Anda di halaman 1dari 17

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

KONSEP DASAR PEMASANGAN RESTRAIN

DOSEN PENGAMPU
Ns. SUMITRO ADI PUTRA, S.Kep, M.Kes

OLEH
MEGA UTAMI (PO7120119058)

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


DIII KEPERAWATAN
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat yang dilimpahkan-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Restraint”. Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam apa yang menjadi tugas
mahasiswa yang mengikuti mata kuliah “Keperawatan Jiwa”. Rasa terima kasih yang
dalam-dalamnya kami ucapkan kepada Dosen Pengampu mata kuliah Manajemen
Keperawatan dan teman-teman karena dalam proses pendalaman materi ini kami
mendapatkan bimbingan, arahan, koreksi dan saran. Demikian makalah ini kami buat
semoga bermanfaat bagi kita semua. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari
sempurna, baik dari segi bahasa, pengelolaan maupun dalam penyusunannya. Maka segala
kritik dan saran yang membangun akan kami terima.

Palembang,
April 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................1
1.3 Tujuan.........................................................................................2
1.4 Manfaat.......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3
2.1 Definisi Restrain.........................................................................3
2.2 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Penggunaan Restrain...5
2.3 Jenis-jenis Restrain.....................................................................7
2.4 Resiko Penggunaan Restrain pada Pasien................................10
BAB III PENUTUP.........................................................................................................11
3.1 Kesimpulan...............................................................................11
3.2 Saran.........................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................12

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Restraint (fisik) merupakan alternative terakhir intervensi jika dengan intervensi


verbal, chemical restraint mengalami kegagalan. Seklusi merupakan bagian dari restraint
fisik yaitu dengan menempatkan klien di sebuah ruangan tersendiri untuk membatasi ruang
gerak dengan tujuan meningkatkan keamanan dan kenyamanan klien.
Perawat perlu mengkaji apakah restraint di perlukan atau tidak. Restrein seringkali
dapat dihindari dengan persiapan pasien yang adekuat, pengawasan orang tua atau staf
terhadap pasien, dan proteksi adekuat terhadap sisi yang rentan seperti alat infus. Perawat
perlu mempertimbangkan perkembangan pasien, status mental, ancaman potensial pada diri
sendiri atau orang lain dan keamannnya.
Terdapat beberapa laporan ilmiah mengenai kematian pasien pasien yang disebabkan
oleh penggunaan teknik pengendalian fisik (restraint). Hubungan kematian pasien dengan
gangguan psikologi yang disebabkan penggunaan restraint adalah dimana ketika
pengendalian fisik (restrain) dilakukan, pasien pasien mengalami reaksi psikologis yang
tidak normal, yaitu seperti menigkatnya suhu tubuh, cardiac arrhythmia yang kemudian
dapat menyebabkan timbulnya positional asphyxia, excited delirium, acute pulmonary
edema, atau pneumonitis yang dapat menyebabkan kematian pada pasien.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah definisi dari restrain?

2. Bagimanakah hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan restrain?

3. Bagaimanakah jenis-jenis dari restrain

4. Bagaimanakah resiko penggunaan restrain pada pasien

1
1.3 Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini berdasarkan rumusan masalah di atas sebagai berikut:

5. Mengetahui definisi dari restrain


6. Mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan restrain
7. Mengetahui jenis-jenis restrain
8. Mengetahui resiko penggunaan restrain pada pasien

1.4 Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penulisan ini dapat dimanfaatkan untuk meperluas teori


tentang konsep dasar tentang restrain dalam keperawatan jiwa.
2. Manfaat Praktis

Bagi Mahasiswa untuk membantu dalam pengembangan wawasan tentang konsep


dasar restrain dan membantu sebagai refrensi dalam pembuatan tugas tentang
konsep dasar restrain dalam keperawatan jiwa

