Anda di halaman 1dari 9

KONTEKS MODERASI BERAGAMA

Kelompok 1 :
1.Ahmad Aditya Nofadhon (2201046039
2.AAT (2201046041)
3.AFDHOLU SHOHIB AZHIM (2201046044)
A.Pengertian Radikalisme
Radikalisme sering dipahami sebagai suatu hal kecendrungan untuk
melakukan perubahan secara ekstrim dan mengakar. Secara bahasa
radikal berasal dari kata radix yaitu akar, sumber, atau asal mula.

Di berbagai sumber disebutkan radikal memilik arti yaitu perubahan,


pembaharuan sosial dan politik dengan kekerasan dan drastic

Radikalisme merupakan suatu kepercayaan demi mencapai keinginan yang di


yakini dan pembelaan terhadap ajaran kebenaran yang dinilai benar, tanpa
menghiraukan orang di sekitarnya.
2. Pengaruh Radikalisme Terhadap Pancasila
 Aksi radikalisme agama dan terorisme ini tidak lepas dari
penyimpangan ideologi Pancasila dengan agama. Sejalan dengan
agama, Pancasila tidak pernah mengajarkan kekerasan dan nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila secara jelas mengajarkan kepada
manusia Indonesia untuk menghargai agama, suku, ras dan etnis
lainnya karena negara ini berdiri menjadi satu atas dasar keberagaman.
 Lima sila dalam tubuh Pancasila:
1.ketuhanan,
2.kemanusiaan
3.kesatuan
4.kerakyatan
5.keadilan
1.Penyebab munculnya Radikalisme

Ada berbagai penyebab munculnya radikalisme beragama dalam artian ini,


yaitu dipicu karena pengetahuan yang terbatas, yang kedua dipicu oleh
kelompok liar yang menginginkan adanya perpecahan dalam tubuh
kesatuan dan persatuan bangsa.
Aksi radikalisme hingga terorisme seringkali mengatasnamakan agama terutama
agama islam serta menggunakan istilah jihad fisabilillah.
Padahal semua agama tidak pernah mengajarkan umatnya untuk melakukan
tindakan kekerasan dalam bentuk apapun termasuk dalam menyebarkan
ajarannya.
Agama Islam mengajarkan kedamaian yang tertera pada (Qs Al-Anfal: 6), islam sebagai
rahmatan lil’alamin bertujuan untuk memberikan keselamatan dan kemashlahatan untuk
manusia. Selain itu Islam tidak pernah mengajarkan umatnya untuk membunuh orang-orang
yang tidak bersalah (Qs Al-Maidah: 32).

 berbanding terbalik dengan pemahaman radikal dan terorisme yang dengan sengaja dan
mudah menghalalkan segala cara untuk membunuh manusia lainnya yang tidak sepaham
dengannya. Pelaku hanya berpegang kepada hadist-hadist dha’if dan buku-buku perjuangan
yang hanya dipahami secara literal, harfiah dan skriptual sehingga menimbulkan pemikiran
yang sesat.
3.Moderasi Tokoh-Tokoh Terhadap Radikalisme
Pemikiran Tokoh Terhadap Radikalisme :

1)Prof. Komaruddin Hidayat (Guru Besar Bidang Filsafat Islam)


 Moderasi beragama menurut Komaruddin Hidayat moderasi beragama muncul karna ada dua
kutub ekstrem, yakni ekstrem kanan dan kiri. Ekstrem kanan terlalu paku pada teks dan
cenderung mengabaikan konteks, sedangkan ekstrem kiri cenderung mengabaikan teks. Maka
moderasi Beragama berada di tengah-tengah dari dua puncak ekstrem tersebut, yakni
menghargai teks tetapi mendialogkannya dengan realitas kekinian. Dalam Al-Quran
diterangkan pernyataan bahwa keberagaman manusia, baik dari segi bangsa, jenis, agama, itu
memang sudah dari Tuhan. Allah sudah membuat sedemikian rupa tapi mengapa kita sebagai
ciptaannya malah ingin merusak apa yang telah Tuhan rencanakan. Perbedaan itu ada karna
Allah ingin mengajarkan kepada kita, bahwa perbedaan bukanlah akhir dari kehancuran,
bukanlah ruang untuk kita saling berpecah belah, melainkan perbedaan itu hadir karna Allah
ingin mengetahui seberapa besar kita menciptakan kedamaian dan kerukunan dalam lingkaran
perbedaan itu sendiri
2.Prof. Azyumardi Azra (Guru Besar Sejarah Islam)
 Menurut beliau, moderasi bergama di Indonesia sangat terlihat adalah umat Islam.
Pengertian moderasi beragama dalam konteks umat Islam kemudian disebut
Wasathiyah, Kondisi moderasi beragama di Indonesia saat ini sudah mapan dengan
adanya Islam Wasathiyah. Artinya, dalam memahami agama tidak banyak masyarakat
Indonesia yang condong kanan maupun condong kiri. Islam telah dipelajari secara
utuh dan kaffah atau menyeluruh, yang mengambil jalan tengah sehingga dapat hidup
berdampingan secara damai dengan penganut paham dan agama lain, tidak dengan
cara terputus-putus atau setengah-setengah, yang bisa membuat ekstrim, eklusif dan
intoleransi. Moderasi beragama harus selalu dipraktikan dalam kehidupan sehari-hari,
karna sebaik-baik urusan berada di tengah-tengah, tidak condong kekiri dan kekanan,
atas ataupun bawah. Harus konsisten, adil dan berimbang.
Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai