Anda di halaman 1dari 15

1

A. Konsep Dasar BBLR

1. Pengertian

Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah berat bayi saat lahir

kurang dari 2500 gram yang merupakan hasil dari kelahiran prematur

(sebelum 37 minggu usia kehamilan) (WHO, 2014).

Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan bayi yang lahir

dengan berat badan kurang dari 2.500 gram saat lahir. Bayi BBLR

sebagian besar dikarenakan retardasi pertumbuhan intrauterin (IUGR)

dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu. (Muthayya, 2019).

Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang berat

badannya kurang dari 2500 gram, tanpa memperhatikan usia gestasi. Bayi

BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan (kurang dari 37 minggu usia

kehamilan) atau pada usia cukup bulan (intrauterine growth retriction)

(Wong, 2018).

Beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bayi berat badan lahir

rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan lahir kurang

dari 2500 gram dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu.

2. Patofisiologi

Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan

yang belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan

dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu),

tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil dari masa kehamilannya, yaitu

tidak mencapai 2.500 gram. Masalah ini terjadi karena adanya gangguan

pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh

penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan

keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi


2

berkurang.

Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering

melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi,

terlebih lagi bila ibu menderita anemia. Ibu hamil umumnya mengalami

deplesi atau penyusutan besi sehingga hanya memberi sedikit besi kepada

janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi yang normal. Kekurangan

zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan

janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan

kematian janin didalam kandungan, abortus, cacat bawaan, dan BBLR. Hal

ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian perinatal

secara bermakna lebih tinggi, sehingga kemungkinan melahirkan bayi

BBLR dan prematur juga lebih besar (Nelson, 2020).


3

Pathways
Faktor janin Faktor ibu Faktor lingkungan
Faktor plasenta
Kelainan kromosom Penyakit ,usia ibu Tempat tinggal di dataran tinggi.
Hidramnion Plasenta previa Solutio plasenta
Infeksi janin kronik (inklusi sitomegali, rubella bawaan) Keadaan gizi ibu Terkena radiasi, serta terpapar zat berac

Gawat janin Kondisi ibu saat hamil

Keadaan sosial dan ekonomi

 Kehamilan kembar

BBLR

Komplikasi BBLR Manifestasi klinis BBLR


Sindrom aspirasi mekonium
Berat badan kurang dari 2500 gram
Asfiksia neomatumMasa gestasi kurang dari 37 minggu
Penyakit membrane hialin
Kulit tipis, transparan, lanugo banyak, dan lemak subkutan amat sedikit
HiperbiliruninemiaPergerakan kurang dan lemah, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan sering mendapatkan seran

Sedikitnya lemak dibawah jaringan


Organpencernaan imatur Pertumbuhan Dinding dada belum sempurna kulit imun yang belum matang
Sistem

Peristaltik belum sempurna Kehilangan panas melalui kulit

Vaskuler imatur paru Penurunan dayatahan tubuh

Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan Peningkatankebutuhan kalori

Peningkatan kerja nafas


Reflekmenghisap dan Resiko infeksi
sistem termoregulasi
menelan belum berkembang dengan baik
yang imatur

Tidak efektifnya pola pernafasan


Termoregulasitubuh tidak efektif
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Sumber : Mitayani, (2019), Wong, (2018), Nelson, (2020), Proverawati dan


Ismawati, (2020)
3. Etiologi BBLR

Etiologi atau penyebab dari BBLR (Proverawati dan Ismawati, 2020):

a. Faktor ibu

1) Penyakit

a) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia,

perdarahan antepartum, preekelamsi berat, eklamsia,

infeksi kandung kemih.

b) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular

seksual, hipertensi, HIV/AIDS, penyakit jantung.

c) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.

2) Ibu

a) Angka kejadian prematitas tertinggi adalah kehamilan

pada usia < 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.

b) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang

dari 1 tahun).

c) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.

3) Keadaan sosial ekonomi

a) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi

rendah. Hal ini dikarenakan keadaan gizi dan

pengawasan antenatal yang kurang.

b) Aktivitas fisik yang berlebihan.

b. Faktor janin

Faktor janin meliputi: kelainan kromosom, infeksi janin

kronik (inklusi sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan

kehamilan kembar.

c. Faktor plasenta
Faktor plasenta disebabkan oleh: hidramnion, plasenta

previa, solutio plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom

parabiotik), ketuban pecah dini.

d. Faktor lingkungan

Lingkungan yang berpengaruh antara lain: tempat tinggal di

dataran tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.

4. Manifestasi klinis

Manifestasi klinis yang dapat ditemukan dengan bayi berat lahir

rendah (Mitayani, 2019):

a. Berat badan kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang dari

45 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm, dan lingkar kepala

kurang dari 33cm.

b. Masa gestasi kurang dari 37 minggu.

c. Kulit tipis, transparan, lanugo banyak, dan lemak subkutan

amat sedikit.

d. Osofikasi tengkorak sedikit serta ubun-ubun dan sutura lebar.

e. Genitalia imatur, labia minora belum tertutup dengan labia

miyora.

f. Pergerakan kurang dan lemah, tangis lemah, pernafasan belum

teratur dan sering mendapatkan serangan apnea.

g. Lebih banyak tidur dari pada bangun, reflek menghisap dan

menelan belum sempurna.

5. Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan diagnostik pada bayi BBLR (Mitayani, 2019) :

a. Jumlah darah lengkap: penurunan pada Hb (normal: 12-


24gr/dL), Ht (normal: 33 -38% ) mungkin dibutuhkan.

b. Dektrosik: menyatakan hipoglikemi (normal: 40 mg/dL).

c. Analisis Gas Darah (AGD): menentukan derajat keparahan

distres pernafasan bila ada.

Rentang nilai normal:

1) pH : 7,35-7,45

2) TCO2 : 23-27 mmol/L

3) CO2 : 35-45 mmHg 4) PO2 : 80-100 mmHg

5) Saturasi O2 : 95 % atau lebih

d. Elektrolit serum: mengkaji adanya hipokalsemia.

e. Bilirubin: mungkin meningkat pada polisitemia.

Bilirubin normal:

1) bilirubin indirek 0,3 – 1,1 mg/dl.

2) bilirubin direk 0,1 – 0,4 mg/dl.

f. Urinalisis: mengkaji homeostatis.

g. Jumlah trombosit (normal: 200000 - 475000 mikroliter):

Trombositopenia mungkin menyertai sepsis.

h. EKG, EEG, USG, angiografi: defek kongenital atau

komplikasi.

6. PENATALAKSANAAN MEDIS

Mengingat belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perlu untuk pertumbuhan dan

perkembangan dan penyesuaian diri dengan lingkungan hidup diluar uterus maka perlu

diperhatikan pengaturan suhu lingkungan, pemberian makanan dan bila perlu pemberian oksigen,

mencegah infeksi serta mencegah kekurangan vitamin dan zat besi.

a. Pengaturan suhu

Bila bayi dirawat didalam incubator.


b. Perawatan bayi dalam incubator

Merupakan cara pemberian perawatan pada bayi dengan dimasukkan kedalam alat yang

berfungsi membantu terciptanya suatu lingkungan yang cukup dengan suhu yang normal.

c. Makanan bayi

Pada bayi premature reflex hisap, telan dan batuk belum sempuran, kapasitas lambung

masih sedikit, daya enzim pencernaan terutama lipase masih kurang disamping itu kebutuhan

protein 3-5 g/hari dan tinggi kalori (110 kal/kg/hari), agar berat badan bertambah sebaik-

baiknya.

d. Pemberian vitamin K1

1) Injeksi 1 mg IM sekali pemberian,

2) Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-10 hari, dan umur 4-6

minggu) (Pantiawati, 2020).

e. Teraphi intravena

Bayi dengan berat kurang dari 1.500 gram dan mendapat suplementasi cairan intravena

yang mengandung nitrogen akan menaikkan beratnya kembali dan serangan apneu pun

berkurang. Tambahan berat, panjang dan lingkar kepala seperti yang terjadi dalam kandungan

dapat dicapai dengan memberikan campuran hidrolisat protein, glukosa, dan intralipid secara

intravena ( Atikah, 2020).

f. Oksigenasi

Ekspansi paru yang buruk merupakan masalah serius bagi bayi preterm BBLR, akibat

tidak adanya alveoli dan surfaktan. Konsentrasi O2 yang diberikan sekitar 30-35% dengan

menggunakan head box, konsentrasi O2 yang tinggi dalam masa yang panjang akan

menyebabkan kerusakan pada jaringan retina bayi yang dapat menimbulkan kebutaan (Atikah,

2020).

g. Fototeraphy

1) Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur kehamilan kurang bulan

dimulai pada umur 8 jam atau dapat diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas.
2) USG kepala (Atikah, 2020).

