P DENGAN
POST OP HERNIA INGUNIALIS LATERALIS (HIL) DI RUANG
BOUGENVILE RSUD MAJENANG
NIM : 20.03.0048
2023/224
i
HALAMAN PENGESAHAN
UJIAN KOMPREHENSIF STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.T DENGAN POST OP HERNIA
INGUNIALIS LATERALIS (HIL) DI RUANG BOUGENVIL RSUD
MAJENANG
Disusun oleh :
Rahajeng Sugih Utamy
NIM : 20.03.0048
Telah dipertahankan di Depan Dewan Penguji pada tanggal , 24 Mei 2023 dan
dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima
Susunan Penguji :
Penguji I
Budi Priyanto,Ns.,M.Kep :......................................…
Penguji II
Iva Puspaneli S.,Ns.,M.Kep :......................................…
ii
Ketua Program Studi
KATA PENGANTAR
Bismillahhirrohmannirohim
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas praktek klinik di RSUD
Majenang dengan judul “Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Pada Tn.P
Dengan Post Op Hernia Ingunialis Lateralis (HIL) Di Ruang Bougenvile RSUD
Majenang”. Saya ucapkan terimakasih kepada orang tua saya atas doanya dan
saya ucapkan terimakasih atas bimbingan dari dosen pembimbing serta
pembimbing klinik yang telah memberi arahan, sehingga asuhan keperawatan ini
dapat terselesaikan tepat waktu.
Saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca dan dosen pembimbing, sehingga penyusunan selanjutnya dapat lebih
baik. Penulis berharap agar asuhan keperawatan ini dapat berguna dan bermanfaat
bagi pihak-pihak yang memerlukan.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………..........................................i
HALAMAN PENGESAHAN ..........................................................................ii
KATA PENGANTAR .....................................................................................iii
DAFTAR ISI....................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................5
B. Perumusan Masalah.................................................................5
C. Tujuan Penulisan .....................................................................5
D. Manfaat Penulisan....................................................................6
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar...........................................................................7
1. Definisi...............................................................................7
2. Etiologi...............................................................................7
3. Tanada Dan Gejala...........................................................11
4. Pemerisaan Penunjang.....................................................11
B. Konsep keperawatan
1. Pengkajian........................................................................13
2. Diagnosa Keperawatan yang muncul...............................18
3. Intervensi..........................................................................21
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian..............................................................................25
B. Analisa data dan Diagnosa Keperawatan...............................30
C. Intervensi, Implementasi, Evaluasi........................................31
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian..............................................................................38
B. Analisa data dan Diagnosa Keperawatan…………………...38
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................42
B. Saran......................................................................................43
iv
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................44
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hernia merupakan penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian
lemah dari dinding rongga bersangkutan. Berdasarkan terjadinya, hernia
dibagi atas hernia bawaan atau kongenital dan hernia dapatan atau akuisita.
Berdasarkan letaknya, hernia diberi nama sesuai dengan lokasi
anatominya, seperti hernia diafragma, inguinal, umbilikalis, fermonalis, dll
(Syamsuhidajat, 2018).
Hernia inguinalis adalah hernia yang paling umum terjadi dan
muncul sebagai tonjolan di selangkangan atau skrotum. Hernia inguinalis
terjadi ketika dinding abdomen berkembang sehingga usus menerobos ke
bawah melalui celah. Hernia tipe ini lebih sering terjadi kepada laki-laki
dari pada perempuan. (Nurarif dan Kusuma, 2019). Pada umumnya
benjolan tersebut bisa mengecil atau menghilang pada waktu tidur. Bila
menangis, mengejan atau mengangkat benda berat atau bisa posisi pasien
berdiri dapat timbul kembali. Bila telah terjadi komplikasi dapat
ditemukan nyeri. (Masjoer, A, 2017).
Menurut World Health Organization (WHO), penderita hernia tiap
tahunnya meningkat. Didapatkan data pada decade tahun 2010 sampai
tahun 2020 penderita hernia segala jenis mencapai 19.173.279 penderita
(12.7%) dengan penyebaran yang paling banyak adalah daerah negara-
negara berkembang seperti negara-negara Afrika, asia tenggara termasuk
Indonesia, selain itu negara Uni emirat arab adalah negara dengan jumlah
penderita hernia terbesar di dunia sekitar 3.950. penderita pada tahun 2020
berjumlah 1.243 yang mengalami gangguan hernia inguinalis, termasuk
berjumlah 230 orang (5.56%) (DepKesRI, 2018). Berdasarkan data dari
Departemen Kesehatan Republik Indonesia di Indonesia periode 2018
sampai dengan 2020 berjumlah 1.243 yang mengalami gangguan hernia
inguinalis (DepKesRI, 2020).
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dalam kasus ini adalah,
“Bagaimana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Pada Tn.P Dengan
Sistem Pencernaan Hernia Inguinalis Lateralis (HIL) Di Ruang
Bougenvile RSUD Majenang?”
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa dihaarapkan mampu menganalisis dan memberikan
Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Pada Tn.P Dengan Gangguan
Sistem Pencernaan Hernia Ingunialis Lateralis (HIL) Di Ruang
Bougenvile RSUD Majenang.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melaksanakan pengkajian pada pasien dengan gangguan
sistem penceraan Hernia Inguinali Lateralis (HIL).
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien Hernia
Inguinali Lateralis (HIL).
c. Mampu membuat rencana tindakan keperawatan pada pasien
Hernia Inguinali Lateralis (HIL).
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien Hernia
Inguinali Lateralis (HIL).
e. Mampu mengevaluasi hasil asuhan kepeawatan yang telah
diberikan pada pasien Hernia Inguinali Lateralis (HIL)
D. Manfaat
1. Bagi Institusi Pendidikan
Menambah masukan dan merupakan sumber informasi nyata
tentang Asuhan Keperawatan Medikal Bedah pada pasien dengan
gangguan sistem pencernaan Hernia Inguinalis Lateralis (HIL) di lahan
praktek. Sehingga institusi pendidikan dapat lebih meningkatkan
kualitasnya sebagai ahli madya berkualitas.
6
2. Bagi Mahasiswa
Manfaat yang diperoleh mahasiswa yaitu dapat dijadikan referensi
atau petunjuk pembuatan Asuhan keperawatan medikal bedah pada
Tn.P Pasien Dengan Gangguan Sistem Pencernaan Hernia Inguinalis
Lateralis (HIL) .
3. Bagi Rumah Sakit
Memberikan informasi kepada institusi rumah sakit tentang
pelaksanaan Asuhan Keperawatan Medikal Bedah pada Pasien Dengan
Gangguan Sistem Pencernaan Hernia Inguinalis Lateralis (HIL)
sehingga dapat membantu membangkitkan pelayanan rumah sakit.
E. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari 5 BAB yang disusun secara sistematik
dengan urutan sebagai berikut :
1. Bab I Pendahuluan, terdiri atas :
a. Latar belakang
b. Rumusan masalah
c. Tujuan penulisan
d. Manfaat Penulisan
e. Sistematika Penulisan
2. Bab II Tinjauan Teori, terdiri atas :
a. Konsep dasar
b. Konsep Asuhan Keperawatan
3. Bab III Tinjauan Kasus,terdiri atas :
a. Pengkajian
b. Analisa Data dan Perumusan Diagnosa Keperawatan
c. Intervensi
d. Implementasi
e. Evaluasi
7
4. Bab IV Pembahasan, terdiri atas :
a. Pengkajian
b. Diagnosa keperawatan
c. Intervensi
d. Implementasi
e. Evaluasi
5. Bab V Penutup, terdiri atas :
a. Kesimpulan
b. Saran
8
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Gangguan Kebutuhan
9
3. Patofisiologi
Pendapat Syamsuhidayat (2018), hernia inguinalis bisa didapatkan
sebab anomali kongenital atau akibat yang didapat. Hernia dapat
diketahui jika setiap usia. Penyakit ini sering diderita pada lakilaki
ketimbang pada perempuan.Berbagai faktor akibat terjadi pada depat
pintu masuk anulus internus hernia yang cukup lebar sehingga dapat
dilalui oleh kantong dan isi hernia. Selain itu, yang dapat mendorong
melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar itu diperlukan pula
faktor isi herniayang ada. Faktor peningakatan tekanan di dalam
rongga karena peninggian tekanan di dalam rongga perut perut yang
dipandang berperan kausal. Kanalis inguinalis adalah terjadi Pada
bulan ke-8 kehamilan kanal yang normal pada fetus, terjadi melalui
kanal tersebut desensus testis. Penurunan testis terjadi penonjolan
peritoneum yang disebut dengan 11 prosesus vaginalis peritonei yang
akanmenarik peritonium ke daerah skrotum sehingga. prosesus ini
telah mengalami obliterasi Pada bayi yang sudah lahir, umumnya
sehingga isi rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. kanalis
ini tidak menutup dalam beberapa hal tersebut. Karena testis kiri turun
terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka.
jika kanalis kanan terbuka maka biasanya yang kiri juga terbuka.
Dalam keadaan normal, pada usia 2 bulan kanalis yang terbuka ini
akan menutup. Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami
obliterasi) akan timbul hernia inguinalis lateralis kongenital. Kanalis
inguinalis telah menutup Pada orang tua. tetapi karena menyebabkan
lokus minoris resistensie, sebab saat keadaan yang terjadinya tekanan
intra-abdominal lebih terasa, hernia inguinalis lateralis akuisita
tersebut dapat terbuka kembali dan timbul. Akibat kerusakan Nervus
Ilioinguinalis dan Nervus Iliofemoralis setelah apendiktomi
Kelemahan otot dinding perut terjadi akibat-akibat jaringan kanal
(Erfandi, 2017). Pada hernia akan terjadi kelemahan atau kegagalan
menutup yang bersifat kongenital usus ke dalam anulus inguinalis di
atas kantong skrotum, disebabkan oleh prolaps sebagian. kemudian
10
akan mengalami nyeri dan gelala-gejala obstruksi usus (perut
kembung, nyeri kolik abdomen, tidak ada flatus, tidak ada feces,
muntah). Bila usus yang prolaps bisa menyebabkan Hernia inkarserata
terjadi konstriksi bila suplai darah ke kantong skrotum, Isi hernia dapat
12 kembalikeronggaperitoneumdisebutherniainguinalreponibilis,bila
tidak dapat kembali disebut hernia inguinal ireponibilis (Mansjoer,
2019). Keluhan yang timbul hanya berupa benjolan di lipat paha yang
muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin, mengedan, dan menghilang
setelah berbaring terjadi pada hernia reponibilis. Keluhan nyeri jarang
dijumpai pada hernia ini, walaupun ada nyeri dirasakan di daerahcpada
mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam
kantunghernia. Bila usus tidak dapatkembali karena jepitan oleh
anulus inguinalis, terjadi gangguan pembuluh darah dan gangguan
pasase segmen usus yang terjepit. Keadaan ini disebut hernia
strangulata. rasa sakit yang terus menerus Secara klinis keluhan klien
adalah Terjadi gangguan pada usus seperti nyeri padaperut kembung
dan muntah. Akibat penimbunan racun yang akan mengakibatkan
terjadinya infeksi dalam tubuh Pembuluh darah yang terjepit . dinding
usus yang akan berakibat buruk yaitu kematian Infeksi ini akan
menjadi sumber infeksi ke seluruh tubuh.
11
4. Pathway
Batukkronis,Mengejan
Batuk kronis, mengangkat
benda berat, mengejan saat
defekasi
Hernia
Herniatomi
Perubahan status kesehatan
Post op
Nyeri akut
Gangguan mobilitas
fisik
Resiko infeksi
Sumber : (Liu & Sampbell, 2017)
12
5. Tanda dan Gejala
Menurut Suratun dan Lusianah (2017), Tanda dan Gejala Hernia
Inguinal Lateralis yaitu :
a. Tampak adanya benjolan di lipat paha atau perut bagian bawah dan
benjolan bersifat temporer yang dapat mengecil dan menghilang
yang disebabkan oleh keluarnya suatu organ.
b. Bila isinya terjepit akan menimbulkan perasaan nyeri di tempat
tersebut disertai perasaan mual.
c. Nyeri yang diekspresikan sebagai rasa sakit dan sensasi terbakar.
