Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

HYPNOTHERAPY
DALAM PRESPEKTIF PSIKOLOGI ISLAM

Oleh:
Bayu Kridho Setyo P

PROGRAM STUDI S 1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
2019
A. Latar Belakang
Akhir-akhir ini banyak diskusi dan perbincangan tentang hukum pengobatan
menggunakan terapi hypnotic atau yang sering disebut hypnotherapy (selanjutnya dibaca:
hipnotis dan hipnoterapi). Sebagian kalangan ada yang membolehkan dan sebagian lagi
mengharamkan karena diyakini mengandung unsur kesyirikan. Sebelum membahas tentang
hukum hipnoterapi dalam perspektif Islam, penulis memaparkan berbagai hal yang terkait dengan
hipnotis dan hipnoterapi dari berbagai sumber yang ada, baik dari aspek pengertian, sejarah
kemunculan, macam-macamnya sampai dengan dampak positif serta negatifnya.

B. Pengertian Hipnotis dan Hipnoterapi


Hipnoterapi berasal dari kata hypnos dan terapi yang berarti pengobatan menggunakan
metode hipnotis. Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia, Hipnotis merupakan suatu tindakan
yang membuat seseorang berada dalam keadaan hypnosis, yaitu suatu keadaan dimana seseorang
seperti tertidur karna berada dalam pengaruh orang lain yang memberikan sugestinya. Sedangkan
secara terminologi, hypnotism diambil dari kata “hypnos”, yaitu nama dewa tidur yang
merupakan anak dari dewi Nyx (dewi malam) dan saudara dari Thantanos (dewa kematian),
dalam mitologi Yunani. Secara sederhana, Ki Jaladara menyebutkan bahwa yang dimaksud
dengan hypnotism adalah seni memasukkan makhluk hidup ke dalam kondisi hipnosis (keadaan
tidur karena dihipnotis). Ada pula yang mendefinisikan hipnotis (hipnosis) sebagai suatu kondisi
pikiran dimana fungsi analitis logis pikiran direduksi sehingga memungkinkan individu masuk ke
dalam kondisi bawah sadar (sub-conscious/unconscious), di mana tersimpan beragam potensi
internal yang dapat dimanfaatkan untuk lebih meningkatkan kualitas hidup. Sehingga dari definisi
tersebut dapat disimpulkan bahwa hipnotherapi adalah terapi atau pengobatan yang dilakukan
pada seseorang yang sedang dalam kondisi hipnosis atau terhipnotis.
Hipnosis merupakan kondisi alamiah seseorang ketika seseorang tersebut rileks, santai,
nyaman dan fokus. Untuk mencapai kondisi hipnosis, seseorang tersebut harus melewati 3 pokok
tahapan utama yaitu proses induksi, deepening dan sugesti. Proses induksi merupakan sebuah
proses yang diperoleh dengan cara membuat seseorang menjadi rileks dan membuat pikiran kritis
beristirahat sejenak. Proses induksi ini kemudian dilanjutkan dengan deepening, yang membuat
seseorang menjadi lebih rileks lagi dari sebelumnya. Sedangkan proses sugesti merupakan
pembelajaran kepada klien yang dapat disampaikan baik mengunakan cara langsung ataupun
tidak langsung. (Rumah Hipnoterapi: Hypnotherapi dan Sufistik Psikoterapi: Suci Riadi
Prihantanto C.Ht., CI.)

C. Sejarah Munculnya Hipnotis dan Hipnoterapi


Ada beberapa teori yang menyebutkan tentang sejarah munculnya ilmu hipnotis dan
hipnoterapi ini. Ki Jaladara dalam Tulisannya yang berjudul “Hipnotis dalam pandangan islam
dan ilmiah”, menyebutkan bahwa Paracelcus memperkenalkan suatu istilah Magnetisme (sekitar
tahun 1500-an), yaitu dengan magnet seseorang dapat disembuhkan penyakitnya, seperti halnya
yang dia lakukan kepada pasien-pasiennya. Pada tahun 1772, seorang dokter bernama Franz
Anton Mesmer (1734-1815) yang juga murid dari seorang pendeta Kristen bernama Maxmillian
Hell, melihat gurunya memberikan pengobatan dengan magnet. Mesmer menyatakan bahwa
dalam tubuh manusia terdapat cairan universal yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan

2
tubuh.Cairan yang tidak mengalir dengan lancar, mungkin karena tersumbat, menyebabkan
manusia menjadi tidak sehat baik mental maupun fisik. Untuk itu Mesmer menggunakan magnet
untuk melepaskan sumbatan aliran cairan tadi, dengan mengisi penuh sebuah bak dengan air lalu
diisi besi.
Pasien yang ingin diobati diminta memegang besi dalam bak air itu. Kemudian pada saat
pengobatan, Mesmer melakukan suatu drama yang amat treatrikal dibantu dengan permainan
kepulan asap dan cermin. Hal ini membuat pasien yang ada menjadi hanyut dan larut dalam
imajinasi drama teatrikal tersebut (terhipnotis) bahkan ada beberapa diantaranya yang menjadi
trans dimana tubuhnya bergoncang hebat. Kadang-kadang ada juga yang terhalusinasi oleh drama
itu sehingga melihat seolah-olah tangan Mesmer mengeluarkan asap saat Mesmer menggerak-
gerakkan tangannya di udara dan mengarahkannya ke bak. Lalu pasien yang trans tadi disentuh
oleh Mesmer dan dinyatakan telah sembuh. Mesmer menyatakan bahwa dia juga memiliki
kekuatan khusus atau kesaktian untuk dapat menyalurkan magnet ke dalam gelas, sehingga orang
yang minum dari gelas itu dapat sembuh dari penyakitnya. Hal ini membuat Mesmer menjadi
sangat terkenal dan kaya, tetapi di sisi lain ia mendapatkan perlawanan dari dunia medis
ortodoks.
Prinsip dasar Magnetism adalah menggunakan kekuatan batin untuk mempengaruhi
makhluk hidup lain. Magnetism dapat menyebabkan kondisi hipnosis, seorang hipnotis (orang
yang melakukan hipnotis) akan selalu menggunakan kekuatan Magnetism dalam dirinya untuk
mempengaruhi obyek untuk memasuki kondisi hipnosis. Namun hasil penelitian Komisi Akademi
Kedokteran Perancis yang dipimpin oleh Benjamin Franklin, dengan beberapa anggotanya seperti
Dr. Joseph Guillotine dan Antonie Lavoisier, seorang ahli kimia menyebutkan bahwa “Mesmer
tidak mengeluarkan kekuatan apapun”. Pasien sembuh karena terimajinasi sehingga larut dalam
suatu drama treatrikal. Penelitian ini dilakukan atas permintaan King Louis XVI, untuk diselidiki
keilmiahan dari metoda Animal Magnetism yang dikembangkan oleh Mermer tersebut.
Akibatnya, sejak saat itu Mesmer terkucilkan dan pindah ke luar kota dan akhirnya meninggal di
Swiss. Tetapi pengikut Mesmer pada saat itu sudah terlanjur banyak. Beberapa orang di antaranya
adalah pendeta Katolik bernama Fr. Joseph Gassner, yang melakukan mesmerisme melalui
kegiatan ritualnya.
Di sisi lain, ada pula yang menyebutkan bahwa hipnotis ini dijadikan sebagai media
pengobatan (hipnoterapi) serta dikembangkan oleh Milton H. Erickson sejak tahun 1950 dan
diterima oleh Asosiasi Medis Amerika sebagai bagian dari ilmu jiwa. Namun jika mencermati
berbagai riwayat yang ada, ternyata kegiatan yang mirip seperti hipnotis ini sebenarnya sudah ada
pada masa Rasulullah saw. Rasulullah SAW menyampaikan bahwa al’ainu haq, sihir mata itu
benar ada, karena syetan bisa menginfiltrasi seseorang melalui pandangan mata itu. Ilmu
“ketajaman mata” ini pada zaman Nabi Muhammad SAW banyak dikuasai oleh Bani Asad.
Dengan puasa 3 hari, mereka dapat langsung menidurkan dan membuat kaku hewan dan manusia.
Istilah hipnotis Sihrul ‘ain disinggung dalam Alquran Surat Al-Qalam : 51
ٌ ُ‫ار ِه ْم لَ َّما َس ِمعُوا ال ِّذ ْك َر َويَقُولُونَ إِنَّهُ لَ َمجْ ن‬
)51 :‫ون (القلم‬ َ ‫َوإِ ْن يَكَا ُد الَّ ِذينَ َكفَرُوا لَي ُْزلِقُونَكَ بِأَب‬
ِ ‫ْص‬
”Dan sesungguhnya orang-orang kafir itu hampir-hampir menggelincirkan kamu (Muhammad)
dengan pandangan mata mereka, ketika mereka mendengar Al-Quran dan mereka berkat; Dia
(Muhammad) itu benar-benar orang gila.” (al-Qalam: 51)
Dalam kitab Tafsir Jalalain oleh Imam Jalaluddin Abdurrahman As-Suyuthi, dijelaskan:
“Dengan pandangan yang kuat, hingga hampir memingsankan dan menjatuhkan dari tempatmu,

3
tetapi Allah menolong. Yang dimaksud “memandang” bukanlah pandangan kagum, melainkan
pandangan tajam memancarkan kebencian. (Yanzhurûna ilaika nazhran syadîdan yakâdu an
yashra’uka wa yasquthuka min makânika)
Oleh sebab itu, Rasulullah saw. pun mengajarkan ummatnya untuk berdo’a agar terhindar
dari sihir ‘ain (hipnotis) tersebut.
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يُ َع ِّو ُذ ْال َحسَنَ َو ْال ُح َس ْينَ َويَقُو ُل إِ َّن أَبَا ُك َما َكانَ يُ َع ِّو ُذ ِبهَا إِ ْس َما ِع‬
‫يل‬ َ ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ َما قَا َل َكانَ النَّبِ ُّي‬ ٍ ‫ع َْن اب ِْن َعبَّا‬
ِ ‫س َر‬
)‫ (رواه البخاري‬.‫ت ِ التَّا َّم ِة ِم ْن ُكلِّ َش ْيطَا ٍن َوهَا َّم ٍة َو ِم ْن ُك ِّل َع ْي ٍن اَل َّم ٍة‬ ‫هَّللا‬ ُ َ
ِ ‫ق أعُوذ بِ َكلِ َما‬َ ‫َوإِس َْحا‬
“Dari Ibnu 'Abbas ra. berkata; "Nabi saw. biasa memohonkan perlindungan untuk Al Hasan dan
Al Husein (dua cucu Beliau) dan berkata; "Sesungguhnya nenek moyang kamu pernah
memohonkan perlindungan untuk Isma'il dan Ishaq dengan kalimat ini: “A'uudzu bi
kalimaatillaahit taammati min kulli syaitaani wa haammatin wa min kuli 'ainin laammah" ("Aku
berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari setiap setan dan segala makhluq
berbisa dan begitupun dari setiap mata jahat yang mendatangkan petaka").” (HR. al-Bukhari)

