Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PANCASILA

PANCASILA DALAM SEJARAH BANGSA INDONESIA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pancasila

Oleh:

Edelweis Putri Al Khoirani

64230730

Manajemen

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BINA SARANA INFORMATIKA

JAKARTA

2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………..

BAB 1…………………………………………………………………………………………...

PENDAHULUAN………………………………………………………………………………
1.1 LATAR BELAKANG………………………………………………………………………

1.2 RUMUSAN MASALAH…………………………………………………………...............


1.3 TUJUAN………………………………………………………………………………........

BAB 2…………………………………………………………………………………………...

PEMBAHASAN………………………………………………………………………………..

2.1 Proses perumusan dan pengesahan Pancasila sebagai Dasar Negara……….…………........


a. Pembentukan BPUPKI………………………………………………………….
b. Perumusan Dasar Negara……………………….………………………………
c. Pembentukan PPKI dan Pengesahan Pancasila sebagai Dasar
Negara…………………………………………………………………………..
2.2 Sumber Historis dan Pancasila sebagai Kajian Sejarah Bangsa Indonesia…………………
a. Sumber Historis…………………………………………………………………
b. Pancasila sebagai Kajian Sejarah Bangsa Indonesia……………………………
2.3 Alasan diperlukannya Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia…………………
2.4 Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pancasila sebagai Kajian dalam Sejarah
Bangsa Indonesia……………………………………………………………………………
2.5 Mendeskripsikan Esensi dan Argensi Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia
untuk Masa Depan…………………………………………………………………………..

BAB 3…………………………………………………………………………………………...

PENUTUPAN…………………………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………..
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, saya
panjatkan puji syukur atas limpahan rahmat serta karunia-Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Pancasila dalam Sejarah Bangsa Indonesia” ini
dengan baik dan tepat waktu.

Makalah ini telah saya susun secara maksimal dengan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya ucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari segi
materi, susunan kalimat, maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka saya
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat membuat makalah yang lebih
baik lagi kedepannya.

Akhir kata, saya berharap makalah tentang “Pancasila dalam sejarah Bangsa
Indonesia” ini dapat memberikan manfaat serta inspirasi bagi para pembaca.

Jakarta, 05 Oktober 2023

EDELWEIS PUTRI AL KHOIRANI


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pancasila adalah lima nilai dasar luhur yang ada dan berkembang bersama dengan bangsa
Indonesia sejak dulu. Sejarah merupakan deretan peristiwa yang saling berhubungan.
Peristiwa-peristiwa masa lampau yang berhubungan dengan kejadian masa sekarang dan
semuanya bersumber pada masa yang akan datang. Hal ini berarti bahwa semua aktivitas
manusia pada masa lampau berkaitan dengan kehidupan masa sekarang untuk mewujudkan
masa depan yang berbeda dengan masa sebelumnya.

Pancasila sebagai dasar Negara mempunyai arti yaitu mengatur penyelenggaraan


pemerintahan. Konsekuensinya adalah Pancasila merupakan sumber dari segala sumber
hukum. Oleh karena itu, sudah seharusnya semua peraturan perundang-undangan di Negara
Republik Indonesia bersumber pada Pancasila.

1.2 RUMUSAN MASALAH


a. Bagaimana proses perumusan dan pengesahan Pancasila?
b. Bagaimana sumber historis dan perkembangan Pancasila di Indonesia?
c. Apa alasan Pancasila diperlukan dalam kajian sejarah Bangsa Indonesia?
d. Apa yang membangun argumen tentang dinamika dan tantangan Pancasila dalam
kajian sejarah bangsa Indonesia?
e. Apa esensi dan argensi Pancasila dalam kajian sejarah bangsa Indonesia untuk
masa depan?
1.3 TUJUAN
a. Agar dapat mengetahui sejarah perumusan dan pengesahan Pancasila.
b. Agar dapat mengetahui sumber historis dan perkembangan Pancasila di Indonesia.
c. Agar dapat mengetahui alasan Pancasila diperlukan dalam kajian sejarah bangsa
Indonesia.
d. Agar mengetahui argumen yang membangun tentang dinamika dan tantangan
Pancasila dalam kajian sejarah bangsa Indonesia.
e. Agar dapat mengetahui esensi dan argensi Pancasila dalam kajian sejarah bangsa
Indonesia untuk masa depan.
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Proses perumusan dan pengesahan Pancasila sebagai Dasar Negara