Nyeri tidak hanya didapatkan di daerah inguinal tapi menyebar ke
daerah pnggul, belakang kaki, dan daerah genital yang disebut
Reffered Pain. Nyeri biasanya meningkat dengan durasi dan
insensitas dari aktivitas atau kerja yang berat. Nyeri akan mereda
atau menghilang jika istirahat. Nyeri akan bertambah hebat jika
terjadi strangurasi karena suplai darah ke daerah hernia terhenti
sehingga kulit menjadi merah dan panas.
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Foto Abdomen
b. Urinalisis
c. Elektrolit
d. AGD (Analisa Gas Darah)
e. ECG (Electrocardiograf)
f. Pemeriksaan Laboratorium
g. Pemeriksaan darah lengkap
7. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan Menurut Amin & Kusuma (2015) penanganan
hernia ada dua macam:
a. Konservatif. Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan
melakukan reposisi dan pemakaian penyangga atau penunjang untuk
mempertahankan isi hernia yang telah direposisi. Bukan merupakan
tindakan definitif sehingga dapat kambuh kembali. Adapun
tindakannya terdiri atas:
13
1) Reposisi adalah suatu usaha untuk mengembalikan isi hernia ke
dalam kavum peritoneum atau abdomen. Reposisi dilakukan
secara manual. Reposisi dilakukan pada pasien dengan hernia
reponibilis dengan cara memakai dua tangan. Reposisi tidak
dilakukan pada hernia inguinalis strangulata kecuali pada anak-
anak.
2) Suntikan dilakukan penyuntikan cairan sklerotik berupa alkohol
atau kinin di daerah sekitar hernia, yang menyebabkan pintu
hernia mengalami sklerosis atau penyempitan sehingga isi hernia
keluar dari kavum peritoneum.
3) Sabuk hernia Diberikan pada pasien yang hernia masih kecil dan
menolak dilakukan operasi.
b. Operasi merupakan tindakan paling baik dan dapat dilakukan pada
hernia reponibilis, hernia irreponibilis, hernia strangulasi, hernia
inkarserata. Operasi hernia ada 3 macam:
1) Herniotomy Membuka dan memotong kantong hernia serta
mengembalikan isi hernia ke kavum abominalis
2) Hernioraphy Mulai dari mengangkat leher hernia dan
menggantungkannya pada conjoint tendon (penebalan antara tepi
bebas musculus obliquus intra abominalis dan musculus
tranversus abdominalis yang berinsersio di tuberculum
pubicum).
3) Hernioplasty Menjahitkan conjoint tendon pada ligementum
inguinale agar LMR hilang/ tertutup dan dinding perut jadi lebih
kuat karena tertutup otot. Hernioplasty pada hernia inguinalis
lateralis ada bermacam-macam menurut kebutuhannya
(Ferguson, Bassini, halst, hernioplasty, pada hernia inguinalis
media dan hernia femoralis dikerjakan dengan cara Mc.Vay).
14
inguinalis dan pada heria femoralis yang sering terkena adalah
perempuan untuk usia antara 45-75 tahun (Baradero, 2016).
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus hernia adalah terasa
nyeri. Nyeri tersebut adalah akut karena disebabkan oleh
diskontinuitas jaringan akibat tindakan pembedahan (insisi
pembedahan). Dalam mengkaji adanya nyeri, maka digunakan
teknik PQRST. P= Provoking: Merupakan hal - hal yang menjadi
faktor presipitasi timbulnya nyeri, biasanya berupa trauma pada
bagian tubuh yang menjalani prosedur pembedahan dan biasanya
nyeri akan bertambah apabila bersin, mengejan, batuk kronik dll. Q=
Quality of pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau
digambarkan klien. Apakah seperti terbakar, ditekan, ditusuk-tusuk,
diremas. 19 R= Region: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa
sakit menjalar atau menyebar dan dimana rasa sakit terjadi. S= Scale
of pain: Biasanya klien hernia akan menilai sakit yang dialaminya
dengan skala 5 - 7 dari skala pengukuran 1 - 10. T=Time:
Merupakan lamanya nyeri berlangsung, kapan muncul dan dalam
kondisi seperti apa nyeri bertambah buruk. (Muttaqin, 2016).
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pengumpulan data yang dilakukan untuk menentukan sebab dari
hernia, yang nantinya membantu dalam rencana tindakan terhadap
klien. Ini bisa berupa kronologi terjadinya penyakit tersebut
sehingga nantinya bisa di tentukan kekuatan yang terjadi dan bagian
tubuh mana yang terkena. merasa ada benjolan di skrotum bagian
kanan atau kiri dan kadang-kadang mengecil/menghilang. Bila
menangis, batuk, mengangkat beban berat akan timbul benjolan lagi,
timbul rasa nyeri pada benjolan dan timbul rasa kemeng disertai
mual-muntah. Akibat komplikasi terdapat shock, demam, asidosis
metabolik, abses, fistel, peritonitis. Pada pasien post operasi hernia
juga akan merasakan nyeri dimana nyeri tersebut adalah akut karena
15
disebabkan oleh diskontinuitas jaringan akibat tindakan pembedahan
( insisi pembedahan ).
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Latar belakang kehidupan klien sebelum masuk rumah sakit yang
menjadi faktor predisposisi seperti riwayat bekerja mengangkat
benda-benda berat, riwayat penyakit menular atau penyakit
keturunan, 20 serta riwayat operasi sebelumnya pada daerah
abdomen atau operasi hernia yang pernah dialami klien sebelumnya.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga Perlu diketahui apakah ada anggota
keluarga lainnya yang menderita sakit yang sama sepert klien, dikaji
pula mengenai adanya penyakit keturunan atau menular dalam
keluarga.
3. Pola Fungsional Gordon
Menurut Suyami dalam buku panduan laboratorium klinik
keperawatan dasar prodi S1 keperawatan tahun 2017, pengkajian pola
fungsi Gordon meliputi :
1) Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Pengetahuan klien mengenai penyakitnya, pendapat klien
tentang keadaan kesehatannya saat ini, persepsi klien tentang berat
ringannya dan persepsi tentang tingkat kesembuhan.
2) Pola Nutrisi atau Metabolik
Mengkaji pola kebiasaan makan, makanan yang disukai dan
tidak disukai, adakah suplemen yang dikonsumsi, jumlah makanan
dan minuman yang masuk, kaji adakah nyeri telan atau tidak,
adakah fluktuasi BB 6 bulan terakhir naik/turun, diet khusus/
makanan pantangan, nafsu makan, mual muntah serta kesulitan
menelan.
3) Pola Eliminasi
a) Kebiasaan BAB (frekuensi, kesulitan, ada/tidak darah,
penggunaan obat pencahar)
b) Kebiasaan BAK (frekuensi, bau, warna, kesulitan BAK)
4) Pola Aktivitas dan Latihan
16
Kemampuan perawatan diri klien meliputi makan/minum,
rutinitas mandi (kapan, bagaimana, dimana, sabun yang
digunakan), kemampuan melakukan toileting, kebersihan sehari-
hari seperti berpakaian, kemampuan mobilitas di tempat tidur,
berpindah dan ambulasi. Dengan skore 0 : mandiri, 1 : alat bantu,
2 : dibantu orang lain, 3 : dibantu orang lain dan alat, 4 : tergantung
total.
5) Pola Tidur dan Istirahat
Mengkaji pola istirahat dan tidur klien, waktu tidur, lama
tidur, kualitas tidur (sering terbangun atau tidak ) dan perawasan
saat bangun tidur.
6) Pola Persepsual
Mengkaji nyeri meliputi kualitas nyeri, intensitas nyeri,
durasi nyeri, skala nyeri, dan cara mengurangi nyeri. Kaji fungsi
panca indra meliputi penglihatan, pendengaran, pengecapan,
penghidu dan perasa serta kaji apakah menggunakan alat bantu atau
tidak. Kaji kemampuan bicara dan kemampuan membaca klien.
7) Pola Persepsi Diri
Tanyakan bagaimana klien memandang dirinya? Hal-hal
apa yang disukai klien mengenai dirinya ? Apakah klien dapat
mengidentifikasi kekuatan antara kelemahan yang ada pada
dirinya? Hal-hal apa yang dapat dilakukan klien secara baik?
8) Pola Seksualitas dan Reproduksi
Tanyakan apakah ada masalah dengan menstruasi atau
tidak? Apakah melakukan perawatan payudara setiap bulannya atau
tidak? Apakah ada kesukaran dalam berhubungan seksual? Apakah
penyakit sekarang mengganggu fungsi seksual ?
9) Pola Peran Hubungan
Tanyakan peran pasien dalam keluarga dan masyarakat,
tanyakan apakah klien mempunyai teman dekat atau tidak, siapa
yang dipercaya untuk membantu klien jika ada kesulitan, serta
17
tanyakan apakah klien ikut dalam kegiatan masyarakat atau tidak
dan bagaimana keterlibatan klien.
18
i) Observasi kesimetrisan pergerakan dada. Gangguan
pergerakan atau tidak adekuatnya ekspansi dada
mengindikasikan penyakit pada paru atau pleura.
2) Palpasi
a) Dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada
dan mengobservasi abnormalitas, mengidentifikasikan
keadaan kulit dan mengetahui vocal premitus.
b) Palpasi thorak untuk mengetahui abnormalitas yang terkaji
saat inspeksi seperti : mata, lesi, bengkak.
3) Perkusi
Suara perkusi normal :
a) Resonan (sonor) : bergaung, nada rendah, dihasilkan pada
jaringan paru normal
b) Dullness : bunyi yang pendek serta lemah, ditemukan diatas
bagian jantung, mamae dan hati
c) Timpani : musical, bernada tinggi dihasilkan di atas perut
yang berisi udara
Suara perkusi abnormal :
a) Hipersonan : bergaung lebih rendah dibandingkan dengan
resonan dan timbul pada bagian paru yang berisi darah
b) Flatness : sangat dullness. Oleh karena itu, nadanya lebih
tinggi. Dapat didengar pada perkusi daerah hati, dimana
areanya seluruhnya berisi jaringan
4) Auskultasi
a) Merupakan pengkajian yang sangat bermakna, mencakup
mendengarkan bunyi napas normal, bunyi napas tambahan
dan suara.
b) Suara napas abnormal dihasilkan dari getaran udara ketika
melalui jalan napas dari laring ke alveoli, dengan sifat
bersih.
19
c) Suara napas normal meliputi bronkial, bronkovesikular, dan
vesikular.
d) Suara napas tambahan meliputi : wheezing, pleural friction
rub dan crackles.
20
infeksi pada penggantian balut atau tidak
daerah sekitar setiap hari di pagi 3. Untuk
post op hari meminimalisir
2. Pes 5. Lakukan tindakan terjadinya
berkurang/hilang keperawatn infeksi pada post
secara asepsis op
4. Untuk
meminimalisir
terjadinya
infeksi
Agar jahitan tetap
bersih terhindar dari
infeksi
3. Gangguan Setelah dilakukan 1. Monitor kondisi 1. Untuk
mobilitas tindakan keperawatan umum selama mengetahui
fisik selama 3x24 jam melakukan kondisi pasien
diharapkan masalah ambulansi sebelum
keperawatan dapat 2. Identifikasi melakukan
teratasi dengan kriteria toleransi fisik ambulansi
hasil : melakukan 2. Untuk
1. Mampu berpindah ambulansi mengetahui
tanpa bantuan 3. Identifikasi pasien mampu
dari orang lain adanya nyeri saat atau tidak
2. Aktivitas dan ambulansi melakukan
kebutuhan pasien 4. Beri terapi obat ambulansi
dibantu oleh anak kolaborasi 3. Untuk
berkurang dengan dokter mengetahui
3. Pasien mampu adanya nyeri
beraktivitan saat proses
secara mandiri ambulansi
4. Mobilitas fisik 4. Untuk
meningkat meredakan nyeri
21
penyakitnya
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
a. Identitas Diri Pasien
Pengkajian dilakukan pada tanggal 23 Februari 2023 pada pukul
08.25 pagi diperoleh data pasien dengan nama TnP, umur 67 tahun, jenis
kelamin laki-laki, alamat cimanggu, status perkawinan menikah, beragama
islam, suku jawa, pendidikan terakhir SD, pekerjaan petani, pasien masuk
rumah sakit pada tanggal 21 Februari 2023 dengan diagnosa medis Hernia
Inguinalis Lateralis (HIL).
1. Riwayat Penyakit
a. Keluhan utama
Pasien datang dengan keluhan nyeri pada benjolan area perut
sebelah kanan bawah, dan ketika disentuh bertambah nyeri, benjolan
sudah satu bulan.
b.Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan punya hipertensi, dan nyeri pada pada
benjolan pada perut bagian kanan bawah.
c.Riwayat penyakit dahulu
Pasien belum pernah merasakan sakit seperti ini sebelumnya.
d.Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan tidak ada penyakit menurun dalam
keluarganya dan tidak ada yang mengalami sakit seperti dirinya.
2. Pengkajian Pola Gordon
a. Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
22
Pasien mengatakan belum mengetahui sakit yang dialami
ini dan hanya mengetahui keluhannyeri pada benjolan di area perut
sebelah kanan bawah. Pasien belum tau cara mengatasi ketika nyeri
muncul.
23
Sebelum sakit pasien mengatakan indra penglihatan jelas,
tidak ada masalah pada indra pendengarannya, mampu
membedakan aneka rasa di lidahnya dan mampu merasakan
perbedaan sentuhan panas, dingin, kasar, halus dan lain-lain.
Selama sakit pasien mengatakan mampu membaca name tag yang
dikenakan oleh mahasiswa praktek, indra pendengaran jelas
dibuktikan dengan mampu menjawab pertanyaan dengan tepat,
pasien mampu merasakan aneka rasa pada lidahnya dan mampu
merasakan sensasi panas, dingin, kasar, halus pada kulitnya.
g. Pola Persepsi Diri
Sebelum sakit pasien mengatakan apabila badannya sudah
merasa sakit hanya beli obat ke apotek tidak periksa ke faskes
terdekat, konsep diri klien baik dibuktikan dengan klien menyukai
dirinya sebagai seorang laki-laki, menyukai bagian tubuhnya dan
tidak ada gangguan pada identitasnya. Selama sakit pasien
mengatakan cemas dengan sakit yang dirasakan saat ini, cemas
karena rasa nyeri post op yang tak kunjung hilang. Konsep diri
pasien baik dibuktikan dengan klien menyukai kodratnya sebagai
seorang laki-laki, tidak ada masalah pada bagian tubuhnya dan
tidak ada gangguan pada identitasnya.
h. Pola Seksualitas dan Reproduksi
Pasien mengattakan sudah tidak melakukan hubungan
seksual karena istrinya sudah almarhum, tidak ada kelainan sistem
reproduksinya.
i. Pola Peran Hubungan
Sebelum sakit pasien mengatakan komunikasi berjalan baik
dengan keluarga, hubungan baik dengan tetangga sekitar dan
kondisi keuangannya stabil. Selama sakit pasien mengatakan
komunikasi baik dengan keluarga, saat ini belum bisa
berkomunikasi dengan tetangga sekitarnya, kondsi keuangan tidak
stabil karena besarnya pengeluaran untuk biaya berobat di rumah
sakit
24
j. Pola Manajemen Koping-Stress
Sebelum sakit pasien mengatakan tidak ada perubahan
besar dalam hidup pada akhir-akhir ini. Pasien mengatakan apabila
sedang ada masalah dan beban pikiran biasanya pasien
menenangkan dengan liburan bersama keluarga. Selama sakit
pasien mengatakan saat ini merasa cemas dan untuk menenangkan
hanya bisa tidur.
k. Sistem Nilai dan Keyakinan
Sebelum sakit pasien mengatakan melaksanakan ibadah
sholat sesuai dengan waktunya. Selama sakit pasien mengatakan
tidak melaksanakan sholat. Saat ini pasien selalu berdoa agar diberi
kesembuhan.
3. Pemeriksaan Fisik Head To Toe
Kesadaran compos mentis, nadi 85x/menit, TD 130/90
mmHg, RR 22x/menit, suhu 36˚C, BB 63 kg, dan TB 160 cm.
Pemeriksaan kepala, bentuk kepala simetris, tidak ada benjolan, tidak
ada bekas luka, rambut bersih, rambut berwarna hitam, kulit kepala
bersih, raut wajah tegang dan gelisah, raut wajah tampak lemas, letih
dan lesu. Pemeriksaan mata, mata normal, tidak ada luka, tidak ada
benjolan, penglihatan jelas, bola mata simetris kanan dan kiri,
konjungtiva ananemis. Pemeriksaan hidung, tidak ada polip, bentuk
simetris kanan dan kiri, tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, tidak
ada pendarahan. Pemeriksaan telinga, bentuk simetris, kanan dan kiri,
tidak ada benjolan, tidak ada luka dan pendengaran jelas. Pemeriksaan
mulut, mulut tidak ada lesi, mukosa bibir kering, warna bibir sedikit
pucat, mulut simetris, ada karies gigi dan warna lidah normal.
Pemeriksaan leher, bentuk simetris, tidak ada pembesaran kelenjar
thyroid, tidak ada luka dan tidak ada nyeri tekan. Pemeriksaan
payudara, bentuk simetris, tidak ada luka, tidak ada benjolan, dan
tidak ada nyeri tekan. Pemeriksan jantung, terlihat adanya iktus kordis,
tidak ada nyeri tekan, terdengar bunyi pekak pada saat di perkusi, dan
bunyi jantung normal Lup Dup. Pemeriksaan paru, adanya retraksi
25
dinding dada, tidak ada nyeri tekan, terasa pengembangan dada saat
bernapas. Pemeriksaan abdomen, terdapat luka jehit bagian kanan
bawah pusar, bentuk simetris, bentuk cembung, suara bising usus baik,
bunyi timpani saat di ketuk, tidak teraba skibala. Genetalia bersih,
tidak ada kelainan, terpasang selang kateter dan tidak ada luka. Pada
punggung tidak ada luka. Ekstremitas atas terpasang infus di tangan
kiri, akral teraba hangat, tangan kanan dan kiri simetris, mudah
digerakkan dan tonus otot 5. Kaki kanan dan kiri simetris, mudah
digerakkan, akral teraba hangat dan tidak ada luka.
4. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratoriun
Tabel 3.1 Hasil Pemeriksaan Lab tanggal 21 Februari 2023
Fungsi Ginjal
UREUM 24 mg/dl
CERATININ 0,75 mg/dl
Hematologi
DARAH RUTIN
-LEKOSIT 5,2 x10`3/ul
-ERYTROSIT 4,0 x10`6/ul
-HEMOGLOBIN 12,2 gr/dl
-HEMATOKRIT 36%
-MCV 89 fl
-MCH 31 pq
-MCHC 34%
-TROMBOSIT 172 x10`3/ul
MASA PEMBEKUAN 3 menit
MASA PENDARAHAN 2 menit
Imunologi
ANTI HIVVCT
-SD Non reaktif
26
-DIAGNOSTAR
-BIOSENSOR
-HASIL AKHIR HIV Negatif
HBSAG Negatif
ANTI HCV Negatif
5. Program therapy :
a. Infus RL 20 tpm 500 cc/24 jam
b. Njeksi Ceftriaxone 2x1 mg
c. Injeksi keterolak 3x1 mg
d. Injeksi Pantoprazole 1x40 mg
27
-Pasien tampak lemah
-Pasien tampak meringis menahan nyeri
-Pasien tampak banyak berbaring di tempat
tidur
Pengkajian Nyeri :
P: Saat bergerak terasa nyeri
Q: Rasanya seperti tertusuk-tusuk
R: Abdomen kanan bawah
S: Skala nyeri 5 dari 0-10
T: Nyeri hilang timbul sekitar 1-2 menit
3. DS : Nyeri Gangguan
-Pasien mengatakan aktivitas dan mobilitas
kebutuhan lainnya dibantu oleh anaknya fisik
dan perawat
DO:
-Pasien terlihat terbaring ditempat tidurnya
-Pasien tampak sgala aktivitas dibantu
anaknya
28
4. DS: Kurangnya Defisit
-Pasien mengatakan kurang mengerti informasi pengetahu
tentang penyakitnya an
-Pasien mengatakan hanya beli/konsumsi
obat di apotek ketika sakit
DO:
-Pasien tampak bingung saat ditanya
tentang penyakitnya
-Pasien bertanya kepada perawat mengenai
kondisinya
29
I. Intervensi Keperawatan
Tabel 3.3 Intervensi Keperawatan Tn.P Dengan Post Op Hernia di RSUD
Majenang :
No Dx.Kep Tujuan Intervensi Rasional
Tindakan
1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi 1. Untuk
keperawatan selama 3x24 jam lokasi,karakt mengetahu
diharapkan masalah eristik,duras i
keperawatan dapat teratasi i,frekuensi,k lokasi,kara
dengan kriteria hasil : ualitas,inten kteristik,d
Indikator 1 2 3 4 sitas nyeri urasi,freku
Keluhan nyeri 2. Identifikasi ensi,kualit
skala nyeri as,intensit
Meringis 3. Identifikasi as nyeri
faktor yang 2. Agar
Sulit bergerak memperbrra mengetahu
t dan i tingkat
Skala nyeri memperinga nyeri
n nyeri pasien
Keterangan: 4. Beri terapi 3. Agar
1. Meningkat obat mengetahu
2. Cukup meningkat kolaborasi i faktor
3. Sedang dengan yang
4. Cukup menurun dokter memperbe
rat dan
30
memperin
gan nyeri
4. Untuk
menguran
gi rasa
nyeri
2. Resiko Setelah dilakukan tindakan 1. Jelaskan 1. Agar
infeksi keperawatan selama 3x24 jam pasien agar pasien
diharapkan masalah menjaga menjaga
keperawatan dapat teratasi kebersihan kebersihan
dengan kriteria hasil : terutama terutama
1. Pasien bebas dari tanda- pada area pada area
tanda infeksi luka post op luka postb
2. Menunjukan kemampuan 2. Ajarkan op
untuk mencegah timbulnya pasien 2. Agar
infeksi melakukan pasien bisa
3. Menunjukan prilaku hidup perawatan melakukan
sehat luka perawatan
3. Jelaskan luka stelah
tanda-tanda pulang
mengalami dari RS
infeksi 3. Agar
4. Lakukan pasien
pembersihan mengetahu
dan ganti i apa saja
kasa setiap yang
pagi hari mengakiba
tkan
infeksi
4. Agar
menguran
gi resiko
31
infeksi
32
2. Mengetahui tanda dan aktor resiko pasien
gejala penyakitnya dampak tahu
3. Mengetahui faktor resiko yang tentang
ditimbulkan penyakit
dan tanda dan
gejala) penyebabn
3. Jelaskan ya
gaya hidup 3. Agar
sehat pasien
dapat
menerapka
n gaya
hidup
sehat
33
beraktifitas
S : Skala nyeri 5 dari 0-10
T : Waktu nyeri hilang timbul kurang
lebih1-2 menit
10.00 Identifikasi S : Pasien mengatakan skala nyeri 5
skala nyeri dari 0-10
O : Pasien tampak lemah ditempat
tidur
11.10 Identifikasi S :Pasien mengatakan nyeri muncul
faktor yang saat bergerak/beraktifitas
memperberat O : Pasien tampak menontohkan
dan gerakan yang menimbulkan nyeri
memperingan
nyeri
12.30 Beri terapi obat S: Pasien mengatakan bersedia
kolaborasi menerima terapi obat yang diberi oleh
dengan dokter perawat
O : Pasien tampak menerima terapi
obat yang diberikan
Jum’at Identifikasi S : Pasien mengatakan masih nyeri
24-02-23 lokasi,karakteri bagian post op seperti
stik,durasi,freku O : Pasien tampak lemas dan pucat
ensi,kualitas,da
n intensitas
nyeri
15.15 Identifikasi S : Pasien mengatakan masih 5 dari 0-
skala nyeri 10
O : Pasien tampak meringis menahan
nyeri
16.00 Identifikasi S : Pasien mengatakan saat gerak rasa
faktor yang nyeri muncul, dan hilang saat tidur
memperberat O : Pasien tampak masih berbaring
34
dan ditempat tidur
memringankan
16.20 Beri terapi obat S : Pasien mengatakan bersedia diberi
kolaborasi obat
dengan dokter O : Pasien tampak bersedia diberi obat
Sabtu Identifikasi S : Pasien mengatakan masih merasa
25-02-23 lokasi,karakteri nyeri diarea post oprasi rasanya seperti
08.30 stik,durasi,freku ditusuk-tusuk
ensi,kualitas,da O : Pasien tampak lemah ditempat
n intensitas tidur
nyeri
09.15 Identifikasi S : Pasien mengatakan skala nyeri
skala nyeri berkurang menjadi 3 dari awal 5
O : Pasien tampak sudah bisa duduk
35
09.15 Ajarkan pasien S : Pasien mengatakan bersedia belajar
melakukan cara melakukan perawatan luka
perawatan luka O : Pasien tampak memahami cara
melakukan perawatan luka
09.20 Jelaskan tanda- S : Pasien mengatakan bersedia diberi
tanda penjelasan agar lebih tahu
mengalami O : Pasien tampak sudah paham
infeksi
09.25 Lakukan S : Pasien mengatakan akan mengikuti
pembersihan saran yang diberikan oleh perawat
dan ganti kasa stelah pulang dari RS
setiap pagi O : Pasien tampak mendengarkan
saran dari perawat
Jumat Ajarkan pasien S : Pasien mengatakan bersedia
24-02-23 melakukan diajarkan perawatan luka
14.15 perawatan luka O : Pasien tampak memperhatikan saat
diajari
14.20 Jelaskan tanda- S : Pasien mengatakan sudah paham
tanda tanda-tanda jika mengalami infeksi
mengalami O : Pasien tampak kooperatif saat
infeksi diberi penjelasan
Sabtu Lakukan S : Pasien mengatakan bersedia
25-02-23 pembersihan diberihkan dan diganti kasanya dengan
09.15 dan ganti kasa yang baru
setiap pagi O : Pasien tampak bersedia diberihkan
dan ganti kasa baru
3. Gangguan Kamis Monitor kondisi S : Pasien mengatakan masih belum
mobilitas 23-02-23 umum selama bisa spontan,harus pelan-pelan
fisik 08.15 ambulansi O : Pasien tampak masih dibantu
08.20 Identifikasi S : Pasien mengatakan aktivitasnya
toleransi fisik masih dibantu
melakukan O : Pasien tampak masih dibantu
36
ambulansi anaknya
08.25 Identifikasi S : Pasien mengatakan saat ambulansi
adanya nyeri nyerinya muncul
saat ambulansi O : Pasien tampak menunjukan bagian
yang nyeri
08.30 Beri terapi obat S : Pasien mengatakan bersedia diberi
kolaborasi obat
dengan dokter O : Pasien tampak bersedia diberi obat
Jum’at Monitor kondisi S : Pasien mengatakan masih merasa
24-02-23 umum selama nyeri saat ambulansi
14.20 ambulansi O : Pasien tampak masih terbaring
ditempat tidur
I4.25 Identifikasi S : Pasien mengatakan aktivitasnya
toleransi fisik masih dibantu
melakukan O : Pasien tampak masih belum bisa
ambulansi mandiri
14.30 Identifikasi S : Pasien mengatakan masih terasa
adanya nyeri nyeri saat bergerak
saat ambulansi O Pasien tampak masih terbaring
ditempat tidur
14.35 Beri terapi obat S : Pasien mengatakan bersedia diberi
kolaborasi terapi obat
dengan dokter O Pasien tampak bersedia diberi terapi
obat
Sabtu Monitor kondisi S : Pasien mengatakan kondisi mulai
25-02-23 umum selama membaik,sudah ada peningkatan
08.35 ambulansi O : Pasien tampak sudah bisa duduk
08.40 Identifikasi S : Pasien mengatakan aktivitasnya
toleransi fisik masih dibantu tetapi tidak sepenuhnya
melakukan O : Pasien tampak masih dibantu tetapi
ambulansi tidak sepenuhnya
08.50 Identifikasi S : Pasien mengatakan nyeri saat gerak
37
adanya nyeri sudah berkurang
saat ambulansi O : Pasien tampak lebih tenang
08.55 Beri terapi obat S : Pasien mengatakan bersedia diberi
kolaborasi obat
dengan dokter O : Pasien tampak bersedia diberi obat
oleh perawat
4. Defisit Kamis Kaji tingkat S : Pasien mengatakan belum tahu
pengetahu 23-02-23 pengetahuan tanda dan gejalanya
an 08.25 tentang tanda O : Pasien tampak bingung
dan gejala
08.30 Jelaskan S : Pasien mengatakan bersedia diberi
tentang penjelasan tentang penyakitnya
penyakit yang O : Pasien kooperatif
dialami
(Penyebab,fakto
r resiko,dampak
yang
ditimbulkan,tan
da gejala)
Jumat Jelaskan gaya S : Pasien mengatakan bersedia diberi
24-02-23 hidup sehat pendidikan kesehatan tentang gaya
14.40 hidup sehat
O : Pasien tampak bersedia menerima
pendidikan kesehatan dari perawat
14.55 Jelaskan pilihan S : Pasien mengatakan belum tahu dan
terapi yang masih bingung
dapat dipilih O : Pasien tampak bingung
pasien
Sabtu Kaji tingkat S : Pasien mengatakan sudah paham
25-02-23 pengetahuan tentang penyakit yang dialami
09.00 tentang O : Pasien tampak sudah tidak bingung
penyakitnya
38
III. Evaluasi Keperawatan
Tabel 3.5 Evaluasi Keperawatan Tn.P dengan post op Hernia di RSUD
Majenang
Pengkajian nyeri :
P : Nyeri abdomen sbelah kanan bawah pada
post op
Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk
R : Nyeri muncul saat bergerak/aktivitas
S : Skala nyeri 5 dari 0-10
T : Waktu nheri hilang timbul kurang lebih 1-
2 menit
39
O : Pasien tampak lemah ditempat tidur
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
40
A : masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
25-02-23
S : Pasien mengatakan kondisinya sudah
mulai membaik dan sudah bisa duduk tanpa
dibantu
O : Pasien tampak sudah bisa duduk
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan interfensi
4. Defisit 23-02-23 S : Pasien mengatakan belum mengetahui
pengetahuan tanda dan gejala penyakitnya
O : Pasien tampak bingung
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
41
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Pada pembahasan kasus ini penulis akan membandingkan antara
kasus dan teori, dengan aplikasi atau asuhan keperawatan pada Tn.P
dengan kasus yang telah dilakukan sejak tanggal 23 Februari 2023.
Pengkajian keperawatan merupakan dasar pemikiran dalam
memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien.
Pengkajian yang lengkap dan sistematis sesuai dengan fakta atau kondisi
yang ada pada pasien sangat penting untuk merumuskan suatu diagnosis
keperawatan dan dalam memberikan asuhan keprawatan sesuai dengan
respon individu (Budiono, 2016).
Penulis melakukan pengkajian pada tanggal 23 Februari 2023
dengan menggunakan metode wawancara, observasi, pemeriksaan fisik.
Selain itu penulis juga mempelajari rekam medis dan catatan keperawatan
pasien. Hasil yang didapatkan adalah nyeri. Keluhan lain adalah pasien
mengatakan susah beraktivitas atau ambulasi setelah oprasi, dan pasien
mengatakan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya, kesadaran
composmentis, tekanan darah 130/90 mmHg, frekuensi nadi 85x/menit,
suhu badan 36˚C dan frekuensi pernapasan 24x/menit.
Hernia adalah suatu penonjolan pada organ atau struktur melalui di
dinding otot perut. Hernia meliputi jaringan subkutan yang umumnya
terdiri dari kulit , peritoneal kantung, dan yang mendasarinya adalah
Visera, seperti loop usus atau organ-organ internal lainnya. Pembedahan
mendadak termasuk Faktor yang terjadi peningkatan tekanan intra-
42
abdomen, selama mengangkat penyakit ini terjadi diakaibatkan beban
berat atau batuk yang berkepanjangan sehingga peningkatan tekanan intra-
abdomen berhubungan dengan kehamilan, obesitas, atau asites (Schwartz,
2018).
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah penilaian klinis tentang respons
manusia terhadap gangguan kesehatan atau proses kehidupan, atau
kerentanan terhadap respons tersebut dari seorang individu, keluarga,
kelompok atau komunitas.
Penulis menegakkan diagnosa prioritas yaitu nyeri akut sesuai dengan
batasan karakteristik yang diperoleh pada Tn.P yaitu tidak ada rasa nyeri
saat bergerak atau beraktivitas pada luka post op. Diagnosa keperawatan
ini penulis prioritaskan karena pasien merasakan nyeri dengan skala 5 dari
0-10.
C. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan merupakan suatu perawatan yang dilakukan
oleh perawat berdasarkan penilaian klinis dan pengetahuan perawat untuk
meningkatkan luaran/ outcome pasien.
Intervensi pada diagnosa nyeri akut yaituidentifikasi
lokasi,karakteristik,durasi,frekuensi,kualitas,intensitas nyeri dengan tujuan
untuk mengetahui lokasi,karakertistik, durasi, frekuensi, kualitas dan
43
intensitas nyeri. Identifikasi skala nyeri, identifikasi faktor yang
memperberat dan memperingan nyeri, beri terapi obat kolaborasi dengan
dokter.
D. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan tindakan keperawatan dilakukan pada tanggal 23 Februari
2023. Implementasi yang dilakukan pada Tn.P dilakukan sselama 3 hari
sesuai dengan intervensi yang sudah dibuat dengan memperhatikan aspek
tujuan dan kriteria hasil dalam rentang yang telah dilakukan.
Implementasi untuk nyeri akut sudah diterapkan penulis yaitu
Identifikasi lokasi, frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri, identifikasi
skala nyeri, identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri,
dan beri terapi obat.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan untuk nyeri akut, pada hari pertama tanggal 23
Februari 2023 pukul 08.30 Pasien mengatakan nyerinya masih terasa
dibagian luka post oprasi skala nyeri 5 dari 0-10, nyeri terasa saat
bergerak, intervensi belum teratasi sehingga lajutkan intervensi. Evaluasi
hari ke dua pasien mengatakan nyerinya berkurang sudah bisa duduk,
pasien tampak sudah bisa duduk, masalah teratasi sebagian sehingga
lintervensi dilanjutkan. Evaluasi hari ke tiga pasien mengatakan nuerinya
hilang dan sudah bisa beraktivitas, masalah teratasi sehingga intervensi
dihentikan.
44
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan pengkajian, perumusan diagnosa
keperawataan, perencanaan keperawatan, implementasi dan evaluasi
keperawatann terhadapp asuhan keperawatan pada Tn.P maka penulis
menarik kesimpulan :
1. Pengkajian
Dari hasil pengkajian pada Tn.P diketahui mengeluhkan ada
benjolan dibagian peut bawah sebelah kanan, saat dipegang benjolan
tersebut terasa nyeri dan benjolan sudah satu bulan. Kesadaran
composmentis, tekanan darah 130/90 mmHg, frekuensi nadi
85x/menit, suhu badan 36˚C dan frekuensi pernapasan 24x/menit.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan utama pada Tn.P adalah nyeri akut
berhubungan dengan agen cidera fisiologis dengan ditandai pasien
yang merasakan nyeri saat bergerak atau beraktivitas sehingga
menyebabkan dirinya lebih banyak berbaring ditempat tidur dan
kebutuhannya banyak dibantu oleh anaknya.
3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan keperawatan pada Tn.P untuk diagnosa nyeri akut
yaitu melakukan identifikasi skala nyeri, faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri, berikan terapi obat kolaborasi dengan dokter.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi yang dilakukan pada Tn.P dilakukan sselama 3 hari
sesuai dengan intervensi yang sudah dibuat dengan memperhatikan
aspek tujuan dan kriteria hasil dalam rentang yang telah dilakukan.
Implementasi untuk nyeri akut sudah diterapkan penulis yaitu
Identifikasi lokasi, frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri, identifikasi
skala nyeri, identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
nyeri, dan beri terapi obat.
45
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan untuk nyeri akut. Pasien mengatakan
nyerinya masih terasa dibagian luka post oprasi skala nyeri 5 dari 0-
10, nyeri terasa saat bergerak, intervensi belum teratasi sehingga
lajutkan intervensi. Evaluasi hari ke dua pasien mengatakan nyerinya
berkurang sudah bisa duduk, pasien tampak sudah bisa duduk, masalah
teratasi sebagian sehingga lintervensi dilanjutkan. Evaluasi hari ke tiga
pasien mengatakan nuerinya hilang dan sudah bisa beraktivitas,
masalah teratasi sehingga intervensi dihentikan.
B. Saran
1. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan kepada perawat ruangan diharapkan lebih
meningkatkan tindakan keperawatan yang lebih efektif untuk pasien
post op hernia.
2. Bagi Insitusi Pendidikan
Diharapkan kepada instansi pendidikan agar laporan kasus ini
dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar untuk perbandingan dalam
memberikan konsep asuhan keperawatan secara teori dan praktik
3. Bagi Mahasiswa
Bagi mahasiswa selanjutnya diharapkan hasil laporan studi
kasus ini dapat dijadikan sebagai acuan keperawatan pada pasien post
op hernia.
46
DAFTAR PUSTAKA
47