Oleh:
64230730
Manajemen
JAKARTA
2023
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………..
BAB 1…………………………………………………………………………………………...
PENDAHULUAN………………………………………………………………………………
1.1 LATAR BELAKANG………………………………………………………………………
BAB 2…………………………………………………………………………………………...
PEMBAHASAN………………………………………………………………………………..
BAB 3…………………………………………………………………………………………...
PENUTUPAN…………………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………..
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, saya
panjatkan puji syukur atas limpahan rahmat serta karunia-Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Pancasila dalam Sejarah Bangsa Indonesia” ini
dengan baik dan tepat waktu.
Makalah ini telah saya susun secara maksimal dengan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya ucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari segi
materi, susunan kalimat, maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka saya
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat membuat makalah yang lebih
baik lagi kedepannya.
Akhir kata, saya berharap makalah tentang “Pancasila dalam sejarah Bangsa
Indonesia” ini dapat memberikan manfaat serta inspirasi bagi para pembaca.
PENDAHULUAN
Pancasila adalah lima nilai dasar luhur yang ada dan berkembang bersama dengan bangsa
Indonesia sejak dulu. Sejarah merupakan deretan peristiwa yang saling berhubungan.
Peristiwa-peristiwa masa lampau yang berhubungan dengan kejadian masa sekarang dan
semuanya bersumber pada masa yang akan datang. Hal ini berarti bahwa semua aktivitas
manusia pada masa lampau berkaitan dengan kehidupan masa sekarang untuk mewujudkan
masa depan yang berbeda dengan masa sebelumnya.
Bangsa Indonesia mengalami sejarah yang panjang dalam melawan penjajah. Kita pernah
mengalami penderitaan ketika dijajah oleh Belanda. Sejarah juga mencatat, kekalahan
Belanda oleh Jepang dalam perang Asia Timur Raya menyebabkan bangsa Indonesia dijajah
oleh Jepang. Ibarat pepatah “lepas dari mulut harimau masuk ke mulut buaya”, tepat kiranya
untuk menggambarkan bagaimana kondisi penderitaan bangsa kita pada saat itu. Penderitaan
akibat pelaksanaan kebijakan tentara Jepang terhadap bangsa Indonesia, yaitu sebagai
berikut:
Pada tanggal 7 September 1944 Kuniaki Koiso selaku perdana menteri Jepang
memberikan janji kemerdekaan bangsa Indonesia. Lalu terbentuklah BPUPKI (Badan
Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) pada tanggal 1 Maret 1945 namun baru
diresmikan pada 29 April 1945. BPUPKI beranggotakan 67 orang yang terdiri dari 7 orang
Jepang dan 60 orang Indonesia, yang diketuai oleh Dr. K.R.T. Radjiman Widyodiningrat.
Sidang pertama BPUPKI berlangsung pada 29 Mei 1945 sampai 1 Juni 1945, sedangkan
Sidang kedua BPUPKI berlangsung pada 10 Juli 1945 sampai 17 Juli 1945.
B. Perumusan Dasar Negara
Dasar negara merupakan pondasi berdirinya sebuah negara. Ibarat sebuah bangunan,
tanpa pondasi yang kuat tentu tidak akan berdiri dengan kokoh. Oleh karena itu, dasar negara
sebagai pondasi harus disusun sekuat mungkin sebelum suatu negara berdiri.
Ketua BPUPKI Dr. K.R.T. Radjiman Widyodiningrat pada pidato awal sidang pertama,
menyatakan bahwa untuk mendirikan Indonesia merdeka diperlukan suatu dasar negara.
Untuk menjawab permintaan tersebut, beberapa tokoh pendiri negara mengusulkan rumusan
dasar negara. Rumusanyang diusulkan memiliki perbedaan satu dengan yang lain. Namun
demikian, rumusan-rumusan tersebut memiliki persamaan dari segi materi dan semangat
yang menjiwainya. Pandangan para pendiri negara tentang rumusan dasar negara
disampaikan berdasarkan sejarah perjuangan bangsa dan dengan melihat pengalaman bangsa
lain. Meskipun diilhami oleh gagasan-gagasan besar dunia, tetapi tetap berakar pada
kepribadian dan gagasan besar dari sebangsa Indonesia sendiri.
Usulan mengenai dasar Indonesia merdeka dalam sidang pertama BPUPKI secara
berurutan dikemukakan oleh Mohammad Yamin, Soepomo, dan Ir. Soekarno. Pada sidang
pertama BPUPKI tanggal 29 Mei 1945. Mr. Mohammad Yamin, saat mengusulkan rancangan
dasar negara Indonesia mengatakan bahwa “..rakyat Indonesia mesti mendapat dasar negara
yangberasal daripada peradaban kebangsaan Indonesia; orang timur pulang kepada
kebudayaan timur.”. “… kita tidak berniat, lalu akan meniru sesuatu susunan tata negara
dengan negeri haram. Kita bangsa Indonesia masuk yang beradab dan kebudayaan kita
beribu-ribu tahun umurnya.”
Mohammad Yamin mengusulkan secara lisan lima dasar bagi negara Indonesia merdeka,
yaitu sebagai berikut:
1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat
Selanjutnya pada tanggal 31 Mei 1945, Soepomo menyampaikan pidatonya tentang dasar
negara. Menurut Soepomo, dasar negara Indonesia merdeka adalah sebagai berikut:
1. Persatuan
2. Kekeluargaan
3. Keseimbangan lahir dan batin
4. Musyawarah
5. Keadilan rakyat
Soepomo juga menekankan bahwa negara Indonesia merdeka bukanlah negara yang
mempersatukan dirinya dengan golongan terbesar dalam masyarakat dan tidak
mempersatukan dirinya dengan golongan gang paling kuat (golongan politik atau ekonomi
yang paling kuat). Akan tetapi mengatasi segala golongan dan segala paham perorangan,
mempersatukan diri dengan segala lapisan rakyat.
Ir. Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945 menyampaikan pidato tentang dasar negara
Indonesia merdeka. Usulannya berbentuk fundamen, filsafat, pikiran, jiwa, hasrat yang
sedalam-dalamnya untuk di atasnya didirikan Indonesia merdeka yang kekal dan abadi.
Negara Indonesia yang kekal dan abadi. Ir. Soekarno memberikan 3 usulan yakni Pancasila,
Trisila, dan Ekasila.
1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme atau peri kemanusiaan
3. Mufakat atau demokrasi
4. Kesejahteraan sosial
5. Ketuhanan yang berkebudayaa
1. Sosio – nasionalisme
2. Sosio – demokratis
3. Ke – tuhanan
Di karenakan belum adanya pemikiran yang dapat mewakili dari berbagai unsur, maka
rumusan Pancasila belum dapat dikatakan final. Pada 7 Agustus 1945 BPUPKI dibubarkan,
lalu dibentuklah Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) secara resmi pada tanggal
12 Agustus 1945, setelah Marsekal Hisaichi Terauchi menyatakan bahwa pemerintah Jepang
menyetujui. PPKI dibentuk bertujuan untuk mempercepat persiapan kemerdekaan Indonesia.
Panitia ini terdiri atas 21 anggota dari berbagai daerah di Indonesia dan ditambahkan lagi
oleh Soekarno sebanyak 6 orang tanpa sepengetahuan pihak Jepang. PPKI diketuai oleh Ir.
Soekarno dan wakilnya Drs. Moh. Hatta. Setelah Undang-Undang Dasar 1945 berlaku
kembali sebagai konstitusi di Indonesia sejak Dekrit Presiden 5 Juli 1959, dan dasar Negara
Republik Indonesia termuat di dalam alinea ke empat Pembukaan Undang-Undang Dasar
1945, yang dinamakan dengan Pancasila. Adapun tata urutan dan rumusan pancasila yang
termuat di dalam pembukaan UUD 1945 adalah:
Setelah melalui berbagai tahap dan rintangan, akhirnya pada tanggal 18 Agustus 1945,
satu hari setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, Pancasila resmi ditetapkan sebagai
bagian dari Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Pancasila sebagai dasar Negara berarti setiap
sendi-sendi ketatanegaraan. Pada Negara Republik Indonesia harus berlandaskan pada nilai-
nilai pancasila. Artinya, Pancasila harus senantiasa menjadi ruh atau power yang menjiwai
kegiatan dalam membentuk Negara. Konsep Pancasila sebagai dasar Negara dianjurkan oleh
Ir. Soekarno dalam pidatonya pada hari terakhir sidang pertama BPUPKI tanggal 1 Juni1945,
yang isinya untuk menjadikan pancasila sebagai dasar Negara falsafah Negara atau
filosophische gromdslag bagi Negara Indonesia merdeka. Usulan tersebut ternyata dapat
diterima oleh seluruh anggota sidang.
Sejak saat itu pancasila sebagai dasar Negara yang mempunyai kedudukan sebagai
berikut:
2.2 Sumber Historis dan Pancasila sebagai Kajian Sejarah Bangsa Indonesia
A. Sumber Historis
Nilai-nilai Pancasila sudah ada dalam adat istiadat, kebudayaan, dan agama yang
berkembang dalam kehidupan bangsa Indonesia sejak zaman kerajaan dahulu. Misalnya, sila
Ketuhanan sudah ada pada zaman dahulu, meskipun dalam praktik pemujaan yang beraneka
ragam, tetapi pengakuan tentang adanya Tuhan sudah diakui. Dalam of Philosophy
disebutkan beberapa unsur yang ada dalam agama, seperti kepercayaan kepada. kekuatan
supranatural, perbedaan antara yang sakral dan yang profan, tindakan ritual pada objek
sakral, sembahyang atau doa sebagai bentuk komunikasi kepada Tuhan, takjub sebagai
perasaan khas keagamaan, tuntunan moral diyakini dari Tuhan, konsep hidup di dunia
dihubungkan dengan Tuhan, kelompok sosial seagama dan seiman.
1. Ketuhanan yang Maha Esa : bahwa di Indonesia tidak pernah ada putus-putusnya
orang percaya kepada Tuhan.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab : bahwa bangsa Indonesia terkenal ramah
tamah, sopan santun, lemah lembut dengan sesama manusia.
3. Persatuan Indonesia : bahwa bangsa Indonesia dengan ciri-cirinya guyub, rukun,
bersatu, dan kekeluargaan.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan : bahwa unsur-unsur demokrasi sudah ada dalam
masyarakat kita.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia : bahwa bangsa Indonesia dalam
menunaikan tugas hidupnya terkenal lebih bersifat sosial dan berlaku adil terhadap
sesama.
Pancasila sebagai ideologi Negara dan falsafah bangsa yang pernah dikeramatkan
dengan sebutan azimat revolusi bangsa, pudar untuk pertama kalinya pada akhir dua dasa
warsa setelah proklamasi kemerdekaan. Meredupnya sinar api pancasila sebagai tuntunan
hidup berbangsa dan bernegara bagi jutaan orang diawali oleh kehendak seorang kepala
pemerintahan yang terlalu gandrung pada persatuan dan kesatuan. Kegandrungan tersebut
diwujudkan dalam bentuk membangun kekuasaan yang terpusat, agar dapat menjadi
pemimpin bangsa yang dapat menyelesaikan sebuah revolusi perjuangan melawan penjajah
(nekolim, neokolonialisme) serta ikut menata dunia agar bebas dari penghisapan bangsa atas
bangsa dan penghisapan manusia dengan manusia. Orde lama berlangsung dari tahun 1959-
1966. Pada masa itu berlaku demokrasi terpimpin. Setelah menetapkan berlakunya kembali
UUD 1945, Presiden Soekarno meletakkan dasar kepemimpinannya. Yang dinamakan
demokrasi terpimpin yaitu demokrasi khas Indonesia yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Demokrasi terpimpin dalam prakteknya
tidak sesuai dengan makna yang terkandung didalamnya dan bahkan terkenal menyimpang.