A. Pembentukan BPUPKI

Bangsa Indonesia mengalami sejarah yang panjang dalam melawan penjajah. Kita pernah
mengalami penderitaan ketika dijajah oleh Belanda. Sejarah juga mencatat, kekalahan
Belanda oleh Jepang dalam perang Asia Timur Raya menyebabkan bangsa Indonesia dijajah
oleh Jepang. Ibarat pepatah “lepas dari mulut harimau masuk ke mulut buaya”, tepat kiranya
untuk menggambarkan bagaimana kondisi penderitaan bangsa kita pada saat itu. Penderitaan
akibat pelaksanaan kebijakan tentara Jepang terhadap bangsa Indonesia, yaitu sebagai
berikut:

1. Pelaksanaan kerja paksa


Hal ini menyebabkan banyak laki-laki Indonesia dikirim hingga ke Burma (Myanmar)
untuk melakukan pekerjaan pembangunan dan pekerjaan berat lainnya dalam kondisi
yang buruk. Ribuan orang Indonesia meninggal dan menghilang pada saat kejadian
itu.
2. Pengambilan paksa
Pada saat itu, tentara Jepang mengambil persediaan makanan, pakaian, dan berbagai
keperluan hidup lainnya secara paksa dari keluarga-keluarga di Indonesia, tanpa
mengganti rugi.
3. Perbudakan paksa
Perempuan-peremuan Indonesia banyak di pekerjakan secara paksa oleh tentara
Jepang. Selain itu, banyak menahan dan memperlakukan warga sipil di tahanan
dengan buruk.

Pada tanggal 7 September 1944 Kuniaki Koiso selaku perdana menteri Jepang
memberikan janji kemerdekaan bangsa Indonesia. Lalu terbentuklah BPUPKI (Badan
Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) pada tanggal 1 Maret 1945 namun baru
diresmikan pada 29 April 1945. BPUPKI beranggotakan 67 orang yang terdiri dari 7 orang
Jepang dan 60 orang Indonesia, yang diketuai oleh Dr. K.R.T. Radjiman Widyodiningrat.

Sidang pertama BPUPKI berlangsung pada 29 Mei 1945 sampai 1 Juni 1945, sedangkan
Sidang kedua BPUPKI berlangsung pada 10 Juli 1945 sampai 17 Juli 1945.
B. Perumusan Dasar Negara

Dasar negara merupakan pondasi berdirinya sebuah negara. Ibarat sebuah bangunan,
tanpa pondasi yang kuat tentu tidak akan berdiri dengan kokoh. Oleh karena itu, dasar negara
sebagai pondasi harus disusun sekuat mungkin sebelum suatu negara berdiri.

Ketua BPUPKI Dr. K.R.T. Radjiman Widyodiningrat pada pidato awal sidang pertama,
menyatakan bahwa untuk mendirikan Indonesia merdeka diperlukan suatu dasar negara.
Untuk menjawab permintaan tersebut, beberapa tokoh pendiri negara mengusulkan rumusan
dasar negara. Rumusanyang diusulkan memiliki perbedaan satu dengan yang lain. Namun
demikian, rumusan-rumusan tersebut memiliki persamaan dari segi materi dan semangat
yang menjiwainya. Pandangan para pendiri negara tentang rumusan dasar negara
disampaikan berdasarkan sejarah perjuangan bangsa dan dengan melihat pengalaman bangsa
lain. Meskipun diilhami oleh gagasan-gagasan besar dunia, tetapi tetap berakar pada
kepribadian dan gagasan besar dari sebangsa Indonesia sendiri.

Usulan mengenai dasar Indonesia merdeka dalam sidang pertama BPUPKI secara
berurutan dikemukakan oleh Mohammad Yamin, Soepomo, dan Ir. Soekarno. Pada sidang
pertama BPUPKI tanggal 29 Mei 1945. Mr. Mohammad Yamin, saat mengusulkan rancangan
dasar negara Indonesia mengatakan bahwa “..rakyat Indonesia mesti mendapat dasar negara
yangberasal daripada peradaban kebangsaan Indonesia; orang timur pulang kepada
kebudayaan timur.”. “… kita tidak berniat, lalu akan meniru sesuatu susunan tata negara
dengan negeri haram. Kita bangsa Indonesia masuk yang beradab dan kebudayaan kita
beribu-ribu tahun umurnya.”

Mohammad Yamin mengusulkan secara lisan lima dasar bagi negara Indonesia merdeka,
yaitu sebagai berikut:

1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat

Setelah selesai berpidato, Mohammad Yamin menyampaikan konsep mengenai dasar


negara Indonesia merdeka secara tertulis kepada ketua sidang, konsep yang disampaikan
berbeda dengan isi pidato sebelumnya. Asas dan dasar Indonesia merdeka secara tertulis
menurut Mohammad Yamin adalah sebagai berikut:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa.