2
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Definisi Restrain

Restraint (dalam psikiatrik) secara umum mengacu pada suatu bentuk tindakan
menggunakan tali untuk mengekang atau membatasi gerakan ekstremitas individu yang
berperilaku di luar kendali yang bertujuan memberikan keamanan fisik dan psikologis
individu, (Stuart, 2001).
Tindakan restrain menurut College of Nurses of Ontario (CNO, 2009)
menggunakan perangkat yaitu tindakan fisik, lingkungan atau kimia yang merupakan cara
untuk mengontrol perilaku atau aktivitas fisik seseorang. Pengekangan fisik berupa meja,
kursi dan tempat tidur yang tidak bisa dibuka oleh klien. Pembatasan lingkungan adalah
mengendalikan gerakan atau mobilitas klien. Restrain kimia adalah pembatasan perilaku
atau gerakan tertentu yang dilakukan dengan cara pemberian obat psikoaktif. Perangkat
tindakan restrain ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh (Levine & Cartner
dalam Wai Tong, 2005) di Rumah Sakit Jiwa Hongkong menemukan tindakan restrain
melibatkan perangkat yang dirancang untuk membatasi gerakan tubuh pasien, seperti
pemegang tungkai, keselamatan rompi, dan perban. Penggunaannya yang merupakan
intervensi keperawatan disarankan untuk mencegah cedera dan mengurangi agitasi dan
kekerasan, tetapi dapat memiliki merugikan efek fisik dan psikososial pada kedua pasien
dan perawat.
Secara umum, dalam psikiatrik restrain merupakan suatu bentuk tindakan
menggunakan tali untuk mengekang atau membatasi gerakan ekstremitas individu yang
berperilaku diluar kendali yang bertujuan untuk memberikan keamanan fisik dan psikologis
individu (Kandar dkk, 2013). Saat melakukan restrain prosedur setiap rumah sakit harus
memiliki standarisai untuk kode etik dan legal. Restrain merupakan penerapan langsung
kekuatan fisik pada individu tanpa seijin dari individu tersebut yang bertujuan untuk
membatasi gerak dari pasien (Sulistiyowati, 2014). Restrain biasanya digunakan untuk
melindungi pasien dan orang lain saat pengobatan dan terapi verbal tidak mencukupi serta
3
mengendalikan pasien berpotensi kekerasan.

Perawat perlu mengkaji apakah restraint di perlukan atau tidak. Restrein seringkali
dapat dihindari dengan persiapan pasien yang adekuat, pengawasan orang tua atau staf
terhadap pasien, dan proteksi adekuat terhadap sisi yang rentan seperti alat infus. Perawat
perlu mempertimbangkan perkembangan pasien, status mental, ancaman potensial pada diri
sendiri atau orang lain dan keamannnya.
a. Indikasi Penggunaan Restrain
Penggunaan tekhnik pengendalian fisik (restrain) dapat siterapkan dalam
keadaan: Pasien yang membutuhkan diagnosa atau perawatan dan tidak bisa
menjadi kooperatif karena suatu keterbatasan misalnya : pasien dibawah umur,
pasien agresif atau aktif dan pasien yang memiliki retardasi mental. Ketika
keamanan pasien atau orang lain yang terlibat dalam perawatan dapatterancam
tanpa pengendalian fisik (restraint). Sebagai bagian dari suatu perawatan ketika
pasien dalam pengaruh obat sedasi.
b. Kontraindikasi Pengunaan Restrain
Penggunaan teknik pengendalian fisik (restraint) tidak boleh diterapkan
dalam keadaan yaitu: Tidak bisa mendapatkan izin tertulis dari orang tua pasien
untuk melakspasienan prosedur kegiatan. Pasien pasien kooperatif. Pasien pasien
memiliki komplikasi kondisi fisik atau mental Penggunaan teknik pengendalian
fisik (restraint) pada pasien dalam penatalaksanaanya harus memenuhi syarat-
syarat yaitu sebagai berikut: Penjelasan kepada pasien pasien mengapa
pengendalian fisik (restraint) dibutuhkandalam perawatan, dengan harapan
memberikan kesempatan kepada pasien untuk memahami bahwa perawatan yang
akan diberikan sesuai prosedur dan aman badi pasien maupun keluarga yang
bersangkutan. Memiliki izin verbal maupun izin tertulis dari psikiater
yang menjelaskan jenis teknik pengendalian fisik yang boleh digunakan
kepada pasien pasien dan pentingnya teknik pengendalian fisik yang dapat
digunakan terhadap pasien berdasarkan indikasi-indikasi yang muncul. Adanya
dokumen yang menjelaskan kepada orang tua pasien pasien maupun pihak
keluarga pasien yang bersangkutan mengapa pengendalian fisik (restraint)

4
dibutuhkan dalam perawatan. Adanya penilaian berdasarkan pedoman rumah sakit
dari pasien yang pernahmenjalankan pengendalian fisik (restraint) untuk
memastikan bahwa pengendalian fisik tersebut telah diaplikasikan secara benar,
serta memastikan integritas kulit dan status neurovaskular pasien tetap dalam
keadaan baik.
Perlu digunakan teknik pengendalian fisik (restraint) adalah karena tenaga
kesehatan harus mengutamakan kebutuhan kesehatan pasien, teknik pengendalian
tersebut dapat dilakspasienan dengan cara menjaga keamanan pasien ataupun
keluarga yang bersangkutan, mengontrol tingkat agitasi dan agresi pasien,
mengontrol perilaku pasien, serta menyediakan dukungan fisik bagi pasien

2.2 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Penggunaan Restrain

Pada kondisi gawat darurat, restrain/seklusi dapat dilakukan tanpa order dokter.
Sesegera mungkin (< 1jam) setelah melakukan restrain, perawat melaporkan pada dokter
untuk mendapatkan legalitas tindakan baik secara verbal maupun tertulis.
Intervensi restrain dibatasi waktu yaitu: 4 jam untuk klien berusia >18 tahun, 2 jam
untuk usia 9-17 tahun, dan 1 jam untuk umur <9 tahun. Evaluasi dilakukan 4 jam untuk
klien >18tahun, 2 jam untuk pasien-pasien dan usia 9-17 tahun. Waktu minimal reevaluasi
oleh dokter adalah 8 jam untuk usia >18 tahun dan 4 jam untuk usia <17 tahun. Selama
restrain klien di observasi tiap 10-15 menit, dengan fokus observasi: Tanda-tanda cedera
yang berhubungan dengan restrain : Nutrisi dan hidrasi sirkulasi dan rentang
gerak eksstremitas tanda penting kebersihan dan eliminasi status fisik dan psikologis
kesiapan klien untuk dibebaskan dari restrain.
Alat restrain bukan tanpa resiko dan harus diperiksa dan di dokumentasikan setiap 1-
2 jam untuk memastikan bahwa alat tersebut mencapai tujuan pemasangannya, bahwa alat
tersebut dipasang dengan benar dan bahwa alat tersebut tidak merusak sirkulasi, sensai,
atau integritas kulit.
Selekman dan Snyder (1997) merekomendasikan intervensi keperawatan yang tepat
untuk pasien yang direstrain adalah:
1. Lepaskan dan pasang kembali restrain secara periodic.
5
2. Lakukan tindakan untuk memberi rasa nyaman, gunakan pelukan terapeutik bukan
restrain mekanik.
3. Lakukan latihan rentan gerak jika diperlukanTawarkan makanan, minuman dan bantuan
untuk eliminasi, beri pasien dot.
4. Diskusikan kriteria pelepasan restrain .
5. Berikan analgesik dan sedatif jika diinstruksikan atau di mintaHindari kemarahan
psikologik kepada pasien lain.
6. Berikan distraksi (membaca buku) dan sentuhan pertahankan harga diri pasien lakukan
pengkajian keperawatan yang kontinu dokumentasikan penggunaan restrain

Adapun langkah-langkah pelaksanaan pengekangan fisik (restrain) pada klien


gangguan jiwa, adalah sebagai berikut:
1. Beri suasana yang menghargai dengan supervisi yang adekuat, karena harga diri
klien berkurang karena pengekangan.
2. Siapkan jumlah staf yang cukup dengan alat pengekangan yang aman dan nyaman.
3. Tunjuk satu orang perawat sebagai ketua tim.
4. Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya pada klien dan staf agar dimengerti dan
bukan hukuman.
5. Jelaskan perilaku yang mengindikasikan pengelepasan pada klien dan staf.
6. Jangan mengikat pada pinggir tempat tidur, ikat dengan posisi anatomis, ikatan
tidak terjangkau oleh klien.
7. Lakukan supervisi dengan tindakan terapeutik dan pemberian rasa nyaman.
8. Perawatan pada daerah pengikatan (Pantau kondisi kulit: warna, temperatur,
sensasi; Lakukan latihan gerak pada tungkai yang diikat secara bergantian
setiap 2 jam;
Lakukan perubahan posisi tidur dan periksa tanda-tanda vital setiap 2 jam)
9. Bantu pemenuhan kebutuhan nutrisi, eliminaqsi, hidrasi dan kebersihan diri.
10. Libatkan dan latih klien untuk mengontrol perilaku sebelum ikatan dibuka secara
bertahap.
11. Kurangi pengekangan secara bertahap, misalnya setelah ikatan dibuka satu persatu

6
secara bertahap, kemudian dilanjutkan dengan pembatasan gerak kemudian kembali
ke lingkungan semula.
12. Dokumentasikan seluruh tindakan beserta respon klien

2.3 Jenis-Jenis Restrain

Pengendalian fisik (physical restraint) dengan menggunakan alat pengendalian fisik


dengan menggunakan alat merupakan bentuk pengendalian dengan menggunakan bantuan
alat bantu untuk menahan gerakan tubuh dan kepala pasien maupu nmenahan gerakan
rahang dan mulut pasien.

a) Alat bantu untuk menahan gerakan tubuh dan kepala pasien


1. Sheet and ties
Penggunaan selimut untuk membungkus tubuh pasien supaya tidak
bergerak dengan cara melingkarkan selimut ke seluruh tubuh pasien dan
menahan selimutnya dengan perekat atau mengikatnya dengan tali.
2. Restraint Jaket
Restraint jaket digunakan pada pasien dengan tali diikat dibelakang tempat
tidur sehingga pasien tidak dapat membukanya. Pita panjang diikatkan ke
bagian bawah tempat tidur, menjaga pasien tetap di dalam tempat tidur.
Restrain jaket berguna sebagai alat mempertahankan pasien pada posisi
horizontal yang diinginkan.
3. Papoose board
Papoose board merupakan alat yang biasa digunakan untuk menahan gerak
pasien saat melakukan perawatan gigi. Cara penggunaannya adalah
pasien ditidurkan dalam posisi terlentang di atas papan datar dan bagian atas
tubuh, tengah tubuh dan kaki pasien diikat dengan menggunakan tali kain
yang besar. Pengendalian dengan menggunakan papoose board dapat
diaplikasikan dengan cepat untuk mencegah pasien berontak dan menolak
perawatan. Tujuan utama dari penggunaan alat ini adalah untuk menjaga
supaya pasien pasien tidak terluka saat mendapatkan perawatan.

7
4. Restraint Mumi atau Bedong
Selimut atau kain dibentangkan diatas tempat tidur dengan salah satu
ujungnya dilipat ke tengah. Pasien diletakkan di atas selimut tersebut dengan
bahu berada di lipatan dan kaki ke arah sudut yang berlawanan. Lengan
kanan pasien lurus kebawah rapat dengan tubuh, sisi kanan selimut ditarik
ke tengah melintasi bahu kanan pasien dan dada diselipkan dibawah sisi
tubuh bagian kiri. Lengan kiri pasien diletakkan lurus rapat dengan tubuh
pasien, dan sisi kiri selimut dikencangkan melintang bahu dan dada dikunci
dibawah tubuh pasien bagian kanan. Sudut bagian bawah dilipat dan ditarik
kearah tubuh dan diselipkan atau dikencangkan dengan pinpengaman.
5. Restraint Lengan dan Kaki
Restraint pada lengan dan kaki kadang-kadang digunakan untuk
mengimobilisasi satu atau lebih ekstremitas guna pengobatan atau prosedur,
atau untuk memfasilitasi penyembuhan. Beberapa alat restraint yang da di
pasaran atau yang tersedia, termasuk restraint pergelangan tangan atau kaki
sekali pakai, atau dapat dibuat dari pita kasa, kain muslin, atau tali
stockinette tipis. Jika restraint jenis ini di gunakan, ukurannya harus sesuai
dengan tubuh pasien. Harus dilapisi bantalan untuk mencegah tekanan yang
tidak semestinya, konstriksi, atau cidera jaringan. Pengamatan ekstremitas
harus sering dilakukan untuk memeriksa adanya tanda-tanda iritasi dan atau
gangguan sirkulasi. Ujung restraint tidak boleh diikat ke penghalang tempat
tidur, karena jika penghalang tersebut diturunkan akan mengganggu
ekstremitas yang sering disertai sentakan tiba-tiba yang dapat menciderai
pasien.
6. Restraint siku
Adalah tindakan mencegah pasien menekuk siku atau meraih kepala atau
wajah. Kadang-kadang penting dilakukan pada pasien setelah bedah bibir
atau agar pasien tidak menggaruk pada kulit yang terganggu. Bentuk
restraint siku paling banyak digunakan, terdiri dari seutas kain muslin yang
cukup panjang untuk mengikat tepat dari bawah aksila sampai ke

8
pergelangan tangan dengan sejumlah kantong vertikal tempat
dimasukkannya depresor lidah. Restraint di lingkarkan di seputar lengan dan
direkatkan dengan plester atau pin.
7. Pedi-wrap
Pedi-wrap merupakan sejenis perban kain yang dilingkarkan pada leher
sampai pergelangan kaki pasien pasien untuk menstabilkan tubuh pasien
serta menahan gerakan tubuh pasien. Pedi-wrap mempunyai berbagai variasi
ukuran sesuai dengan kebutuhan. Alat bantu untuk menahan gerakan mulut
dan rahang pasien

8. Molt Mouth Prop


Molt mouth prop merupakan salah satu alat yang paling penting dalam
melakukan perawatan gigi. Alat ini biasanya digunakan dalam anestesi
umum untuk mencegah supaya mulut tidak tertutup saat perawatan
dilakukan. Alat ini juga sangat cocok dalam penanganan pasien yang tidak
bisa membuka mulut dalam jangka waktu lama karena suatu keterbatasan.
Penggunaan molt mouth prop harus memperhatikan posisi rahang pasien
saat pasien membuka mulutnya, supaya tidak terjadi dislokasi
temporomandibular. Sebagai tambahan, dokter gigi harus memindahkan
molt mouth prop dari mulut pasien setiap sepuluh hingga lima belas menit
agar rahang dan mulut pasien dapat beristirahat.
9. Molt Mouth Gags
Molt mouth gags juga merupakan salah satu alat bantu yang dapat

digunakan untuk menahan mulut pasien.


10. Tongue Blades
Tongue blades merupakan alat bantu yang digunakan untuk menahan

lidah pasien supaya tidak mengganggu proses perawatan


b) Pengendalian fisik (physical restraint) tanpa bantuan alat
Pengendalian fisik tanpa bantuan alat merupakan bentuk pengendalian
fisik tanpa menggunakan bantuan alat, pengendalian bentuk ini merupakan

9
bentuk pengendalian yang menggunakan bantuan perawat maupun bantuan orang
tua atau pihak keluarga pasien. Pengendalian fisik dengan bantuan tenaga
kesehatan pengendalian fisik dengan menggunakan bantuan tenaga kesehatan
merupakan bentuk pengendalian fisik dimana diperlukan tenaga kesehatan,
misalnya perawat untuk menahan gerakan pasien pasien dengan cara memegang
kepala, lengan, tangan ataupun kaki pasien pasien. Pengendalian fisik dengan
bantuan orang tua pasien pengendalian fisik dengan bantuan orang tua
sebenarnya sama dengan pengendalian fisik dengan bantuan tim medis
(tenaga kesehatan). Hanya saja peran perawat digantikan oleh orang tua pasien
pasien. Cara pengendalian dengan menggunakan bantuan orang tua lebih disukai
pasien apabila dibandingkan dengan menggunakan bantuan tim medis, sebab
pasien lebih merasa aman apabila dekat dengan orang tuanya.

2.4 Resiko Penggunaan Restraint pada Pasien

Terdapat beberapa laporan ilmiah mengenai kematian pasien pasien yang


disebabkan oleh penggunaan teknik pengendalian fisik (restraint). Hubungan
kematian pasien dengan gangguan psikologi yang disebabkan penggunaan restraint
adalah dimana ketika pengendalian fisik (restrain) dilakukan, pasien
pasien mengalami reaksi psikologis yang tidak normal, yaitu seperti menigkatnya
suhu tubuh, cardiac arrhythmia yang kemudian dapat menyebabkan timbulnya
positional asphyxia, excited delirium, acute pulmonary edema, atau pneumonitis
yang dapat menyebabkan kematian pada pasien.

10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Restraint (dalam psikiatrik) secara umum mengacu pada suatu bentuk tindakan
menggunakan tali untuk mengekang atau membatasi gerakan ekstremitas individu yang
berperilaku di luar kendali yang bertujuan memberikan keamanan fisik dan psikologis
individu.
Perawat perlu mengkaji apakah restraint di perlukan atau tidak. Restrein seringkali
dapat dihindari dengan persiapan pasien yang adekuat, pengawasan orang tua atau staf
terhadap pasien, dan proteksi adekuat terhadap sisi yang rentan seperti alat infus. Perawat
perlu mempertimbangkan perkembangan pasien, status mental, ancaman potensial pada diri
sendiri atau orang lain dan keamannnya.

Pengendalian fisik (physical restraint) dengan menggunakan alat pengendalian fisik


dengan menggunakan alat merupakan bentuk pengendalian dengan menggunakan bantuan
alat bantu untuk menahan gerakan tubuh dan kepala pasien maupu nmenahan gerakan
rahang dan mulut pasien. Alat bantu untuk menahan gerakan tubuh dan kepala pasien
meliputi Sheet and ties, Restraint Jaket, Papoose board , Restraint Mumi atau Bedong,
Restraint Lengan dan Kaki, Restraint siku, Pedi-wrap , Molt Mouth Prop, Molt Mouth
Gags, Tongue Blades serta pengendalian fisik (physical restraint) tanpa bantuan alat.

3.2 Saran

11
Dari makalah yang berjudul restrain diharapkan pembaca dapat memahami lebih
dalam tentang restrain sehingga dapat menerapkan lansung saat melakukan praktik
keperawatan jiwa serta mengetahui fungsi dari restrain sehingga dapat digunakan tepat
sasaran.

12
DAFTAR PUSTAKA

Kaplan, H.I., Sadock, B.J., dan Grebb, J.A. (2000). Synopsis of Psychiatry. New York :
Williams and Wilkins
Stuart, G.W. dan Laraia, M.T. (2001). Principles and Practice of Psychiatric Nursing.
(Ed ke-7). St. Louis: Mosby, Inc.
Gail Wiscarz Stuart dan Sandra J. Sundeen (1998). Keperawatan Jiwa : buku saku. Edisi 3.

Jakarta : EGC

13

Anda mungkin juga menyukai