Dimana demokrasi dipimpin oleh kepentingan-kepentingan tertetu. Masa pemerintahan Orde
Lama, kehidupan politik dan pemerintah sering terjadi penyimpangan yang dilakukan
Presiden dan juga MPRS yang bertentangan dengan pancasila dan UUD 1945. Artinya
pelaksanaan UUD 1945 pada masa itu belum dilaksanakan sebagaimana mestinya. Hal ini
terjadi karena penyelenggaraan pemerintahan terpusat pada kekuasaan seorang presiden dan
lemahnya kontrol yang seharusnya dilakukan DPR terhadap kebijakan-kebijakan. Selain itu,
muncul pertentangan politik dan konflik lainnya yang berkepanjangan sehingga situasi
politik, keamanaan dan kehidupan ekonomi makin memburuk puncak dari situasi tersebut
adalah munculnya pemberontakan G30S/PKI yang sangat membahayakan keselamatan
bangsa dan Negara. Mengingat keadaan makin membahayakan Ir. Soekarno selaku presiden
RI memberikan perintah kepada Letjen Soeharto melalui Surat Perintah 11 Maret 1969
(Supersemar) untuk mengambil segala tindakan yang diperlukan bagi terjaminnya
keamanaan, ketertiban dan ketenangan serta kesetabilan jalannya pemerintah. Lahirnya
Supersemar tersebut dianggap sebagai awal masa Orde Baru.
Era Orde Baru dalam sejarah republik ini merupakan masa pemerintahan yang
terlama, dan bisa juga dikatakan sebagai masa pemerintahan yang paling stabil. Stabil dalam
artian tidak banyak gejolak yang mengemuka, layaknya keadaan dewasa ini. Stabilitas yang
diiringi dengan maraknya pembangunan di segala bidang. Era pembangunan, era penuh
kestabilan, menimbulkan romantisme dari banyak kalangan. Di era Orde Baru, yakni
stabilitas dan pembangunan, serta merta tidak lepas dari keberadaan Pancasila. Pancasila
menjadi alat bagi pemerintah untuk semakin menancapkan kekuasaan di Indonesia. Pancasila
begitu diagung-agungkan; Pancasila begitu gencar ditanamkan nilai dan hakikatnya kepada
rakyat; dan rakyat tidak memandang hal tersebut sebagai sesuatu yang mengganjal. Menurut
Hendro Muhaimin bahwa Pemerintah di era Orde Baru sendiri terkesan “menunggangi”
Pancasila, karena dianggap menggunakan dasar negara sebagai alat politik untuk memperoleh
kekuasaan. Disamping hal tersebut, penanaman nilai-nilai Pancasila di era Orde Baru juga
dibarengi dengan praktik dalam kehidupan sosial rakyat Indonesia. Kepedulian antar warga
sangat kental, toleransi di kalangan masyarakat cukup baik, dan budaya gotong-royong
sangat dijunjung tinggi. Selain penanaman nilai-nilai tersebut dapat dilihat dari penggunaan
Pancasila sebagai asas tunggal dalam kehidupan berorganisasi, yang menyatakan bahwa
semua organisasi, apapun bentuknya, baik itu organisasi masyarakat, komunitas,
perkumpulan, dan sebagainya haruslah mengunakan Pancasila sebagai asas utamanya. Pada
era Orde Baru sebagai era “dimanis-maniskannya” Pancasila. Secara pribadi, Soeharto sendiri
seringkali menyatakan pendapatnya mengenai keberadaan Pancasila, yang kesemuanya
memberikan penilaian setinggi-tingginya terhadap Pancasila. Ketika Soeharto memberikan
pidato dalam Peringatan Hari Lahirnya Pancasila, 1 Juni 1967. Soeharto mendeklarasikan
Pancasila sebagai suatu force yang dikemas dalam berbagai frase bernada angkuh, elegan,
begitu superior. Dalam pidato tersebut, Soeharto menyatakan Pancasila sebagai “tuntunan
hidup”, menjadi “sumber tertib sosial” dan “sumber tertib seluruh perikehidupan”, serta
merupakan “sumber tertib negara” dan “sumber tertib hukum”.
Kepada pemuda Indonesia dalam Kongres Pemuda tanggal 28 Oktober 1974, Soeharto
menyatakan, “Pancasila janganlah hendaknya hanya dimiliki, akan tetapi harus dipahami dan
dihayati!”. Dapat dikatakan tidak ada yang lebih kuat maknanya selain Pancasila di
Indonesia, pada saat itu, dan dalam era Orde Baru.
v. Pancasila Era Reformasi
Memahami peran Pancasila di era reformasi, khususnya dalam konteks sebagai dasar
negara dan ideologi nasional, merupakan tuntutan hakiki agar setiap warga negara Indonesia
memiliki pemahaman yang sama dan akhirnya memiliki persepsi dan sikap yang sama
terhadap kedudukan, peranan dan fungsi Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Pancasila sebagai paradigma ketatanegaraan artinya pancasila
menjadi kerangka berpikir atau pola berpikir bangsa Indonesia, khususnya sebagai dasar
negara ia sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagai negara hukum,
setiap perbuatan baik dari warga masyarakat maupun dari pejabat-pejabat harus berdasarkan
hukum, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Dalam kaitannya dalam pengembangan
hukum, Pancasila harus menjadi landasannya. Artinya hukum yang akan dibentuk tidak dapat
dan tidak boleh bertentangan dengan sila-sila Pancasila. Substansi produk hukumnya tidak
bertentangan dengan sila-sila pancasila.
Semenjak ditetapkannya sebagai dasar negara oleh PPKI pada 18 Agustus 1945,
Pancasila telah mengalami perkembangan sesuai dengan pasang naiknya sejarah bangsa
Indonesia. Koento Wibisono memberikan tahapan perkembangan Pancasila sebagai dasar
negara dalam 3 tahap, yaitu:
Karena dunia masa kini sedang dihadapi kepada gelombang perubahan secara cepat,
mendasar, spektakuler, sebagai implikasi arus globalisasi yang melanda seluruh penjuru
dunia, khususnya diabad 21 sekarang ini, bersamaan arus reformasi yang sedang dilakukan
oleh bangsa Indonesia. Reformasi telah merombak semua segi kehidupan secara mendasar,
maka semakin terasa urgensinya untuk menjadi Pancasila sebagai dasar negara dalam
kerangka mempertahankan jati diri bangsa dan persatuan dan kesatuan nasional. Bersasarkan
hal tersebut perlunya reposisi Pancasila, yaitu reposisi Pancasila sebagai dasar negara yang
mengandung makna Pancasila harus diletakkan dalam keutuhannya dengan Pembukaan UUD
1945, dieksplorasikan pada dimensi-dimensi yang melekat padanya.
Budaya dapat membentuk identitas suatu bangsa melalui proses inkulturasi dan
akulturasi. Pancasila sebagai identitas Bangsa Indonesia merupakan konsekuensi
dariproses inkulturasi dan akulturasi tersebut. As’ad Ali dalam buku Negara Pancasila;
Jalan Kemaslahatan Berbangsa mengatakan bahwa Pancasila sebagai identitas kultural
dapat ditelusuri dari kehidupan agama yang berlaku dalam masyarakat Indonesia.
2.4 Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Pancasila dalam Kajian
Sejarah Bangsa Indonesia
a. Argumen tentang dinamika pancasila dalam sejarah bangsa
Dinamika pancasila dalam sejarah Bangsa Indonesia memperlihatkan adanya pasang
surut dalam pemahaman dan pelaksanaan nilai-nilai Pancasila. Misalnya pada masa
pemerintahan Presiden Soekarno, terutama pada 1960an NASAKOM lebih popular
daripada pancasila. Pada zaman pemerintahan Soeharto Pancasila dijadikan pembenar
kekuasaan melalui penataran P4 sehingga pasca turunnya Soeharto ada kalangan
yang mengidentikan Pancasila dengan P4 pada masa pemerintahan era reformasi ada
kecenderungan penguasa tidak respek terhadap Pancasila seolah-olah Pancasila
ditinggalkan.
b. Argumen Tantangan Terhadap Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
Salah satu tantangan terhadap Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
adalah meletakan nilai-nilai Pancasila tidak dalam posisi sebenernya sehingga nilai-
nilai Pancasila menyimpang dari kenyataan hidup berbangsa dan bernegara
2.5 Mendeskripsikan Esensi dan Argensi Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa
Indonesia untuk Masa Depan
a. Esensi Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa
Pancasila dikatakan sebagai dasar filsafat Negara Karena mendukung unsur-
unsursebagai berikut: alasan filosofis berdirinya suatu negara; setiap produk hukum di
Indonesiaharus berdasarkan nilai Pancasila. Pancasila sebagai pandangan hidup
bangsa mengandungunsur-unsur sebagai berikut: nilai-nilai agama, budaya, dan adat
istiadat.
b. Argensi Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa
Pentingnya Pancasila dalam sejarah Bangsa Indonesia dikarenakan hal-hal berikut:
Pengidentikan Pancasila dengan ideologi lain, penyalahgunaan Pancasila sebagai
alat justifikasi kekuasaan rezim tertentu, melemahnya pemahaman dan pelaksanaan
nilai Pancasila dalam berbangsa dan bernegara
BAB 3
PENUTUPAN
A. KESIMPULAN
Pancasila adalah lima nilai dasar luhur yang ada dan berkembang bersama dengan
bangsa Indonesia sejak dulu. Pancasila dalam fungsinya sebagai dasar negara,
merupakan sumber kaidah hukum yang mengatur Republik Indonesia, termasuk di
dalamnya seluruh unsur-unsurnya yaitu pemerintah, wilayah, dan rakyat. Pancasila
dalam kedudukannya merupakan dasar pijakan penyelenggaraan negara dan seluruh
kehidupan negara Republik Indonesia.
Pancasila dalam kaidah sejarah bangsa Indonesia terbagi menjadi beberapa tahap,
yaitu Pancasila Era Pra Kemerdekaan, Pancasila Era Kemerdekaan, Pancasila Era
Order Lama, Pancasila Era Order Baru, dan Pancasila Era Reformasi.
B. SARAN
Pancasila merupakan dasar negara serta ideologi dan jati diri bangsa Indonesia, pada
zaman sekarang ini nila-nilai Pancasila mudah dilupakan dan ditinggalkan oleh rakyat
Indonesia. Maka dari itu, para generasi muda harus dapat bersatu dan damai walaupun
berbeda suku, budaya, dan agama. Dapat berfikir rasionalis, demokratis dan kritis
dalam menuntaskan persoalan yang terjadi. Memiliki semangat jiwa yang
membangun negara Indonesia, dengan cara cinta tanah air dan rela berkorban, serta
menjunjung tinggi nilai nasionalisme antar agama, budaya, dan suku bangsa agar
tidak terjadi perpecahan antar sesama bangsa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Ardini, A. (2017). Proses Perumusan dan Pengesahan Pancasila Sebagai Dasar Negara
Republik Indonesia. Masgun. Blog. Unnes. Ac. Id, 25.
Sukma, T. A. (2021). Sumber Historis Pendidikan Pancasila Sebagai Dasar Negara Oleh
Tania Alifa Sukma (20220089).
BAB, I., & AJAR, M. (2018). PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH BANGSA
INDONESIA. MODUL KURSUS PANCASILA ONLINE, 39.