Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kitab Suci Samawi yang bernama Alquran adalah sumber inspirasi kehidupan

ummat manusia. Hal tersebut disebabkan oleh semua yang dibutuhkan manusia

tersedia didalamnya. Hanya saja hal tersebut dapat dilihat dari sikap manusia yang

berkenan untuk mempelajarinya dan mengamalkannya atau tidak. Jikalau terdapat

sebahagian orang yang belum menemukan sebuah manfaat yang terletak di dalamnya,

mungkin saja pada saat pembacaannya, seseorang tersebut hanya sekedar memandang

Alquran sebagai sebuah buku biasa, sehingga beliau tidak dapat memandang bahwa

Alquran merupakan sebuah Kitab Suci yang terkandung di dalamnya berbagai macam

aspek yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan yang dijalani oleh seluruh ummat

manusia di Dunia.

Sebelum manusia mengenal Agama-Agama Besar, bahkan sejak awal sejarah

awal kemanusiaan, kepercayaan tentang makhluk halus telah ada. Makhluk tersebut

adalah sekelompok jin dan setan yang biasa dipandangan 1 oleh sebahagian besar

masyarakat adalah hantu. Terkait dengan jin dan setan tersebut, terdapat beberapa

kelompok dari bagian mereka yang tidak dapat dilihat, meskipun ditemui manusia

yang melakukannya dengan sebuah antusias yang mendalam, seperti membaca

matera maupun dengan menggunkan jimat. Begitu pula sebaliknya, terdapat bagian

1
M. Quraish Shihab, Jin Dalam Alquran, (Jakarta : Lentera Hati, 2010), h. 1.

1
dari pada mereka yang dapat dilihat oleh sekelompok manusia maupun individual

yang berupaya dengan membacakan mantera maupun jimat. Namun dalam upaya

tersebut, hendaknya seseorang yang melakukannya untuk mempertimbangkan

kembali niatnya itu, sebab sebuah penglihatan terhadap jin terdapat beberapa

mudhorat di dalamnya, seperti terjadinya kerusakan akidah maupun sebuah penyakit

gangguan jiwa.

Syaithan dan pengikutnya adalah musuh bagi seluruh ummat manusia,

terlebih-lebih bagi orang-orang yang beriman.Namun mereka tidak tampak secara

kasat mata, sedangkan mereka bisa melihat manusia.Senjata utama mereka adalah

sebuah bisikan, ajakan, rayuan, daya tarik, sihir, kesombongan, dan tipu daya bagi

manusia agar mengikuti langkah-langkahnya dan jauh dari Allah Swt.2

Fenomena meningkatnya jumlah masyarakat indonesia yang menderita

tekanan sosial seperti: banjir, tsunami, gizi buruk, ketidak adilan, upah kecil, dan

gangguan jiwa seperti: stress, cemas, cenderung egois, mudah terhasut, agresif-

destruktif, penyimpangan spritual-religius, sehingga daya imunitasnya melemah,

makin tampak jelas. Merebaknya praktek pengkultusan, hipnotisme, sulap, sihir,

perdukunan, takhayyul, berbagai praktek pemaksaan dan emosialisme, merupakan

indikasi perkembangan psikologi masyarakat yang negatif dan membutuhkan solusi

yang tepat.

2
Fadlan Abu Yasir, Terapi Gangguan Jin Dengan Ruqyah dan Do’a, (Bandung : Pustaka
Azam, 2011), h. 1.
Banyaknya fenomena masyarakat yang mengalami tekanan sosial dan

gangguan jiwa yang mengakibatkan kehilangan kepribadian asli pada diri mereka,

mengarahkan diri dalam prilaku yang menyimpang, melakukan pelanggaran-

pelanggaran terhadap hukum-hukum Allah Swt, melalaikan bahkan mungkin

meremehkan perintahNya tersebut.Sehingga syaitan dapat dengan mudah masuk

dalam tubuh manusia lewat aliran darah, lalu mengendalikan pikiran serta perasaan

dan menyebabkan kesurupan.

Kesurupan tersebut tidak hanya melanda satu kawasan daerah saja.Melainkan

hampir seluruh wilayah Indonesia. Berbagai macam fenomena kesurupan yang

terjadi berbeda-beda. Ada yang menari-nari, ada yang berteriak-teriak, ada yang

kejeng-kejang, ada yang berkata-kata tidak jelas dan ada yang meronta-ronta, bahkan

bahasanya berubah seketika itu juga, dan orang yang tadi lemah tiba-tiba mempunyai

tenaga super dan tidak bisa di pegang satu dua orang saja.