D. Macam-Macam Hipnotis
Perlu diketahui bahwa hipnotis yang ada di masyarakat secara umum dapat
dikelompokkan ke dalam tiga bagian:
1. Hipnotis Tradisional-Supranatural
Hipnotis supranatural atau hipnotis tradisional yang berkembang pada
masyarakat awam adalah hipnotis yang lahir dari “rahim mistik”. Sekalipun identik
dengan metafisis, hipnotis tradisional pada bagian tertentu memiliki kesamaan
dengan hipnotis modern, khususnya sebagai media untuk “mempengaruhi” orang
lain. Hanya saja dalam hal mempengaruhi atau “menundukkan” orang lain, hipnotis
modern terkesan lebih “positif” karena hanya mampu mempengaruhi orang yang
ingin dipengaruhi (untuk kepentingan terapi). Sedangkan hipnotis tradisional
supranatural terkesan negatif karena diprogram untuk mampu mempengaruhi orang
yang menolak sekalipun.
Jika hipnotis modern lebih tertumpu pada teknik “sapa” atau verbal (namun
terkadang juga tidak lepas dari hal yang bersifat metafisis), maka hipnotis tradisional
supranatural mempengaruhi subyek (sasaran) lebih tertumpu pada kekuatan ghoib
(bantuan jin) melalui tatapan mata (sihir mata) dan gelombang suara. Para ahli
hipnotis tradisional pada umumnya mempelajari ilmu metafisika yang digali dari
berbagai unsur, sesuai dengan selera pribadi dan latar belakang budayanya untuk
mendapatkan kesaktian atau kemampuan ghoib seperti termasuk kemampuan telepati,
remote viewing, astral projection, dan berbagai kemampuan ESP (ekstra sensory
perseption) lainnya.
Hipnotis Tradisonal Supranatural ini memiliki beberapa bentuk antara lain:
a. Hipnotis Dengan Gendam
Gendam adalah suatu ilmu ghaib yang dapat mempengaruhi alam bawah
sadar manusia menggunakan kekuatan sihir dengan bantuan jin. Orang yang
terkena ilmu gendam seperti kena sihir dan seketika itu juga korban akan
menuruti apa saja yang diinginkan oleh pemilik ilmu gendam. Gendam dapat
diibaratkan sebagai metode hipnotis secara paksa menggunakan ilmu hitam

4
atau sihir dengan melakukan ritual atau mantra tertentu, sehingga tidak
bergantung pada bersedia atau tidaknya korban.
Untuk mendapatkan kemampuan ilmu gendam ada banyak cara dan
tekhnik yang bisa dilakukan bahkan istilah yang digunakan terkesan seperti
bagian dari ajaran agama, seperti: Tawaasul (pemujaan pada alam, tokoh
sakti , jin atau setan), Riyadhah sebagai bentuk disiplin diri dengan
mengurangi kenikmatan duniawi melalui puasa tertentu (puasa pati geni,
puasa mutih), melek malam, do’a-do’a tertentu, jampi-jampi dan bahkan
dengan membaca penggalan-penggalan ayat al-Qur’an, wirid tertetu serta
membaca hizb. Ritual untuk mendapatkan ilmu gendam semuanya adalah
prilaku bid’ah dan syirik serta menyimpang dari tuntunan Rasulullah saw.
Meminta bantuan kepada roh, jin atau setan, memakai jimat dan rajah adalah
merupakan prilaku bid’ah dan bentuk kesyirikan, yang sangat bertentangan
dengan ajaran Islam.
b. Hipnotis Dengan Sirep
Sirep adalah ilmu ghaib yang mampu untuk menidurkan orang yang
diinginkannya. Ilmu ini biasanya digunakan untuk tujuan negatif, sehingga
tidak mengherankan apabila pelakunya kebanyakan orang-orang yang
berprofesi sebagai pencuri. Dengan menggunakan ilmu sirep. Maling mampu
berbuat leluasa di dalam rumah korban, sebab, korban ilmu ini bisa tidur tak
sadarkan diri sampai pagi. Walaupun seandainya dia mendengar suara-suara
yang mencurigakan, tapi terasa berat untuk membuka kelopak mata.
Salah satu jenis sirep maling adalah sirep tanah kuburan. Dinamakan
sirep tanah kuburan karena piranti yang digunakan memang berasal dari
tanah kuburan, Sirep jenis ini mampu menidurkan penghuni rumah mirip
orang mati, jadi selama maling beroperasi, tidak dimungkinkan penghuni
rumah terbangun dari sirep ini. Pada saat akan beroperasi, terlebih dahulu
pencuri melakukan ritual (merapal) ajiannya disekitar rumah korban lalu
menaburkan tanah kuburan di atap rumah atau pekarangan, maka tanpa
menunggu lebih lama seluruh penghuni rumah akan tertidur seperti orang
mati.
Aji sirep yang sangat terkenal dikalangan praktisi ilmu ghoib adalah aji
sirep megananda. Aji ini kerap dimiliki oleh para penjahat, hanya saja
syaratnya memang berat, yaitu harus berpuasa mutih selama 21 hari atau 40
hari, ditambah patigeni selama 3 atau 7 hari. Tetapi jika sudah
menguasainya, maka orang bersangkutan bisa menjelma sebagai pejahat
kelas kakap. Mantra aji sirep sangat beragam dan diyakini oleh para praktisi
ilmu ghoib memiliki khodam (jin penjaga) yang akan merasuk kedalam raga
pengamal aji tersebut dan membantu dalam berbagai fungsi aji-ajian
termasuk dalam menidurkan korbannya.
c. Hipnotis Dengan Sihrul ‘ain
Hipnotis dengan Sihrul ’ain, artinya sihir yang mengandalkan kekuatan
mata dengan bantuan jin. Sihrul’ain kekuatannya dapat mempengaruhi orang
lain, seperti membuat kaku, pingsan, sakit, bahkan dapat menyebabkan

5
kematian. Hipnotis dengan Sihrul ‘ain tidak tergantung pada bersedia atau
tidaknya korban sehingga dapat dipengaruhi melainkan langsung melalui
kehendak /niat pelakunya yang dapat langsung mempengaruhi korbannya
walau dia tidak bersedia dihipnotis.
Sebagaimana telah disinggung di atas, bahwa hipnotis dengan jenis sihrul
’ain telah ada pada masa Rasulullah saw, sebagaimana dijelaskan oleh beliau
al-‘Ainu haq (sihir mata itu benar adanya), karena syetan bisa menginfiltrasi
seseorang melalui pandangan mata. Ilmu ini banyak dikuasai oleh Bani Asad
dengan melakukan ritual tertentu.
d. Hipnotis magnetism (Mesmer)
Hipnotis ini diperkenalkan oleh Paracelcus (pada tahun 1500-an) dengan
mengunakan media magnet untuk menyembuhkan para pasiennya. Pada
tahun 1772, seorang dokter bernama Franz Anton Mesmer (1734-1815) yang
juga murid dari seorang pendeta Kristen bernama Maxmillian Hell,
mengikuti jejek gurunya melakukan pengobatan dengan magnet yang diiringi
dengan drama yang amat treatrikal dibantu dengan permainan kepulan asap
dan cermin. Hal ini membuat pasien yang ada menjadi hanyut dan larut
dalam imajinasi drama teatrikal tersebut, bahkan ada diantara mereka yang
menjadi trans dimana tubuhnya bergoncang hebat, dan ada pula yang
terhalusinasi sehingga seolah-olah melihat tangan Mesmer mengeluarkan
asap saat dia menggerakkan tangannya di udara dan mengarahkannya ke bak
yang telah disi air dan besi. Lalu pasien yang mengalami trans tersebut
disentuh dan dinyatakan telah sembuh.
Prinsip dasar Magnetism adalah menggunakan kekuatan batin untuk
mempengaruhi makhluk hidup lain.Magnetism dapat menyebabkan kondisi
hipnosis, seorang hipnotist (orang yang melakukan proses hipnotism)
magnetism akan selalu menggunakan kekuatan Magnetism dalam dirinya
untuk mempengaruhi obyek untuk memasuki kondisi hypnosis. (Ki Jaladara:
Hipnotis dalam pandangan islam dan ilmiah)
2. Hipnotis Natural
Hipnotis natural/alamiah ini sangat lumrah dan biasa terjadi pada kehidupan
sehari-hari, hipnotis natural ini tidak memerlukan persiapan yang khusus sebab alami
terjadi pada manusia dari berbagai strata kehidupan yang ketika menerima sugesti
dari berbagai stimulus menjadi terhipnotis yang dapat disebut sebagai Hypnotic state.
Hypnotic state adalah suatu keadaan atau kondisi dimana orang dapat menerima
sugesti, pesan, atau saran yang berasal dari orang lain, keadaan lingkungan
(pengalaman), bahkan dari dirinya sendiri dengan mudah tanpa perlawanan/
penolakan atau analisa sama sekali sehingga dia mengimplementasikan apa yang
dipesankan. Peristiwa alami dan biasa yang dapat membuat kita terhipnotis dapat
dijelaskan dari beberapa contoh berikut ini:

a. Glove anaesthesia: Karena asyiknya berbelanja sampai-sampai seseorang


tidak menyadari ada kerikil kecil di sepatunya atau tidak merasakannya.

6
b. Negative visual halucination: Karena terlalu sibuk, seseorang tidak melihat
bolpoin di depannya sehingga ia mencari-carinya ke mana-mana.
c. Positive visual halucination: seseorang yang sangat ngefans kepada seorang
artis, lalu pada suatu kesempatan ia bertemu dengan artis lain, ia langsung
menyalaminya dan menganggap dia adalah artis idolanya.
d. Saat seseorang menonton televisi, dimana perhatiannya terserap sepenuhnya
pada televisi, maka ia tidak sadar akan sekelilingnya dan menjadi sangat
tersugesti oleh televisi. Sehingga pada saat ia melihat film seseorang yang
diperkosa, maka ia akan bersedih dan marah, padahal ia tahu bahwa itu
hanya film. Namun, karena pada saat menonton televisi ia dalam keadaan
rileks dan konsentrasi, maka fungsi bawah sadar menjadi mendominasi, dan
alam bawah sadar tidak bisa membedakan antara realitas dan imajinasi. Maka
seseorang menjadi terhanyut dan bersedih. Atau seseorang berbelanja ke toko
untuk membeli gula dan minyak, tetapi saat ia ke luar dari toko ternyata ia
membeli barang lain di luar rencana semula. Ketika sampai di rumah, ia baru
menyadari bahwa ternyata ia membeli sesuatu yang tidak ia perlukan.
3. Hipnotis Modern
Prinsip kerja hipnotis, membawa subyek (sasaran hipnotis) dari gelombang otak
beta (sadar) menuju kondisi rileks dan “tidur” (Alpha-Theta). Dalam kondisi ini,
seseorang lebih mudah menerima perintah (sugesti). Teknik merubah gelombang
otak itu disebut induksi, dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan pendulum,
tatapan mata, teknik napas, verbal (kata-kata) atau sentuhan pada bagian tubuh
tertentu. Prinsipnya, seseorang dalam kondisi terhipnotis, otak depannya yang
berfungsi untuk berpikir dan menolak itu dinonaktifkan sehingga hanya bisa
menerima perintah saja.
Menurut Ustadz Muhammad Arifin Badri, M.A., hipnotis mederen banyak
dikembangkan dan diajarkan oleh berbagai lembaga pelatihan di masyarakat saat ini.
Hipnotis moderen ini merupakan pengembangan dan menejeman fungsi otak kanan
dan otak kiri. Para ahli menamakan otak kiri dengan pikiran sadar, sedangkan otak
kanan dengan pikiran bawah sadar. Melalui training dan pelatihan, seseorang dapat
mengoptimalkan otak kanannya, sehingga dapat bekerja seimbang dengan otak kiri.
Karena para ilmuan zaman sekarang telah berhasil mengetahui pola kerja kedua otak
manusia; kanan dan kiri. Mereka menjelaskan bahwa otak kiri berfungsi untuk
memikirkan hal-hal yang bersifat logika, dan memiliki ciri senantiasa bekerja di
bawah kesadaran kita. Sedangkan otak kanan, berfungsi sebagai penanggung jawab
tentang segala yang berkaitan dengan rasa, seni, dan berfungsi sebagai bank data bagi
berbagai data, kejadian, perasaan yang pernah dialami oleh manusia.
Otak kanan biasanya bekerja di bawah kesadaran seseorang. Inilah yang
dimanfaatkan oleh para ahli hipnoterapi, mereka mengotak-atik kerja otak kanan dan
kiri, serta berusaha memanfaatkan berbagai memori pahit atau manis yang pernah
dialami oleh pasiennya. Karena sering kali penyakit yang menimpa seseorang
disebabkan oleh trauma atau suatu persepsi tentang suatu hal yang kurang baik.
Seorang praktisi hipnoterapi berusaha merubah peta pikiran pasiennya tentang
kejadian yang menjadikanya trauma, atau menderita penyakit tersebut, atau mungkin

7
juga berusaha memindahkan kerja otaknya dari yang sebelumnya terpusat pada otak
kanan berpindah menjadi terpusat di otak kiri atau sebaliknya.
Sebagai contoh: Bila seseorang menderita penyakit mag, mungkin saja orang
tersebut menjadi takut untuk makan cabe, karena meyakini bahwa cabe dapat
menyebabkan magnya kambuh. Atau bila seseorang menderita hipertensi, mungkin
dia takut untuk makan sate kambing, karena dia meyakini bahwa daging kambing
dapat menjadikan darah tingginya kambuh dan berakibal fatal bagi kesehatannya.
Akan tetapi apa pendapat dan perasaan orang tersebut, jika mengetahui bahwa
kandungan vitamin C pada cabe melebihi kandungan buah-buahan berwarna kuning?
Dan diyakini bahwa vitamin C membantu meningkatkan ketahanan tubuh dari
serangan penyakit. Sebagaimana kandungan kolesterol pada daging kambing adalah
yang paling rendah bila dibanding dengan daging sapi, onta, kerbau, dan kuda?
Akankah orang tersebut tetap menjauhi daging kambing dan tetap makan daging
sapi? Demikianlah gambaran singkat serta contoh sederhana tentang kerja
hipnoterapi. (www.pengusahamuslim.com)
Adapun bentuk-bentuk hipnotis moderen, yaitu:
a. Hipnoterapi
Dalam kondisi rileks, seseorang mudah diberi sugesti pada alam bawah
sadarnya. Inilah yang kemudian dimanfaatkan untuk kepentingan terapi, dari
berbagai kasus kejiwaan/psikologis, seperti; mengurangi stress,
mengendalikan berat badan (dengan merubah pola makan), problem emosi:
Stres, cemas, takut (phobia), dendam, menghapus memori negatif masa lalu
(korban kekerasan/perkosaan), menghentikan kebiasaan buruk: Narkoba,
merokok, judi, sikap lamban, malas, pemalu, gagap, problem makan dan
tidur (sulit/berlebihan), meningkatkan prestasi: Belajar, olah raga, bisnis,
kreatifitas, mengurangi nyeri (cabut gigi, sunat, operasi kecil, melahirkan),
dan lain sebagainya.
b. Hipnotis Panggung / Entertainment
Hipnosis entertainment dapat dilakukan dengan berbagai cara. Ada yang
disebut dengan “rekayasa sehat” seperti dilakukan dengan menggunakan
subyek murni dari orang lain yang tidak dikenalnya, seperti pengunjung
disebuah pusat perbelanjaan, terminal dan sebagainya. Sedangkan cara yang
“tidak sehat” adalah menyusupkan orang-orang yang sebelumnya sudah
dilatih menerima sugesti/perintah lalu menyamar sebagai orang yang seolah-
olah tidak dikenal juru hipnosisnya.

E. Pandangan Ulama’ Tentang Hipnotis


Hipnotis merupakan ilmu yang dihasilkan dan dikembangkan oleh manusia dengan cara
mereka masing-masing. Namun pada tataran prakteknya ilmu ini sering dikaitkan dengan
persoalan mistik sebagai sarana untuk masuk ke dalam pikiran bawah sadar (memori otak kanan)
pasien. Akibatnya banyak ulama yang mengharamkan ilmu ini. Terlebih lagi dalam ilmu hipnotis
dikenal istilah “filter” atas setiap saran atau bisikan atau masukan yang sampai kepada pikiran
pasien. Filter ini memiliki bentuk yang sangat beragam, seperti filter bahasa, ideologi, perasaan,
tradisi, pola pikir dan lainnya. Mungkin saja pada tahapan ini seorang hipnoterapi dapat

