DOSEN PENGAMPU
Ns. SUMITRO ADI PUTRA, S.Kep, M.Kes
OLEH
MEGA UTAMI (PO7120119058)
Dengan memanjatkan puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat yang dilimpahkan-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Restraint”. Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam apa yang menjadi tugas
mahasiswa yang mengikuti mata kuliah “Keperawatan Jiwa”. Rasa terima kasih yang
dalam-dalamnya kami ucapkan kepada Dosen Pengampu mata kuliah Manajemen
Keperawatan dan teman-teman karena dalam proses pendalaman materi ini kami
mendapatkan bimbingan, arahan, koreksi dan saran. Demikian makalah ini kami buat
semoga bermanfaat bagi kita semua. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari
sempurna, baik dari segi bahasa, pengelolaan maupun dalam penyusunannya. Maka segala
kritik dan saran yang membangun akan kami terima.
Palembang,
April 2021
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................1
1.3 Tujuan.........................................................................................2
1.4 Manfaat.......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3
2.1 Definisi Restrain.........................................................................3
2.2 Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Penggunaan Restrain...5
2.3 Jenis-jenis Restrain.....................................................................7
2.4 Resiko Penggunaan Restrain pada Pasien................................10
BAB III PENUTUP.........................................................................................................11
3.1 Kesimpulan...............................................................................11
3.2 Saran.........................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................12
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah definisi dari restrain?
1
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini berdasarkan rumusan masalah di atas sebagai berikut:
1.4 Manfaat
1. Manfaat Teoritis
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Restrain
Restraint (dalam psikiatrik) secara umum mengacu pada suatu bentuk tindakan
menggunakan tali untuk mengekang atau membatasi gerakan ekstremitas individu yang
berperilaku di luar kendali yang bertujuan memberikan keamanan fisik dan psikologis
individu, (Stuart, 2001).
Tindakan restrain menurut College of Nurses of Ontario (CNO, 2009)
menggunakan perangkat yaitu tindakan fisik, lingkungan atau kimia yang merupakan cara
untuk mengontrol perilaku atau aktivitas fisik seseorang. Pengekangan fisik berupa meja,
kursi dan tempat tidur yang tidak bisa dibuka oleh klien. Pembatasan lingkungan adalah
mengendalikan gerakan atau mobilitas klien. Restrain kimia adalah pembatasan perilaku
atau gerakan tertentu yang dilakukan dengan cara pemberian obat psikoaktif. Perangkat
tindakan restrain ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh (Levine & Cartner
dalam Wai Tong, 2005) di Rumah Sakit Jiwa Hongkong menemukan tindakan restrain
melibatkan perangkat yang dirancang untuk membatasi gerakan tubuh pasien, seperti
pemegang tungkai, keselamatan rompi, dan perban. Penggunaannya yang merupakan
intervensi keperawatan disarankan untuk mencegah cedera dan mengurangi agitasi dan
kekerasan, tetapi dapat memiliki merugikan efek fisik dan psikososial pada kedua pasien
dan perawat.
Secara umum, dalam psikiatrik restrain merupakan suatu bentuk tindakan
menggunakan tali untuk mengekang atau membatasi gerakan ekstremitas individu yang
berperilaku diluar kendali yang bertujuan untuk memberikan keamanan fisik dan psikologis
individu (Kandar dkk, 2013). Saat melakukan restrain prosedur setiap rumah sakit harus
memiliki standarisai untuk kode etik dan legal. Restrain merupakan penerapan langsung
kekuatan fisik pada individu tanpa seijin dari individu tersebut yang bertujuan untuk
membatasi gerak dari pasien (Sulistiyowati, 2014). Restrain biasanya digunakan untuk
melindungi pasien dan orang lain saat pengobatan dan terapi verbal tidak mencukupi serta
3
mengendalikan pasien berpotensi kekerasan.
Perawat perlu mengkaji apakah restraint di perlukan atau tidak. Restrein seringkali
dapat dihindari dengan persiapan pasien yang adekuat, pengawasan orang tua atau staf
terhadap pasien, dan proteksi adekuat terhadap sisi yang rentan seperti alat infus. Perawat
perlu mempertimbangkan perkembangan pasien, status mental, ancaman potensial pada diri
sendiri atau orang lain dan keamannnya.
a. Indikasi Penggunaan Restrain
Penggunaan tekhnik pengendalian fisik (restrain) dapat siterapkan dalam
keadaan: Pasien yang membutuhkan diagnosa atau perawatan dan tidak bisa
menjadi kooperatif karena suatu keterbatasan misalnya : pasien dibawah umur,
pasien agresif atau aktif dan pasien yang memiliki retardasi mental. Ketika
keamanan pasien atau orang lain yang terlibat dalam perawatan dapatterancam
tanpa pengendalian fisik (restraint). Sebagai bagian dari suatu perawatan ketika
pasien dalam pengaruh obat sedasi.
b. Kontraindikasi Pengunaan Restrain
Penggunaan teknik pengendalian fisik (restraint) tidak boleh diterapkan
dalam keadaan yaitu: Tidak bisa mendapatkan izin tertulis dari orang tua pasien
untuk melakspasienan prosedur kegiatan. Pasien pasien kooperatif. Pasien pasien
memiliki komplikasi kondisi fisik atau mental Penggunaan teknik pengendalian
fisik (restraint) pada pasien dalam penatalaksanaanya harus memenuhi syarat-
syarat yaitu sebagai berikut: Penjelasan kepada pasien pasien mengapa
pengendalian fisik (restraint) dibutuhkandalam perawatan, dengan harapan
memberikan kesempatan kepada pasien untuk memahami bahwa perawatan yang
akan diberikan sesuai prosedur dan aman badi pasien maupun keluarga yang
bersangkutan. Memiliki izin verbal maupun izin tertulis dari psikiater
yang menjelaskan jenis teknik pengendalian fisik yang boleh digunakan
kepada pasien pasien dan pentingnya teknik pengendalian fisik yang dapat
digunakan terhadap pasien berdasarkan indikasi-indikasi yang muncul. Adanya
dokumen yang menjelaskan kepada orang tua pasien pasien maupun pihak
keluarga pasien yang bersangkutan mengapa pengendalian fisik (restraint)
4
dibutuhkan dalam perawatan. Adanya penilaian berdasarkan pedoman rumah sakit
dari pasien yang pernahmenjalankan pengendalian fisik (restraint) untuk
memastikan bahwa pengendalian fisik tersebut telah diaplikasikan secara benar,
serta memastikan integritas kulit dan status neurovaskular pasien tetap dalam
keadaan baik.
Perlu digunakan teknik pengendalian fisik (restraint) adalah karena tenaga
kesehatan harus mengutamakan kebutuhan kesehatan pasien, teknik pengendalian
tersebut dapat dilakspasienan dengan cara menjaga keamanan pasien ataupun
keluarga yang bersangkutan, mengontrol tingkat agitasi dan agresi pasien,
mengontrol perilaku pasien, serta menyediakan dukungan fisik bagi pasien
Pada kondisi gawat darurat, restrain/seklusi dapat dilakukan tanpa order dokter.
Sesegera mungkin (< 1jam) setelah melakukan restrain, perawat melaporkan pada dokter
untuk mendapatkan legalitas tindakan baik secara verbal maupun tertulis.
Intervensi restrain dibatasi waktu yaitu: 4 jam untuk klien berusia >18 tahun, 2 jam
untuk usia 9-17 tahun, dan 1 jam untuk umur <9 tahun. Evaluasi dilakukan 4 jam untuk
klien >18tahun, 2 jam untuk pasien-pasien dan usia 9-17 tahun. Waktu minimal reevaluasi
oleh dokter adalah 8 jam untuk usia >18 tahun dan 4 jam untuk usia <17 tahun. Selama
restrain klien di observasi tiap 10-15 menit, dengan fokus observasi: Tanda-tanda cedera
yang berhubungan dengan restrain : Nutrisi dan hidrasi sirkulasi dan rentang
gerak eksstremitas tanda penting kebersihan dan eliminasi status fisik dan psikologis
kesiapan klien untuk dibebaskan dari restrain.
Alat restrain bukan tanpa resiko dan harus diperiksa dan di dokumentasikan setiap 1-
2 jam untuk memastikan bahwa alat tersebut mencapai tujuan pemasangannya, bahwa alat
tersebut dipasang dengan benar dan bahwa alat tersebut tidak merusak sirkulasi, sensai,
atau integritas kulit.
Selekman dan Snyder (1997) merekomendasikan intervensi keperawatan yang tepat
untuk pasien yang direstrain adalah:
1. Lepaskan dan pasang kembali restrain secara periodic.
5
2. Lakukan tindakan untuk memberi rasa nyaman, gunakan pelukan terapeutik bukan
restrain mekanik.
3. Lakukan latihan rentan gerak jika diperlukanTawarkan makanan, minuman dan bantuan
untuk eliminasi, beri pasien dot.
4. Diskusikan kriteria pelepasan restrain .
5. Berikan analgesik dan sedatif jika diinstruksikan atau di mintaHindari kemarahan
psikologik kepada pasien lain.
6. Berikan distraksi (membaca buku) dan sentuhan pertahankan harga diri pasien lakukan
pengkajian keperawatan yang kontinu dokumentasikan penggunaan restrain
6
secara bertahap, kemudian dilanjutkan dengan pembatasan gerak kemudian kembali
ke lingkungan semula.
12. Dokumentasikan seluruh tindakan beserta respon klien
7
4. Restraint Mumi atau Bedong
Selimut atau kain dibentangkan diatas tempat tidur dengan salah satu
ujungnya dilipat ke tengah. Pasien diletakkan di atas selimut tersebut dengan
bahu berada di lipatan dan kaki ke arah sudut yang berlawanan. Lengan
kanan pasien lurus kebawah rapat dengan tubuh, sisi kanan selimut ditarik
ke tengah melintasi bahu kanan pasien dan dada diselipkan dibawah sisi
tubuh bagian kiri. Lengan kiri pasien diletakkan lurus rapat dengan tubuh
pasien, dan sisi kiri selimut dikencangkan melintang bahu dan dada dikunci
dibawah tubuh pasien bagian kanan. Sudut bagian bawah dilipat dan ditarik
kearah tubuh dan diselipkan atau dikencangkan dengan pinpengaman.