Menurut pemahaman umum yang berlaku di kalangan masyarakat,

kesurupan adalah suatu kejadian dimana tubuh seseorang baik disengaja ataupun

tidak, telah di masuki makhluk halus baik dalam waktu sebentar ataupun dalam waktu

yang lebih lama.3 Allah Swt berfirman dalam Q.S. al-A’raf [06]: 201

‫ُون‬ ِ ‫ان تَ َذ َّكرُوا فَِإ َذا هُ ْم ُمب‬


َ ‫ْصر‬ ِ َ‫ف ِم َن ال َّش ْيط‬ َ ‫ِإ َّن الَّ ِذ‬
ٌ ‫ين اتَّقَ ْوا ِإ َذا َم َّسهُ ْم طَاِئ‬

3
http//spirit-zone.blogspot.com/2009 lelembut makhluk-halus-penyebab.html, (Medan, 02
Oktober, 2017), 09:11 WIB.
Artinya :” Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa

was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, Maka ketika itu juga mereka

melihat kesalahan-kesalahannya”.4

Ibnu Katsir menerangkan sebagian mufassir menafsirkan massahum adalah

gangguan setan sebagai kerasukan.Dalam dunia kedokteran, yang mengakui adanya

kesurupan karena makhluk halus adalah Ali Muhammad Muthawi.

Adapun dokter yang tidak mengakui adanya kesurupan karena makhlus halus

yaitu Soewadi yang berprofesi sebagai guru besar Ilmu Kedokteran jiwa Fakultas

Kedokteran Universitas Gajah Mada. Beliau meyakini bahwa kesurupan bukan di

sebabkan makhlus halus, dia memandang tekanan sosial sebagai faktor kesurupan.

Sementara dari perspektif psikologi kesurupan sebenarnya telah menjadi kajian

psikologi klinis, terutama psikologi abnormal. Kesurupan dalam psikologi dikenal

dengan istilah trasns dissosiatif dan trans possesion dissosiatif. Trans dissosiatif

adalah perubahan dalam kesadaran yang bersifat temporer atau hilangnya perasaan

identitas diri tanpa kemunculan identitas baru. Sedangkan trans possesion dissosiatif

adalah perubahan dalam kesadaran yang diperakteristikkan dengan penggantian

identitas personal yang selama ini ada dengan identitas yang baru.5

Ketika seseorang terkena musibah kesurupan jin, atau penyakit fisik lainnya,

maka salah satu alternatif yang sering digunakan oleh kalangan msyarakat luas adalah

dengan mendatangi dukun, paranormal dan praktek-praktek supranatural lainnya.

4
Mahmud Junus, Alquran Al-Karim, (Bandung : PT. Al-Ma’arif, 1983), h. 159.
5
 http://otak-kanan-kiri,blogspot.com/2013/10/pengertian-kesurupan-secara-medis.html,
(Medan, 02 Oktober 2017), 09:43 WIB.
Sementara di dalam hadits Nabi Muhammad Saw bersabda :“Telah

menceritakan kepada kami Yahya Bin Said dari Auf berkata : telah menceritakan

kepada kami Khilas dari Abu Hurairah dan Al hasan dari Nabi Saw beliau

bersabda:

‫من أتى كاهنا أو عرفا فصدقه بما يقول فقد كفر بما انزل على محمد هللا‬
)‫عليهوسلم (رواه احمد‬.
Artinya :“Barang siapa yang mendatangi seorang dukun atau peramal

kemudian membenarkan apa yang ia katakan maka ia telah kafir terhadap wahyu

yang di turunkan kepada muhammad saw” (H.R. Ahmad)6.

Sedangkan perbuatan ini adalah perbuatan yang sangat dibenci Allah Swt.

Atau dinamakan sebagai syirik (mempersekutukan Allah) mempartisipasikan Allh

dengan makhluk, sebagaiman firman Allah Swt di dalam surat Al-Luqman ayat 13.

Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia

memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan

Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang

besar". (Q.S. Al-Luqman, 31 : 13).7

Dengan mendatangi dukun, dan paranormal lainnya hal ini akan

mendatangkan penyembuhan, malah justru menjatuhkan pelakunya pada musibah

lain yang lebih berbahaya. Bisa jadi penyakitnya akan semakin bertambah, dan yang
6
Syaikh muhammad at tamimiS
7
Mahmud Junus, Alquran Al-Karim, (Bandung : PT. Al-Ma’arif, 1983), h. 378.
paling pasti ia telah jatuh pada dosa dan pelanggaran syariat-syariat Allah Swt.

Kalaupun ada kesembuhan yang ia rasakan pada saat itu, maka kesembuhan ini

adalah tipu daya, yang pada akhirnya akan menambah permasalahan dalam

kehidupannya.8

Adapun penyakit yang menimpa seorang hamba, maka Alloh telah

mengkabarkan bahwa di dalam Alquran dan do’a-do’a yang mengandung

penghambaan kepadaNya ada pengobatan. Bahkan secara tegas Ibnu Qoyyim Al-

Jauziyah dalam Al fawaaid mengkategorikan orang yang enggan berobat dengan

Alquran sebagai orang yang meninggalkan dan mengacuhkan Alquran.9

Pengobatan dengan Alquran dan do’a-do’a dikenal ruqyah syar’iyyah. Ruqyah

syar’ iyyah secara istlah adalah penyembuhan secara syar’i dengan menggunakan

do’a dari ayat-ayat Alquran, Assunnah dari Nabi Muhammad Saw yang

mendatangkan perlindungan, keridhaan dan kasih sayang dari Allah Swt. Do’a adalah

kekuatan batin yang tertuang dalam kata-kata inadah yang dibisikkan dengan gerakan

bibir kepada Dzat yang tercinta, dengan segala rasa cinta, harap, dan rasa takut.10

Apabila seorang hamba melakukan pengobatan dengan Alquran secara baik,

niscaya ia akan melihat kesembuhan yang cepat dan menakjubkan. Demikian halnya

dengan ruqyah menurut Alquran yang diambil dari Alquran dan hadits-hadits Nabi

Saw, merupakan salah satu obat yang paling baik dalam penyembuhan individu.11

8
Abu Ayyash Rafa ‘Alhaq, Buku Saku Ruqyah, (Yogyakarta : Tsabita Grafika, 2010), h. 5.
9
Ibid, h. 11.
10
Musdar Bustaman Tambusai, Halal-Haram Ruqyah, (Jakarta : Al-Kautsar, 2013), h. 9.
11
Fadlan Abu Yasir, Terapi Gangguan Jin Dengan Ruqyah dan Do’a, (Bandung : Pustaka
Azam, 2011), h.3.
Akhir-akhir ini telah tersebar fenomena pengobatan dengan Alquran, tidak di

pugkiri, bahwa itu pemandangan yang baik.Namun aspek yang menimbulkan

kegundahan dan menumbuhkan keperihatinan, bahwa orang yang menangani perkara

penting ini adalah sebagian orang-orang yang tidak memahami Alquran, sosok-sosok

yang tidak terbekali dengan ilmu syar’i.Hal itu menjadi sebuah lahan bisnis yang laris

dengan cepat, praktek untuk mengambil harta orang lain dengan kebatilan. Dari

fenomena inilah penulis termotivasi untuk melakukan penelitian.Sebab banyak dari

beberapa pengobatan terutama para terapis membutuhkan koreksi beberapa

keyakinan (padahal mereka adalah orang yang dikenal penegak tauhid) dari

ketergantungan dengan bid’ah, jampi-jampi.Di tambah lagi, pengesampingan aspek

keimanan dari kalangan para dokter dalam penyembuhan penyakit, dan mereka lupa

ruqyah menurut Alquran yang benar.

Oleh karena itu, perlu adanya penetapan beberapa kaidah, dan membuka

pengobatan Qur’aniyyah untuk mengantisifasi gerekan dari para tukang sulap, dukun,

peramal,dan para pendusta dengan penjelasan yang sesuai dengan sudut pandang

agama yang shahih berlandaskan dalil-dalil yang akurat dari Alquran dan

Assunnah.12

Salah satu pengobatan yang menyimpang yang ada di Kabupaten Padang

Lawas yaitu Desa Parapat Sosa, Kecamatan Sosa, yang merupakan salah satu daerah

yang sangat sering dikunjungi oleh kalangan masyarakat setempat maupun dari luar

12
Abdullah Bin Muhammad As-Sadhan, Sembuhkanlah Penyakitmu Dengan Ruqyah
Syar’iyyah, (Jakarta : Darus Sunnah, 2012), h. 29.
desa.Bahkan ada yang datang dari Kota Medan. Dengan beberapa pelayanan, yaitu

berguru kekebalan tubuh, pertahanan (ajimat), tapi yang lebih khusus adalah

pengobatan orang yang terkena gangguan, dan kesurupan jin.