8
mengubah atau mempengaruhi ideologi pasiennya, guna menuntut anda kepada keadaan yang ia
inginkan. Misalnya; agar dapat masuk ke pikiran bawah sadar (atau otak kanan) si pasien, seorang
ahli hipnotis akan membisikkan suatu pernyataan yang mungkin bertentangan dengan akidah
Islam, seperti pernyataan: bahwa malam jum’at kliwon adalah malam yang angker, dedemit dan
hantu bergentayangan dengan penampilan yang menyeramkan, dan seterusnya. Kata-kata ini
sengaja ia gunakan untuk membuka pintu pikiran bawah sadar si pasien. Apabila pasien berubah
sikap dan tampak ketakutan saat mendengar gambaran hantu yang menyeramkan, berarti pintu
pikiran bawah sadarnya telah terbuka lebar, selanjutnya ia dapat membisikkan berbagai “saran”
atau kata-kata yang bertujuan mengendalikan pikiran, syaraf dan tubuh pasien.
Sebagai orang yang beriman, tentu akan menilai bahwa ahli hipnotis tersebut melakukan
hal-hal yang berbau klenik atau syirik, lalu menghukumi orang tersebut telah melakukan
perbuatan haram dan kesyirikan. Sebaliknya, apabila ahli hipnotisnya adalah orang yang
bertauhid, maka ia akan menggunakan kata-kata yang sesuai dengan akidah Islam, sehingga
terhindar dari sesuatu yang mengandung kesyirikan. Begitulah gambaran sederhana faktor yang
melatar belakangi perbedaan pendapat terkait dengan hukum hipnotis dan hipnoterapi, disamping
beberapa pertimbangan dan faktor lainnya. (Ustadz Muhammad Arifin Badri, M.A. Sumber:
www.pengusahamuslim.com)
Secara lebih rinci dapat dikemukakan dua pandangan ulama’ terkait dengan hukum
hipnotis/hipnoterapi ini, yaitu:
1. Pendapat yang melarang
Pendapat pertama berpendirian bahwa hipnotis yang dalam istilah Arabnya disebut
“at-Tanwim al-maghnathisi atau at-Tanwim al-Ija’i” adalah termasuk perbuatan
haram dan bahkan dikategorikan sebagai salah satu jenis sihir. Menurut pendapat ini,
seorang yang melakukan hipnotis meminta bantuan jin dalam melaksanakan aksinya.
Lalu jin akan membantu setelah penghipnotis tersebut melakukan riual-ritual tertentu,
seperti mempersembahkan sesajian (sesajen), membakar kemenyan, ramu-ramuan
tertentu dan lain sebagainya. Perbuatan seperti ini termasuk perbuatan syirik yang
dilarang oleh Islam. (tanyajawabagamaislam.blogspot), sebagaiman ditegaskan dalam
al-Qur’an:
‫ْض‬ ُ ‫اس –تَ ْمتَ َع بَع‬
ٍ ‫ْض –نَا بِبَع‬ ْ ‫نس َربَّنَا‬ِ ‫اإل‬ ِ َ‫ال أَوْ لِيَآ ُؤهُم ِّمن‬
َ َ‫نس َوق‬ ِ َ‫َويَوْ َم يِحْ ُش ُرهُ ْم َج ِميعًا يَا َم ْع َش َر ْال ِجنِّ قَ ِد ا ْستَ ْكثَرْ تُم ِّمن‬
ِ ‫اإل‬
)128 :‫ (األنعام‬.‫ك َح ِكي ٌم عَلي ٌم‬ َ َّ‫ال النَّا ُر َم ْث َوا ُك ْم خَالِ ِدينَ فِيهَا إِال َما شَاء ُ إِ َّن َرب‬
‫هّللا‬ َّ َ َ‫ي أَج َّْلتَ لَنَا ق‬
َ ‫َوبَلَ ْغنَا أَ َجلَنَا الَّ ِذ‬
Dan (ingatlah) hari di waktu Allah menghimpun mereka semuanya, (dan Allah
berfirman): “Hai golongan jin (syaitan), sesungguhnya kamu telah banyak
(menyesatkan) manusia.” Lalu berkatalah kawan-kawan mereka dari golongan
manusia: “Ya Rabb kami, sesungguhnya sebagian dari kami telah mendapatkan
kesenangan dari sebagian (yang lain) dan kami telah sampai kepada waktu yang telah
Engkau tentukan bagi kami.”Allah berfirman: “Neraka itulah tempat kamu selama-
lamanya, kecuali jika Allah menghendaki (yang lain)” Sesungguhnya Rabbmu Maha
Bijaksana lagi Maha Mengetahui.” (Qs. Al An’am: 128)
Ketika menjelaskan ayat tersebut, Ulama’ tafsir menjelaskan bahwa jin dan
manusia saling memanfaatkan. Jin memanfaat manusia dengan sesajian yang
dipersembahkan oleh manusia untuk mereka. Sebaliknya manusia memanfaatkan jin
dengan mendapatkan berbagai layanan istimewa yang diberikan oleh jin kepada para
penyembahnya. (At Tamhid Syarah Kitab At Tauhid 374) Selain menggunakan ritual

9
dan sesajen, ada pula yang menggunakan ramu-ramuan yang aromanya dapat
mempengaruhi akal sehat seseorang, misalnya daun ganja atau sejenisnya. Contoh
seperti ini dihukumi sebagai perbuatan haram namun tidak sampai masuk dalam
perbuatan syirik.
Pendapat senada juga dikemukakan oleh “Al-Lajnah Ad-Daimah” Saudi Arabia
sebagai berikut:
‫التنويم المغناطيسي ض–رب من ض–روب الكهان–ة باس–تخدام ج–ني ح–تى يس–لطه المن–وم على المن–وم فيتكلم بلس–انه‬
‫ويكسبه قوة على بعض األعمال بالسيطرة عليه إن صدق مع المنوم وكان طوعا له مقابل ما يتقرب به المنوم إليه‬
‫ويجعل ذلك الجني المنوم طوع إرادة المنوم بما يطلبه منه من األعمال أو األخبار بمس––اعدة الج––ني ل––ه إن ص––دق‬
‫ذلك الجني مع المنوم وعلى ذلك يكون استغالل التنويم المغناطيسي واتخاذه طريق––ا أو وس––يلة للدالل––ة على مكان––ة‬
‫سرقة أو ضالة أو عالج مريض أو القيام بأي عمل آخر بواسطة المنوم غير جائز بل ه––و ش––رك لم––ا تق––دم وألن––ه‬
‫ التجاء إلى غير هللا فيما هو من وراء األسباب العادية التي جعلها سبحانه إلى المخلوقات وأباحها لهم‬.
"Hipnotis adalah termasuk jenis tenung (sihir) dengan menggunakan jin, dimana
penghipnotis menguasakan jin kepada orang yang dihipnotis, kemudian berbicara (jin
tersebut) lewat lisannya, dan memberinya kekuatan untuk bisa mengerjakan sebuah
pekerjaan tertentu. Jika jin tersebut jujur dan patuh kepada penghipnotis sebagai
imbalan dari ritual yang sudah dikerjakan oleh penghipnotis tersebut, maka jin
tersebut akan menjadikan orang yang terhipnotis menuruti apa yang diinginkan oleh
penghipnotis baik melakukan pekerjaan tertentu atau memberitahu sesuatu, jika jin
tersebut benar-benar jujur kepada penghipnotis. Oleh karena itu, menggunakan
hipnotis dan menjadikannya cara untuk mengetahui tempat barang yang dicuri atau
barang yang hilang, atau penyembuhan penyakit, atau melakukan pekerjaan tertentu
dengan perantaraan orang yang dihipnotis adalah tidak boleh, bahkan termasuk syirik
sebagaimana (penjelasan) sebelumnya, dan ini juga termasuk bergantung kepada
selain Allah di dalam perkara-perkara diluar sebab-sebab yang biasa, yang Allah
jadikan dan bolehkan untuk makhluknya. (Fatawa Al-Lajnah Ad-daimah 1/348)
Pendapat ini menyimpulkan bahwa hipnoterapi (pengobatan dengan hipnotis)
tidak diperbolehkan dan termasuk pengobatan dengan sihir. Namun jika masih ada
keraguan apakah hipnoterapi yang dilakukan oleh seseorang itu menggunakan
bantuan jin atau tidak, maka seorang muslim diperintahkan untuk meninggalkan
sesuatu yang meragukan, apalagi dalam masalah yang berhubungan dengan aqidah,
dan hendaknya seseorang menggunakan cara-cara yang syar'i yang tidak ada
keraguan di dalamnya. (tanyajawabagamaislam.blogspot)
2. Pendapat yang membolehkan
Kelompok ini berpandangan bahwa hipnotis (hipnoterapi) sama seperti ilmu-ilmu
lainnya, sangat tergantung kepada individunya. Hipnoterapi diakui oleh WHO
sebagai salah satu bagian dari terapi kejiwaan, yang prosesnya adalah memberi saran-
saran positif dengan penuh konsentrasi (khusuk) maka standar kesembuhannya juga
mengacu pada standar WHO dimana manusia dikatakan sehat jika telah baik secara
fisik, mental, sosial dan spiritual. Menurut pendapat kelompok ini, sangatlah
berlebihan jika hipnoterapi dikatakan sebagai ilmu klenik, perdukunan, sihir dan
sebagainya. Sebab ilmu klenik pada umumnya mempergunakan media ‘kesaktian’,
ilmu kebal, keris, jimat, batu akik, kemenyan, kembang, benda pusaka bahkan
mantra-mantra dan ritual khusus yang dapat menjadikan syirik.

10
Hipnoterapi hanya bisa dilakukan jika yang bersangkutan butuh, percaya dan
fokus. Karena hipnoterapi bukan sihir atau tenaga dalam dan sejenisnya yang dapat
dilakukan dalam kondisi apapun. Jangankan membaca Ayat Kursi, membaca Koran,
komik, menyanyi, bergurau atau apapun yang dapat mengurangi konsentrasinya
dapat membatalkan proses ini. Sebenarnya untuk menolak hipnoterapi tidak harus
membaca apapun, katakan dalam hati bahwa anda tidak percaya dan menolak semua
saran itu sudah bisa mementahkan proses hipnoterapi.
Pada akhirnya pendapat ini berkesimpulan bahwa hipnoterapi adalah salah satu
jenis pengobatan dengan mengolah pikiran. Hipnoterapi merupakan bagian dari
hepnosis, yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan tidak serta merta
berhubungan dengan jin. Dengan demikian, menggunakan hipnoterapi (Tanwim Ija'i)
hukumnya boleh asal dalam proses penyembuhan tersebut tidak ada perilaku dan
perbuatan yang berlawanan dengan syariah Islam. Namun dalam prakteknya jika
seseorang melakukan hipnosis atau hipnoterapi menggunakan bantuan jin, tentu
harus dilihat secara kasus perkasus. Sebab bisa jadi ada yang murni hipnoterapi, dan
ada pula yang menggunakan jin.

F. Tawaran solusi
Dari ulasan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa para ulama berbeda pendapat
terkait hukum hipnosis dan hipnoterapi. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal antara lain, praktek
hipnosis yang terjadi di tengah masyarakat sangat beragam, ada yang menggunakan tenaga jin
dan ritual-ritual yang berbau syirik, ada yang murni menggunakan olah pikir dan ada pula yang
mengkombinasikan antara keduanya. Di samping itu juga sangat terkait dengan pertimbangan
dampak negatif yang muncul akibat proses tersebut.
Dengan demikian, sekalipun hipnosis maupun hipnoterapi termasuk dalam ranah
mu’amalah –yang hukum asalnya adalah mubah (boleh), namun tidak semua jenis hipnosis
maupun hipnoterapi dapat digeneralisir hukum kemubahannya. Namun harus diteliti dan
dipertimbangkan secara kasus perkasus serta pertimbangan lainnya yang sangat terkait dengan
hukum agama dan tuujuan syari’at (al-Maqashid as-Syari’ah), sehingga hal tersebut tidak
bertentangan dengan ajaran dan tujuan syar’at itu sendiri. Oleh sebab itu untuk menentukan
hukum suatu hipnosis maupun hipnoterapi, perlu dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut.
1. Selektif dalam Menentukan Jenis Hipnoterapi Agar Terhindar dari Kesyirikan:
Dalam prakteknya, hipnotis dan hipnoterapi banyak ragamnya, ada yg selaras
dengan prinsip-prinsip ajaran agama, ada pula yang yang bertentangan. Oleh sebab,
untuk menghukumi persoalan hipnotis dan hipnotrapi tentu harus dilihat secara kasus
per kasus. Apabila terdapat hal-hal yang bertentangan dengan agama, maka dihukumi
sebagai hipnotis yang terlarang, sedangkan jika tidak ada yang menyelisihi prinsip
agama, maka tentu termasuk jenis hipnotis yang diperbolehkan sesuai dengan prinsif
dasar mu’amalah.
Oleh sebab itu pula, dalam menggunakan hipnosis sebagai terapi kesehataan dan
penyembuhan dari suatu penyakit (baca: Hipnoterapi) diperlukan sikap selektif baik
dalam menentukan jenis hipnosis maupun dalam hal apa hal tersebut mendesak untuk
digunakan, misalnya; dalam hal ketiadaan obat bius ketika menjalankan operas
pasien dan seseorang sanggup melakukan hipnosis agar pasien tidak merasakan sakit

11
yang serius, maka dalam hal ini perlu ada solusi untuk mendatangkan kemaslahatan
dan menghindari kemudaratan bagi pasien yang akan dioperasi. Tentu hal tersebut
dilakukan dengan menggunakan jenis hipnosis yang tidak bertentangan dengan nilai-
nilai dan ajaran agama.
Sikap selektifitas seperti ini dalam rangka menghindari kemudharatan tentu
sangat selaras dengan prinsip-prinsip agama islam untuk menghindari kesyirikan
maupun hal-hal negatif lainnya, sebagaimana ayat al-Qur’an dan kaidah-kaidah fikih
berikut ini:
‫ضاَل اًل بَ ِعيدًا‬ َ ‫إِ َّن هَّللا َ اَل يَ ْغفِ ُر أَ ْن يُ ْشرَكَ بِ ِه َويَ ْغفِ ُر َما ُدونَ َذلِكَ لِ َم ْن يَشَا ُء َو َم ْن يُ ْش ِر ْك بِاهَّلل ِ فَقَ ْد‬
َ ‫ض َّل‬
Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan
Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya.
Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia
telah tersesat sejauh-jauhnya. (Annisa : 116)
‫ح‬
ِ ِ‫صال‬ َ ‫ب ْال َم‬ِ ‫َدرْ ُء ْال َمفَا ِس ِد ُمقَ َّد ٌم َعلَى َج ْل‬
“Mencegak kerusakan (kemudharatan) harus diprioritaskan daripada meraih
kemaslahatan.”
َّ ‫اَل‬
‫ض َر ُر يُــــ َزا ُل‬
“Kemudharatan harus dihilangkan.”
2. Syadduz zhari’ah (Menutup atau mengantisipasi munculnya kemudaratan)
Mengantisifasi suatu kemudharatan meripakan salah satu dari semangat hukum
dalam Islam. artinya, jika dari hasil kajian ilmiah ditemukan bahwa hipnosis
(hipnoterapi) memiliki dampak yang tidak diinginkan (kemudharatan), maka hal ini
harus dipertimbangkan dengan mencari solusi yang lebih maslahat dan disepakati
kebolehannya. Sikap seperti ini sering disebut dengan “al-fiqh al-awlawiyat” (fikih
skala prioritas). Jika masih terbuka alternatif-alternatif lain yang secara medis dapat
digunakan dan dipertanggungjawabkan baik secara syar’i maupun ilmu pengetahuan,
maka hal ini tentu harus diprioritaskan ketimbang menggunakan alternatif hipnosis.
Terkait dengan persoalan ini, sangat menarik untuk dikaji apa yang dikemukakan
oleh Suci Riadi Prihantanto C.Ht., CI. Menurutnya; Dari hasil kajian terhadap
kegiatan – kegiatan ritual ibadah dalam Islam yang terdiri dari: Wudhu, Shalat,
Dzikir, Do’a dengan merujuk kepada Al Quran dan Hadis, kesemuanya mempunyai
efek terapi dengan catatan syarat dan rukunnya terpenuhi. Berdasarkan hasil
penelitian kualitatif atas praktek psikoterapi yang memanfaatkan hipnosis yang
dilakukan oleh para pakar hipnoterapi bahwa fenomena hipnotis dan hipnoterapi
ditemukan pada orang – orang yang mengalami perbaikan dan peningkatan kualitas
hidup melalui kegiatan ritual keagamaan seperti, Wudhu, Sholat, Zikir dan Doa.
Fakta membuktikan bahwa seseorang dalam kondisi yang tenang dan rileks saat
ketika Dzikir, Berdo’a dan Shalat, terlebih Sholat malam. Ritual ini menjadi pintu
masuk tercepat kepada keadaan deep trance dibandingkan dengan cara – cara induksi
lainnya yang diperkenalkan oleh ahli hipnoterapi.
Lebih lanjut Suci Riadi Prihantanto C.Ht., CI. menyatakan: Pemanfaatan konsep
Ikhlas, Ihsan dan Memaafkan yang digunakan saat terapi meggunakan hypnosis
terbukti pula memudahkan klien cepat bangkit dalam proses penyembuhan. Temuan
dari penelitian ini makin mendukung sebuah presuposisi yang mengatakan bahwa

12
ibadah yang dilakukan dengan ikhlas dan penuh harap serta dilakukan dengan
pemahaman yang benar akan memberikan efek penyembuhan. Dalam proses
treatment, hipnoterapi konvensional maupun Hipnoterapi Islami, terapis hanya
berperan sebagai fasilitator. Pasien yang harus proaktif dan mempunyai kemauan
yang kuat untuk sembuh. Sebagai subyek aktif, pasien juga harus kooperatif
sekaligus memahami benar maksud dan tujuan hipnoterapi. Harus ada kesepakatan
antara pasien dan terapis, karena pasienlah sebenarnya yang paling tahu apa yang
dideritanya.
Dalam Proses Treatment Hipnoterapi Islami klien diajak untuk menyadari bahwa
Qolbu merupakan Pusat Kecerdasan manusia, melalui Proses Zikir untuk memasuki
kondisi yang rileks untuk selanjutnya diberikan pemahaman dan pembelajaran
bagaimana persisnya seseorang memaafkan. Layanan Hipnoterapi Islami ini
diberikan oleh Hypnotherapist Islam yang telah berpengalaman dibidangnya dan
memahami kaidah – kaidah ke Islaman. (Rumah Hipnoterapi: Hypnotherapi dan
Sufistik Psikoterapi: Suci Riadi Prihantanto C.Ht., CI.)

G. Kesimpulan
Dengan demikian, penggunaan hipnosis sebagai media pengobatan (hipnoterapi)
hendaknya dilakukan secara selektif, mempertimbangkan dampak negatifnya baik bagi pasien
maupun masyarakat luas jika hipnosis dilegalkan secara hukum sebagai media pengobatan, serta
diperlukan pertimbangan skala prioritas (fiqh al-aulawiyat) dengan menggunakan alternatif yang
disepakati kebolehannya baik menurut agama maupun ilmu pengetahuan dan medis. Wallahu
A’lam bis shawab.

13

Anda mungkin juga menyukai