2. Kebangsaan Persatuan Indonesia.
3. Rasa Kemanusiaan yang adil dan beradab.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Selanjutnya pada tanggal 31 Mei 1945, Soepomo menyampaikan pidatonya tentang dasar
negara. Menurut Soepomo, dasar negara Indonesia merdeka adalah sebagai berikut:

1. Persatuan
2. Kekeluargaan
3. Keseimbangan lahir dan batin
4. Musyawarah
5. Keadilan rakyat

Soepomo juga menekankan bahwa negara Indonesia merdeka bukanlah negara yang
mempersatukan dirinya dengan golongan terbesar dalam masyarakat dan tidak
mempersatukan dirinya dengan golongan gang paling kuat (golongan politik atau ekonomi
yang paling kuat). Akan tetapi mengatasi segala golongan dan segala paham perorangan,
mempersatukan diri dengan segala lapisan rakyat.

Ir. Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945 menyampaikan pidato tentang dasar negara
Indonesia merdeka. Usulannya berbentuk fundamen, filsafat, pikiran, jiwa, hasrat yang
sedalam-dalamnya untuk di atasnya didirikan Indonesia merdeka yang kekal dan abadi.
Negara Indonesia yang kekal dan abadi. Ir. Soekarno memberikan 3 usulan yakni Pancasila,
Trisila, dan Ekasila.

Rumusan dasar negara yang di usulkan olehnya adalah sebagai berikut:

1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme atau peri kemanusiaan
3. Mufakat atau demokrasi
4. Kesejahteraan sosial
5. Ketuhanan yang berkebudayaa

Rumusan Trisila yang di usulkan olehnya adalah sebagai berikut:

1. Sosio – nasionalisme
2. Sosio – demokratis
3. Ke – tuhanan

Sedangkan rumusan Ekasila yang di usulkan berbunyi Gotong – royong.

C. Pembentukan PPKI dan Pengesahan Pancasila sebagai Dasar Negara

Di karenakan belum adanya pemikiran yang dapat mewakili dari berbagai unsur, maka
rumusan Pancasila belum dapat dikatakan final. Pada 7 Agustus 1945 BPUPKI dibubarkan,
lalu dibentuklah Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) secara resmi pada tanggal
12 Agustus 1945, setelah Marsekal Hisaichi Terauchi menyatakan bahwa pemerintah Jepang
menyetujui. PPKI dibentuk bertujuan untuk mempercepat persiapan kemerdekaan Indonesia.
Panitia ini terdiri atas 21 anggota dari berbagai daerah di Indonesia dan ditambahkan lagi
oleh Soekarno sebanyak 6 orang tanpa sepengetahuan pihak Jepang. PPKI diketuai oleh Ir.
Soekarno dan wakilnya Drs. Moh. Hatta. Setelah Undang-Undang Dasar 1945 berlaku
kembali sebagai konstitusi di Indonesia sejak Dekrit Presiden 5 Juli 1959, dan dasar Negara
Republik Indonesia termuat di dalam alinea ke empat Pembukaan Undang-Undang Dasar
1945, yang dinamakan dengan Pancasila. Adapun tata urutan dan rumusan pancasila yang
termuat di dalam pembukaan UUD 1945 adalah:

1. Ketuhanan yang maha Esa


2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Setelah melalui berbagai tahap dan rintangan, akhirnya pada tanggal 18 Agustus 1945,
satu hari setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, Pancasila resmi ditetapkan sebagai
bagian dari Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Pancasila sebagai dasar Negara berarti setiap
sendi-sendi ketatanegaraan. Pada Negara Republik Indonesia harus berlandaskan pada nilai-
nilai pancasila. Artinya, Pancasila harus senantiasa menjadi ruh atau power yang menjiwai
kegiatan dalam membentuk Negara. Konsep Pancasila sebagai dasar Negara dianjurkan oleh
Ir. Soekarno dalam pidatonya pada hari terakhir sidang pertama BPUPKI tanggal 1 Juni1945,
yang isinya untuk menjadikan pancasila sebagai dasar Negara falsafah Negara atau
filosophische gromdslag bagi Negara Indonesia merdeka. Usulan tersebut ternyata dapat
diterima oleh seluruh anggota sidang.

Sejak saat itu pancasila sebagai dasar Negara yang mempunyai kedudukan sebagai
berikut:

1. Sumber dari segala sumber hukum di Indonesia.


2. Meliputi suasana kebatinan dari Undang-Undang Dasar 1945.
3. Menciptakan cita-cita hukum bagi hukum dasar negara.
4. Menjadi sumber semangat bagi UUD 1945, dan
5. Mengandung norma-norma yang mengharuskan UUD untuk mewajibkan.

2.2 Sumber Historis dan Pancasila sebagai Kajian Sejarah Bangsa Indonesia
A. Sumber Historis

Nilai-nilai Pancasila sudah ada dalam adat istiadat, kebudayaan, dan agama yang
berkembang dalam kehidupan bangsa Indonesia sejak zaman kerajaan dahulu. Misalnya, sila
Ketuhanan sudah ada pada zaman dahulu, meskipun dalam praktik pemujaan yang beraneka
ragam, tetapi pengakuan tentang adanya Tuhan sudah diakui. Dalam of Philosophy
disebutkan beberapa unsur yang ada dalam agama, seperti kepercayaan kepada. kekuatan
supranatural, perbedaan antara yang sakral dan yang profan, tindakan ritual pada objek
sakral, sembahyang atau doa sebagai bentuk komunikasi kepada Tuhan, takjub sebagai
perasaan khas keagamaan, tuntunan moral diyakini dari Tuhan, konsep hidup di dunia
dihubungkan dengan Tuhan, kelompok sosial seagama dan seiman.

B. Pancasila sebagai Kajian Sejarah Bangsa Indonesia


i. Pancasila Era Pra Kemerdekaan
Asal mula Pancasila secara budaya, menurut Sunoto (1984) melalui kajian filsafat
Pancasila, menyatakan bahwa unsur-unsur Pancasila berasal dari bangsa Indonesia
sendiri, walaupun secara formal Pancasila baru menjadi dasar Negara Republik
Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945, namun jauh sebelum tanggal tersebut
bangsa Indonesia telah memiliki unsur-unsur Pancasila dan bahkan melaksanakan di
dalam kehidupan merdeka. Sejarah bangsa Indonesia memberikan bukti yang dapat
kita cari dalam berbagai adat istiadat, tulisan, bahasa, kesenian, kepercayaan, agama
dan kebudayaan pada umumnya. (Sunoto, 1984: 1). Dengan rinci Sunoto
menunjukkan fakta historis, diantaranya adalah :

1. Ketuhanan yang Maha Esa : bahwa di Indonesia tidak pernah ada putus-putusnya
orang percaya kepada Tuhan.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab : bahwa bangsa Indonesia terkenal ramah
tamah, sopan santun, lemah lembut dengan sesama manusia.
3. Persatuan Indonesia : bahwa bangsa Indonesia dengan ciri-cirinya guyub, rukun,
bersatu, dan kekeluargaan.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan : bahwa unsur-unsur demokrasi sudah ada dalam
masyarakat kita.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia : bahwa bangsa Indonesia dalam
menunaikan tugas hidupnya terkenal lebih bersifat sosial dan berlaku adil terhadap
sesama.

Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia, ditetapkan pada tanggal 18


Agustus 1945 sebagai dasar negara, maka nilai-nilai kehidupan berbangsa, bernegara dan
berpemerintahan sejak saat itu haruslah berdasarkan pada Pancasila, namun pada
kenyataannya, nilai-nilai yang ada dalam Pancasila telah dipraktekkan oleh nenek moyang
bangsa Indonesia dan kita praktekkan hingga sekarang. Hal ini berarti bahwa semua nilai-
nilai yang terkandung dalam Pancasila telah ada dalam kehidupan rakyat Indonesia sejak
zaman nenek moyang. Pada tanggal 22 Juni 1945, Panitia Sembilan berhasil merumuskan
Rancangan pembukaan Hukum Dasar oleh Mr. M. Yamin dinamakan Jakarta Charter atau
Piagam Jakarta. Di dalam rancangan pembukaan alinea keempat terdapat rumusan Pancasila
yang tata urutannya tersusun secara sistematis:

1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-pemeluknya


2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Selain itu, dalam piagam Jakarta pada alenia ketiga juga memuat rumusan teks
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang pertama berbunyi “Atas berkat rahmat Allah
Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan
kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia dengan ini menyatakan
kemerdekaannya”. Kalimat ini merupakan cetusan hati nurani bangsa Indonesia yang
diungkapkan sebelum Proklamasi kemerdekaan, sehingga dapat disebut sebagai
declaration of Indonesian Independence.

ii. Pancasila Era Kemerdekaan

Bangsa Indonesia pasca kemerdekaan mengalami banyak perkembangan. Sesaat


setelah kemerdekaan Indonesia pada 1945, Pancasila melewati masa-masa percobaan
demokrasi. Pada waktu itu, Indonesia masuk ke dalam era percobaan demokrasi multi-partai
dengan sistem kabinet parlementer. Partai-partai politik pada masa itu tumbuh sangat subur,
dan proses politik yang ada cenderung selalu berhasil dalam mengusung kelima sila sebagai
dasar negara (Somantri, 2006). Pancasila pada masa ini mengalami masa kejayaannya.
Selanjutnya, pada akhir tahun 1959, Pancasila melewati masa kelamnya dimana Presiden
Soekarno menerapkan sistem demokrasi terpimpin. Pada masa itu, presiden dalam rangka
tetap memegang kendali politik terhadap berbagai kekuatan mencoba untuk memerankan
politik integrasi paternalistik (Somantri, 2006). Pada akhirnya, sistem ini seakan
mengkhianati nilai-nilai yang ada dalam Pancasila itu sendiri, salah satunya adalah sila
permusyawaratan. Kemudian, pada 1965 terjadi sebuah peristiwa bersejarah di Indonesia
dimana partai komunis berusaha melakukan pemberontakan. Pada 11 Maret 1965, Presiden
Soekarno memberikan wewenang kepada Jenderal Suharto atas Indonesia. Ini merupakan era
awal orde baru dimana kemudian Pancasila mengalami mistifikasi. Pancasila pada masa itu
menjadi kaku dan mutlak pemaknaannya. Pancasila pada masa pemerintahan presiden
Soeharto kemudia menjadi core-values (Somantri, 2006), yang pada akhirnya kembali
menodai nilai-nilai dasar yang sesungguhnya terkandung dalam Pancasila itu sendiri. Pada
1998, pemerintahan presiden Suharto berakhir dan Pancasila kemudian masuk ke dalam era
baru yaitu era demokrasi, hingga hari ini.

iii. Pancasila Era Order Lama

Pancasila sebagai ideologi Negara dan falsafah bangsa yang pernah dikeramatkan
dengan sebutan azimat revolusi bangsa, pudar untuk pertama kalinya pada akhir dua dasa
warsa setelah proklamasi kemerdekaan. Meredupnya sinar api pancasila sebagai tuntunan
hidup berbangsa dan bernegara bagi jutaan orang diawali oleh kehendak seorang kepala
pemerintahan yang terlalu gandrung pada persatuan dan kesatuan. Kegandrungan tersebut
diwujudkan dalam bentuk membangun kekuasaan yang terpusat, agar dapat menjadi
pemimpin bangsa yang dapat menyelesaikan sebuah revolusi perjuangan melawan penjajah
(nekolim, neokolonialisme) serta ikut menata dunia agar bebas dari penghisapan bangsa atas
bangsa dan penghisapan manusia dengan manusia. Orde lama berlangsung dari tahun 1959-
1966. Pada masa itu berlaku demokrasi terpimpin. Setelah menetapkan berlakunya kembali
UUD 1945, Presiden Soekarno meletakkan dasar kepemimpinannya. Yang dinamakan
demokrasi terpimpin yaitu demokrasi khas Indonesia yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Demokrasi terpimpin dalam prakteknya
tidak sesuai dengan makna yang terkandung didalamnya dan bahkan terkenal menyimpang.
Dimana demokrasi dipimpin oleh kepentingan-kepentingan tertetu. Masa pemerintahan Orde
Lama, kehidupan politik dan pemerintah sering terjadi penyimpangan yang dilakukan
Presiden dan juga MPRS yang bertentangan dengan pancasila dan UUD 1945. Artinya
pelaksanaan UUD 1945 pada masa itu belum dilaksanakan sebagaimana mestinya. Hal ini
terjadi karena penyelenggaraan pemerintahan terpusat pada kekuasaan seorang presiden dan
lemahnya kontrol yang seharusnya dilakukan DPR terhadap kebijakan-kebijakan. Selain itu,
muncul pertentangan politik dan konflik lainnya yang berkepanjangan sehingga situasi
politik, keamanaan dan kehidupan ekonomi makin memburuk puncak dari situasi tersebut
adalah munculnya pemberontakan G30S/PKI yang sangat membahayakan keselamatan
bangsa dan Negara. Mengingat keadaan makin membahayakan Ir. Soekarno selaku presiden
RI memberikan perintah kepada Letjen Soeharto melalui Surat Perintah 11 Maret 1969
(Supersemar) untuk mengambil segala tindakan yang diperlukan bagi terjaminnya
keamanaan, ketertiban dan ketenangan serta kesetabilan jalannya pemerintah. Lahirnya
Supersemar tersebut dianggap sebagai awal masa Orde Baru.

iv. Pancasila Era Order Baru

Era Orde Baru dalam sejarah republik ini merupakan masa pemerintahan yang
terlama, dan bisa juga dikatakan sebagai masa pemerintahan yang paling stabil. Stabil dalam
artian tidak banyak gejolak yang mengemuka, layaknya keadaan dewasa ini. Stabilitas yang
diiringi dengan maraknya pembangunan di segala bidang. Era pembangunan, era penuh
kestabilan, menimbulkan romantisme dari banyak kalangan. Di era Orde Baru, yakni
stabilitas dan pembangunan, serta merta tidak lepas dari keberadaan Pancasila. Pancasila
menjadi alat bagi pemerintah untuk semakin menancapkan kekuasaan di Indonesia. Pancasila
begitu diagung-agungkan; Pancasila begitu gencar ditanamkan nilai dan hakikatnya kepada
rakyat; dan rakyat tidak memandang hal tersebut sebagai sesuatu yang mengganjal. Menurut
Hendro Muhaimin bahwa Pemerintah di era Orde Baru sendiri terkesan “menunggangi”
Pancasila, karena dianggap menggunakan dasar negara sebagai alat politik untuk memperoleh
kekuasaan. Disamping hal tersebut, penanaman nilai-nilai Pancasila di era Orde Baru juga
dibarengi dengan praktik dalam kehidupan sosial rakyat Indonesia. Kepedulian antar warga
sangat kental, toleransi di kalangan masyarakat cukup baik, dan budaya gotong-royong
sangat dijunjung tinggi. Selain penanaman nilai-nilai tersebut dapat dilihat dari penggunaan
Pancasila sebagai asas tunggal dalam kehidupan berorganisasi, yang menyatakan bahwa
semua organisasi, apapun bentuknya, baik itu organisasi masyarakat, komunitas,
perkumpulan, dan sebagainya haruslah mengunakan Pancasila sebagai asas utamanya. Pada
era Orde Baru sebagai era “dimanis-maniskannya” Pancasila. Secara pribadi, Soeharto sendiri
seringkali menyatakan pendapatnya mengenai keberadaan Pancasila, yang kesemuanya
memberikan penilaian setinggi-tingginya terhadap Pancasila. Ketika Soeharto memberikan
pidato dalam Peringatan Hari Lahirnya Pancasila, 1 Juni 1967. Soeharto mendeklarasikan
Pancasila sebagai suatu force yang dikemas dalam berbagai frase bernada angkuh, elegan,
begitu superior. Dalam pidato tersebut, Soeharto menyatakan Pancasila sebagai “tuntunan
hidup”, menjadi “sumber tertib sosial” dan “sumber tertib seluruh perikehidupan”, serta
merupakan “sumber tertib negara” dan “sumber tertib hukum”.
Kepada pemuda Indonesia dalam Kongres Pemuda tanggal 28 Oktober 1974, Soeharto
menyatakan, “Pancasila janganlah hendaknya hanya dimiliki, akan tetapi harus dipahami dan
dihayati!”. Dapat dikatakan tidak ada yang lebih kuat maknanya selain Pancasila di
Indonesia, pada saat itu, dan dalam era Orde Baru.
v. Pancasila Era Reformasi

Memahami peran Pancasila di era reformasi, khususnya dalam konteks sebagai dasar
negara dan ideologi nasional, merupakan tuntutan hakiki agar setiap warga negara Indonesia
memiliki pemahaman yang sama dan akhirnya memiliki persepsi dan sikap yang sama
terhadap kedudukan, peranan dan fungsi Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Pancasila sebagai paradigma ketatanegaraan artinya pancasila
menjadi kerangka berpikir atau pola berpikir bangsa Indonesia, khususnya sebagai dasar
negara ia sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagai negara hukum,
setiap perbuatan baik dari warga masyarakat maupun dari pejabat-pejabat harus berdasarkan
hukum, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Dalam kaitannya dalam pengembangan
hukum, Pancasila harus menjadi landasannya. Artinya hukum yang akan dibentuk tidak dapat
dan tidak boleh bertentangan dengan sila-sila Pancasila. Substansi produk hukumnya tidak
bertentangan dengan sila-sila pancasila.

Semenjak ditetapkannya sebagai dasar negara oleh PPKI pada 18 Agustus 1945,
Pancasila telah mengalami perkembangan sesuai dengan pasang naiknya sejarah bangsa
Indonesia. Koento Wibisono memberikan tahapan perkembangan Pancasila sebagai dasar
negara dalam 3 tahap, yaitu:

1. Tahap Politis (1945 – 1968)

Dimana orientasi pengembangan Pancasila diarahkan kepada Natusion and Character


Building. Hal ini sebagai perwujudan keinginan bangsa Indonesia untuk survival dari
berbagai tantangan yang muncul dari dalam maupun luar negeri., sehingga atmosfir politik
sebagai panglima sangat dominan. Pancasila sebagai dasar Negara menurut Notonagoro dan
Driarkara, bahwa Pancasila mampu dijadikan pangkal sudut pandangan dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan dan bahkan Pancasila merupakan
suatu paham atau aliran filsafat Indonesia, sehingga Pancasila tidak lagi dijadikan alternatif
melainkan menjadi suatu imperative dan suatu philosophical concensus dengan komitmen
transenden sebagai tali pengikat persatuan dan keatuan dalam menyongsong kehidupan masa
depan yang Bhineka Tunggal Ika.

2. Tahap Pembangunan Ekonomi (1969 – 1994)

Yaitu upaya mengisi kemerdekaan melalui program-programekonomi. Orientasi


pengembangan Pancasila diarahkan pada bidang ekonomi, akibatnya cenderung menjadikan
ekonomi sebagai ideologi. Pada tahap ini pembangunan ekonomi menunjukan keberhasilan
secara spektakuler, walaupun bersamaan dengan itu muncul gejala ketidakmerataan dalam
pembagian hasil pembangunan.

3. Tahap Repositioning Pancasila (1995 – 2020)

Karena dunia masa kini sedang dihadapi kepada gelombang perubahan secara cepat,
mendasar, spektakuler, sebagai implikasi arus globalisasi yang melanda seluruh penjuru
dunia, khususnya diabad 21 sekarang ini, bersamaan arus reformasi yang sedang dilakukan
oleh bangsa Indonesia. Reformasi telah merombak semua segi kehidupan secara mendasar,
maka semakin terasa urgensinya untuk menjadi Pancasila sebagai dasar negara dalam
kerangka mempertahankan jati diri bangsa dan persatuan dan kesatuan nasional. Bersasarkan
hal tersebut perlunya reposisi Pancasila, yaitu reposisi Pancasila sebagai dasar negara yang
mengandung makna Pancasila harus diletakkan dalam keutuhannya dengan Pembukaan UUD
1945, dieksplorasikan pada dimensi-dimensi yang melekat padanya.

Realitasnya bahwa nilai-nilai yang terkandung dalamnya dikonkritisasikan sebagai


cerminan kondisi objektif yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, suatu rangkaian
nilai-nilai yang bersifat “seinim sollen dan sollen im sein” .

2.3 Alasan diperlukannya Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia


A. Pancasila sebagai Identitas Bangsa Indonesia

Budaya dapat membentuk identitas suatu bangsa melalui proses inkulturasi dan
akulturasi. Pancasila sebagai identitas Bangsa Indonesia merupakan konsekuensi
dariproses inkulturasi dan akulturasi tersebut. As’ad Ali dalam buku Negara Pancasila;
Jalan Kemaslahatan Berbangsa mengatakan bahwa Pancasila sebagai identitas kultural
dapat ditelusuri dari kehidupan agama yang berlaku dalam masyarakat Indonesia.

B. Pancasila sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia


Pancasila disebut juga sebagai kepribadian Bangsa Indonesia, artinya nilai-nilai
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan diwujudkan dalam
sikap mental dan tingkah laku serta amal perbuatan. Kepribadian itu mengacu pada
sesuatu yang unik dan khas karena tidak ada pribadi yang benar-benar sama. Setiap
pribadi mencerminkan keadaan atau hal nya sendiri.
C. Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia
Artinya nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan
diyakini kebenarannya, kebaikannya, keindahannya, dan kegunaannya oleh Bangsa
Indonesia dan menjadikan sebagai pedoman bermasyarakat. Pancasila sebagai
pandangan hidup berarti nilai-nilai pancasila melekat dalam kehidupan masyarakat
dan dijadikan norma dalam bersikap dan bertindak.
D. Pancasila sebagai Jiwa Bangsa
Pancasila sebagai jiwa bangsa lahir bersamaan dengan lahirnya bangsa Indonesia.
Pancasila telah ada sejak dahulu kala bersama dengan adanya bangsa Indonesia.
E. Pancasila sebagai Perjanjian Luhur
Nilai- nilai sebagai jiwa bangsa dan kepribadian bangsa yang disepakati oleh para
pendiri Indonesia. Kesepakatan para pendiri Negara tentang pancasila sebagai dasar
Negara merupakan bukti bahwa pilihan yang diambil pada waktu itu merupakan
sesuatu yang tepat.

2.4 Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pancasila dalam Kajian
Sejarah Bangsa Indonesia
a. Argumen tentang dinamika pancasila dalam sejarah bangsa
Dinamika pancasila dalam sejarah Bangsa Indonesia memperlihatkan adanya pasang
surut dalam pemahaman dan pelaksanaan nilai-nilai Pancasila. Misalnya pada masa
pemerintahan Presiden Soekarno, terutama pada 1960an NASAKOM lebih popular
daripada pancasila. Pada zaman pemerintahan Soeharto Pancasila dijadikan pembenar
kekuasaan melalui penataran P4 sehingga pasca turunnya Soeharto ada kalangan
yang mengidentikan Pancasila dengan P4 pada masa pemerintahan era reformasi ada
kecenderungan penguasa tidak respek terhadap Pancasila seolah-olah Pancasila
ditinggalkan.
b. Argumen Tantangan Terhadap Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
Salah satu tantangan terhadap Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
adalah meletakan nilai-nilai Pancasila tidak dalam posisi sebenernya sehingga nilai-
nilai Pancasila menyimpang dari kenyataan hidup berbangsa dan bernegara

2.5 Mendeskripsikan Esensi dan Argensi Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa
Indonesia untuk Masa Depan
a. Esensi Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa
Pancasila dikatakan sebagai dasar filsafat Negara Karena mendukung unsur-
unsursebagai berikut: alasan filosofis berdirinya suatu negara; setiap produk hukum di
Indonesiaharus berdasarkan nilai Pancasila. Pancasila sebagai pandangan hidup
bangsa mengandungunsur-unsur sebagai berikut: nilai-nilai agama, budaya, dan adat
istiadat.
b. Argensi Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa
Pentingnya Pancasila dalam sejarah Bangsa Indonesia dikarenakan hal-hal berikut:
Pengidentikan Pancasila dengan ideologi lain, penyalahgunaan Pancasila sebagai
alat justifikasi kekuasaan rezim tertentu, melemahnya pemahaman dan pelaksanaan
nilai Pancasila dalam berbangsa dan bernegara
BAB 3

PENUTUPAN

A. KESIMPULAN
Pancasila adalah lima nilai dasar luhur yang ada dan berkembang bersama dengan
bangsa Indonesia sejak dulu. Pancasila dalam fungsinya sebagai dasar negara,
merupakan sumber kaidah hukum yang mengatur Republik Indonesia, termasuk di
dalamnya seluruh unsur-unsurnya yaitu pemerintah, wilayah, dan rakyat. Pancasila
dalam kedudukannya merupakan dasar pijakan penyelenggaraan negara dan seluruh
kehidupan negara Republik Indonesia.
Pancasila dalam kaidah sejarah bangsa Indonesia terbagi menjadi beberapa tahap,
yaitu Pancasila Era Pra Kemerdekaan, Pancasila Era Kemerdekaan, Pancasila Era
Order Lama, Pancasila Era Order Baru, dan Pancasila Era Reformasi.

B. SARAN
Pancasila merupakan dasar negara serta ideologi dan jati diri bangsa Indonesia, pada
zaman sekarang ini nila-nilai Pancasila mudah dilupakan dan ditinggalkan oleh rakyat
Indonesia. Maka dari itu, para generasi muda harus dapat bersatu dan damai walaupun
berbeda suku, budaya, dan agama. Dapat berfikir rasionalis, demokratis dan kritis
dalam menuntaskan persoalan yang terjadi. Memiliki semangat jiwa yang
membangun negara Indonesia, dengan cara cinta tanah air dan rela berkorban, serta
menjunjung tinggi nilai nasionalisme antar agama, budaya, dan suku bangsa agar
tidak terjadi perpecahan antar sesama bangsa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Buku Pendidikan Kewarganegaraan 6 : untuk SD/ MI Kelas 6 / penyusun, Teguh Sarwono,


tahun 2009)

Ardini, A. (2017). Proses Perumusan dan Pengesahan Pancasila Sebagai Dasar Negara
Republik Indonesia. Masgun. Blog. Unnes. Ac. Id, 25.

Sukma, T. A. (2021). Sumber Historis Pendidikan Pancasila Sebagai Dasar Negara Oleh
Tania Alifa Sukma (20220089).

BAB, I., & AJAR, M. (2018). PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH BANGSA
INDONESIA. MODUL KURSUS PANCASILA ONLINE, 39.

Rohmawati, T. (2019). Pancasila Dalam Arus Sejarah Bangsa Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai