Anda di halaman 1dari 13

REFERAT

MOLA HIDATIDOSA

OLEH:
Hilma Hanifiati 165070100111078

Pembimbing
dr. Pande Made Dwijayasa, Sp.OG(K)

LABORATORIUM OBSTETRI-GINEKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
2020
DAFTAR ISI
JUDUL……………………………………………………………………………………1

DAFTAR ISI......................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................3

1.1 Latar Belakang......................................................................................3

1.2 Tujuan...................................................................................................4

1.3 Manfaat.................................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................5

2.1 Definisi..................................................................................................5

2.1.1 Upaya Manajemen Laktasi...................................................................5

2.2 Anatomi dan Fisiologi Glandula mammae.............................................7

2.2.1 Anatomi Glandula mammae..............................................................7

2.2.2 Fisiologi Glandula mammae..............................................................8

2.2.2.1 Refleks Prolaktin...............................................................................8

2.2.2.2 Refkeks Oksitosin (Love Reflex, Let Down Reflex)...........................9

2.2.2.3 Keadaan yang mempengaruhi Oksitosin.........................................10

2.3 ASI Esklusif.........................................................................................10

2.4 Keterampilan Menyusui......................................................................11

BAB III KESIMPULAN.......................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan utama bayi usia 0 sampai 6 bulan,

yang berupa emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, dan garam-garam organik

yang disekresi oleh kedua kelenjar payudara ibu. Salah satu faktor yang

mendominasi pemberian ASI Eksklusif yaitu pengetahuan ibu tentang manajemen

laktasi (Rudi dan Sulis, 2014).

Manajemen laktasi adalah upaya yang dilakukan oleh ibu untuk mendukung

keberhasilan menyusui dimulai selama kehamilan, setelah melahirkan dan masa

menyusui bayi. Proses menyusui telah terbukti sangat bermanfaat tetapi dalam

kenyataannya ruang lingkup pemberian ASI Eksklusif masih rendah (Sitohang,

2020).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Data Badan Kesehatan Dunia (WHO)

tahun 2016, angka pemberian ASI Eksklusif baru sebesar 38% (WHO, 2016). Di

Indonesia, pemberian ASI Eksklusif masih belum mencapai angka yang diharapkan.

Data kemenkes RI tahun 2016 menunjukan angka pemberian ASI Ekslkusif pada

bayi usia 0 sampai 6 bulan berkisar 29,5% (Kemenkes RI, 2016).

Rendahnya pemberian ASI Eksklusif di Indonesia dapat dipengaruhi oleh

berbagi macam faktor yaitu usia ibu saat melahirkan, pekerjaan, pendidikan dan

tingkat pengetahuan, dukungan keluarga, pengaruh lingkungan sosial, gencarnya

promosi susu formula, atau kurangnya dukungan petugas kesehatan (Harismayanti

et al, 2018)

3
Pada sebagian wanita, keterampilan dalam menyusui bukanlah sesuatu yang

datang secara alami, tetapi perlu diajarkan. Dalam rangka untuk memberikan ASI

Eksklusif, ibu perlu melakukan berbagai kegiatan ketika antenatal, intranatal dan

postnatal. Selama periode antenatal, ibu dipersiapkan secara fisik dan psikologis.

Ibu diberikan konseling tentang kesehatan ibu dan gizi selama kehamilan. Untuk

persiapan psikologis, konseling didorong untuk memberikan ASI karena kesediaan

dalam memberikan ASI menjadi faktor yang sangat penting untuk kesuksean

menyusui (Sitohang, 2020).

Oleh karena itu, manajemen laktasi penting untuk diberikan kepada calon ibu

untuk mendukun keberhasilan pemberian ASI Eksklusif.

1.2 Tujuan

Referat ini dibuat untuk mempelajari manajemen laktasi, sehingga dokter

muda dapat mengetahui dan memahami hal – hal yang dapat memperlancar

pemberian ASI dan mensukseskan ASI Eksklusif

1.3 Manfaat

Dengan referat ini diharapkan dokter muda kelak dapat menerapkan prinsip

manajemen laktasi sehingga dapat mengkatkan kesuksesan pemberian ASI

Ekslusif.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Mola hidatidosa adalah bagian dari penyakit trofoblastik gestasional.

Penyakit trofoblastik gestasional adalah istilah yang digunakan untuk mencakup

sekelompok tumor yang ditandai oleh proliferasi trofoblas yang abnormal,

berasal dari plasenta dan berpotensi menginvasi uterus secara lokal dan

bermetastasis. Pada mola hidatidosa, plasenta dengan vili korialis berkembang

tidak sempurna sehingga didapatkan adanya gambaran pembesaran, edema,

dan vili vesikuler sehingga menunjukkan berbagai ukuran proliferasi tropoblas

yang abnormal (Cunningham et al., 2018; Prawirohardjo, 2011).

Jenis lain dari penyakit trofoblas gestasional termasuk koriokarsinoma

gestasional yakni bisa sangat ganas dan invasive dan placental site

trophoblastic tumors. Mola hidatidosa terdiri dari mola hidatidosa lengkap dan

mola hidatidosa parsial atau sebagian, dan biasanya dianggap sebagai bentuk

yang non-invasif dari penyakit trofoblas gestasional. Walaupun mola hidatidosa

dianggap jinak, tetapi sifatnya adalah pre-malignan sehingga tetap memiliki

potensi untuk menjadi ganas dan invasif (Ghassemzadeh dan Kang, 2019).

2.2 Epidemiologi dan Faktor Risiko

Mola hidatidosa memiliki prevalensi yang meningkat di Asia, Hispanik, dan

Indian Amerika. Di Asia, insiden mola hidatidosa komplit/lengkap tertinggi

adalah di Indonesia yaitu 1 dari 77 kehamilan dan 1 dari 57 persalinan. Insiden

di Amerika Serikat dan Eropa relatif konstan pada 1 hingga 2 per 1000

kehamilan (Cunningham et al., 2018; Purwohardjo, 2011).

5
Faktor risiko terkuat terjadinya mola hidatidosa adalah usia dan riwayat

kehamilan mola hidatidosa sebelumnya. Pada remaja dan wanita yang berusia

36 hingga 40 tahun memiliki risiko dua kali lipat, tetapi mereka yang berusia

lebih dari 40 tahun memiliki risiko hampir sepuluh kali lipat. Dengan mola

lengkap sebelumnya, risiko mola lain adalah 0,9 persen, dan dengan mola

parsial sebelumnya, nilainya 0,3 persen. Setelah dua kali mengalami mola

hidatidosa lengkap, sekitar 20 persen wanita memiliki mola hidatidosa yang

ketiga (Cunningham et al., 2018). Faktor risiko lainnya adalah infertilitas atau

riwayat aborsi spontan, faktor makanan yakni wanita yang tidak memakan

carotene (precursor vitamin A) dan lemak hewani, dan merokok

(Ghassemzadeh dan Kang, 2019).

2.3 Etiologi

2.4 Patogenesis

Kehamilan mola biasanya timbul dari pembuahan abnormal kromosom.

Mola hidatidosa lengkap paling sering memiliki komposisi kromosom diploid

yakni biasanya 46, XX dan hasil dari androgenesis, yang berarti kedua set

kromosom berasal dari pihak ayah. Kromosom sel telur tidak ada atau tidak

aktif. Sel telur dibuahi oleh sperma haploid, yang kemudian menduplikasi

kromosomnya sendiri setelah meiosis. Yang lebih jarang, mungkin dengan pola

kromosom 46, XY atau 46, XX dan karena pembuahan oleh dua sperma, yaitu

pembuahan dispermik. Mola parsial dapat terbentuk jika dua sperma — baik 23,

X- atau 23, mengandung Y — keduanya membuahi (dispermy) telur haploid

yang mengandung X, 23 yang gen-gennya belum dinonaktifkan. Telur yang

dibuahi yang dihasilkan adalah triploid dengan dua set kromosom yang

6
disumbangkan oleh ayah. Kontribusi ayah ini adalah disebut diandry

(Cunningham et al., 2018).

Gambar 2.1 Patogenesis Mola Hidatidosa


(Cunningham et al., 2018)

2.4.1 Kehamilan Kembar

Beberapa masalah kehamilan yang unik menyulitkan kehamilan kembar

tersebut. Dan, banyak wanita mungkin memilih untuk menghentikan kehamilan, jika

didiagnosis lebih awal. Pada mereka yang melanjutkan kehamilan, kelangsungan

hidup janin normal bervariasi dan tergantung pada komorbiditas yang terkait dari

komponen mola. Yang paling mengkhawatirkan adalah preeklampsia atau

perdarahan sering mengharuskan kelahiran prematur. Ada suatu penelitian yang

meninjau hasil pada 174 wanita, 82 di antaranya memilih terminasi. Dari 92

kehamilan yang tersisa, 42 persen mengalami keguguran atau memiliki kematian

7
perinatal, sekitar 60 persen kelahiran premature, dan hanya 40 persen yang dikirim

tepat waktu (Cunningham et al., 2018).

Gambar 2.2 Asi Ekslusif

2.4 Keterampilan Menyusui

Seorang ibu harus mempunyai keterampilan menyusui agar ASI dapat

mengalir dari payudara ibu ke bayi secara efektif. Keterampilan menyusui yang baik

meliputi posisi menyusui dan perlekatan bayi pada payudara yang tepat. Posisi

menyusui harus senyaman mungkin, dapat dengan posisi berbaring atau duduk.

Posisi yang kurang tepat akan menghasilkan perlekatan yang tidak baik. Posisi

8
dasar menyusui terdiri dari posisi badan ibu, posisi badan bayi, serta posisi mulut

bayi dan payudara ibu (perlekatan/ attachment). Posisi badan ibu saat menyusui

dapat posisi duduk, posisi tidur terlentang, atau posisi tidur miring. (Hegar et al,

2008)

Saat menyusui, bayi harus disanggah sehingga kepala lurus menghadap

payudara dengan hidung menghadap ke puting dan badan bayi menempel dengan

badan ibu (sanggahan bukan hanya pada bahu dan leher). Sentuh bibir bawah bayi

dengan puting, tunggu sampai mulut bayi terbuka lebar dan secepatnya dekatkan

bayi ke payudara dengan cara menekan punggung dan bahu bayi (bukan kepala

bayi). Arahkan puting susu ke atas, lalu masukkan ke mulut bayi dengan cara

menyusuri langit-langitnya. Masukkan payudara ibu sebanyak mungkin ke mulut bayi

sehingga hanya sedikit bagian areola bawah yang terlihat dibanding aerola bagian

atas. Bibir bayi akan memutar keluar, dagu bayi menempel pada payudara dan

puting susu terlipat di bawah bibir atas bayi. (Hegar et al, 2008)

Beberapa hal berikut ini harus diperhatikan ketika menyusui (Kemenkes,


2013):
1. Posisi bayi yang benar:
o Posisi muka bayi menghadap ke Payudara (Chin to Breast)
o Perut/dada bayi menempel pada perut/dada ibu (Chest to chest)
o Seluruh punggung bayi tersanggah dengan baik
o Ada kontak mata antara ibu dengan bayi
o Pegang belakang bahu jangan kepala bayi
o Kepala terletak dilengan bukan didaerah siku
2. Tanda bayi melekat dengan baik:
o Dagu bayi menempel pada payudara ibu
o Mulut bayi terbuka lebar
o Bibir bawah membuka lebar, lidah terlihat di dalamnya

9
o Areola juga masuk ke mulut bayi, tidak hanya puting susu. Areola bagian
atas tampak lebih banyak/lebar

3. Tanda bayi menghisap dengan efektif:


o Menghisap secara mendalam dan teratur
o Kadang diselingi istirahat
o Hanya terdengar suara menelan
o Tidak terdengar suara mengecap

Gambar 2.3 Bayi melekat dengan benar (sebelah kiri) dan tidak
benar (sebelah kanan) pada payudara ibu

4. Setelah selesai:
o Bayi melepas payudara secara spontan
o Bayi tampak tenang dan mengantuk
o Bayi tampak tidak berminat lagi pada ASI
5. Tanda bayi mendapat ASI cukup:
o Buang air kecil bayi sebanyak 6x/24 jam
o Buang air besar bayi bewarna kekuningan “berbiji”
o Bayi tampak puas setelah minum ASI
o Tidak ada aturan ketat mengenai frekuensi bayi menyusu (biasanya
sebanyak 10-12 kali/24 jam)
o Payudara terasa lembut dan kosong setelah menyusui

o Berat badan bayi bertambah

10
Lamanya menyusu berbeda-beda tiap periode menyusu. Rata-rata bayi

menyusu selama 5-15 menit, walaupun terkadang lebih. Bayi dapat mengukur

sendiri kebutuhannya. Bila proses menyusu berlangsung sangat lama (lebih dari

30 menit) atau sangat cepat (kurang dari 5 menit) mungkin ada masalah. Pada

hari-hari pertama atau pada bayi berat lahir rendah (kurang dari 2500 gram),

proses menyusu terkadang sangat lama dan hal ini merupakan hal yang wajar.

Sebaiknya bayi menyusu pada satu payudara sampai selesai baru kemudian bila

bayi masih menginginkan dapat diberikan pada payudara yang satu lagi

sehingga kedua payudara mendapat stimulasi yang sama untuk menghasilkan

ASI (Kemenkes, 2013).

11
BAB III

KESIMPULAN

Manajemen laktasi adalah upaya yang dilakukan oleh ibu untuk mendukung

keberhasilan menyusui dimulai selama kehamilan, setelah melahirkan dan masa

menyusui bayi. Manajemen laktasi penting untuk diberikan kepada calon ibu untuk

mendukun keberhasilan pemberian ASI Eksklusif. ASI Ekslusif adalah pemberian

ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada umur 0 – 6 bulan. Agar

pemberian ASI Ekslusif dapat maksimal maka ibu perlu mengetahui panduan

pemberian ASI Eksklusif mulai sejak dari masa kehamilan, masa persalinan, hingga

pasca persalinan sesuai dengan yang telah dianjurkan pada buku saku pelayanan

kesehatan ibu. Seorang ibu harus mempunyai keterampilan menyusui agar ASI

dapat mengalir dari payudara ibu ke bayi secara efektif. Keterampilan menyusui

yang baik meliputi posisi menyusui dan perlekatan bayi pada payudara yang tepat.

12
DAFTAR PUSTAKA

Rudi H dan Sulis Setianingsih. 2014. Manfaat ASI Eksklusif untuk Buah Hati Anda.

Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Pesta Corry Sihotang, 2020, The Correlation Between Mother’s Knowledge About

Lactation Management And The Behavior Of Breastfeeding At Donggala

General Hospital, STIKes Widya Nusantara Palu, Kota Palu, Indonesia,

International Journal of Advanced Science and Technology Vol. 29, No. 4,

(2020), pp. 2208-2213

Kemenkes RI, 2016. Pusat Data dan Informasi. Jakarta Selatan

Harismayanti, Andi Akifa Sudirman, Iis Supriaty, 2018, MANAJEMEN LAKTASI

TERHADAP KEBERHASILAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF

Moore, Keith L., 2006. Clinically Oriented Anatomy. Edisi 5. Baltimore: Williams &

Wilkins

Speroff, L.,and Fritz, M.A., 2011. Clinical Gynegologic Endocrinology and Infertility.

Edisi 8. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

Hegar, B., Suradi, R., Hendarto, A., & Partiwi, I. G. A. (2008). Bedah ASI kajian dari berbagai

sudut pandang ilmiah. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Kemenkes, R. I., & POGI, I. (2013). Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas

Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta: Kemenkes.

13

Anda mungkin juga menyukai