5. Restraint Lengan dan Kaki
Restraint pada lengan dan kaki kadang-kadang digunakan untuk
mengimobilisasi satu atau lebih ekstremitas guna pengobatan atau prosedur,
atau untuk memfasilitasi penyembuhan. Beberapa alat restraint yang da di
pasaran atau yang tersedia, termasuk restraint pergelangan tangan atau kaki
sekali pakai, atau dapat dibuat dari pita kasa, kain muslin, atau tali
stockinette tipis. Jika restraint jenis ini di gunakan, ukurannya harus sesuai
dengan tubuh pasien. Harus dilapisi bantalan untuk mencegah tekanan yang
tidak semestinya, konstriksi, atau cidera jaringan. Pengamatan ekstremitas
harus sering dilakukan untuk memeriksa adanya tanda-tanda iritasi dan atau
gangguan sirkulasi. Ujung restraint tidak boleh diikat ke penghalang tempat
tidur, karena jika penghalang tersebut diturunkan akan mengganggu
ekstremitas yang sering disertai sentakan tiba-tiba yang dapat menciderai
pasien.
6. Restraint siku
Adalah tindakan mencegah pasien menekuk siku atau meraih kepala atau
wajah. Kadang-kadang penting dilakukan pada pasien setelah bedah bibir
atau agar pasien tidak menggaruk pada kulit yang terganggu. Bentuk
restraint siku paling banyak digunakan, terdiri dari seutas kain muslin yang
cukup panjang untuk mengikat tepat dari bawah aksila sampai ke
8
pergelangan tangan dengan sejumlah kantong vertikal tempat
dimasukkannya depresor lidah. Restraint di lingkarkan di seputar lengan dan
direkatkan dengan plester atau pin.
7. Pedi-wrap
Pedi-wrap merupakan sejenis perban kain yang dilingkarkan pada leher
sampai pergelangan kaki pasien pasien untuk menstabilkan tubuh pasien
serta menahan gerakan tubuh pasien. Pedi-wrap mempunyai berbagai variasi
ukuran sesuai dengan kebutuhan. Alat bantu untuk menahan gerakan mulut
dan rahang pasien
9
bentuk pengendalian yang menggunakan bantuan perawat maupun bantuan orang
tua atau pihak keluarga pasien. Pengendalian fisik dengan bantuan tenaga
kesehatan pengendalian fisik dengan menggunakan bantuan tenaga kesehatan
merupakan bentuk pengendalian fisik dimana diperlukan tenaga kesehatan,
misalnya perawat untuk menahan gerakan pasien pasien dengan cara memegang
kepala, lengan, tangan ataupun kaki pasien pasien. Pengendalian fisik dengan
bantuan orang tua pasien pengendalian fisik dengan bantuan orang tua
sebenarnya sama dengan pengendalian fisik dengan bantuan tim medis
(tenaga kesehatan). Hanya saja peran perawat digantikan oleh orang tua pasien
pasien. Cara pengendalian dengan menggunakan bantuan orang tua lebih disukai
pasien apabila dibandingkan dengan menggunakan bantuan tim medis, sebab
pasien lebih merasa aman apabila dekat dengan orang tuanya.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Restraint (dalam psikiatrik) secara umum mengacu pada suatu bentuk tindakan
menggunakan tali untuk mengekang atau membatasi gerakan ekstremitas individu yang
berperilaku di luar kendali yang bertujuan memberikan keamanan fisik dan psikologis
individu.
Perawat perlu mengkaji apakah restraint di perlukan atau tidak. Restrein seringkali
dapat dihindari dengan persiapan pasien yang adekuat, pengawasan orang tua atau staf
terhadap pasien, dan proteksi adekuat terhadap sisi yang rentan seperti alat infus. Perawat
perlu mempertimbangkan perkembangan pasien, status mental, ancaman potensial pada diri
sendiri atau orang lain dan keamannnya.
3.2 Saran
11
Dari makalah yang berjudul restrain diharapkan pembaca dapat memahami lebih
dalam tentang restrain sehingga dapat menerapkan lansung saat melakukan praktik
keperawatan jiwa serta mengetahui fungsi dari restrain sehingga dapat digunakan tepat
sasaran.
12
DAFTAR PUSTAKA
Kaplan, H.I., Sadock, B.J., dan Grebb, J.A. (2000). Synopsis of Psychiatry. New York :
Williams and Wilkins
Stuart, G.W. dan Laraia, M.T. (2001). Principles and Practice of Psychiatric Nursing.
(Ed ke-7). St. Louis: Mosby, Inc.
Gail Wiscarz Stuart dan Sandra J. Sundeen (1998). Keperawatan Jiwa : buku saku. Edisi 3.
Jakarta : EGC
13