7. Konsep Tumbuh Kembang

Pertumbuhan ialah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan

interseluler, berarti bertambah arti sebagian atau keseluruhan. Sehingga dapat diukur

dengan mempergunakan satuan panjang atau satuan berat. Sedangkan perkembangan

ialah bertambahnya kemampuan struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks..

Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan selain faktor genetik dan

lingkungan adalah terpenuhinya kebutuhan zat gizi. Kecukupan zat gizi seseorang

berbeda tergantung pada umur, aktifitas, ukuran tubuh, keadaan fisiologis, derajat

pertumbuhan, dan kebutuhan energi yang ditentukan untuk metabolik dasar (Sutiari,

2016).

Menurut Rafael (2016) anak yang lahir dengan status BBLR nantinya akan
cenderung mengalami gangguan fungsi otak, gangguan kesehatan mental, serta
masalah-masalah perkembangan dan perilaku lainnya. Kekurangan gizi pada masa
anak hingga umur dua tahun dapat mengakibatkan sel otak berkurang 15-20%
sehingga anak ang demikian kelak dikemudian hari akan menjadi manusia dengan
kualitas otak 80-85%, terganggunya perkembangan mental dan kemampuan motorik
bahkan dapat mengakibatkan cacat permanen (Sunarti, 2014).
8. Konsep Hospitalisasi
Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana atau darurat,
mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai
pemulangannya kembali ke rumah (Supartini, 2014). Perawatan anak di rumah sakit tidak hanya
menimbulkan masalah bagi anak, tetapi juga bagi orang tua. Berbagai macam perasaan muncul
pada orang tua yaitu, takut, rasa bersalah, stress dan cemas. Stressor lain yang sangat
menyebabkan orang tua stres adalah mendapatkan informasi buruk tentang diagnosis medik
anaknya, perawatan yang tidak direncanakan dan pengalaman perawatan di rumah sakit
sebelumnya yang dirasakan menimbulkan trauma (Supartini, 2014). Untuk itu, perasaan orang
tua tidak boleh diabaikan karena apabila orang tua merasa stres, hal ini akan menyebabkan anak
semakin stres berada di rumah sakit (Supartini, 2014).
B. Konsep asuhan keperawatan pada BBLR

1. Pengkajian

Pengkajian Keperawatan ialah proses yang mendasar dalam melakukan tindakan


keperawatan dimana hal tersebut memiliki tujuan untuk mengetahui permasalah
yang dialami klien, dengan begitu akan dilakukan pengumpulan data klien secara
akurat serta mengetahui status kondisi kesehatan klien melalui kondisi fisik, mental,
sosial, dan juga lingkungan klien.

a. Keluhan utama

Untuk mengetahui alasan utama mengapa klien mencari pertolongan pada tenaga
professional.

b. Riwayat kesehatan yang lalu

1. Prenatal

Keluhan saat hamil, tempat ANC, kebutuhan nutrisi saat hamil, usia kehamilan (preterm, aterm,

post term), kesehatan saat hamil dan obat yang diminum.

2. Natal

Tindakan persalinan (normal atau Caesar), tempat bersalin, obat-obatan yang digunakan.

3. Post natal

Kondisi kesehatan, apgar score, Berat badan lahir, Panjang badan lahir, anomaly kongenital.

4. Penyakit waktu kecil

5. Pernah dirawat di rumah sakit

Penyakit yang diderita, respon emosional

6. Obat-obat yang digunakan (pernah/sedang digunakan)

Nama obat dan dosis, schedule, durasi, alasan penggunaan obat.

7. Allergi
Reaksi yang tidak biasa terhadap makanan, binatang, obat, tanaman, produk rumah tangga.

8. Imunisasi ( imunisasi yang pernah didapat, usia dan reaksi waktu imunisasi)

c. Riwayat kesehatan sekarang

Untuk mengetahui lebih detail hal yang berhubungan dengan keluhan utama.

1. Munculnya keluhan

Tanggal munculnya keluhan, waktu munculnya keluhan (gradual/tiba-tiba), presipitasi/ predisposisi


(perubahan emosional, kelelahan, kehamilan, lingkungan, toksin/allergen, infeksi).

2. Karakteristik
Karakter (kualitas, kuantitas, konsistensi), loksai dan radiasi, timing (terus menerus/intermiten,

durasi setiap kalinya), hal-hal yang meningkatkan/menghilangkan/mengurangi keluhan, gejala-

gejala lain yang berhubungan.