Desa Parapat Sosa adalah desa yang masih kental dengan adat-istiadatnya,

begitu juga dengan ilmu pengobatannya masih ilmu turun-temurun dari nenek

moyangnya.Banyak masyarakat dari luar untuk berobat di desa ini.Dengan fakta

tersebut menarik simpati si peneliti melakukan penelitian lanjut di desa tersebut.

Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan penulis di atas, maka

penulis ingin melakukan penelitian secara mendalam, sehingga dengan demikian

timbullah ketertarikan penulis untuk menyusun sebuah penelitian (skripsi) dengan

judul : “KONSEP PENGOBATAN RUQYAH BAGI ORANG YANG KESURUPAN

JIN MENURUT ALQURAN ( STUDI KASUS DI DESA PARAPAT SOSA KEC.

SOSA KAB. PADANG LAWAS )”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana metode yang digunakan dukun (tabib) di Desa Parapat Sosa dalam

mengobati orang yang terkena penyakit kesurupan jin ?

2. Bagaimana tata laksana ruqyah yang disyrari’atkan oleh ajaran Agama Islam,

dan yang tercantum di dalam Alquran ?

C. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari pada penulisan penelitian ini adalah :


a. Untuk mengetahui Al qur’an yang mengandung pengobatan ruqyah.

b. Untuk mengetahui bagaimana masalah kerasukan yang dapat terjadi di

kalangan masyarakat.

c. Untuk mengetahui cara-cara pengobatan ruqyah yang berdasarkan syariat

Islam dan menerpkannya dalam kehidupan masyarakat di Desa Parapat sosa

padang lawas.

2. Kegunaan penelitian.

a. Sebagai panduan lembaga-lembaga konseling dan pengamal pengobatan

Islam.

b. Sebagai panduan bagi masyarakat yang memerlukan pengobatan ruqyah.

c. Sebagai bahan tambahan bagi Aktivitas Akademik dan bagi mereka yang

berminat dalam studi ini.

D. Batasan Istilah

Untuk menghindari kesalah pahaman dalam penelitian ini dan untuk

membatasi permasalahan yang akan dibahas, penulis mencoba untuk menjelaskan

defenisi-defenisi yang terkait dengan judul skripsi ini.

1. Konsep, ialah yaitu ruang, rancangan atau buram (gambaran atau uraian).

2. Pengobatan, ialah yaitu menjadi sehat kembali, pulih ia dari sakit. Mengobati

supaya sembuh. Penyembuhan yaitu Allah yang menyembuhkan, Allah yang

memberikan kesembuhan, orang yang menyembuhkan adalah bahan (obat)


yang menyembuhkan. Penyembuhan yaitu proses, cara, perbuatan

menyembuhkan, pemulihan kesembuhan yaitu perihal (yang bersifat) sembuh.

3. Ruqyah, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ruqyah adalah

segala yang berhubungan dengan guna-guna. Ruqyah berasal dari Bahasa

Arab dengan makna yang sangat luas. Lafaz “ruqyah” diambil dari kata

kerja : raqa-yarqi. Secara lughawi (etimologi), ruqyah bererti al-‘audzah atau

at-ta’awidz, yaitu meminta perlindungan (isti’adzah). Secara istilah

sebagaimana telah disebutkan ruqyah identik dengan penyembuhan secara

syar’ i dengan menggunakan ayat-ayat Alquran. Al-Hafidz Ibnu Katsir

rahimahullah menjelaskan, “istiadzah” adalah berlindung kepada Allah Swt

dan mendekat ke sandingNya dari kejahatan semua makhluk yang memiliki

kejahatan.

4. Kesurupan, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yaitu kemasukan

roh. Menurut Wahid Abdussalam Bali seorang pakar dunia ghaib dari timur

tengah, kesurupan adalah sebuah ungkapan untuk gangguan yang menmpa

akal manusia, sehingga ia tidak bisa menghubungkan perkataannya, antara

yang telah dia katakan, dan yang akan dia ucapkan. Dia juga akan menderita

hilang ingatan akibat gannguan urat-urat saraf (otak).

5. Jin, ialah satu makhluk Allah Swt yang dijadikan dari api, sebagian mereka

ada yang beriman dan ada yang kafir, ia termasuk golongan makhluk halus

yang dapat membentuk diri dalam beberapa rupa yang beraneka ragam.
6. Alquran, ialah firman Allah Swt yang mu’jiz, diturunkan pada seorang Nabi

Muahammad Saw melalui Malaikat Jibril yang diriwayatkan kepada ummat

secara berangsur-angsur (mutawatir), bagi yang membacanya merupakan

ibadah, yang di mulai surat Al fatihah dan di akhiri dengan surat An-Nas.

7. Parapat Sosa, ialah sebuah desa yang terletak di sumatera utara indonesia di

kabupaten padang lawas kecamatan sosa. Yang di jadikan sebagai tempat

penelitian.

E. Penelitian Terdahulu

Mengingat banyaknya lembaga-lembaga Alquran yang telah terbentuk

membuat penelitian-penelitian terhadap lembaga tersebut sudah banyak dilakukan.

Mereka memahami subjek ini sungguh penting untuk dipublikasikan menjadi suatu

ilmu yang kiranya dapat dipelajari oleh peneliti yang belum memahami bagaimana

lembaga tersebut, hingga bisa jadi menjadi acuan kedepannya, diantaranya seperti :

1. Skripsi yang berjudul “Ayat-Ayat Alquran Tentang As-Syifa (Studi Tentang

Ruqyah Pengobatan Kerasukan Di Darussyiffa’ Kuala Terengganu, Malaysia)

oleh Aiesah Binti Samsudin (2014). Disitu dipaparkan bahwa setiap penyakit

ada obatnya. Allah swt memberi penyakit, Allah juga menetapkan obat atau

penawarnya, kecuali mati. Rasullah saw menyuruh agar setiap orang sakit

berusaha untuk berobat dengan pertolongan orang lain pakar dalam yang

dimiliki, ataupun oleh diri sendiri. Jelas terbukti bahwa tugas manusia disini
adalah berusaha untuk mendapat kesembuhan menurut keupayaan dan

kemajuan akal tanpa putus asa.

2. Kajian living Alquran ayat-ayat pengobatan dalam Kitab Sullam Al-Futuhat,

karya Abdul Hanan Mas’hum oleh Muhammad Rizal Fanani Program Studi

Alquran dan Tafsir Pasca Sarjana Institut Agama Islam Negeri

Tulanggangung 2015. Dipaparkan bahwa didalam Kitab Sullam Al-Futuhat

terdapat beberapa ayat yang digunakan sebagai media pengobatan dengan

berbagai macam cara yang berbeda-beda dalam setiap pengobatan yang

dilakukan. Seperti obat untuk menolak bala dengan media ternak, dalm

penanggulangan ini Abdul Hanan Mas’hum memaparkan beberapa ayat yang

digunakan yaitu: surat Al-Fatihah ayat 1-7, surat Al-Ikhlas ayat 1-4, dan surat

An-Nas ayat 1-6 dan lain sebagainya.

Namun dalam hal ini sejauh yang saya tau tidak ada yang secara khusus

meneliti tentang konsep pengobatan ruqyah bagi orang yang kerasukan jin menurut

Alquran.

.
F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif.Peneliti melakukan serangkaian

penelitian terhadap ayat-ayat Alquran dengan menggunakan refrensi-refrensi dari

literature-literatur yang relevan dalam penelitian ini.Peneliti juga menggunakan

sampeling didalam penentuan subjek peneliti dan penelitian.Peneliti telah


mengunakan penelitn lapangan dan telah memilih Desa Parapat Sosa sebagai subjek

penelitian untuk memudahkan penelitian.

2. Teknik Pengumpulan Data

Metode ini digunakan untuk mendapatkan data yang dalam penelitian. Peneliti

akan mengumpulkan data dan kemudian menginterprestasikan data-data tersebut.

Disini peneliti telah menggunakan beberapa metode yang sesuai untuk mendapatkan

dan mengumpulkan data yang diinginkan itu.

a. Metode wawancara adalah satu metode yang digunakan untuk mendapatkan

informasi dengan cara diwawancarai beberapa responden untuk memperoleh

keterangan secara lisan. Ini dilakukan dengan cara berhadapan anatara peneliti

dan responden yang bersangkutan. Dengan ini maklumat dapat diperoleh secara

cepat dan tepat. Informasi yang diberikan dapat membantu peneliti

menyelesaikan studi yang dibuat.

b. Metode observasi pengamatan ini digunakan dengan cara secara langsung

subjek dipelajari. Peneliti dapat melihat sendiri sejauh mana kebenaran

informasi yang diperoleh dalam metode di atas. Ini penting bagi peneliti untuk

melengkapi informasi dalam bab 3 (tiga) dan 4 (empat). Peneliti membuat

tinjauan di Desa Parapat Sosa untuk mengetahui metode pengobatan yang

digunakan saat mengobati masyarakat yang terkena gangguan jin. Peneliti coba

mengkaji apakah tabib menggunakan ayat Alquran ketika mengobati dan

efektifitas pada yang terkena kesurupan jin.


c. Metode Dokumentasi, ini merupakan cara pengumpulan data dengan

melakukan penelitian terhadap dokumen-dokumen yang dikaji. Dokumen

tersebut memiliki kaitan dengan masalah yang dikaji. Dokumen berarti benda

tertulis yang dapat memberikan berbagai keterangan seperti gambar,

otobiografi, surat-surat pribadi, buku laporan, dokumen dan sebagainya.

Metode ini digunakan untuk memperoleh fakta yang berkaitan dengan

penelitian. Antara dokumen yang diperoleh peneliti adalah dari sumber

Alquran, Hadist-hadist, buku-buku dan lain sebagainya yang ada kaitannya

dengan persoalan penelitian.

3. Sumber Data

Untuk memperoleh informasi mengenai teori dan hasil penelitian, peneliti

telah mengkaji berbagai sumber yang diklasisfikasikan ke dalam 2 (dua) bentuk,

yaitu:

a. Sampel, yakni 2 (dua) orang peruqyah, 5 (lima) orang masyarakat yang

pernah diruqyah, 2 (dua) orang Tokoh Agama, dan 2 (dua) orang

Cendekiawan.

b. Library Reasearch, yaitu mengambil panduan pustaka dari buku-buku yang

terkait dengan tata cara pelaksanaan ritual ruqyah yang disyari’atkan.

4. Analisis Data

Adapun dalam menganalisis sumber data, digunakan teknik analisa isi

(content analysis) dan telaahnya bersifat kualitatif.Pengunaan metode dan teknik ini

berdasarkan kenyataan bahwa data dihadapi bersifat deskriptif yakni berupa


pernayataan verbal, bukan data kuantitatif. Kemudian permasalahannya yang akan

dibahas adalah salah satu dari perbahasaan dari Alquran, maka metode yang

digunakan metode maudhu’i atau tematik, yaitu suatu kajian Tafsir Alquran,

berdasarkan tematis atau judul dan tema tertentu.

G. Sistematika Pembahasaan

Penelitian skripsi ini, pada dasarnya terdiri dari 5 (lima) bab yang masing-

masing mempuyai sub-sub topik pembahasan. Hal ini dimaksudkan agar pembahasan

lebih terarah dengan mudah dan dapat dipahami tujuannya. Adapun sistematikanya

adalah sebagi berikut :

Bab I. Pendahuluan. Terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, batasan istilah , kegunaan penelitian, metode penelitian, dan sistematika

pembahasan.

Bab II. Gambaran umum masyarakat Desa Parapar Sosa Kecamaatan Sosa Kabupaten

Padang Lawas,yang terdiri dari letak geografis, keadaan penduduk, Agama penduduk,

sarana pendidikan, dan mata pencaharian.

Bab III. Konsep pengobatan ruqyah bagi orang kesurupan jin menurut Alquran. Bab

ini akan dipaparkan pembahasan tentang pengertian ruqyah, klasifikasi ruqyah, adab-

adab dalam meruqyah menurut hokum sya’ri, ragam bentuk terapi ruqyah syar’iyyah,

dan landasan ruqyah Syar’I sebagai penawar.

Bab IV. Analisis pengobatan ruqyah bagi yang kesurupan jin di Desa Parapat Sosa.

Bab ini menguraikan tentang karakteristik informan, metode pengobatan ruqyah di


desa parapat sosa, pengaruh pengobatan ruqyah terhadap masyarakat desa parapat

sosa, pandangan tokoh agama dan cendekiawan, dan analisis.

Bab V. Penutup. Terdiri dari kesimpulan dan saran-saran.

Anda mungkin juga menyukai