Anda di halaman 1dari 122

ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POST

OPERASI HERNIA INGUINALIS LATERALIS DENGAN


NYERI AKUT DI RUANG CEMPAKA RSUD WONOSARI
GUNUNG KIDUL

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

Disusun Guna Mencapai derajat professional Ners

Disusun Oleh
Nama : Christin Pattinasarany
NIM : 22160007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


PROGRAM PROFESI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2023

Universitas Respati Yogyakarta


ii

Universitas Respati Yogyakarta


iii

Universitas Respati Yogyakarta


iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa karena

atas kasih dan rahmatnya, penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah

dengan judul “Analisis Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Operasi

Hernia Inguinalis Lateralis Dengan Nyeri Akut Di Ruang Cempaka RSUD

Wonosari Gunung Kidul” ini dengan tepat waktu sebagai persyaratan

akademik dalam menyelesaikan program Profesi Ners di Universitas Respati

Yogyakarta.

Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan dan

bimbingan berbagai pihak yang turut membantu sehingga dapat terselesaikan

dengan baik. Untuk itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Porf. Dr. dr. H. Santoso, MS, Sp. Ok selaku Rektor Universitas Respati

Yogyakarta.

2. Wahyu Rochdiat M., S. Kep., Ns., S. Kep. J, selaku Dekan Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Respati Yogyakarta.

3. Deden Iwan Setiawan, S. Kep., Ns, M. Kep, selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Profesi Ners Program Profesi Universitas Respati Yogyakarta.

4. Cornelia Dede Yoshima Nekada, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku selaku dosen

pembimbing yang telah memberikan arahan, motivasi, serta bimbingan selama

penyusunan laporan akhir ini.

5. Febrika Agri Amsirta, S.Kep., Ns selaku penguji klinik yang telah bersedia

hadir dan menyempatkan waktu untuk memberikan masukan serta

mengarahkan penulis dalam penyusunan Laporan KIAN ini.

6. Akbar Satria Fitriawan, S.Kep., Ns., MSc. selaku dosen penguji yang telah

Universitas Respati Yogyakarta


v

bersedia hadir dan menyempatkan waktu untuk memberikan masukan serta

mengarahkan penulis dalam penyusunan Laporan KIAN ini.

7. Keluarga tercinta yang selalu yang senantiasa selalu menopang dalam doa

dan memberikan dukungan selama penyusunan laporan akhir ini.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

dengan tulus ikhlas membantu penulis dalam proses penyusunan Karya Tulis

Ilmiah ini. Penulis juga mengharapkan saran dan kritikan demi kesempurnaan

Karya Tulis Ilmiah Ini.

Penulis berharap Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca dan

bagi bidang keperawatang.

Sleman, Mei 2023

Penulis

Universitas Respati Yogyakarta


vi

Analisis Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Operasi Hernia Inguinalis


Lateralis Dengan Nyeri Akut Di Ruang Cempaka RSUD Wonosari Gunung
Kidul

Christin.Pattinasarany1*, Cornelia Dede Yoshima Nekada2


*christinpattinasarany157@gmail.com

Intisari
Latar Belakang : Bank data kementerian kesehatan Indonesia menyebutkan
bahwa berdasarkan distribusi penyakit sistem pencernaan pasien rawat inap
menurut golongan sebab sakit Indonesia tahun 2018, hernia menempati urutan
ke-8 dengan jumlah 18.135 kasus. Total dari semua kasus tersebut 15.051
diantaranya terjadi pada pria dan 3.094 kasus terjadi pada wanita. Berdasarkan
hasil studi pendahuluan pada tanggal 15 November 2016 di RSUD Wonosari,
dari hasil data yang didapatkan jumlah penderita Hernia Inguinalis bulan
Januari sampai dengan Oktober 2016 adalah 145 orang yang terdiri dari 143
orang laki-laki (98,6%) dan 2 orang perempuan (1,3%). Salah satu tindakan
yang bisa dilakukan dalam penanganan hernia yaitu dengan tindakan operasi.
Gejala yang dirasakan ketika dilakukan tindakan operasi diantaranya nyeri
akut. Bila tidak teratasi dengan baik nyeri dapat mempengaruhi aspek
psikologis dan aspek fisik dari penderita. Teknik relaksasi genggam jari (finger
hold) menjadi salah satu tindakan alternative untuk menurunkan nyeri pada
pasien post operasi hernia. Teknik relasasi yang sangat sederhana dan mudah
dilakukan oleh siapapun.
Tujuan : Tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah untuk menganalisis
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Operasi Hernia Inguinalis Dengan
Nyeri Akut Di Ruang Cempaka Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari
Metode Penulisan : Studi kasus, studi literatur, dan studi dokumentasi
Kesimpulan : Hasil dari asuhan keperawatan yang diberikan pada Tn.P dan
Tn.W setelah tiga hari dilakukan tindakan keperawatan didapatkan hasil bahwa
skala nyeri yang dirasakan pasien menurun dimana pada pasien Tn.P skala
nyeri dari enam menjadi dua. Sedangkan pada Tn.W skala nyeri dari lima
menjadi satu.

Kata Kunci : Pasien Post Operasi Hernia Inguinalis, Nyeri Akut, Relaksasi
Genggam Jari

1Mahasiswa Program Studi Pendidikan Profesi Ners Program Profesi FIKES


UNRIYO
2Dosen Program Studi Pendidikan Profesi Ners Program Profesi FIKES

UNRIYO

Universitas Respati Yogyakarta


vii

Analysis of Nursing Care in Postoperative Lateral Inguinal Hernia Patients


with Acute Pain in the Cempaka Room of Wonosari Gunung Kidul Hospital

Christin.Pattinasarany1*, Cornelia Dede Yoshima Nekada2


*christinpattinasarany157@gmail.com

Abstract
Background: The data bank of the Indonesian Ministry of Health states that
based on the distribution of digestive system diseases of hospitalized patients
according to the group of Indonesian pain causes in 2018, hernias rank 8th with a
total of 18,135 cases. In total, 15,051 of these cases occurred in men and 3,094
cases occurred in women. Based on the results of a preliminary study on
November 15, 2016 at Wonosari Hospital, from the results of the data obtained
the number of patients with Inguinal Hernia from January to October 2016 was
145 people consisting of 143 men (98.6%) and 2 women (1.3%). One of the
actions that can be done in the treatment of hernias is surgery. Symptoms felt
when surgery is carried out include acute pain. If not resolved properly, pain can
affect the psychological and physical aspects of the sufferer. Finger hold
relaxation technique is one of the alternative measures to reduce pain in patients
after hernia surgery. The relation technique is very simple and easy for anyone to
do.
Objective: The purpose of writing this scientific paper is to analyze nursing care
in postoperative inguinal hernia patients with acute pain in the Cempaka Room of
Wonosari Regional General Hospital
Writing Method: Case studies, literature studies, and documentation studies
Conclusion: The results of nursing care given to Mr.P and Mr.W after three days
of nursing action found that the scale of pain felt by the patient decreased where
in Mr.P patients the scale of pain from six to two. While in Mr.W the pain scale is
from five to one.

Keywords: Post Surgery Inguinal Hernia Patient, Acute Pain, Finger Clasp
Relaxation

1Students of the Nursing Professional Education Study Program, UNRIYO


FIKES Professional Program
2Lecturers of the Nursing Professional Education Study Program, UNRIYO

FIKES Professional Program

Universitas Respati Yogyakarta


viii

DAFTAR ISI

Halaman
COVER ........................................................................................................... i
HALAMAN PERSUTUJUAN ...................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ORSINILITAS ............................................ iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
ABSTRACT .................................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi
ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN ....................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 6
B. Tujuan Karya Ilmiah ............................................................................ 7
C. Manfaat Karya Ilmiah .......................................................................... 7
D. Pengumpulan Data ............................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 9
A. Konsep Nyeri........................................................................................ 9
1. Definisi Nyeri .................................................................................. 9
2. Etiologi Nyeri .................................................................................. 10
3. Klasifikasi Nyeri .............................................................................. 10
4. Mekanisme Nyeri ............................................................................ 12
5. Faktor yang Mempengaruhi Nyeri ................................................. 13
6. Pengkajian Nyeri ............................................................................ 16
7. Pengkajian Skala Nyeri .................................................................. 17
8. Penatalaksanaan Nyeri .................................................................... 20
B. Konsep Relaksasi Genggam jari .......................................................... 24
1. Definisi Relaksasi Genggam Jari .................................................... 24
2. Manfaat Relaksasi Genggam Jari .................................................... 25
3. Mekanisme Relaksasi Genggam Jari ............................................... 26

Universitas Respati Yogyakarta


ix

4. Prosedur Teknik Relaksasi Genggam Jari ....................................... 27


C. Konsep Asuhan Keperawatan .............................................................. 29
1. Pengkajian ....................................................................................... 29
2. Diagnosa Keperawatan ................................................................... 32
3. Intervensi Keperawatan ................................................................... 33
4. Implementasi Keperawatan ............................................................. 35
5. Evaluasi Keperawatan ..................................................................... 36
BAB III GAMBARAN KASUS..................................................................... 37
A. Pengkajian ............................................................................................ 37
B. Analisa Data ......................................................................................... 41
C. Intervensi .............................................................................................. 42
D. Implementasi ....................................................................................... 43
BAB IV PEMBAHASAN .............................................................................. 51
A. Menganalisis diagnosa keperawatan pada pasien post operasi hernia
inguinalis dengan nyeri akut di ruang cempaka RSUD Wonosari…... 51
B. Menganalisis intervensi keperawatan pada pasien post operasi hernia
inguinalis dengan nyeri akut di ruang cempaka RSUD Wonosari ....... 52
C. Menganlisis implementasi keperawatan pada pasien post operasi hernia
inguinalis dengan nyeri akut di ruang cempaka RSUD Wonosari ....... 53
D. Analisis asuhan keperawatan pada pasien post operasi hernia inguinalis
dengan nyeri akut di ruang cempaka RSUD Wonosari........................ 55
BAB V PENUTUP ......................................................................................... 59
A. Kesmpulan ........................................................................................... 59
B. Rekomendasi ........................................................................................ 60
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 61
LAMPIRAN

Universitas Respati Yogyakarta


x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penilaian nyeri dengan VRS ................................................................ 18


Tabel 2.2 Penilaian nyeri dengan NRS ............................................................ 19
Tabel 2.3 Penilaian nyeri dengan Wong-Baker Pain Rating Scale .................. 20
Tabel 2.4 Intervensi Keperawatan.................................................................... 33
Tabel 3.1 Data Pengkajian ............................................................................... 37
Tabel 3.2 Analisa Data .................................................................................... 40
Tabel 3.3 Rencana Interveensi ......................................................................... 41
Tabel 3.4 Implementasi dan Evaluasi .............................................................. 43

Universitas Respati Yogyakarta


xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Verbal Rating Scale ...................................................................... 18


Gambar 2.2 Numeric Rating Scale................................................................... 19
Gambar 2.3 Wong-Baker Pain Rating Scale ........................................................ 20
Gambar 2.4 Genggam ibu jari .......................................................................... 27
Gambar 2.5 Genggam jari telunjuk ..................................................................... 27
Gambar 2.6 Genggam jari tengah ....................................................................... 27
Gambar 2.7 Genggam jari manis ........................................................................ 28
Gambar 2.8 Genggam jari kelingking ................................................................. 28

Universitas Respati Yogyakarta


xii

ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN

WHO : World Health Organization


Depkes : Departemen Kesehatan
VRS : Verbal Rating Scale
VDS : Verbal Descriptor Scale
NRS : Numeric Rating Scale
HIL : Hernia Ingiunalis Lateralis
TENS : Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation
DM : Diabetes Melitus
TBC : Tuberkulosis
DS : Data Subjektif
DO : Data Objektif

Universitas Respati Yogyakarta


xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Kegiatan ............................................................................ 66


Lampiran 2 Lembar Penjelasan Responden ..................................................... 67
Lampiran 3 SPO Relaksasi Genggam Jari ....................................................... 69
Lampiran 4 Lembar Asuhan Keperawatan ...................................................... 70

Universitas Respati Yogyakarta


1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hernia ingunalis adalah hernia yang paling umum terjadi dan

muncul sebagai tonjolan di selakangan atau skrotum. Hernia

ingunalis terjadi ketika dinding abdomen berkembang sehingga

usus menerobos kebawah melalui selah, hernia tipe ini sering terjadi

pada laki-laki dari pada perempuan (Huda & Kusuma, 2016). Hernia

ingunalis lateralis (indireek) adalah hernia yang terjadi melalui

annulus ingunalis internus yang letaknya di samping vasa epigastrika

inferior, yang menyusuri kanalis dan keluar rongga abdomen melalui

annulus inguinalis eksternus (Siti Aisyah, 2018). Keadaan tersebut dapat

menyebabkan berbagai masalah diantaranya nyeri, cemas dan

ketidaknyamanan yang dapat menyebabkan terganggunya kebutuhan dasar

rasa aman dan nyaman (Gujarati & Porter, 2018).

Menurut World Health Organization(WHO) tahun 2016, hernia

terjadip ada 350 kasus per 1.000 penduduk. Hernia paling sering

dijumpai pada negara berkembang seperti negara-negara Afrika dan

Asia Tenggara termasuk Indonesia (WHO, 2016). Angka kejadian hernia

inguinalis (medialis/direk dan lateralis/indirek) 10 kali lebih banyak

daripada hernia femoralis dan keduanya mempunyai presentase sekitar 75-

80% dari seluruh jenis hernia, hernia insisional 10%, hernia umblikalis

3%, hernia ventralis 10%, hernia lainnya sekitar 10%. Kejadian hernia

Universitas Respati Yogyakarta


2

inguinalis lebih banyak diderita oleh jenis kelamin laki-laki daripada jenis

kelamin perempuan yang dimana angka perbandingan kejadian hernia

inguinalis pada laki-laki 13,9 % dan pada perempuan 2,1 % (WHO, 2018).

World Health Organization (WHO), mengemukakan bahwa pasien dengan

Hernia Inguinalis Lateralis pada tahun 2018 rata-rata 35% dari orang

dewasa yang berumur lebih dari 20 tahun yang di dunia mempunyai

kategori overweight atau obesitas 11% dan di wilayah Asia Tenggara 14%

overweight dan 3% obesitas (WHO, 2018).

Bank data kementerian kesehatan Indonesia menyebutkan bahwa

berdasarkan distribusi penyakit sistem pencernaan pasien rawat inap

menurut golongan sebab sakit Indonesia tahun 2018, hernia menempati

urutan ke-8 dengan jumlah 18.135 kasus, 273 diantaranya meninggal

dunia dan hal ini bisa karena ketidakberhasilan proses pembedahan

terhadap hernia tersebut. Total dari semua kasus tersebut 15.051

diantaranya terjadi pada pria dan 3.094 kasus terjadi pada wanita

sedangkan untuk pasien yang rawat jalan, hernia masih menempati urutan

ke-8. Jumlah semua kasus diantaranya 41.526 kunjungan, sebanyak 23.721

kasus adalah kunjungan yang baru dengan jumlah 8.799 pasien pria dan

4.922 pasien wanita (Depkes RI, 2018). Menurut data Riset Kesehatan

Daerah yang dilakukan di Indonesia pada tahun 2017, hernia

merupakan penyakit urutan kedua setelah batu saluran kemih dengan

setidaknya 2.245 kasus herniat erjadi. Di Indonesia, proporsi

pekerja keras mendominasi sebesar 70,9% (7.377), tertinggi di Banten

Universitas Respati Yogyakarta


3

sebesar 76,2% (5065) dan terendah di Papua sebesar 59,4% (2563)

(Riskesdas., 2018).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada tanggal 15 November

2016 di RSUD Wonosari, dari hasil data yang didapatkan jumlah penderita

Hernia Inguinalis bulan Januari sampai dengan Oktober 2016 adalah 145

orang yang terdiri dari 143 orang laki-laki (98,6%) dan 2 orang perempuan

(1,3%). Dari data rekam medis di Poli Bedah RSUD Wonosari pasien

yang berkunjung berjumlah 901 pasien pada bulan september-november

(Kariasa et al., 2018).

Hernia disebabkan karena kelemahan dinding otot dalam

abdomen, adanya peningkatan tekanan intra abdomen dan karena

kongenital (Fanny & Listianti, 2017). Gejala dari hernia inguinalis lateralis

tersendiri diantara tampak benjolan di daerah lipatan paha atau abdomen

bagian bawah dan bila pasien mengejan atau batuk bisa jadi benjolan

hernia semakin bertambah besar. Gejala tersebut akan menjadi masalah

keperawatan nyeri akut, ketidaknyamanan serta intoleran aktivitas.

Tindakan yang bisa dilakukan dalam penanganan hernia yaitu dengan

menggunakan sabuk hernia atau dengan tindakan operasi yaitu

herniotomy dan herniorraphy. Gejala kesehatan yang dapat ditimbulkan

pada pasienyang dilakukan herniotomy maupun hernioraphy diantaranya

nyeri, gangguan mobilisasi, intoleransi aktivitas, dan resiko

terjadinya infeksi, penurunan peristaltik usus, penurunan dieresis,

dan nyeri sekitar luka post operasi yaitu sekitar perut (Sumaryati,

2018).

Universitas Respati Yogyakarta


4

Nyeri setelah pembedahan adalah hal yang normal, disebabkan

adanya luka insisi dan nyeri dirasakan pasien meningkat seiring dengan

berkurangnya pengaruh anastesi. Bila tidak teratasi dengan baik nyeri

dapat mempengaruhi aspek psikologis dan aspek fisik dari penderita.

Aspek psikologis meliputi kecemasan, takut, perubahan kepribadian dan

perilaku, gangguan tidur. Sedangkan dari aspek fisik nyeri mempengaruhi

peningkatan angka morbiditas dan mortalitas (Loese, 2104).

Salah satu metode penatalaksanaan nyeri yaitu manajemen nyeri yang

mencakup pendekatan farmakologis dengan memberikan analgesik

narkotik maupun non narkotik dan non farmakologis meliputi bimbingan

antisipasi kompres panas dan dingin, distraksi, relaksasi, imajinasi

terbimbing, hipnotis, akupuntur, umpan balik biologis, dan masase.

Manajemen nyeri non farmakologis biasanya mempunyai resiko yang

sangat rendah karena tindakan ini mengalihkan perhatian klien ke hal yang

lain sehingga menurunkan kewaspadaan terhadap nyeri bahkan

meningkatkan toleransi terhadap nyeri, dalam manajemen nyeri untuk

mengurangi intensitas nyeri pada klien hernia maka intervensi

keperawatan penatalaksanaan terhadap nyeri klien sangat diperlukan

motivasi agar mengikuti petunjuk dan saran dari petugas kesehatan (Aat,

2018).

Untuk meminimalkan rasa nyeri salah satu intervensi yang

diberikan oleh perawat yaitu relaksasi dengan mendengarkan terapi musik

yang disukai oleh pasien. Berdasarkan penelitian Samudera, et al (2021)

teknik nonfarmakologi untuk mengatasi nyeri yaitu distraksi dengan

Universitas Respati Yogyakarta


5

menggunakan terapi musik. Terapi musik sendiri dapat menurunkan

nyeri fisiologis dengan mengalihkan perhatian seseorang dari nyeri yang

dirasakan terapi musik dilakukan minimal 15 menit supaya memberikan

efek terapeutik. teknik nonfarmakologis merupakan tindakan mandiri

perawat yang bisa dilakukan dengan mengaplikasikan manajemen

nyeri, seperti teknik nafas dalam dan teknik relaksasi genggam jari

(Nurbadriyah & Fikriana, 2020). Menurut riset yang dijalankan

Sulistyowati (2019) di RS Muhammadiyah Delanggu. Hasil yang

diperoleh menunjukkan adanya pengurangan skala nyeri sesudah

menerapkan metode relaksasi genggam jari pada 3 klien post

hernioraphy. Skala nyeri klien pertama dari 7 menjadi 2, skala nyeri klien

kedua dari 6 menjadi 1, skala nyeri klien ketiga dari 6 menjadi 2

(Sulistyowati, 2019). Hasil penelitian lain yaitu yang dilakukan oleh Iklila

Nevi Primastuti (2018) dengan pemberian teknik nafas dalam pada 2

pasien post hernioraphy. Kedua pasien memiliki skala nyeri 6, setelah

dilakukan teknik nafas dalam terdapat penurunan. Dengan dibuktikan

skala awal yang dirasakan Tn. A yaitu 6 menjadi 2 dan Tn. N skala awal 6

menjadi 2 (Primastuti, Sarwono, & Widigdo, 2018).

Intervensi keperawatan yang diterapkan penulis dalam

pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien post op hernia inguinalis

dengan nyeri akut adalah dengan relaksasi genggam jari. Teknik relaksasi

genggam jari menjadi salah satu tindakan alternative untuk menurunkan

nyeri pada pasien post operasi hernia. Dimana terapi ini mengajarkan

kepada pasien post operasi hernia untuk memanajemen nyeri yang dialami

Universitas Respati Yogyakarta


6

dengan cara mengenggam jari tangannya, ketika seseorang mengenggam

jari sambil menarik napas dalam-dalam dapat mengurangi ketegangan fisik

dan emosi. Teknik ini dapat menghangatkan titik-titik keluar masuknya

energy meridian yang terletak pada jari tangan sehingga mampu

memberikan rangsangan secara reflek untuk mengurangi ketegangan

akibat nyeri (Larasati & Hidayati, 2022)

Berdasarkan latar belakang diatas penulis ingin melakukan

penerapan jurnal tentang pengaruh teknik relaksasi genggam jari (finger

hold) Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operasi

Hernia. Oleh karna itu penulis menuangkannya dalam sebuah karya Ilmiah

Akhir yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Operasi

Hernia Inguinalis Lateralis Dengan Nyeri Akut di Ruang Cempaka RSUD

Wonosari Gunung Kidul.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengidentifikasi asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa

HIL (Hernia Ingiunalis Lateralis) di ruang cempaka Rumah Sakit

Umum Daerah Wonosari Gunung Kidul.

2. Tujuan Khusus

a. Mengkaji pasien dengan diagnosa HIL (Hernia Ingiunalis Lateralis)

di ruang cempaka Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari Gunung

Kidul.

Universitas Respati Yogyakarta


7

b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan diagnosa

HIL (Hernia Ingiunalis Lateralis) di ruang cempaka Rumah Sakit

Umum Daerah Wonosari Gunung Kidul.

c. Merencanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan diagnosa

HIL (Hernia Ingiunalis Lateralis) di ruang cempaka Rumah Sakit

Umum Daerah Wonosari Gunung Kidul.

d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan diagnosa

HIL (Hernia Ingiunalis Lateralis) di ruang cempaka Rumah Sakit

Umum Daerah Wonosari Gunung Kidul.

e. Mengevaluasi tindakan keperawatan pada pasien dengan diagnosa

HIL (Hernia Ingiunalis Lateralis) di ruang cempaka Rumah Sakit

Umum Daerah Wonosari Gunung Kidul.

f. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pasien dengan diagnosa

HIL (Hernia Ingiunalis Lateralis) di ruang cempaka Rumah Sakit

Umum Daerah Wonosari Gunung Kidul.

C. Manfaat

1. Teoritis

Hasil studi kasus ini diharapkan dapat menambah informasi dan

pemahaman kepada pembaca khususnya dalam hal asuhan keperawatan

pada pasien dengan HIL (Hernia Inguinalis Lateralis).

2. Praktis

a. Bagi pelayanan keperawatan di rumah sakit

Universitas Respati Yogyakarta


8

Hasil studi kasus ini, dapat menjadi salah satu rujukan dalam

memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan HIL (Hernia

Inguinalis Lateralis).

b. Bagi Peneliti lain

Hasil studi kasus ini, dapat menjadi salah satu rujukan bagi peneliti

berikutnya yang akan melakukan studi asuhan keperawatan pada

pasien dengan HIL (Hernia Inguinalis Lateralis).

c. Bagi profesi Kesehatan

Hasil studi kasus ini kiranya dapat dijadikan sebagai tambahan ilmu

bagi profesi keperawatan dan memberikan pemahaman yang lebih

baik tentang asuhan keperawatan pada pasin dengan HIL (Hernia

Inguinalis Lateralis).

D. Pengumpulan Data

1. Wawancara

Data diambil atau diperoleh melalui percakapan dengan klien, keluarga

maupun tim tenaga kesehatan lain.

2. Observasi

Data yang diambil melalui pengamatan langsung kepada klien

3. Dokumentasi

Data yang diperoleh melalui rekam medis pasien.

Universitas Respati Yogyakarta


9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Nyeri Akut

1. Definsi Nyeri

Nyeri merupakan suatu bentuk ketidaknyamanan secara

individual. Menurut Internasional Association for the Study of pain

(Asosiasi Internasional unutuk Penelitian Nyeri), nyeri adalah sensor

tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang berkaitan dengan

kerusakan jaringan yang potensial atau aktual. Nyei banyak terjadi

bersamaan dengan proses penyakit atau bersamaan dengan beberapa

pemeriksaan diagnostic atau pengobatan nyeri. Nyeri sering timbul

sebagai manifestasi klinis pada suatu proses patologis, dimana nyeri

tersebut memprovokasi saraf-saraf sensorik nyeri menghasilkan reaksi

ketidaknyamanan, distress, atau penderitaan (Nurhanifah, 2022).

Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang

berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan

onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang

berlangsung kurang dari tiga bulan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).

Sehingga dapat disimpulkan bahwa nyeri adalah suatu

kondisi dimana seseorang merasakan perasaan yang tidak nyaman atau

tidak menyenangkan yang disebabkan oleh kerusakan jaringan yang

telah rusak atau yang berpotensi untuk rusak.

Universitas Respati Yogyakarta


10

2. Etiologi Nyeri

Ada banyak hal yang dapat menyebabkan timbulnya nyeri.

Seseorang yang tersiram air panas akan merasakan nyeri yang terbakar,

seseorang yang mengalami luka fisik akibat tusukan benda tajam juga

dapat mengalami nyeri. Penyebab nyeri dapat dikelompokan ke dalam

dua golongan, yaitu penyebab yang berhubungan dengan fisik dan

berhubungan dengan psikis. Nyeri yang disebabkan oleh faktor

psikologis merupakan nyeri yang dirasakan bukan karena penyebab

fisik, melainkan akibat trauma psikologis dan pengaruhnya terhadap

fisik. Sedangkan nyeri secara fisik disebabkan akibat trauma mekanik,

termal, maupun kimia.

Pada nyeri akut, terdapat tiga penyebab utama yaitu :

a. Agen pencedera fisiologis yaitu seperti inflamasi, iskemia,

neoplasma.

b. Agen pencedera kimiawi yaitu seperti, terbakar, bahan kimia iritan.

c. Agen pencedera fisik yaitu seperti, abses, amputasi, terbakar,

terpotong, mengangkat berat, prosedur operas, trauma, latihan fisik

berlebihan (Nurhanifah, 2022).

3. Klasifikasi Nyeri

Berdasrkan jenisnya, secara umum nyeri dibagi menjadi dua yakni nyeri

akut dan nyeri kronis.ciri nyeri akut dan nyeri kronis adalah sebagai

berikut :

Universitas Respati Yogyakarta


11

a. Nyeri akut

Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak

dan cepat menghilang dan ditandai adanya peningkatan tegangan

otot. Nyeri akut mengindikasikan bahwa kerusakan atau cedera telah

terjadi. Jika kerusakan tidak lama terjadi dan tidak ada penyakit

sistemik, nyeri akut biasanya menurun sejalan dengan terjdi

penyembuhan. Nyeri akit merupakan nyeri yang berlangsung tidak

lebih dari tiga bulan.

b. Nyeri kronis

Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbulnya secara

perlahan-lahan. Nyeri kronis adalah nyeri konstan atau intermiten

yang menetap sepanjang suatu periode waktu. Nyeri ini berlangsung

di luar waktu penyembuhan yang diperkirakan dan sering tidak dapat

dikaitkan dengan penyebab atau cedera spesifik. Nyeri kronis yang

termasuk dalam kategori ini adalah nyeri terminal, syndrome nyeri

kronis, nyeri psikomatik,

Nyeri diklasifikasikan ke dalam beberapa golongan

berdasarkan tempat dan sifat nyeri, berdasarkan tempatnya, nyeri

terdiri atas :

a. Pheriperal pain

Nyeri yang terasa pada permukaan tubuh misalnya pada kuli

mukosa.

b. Deep pain

Universitas Respati Yogyakarta


12

Nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang lebih dalam atau pada

organ-organ tubuh visceral.

c. Refered pain

Nyeri dalam yang disebabkan oleh penyakit organ/struktur dalam

tubuh yang ditransmisikan ke bagian tubuh di daerah yang berbeda

dengan daerah asal nyeri.

d. Central pain

Nyeri yang terjadi karena perangsangan pada system saraf pusat,

spinal cord, batang otak dan thalamus.

Sedangkan berdasarkan sifatnya, nyeri terdiri dari atas :

a. Incidental pain

Nyeri yang timbul sewaktu-waktu lalu menghilang.

b. Steady pain

Nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan dalam waktu yang

lama.

c. Proximal pain

Nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali. Biasanya

nyeri menetap kurang lebih 10 sampai dengan 15 menit, lalu

menghilang kemudian timbul lagi.

4. Mekanisme Nyeri

a. Transduksi adalah proses perubahan energy, akibat rangsangan dari

stimulus noksius, stimulus noksius dapat berupa stimulus fisik atau

mekanial, stimulus kimia, dan stimulus termal. Rangsangan diubah

Universitas Respati Yogyakarta


13

menjadi aktivitas listrik yang diterima di ujung-ujung saraf, oleh

reseptor sensoris yang dinamakan nosiseptor.

b. Tranmisi adalah proses penjalaran sinyal neural dari proses

transduksi di perifer, yang diteruskan ke medulla spinalis dan otak.

c. Modulasi adalah proses inhibitor pada jalur desenden dan

mempengaruh penjalaran sinyal nosiseptif pada setiap tingkat di

medulla spinalis. Proses perubahan suatu gelombang periodik

sehingga menjadikan suatu sinyal mampu membawa suatu

informasi.

d. Persepsi adalah hasil akhir dari proses interaksi yang kompleks dari

proses transduksi, transmisi, dan modulasi sepanjang aktivasi

sensorik yang sampai pada area primer sensorik korteks serebri dan

masukan lain bagian otak yang akhirnya menghasilkan suatu

penafsiran subjektif yang disebut persepsi nyeri (Nurhanifah & Sari,

2022).

5. Faktor yang Mempengaruhi Nyeri

Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri anntara lain sebagai berikut :

a. Usia

Usia dan tahap perkembangan seseorang merupakan variable

penting yang akan mempengaruhi reaksi dan ekspresi terhadap nyeri.

Perbedaan perkembangan yang ditemukan pada anak dan orang

dewasa mempengaruhi bagaimana bereaksi terhadap nyeri.

Umumnya anak-anak kesulitan untuk memahami nyeri dan

beranggapan kalau apa yang dilakukan perawat dapat menyebabkan

Universitas Respati Yogyakarta


14

nyeri. Anak-anak yang belum mempunyai kosakata yang banyak

mempunyai kesulitan mendeskripsikan secara verbal maupun

mengekspresikan nyeri kepada orang tua atau perawat.

Ketidakmampuan anak mengungkapkan nyeri membuat perawat

harus mengkaji respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang

melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan

fungsi sehingga dapat menghambat penanganan nyeri.

b. Jenis kelamin

Faktor jenis kelamin dalam hubungannya dengan faktor yang

mempengaruhi nyeri adalah umumnya laki-laki dan wanita tidak

mempunyai perbedaan secara signifikan mengenai respon mereka

tehadap nyeri. Masih diragukan bahwa jenis kelamin merupakan

faktor yang berdiri sendiri dalam ekspresi nyeri. Misalnya anak laki-

laki harus berani dan tidak boleh menangis dimana seorang wanita

dapat menangis dalam waktu yang sama. Akan tetapi jika melihat

perbedaan antara laki-laki dengan perempuan dalam aspek social

kultural membentuk berbagai karakter sifat gender. Jenis kelamin

dengan respon nyeri berbeda pada laki-laki dan perempuan. Hal ini

terjadi karena laki-laki mampu menerima efek komplikasi dari nyeri

sedangkan perempuan justru mampu mengeluhkan nyeri disertai

menangis.

c. Budaya

Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara

individu mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan

Universitas Respati Yogyakarta


15

dan apa yang diterima oleh kebudayaan mereka. Beberapa

kebudayaan meyakini bahwa memperlihatkan nyeri adalah sesuatu

yang alamiah. Sedangkan kebudayaan lain cendrung untuk melatih

perilaku tertutup (introvert). Mengenali nilai-nilai budaya yang

dimiliki seseorang dan memahami mengapa nilai-nilai ini berbeda

dari nilai-nilai kebudayaan lainnya membantu untuk menghindari

kesalahan mengevaluasi perilaku pasien berdasarkan harapan dan

nilai budaya seseorang. Perawat yang mengetahui perbedaan budaya

akan memiliki pemahaman yang lebih besar tentang nyeri pasien dan

akan lebih akurat dalam mengkaji nyeri serta respon-respon perilaku

terhadap nyeri sehingga lebih efektif dalam menghilangkan nyeri

pasien.

d. Lingkungan dan individu

Lingkungan secara umum memberikan pengaruh seperti

lingkungan yang asing. Tingkat kebisingan yang tinggi, pencahayaan

dan aktivitas tinggi di lingkungan tersebut. Secara individu,

dukungan dari keluarga dan orang terdekat menjadi salah satu faktor

penting yang memegaruhi persepsi nyeri individu.

e. Ansietas dan stress

Ansietas sering kali menyertai peristiwa nyeri yang terjadi.

Ancaman yang tidak jelas asalnya dan ketidakmampuan mengontrol

nyeri atau peristiwa di sekelilingnya dapat memperberat persepsi

nyeri. Sebaliknya, individu yang percaya bahwa mereka mampu

mengontrol nyeri. Sebaliknya, individu yang percaya bahwa mereka

Universitas Respati Yogyakarta


16

mampu mengontrol nyeri yang mereka rasakan akan mengalami

penurunan rasa takut dn kecemasan yang akan menurunkan persepsi

mereka (Nurhanifah & Sari, 2022).

6. Pengkajian Nyeri

Pengkajian nyeri menurut (Istianah et al., 2022) dapat dilakukan dengan

PQRST sebagai berikut :

a. P

Diartikan sebagai provokatif atau paliatif (Penyebab). Penyebab

nyeri dapat diketahui melalui pertanyaan antara lain :

1) Apa penyebab timbulnya nyeri ?

2) Apa yang dilakukan ketika nyeri pertama kali dirasakan

3) Apa saja yang dilakukan untuk mengurangi ataupun

memperbearat nyeri

b. Q

Diartikan sebagai Quality. Kualitas nyeri dapat diketahui melalui

pertanyaan anatara lain :

1) Seberapa berat keluhan nyeri terasa ?

2) Apakah nyeri mengganggu aktivitas atau tidur anda ?

3) Bagaimana nyeri dirasakan ? misalnya: rasanya tajam seperti

ditusuk, tertekan/tertimpa benda berat, diiris-iris, sakit seperti

diremas-remas, rasa terbakar, nyeri berat, kolik, kaku.

Universitas Respati Yogyakarta


17

c. R

Diartikan sebagai Region (Penyebaran). Penyebaran nyeri dapat

diketahui melalui pertanyaan antara lain :

1) Dimana lokasi nyeri ?

2) Apakah nyeri menyebar ke daerah lain ?

3) Apakah nyeri berfokus pada satu titin

d. S

Diartikan sebagai Severity (Keparahan). Keparahan nyeri dapat

dilakukan melalui pertanyaan

1) Seperi apa sakitnya (skala nyerinya)?

Penilaian dapat dilakukan dengan :

1) Skala nyeri deskriptif/ Verbal Descriptor Scale (VDS)

2) Skala numeric angka/ Numerikal Rating Scale (NRS)

3) Skala wajah/ Faces Scale

e. T

Diartikan sebagai Time (Waktu). Waktu nyeri dapat diketahui

melalui pertanyaan antara lain:

1) Kapan nyeri mulai dirasakan?

2) Seberapa sering keluhan nyeri terjadi?

3) Apakah nyeri terjadi mendadak atau bertahap?

4) Apakah nyeri akut atau kronis?

5) Apakah nyeri muncul secara terus-menerus atau kadang-kadang?

6) Berapa lama nyeri berlangsung?

7) Apakah pernah mengalami nyeri seperti ini sebelumnya?

Universitas Respati Yogyakarta


18

7. Pengkajian Skala Nyeri

Menurut (Chely Veronica Mauruh et al., 2022) pengkajian skala nyeri

terdiri dari :

a. VRS ( Verbal Rating Scale)

Verbal Rating Scale (VRS) merupakan cara pemeriksaan

intensitas nyeri dengan menggunakan angka pada setiap kata yang

sesuai. Umumnya penilaian diberikan dengan angka pada setiap kata

sifat sesuai dengan intensitas nyeri yang dirasakan oleh pasien.

Kelemahan/keterbatasan dari VRS yaitu adanya ketidakmampuan

pasien untuk menghubungkan kata sifat yang tepat untuk menilai rasa

nyerinya.

Gambar 2.1 Verbal Rating Scale

Cara penilaian dengan menggunakan skala 5 point, pada tabel berikut.

Tabel 2.1 Penilaian nyeri dengan VRS


Deskripsi Skor
No Pain (Tidak ada nyeri) 0
Mild Pain (Kurang nyeri) 1
Moderate Pain (rasa nyeri yang sedang) 2
Severe Pain (nyeri berat/hebat) 3
Very Severe (nyeri paling hebat) 4
Worst Possible Pain 5

Universitas Respati Yogyakarta


19

b. NRS (Numeric Rating Scale)

Numeric Rating Scale merupakan alat bantu pengukur

intensitas nyeri pada pasien yang terdiri dari skala horizontal yang

dibagi secara rata menjadi 10 segmen dengan nomor 0 sampai 10.

Pasien diberi pengertian yang menyatakan bahwa angka 0 bermakna

intensitas nyeri yang minimal (tidak ada nyeri sama sekali) dan angka

10 bermakna nyeri yang sangat berat (nyeri paling parah).

Kelebihan penggunaan NRS adalah lebih baik untuk menilai

nyeri akut karena sederhana, mudah dimengerti. Akan tetapi

kekurangan dari pengukuran ini adalah keterbatasan pilihan kata untuk

menggambarkan rasa nyeri.

Gambar 2.2 Numeric Rating Scale

Tabel 2.2 Penilaian nyeri dengan NRS


Deskripsi Skor
Tidak Nyeri 0
Nyeri Ringan (masih bisa ditahan, aktivitas tidak terganggu) 1-3
Nyeri Sedang (mengganggu aktivitas fisik) 4-6
Nyeri Berat dan nyeri berat tidak terkontrol (biasanya pasien 7-10
tidak dapat melakukan aktivitas secara mandiri)

Universitas Respati Yogyakarta


20

c. Wong-Baker Pain Rating Scale

Wong-Baker Pain Rating Scale merupakan metode

perhitungan skala nyeri yang diciptakan dan dikembangkan oleh

Donna Wong dan Connie Beker. Metode ini mendeteksi skala nyeri

dengan melihat ekspresi wajah yang dikelompokan ke dalam bebrapa

tingkat nyeri. Biasanya digunakan pada pasien (dewasa dan anak > 3

tahun) yang tidak dapat menggambarkan intensitas nyerinya dengan

angka. Pasien diminta untuk menunjuk atau memilih gambar mana

yang paling sesuai dengan yang ia rasakan.

Gambar 2.3 Wong-Baker Pain Rating Scale

Pembacaan skala berdasarkan pilihan gambar adalah sebgai berikut :

Tabel 2.3 Penilaian nyeri dengan Wong-Baker Pain Rating Scale


Deskripsi Skor
Tidak merasa nyeri 0
Sedikit rasa nyeri 1
Nyeri ringan 2
Nyeri sedang 3
Nyeri berat 4
Nyeri sangat berat 5

Universitas Respati Yogyakarta


21

8. Penatalaksanaan Nyeri

Penatalaksanaan atau pengontrolan nyeri dapat berupa

penatalaksanaan farmakalogi atau non-farmakologi. Penatalaksanaan

nyeri farmakologi melibatkan pemberian obat-obatan yang digunakan

untuk pereda nyeri disebut analgesia atau analgesic. Sesuai dengan

namanya, penatalaksanaan nyeri non-farmakologi tidak melibatkan obat

apapun. Karena nyeri merupakan pengalaman mutlak, pereda nyeri yang

efektif sering kali tercapai melalui kombinasi dari kedua pendekatan ini

(Nair & Peate, 2022).

a. Penatalaksanaan farmakologi

Penatalaksanaan nyeri secara farmakologi melibatkan

penggunaan opiat (narkotik), nonopiat/ obat AINS (anti inflamasi

nonsteroid), obat-obat adjuvans atau koanalgesik. Analgesik opiat

mencakup derivat opium, seperti morfin dan kodein. Narkotik

meredakan nyeri dan memberikan perasaan euforia. Semua opiat

menimbulkan sedikit rasa kantuk pada awalnya ketika pertama kali

diberikan, tetapi dengan pemberian yang teratur, efek samping ini

cenderung menurun. Opiat juga menimbulkan mual, muntah,

konstipasi, dan depresi pernapasan serta harus digunakan secara hati-

hati pada klien yang mengalami gangguan pernapasan.

Nonopiat (analgesik non-narkotik) termasuk obat AINS seperti

aspirin dan ibuprofen. Nonopiat mengurangi nyeri dengan cara

bekerja di ujung saraf perifer pada daerah luka dan menurunkan

tingkat mediator inflamasi yang dihasilkan di daerah luka. Analgesik

Universitas Respati Yogyakarta


22

adjuvans adalah obat yang dikembangkan untuk tujuan selain

penghilang nyeri tetapi obat ini dapat mengurangi nyeri kronis tipe

tertentu selain melakukan kerja primernya. Sedatif ringan atau obat

penenang, sebagai contoh, dapat membantu mengurangi spasme otot

yang menyakitkan, kecemasan, stres, dan ketegangan sehingga klien

dapat tidur nyenyak. Antidepresan digunakan 20 untuk mengatasi

depresi dan gangguan alam perasaan yang mendasarinya, tetapi dapat

juga menguatkan strategi nyeri lainnya.

b. Penatalaksanaan Non Farmakologi

Manajemen nyeri nonfarmakologi adalah upaya-upaya yang

dilakukan untuk mengatasi atau menghilangkan nyeri dengan

pendekatan tanpa menggunakan obat-obatan. Tindakan non

farmakologis dapat digunakan sebagai pelengkap dalam pemberian

analgesic. Terdapat beberapa jenis tindakan non farmakologis antara

lain: teknik relaksasi, distraksi, guided imagery, TENS, relaksasi

genggam jari (Nurhanifah & Sari, 2022).

1) Relaksasi

Relaksasi nafas adalah metode pengendalian nyeri non

farmakologi dalam memberikan efek relaksasi yang dapat

menurunkan berbagai macam nyeri dengan merangsang susunan

saraf pusat yaitu otak dan sumsum tulang belakang guna untuk

memproduksi pengeluaran hormon endorphine yang membantu

untuk menurunkan skala nyeri yang dirasakan oleh seseorang.

Universitas Respati Yogyakarta


23

Relaksasi dapat dilakukan dengan cara menciptakan lingkungan

yang tenang, menentukan posisi nyaman, konsentrasi pada suatu

obyek atau bayangan visual, dan melepaskan ketegangan. Pasien

dianjurkan untuk menarik nafas dalam dari hidung kemudian

menghembuskan secara perlahan melalui mulut (Luh Condrosas et

al., 2020).

2) Distraksi

Teknik distraksi adalah tindakan untuk mengalihakan

perhatian pasien ke hal-hal diluar nyeri yang dirasakan, ada tiga

jenis teknik distraksi diantaranya adalah distraksi penglihatan

(visual), distraksi intelektual dan distraksi pendengaran (audio).

Distraksi audio misalnya mendengarkan musik. Distraksi sentuhan

berupa pijatan (massage). Distraksi inteletual misalnya bermain

catur atau merangkai puzzle (Nurhanifah & Sari, 2022).

3) Gided Imagery

Guided imagery juga disebut visualisasi kreatif, merupakan

penggunaan pikiran untuk membentuk pamandangan atau

pengalaman sensori yang merelaksasikan otot dan menjauhkan

perhatian pikiran dari pengalaman nyeri. Teknik ini adalah upaya

untuk mengalihkan persepsi rasa nyeri dengan mendorong pasien

untuk mengkhayal dengan bimbingan (Erawati et al., 2019).

Universitas Respati Yogyakarta


24

4) TENS (Transcutaneus Eletrical Nerve Stimulation)

TENS (Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation)

adalah bentuk stimulasi saraf elektrik perifer melalui kulit yang

merupakan salah satu modalitas elektroterapeutik paling banyak

digunakan untuk pereda nyeri. TENS menggunakan unit yang

dijalankan oleh batrei dengan elektroda yang dipasang pada kulit

untuk menghasilkan sensasi kesemutan, menggetar atau

mendengung pada area nyeri (fitriani, 2022).

5) Relaksasi genggam jari

Teknik relaksasi genggam jari merupakan salah satu teknik

relaksasi yang menggunakan jari tangan yang membuat responden

mengalami penuruan nyeri sesudah teknik relaksasi genggam jari

karena teknik ini memberikan suatu tindakan untuk membebaskan

mental dan fisik dari ketegangan stress sehingga dapat

meningkatkan toleransi terhadap nyeri. Hal ini sesuai dengan teori

yang dikatan pinandita bahwa Relaksasi genggam jari

menghasilkan impulse yang dikirim melalui serabut saraf aferen

non-nosiseptor. serabut saraf aferen non-nosiseptor mengakibatkan

“gerbang” tertutup sehingga stimulus nyeri terhambat dan

berkurang (Larasati & Hidayati, 2022).

Universitas Respati Yogyakarta


25

B. Konsep Relaksasi Genggam Jari

1. Definisi

Teknik relaksasi genggam jari merupakan bagian dari teknik jin

syin jyutsu. Jin syin jyutsu adalah akupresur jepang. Bentuk seni yang

menggunakan sentuhan sederhana tangan dan pernafasan untuk

menyeimbangkan energi didalam tubuh (Rosiska, 2021).

Teknik relaksasi genggam jari membantu tubuh, pikiran dan

jiwa untuk mencapai relaksasi. Dalam keadaan relaksasi secara alamiah

akan memicu pengeluaran hormon endorfin, hormon ini merupakan

analgesik alami dari tubuh sehingga nyeri akan berkurang (Indrawati &

Arham, 2021).

Teknik relaksasi genggam jari (finger hold) merupakan teknik

relaksasi yang sangat sederhana dan mudah dilakukan oleh siapapun.

Teknik ini berhubungan dengan jari tangan serta aliran energi didalam

tubuh. Menggenggam jari sambil menarik nafas dalam-dalam

(relaksasi) dapat mengurangi dan menyembuhkan ketegangan fisik dan

emosi (Larasati & Hidayati, 2022).

2. Manfaat Relaksasi Genggam Jari

Manfaat teknik genggam jari menurut Astutik & Kurlinawati, (2017)

yaitu :

a. Nyeri menjadi menurun. Melakuakan metode relaksasi genggam jari

dapat merespon serabut aferen non-nesiseptor yang menyebabkan

rangsangan nyeri menjadi terhambat serta berkurang. Teori two gate

control menjelaskan adanya salah satu “pintu gerbang” di saraf

Universitas Respati Yogyakarta


26

thalamus mengontrol rangsangan nyeri dari saraf trigemius dan

menyebabkan rangsangan yang mengarah ke kortek serebi menjadi

terhalang sehingga nyeri berkurang.

b. Kecemasan serta depresi menjadi menurun

c. Dapat memberikan raas damai, fokus dan nyaman

d. Memperbaiki aspek emosi

Disepanjang jari-jari tangan ada aliran tenaga yang berkaitan dengan

beberapa organ serta emosi. Titik-titik rileks pada bagian tangan

dapat memberikan rangsangan dengan cara otomatis saat

mengenggam. Rangsangan itu dapat menyalurkan semacam

gelombang listrik yang menuju ke otak. Gelombang tersebut

diterima otak serta diproses cepat kemudian mengarah pada saraf

yang ada pada organ yang menderita gangguan. Metode relaksasi

tersebut juga bisa membuat tubuh menajdi rileks dan dalam kondisi

rileks menyebabkan keluarnya hormon endorfin yang merupakan

analgesik alami terdapat di tubuh sehingga nyeri berkurang (Astutik

& Kurlinawati, 2017).

3. Mekanisme Relaksasi Genggam Jari

Adanya stimulasi pada luka bedah menyebabkan keluarnya

mediator nyeri yang akan menstimulasi transmisi impuls di sepanjang

serabut aferen non-noniseptor ke substansi gelatinosa (pintu gerbang) di

medulla spinalis untuk selanjutnya melewati thalamus kemudian

disampaikan ke kortek serebri dan di interpretasikan sebagai nyeri.

Intensitas nyeri akan mengalami penyesuaian yang diakibatkan oleh

Universitas Respati Yogyakarta


27

rangsangan relaksasi genggam jari lebih dulu sampai ke otak. Relaksasi

genggam jari menghasilkan impulse yang dikirim melalui serabut saraf

aferen non-nosiseptor. serabut saraf aferen non-nosiseptor

mengakibatkan “gerbang” tertutup sehingga stimulus nyeri terhambat

dan berkurang. Sehingga intensitas nyeri akan berubah atau mengalami

modulasi akibat stimulasi relaksasi genggam jari yang terlebih dahulu

dan lebih banyak mencapai otak (Tarwiyah, Maulani, 2022).

4. Indikasi dan Kontraindikasi Relaksasi Genggam Jari

Menurut Yulianti (2019) menyebutkan bahwa indikasi dan

kontraindikasi relaksasi genggam jari yaitu :

a. Indikasi Relaksasi Genggam Jari

Indikasi relaksasi genggam jari yaitu klien yang mengalami nyeri,

klien yang mengalami kecemasan karena kondisi tertentu seperti

tindakan operasi.

b. Kontraindikasi Relaksasi Genggam Jari

kontraindikasi Relaksasi Genggam Jari yaitu klien pasca operasi

yang menggunakan alat ventilator, Klien yang mengalami luka di

daerah telapak tangan.

5. Prosedur Teknik Relaksasi Genggam Jari

Prosedur teknik relaksasi genggam jari yang dilaksanakan 15

menit dari satu persatu beralih ke jari selanjutnya dengan rentang waktu

yang sama menurut (Astutik & Kurlinawati, 2017).

a. Posisi duduk atau berbaring dengan nyaman

b. Langkah- langkah teknik genggam jari

Universitas Respati Yogyakarta


28

1) Gerakan menggengam ibu jari dengan telapak tangan sebelahnya

Gambar 2.4 Genggam ibu jari

2) Gerakan menggenggam jari telunjuk dengan telapak tangan

sebelahnya

Gambar 2.5 Genggam jari telunjuk

3) Gerakan menggenggam jari tengah dengan telapak tangan

sebelahnya.

Gambar 2.6 Genggam jari tengah

Universitas Respati Yogyakarta


29

4) Gerakan menggengam jari manis dengan telapak tangan

sebelahnya

Gambar 2.7 Genggam jari manis

5) Gerakan menggengam kelingking dengan telapak tangan

sebelahnya

Gambar 2.8 Genggam jari kelingking

c. Tutup mata, fokus, dan tarik nafas perlahan dari hidung, hembuskan

perlahan dengan mulut.

d. Katakan semakin rileks hingga benar-benar menjadi rileks

e. Memberikan motivasi kepada paseien seperti saya pasti bisa, saya

ingin masalah saya cepat selesai, saya ingin nyeri cepat turun dan

sebaginya sesuai permasalahannya

f. Lepaskan menggenggam jari serta usahakanlah menjadi lebih rileks.

Universitas Respati Yogyakarta


30

C. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses

keperawatan. Pengkajian merupakan tahap yang paling menentukan

untuk tahap berikutnya. Kemampuan mengidentifikasi masalah

keperawatan yang terjadi pada tahap ini akan menentukan diagnosis

keperawatan. Diagnosis yang diangkat akan menentukan desain

perencanaan yang ditetapkan. Selanjutnya, tindakan keperawatan dan

evaluasi mengikuti perencanaan yang dibuat (Astar et al., 2018).

Pengumpulan data dimulai dari

a. Biodata

Biodata terdiri atas identitas klien dan identitas penanggung jawab

1) Identitas Klien

Identitas Klien meliputi pengkajian nama, tanggal lahit, umur,

jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, status pernikahan,

suku/bangsa, tanggal masuk RS, tanggal pengkajian,

tanggal/rencana operas, no rekam medic, diagnose medis, dan

alamat.

2) Identitas Penanggung Jawab Identitas penanggung jawab

meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,pendidikan

pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat.

b. Riwayat Kesehatan

1) Riwayat Kesehatan Sekarang

a) Keluhan Utama Saat Masuk Rumah Sakit

Universitas Respati Yogyakarta


31

Disini menggambarkan tentang hal-hal yang menjadikan

pasien dibawa ke rumah sakit, pada padien hernia inguinalis

lateral keluhan utama yang menyebabkan pasien dibawa ke

rumah sakit benjolan pada lipat paha atau nyeri hebat pada

abdomen.

b) Keluhan Utama Saat Dikaji

Keluhan utama pada saat dikaji pada post op hernia setelah

melakukan operasi yang timbul adalah nyeri, nyeri dirasakan

bertambah apabila klien bergerak dan berkurang apabila klien

beristirahat. Nyeri diaskan seperti ditusuk-tusuk dan kaku.

Nyeri juga biasanya hanya dirasakan pada bagian

pembedahan saja. Dan untuk skala nyeri bisa dihitung dari

mulai (0-10 skala Nyeri) (Wahyu Widodo, 2022)

c) Riwayat Kesehatan Dahulu

Pada tahap ini dikaji mengenai latar belakang kehidupan

klien sebelum masuk rumah sakit yang menjadi factor

predisposisi seperti riwayat bekerja mengangkat benda-benda

yang berat.

d) Riwayat Kesehatan Keluarga

Dengan menanyakan apakah anggota keluarga pernah

mengalami penyakit yang sama atau pernah mengalami

penyakit lainnya seperti maag, hipertensi, asma, DM, dan

TBC serta riwayat penyakit keturunan.

Universitas Respati Yogyakarta


32

c. Aktivitas Sehari-hari

Pada aspek ini pengkajian aktivitas sehari-hari meliputi pola

nutrisi, pola eliminasi, istirahat tidur, pola personal hygine, dan

aktivitas saat di rumah maupun di rumah sakit.

d. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik adalah data penunjang untuk menemukan

kebutuhan klien. Pengkajian ini digunakan untuk memperoleh

data objektiv. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara inpeksi,

palpasi, perkusi, dan auskultasi. Pemeriksaan fisik dilakukan

dengan persistem.

c. Data Psikologis

Data Psikologis meliputi status emosi, kecemasan, pola koping,

gaya komunikasi dan konsep diri.

d. Data Sosial Data Sosial klien dilihat saat hubungan interaksi

klien dengan keluarga, masyarakat dan lingkungan sekitar saat

sakit interaksi klien dengan keluarga, masyarakat dan

lingkungan sekitar.

e. Data Spiritual

Mengidentifikasi tentang keyakinan hidup, optimism

kesembuhan penyakit, serta keterbatasan dalam beribadah.

f. Data Penunjang Data penunjang merupakan prosedur-prosedur

yang didalamnya terdapat prosedur diagnostic dan lab yang

dijalani klien. Hasil pemeriksaan ditulis termasuk nilai rujukan,

Universitas Respati Yogyakarta


33

pemeriksaan terakhri berturut-turut dan berhubungan dengan

kondisi pasien.

g. Program Dan Rencana

Pengobatan Terapi yang di berikan diidentifikasi mulai nama

obat, dosis, waktu, dan bagaimana cara pemberian obat tersebut.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang kemungkinan besar muncul pada pasien

post op hernia ingunalis yaitu (PPNI, 2016):

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur

operasi)

b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri

c. Risiko infeksi ditandai dengan efek prosedur invasi

3. Intervensi Keperawatan

Tabel 2.4 Intervensi Keperawatan


No Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1. Nyeri akut Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nyeri
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam
agen pencedera fisik diharapkan “tingkat nyeri” O :
(prosedur operasi) menurun dengan kriteria hasil :
1. Keluhan nyeri menurun (5) 1. Identifikasi lokasi,
2. Meringis menurun (5) karakteristik, durasi,
3. Sikap protektif menurun (5) frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respons
nyeri non verbal
4. Identifikasi faktor yang
memperberat dan

Universitas Respati Yogyakarta


34

memperingan nyeri

T:

1. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(misalnya terapi musik)
2. Control lingkungan
yang memprberat rasa
nyeri (misalnya
kebisingan)

E:

1. Jelaskan penyebab,
periode dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor
secara mandiri
4. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
memgurangi rasa nyeri

K:

1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

2. Gangguan mobilitas Setelah dilakukan intervensi Dukungan Mobilisasi


fisik berhubungan keperawatan selama 3x24 jam
dengan nyeri diharapkan “Mobilitas Fisik” O:
meningkat dengan kriteria hasil :
1. Nyeri menurun (5) 1. Identifikasi adanya
2. Kecemasan menurun (5) nyeri atau keluhan fisik
3. Gerakan terbatas menurun lainnya
(5) 2. Monitor kondisi umum
4. Kelemahan fisik menurun (5) selama melakukan
mobilisasi

T:

1. Fasilitasi aktivitas
mobilisasi dengan alat
bantu (misalnya pagar
tempat tidur)

Universitas Respati Yogyakarta


35

2. Libatkan keluarga
untuk membantu pasien
dalam meningkatkan
pergerakan

E:

1. Jelaskan tujuan dan


prosedur mobilisasi
2. Anjurkan mobilisasi
dini
3. Ajarkan mobilisasi
sederhana yang harus
dilakukan (misalnya
duduk di tempat tidur)

3. Risiko infeksi ditandai Setelah dilakukan intervensi Pencegahan infeksi


dengan efek prosedur keperawatan selama 3x24 jam
invasif diharapkan “Tingkat infeksi” O :
menurun dengan kriteria hasil :
1. Kemerahan menurun (5) 1. Monitor tanda dan
2. Nyeri menurun (5) gejala infeksi lokal dan
3. Bengkan menurun (5) sistemik

T:

1. Batasi jumlah
pengunjung
2. Berikan perawatan
kulit pada area edema
3. Cuci tangan sebelum
dan sesudah kontak
dengan pasien dan
lingkungan pasien

E:

1. Jelaskan tanda dan


gejala infeksi
2. Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
3. Anjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi

K:

1. Kolaborasi pemberian

Universitas Respati Yogyakarta


36

antibiotik jika perlu

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan tindakan atau aktivitas spesifik

yang dikerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi

keperawatan (rencana keperawatan). Implementasi merupakan

aktualisasi dari perencanaan yang telah disusun sebelumnya.

implementasi keperawatan kategori dari perilaku keperawatan, dimana

perawat melakukan tindakan yang diperkirakan dari asuhan

keperawatan (Indah Kartika, 2020).

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan

keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan kriteria hasil

yang dibuat pada tahap perencanaan. Komponen format atau formula

yang sering digunakan oleh perawat dalam proses evaluasi asuhan

keperawatan adalah penggunaan komponen SOAP.

Empat komponen yang dikenal dengan istilah SOAP, yakni subjektif,

objektif, analisis data dan perencanaan

a. S (subjektif) : Data subjektif, data berdasarkan keluhan yang

diucapkan atau disampaikan oleh pasien yang masih dirasakan

setelah dilakukan tindakan keperawatan.

Universitas Respati Yogyakarta


37

b. O (objektif) : Data objektif, data berdasrkan hasil pengukuran atau

hasil observasi perawat secara langsung kepada klien setelah

dilakukan tindakan keperawatan

c. A (analisis) : Masalah dan diagnosis keperawatan Pasien yang

dianalisis atau dikaji dari data subjektif dan data objektif.

d. P (perencanaan) : Planning, perencanaan keperawatan yang akan

dilanjutkan, dihentikan dan dimodifikasi atau ditambahkan dari

rencana tindakan keperawatan yang telah ditentukan sebelumnya

(Lindriani et al., 2023)

Universitas Respati Yogyakarta


38

BAB III
GAMBARAN KASUS

A. Pengkajian

Tabel 3.1 Data Pengkajian


Aspek Pasien Tn. P Pasien Tn.W
Identitas Tanggal Pengkajian :13-11-2022 Tanggal Pengkajian : 26-11-2022
a. Pasien : a. Pasien :
Nama : Tn. P Nama : Tn. W
Umur : 59 tahun Umur : 45 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SD Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Petani Pekerjaan : Petani
Status Pernikahan : Menikah Status Pernikahan : Menikah
Alamat : Paliyan Lor Alamat : Kanigoro
Diagnosa Medis : HIL Diagnosa Medis : HIL

b. Penanggung Jawab : b. Penanggung Jawab :


Nama : Ny. S Nama : Ny. S
Umur : 43 tahun Umur : 38 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SD Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu rumah tangga Pekerjaan : Petani

Riwayat a. Riwayat Penyakit Sekarang : a. Riwayat Penyakit Sekarang :


kesehatan Pasien mengatakan merasakan Pasien datang ke RS dengan
nyeri di bagian perut dan terdapat keluhan terdapat benjolan pada
benjolan pada lipatan paha kanan. lipatan paha kanan, dan merasa
Kemudian klien melakukan nyeri yang mengganggu
pemeriksaan ke RS untuk aktivitasnya. Berdasarkan hasil
mendapatkan penanganan lebih pemeriksaan, dokter
lanjut. Berdasarkan hasil menginstruksikan untuk
pemeriksaan, dokter dilakukan tindakan operasi.
menginstruksikan untuk dilakukan Tindakan operasi dilakukan
tindakan operasi. Tindakan operasi tanggal 26 november 2023.
dilakukan tanggal 13 november
2022. Keluhan utama yang diraskan
Keluhan utama yang diraskan klien klien pada saat dilakukan
pada saat dilakukan pengkajian pengkajian adalah nyeri.
adalah nyeri.

Universitas Respati Yogyakarta


39

b. Riwayat penyakit dahulu b. Riwayat penyakit dahulu :


Pasien mengatakan tidak pernah Pasien mengatakan tidak pernah
menderita penyakit menular menderita penyakit menular
ataupun menurun dari keluarga , ataupun menurun dari keluarga,
seperti hipertensi, diabetes seperti hipertensi, diabetes
mellitus, ataupun asma. Dan melitus, ataupun asma. Dan
sebelumnya belum pernah sebelumnya belum pernah
mengalami penyakit yang sama mengalami penyakit yang sama
yang dialami oleh klien. Pasien yang dialami oleh klien. Pasien
mengatakan anggota keluarga tidak mengatakan anggota keluarganya
pernah menderita penyakit seperti ada yang menderita penyakit
TB paru, hipertensi, diabetes, hipertensi yaitu ayahnya.
hepatitis atau asma.
Pemeriksaan Keadaan umum : Keadaan umum :
Fisik Kesadaran : Composmentis Kesadaran : Composmentis
GCS : E4 V5 M6 GCS : E4 V5 M6
TTV : TD : 120/65 mmHg, TTV : TD : 130/70 mmHg,
N: 82 x/mnt, RR : 20 x/mnt, N: 87 x/mnt, RR : 20 x/mnt,
S : 36,5 oC S : 36,7 oC
Kepala : Mesochepal, tidak ada lesi, Kepala : Mesochepal, tidak ada lesi,
kulit kepala bersih, rambut sedikit kulit kepala bersih, rambut berwarna
beruban hitam
Mata : Mata simetris, sclera putih, Mata : Mata simetris, sclera putih,
konjungtiva tidak anemis, respon konjungtiva tidak anemis, respon
cahaya normal cahaya normal, tidak menggunakan
Hidung : Hidung bersih, tidak ada alat bantu melihat
nyeri tekan dan benjolan, simetris. Hidung : Hidung bersih, tidak ada
Mulut : mulut bersih, mukosa lembab, nyeri tekan dan benjolan, simetris.
fungsi bicara baik, tidak ada stomatitis Mulut : mulut bersih, mukosa
Telinga : Telinga bersih, pendengaran lembab, fungsi bicara baik, tidak ada
baik. stomatitis
Leher : Tidak ada pembesaran Telinga : Telinga bersih,
kelenjar tiroid, tidak ada nyeri tekan pendengaran baik.
Dada : Bentuk simetris, tidak ada Leher : Tidak ada pembesaran
jejas, palpasi tidak ada nyeri tekan, kelenjar tiroid, tidak ada nyeri tekan
perkusi sonor, auskultasi suara nafas Dada : Bentuk simetris, palpasi tidak
vesikuler ada nyeri tekan, perkusi sonor,
Jantung : ictus cordis tidak tampak, auskultasi suara nafas vesikuler
palpasi ictus cordis teraba, perkusi Jantung : ictus cordis tidak tampak,
pekak, auskultasi tidak ada suara palpasi ictus cordis teraba, perkusi
jantung tambahan. pekak, auskultasi tidak ada suara
Abdomen : Bentuk datar ada terdapat jantung tambahan.
luka operasi pada bagian kanan bawah Abdomen : Bentuk datar, terdapat
abdomen, panjang ± 6 cm luka operasi luka operasi pada bagian kanan
ditutup balutan, bising usus 18x/menit. bawah abdomen, panjang ± 6 cm
Genitalia : Pasien mengatakan tidak luka operasi ditutup balutan, bising
ada keluhan pada sistem reproduksi, usus 20x/menit.

Universitas Respati Yogyakarta


40

terpasang kateter, Genitalia : Pasien mengatakan tidak


Rectum : pasien mengatakan tidak ada keluhan pada sistem reproduksi,
mengalami hemoroid terpasang kateter,
Estremitas : Terpasang infus RL pada Rectum : pasien mengatakan tidak
tangan kanan 20 TPM, tidak terdapat mengalami hemoroid
edema dan tidak ada nyeri tekan pada Estremitas : Terpasang infus RL
bagian ekstremitas. pada tangan kiri 20 TPM, tidak
terdapat edema dan tidak ada nyeri
tekan pada bagian ekstremitas.
Kenyamanan Data Subyektif Data Subyektif
dan nyeri Paliatif : Tn.P mengatakan nyeri Paliatif : Tn.W mengatakan nyeri
(Selama ketika pasien bergerak atau reflek ketika pasien bergerak
sakit) batuk Quality : Nyeri yang dirasakan
Quality : Nyeri yang dirasakan seperti seperti ditusuk-tusuk
ditusuk-tusuk Region : Nyeri pada bagian
Region : Nyeri pada bagian abdomen abdomen kanan bawah sekitar
kanan bawah sekitar lipatan paha lipatan paha kanan
kanan Scale : Skala nyeri 5
Scale : Skala nyeri 6 Time : Nyeri yang dirasakan hilang
Time : Nyeri yang dirasakan hilang timbul dengan jeda waktu sekitar 15
timbul dengan jeda waktu yang tidak menit
menentu.
Data Obyektif :
Data Obyektif : Pasien tampak menahan rasa sakit,
Ekspresi wajah tampak meringis, ekspresi wajah tampak meringis jika
pasien tampak bersikap protektif pasien melakukan pergerakan.

KKesadaran : Composmentis Kesadaran : Composmentis


Data umum GCS : E4 V5 M6 GCS : E4 V5 M6
TTV : TD : 120/65 mmHg, TTV : TD : 130/70 mmHg,
N: 82 x/mnt, RR : 20 x/mnt, N: 87 x/mnt, RR : 20 x/mnt,
S : 36,5 oC S : 36,7 oC

Data Pemeriksaan Lab Pemeriksaan Lab


Penunjang (Tanggal : 12/11/2022) (Tanggal : 25/11/2022)
- Hematologi - Hematologi
Hemoglobin : 14.9 g/dl Hemoglobin : 15 g/dl
Leukosit : 7.18 103 ul Leukosit : 7.68 103 ul
Eritrosit : 5.34 106 ul Eritrosit : 4.95 106 ul
Trombosit : 255 103 ul Trombosit : 232 103 ul
Hematokrit : 43.81 % Hematokrit : 39.05 %
Limfosit : 38 % Limfosit : 30 %
Monosit : 3 % Monosit : 3 %
Eosonofil : 2 % Eosonofil : 4
Basofil : 1 % %
Basofil : 1 %

Universitas Respati Yogyakarta


41

- Glukosa - Glukosa
Glukosa darah sewaktu : 89 mg/dl Glukosa darah sewaktu : 96 mg/dl

- Immunologi-Serologi - Immunologi-Serologi
HBsAg : Non Reaktif HBsAg : Non Reaktif
Antigen SARS COV2 : Negative Antigen SARS COV2 : Negative

Universitas Respati Yogyakarta


42

B. Analisa Data

Tabel 3.2 Analisa Data


Pasien Data Fokus Etiologi Problem
Tn. P DS : Agen pencedera fisik Nyeri Akut
Paliatif : Tn.P mengatakan nyeri (prosedur operasi)
ketika pasien bergerak atau saat reflek
batuk
Quality : Nyeri yang dirasakan seperti
ditusuk-tusuk
Region : Nyeri pada bagian luka post
operasi di abdomen kanan bawah
Scale : Skala nyeri 6
Time : Nyeri yang dirasakan hilang
timbul dengan jeda waktu yang tidak
menentu

DO :
Ekspresi wajah tampak meringis,
pasien tampak bersikap protektif

Tn.W DS : Agen pencedera fisik Nyeri Akut


Paliatif : Tn.W mengatakan nyeri (prosedur operasi)
ketika pasien bergerak
Quality : Nyeri yang dirasakan seperti
ditusuk-tusuk
Region : Nyeri pada bagian luka post
operasi di abdomen kanan bawah
Scale : Skala nyeri 5
Time : Nyeri yang dirasakan hilang
timbul dengan jeda waktu sekitar 15
menit atau tidak menentu

DO :
Pasien tampak menahan rasa sakit,
ekspresi wajah tampak meringis jika
pasien melakukan pergerakan.

C. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur operasi)

Universitas Respati Yogyakarta


43

D. Intervensi

Tabel 3.3 Rencana Intervensi


Pasien Tn. P Tn. W
Diagnosa Nyeri Akut Nyeri Akut
Tujuan dan Setelah dilakukan tindakan Setelah dilakukan tindakan
Kriteria Hasil keperawatan selama 3 x 24 jam keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan tingkat nyeri menurun diharapkan tingkat nyeri menurun
dengan kriteria hasil : dengan kriteria hasil :
1. Keluhan nyeri (3-5) 1. Keluhan nyeri (3-5)
Intervensi Manajemen Nyeri Manajemen Nyeri

O: O:

1. Identifikasi lokasi, karakteristik, 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,


durasi, frekuensi, kualitas, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri 2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respons nyeri non 3. Identifikasi respons nyeri non
verbal verbal
4. Identifikasi faktor yang 4. Identifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan memperberat dan memperingan
nyeri nyeri

T: T:

1. Berikan teknik nonfarmakologis 1. Berikan teknik nonfarmakologis


untuk mengurangi rasa nyeri untuk mengurangi rasa nyeri
(Relaksasi genggam jari ) (Relaksasi genggam jari )
2. Kontrol lingkungan yang 2. Control lingkungan yang
memprberat rasa nyeri (misalnya memprberat rasa nyeri
kebisingan) (misalnya kebisingan)

E: E:

1. Jelaskan penyebab, periode dan 1. Jelaskan penyebab, periode dan


pemicu nyeri pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri 2. Jelaskan strategi meredakan
3. Anjurkan memonitor secara nyeri
mandiri 3. Anjurkan memonitor secara
4. Ajarkan teknik nonfarmakologis mandiri
untuk memgurangi rasa nyeri 4. Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk memgurangi rasa nyeri
K:
Kolaborasi pemberian analgetik, jika K:

Universitas Respati Yogyakarta


44

perlu Kolaborasi pemberian analgetik,


jika perlu

Universitas Respati Yogyakarta


43

E. Implementasi

Tabel 3.4 Implementasi dan Evaluasi

Hari Ke-1
Pasien Tn. P Tn. W
Waktu 13/11/2023 26/11/2023
(14.00 WIB) (14.30 WIB)

Implementasi 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi,


1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri DS : Pasien mengatakan merasakan nyeri pada
DS : Pasien mengatakan merasakan nyeri pada bagian luka post operasi (di abdomen kanan
bagian luka post operasi (di abdomen kanan bawah), nyeri yang diraskan seperti ditusuk tusuk
bawah), nyeri yang diraskan seperti ditusuk dengan jeda waktu sekitar 15 menit
tusuk dengan jeda waktu yang tidak menentu.
2. Mengidentifikasi skala nyeri
2. Mengidentifikasi skala nyeri DS : Pasien mengatakan skala nyeri yang dirasakan
DS : Pasien mengatakan skala nyeri yang 5
dirasakan 6
3. Mengidentifikasi respons nyeri non verbal
3. Mengidentifikasi respons nyeri non verbal DO : Pasien tampak menahan rasa sakit, ekspresi
DO : Sesekali ekspresi wajah tampak meringis wajah tampak meringis jika pasien melakukan
jika pasien melakukan pergerakan, dan saat pergerakan
reflek batuk

Universitas Respati Yogyakarta


44

4. Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan


4. Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
memperingan nyeri DS : Pasien mengtakan nyeri ketika pasien
DS : Pasien mengatakan nyeri ketika pasien bergerak. Nyeri berkurang jika diberikan obat anti
bergerak dan saat reflek batuk. Nyeri berkurang nyeri dan setelah melakukan relakasasi ganggam
jika diberikan obat jari.

5. Memberikan teknik nonfarmakologis untuk 5. Memberikan teknik nonfarmakologis untuk


mengurangi rasa nyeri (Relaksasi genggam jari ) mengurangi rasa nyeri (Relaksasi genggam jari )
DO : Pasien tampak mempraktikan teknik DO : Pasien tampak mempraktikan teknik relaksasi
relaksasi genggam jari untuk mengurangi rasa genggam jari sesuai petunjuk yang diberikan
nyeri namun tidak dilakukan secara maksimal
6. Menjelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
6. Menjelaskan penyebab, periode dan pemicu DS : Pasien mengatakan setelah diberikan
nyeri penjelasan akan kondisinya pasien sudah paham
DS : Pasien mengatakan sudah mengerti setelah dan mengeri
dijelaskan tentang kondisi yang dirasakannya

Evaluasi S : pasien mengatakan masih merasakan nyeri pada S : pasien mengatakan masih merasakan nyeri pada
luka post operasinya. luka post operasinya namun sudah sedikit mendingan
jika dibandingan sebelumnya
Pain assessment :
Paliatif : pasien mengatakan nyeri ketika pasien Pain assessment :
bergerak atau saat reflek batuk. Post operasi hari Paliatif : pasien mengatakan nyeri ketika pasien
ke-0 bergerak atau ingin menguabah posisi. Post operasi
Quality : Nyeri yang dirasakan seperti ditusuk- hari ke-0
tusuk Quality : Nyeri yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk
Region : Nyeri pada bagian luka post operasi di Region : Nyeri pada bagian luka post operasi di

Universitas Respati Yogyakarta


45

abdomen kanan bawah abdomen kanan bawah


Scale : Skala nyeri 6 setelah diberikan terapi Scale : Skala nyeri 4 setelah diberikan terapi relaksasi
relaksasi genggam jari genggam jari

Time : Nyeri yang dirasakan hilang timbul dengan Time : Nyeri yang dirasakan hilang timbul dengan
jeda waktu yang tidak menentu. Sekitar jeda waktu sekitar 15 menit
10 atau 15 menit.
O : Pasien tampak menahan rasa sakit, ekspresi wajah
O : Sesekali ekspresi wajah tampak meringis jika tampak meringis jika pasien melakukan pergerakan
pasien melakukan pergerakan, dan saat reflek batuk
A : Masalah nyeri akut belum teratasi
A : Masalah nyeri akut belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
P : lanjutkan intervensi

Universitas Respati Yogyakarta


46

Hari Ke-2
Pasien Tn. P Tn. W
Waktu 14/11/2023 27/11/2023
(10.00 WIB) (11.00 WIB)

Implementasi
1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
DS : Pasien mengatakan masih merasakan DS : Pasien mengatakan masih merasakan nyeri pada
nyeri pada bagian luka post operasi (di bagian luka post operasi (di abdomen kanan bawah).
abdomen kanan bawah), nyeri yang diraskan Nyeri yang diraskan seperti ditusuk tusuk namun
seperti ditusuk-tusuk dengan jeda waktu sudah mulai berkurang jika dibandingkan dengan hari
sekitar 20 menit sebelumnya.

2. Mengidentifikasi skala nyeri 2. Mengidentifikasi skala nyeri


DS : Pasien mengatakan skala nyeri yang DS : Pasien mengatakan skala nyeri yang dirasakan 4
dirasakan 5
3. Mengidentifikasi respons nyeri non verbal
3. Mengidentifikasi respons nyeri non verbal DO : ekspresi wajah tampak sesekali meringis jika
DO : Pasien tampak bersikap protketif, pasien mengubah posisi.
ekspresi wajah tampak meringis jika pasien
mengubah posisi dan saat reflek batuk. 4. Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
4. Mengidentifikasi faktor yang memperberat DS : Pasien mengatakan nyeri ketika pasien bergerak
dan memperingan nyeri atau mengubah posisi. Nyeri berkurang jika diberikan
DS : Pasien mengatakan nyeri ketika pasien obat anti nyeri dan setelah melakukan relaksasi
mengubah posisi seprti membungkuk dan ganggam jari

Universitas Respati Yogyakarta


47

saat reflek batuk. Nyeri berkurang jika


diberikan obat dan setelah melakukan 5. Memberikan teknik nonfarmakologis untuk
relaksasi genggam jari mengurangi rasa nyeri (Relaksasi genggam jari )
DO : Pasien tampak mempraktikan teknik relaksasi
5. Memberikan teknik nonfarmakologis untuk genggam jari untuk mengurangi rasa nyeri
mengurangi rasa nyeri (Relaksasi genggam
jari )
DO : Pasien tampak mempraktikan teknik
relaksasi genggam jari untuk mengurangi rasa
nyeri.

Evaluasi S : pasien mengatakan masih merasakan nyeri S : pasien mengatakan masih merasakan nyeri pada luka
pada luka post operasinya namun sudah post operasinya namun sudah sedikit berkurang jika
mendingan jika dibandingkan kemarin stelah dibandingkan kemarin stelah operrasi.
operasi.
Pain assessment :
Pain assessment : Paliatif : pasien mengatakan nyeri ketika pasien bergerak
Paliatif : pasien mengatakan nyeri ketika pasien atau mengubah posisi seperti membungkuk. Post operasi
mengubah posisi seperti membungkuk atau saat hari ke-1
reflek batuk. Post operasi hari ke-1 Quality : Nyeri yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk
Quality : Nyeri yang dirasakan seperti ditusuk- Region : Nyeri pada bagian luka post operasi di abdomen
tusuk kanan bawah
Region : Nyeri pada bagian luka post operasi di Scale : Skala nyeri 3 setelah diberikan terapi relaksasi
abdomen kanan bawah genggam jari
Scale : Skala nyeri 4 setelah diberikan terapi Time : Nyeri yang dirasakan hilang timbul dengan jeda
relaksasi genggam jari waktu yang tidak menentu
Time : Nyeri yang dirasakan hilang timbul O : Sesekali ekspresi wajah tampak meringis ketika
dengan jeda waktu 20 menit atau kadang tidak pasien melakukan pergerkan atau mengubah posisi

Universitas Respati Yogyakarta


48

tentu.
A : Masalah nyeri akut belum teratasi
O : Sesekali ekspresi wajah tampah meringis
ketika pasien melakukan pergerkan atau P : lanjutkan intervensi
mengubah posisi dan saat pasien reflek batuk

A : Masalah nyeri akut belum teratasi

P : lanjutkan intervensi

Universitas Respati Yogyakarta


49

Hari Ke-3
Pasien Tn. P Tn. W
Waktu 15/11/2023 28/11/2023
(09.30 WIB) (10.00 WIB)

Implementasi 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi,


1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri DS : Pasien mengatakan nyeri yang diraskan sudah
DS : Pasien mengatakan nyeri yang diraskan berkurang.
sudah berkurang.
2. Mengidentifikasi skala nyeri
2. Mengidentifikasi skala nyeri DS : Pasien mengatakan skala nyeri yang dirasakan 2
DS : Pasien mengatakan skala nyeri yang
dirasakan 3 3. Mengidentifikasi respons nyeri non verbal
DO : Ekspresi wajah tampak rileks
3. Mengidentifikasi respons nyeri non verbal
DO : Ekspresi wajah tampak rileks 4. Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
4. Mengidentifikasi faktor yang memperberat DS : Pasien mengatakan nyeri jika pasien mengubah
dan memperingan nyeri posisi seperti membungkuk
DS : Pasien mengatakan nyeri ketika pasien
reflek batuk 5. Memberikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (Relaksasi genggam jari )
5. Memberikan teknik nonfarmakologis untuk DS : Pasien mengatakan jika merasakan nyeri pasien
mengurangi rasa nyeri (Relaksasi genggam selalu melakukan relaksasi genggam jari untuk
jari ) mengurangi nyeri yang dirasakan.
DS : Pasien mengatakan akan melakukan DO : Pasien tampak mempraktikan teknik relaksasi

Universitas Respati Yogyakarta


50

relaksasi genggam jari untuk mengurangi genggam jari untuk mengurangi rasa nyeri.
nyeri
DO : Pasien tampak mempraktikan teknik
relaksasi genggam jari untuk mengurangi rasa
nyeri.

Evaluasi S : pasien mengatakan nyeri yang dirasakan S : pasien mengatakan nyeri yang dirasakan sudah
sudah berkurang berkurang

Pain assessment : Pain assessment :


Paliatif : pasien mengatakan nyeri ketika pasien Paliatif : pasien mengatakan nyeri ketika pasien
reflek batuk. Post operasi hari ke-2 mengubah posisi seprti membungkuk. . Post operasi hari
Quality : Nyeri yang dirasakan seperti ditusuk- ke-2
tusuk Quality : Nyeri yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk
Region : Nyeri pada bagian luka post operasi di Region : Nyeri pada bagian luka post operasi di abdomen
abdomen kanan bawah kanan bawah
Scale : Skala nyeri 2 Scale : Skala nyeri 1
Time : Nyeri yang dirasakan hilang timbul Time : Nyeri yang dirasakan hilang timbul

O : Ekspresi wajah pasien tampak rileks. O : Ekspresi wajah tampak rileks


Sesekali menahan sakit ketika reflek batuk
A : Masalah nyeri akut teratasi
A : Masalah nyeri akut teratasi
P : Hentikan intervensi
P : Hentikan intervensi

Universitas Respati Yogyakarta


51

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Menganalisis diagnosa keperawatan pada pasien post operasi hernia

inguinalis dengan nyeri akut di ruang cempaka RSUD Wonosari.

Tn. P dirawat di ruang cempaka sejak tanggal 12 November 2022.

Sedangkan untuk Tn W dirawat di ruang cempaka sejak tanggal 25

Noovember 2023. Pada saat pengkajian data fokus utama yang didapatkan

yaitu nyeri akut yang dirasakan kedua pasien setelah dilakukan tindakan

operasi hernia. Pasien Tn. P mengeluh nyeri dengan skala nyeri yang

dirasakan yaitu 6, nyeri yang dirasakan seperti di tusuk-tusuk dengan jeda

waktu yang tidak menentu. Tn. P tampak bersikap protektif dan ekspresi

wajah tampak meringis jika pasien ingin merubah posisi dan saat reflek

batuk. sedangkan untuk Tn. W skala nyeri yang dirasakan yaitu skala nyeri

5. Pasien tampak menahan rasa sakit, ekspresi wajah tampak meringis jika

pasien melakukan pergerakan.

Berdasarkan data yang didapat dan disesuaikan dengan standar

diagnosis keperawatan Indonesia, peneliti mengangkat diagnosis

keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik

(prosedur operasi). Pada klien post operasi hernia akan mengalami

masalah yang berhubungan dengan nyeri. Nyeri post operasi disebabkan

oleh komponen psikososial dari pasien. Hal ini sesuai dengan teori yang

dikemukakan oleh Smeltzer & Bare (2013) dimana rasa nyeri timbul bila

Universitas Respati Yogyakarta


52

ada jaringan rusak dan hal ini akan menyebabkan individu bereaksi dengan

cara memindahkan stimulus nyeri. Menurut Smeltzer & Bare (2013)

nyeri pasca operasi seringkali terjadi akibat diskontinuitas jaringan atau

luka operasi akibat insisi pembedahan serta adanya rangsangan mekanik

luka yang menyebabkan tubuh menghasilkan mediator-mediator kimia

nyeri.

B. Menganalisis intervensi keperawatan pada pasien post operasi hernia

inguinalis dengan nyeri akut di ruang cempaka RSUD Wonosari.

Berdasarkan diagnosa keperawatan yang didapatkan yaitu nyeri

akut, peneliti menyesuiakan dengan standar luaran keperawatan Indonesia

dan standar intervensi keperawatan Indonesia. Maka didapatkan tujuan

tindakan keperawatan untuk menurunkan tingkat nyeri dengan kriteria

hasil keluhan nyeri menurun dengan intervensi yang diberikan pada pasien

Tn. P dan Tn W yaitu manajemen nyeri. Adapun tindakan keperawatan

yang direncanakan yaitu memberikan teknik nonfarmakologis untuk

mengurangi rasa nyeri (Relaksasi genggam jari), kontrol lingkungan yang

memprberat rasa nyeri (misalnya kebisingan).

Pada Tn.P dan Tn W direncanakan intervensi untuk dilakukan yaitu

memberikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri dengan

memberikan relaksasi genggam jari. Relaksasi genggam jari yang juga

disebut sebagai finger hold adalah sebuah teknik relaksasi yang digunakan

untuk meredakan atau mengurangi intensitas nyeri pasca pembedahan

(Tyas, 2020).

Universitas Respati Yogyakarta


53

Agar dapat mengurangi atau menurukan nyeri yang dirasakan

pasien post operasi hernia dapat diberikan relaksasi genggam jari.

Intervensi ini dilakukan dengan cara menggenggam jari selama 3 menit

pada setiap jari secara lembut disertai nafas dalam dengan posisi duduk

atau berbaring dengan kondisi tenang dan rileks. Dengan pengaturan nafas

melalui genggaman jari, ketegangan serta kecemasan pasien dapat

dikontrol, pasien akan merasa rileks dan santai yang selanjutnya akan

menimbulkan tingkat kenyamanan yang lebih baik sehingga intensitas

nyeri dapat menurun (Indriyanti et al., 2022).

Salah satu dari tindakan pengobatan non farmakologi yang dapat

dilakukan adalah teknik relaksasi genggam jari, yang dimana teknik ini

mudah digunakan oleh siapapun yang berhubungan dengan jari tangan dan

aliran energi didalam tubuh, terdapat kombinasi yaitu relaksasi nafas

dalam, menggunakan waktu yang relatif singkat yang dapat

memungkinkan menhgasilkan penurunan yang lebih cepat dan efektif

terhadap nyeri (Ristanti et al., 2023).

C. Menganalisis implementasi keperawatan pada pasien post operasi

hernia inguinalis dengan nyeri akut di ruang cempaka RSUD

Wonosari.

Berdasarkan intervensi yang ada maka peneliti melakukan

implementasi sesuai dengan intervensi yang telah direncanakan yaitu

manajemen nyeri. Implementasi yang dilakukan selama tiga hari. Fokus

tindakan adalah memberikan relaksasi genggam jari. Pemberian relaksasi

Universitas Respati Yogyakarta


54

genggam jari dilakukan selama 15 menit dengan frekuensi pemberian

terapi 1 kali/hari.

Hari pertama dilakukan terapi relaksasi genggam jari pada Tn.P

mulai pukul 14.00 WIB sedangkan pada Tn.W dilakukan mulai pukul

14.30 WIB. Adapun hasil yang didapatkan setelah implementasi yaitu

pada Tn.P skala nyeri yang dirasakan 6 sedangkan pasa Tn.W skala nyeri

4.

Pada hari kedua diberikan relaksasi genggam jari pada Tn.P

dilakukan mulai pukul 10.00 WIB. Sedangkan pada Tn.W dilakukan mulai

pukul 11.00 WIB. Didapatkan hasil pada pasien Tn.P skala nyeri 4

sedangkan pada Tn.W skala nyeri tiga.

Pada hari ketiga pemberilan relaksasi genggam jari pada Tn.P

dilakukan mulai pukul 09.30 WIB. Sedangkan pada Tn.W dilakukan mulai

pukul 10.00 WIB didapatkan pada Tn.P skala nyeri yang dirasakan 2

sedangkan pada Tn.W skala nyeri 1.

Setelah tiga hari dilakukan tindakan keperawatan sesuai yang

direncanakan, didapatkan hasil bahwa skala nyeri yang dirasakan pasien

menurun dimana pada pasien Tn.P skala nyeri dari 6 menjadi 2.

Sedangkan pada Tn.W skala nyeri dari 5 menjadi 1. Berdasarkan hasil

tersebut peneliti menyimpulkan bahwa masalah nyeri akut tertasi dan

tindakan keperawatan yang diberikan dapat dihentikan.

Pemeberian relaksasi genggam jari bertujuan untuk menurunkan

intensitas nyeri. Teknik relaksasi genggam jari (finger hold) merupakan

teknik relaksasi yang sangat sederhana dan mudah dilakukan oleh

Universitas Respati Yogyakarta


55

siapapun dan terdapat kombinasi yaitu relaksasi nafas dalam,

menggunakan waktu yang relatif singkat yang dapat memungkinkan

menghasilkan penurunan yang lebih cepat dan efektif terhadap nyeri

(Larasati & Hidayati, 2022).

Relaksasi genggam jari menjadi metode dalam membantu

menurunkan intensitas nyeri yang dirasakan seseorang. Selain sebagai

salah satu teknik untuk menurunkan intensitas nyeri, manfaat lain

melakukan relaksasi genggam jari juga dapat mengurangi, takut dan

cemas, mengurangi perasaan panik, khawatir dan terancam, memberikan

perasaan yang nyaman pada tubuh, menenangkan pikiran dan dapat

mengontrol emosi, serta melancarkan aliran dalam darah (Hakim &

Kesumadewi, 2023).

D. Analisis asuhan keperawatan pada pasien post operasi hernia

inguinalis dengan nyeri akut di ruang cempaka RSUD Wonosari.

Berdasarkan tindakan keperawatan yang telah dilakukan

didapatkan hasil bahwa tingkat nyeri pada pasien Tn.P dan Tn.W dapat

diturunkan. Berdasarkan catatan perkembangan dapat dilihat bahwa

masalah nyeri akut pada pasien Tn.P dan Tn.W dapat teratasi selama tiga

hari pemberian intervensi. Selama tiga hari pemberian intervensi

didapatkan hasil terjadi penurunan skala nyeri pada pasien Tn.P dan Tn.W

dari skala nyeri sedang ke skala nyeri ringan. Dimana skala nyeri Tn.P

pada hari pertama yaitu 6 dan setelah diberikan intervensi selama tiga hari,

skala nyeri menurun ke 2. Sedangkan pada Tn.P pada hari pertama

Universitas Respati Yogyakarta


56

sebelum diberikan intervensi skala nyeri 5 dan selama tiga hari pemberian

intervensi, skala nyeri menurun ke 1.

Berdasrkan analisis yang dilakukan, dimana pada hari pertama

pemberian intervensi pada pasien Tn.P didapatkan tidak ada penurunan

skala nyeri setelah diberikan relaksasi pada hari pertama hal ini karena

pasien tidak maksimal dalam mempraktikan relaksasi genggam jari yang

sudah diajarkan untuk menurunkan nyeri. Sehingga hal ini dapat

mempengaruhi hasil dari skala nyeri itu sendiri. Tn.P mengatakan tidak

dapat melakukan tindakan tersebut dengan maksimal karena terganggu

dengan kondisinya yang sedang batuk.

Dibandingkan pasien Tn.W dimana pada saat hari pertama

pemberian intervensi genggam jari, intensitas nyeri yang dialami pasien

Tn.W mengalami penuruanan skala nyeri. Ini dikarenakan pasien Tn.W

mampu melakukan intervensi genggam jari dengan baik dan benar. Hal ini

diamati ketika pada saat pemberian intervensi relaksasi genggam jari,

Tn.W mampu mempraktikan teknik relaksasi genggam jari sesuai dengan

petunjuk yang diberikan. Tn. W mengatakan ketika melakukan relaksasi

genggam jari, Tn.W merasakan lebih rileks.

Penatalaksanaan nyeri yang adekuat penting dilakukan pada pasien

post operasi. Salah satu intervensi non farmakologis yang dapat digunakan

untuk mengurangi nyeri pada pasien post operasi dengan pemberian

relaksasi genggam jari. Intervensi non farmakologi telah diakui sebagai

adjuvant yang penting, sederhana, dan efisien untuk manajemen nyeri.

Penggunaan kombinasi metode farmakologi dan non farmakologi

Universitas Respati Yogyakarta


57

menghasilkan kontrol nyeri yang efektif untuk mengurangi nyeri yang

dialami pasien (Mofredj, 2016).

Apabila relaksasi tersebut dilaksanakan secara rutin maka hasil

yang diharapkan akan lebih baik dengan turunnya nyeri yang terjadi.

Karena sensasi yang dirasakan ketika melakukan teknik ini memberikan

perasaan nyaman, lebih rileks sehingga mampu membebaskan mental dan

fisik dari ketegangan stress sehingga dapat meningkatkan toleransi

terhadap nyeri (Hasaini, 2019).

Hasil analisis ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Irawan

(2022) yang menunjukkan bahwa sebelum dilakukan teknik relaksasi

genggam jari sebagian besar responden menyatakan nyeri sedang dan

setelah dilakukan teknik relaksasi genggam jari sebagian besar

menyatakan nyeri ringan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nyeri

berkurang setelah dilakukan teknik relaksasi genggam jari.

Penelitian lain yang mendukung yaitu penelitian dari Muzaki,

(2021) menunjukan tehnik relaksasi genggam jari yang dilakukan dengan

cara genggam jari selama kurang lebih 3-5 menit dengan bernafas secara

teratur dan kemudian satu persatu beralih kejari selanjutnya dengan rentan

waktu yang sama dapat menurunkan intensitas nyeri pada pasien post

appendiktomy.

Penelitian lain yang juga sejalan yaitu penelitian yang dilakukan

oleh larasati, dkk (2022) dimana setelah dilakukan Relaksasi genggam jari

pada pasien I dan II yang mengalami nyeri post operasi laparatomy

didapatkan hasil adanya perubahan skala nyeri dari skala nyeri sedang

Universitas Respati Yogyakarta


58

menjadi skala nyeri ringan. Pemberian Relaksasi genggam jari efektif

untuk menurunkan skala nyeri post operasi laparatomy.

Hasil analisis ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Widodo (2020) dimana skala nyeri pada klien post hernioraphy yang

diberikan terapi relaksasi nafas dalam dan genggam jari diperoleh data

yaitu, pada klien I yang semula memiliki skala nyeri enam setelah

diberikan teknik relaksasi nafas dalam dan genggam jari berkurang

menjadi skala satu. Sedangkan klien II awalnya memiliki skala nyeri

enam menurun menjadi skala dua.

Universitas Respati Yogyakarta


59

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis asuhan keperawatan pada pasien post

operasi hernia inguinalis dengan nyeri akut di ruang cempaka RSUD

Wonosari. Didapatkan bahwa :

1. Diagnosa keperawatan pada pasien Tn.P dan Tn.W yaitu berhubungan

dengan agen pencedera fisik (prosedur operasi).

2. Rencana tindakan keperawatan pada Tn.P dan Tn.W dengan nyeri akut

di ruang cempaka RSUD Wonosari yaitu manajemen nyeri. Dengan

tujuan tingkat nyeri menurun dengan kriteria hasil keluhan nyeri

menurun.

3. Implementasi tindakan keperawatan pada pasien Tn.P dan Tn.W di

ruang cempaka RSUD Wonosari yaitu berfokus pada pemberian

relaksasi genggam jari

4. Hasil dari asuhan keperawatan yang diberikan yaitu nyeri akut pada

pasien Tn.P dan Tn.W teratasi pada hari ke 3 pemberian intervensi

relaksasi genggam jari.

Universitas Respati Yogyakarta


60

B. Rekomendasi

1. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan Rumah Sakit RSUD Wonosari dapat menerapkan

pemeberian relaksasi genggam jari sebagai salah satu intervensi mandiri

perawat dengan tujuan menurunkan tingkat nyeri pada pasien. Terutama

mengatasi nyeri pada pasien post operasi.

2. Bagi Perawat Pelaksana

Diharapkan untuk perawat di ruangan khususnya bagi perawat di

bangsal bedah untuk dapat mengaplikasikan terapi relaksasi genggam

jari sebagai salah satu intervensi mandiri perawat dalam menurunkan

nyeri yang dirasakan oleh pasien post operasi. Serta memonitor tingkat

nyeri yang dirasakan pasien sebelum dan setelah diberikan terapi

relaksasi genggam jari, untuk mengetahui keefektifan pemberian

relaksasi genggam jari dalam menurunkan tingakat nyeri yang

dirasakan oleh pasien.

3. Bagi Mahasiswa Keperawatan

Diharapkan kepada mahasiswa keperawatan khususnya mahasiswa

profesi ners yang akan melakukan praktik diruang bangsal bedah agar

dapat memberikan dan mengajarkan terapi relaksasi genggam jari pada

pasien post operasi untuk menurunkan nyeri yang dirasakan. Serta

memonitor perkembangan tingkat nyeri sebelum dan sesudah diberikan

terapi relaksasi genggam jari. Sehingaa dapat mengetahui keefektifan

pemberian relaksasi genggam dalam menurunkan nyeri pada pasien

post operasi.

Universitas Respati Yogyakarta


61

DAFTAR PUSTAKA

Astar, F., Tamsah, H., & Kadir, I. (2018). Pengaruh Pelayanan Asuhan
Keperawatan Terhadap Kepuasan Pasien Di Puskesmas Takalala Kabupaten
Soppeng. Mirai : Journal of Management, 1(2), 33–57.
https://journal.stieamkop.ac.id/index.php/yume/article/download/231/123

Astutik, P., & Kurlinawati, E. (2017). Pengaruh Relaksasi Genggam Jari Terhadap
Penurunan Nyeri Pada Pasien Post Sectio Di Ruang Delima RSUD
Kertosono. STRADA Jurnal Ilmiah Kesehatan, 6(2), 30–37.
https://www.neliti.com/pt/publications/236467/pengaruh-relaksasi-genggam-
jari-terhadap-penurunan-nyeri-pada-pasien-post-sectio

Chely Veronica Mauruh. Muh. Zukri Malik., Iin Aini Isnawati,., Ns. Donny
Mahendra., Kens Napolion., Makkasau Plasay., Prita Adisty Handayani., &
Basmalah Harun. (2022). Paliative Nursing. Rizmedia Pustaka Indonesia.
https://books.google.co.id/books?id=FaaBEAAAQBAJ

Erawati, E., Kasim, J., & Ernawati, E. (2019). Pengaruh Therapy Guided Imagery
Terhadap Tingkat Nyeri Pada Pasien Post Operasi Sectio Caesarea Di Rumah
Sakit Tk. Ii Pelamonia Makassar. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis, 14(3),
283–287. https://doi.org/10.35892/jikd.v14i3.254

FITRIANI, N. (2022). Penatalaksanaan Fisioterapi Dengan Modalitas


Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (Tens) 6(4), 2318–2322.
https://doi.org/10.36312/jisip.v6i4.3671/http

Hakim,Kesumadewi, L. (2023). Implementation Of Finger Grip Relaxation To


The Pain Scale . Jurnal Cendekia Muda, 3, 1–8.

Universitas Respati Yogyakarta


62

Indah Kartika. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Tn. M Dengan Kasus Post Op
Hernia Inguinalis Masalah Keperawatan Ansietas Di Ruang Dahlia RSU DR.
H. Koesnadi Bondowoso. Angewandte Chemie International Edition, 6(11),
951–952., 1–77.

Indriyanti, Sariaty, S., & Ferina. (2022). Pengaruh Teknik Relaksasi Genggam
Jari Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pada Ibu Post Sectio Caesarea:
Evidence Based Case Report. Jurnal Kesehatan Siliwangi, 2(3), 751–761.
https://doi.org/10.34011/jks.v2i3.785

Irawan, D. D., Wulandari, D. S., & Sukmaningtyas, W. (2022). Implementasi


Relaksasi Genggam Jari Pada Pasien Post Hernia Inguinalis Lateralis Sinistra
Dengan Masalah Gangguan Nyeri dan Ketidaknyamanan. Journal of
Management Nursing, 1(4), 133–139. https://doi.org/10.53801/jmn.v1i4.69

Istianah., Kristiani., Making., Aini., Aty., Jaata., Sari., Susanti, D. ., Martini, M.,
(2022). Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan Sistem Perkemihan
Berbasis SDKI, SLKI dan SIKI. Media Sains Indonesia.
https://books.google.co.id/books?id=jwGeEAAAQBAJ

Kariasa, I. D. G., Anida, A., & Suswatiningsih, S. (2018). Hubungan Tingkat


Pengetahuan Pasien Tentang Penyakit Hernia Dengan Kejadian Hernia Di
Poli Bedah Rsud Wonosari. MIKKI (Majalah Ilmu Keperawatan Dan
Kesehatan Indonesia), 7(1), 30–37. https://doi.org/10.47317/mikki.v7i1.16

Larasati, I., & Hidayati, E. (2022). Relaksasi genggam jari pada pasien post
operasi. Ners Muda, 3(1). https://doi.org/10.26714/nm.v3i1.9394

Lindriani., Hasian Lenwita., Ilkafah., Maria., Rizky, P ., Sri, M. D., Suriyani, S.


Nur, C. (2023). Konsep dasar keperawatan. Rizmedia Pustaka Indonesia.
https://books.google.co.id/books?id=02i4EAAAQBAJ

Luh Condrosas, Wiwit Dwi Nurbadriyah, & Riza Fikriana. (2020). Terapi Non
Farmakologi Pada Klien Post Operasi Herniotomi dengan Nyeri Akut. Jurnal
Kesehatan, 14, 21–40.

Universitas Respati Yogyakarta


63

Mofredj, A., Alaya, S., Tassaioust, K., et al. 2016). Music therapy, a review of the
potential therapeutic benefits for the critically ill. Journal of Critical Care,

Nair, M., & Peate, I. (2022). Dasar-Dasar Patofisiologi Terapan Edisi Kedua:
Pandung Penting untuk Mahasiswa Keperawatan dan Kesehatan. Bumi
Medika. https://books.google.co.id/books?id=k2FlEAAAQBAJ

Nurhanifah, D., & Sari, R. T. (2022). Manajemen Nyeri Nonfarmakologi. Urban


Green Central Media.https://books.google.co.id/books?id=K0ahEAAAQBAJ

Ristanti, S. G., Inayati, A., Hasanah, U., & Kunci, K. (2023). Jurnal Cendikia
Muda Volume 3 , Nomor 4 , Desember 2023 ISSN : 2807-3469 Penerapan
teknik relaksasi genggam jari terhadap skala di ruang bedah rsud jenderal
ahmad yani metro the application of finger-hand relaxation techniques to
pain scale in post operat. 3, 568–575.

Rosiska, M. (2021). Pengaruh Pemberian Teknik Relaksasi Genggam Jari


Terhadap Penurunan Nyeri pada Pasien Post OP. Jurnal Ilmu Kesehatan
Dharmas Indonesia, 1(2), 51–56.

Tarwiyah, Maulani, R. (2022). Pengaruh Teknik Relaksasi Genggam Terhadap


Skala Nyeri Pasien Post Operasi. JINTAN: Jurnal Ilmu Keperawatan, 2(1),
27–32. https://doi.org/10.51771/jintan.v2i1.216

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta: DPP PPNI

Tyas, D. A. (2020). Pengaruh Teknik Relaksasi Genggam Jari terhadap Penurunan


Tingkat Nyeri pada Pasien Post Operasi Sectio Caesarea. Jurnal Bidan
Komunitas, 3(2), 86–92. https://doi.org/10.33085/jbk.v3i2.4616

Universitas Respati Yogyakarta


64

Wahyu Widodo, M. T. (2022). Terapi Relaksasi Nafas Dalam dan Genggam Jari
pada Klien Post Hernioraphy dengan Nyeri Akut. Jurnal Penelitian Perawat
Profesional., 1281–1286.

Yulianti, K. (2019). Penerapan Teknik Relaksasi Genggam Jari Untuk


Mengurangi Nyeri Dengan Pasien Post Operasi Hernia Di RSI PKU
Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan Dan RSUD Bendan Pekalongan.
(Karya Tulis Ilmiah Program Studi Diploma Tiga Keperawatan Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan).

Universitas Respati Yogyakarta


65

LAMPIRAN

Universitas Respati Yogyakarta


66

Lampiran 1

JADWAL KEGIATAN LAPORAN AKHIR CHRISTIN PATTINASARANY

Judul : Analisis Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Operasi Hernia Inguinalis Dengan Nyeri Akut Di Ruang Cempaka RSUD Wonosari Gunung Kidul

No Kegiatan November Desember Januari February Maret April Mei Juni


2022 2022 2023 2023 2023 2023 2023 2023
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pengumpulan
Judul
2. Pengumpulan
data
3. Penyusunan
laporan akhir
4. Pengumpulan
Persyaratan
5. Ujian akhir

6. Revisi laporan
akhir
7. Pengumpulan
laporan akhir

Universitas Respati Yogyakarta


67
Lampiran 2

NASKAH PENJELASAN KEPADA RESPONDEN

Saya, Christin Pattinasarany Mahasiswa Program Studi Pendidikan Profesi


Ners Program Profesi Universitas Respati Yogyakarta melakukan penyusunan tugas
akhir yang berjudul Analisis Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Operasi Hernia
Inguinalis Lateralis Dengan Nyeri Akut Di Ruang Cempaka RSUD Wonosari Gunung
Kidul, menjelaskan terkait laporan akhir yang saya lakukan:

A. Tujuan: Menganalisis Analisis Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Operasi


Hernia Inguinalis Dengan Nyeri Akut Di Ruang Cempaka RSUD Wonosari
Gunung Kidul
B. Membutuhkan : Responden sebanyak 2 orang.
C. Kesukarelaan dan hak undur diri untuk menjadi responden
Anda bebas memilih keikutsertaan dalam tugas akhir ini tanpa ada paksaan. Bila
Anda sudah memutuskan untuk ikut, Anda bebas mengundurkan diri/berubah
pikiran setiap saat tanpa dikenai denda atau pun sanksi apapun.

D. Prosedur
Apabila Anda bersedia berpartisipasi, maka Anda dimohon untuk terlibat
dalam proses penelitian dengan tahap sebagai berikut.

1. Anda diberi penjelasan terkait diagnosa dan intervensi yang


direncanakan.
2. Anda diminta untuk menandatangani surat persetujuan responden sebagai
bentuk kesediaan anda untuk ikut serta dalam penelitian.
E. Kewajiban subjek penelitian
Sebagai subyek penelitian, Saudara(i) berkewajiban untuk mengikuti aturan atau
petunjuk penelitian seperti yang tertulis di atas. Bila Anda belum jelas,
Saudara(i) dipersilahkan bertanya lebih lanjut kepada peneliti.

F. Manfaat
Penelitian ini membawa manfaat bagi Saudara(i) yaitu dapat menambah
pengetahuan dan wawasan mengenai penanganan nyeri pada pasien post
operasi hernia

Universitas Respati Yogyakarta


68

G. Kerahasiaan
Semua informasi yang berkaitan dengan identitas subjek dirahasiakan dan
hanya diketahui oleh penulis dan staf ruangan. Hasil penelitian dipublikasikan
tanpa identitas subjek penelitian

H. Pembiayaan
Penelitian ini kemungkinan menyita waktu anda. Semua pembiayaan dalam
intervensi ini ditanggung sepenuhnya oleh penulis.

I. Informasi tambahan
Apabila menginginkan informasi tambahan terkait penelitian ini,
Saudara(i) diberi kesempatan untuk bertanya tentang segala hal yang berkaitan
dengan penelitian ini dengan menghubungi nomor 081356875877 atau melalui
email christinpattinasarany157@gmmail.com

Saudara(i) juga dapat menanyakan tentang penelitian ini kepada


Komite Etik Penelitian Universtas Respati Yogyakarta, Jl. Raya Tajem KM. 1,5
Maguwoharjo, Depok, Sleman, DIY. Telp. 0274-489780, 488781, Fax

0274 489780.

Yogyakarta, 26 Mei 2023


Peneliti

Christin.Pattinasarany

Universitas Respati Yogyakarta


69
Lampiran 3

Standar Prosedur Operasional


Teknik relaksasi genggam jari (finger hold)

Pengertian :
Teknik relaksasi genggam jari (finger hold) merupakan teknik relaksasi yang sangat
sederhana dan mudah dilakukan oleh siapapun. Teknik ini berhubungan dengan jari
tangan serta aliran energi didalam tubuh. Menggenggam jari sambil menarik nafas
dalam-dalam (relaksasi) dapat mengurangi dan menyembuhkan ketegangan fisik dan
emosi.
Tujuan :
1. Mengurangi nyeri, takut dan cemas
2. Mengurangi perasaan panik, khawatir
3. Memberikan perasaan yang nyaman pada tubuh
4. Menenangkan pikiran dan dapat mengontrol emosi
5. Melancarkan aliran dalam darah

No Tindakan

1 Persiapan pasien :
a. Atur posisi yang nyaman bagi pasien
b. Pasien dalam kondisi yang sadar
2 Langkah-langkah :

a. Peganglah jari di mulai dari ibu jari selama 2-3 menit, bisa menggunakan
tangan mana saja
b. Tutup mata, fokus, dan tarik nafas perlahan dari hidung, hembuskan
perlahan dengan mulut.
c. Anjurkan pasien untuk rileks hingga benar-benar rileks
d. Memberikan motivasi kepada paseien seperti saya pasti bisa, saya ingin
masalah saya cepat selesai, saya ingin nyeri cepat turun dan sebaginya
sesuai permasalahannya
e. Lakukan selama 15 menit
Referensi : (Astutik & Kurlinawati, 2017)

Universitas Respati Yogyakarta


70
Lampiran 4 (Asuhan Keperawatan Pasien 1)

Universitas Respati Yogyakarta


71

Universitas Respati Yogyakarta


72

Universitas Respati Yogyakarta


73

Universitas Respati Yogyakarta


74

Universitas Respati Yogyakarta


75

Universitas Respati Yogyakarta


76

Universitas Respati Yogyakarta


77

Universitas Respati Yogyakarta


78

Universitas Respati Yogyakarta


79

Universitas Respati Yogyakarta


80

Universitas Respati Yogyakarta


81

Universitas Respati Yogyakarta


82

Universitas Respati Yogyakarta


83

Universitas Respati Yogyakarta


84

Universitas Respati Yogyakarta


85

Universitas Respati Yogyakarta


86

Universitas Respati Yogyakarta


87

Universitas Respati Yogyakarta


88

Universitas Respati Yogyakarta


89

(Asuhan Keperawatan Pasien 2)

Universitas Respati Yogyakarta


90

Universitas Respati Yogyakarta


91

Universitas Respati Yogyakarta


92

Universitas Respati Yogyakarta


93

Universitas Respati Yogyakarta


94

Universitas Respati Yogyakarta


95

Universitas Respati Yogyakarta


96

Universitas Respati Yogyakarta


97

Universitas Respati Yogyakarta


98

Universitas Respati Yogyakarta


99

Universitas Respati Yogyakarta


100

Universitas Respati Yogyakarta


101

Universitas Respati Yogyakarta


102

Universitas Respati Yogyakarta


103

Universitas Respati Yogyakarta


104

Universitas Respati Yogyakarta


105

Universitas Respati Yogyakarta


106

Universitas Respati Yogyakarta


107

Universitas Respati Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai