Anda di halaman 1dari 20

REFERAT

HERNIA

Disusun oleh:
Anastasia Esa S (2165050050)
Aprilia Pratiwi (2265050105)

Pembimbing:
dr. Frengky Bermana, Sp.B

KEPANITERAAN ILMU BEDAH


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIBINONG
PERIODE 8 AGUSTUS – 15 OKTOBER 2022
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
JAKARTA
2022
LEMBAR PENGESAHAN

REFERAT
HERNIA

Diajukan untuk memenuhi syarat mengikuti Kepaniteraan Klinik di bagian


Departemen Ilmu Bedah
RSUD Cibinong

Telah disetujui
Tanggal: 25 Agustus 2022

Disusun oleh:
Anastasia Esa S 2165050050
Aprilia Pratiwi 2265050105

Telah disetujui dan disahkan oleh:


Jakarta, 25 Agustus 2022
Pembimbing

dr. Frengky Bermana, Sp.B


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya penulis
dapat menyelesaikan referat yang berjudul “Hernia”. Tujuan pembuatan referat ini adalah
sebagai salah satu syarat tercapainya keberhasilan penulis dalam mengikuti Kepaniteraan
Klinik di Departemen Ilmu Bedah.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada pembimbing yaitu dr. Frengky Bermana,
Sp.B yang telah membimbing penulis dengan meluangkan waktu, pikiran, dan tenaga.
Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada keluarga tersayang yang telah mendukung
serta mengerti dan memahami pentingnya Kepaniteraan Klinik di Departemen Ilmu Bedah
bagi penulis.

Penulis berharap referat ini dapat menambah wawasan, bahan perundingan, dan
diskusi lebih lanjut bagi para pembaca terkait tema yang penulis angkat. Penulis dengan
tangan terbuka menerima masukan, kritik, dan saran. Demikian penulis sampaikan, semoga
tujuan penulisan ini dapat terpenuhi dan bermanfaat bagi semua pihak.

Jakarta, 25 Agustus 2022

Penulis
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi hernia

2.2 Fisiologi hernia

2.3 Definisi hernia

2.4 Epidemiologi hernia

2.5 Etiologi hernia

2.6 Klasifikasi hernia

2.7 Gambaran klinis hernia

2.8 Patofisiologi hernia

2.9 Diagnosis hernia

2.10 Penatalaksanaan hernia

2.11 Komplikasi hernia

2.12 Prognosis hernia

BAB III KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR ISI

Gambar 2.1 Anatomi hernia

Gambar 2.2 Klasifikasi hernia berdasarkan regio

Gambar 2.3 Pemeriksaan finger test

Gambar 2.4 Pemeriksaan Ziemen test

Gambar 2.5 Pemeriksaan thumb test


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian yang
lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Hernia terdiri dari cincin, kantong, dan isi. 1
Hernia dapat mencakup organ intra dan retroperitoneal secara permanen maupun intermitten.
Berdasarkan pembentukannya, hernia dapat dibagi menjadi hernia kongenital dan hernia
akuisita.2 Secara umum, hernia terjadi ketika bagian dari usus atau peritoneum mendorong
melalui celah di dinding perut. Peritoneum adalah selaput yang melapisi rongga perut dan
membungkus sebagian besar organ di perut.

Sebesar 75% dari seluruh hernia terjadi di sekitar lipat paha berupa hernia inguinal direk dan
indirek serta hernia femoralis. Hernia insisional dan hernia ventralis sebesar 10%. Hernia
umbilikalis sebesar 3% dan hernia di bagian lain sebesar 3%.3 Hernia inguinalis dibagi
menjadi dua, yaitu hernia inguinalis medialis dan hernia inguinalis lateralis. Jika kantung
hernia inguinalis lateralis mencapai skrotum maka disebut hernia skrotalis. Hernia inguinalis
lateralis terjadi lebih sering dibandingkan dengan hernia inguinalis medialis dengan
perbandingan sebesar 2:1.1

Berdasarkan sifatnya, hernia dapat dibagi menjadi 4:

1. Hernia reponibel yaitu isi hernia dapat keluar dan masuk kembali. Usus akan keluar
jika pasien berdiri atau mengejan dan masuk kembali saat berbaring atau didorong
masuk. Pada umumnya, pasien tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.2

2. Hernia ireponibel atau hernia akreta yaitu isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan
ke dalam rongga perut. Hal ini disebabkan oleh adanya perlengketan isi kantong pada
peritoneum kantong hernia. Pasien tidak mengeluhkan rasa nyeri atau gejala obstruksi
usus.2

3. Hernia inkarserata yaitu isi hernia yang terjepit oleh cincin hernia atau isi kantong
hernia terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut disertai adanya
gangguan pasase usus. Hernia inkarserata merupakan penyebab obstruksi usus nomor
satu di Indonesia.2

4. Hernia strangulata yaitu isi hernia yang terjepit oleh cincin hernia, isi kantong yang
terperangkap, dan adanya gangguan pasase usus disertai gangguan vaskularisasi
hingga terjadi nekrosis.2

Jika hernia tidak diobati maka bisa menjadi lebih besar dan menyebabkan lebih banyak
masalah. Terdapat kantong hernia yang menjadi sempit dan menjebak sebagian usus hingga
menyebabkan terjadinya obstruksi usus. Hal ini cenderung terjadi pada hernia femoralis
dibandingkan dengan hernia inguinalis.4

Hernia dapat dikenali dengan jelas dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang. Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk
menegakkan diagnosis hernia seperti USG, X-ray, dan CT scan atau MRI scan.4

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengangkat tema mengenai Hernia
dalam penulisan referat ini.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi hernia

Gambar 2.1 Anatomi hernia5

Secara letak anatomi, anterior dinding perut terdiri atas otot-otot multilaminar yang
terdiri dari aponeurosis, facia, lemak, dan kulit. Pada setiap otot yang terdapat tendon disebut
dengan aponeurosis. Otot transversus abdominalis merupakan otot internal lateral yang terdiri
dari otot-otot dinding perut dan lapisan dinding perut. Bagian kauda otot membentuk
lengkungan aponeurotik transversus abdominalis yang merupakan bagian tepi atas cincin
inguinal internal dan diatas dasar medial kanalis inguinalis. Kanalis inguinalis adalah saluran
yang melalui dinding perut bagian bawah berbentuk tabung yang merupakan tempat turunnya
testis ke dalam skrotum. Kanalis inguinalis dibatasi di kraniolateral oleh annulus inguinalis
internus yang merupakan bagian terbuka dari fasia transversalis dan aponeurosis muskulo
transversus abdominis. Di medial bawah, di atas tuberkulum, kanal ini dibatasi oleh annulus
inguinalis eksternus, bagian terbuka dari aponeurosis muskulo oblikus eksternus. Atapnya
adalah aponeurosis muskulo oblikus eksternus dan di dasarnya terdapat ligamentum inguinal.
Ligamentum inguinal juga menghubungkan tuberkulum pubikum dan spina iliaka anterior
superior. Kanal ini berisi tali sperma pada laki-laki dan ligamentum rotundum pada
perempuan. Segitiga Hasselbach bagian medial dibatasi oleh lateral rektus abdominis, bagian
lateral dibatasi oleh pembuluh darah vena dan arteri epigastrika inferior, pada bagian basis
dibatasi oleh ligamentum inguinal.5

2.2 Fisiologi hernia

Pada masa mudigah, testis berkembang dari gonadal yang terletak dibelakang rongga
abdomen. Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8
kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan
menarik peritoneum ke daerah skrotum yang dipicu oleh testosteron hingga terjadi
penonjolan peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei. Setelah testis turun
ke dalam skrotum, lubang di dinding abdomen tempat kanalis inguinalis lewat menutup erat
di sekitar duktus deferen dan pembuluh darah yang berjalan dari masing-masing testis ke
dalam rongga abdomen. Pada bayi yang sudah lahir, proses ini telah mengalami obliterasi
hingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut namun kanalis ini dapat menutup
tidak sempurna hingga menyebabkan hernia. Pada laki-laki, karena testis kiri turun terlebih
dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Apabila kanalis kiri terbuka maka
kanalis kanan juga terbuka.5

2.3 Definisi hernia

Hernia berasal dari kata rupture. Hernia didefinisikan sebagai suatu penonjolan
abnormal organ atau jaringan melalui daerah yang lemah yang diliputi oleh dinding. 6 Kata
hernia berarti penonjolan suatu kantong peritoneum, suatu organ melalui cacat kongenital
atau akuisita. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari
lapisan muskuloaponeurotik dinding perut.3 Hernia adalah penonjolan dari organ internal
melalui pembentukan abnormal atau lemah pada otot yang mengelilinginya. Hernia
merupakan tonjolan keluarnya organ atau jaringan melalui dinding rongga dimana organ
tersebut seharusnya berada di dalam keadaan normal tertutup.7

2.4 Epidemiologi hernia

Dari semua hernia, sebesar 75% adalah hernia inguinalis. Hernia inguinalis pada
populasi bervariasi antara 2% sampai 4% dan akan terus meningkat seiring bertambahnya
usia hingga 20%. Sebesar 10% hernia adalah hernia insisional. Sebesar 5% sampai 7% adalah
hernia umbilikalis, femoralis, atau di lokasi lain yang jarang. Sebesar 80% sampai 90%
hernia inguinalis terjadi pada pria sedangkan 75% dari semua hernia femoralis terjadi pada
wanita. Prevalensi hernia inguinalis pada pria dipengaruhi oleh umur.2 Semakin bertambah
usia, kemungkinan terjadinya hernia semakin besar karena hal ini dipengaruhi oleh kekuatan
otot perut yang mulai melemah.1

2.5 Etiologi hernia

Terdapat dua faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya hernia yaitu otot perut
yang lemah dan jaringan ikat yang lemah. Beberapa orang dilahirkan dengan jaringan ikat
yang lemah sedangkan beberapa lainnya dipengaruhi faktor usia. Mengangkat beban berat,
batuk kronis, dan mengejan dapat menyebabkan ukuran hernia bertambah besar.4 Penyebab
lainnya yang dapat menyebabkan terjadinya hernia antara lain kehamilan, asites, dan kantung
hernia.6 Hernia dapat dijumpai pada segala usia dan lebih banyak dialami oleh laki-laki.
Penyebab utama terjadinya hernia antara lain:

a. Kelemahan dinding otot dalam abdomen untuk menahan rongga abdomen.7


b. Adanya peningkatan tekanan intra abdomen.
Kelemahan otot kongenital merupakan salah satu faktor utama yang menyebabkan
terjadinya hernia selain karena adanya peningkatan tekanan intra abdomen.7
c. Kongenital
Faktor berat badan berlebih atau kegemukan dan mengangkat beban berat dapat
meningkatkan tekanan intra abdomen yang kemudian menyebabkan hernia.7
2.6 Klasifikasi hernia

Bagian-bagian hernia yaitu:

a. Kantong hernia
Pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis. Tidak semua hernia memiliki
kantong seperti hernia insisional, hernia adiposa, dan hernia intertitialis.7
b. Isi hernia
Isi hernia berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong hernia misalnya
usus, ovarium, dan jaringan penyangga usus (omentum).7
c. Pintu hernia
Pintu hernia merupakan bagian locus minoris resistance yang melalui kantong hernia.7
d. Leher hernia
Leher hernia adalah bagian tersempit kantong hernia yang sesuai dengan kantong
hernia.7
e. Locus minoris resistance (LMR).7

Berdasarkan isinya yaitu:

a. Hernia adiposa
Isi hernia terdiri dari jaringan lemak.8
b. Slinding hernia
Isi hernia menjadi sebagian dari dinding kantong hernia.8

Menurut sifat dan keadaan hernia dibedakan menjadi empat yaitu:

a. Hernia reponibel
Isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika pasien dalam keadaan berdiri atau
mengejan dan masuk kembali bila dalam keadaan berbaring atau didorong masuk ke
rongga abdomen.7
b. Hernia ireponibel
Isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam rongga perut. Hal ini disebabkan
oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia.7
c. Hernia inkarserata
Isi hernia terjepit oleh cincin hernia hingga isi tersebut terperangkap dan tidak dapat
kembali ke dalam rongga abdomen.7
d. Hernia strangulata
Isi hernia terjepit oleh cincin hernia hingga isi tersebut terperangkap dan tidak dapat
kembali ke dalam rongga abdomen dan mengakibatkan gangguan vaskularisasi
hingga terjadi nekrosis.7

Berdasarkan letaknya, hernia dapat dibagi menjadi dua golongan sebagai berikut:

a. Hernia eksterna
Hernia dengan tonjolan yang tampak dari luar yaitu hernia inguinalis lateralis
(indirek), hernia inguinalis medialis (direk), hernia femoralis, dan hernia umbilikalis.7
b. Hernia interna
Hernia dengan tonjolan yang tidak tampak dari luar yaitu hernia obturotorika, hernia
diafragmatika, hernia foramen Winslowi, dan hernia ligament Treitz.7

Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi menjadi dua sebagai berikut:

a. Hernia bawaan atau kongenital.3


b. Hernia didapat atau akuisita.3

Terdapat beberapa klasifikasi hernia berdasarkan regio sebagai berikut:

a. Hernia inguinalis
Hernia inguinalis merupakan kondisi dimana penonjolan organ intestinal masuk ke
rongga melalui defek atau bagian dinding yang tipis atau lemah dari cincin inguinalis.
Materi yang masuk umumnya adalah usus halus namun bisa juga merupakan suatu
jaringan lemak atau omentum. Predisposisi terjadinya hernia inguinalis adalah defek
atau kelainan berupa sebagian dinding rongga melemah. Penyebab pasti hernia
inguinalis terletak pada lemahnya dinding akibat perubahan struktur dari dinding
rongga dan peningkatan tekanan intra abdomen.7
b. Hernia femoralis
Suatu penonjolan ketika isi suatu organ intestinal yang masuk melalui kanalis
femoralis yang berbentuk corong dan keluar pada fossa ovalis di lipat paha. Penyebab
hernia femoralis sama seperti hernia inguinalis.7
c. Hernia umbilikus
Suatu penonjolan ketika isi suatu organ abdominal masuk melalui kanal anterior yang
dibatasi oleh linca alba, posterior oleh fasia umbilikus dan rektus lateral. Hernia ini
terjadi ketika jaringan fasia dari dinding abdomen di area umbilikus mengalami
kelemahan.7
d. Hernia skrotalis
Yaitu hernia inguinal lateralis yang isinya masuk ke dalam skrotum secara lengkap.
Hernia inguinalis lateralis inkarserata merupakan hernia yang sering atau paling
banyak didapat terutama pada laki-laki. Disebut inkarserata karena hernia yang isi
kantongnya tidak dapat kembali ke dalam rongga abdomen disertai gangguan
vaskularisasi.7

Gambar 2.2 Klasifikasi hernia berdasarkan regio4

2.7 Gambaran klinis hernia

Gejala yang muncul tergantung pada jenis hernia yang diderita oleh pasien. Untuk
hernia inguinalis, hernia femoralis, dan hernia umbilikalis serta hernia insisional
menunjukkan gejala adanya pembengkakan yang jelas tampak di bawah kulit perut atau
selangkangan, rasa perut penuh disertai sembelit atau darah pada feses, rasa tidak nyaman
pada saat mengangkat beban atau posisi membungkuk, sensasi terbakar atau sakit di lokasi
tonjolan, sulit menelan, mual, muntah.9

Hernia pada regio abdomen atau inguinal dapat menghasilkan benjolan atau tonjolan
yang terlihat dan dapat masuk kembali ke dalam rongga abdomen pada saat berbaring.
Kegiatan tertawa, menangis, batuk, mengejan saat buang air besar atau aktivitas fisik lain
dapat menyebabkan benjolan muncul kembali setelah sebelumnya didorong masuk ke dalam
rongga abdomen. Gejala lainnya pada hernia meliputi adanya pembengkakan atau tonjolan di
selangkangan atau skrotum, peningkatan rasa sakit di lokasi tonjolan, peningkatan ukuran
tonjolan dari waktu ke waktu, sensasi nyeri tumpul di lokasi tonjolan, gangguan pencernaan,
nyeri dada.10

Pada pemeriksaan hernia inguinalis, pasien harus diperiksa dalam keadaan berdiri dan
berbaring serta diminta untuk batuk. Pasien dalam keadaan berdiri pada hernia direk akan
terlihat hernia simetris dengan tonjolan yang sirkuler di cincin eksterna dan tonjolan akan
menghilang pada saat pasien berbaring sedangkan pada hernia indirek akan terlihat tonjolan
yang berbentuk elip dan tidak menghilang saat berbaring. Jika pasien diminta untuk batuk
dan pada pemeriksaan jari dimasukkan ke dalam annulus dan tonjolan terasa pada sisi jari
maka adalah hernia direk sedangkan jika terasa pada ujung jari maka adalah hernia indirek. 4
Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing sehingga menimbulkan
gejala sakit kencing (disuria) disertai kencing darah (hematuria), benjolan dibawah sela paha.
Hernia diafragmatika menimbulkan rasa nyeri perut disertai sesak nafas.7

2.8 Patofisiologi hernia

Hernia terdiri dari 3 unsur yaitu kantong hernia yang terdiri dari peritoneum, isi hernia
yang umumnya terdiri dari usus, omentum, organ intraperitoneal lain, organ ekstraperitonial
seperti ovarium dan apendiks divertikel. Unsur terakhir adalah struktur yang menutupi
kantong hernia yang dapat berupa kulit. Secara umum, hernia pada orang dewasa terjadi
karena faktor usia lanjut. Pada usia lanjut, otot dinding rongga perut melemah dan organ serta
jaringan tubuh mengalami proses degenerasi. Pada orang dewasa, kanalis tersebut telah
tertutup namun karena daerah ini merupakan locus minoris resistance maka pada keadaan
yang menyebabkan peningkatan tekanan intraabdominal seperti batuk kronik, bersin yang
kuat, dan mengejan serta mengangkat beban berat menyebabkan kanal yang sebelumnya telah
tertutup menjadi terbuka kembali dan timbul hernia.7

2.9 Diagnosis hernia


Hernia dapat dikenali dengan jelas. Pemeriksa pertama-tama melakukan anamnesis untuk
menanyakan gejala dan riwayat penyakit pasien kemudian melakukan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.4 Pemeriksaan inspeksi, palpasi, dan auskultasi dilakukan untuk
menegakkan diagnosis hernia.2 Pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan 3 teknik yaitu:

a. Pemeriksaan finger test


Menggunakan jari ke-2 dan jari ke-5 kemudian dimasukkan lewat skrotum melalui
annulus eksternus ke kanal inguinal dan meminta pasien untuk batuk. Bila teraba di
ujung jari maka adalah hernia inguinalis lateralis dan bila teraba di samping jari maka
adalah hernia inguinalis medialis.1

Gambar 2.3 Pemeriksaan finger test1

b. Pemeriksaan Ziemen test


Pasien dalam keadaan berbaring dan pemeriksan memeriksa dengan tangan kanan bila
hernia kanan kemudian meminta pasien untuk batuk. Bila teraba di jari ke-2 adalah
hernia inguinalis lateralis, teraba di jari ke-3 adalah hernia inguinalis medialis, dan
teraba di jari ke-4 adalah hernia femoralis.1

Gambar 2.4 Pemeriksaan Ziemen test1


c. Pemeriksaan thumb test
Pemeriksa menekan annulus internus dengan ibu jari dan pasien diminta untuk batuk.
Bila keluar benjolan adalah hernia inguinalis medialis sedangkan bila tidak keluar
adalah hernia inguinalis lateralis.1

Gambar 2.5 Pemeriksaan thumb test1

Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain:

a. Laboratorium
Untuk mendukung ke arah strangulasi sebagai berikut:
1. Leukositosis dengan shift to the left yang menandakan strangulasi.6
2. Elektrolit, BUN, kadar kreatinin yang tinggi akibat muntah dan dehidrasi.6
3. Tes urinalisis untuk menyingkirkan adanya masalah dari traktus genitourinarius
yang dapat menyebabkan nyeri.6
b. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan dilakukan dengan ultrasonografi (USG) sedangkan pemeriksaan dengan
CT scan atau MRI jarang dilakukan untuk menegakkan diagnosis hernia. 4
Ultrasonografi dapat digunakan untuk membedakan adanya massa pada dinding
abdomen atau lipat paha serta untuk membedakan penyebab pembengkakan. Pada
pemeriksaan radiologis terkadang terdapat suatu gambaran seperti massa. Gambaran
ini dikenal dengan Spontaneous Reduction of Hernia En Masse yaitu suatu keadaan
dimana berpindahnya secara spontan kantong hernia beserta isinya ke rongga
ekstraperitoneal. Terdapat 4 tipe pembagian yaitu retropubic, intraabdominal, pre
peritoneal, pre peritoneal locule.6
2.10 Penatalaksanaan hernia

Penanganan di Instalasai Gawat Darurat (IGD) untuk mengurangi hernia antara lain:

1. Memberikan sedasi adekuat dan analgetik untuk mencegah nyeri. Pasien diminta
untuk berbaring dengan bantal diletakkan dibawah lutut ntuk mencegah tekanan
intraabdominal tidak meningkat.6
2. Menurunkan tegangan otot abdomen.6
3. Kompres dengan kantong dingin untuk mengurangi pembengkakan dan menimbulkan
proses analgesia.6
4. Posisikan 2 jari di ujung cincin hernia untuk mencegah penonjolan yang berlanjut.6
5. Konsultasi dengan dokter spesialis bedah jika usaha reduksi tidak berhasil dalam 2
kali percobaan.6

Penatalaksanaan lain sebagai berikut:

1. Terapi umum
Terapi konservatif sambil menunggu proses penyembuhan selama dapat dilakukan.
Terapi konservatif berupa alat penyangga dapat dipakai sebagai pengelolaan
sementara misalnya pemakaian korset.7
2. Reposisi
Tindakan memasukkan kembali isi hernia ke dalam rongga dilakukan dengan
menggunakan kedua tangan dengan cara tangan yang satu melebarkan leher hernia
sedangkan tangan yang lain memasukkan isi hernia melalui leher hernia tersebut. Hal
ini dapat dilakukan hanya untuk hernia reponibel.7
3. Hernioplastic endoscopy.7
4. Tindakan operatif
a. Herniotomy
Dilakukan pembedahan kantong hernia sampai leher hernia. Kantong dibuka dan
isi hernia dibebaskan jika ada perlengketan kemudian dilakukan reposisi, kantong
hernia dijahit, ikat setinggi mungkin lalu dipotong.7
b. Hernioraphy
Dilakukan untuk memperkuat dinding perut atau dinding kanalis inguinalis.7
2.11 Komplikasi hernia

Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi hernia dapat
tertahan dalam kantong hernia pada hernia ireponibel dimana hal ini dapat terjadi apabila
hernia terlalu besar atau terdiri atas omentum, organ ekstrapritoneal, atau hernia akreta.
Hernia dapat tercekik oleh cincin hernia hingga terjadi hernia strangulata yang menimbulkan
gejala obstruksi usus. Jika cincin hernia sempit, kurang elastis atau lebih kaku seperti ada
hernia femoralis maka dapat terjadi jepitan parsial. 1 Komplikasi lain yang dapat terjadi dari
hernia antara lain:

1. Hernia berulang.7
2. Hematoma.7
3. Retensi urin.7
4. Infeksi luka pasca operasi.7
5. Nyeri kronis atau akut.7

2.12 Prognosis hernia

Prognosis untuk hernia secara umum baik bergantung pada usia pasien, durasi hernia,
jenis hernia, ukuran hernia serta kemampuan pasien untuk mengurangi faktor risiko.
Peningkatan insiden rekurensi hernia ditemukan apabila terdapat riwayat inkarserata atau
strangulasi. Prognosis untuk hernia inguinal pada bayi dan anak-anak umumnya baik.
BAB III

KESIMPULAN

Hernia merupakan kasus tersering di bagian bedah abdomen setelah apendisitis.


Hernia didefinisikan sebagai suatu penonjolan abnormal organ atau jaringan melalui daerah
yang lemah atau defek yang diliputi oleh dinding. Hernia dapat terjadi di berbagai tempat dari
tubuh kebanyakan defek melibatkan dinding abdomen pada umumnya daerah inguinal.
DAFTAR PUSTAKA

1. Latif ANA. Hernia Inguinalis. Bandung: Fakultas Kedokteran Ukrida. 2011:4-7.


Diunduh dari: https://www.academia.edu/35287144/REFERAT_Bedah_Hernia 6
Agustus 2022.
2. Conze J, Klinge U, Schumpelick V. Surgical Treatment: Evidence-Based and Problen
Oriented. Munich. 2001. Diunduh dari:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK6888/ 6 Agustus 2022.
3. Amrizal. Hernia Inguinalis: Tinjauan Pustaka. Padang. 2015:6(1);2-4.
4. IQWIG. Hernias: Overview. Cologne. 2020. Diunduh dari:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK395554/ 6 Agustus 2022.
5. Sinurat KES. Gambaran Karakteristik Hernia Inguinalis di RSUD Pirngadi Medan
Selama Periode 1 Januari 2013 – 31 Desember 2015 [Skripsi]. Medan. 2017:4-13.
6. Aisyah I. Hernia Inguinalis Lateralis. 2020:3-19.
7. Cleveland Clinic. Hernia. 2018. Diunduh dari:
https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/15757-hernia 6 Agustus 2022.
8. Zahro ASI. Asuhan Keperawatan pada Klien Post Op Hernia Inguinal Lateralis
dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut di Ruang Fambloyan RSUD Dr. Harjono
Ponorogo. Ponorogo. Ponorogo. 2019:7-13.
9. Abudan H. Hubungan Antara Pekerjaan Berat dan Hernia Inguinalis di Poli Bedah RS
Al-Aziz Kabupaten Jombang Periode 2017 – 2018. Malang. 2019:5-7.
10. DerSarkissian C. Hernia Symptomps. WebMD. 2022. Diunduh dari:
https://www.webmd.com/digestive-disorders/understanding-hernia-symptoms
6 Agustus 2022.

Anda mungkin juga menyukai