titania AR PO.71.20.1.19.018
3. Dhona Novia Rizki PO.71.20.1.19.019
4. Dian Setia G PO.71.20.1.19.020
5. Dita Febriyanti PO.71.20.1.19.021
6. Doniarafik PO.71.20.1.19.022
7. Dwi Dhia A PO.71.20.1.19.023
8. Dwi Indriani PO.71.20.1.19.024
2. Hipertensi pulmonal
Hipertensi pulmonal pada klien dengan penyakit paru terutama timbul sebagai hipoksia
karena penurunan fungsi paru atau pengurangan jaringan pembuluh darah paru.hipertensi pulmnal
akan timbul jika pengurangan jaringan pembuluh darah paru lebih dari 50%. Pneumonektomi satu
paru tidak akan disertai kenaikan tekanan arteri pulmonalis.
3. Hemodinamik paru
Dua faktor yang memengaruhi tekanan arteri pulmonalis, yaitu curah jantung dan resistensi
atau diameter pembuluh darah paru.Sebelum timbul kor pulmonal, curah jantung normal pada
waktu istirahat dan meningkat secara normal saat berolahraga.
• Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Keperawatan Non Farmakologi dan
Farmakologi :
Pada dasarnya adalah mengobati penyakit.Pengobatan terdiri
dari :
a) Tirah baring, anjuran untuk diet rendah garam
b) Tirah baring mencegah memburuknya hipoksemia yang
akan lebih menaikkan lagi tekanan arteri pulmonalis.
Garam perlu dibatasi tetapi tidak secara berlebihan karena
klorida serum yang rendah akan menghalangi usaha untuk
menurunkan hiperkapnia.
c) Tindakan preventif, yaitu berhenti merokok olahraga dan
teratur, serta senam pernapasan sangat bermanfaat
walaupun harus dalam jangka panjang. (handz-superners,
2015)
1. Terapi Oksigen
Terapi oksigen dapat menurunkan vasokonstriksi
hipoksemia pulmonar, kemudian dapat menaikkan cardiac output,
mengurangi vasokonstriksi, Meringankan hipoksemia jaringan, dan
meningkatkan perfusi ginjal. Secara umum, terapi oksigen di berikan
jika PaO2 kurang dari 55 mm Hg atau saturasi O2 kurang dari 88%
2. Diuretik
Diuretik di gunakan pada klien dengan pulmonary heart disease
kronis, terutama ketika pengisian ventrikel kiri terlihat meninggi dan
pada edema perifer. Diuretic berperan dalam peningkatan fungsi dari
ventrikel kanan maupun kiri.Diuretik memproduksi efek
hemodinamik yang berlawanan jika tidak di perhatikan
penggunaannya.
3. Vasodilator
Tujuan terapi dengan vasodilator adalah menurunkan hipertensi
pulmonale tetapi sebagian besar berdampak pada sirkulasi sistemik
sehingga akan terjadi hipotensi.
4. Digitalis
Adalah obat yang meningkatkan kekuatan dan efisiensi jantung
dan digunakan untuk mengobati layu jantung dan menormalkan lagi
denyut jantung.
5. Trakeostomi
Kadang-kadang diperlukan trakeostomi untuk membantu
aspirasi gurangi ruang mati
6. Antikoagulan
Antikoagulan dapat mencegah trombosis yang memperberat
penyakit paru obstruktif kronik
7. Pengobatan Lain
Inhibitor karbonik anhidrase (asetasolamid) suatu waktu banyak
dipakai pada pasien hiperkapnia kronik.Tetapi efek sampingnya yang
membahayakan adalah terjadinya asidosis metabolik pada
asidosis respiratorik yang telah ada.
• Penatalaksanaan Medis :
Penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan adalah
sebagai berikut:
a) Pada klien dengan penyakit asal COPD dapat
diberikan O2. Pemberian O2 sangat dinjurkan untuk
memperbaiki pertukaran gas dan menurunkan
tekanan arteri pulmonal dan tahanan vaskuler
pulmonal.
b) Bronchial hygiene, diberikan obat golongan
bronkodilator
c) Jika terdapat gejala gagal jantung, maka harus
memperbaiki kondisi hiposemia dan hiperkapnea.
d) Bedrest, diet rendah sodium, dan pemberian diuretic.
e) Digitalis, bertujuan untuk meningkatkan
kontraktilitas dan menurunkan denyut jantung,
selain itu juga mempunyai efek digitalis ringan.
(Somantri, 2012)
• Pemeriksaan diagnostic :
1. Elektrokardiogram
Kelainan pada elektrokardiogram yang sering ditemukan pada klien dengan kor
pulmonal menahun antara lain P pulmonal di lead II, III, dan aVF; deviasi aksis kekanan
>110; rasio R/S di V6< 1; gambaran rSR’ pada V1; RBBB lengkap atau tidak lengkap; R
atau R’ yang tinggi pada V1 dan V3R; dan T inverted pada sandaran prekordial.
2. Gambaran radiologi
Gambaran radiologi hipertensi pulmonal adalah dilatasi arteri pulmonalis utama dan
cabang-cabangnya, meruncing ke perifer, dan lapang paru perifer tampak relative
oligemia.Pada hipertensi pulmonal, diameter arteri pulmonalis kanan >16 mm, dan diameter
arteri pulmonalis kiri >18 mm pada 93% penderita
3. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Berguna untuk mengukur massa ventrikel kanan, ketebalan dinding, volume kavitas,
dan fraksi ejeksi.
4. Biopsi Paru
Dapat berguna untuk menunjukkan vaskulitis pada beberapa tipe penyait vaskuler paru
seperti penyakit vaskuler kolagen, arthritis rheumatoid, dan Wagener Granulomatosi
(Somantri, 2012)
• Pengkajian :
•Identitas pasien
Kor pulmonal dapat terjadi pada orang dewasa dan pada anak-anak. Untuk orang dewasa, kasus yang paling
sering ditemukan adalah pada lansia karena sering didapati dengan kebiasaan merokok dan terpapar polusi. Hal ini
di dasarkan pada epidemiologi penyakit-penyakit yang menjadi penyebab kor pulmonal, karena hipertensi pulmonal
merupakan dampak dari beberepa penyakit yang menyerang paru-paru. Untuk kasus anak-anak, umumnya terjadi
kor pulmonal akibat obstruksi saluran napas atas seperti hipertrofi tonsil dan adenoid. Jenis pekerjaan yang dapat
menjadi resiko terjadinya kor pulmonal adalah para pekerja yang sering terpapar polusi udara dan kebiasaan
merokok yang tinggi. Lingkungan tempat tinggal yang dapat menjadi resiko terjadinya kor pulmonal adalah
lingkungan yang dekat daerah perindustrian, dan kondisi rumah yang kurang memenuhi persyaratan rumah yang
sehat. Contohnya ventilasi rumah yang kurang baik,hal ini akan semakin memicu terjadinya penyakit-penyakit paru
dan berakibat terjadinya kor pulmonal.
•Riwayat Sakit dan Kesehatan
1. Keluhan utama
Pasien dengan kor pulmonal sering mengeluh sesak, nyeri dada
2. Riwayat penyakit saat ini
Pada pasien kor pulmonal, biasanya akan diawali dengan tanda-tanda mudah letih, sesak, nyeri dada, batuk yang
tidak produktif. Perlu juga ditanyakan mulai kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk
menurunkan atau menghilangkan keluhan-keluhan tersebut. Penyebab kelemahan fisik setelah melakukan aktifitas
ringan sampai berat. Seperti apa kelemahan melakukan aktifitas yang dirasakan, biasanya disertai sesak nafas.
3. Riwayat penyakit dahulu
Klien dengan kor pulmonal biasanya memilki riwayat penyakit seperti penyakit paru obstruktif kronik (PPOK),
fibrosis paru, fibrosis pleura, dan yang paling sering adalah klien dengan riwayat hipertensi pulmonal.
4. Psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien
terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya, kecemasan terhadap penyakit.
•B5 (BOWEL)
1.Nafsu makan : menurun
2.Mulut dan tenggorokan : tidak terkaji
3.Abdomen : asites
4.Peristaltic : tidak terkaji
• Diagnosa Keperawatan :
1. Gangguan pertukaran gas yang b.d. Hipoksemia secara reversible/menetap, refraktori dan kebocoran
interstisial pulmonal/alveolar pada status cedera kapiler paru.
2. Ketidakefektifan pola napas b.d. Hipoksia.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. Penurunan nafsu makan (energi lebih banyak
digunakan untuk usaha bernapas, sehingga metabolism berlangsung lebih cepat).
4. Intoleransi aktivitas berhubungan ketidakseimbbangan antara suplai dan demand oksigen
5. Perubahan pola eliminasi urin b.d. Penurunan curah jantung.
• Perencanaan Keperawatan :
1. Gangguan pertukaran gas yang b.d. Hipoksemia secara reversible/menetap, refraktori dan kebocoran interstisial
pulmonal/alveolar pada status cedera kapiler paru.
•Tujuan : Mempertahankan tingkat oksigen yang adekuat untuk keperluan tubuh.
•Kriteria hasil :
Klien tidak mengalami sesak napas.
Tanda-tanda vital dalam batas normal
Tidak ada tanda-tanda sianosis.
Pao2 dan paco2 dalam batas normal
Saturasi O2 dalam rentang normal
Intervensi dan Rasional :
2. Ketidakefektifan pola napas b.d. Hipoksia.
•Tujuan :
- Memperbaiki atau mempertahankan pola pernapasan normal
- Pasien mencapai fungsi paru-paru yang maksimal.
•Kriteria hasil :
Pasien menunjukkan frekuensi pernapasan yang efektif
Pasien bebas dari dispnea, sianosis, atau tanda-tanda lain distress pernapasan
•Intervensi dan Rasional :
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. Penurunan nafsu makan (energi lebih banyak
digunakan untuk usaha bernapas, sehingga metabolism berlangsung lebih cepat).
•Tujuan : Nafsu makan membaik.
•Kriteria hasil :
Gizi untuk kebutuhan metabolik terpenuhi
Massa tubuh dan berat badan klien berada dalam batas normal.
Intervensi dan Rasional :
• Implementasi:
1. Gangguan pertukaran gas yang b.d. Hipoksemia secara reversible/menetap, refraktori dan kebocoran
interstisial pulmonal/alveolar pada status cedera kapiler paru.
2. Ketidakefektifan pola napas b.d. Hipoksia.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. Penurunan nafsu makan (energi lebih banyak
digunakan untuk usaha bernapas, sehingga metabolism berlangsung lebih cepat).
4. Intoleransi aktivitas berhubungan ketidakseimbbangan antara suplai dan demand oksigen
• Dokumentasi :
Pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian dalam
proses keperawatan.
Thank you