3. Masalah sejak muncul keluhan

Perkembangannya membaik, memburuk, atau tidak berubah.

C. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan yang bisa ditegakkan oleh seorang perawat pada

bayi dengan BBLR (SDKI, 2018):

1. Pola Napas Tidak Efektif.

a. Definisi : inspirasi dan atau ekspirasi yang tidak menyediakan

ventilasi yang adekuat.

2.  Termoregulasi Tidak Efektif.

a. Definisi : Fluktuasi suhu antara hipotermia dan hipertermia.

3. Defisit Nutrisi.

a. Definisi: asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi

kebutuhan metabolisme.

4. Resiko infeksi.

a. Definisi: peningkatan resiko invasif oleh organisme patogen.


D. Intervensi keperawatan

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi (SIKI, 2018)

(SLKI, 2018)

1 Pola Napas tidak Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1.Pantau tingkat pernapasan,

efektif selama 3x24 jam, diharapkan pasien kedalaman, dan kemudahan bernafas.

mampu : 2. Perhatikan pola nafas klien.

1.Status Pernapasan: Kepatenan 3. Tentukan apakah klien dispneu

jalan napas. fisiologis atau psikologis.

2.Status Pernapasan: Ventilasi.


4. Berikan terapi oksigenasi (Atur
3. Status tanda-tanda vital.
peralatan oksigenasi, monitor aliran

oksigen, pertahankan posisi pasien).

funsi pernapasan.

5. Monitor Tekanan darah, nadi,

suhu, dan Respiration rate

(pernafasan).
No Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi (SIKI)

(SLKI)

2 Termoregulasi tidak 1. Termoregulasi Neonatus. 1. Ukur suhu setiap 2 jam, gunakan

efektif. 2. Status Kenyamanan. termometer elektronik di ketiak pada

3. Termoregulasi. bayi di bawah usia 4 minggu.

2. Catat apakah ada tanda-tanda

hipertermi dan hipotermi.

3. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi.

4. Lakukan tepid sponge.


No Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi (SIKI)

(SLKI)

3 Defisit nutrisi 1. Status Nutrisi. 1. Perhatikan gejala kekurangan gizi

2. Status nutrisi bayi. termasuk perawakan pendek, lengan

3. Berat Badan. kurus dan kaki.

2. Perhatikan adanya penurunan berat

badan.

3. Kaji kulit apakah kering, monitor

turgor kulit dan perubahan pigmentasi.

Rasional : untuk mengetahui adanya

tanda-tanda dehidrasi.

4. Berikan makanan yang terpilih.

(sudah dikonsultasikan dengan ahli

gizi).
5. Monitor kalori dan intake nutrisi.
No Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi (SIKI)

(SLKI)
4 Resiko infeksi 1. Pengetahuan: Kontrol 1.Kaji adanya fluktuasi suhu tubuh,

infeksi letargi, apnea, malas minum, gelisah

2. Status Nutrisi. dan ikterus.

3.Penyembuhan luka: Primer 2. Kaji riwayat ibu, kondisi bayi selama

kehamilan, dan epidemi infeksi diruang

perawatan.

3 Ambil sampel darah.

4. Upayakan pencegahan infeksi dari

lingkungan. Misalnya : cuci tangan

sebelum dan sesudah memegang bayi.


berpindahnya mikroorganisme dari jari

tangan ke tubuh bayi.

DAFTAR PUSTAKA

Muthayya. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Bayi Baru Lahir. Jakarta : Medica Publisher
Wong. (2018). Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakarta : EGC
Nelson. (2020). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : Garuda Jaya

Mitayani. (2019). Buku Keperawatan Bayi dan Anak. Yogyakarta : Publishing

Proverawati dan Ismawati. (2020). Asuhan Keperawatan bayi dan Balita. Jakarta : EGC
Pantiawati. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Anak Sakit. Yogyakarta : PT Gariu
Atikah. (2020). Asuhan Keperawatan Anak dan Neonatus. Jakarta : EGC
Sutiari. (2016). Asuhan Anak Yang Beresiko Tinggi. Jakarta : Intima Medika
Rafael. (2016). Asuhan Keperawatan Pediatri. Yogyakarta : PT Ilmu Sentral
Sunarti. (2014). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : EGC
Supartini. (2014). Perawatan Anak Sakit. Jakarta : Media Publish
WHO. (2014). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai