PENDAHULUAN
Dalam kehidupan ini Kita mengenal hukum “placebo effect”, di mana suatu masukan,
menjadi kebenaran karena pengaruh keyakinan dan kepercayaan. Ilmu kedokteran sampai
saat ini tidak bisa menjelaskan bagaimana pikiran mempengaruhi tubuh. Efek plasebo,
misalnya, ini adalah efek tubuh terhadap luka untuk menyembuhkan sendiri bagian tubuh
yang terluka. Para ahli memang dapat menjelaskan luka akan kering akibat adanya darah
putih, pengaruhnya terhadap luka agar cepat kering, bla bla bla dan lain sebagainya, tetapi
ilmu kedokteran tidak bisa menjelaskan kenapa pikiran kita mengirimkan sinyal kepada
bagian tubuh tersebut untuk bekerja.
Penyembuhan psi atau paranormal mungkin tidak benar-benar karena kekuatan psi,
namun karena efek plasebo atau mekanisme penyembuhan diri. Pada beberapa kasus,
sungguh-sungguh terjadi seseorang sembuh dari penyakit kronis tanpa intervensi apapun.
Si sakit sembuh dengan sendirinya. Dengan kata lain orang memiliki kemampuan untuk
menyembuhkan dirinya sendiri. Hal tersebut dikenal dengan istilah ‘remisi spontan’. Situasi
tersebut merupakan hal normal dalam dunia medik.
Kita tahu bahwa ada beberapa jenis sakit yang disebabkan karena faktor pikologis
atau faktor mental, misalnya sakit kepala, rasa mual, insomnia, dan sembelit. Oleh sebab
itu, dengan kondisi psikologis atau mental yang tepat, maka seseorang bisa sembuh dengan
sendirinya.
Biasanya orang yang datang ke penyembuh psi (ke kaum paranormal), karena telah
putus asa dan berhenti berharap bisa disembuhkan oleh pengobatan medik. Jadi, banyak
yang merasa bahwa datang ke praktisi paranormal adalah harapan terakhirnya. Dalam
kondisi tersebut, mereka mudah berada dalam keadaan super-tersugesti, dan memiliki
harapan sangt tinggi. Oleh sebab itu mekanisme penyembuhan dirinya juga meningkat
tajam sehingga bisa sembuh. Jadi, sembuhnya sakit bukan karena kemampuan psi si
praktisi paranormal, tapi oleh ketidaksadarannya sendiri.
Oleh sebab itu bisa saja terjadi bahwa penyembuhan psi sebenarnya hanyalah efek
plasebo. Bukan benar-benar karena adanya kekuatan mental yang diarahkan dari
penyembuh kepada si sakit. Sembuhnya si sakit lebih karena faktor sosial dan psikologis
yang memicu mekanisme penyembuhan diri sendiri melalui ketidaksadaran si sakit sendiri.
Penelitian mengenai praktek penyembuhan yang dilakukan oleh para saman (dukun)
pada suku-suku Indian Amerika Utara, oleh antropolog Claude Levi-Strauss, menunjukkan
hal serupa. Penyembuhan lebih banyak tergantung karena kepercayaan masyarakat dan si
sakit terhadap dukun, ketimbang karena kemampuan dukun. Bahkan, kemampuan dukun
justru dinilai paling tidak penting.
Namun memang ada bukti bahwa penyembuhan jarak jauh dimana penyembuh tidak
pernah bertemu dengan yang disembuhkannya, benar-benar efektif. Hanya dengan melihat
foto, penyembuh mengirimkan sinyal penyembuhan. Hal tersebut tanpa diketahui pasien.
Hasilnya, kondisi pasien mengalami perubahan.
Untuk memudahkan dalam penulisan dan pemahaman makalah ini, maka penulis
merumuskan beberapa hal yang bersangkutan dengan penggunaan plasebo dalam
eksperimen. Yaitu :
1.3 TUJUAN
1. Menuntaskan Tugas Mata Kuliah Psikologi Eksperimen Dengan Nilai Yang Baik.
2. Agar Pembaca Dapat Mengerti Apa Itu Plasebo Dan Penggunaannya Dalam Lingkup
Eksperimen.
Demikianlah tujuan – tujuan yang ingin kami capai dalam pembuatan makalah
Psikologi Eksperimen ini dan semoga semuanya dapat tercapai.
1.4 MANFAAT
A. Manfaat Praktis
Menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa dalam Mata Kuliah Psikologi
Eksperimen terutama yang menyangkut Penggunaan Plasebo Dalam Eksperimen.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN
Plasebo ini banyak digunakan dalam bidang farmakologi, yaitu pemberian pil yang
terbuat dari tepung dan gula yang tidak memberikan efek apapun kepada subjek yang
mengkunsumsinya. Plasebo ini bentuknya berkembang, selain pil dapat berupa obat tanpa
khasiat, zat yang tidak aktif, atau injeksi yang diisi oleh zat-zat yang tidak berbahaya dan
tidak menimbulkan efek apapun.
Sebuah penelitian di Britania yang dilakukan oleh Bneton dan Robert pada 1988
untukmengetahui pengaruh pemberian makana terhadap fungsi kognisi. Eksperimen
dilakukan terhadap dua kelompok anak, satu kelompok diberi pil yang mengandung vitamin
Percobaan placebo kali pertama dilakukan pada 1801. John Haygarth, seorang
dokter abad ke-18 asal Inggris, menyatakan bahwa eksperimen tersebut dengan jelas
membuktikan efek yang amat luar biasa dari suatu harapan dan keyakinan, antusiasme
hanya berdasarkan imajinasi, dapat dilakukan pada suatu penyakit.
Di penghujung 1950-an, saat itu ada keyakinan bila pembedahan untuk mengikat
arteri kelenjar susu dapat meredakan penyakit jantung. Untuk menguji efek placebo,
beberapa pasien mengalami pembedahan lengkap sedang lainnya hanya menerima irisan di
kulit, namun tidak dilakukan pembedahan lebih lanjut. Pada kedua percobaan, tingkat
penyembuhannya sama. Pembedahan semacam ini pun lantas ditinggalkan.
Suatu studi di Sekolah Kedokteran Baylor, yang diterbitkan pada 2002 di Jurnal
Kedokteran Inggris mengevaluasi tindakan pembedahan pada pasien penderita sakit lutut
yang parah. Ketua tim penulis Dr. Bruce Moseley, mengetahui bila pembedahan lutut akan
dapat membantu pasiennya. Semua ahli bedah mengetahui tidak ada efek placebo pada
pembedahan. Tetapi Moseley mencoba untuk memahami bagian mana dari tindakan
pembedahan yang meringankan pasiennya.
Para pasien dibagi menjadi tiga kelompok. Pada kelompok pertama, Moseley
mengangkat tulang rawan yang rusak di lutut. Pada kelompok lain, dia membersihkan sendi
lutut, menyingkirkan material yang dianggap menyebabkan efek peradangan.
Kedua perawatan standar ini biasanya diberikan pada penderita encok lutut.
Kelompok ketiga menjalani bedah pura-pura sebagai kontrol untuk membandingkan hasil
pembedahan lainnya.
Pasien dalam kelompok Placebo tidak mengetahui bila selama dua tahun mereka
telah mendapat pembedahan pura-pura. Satu anggota kelompok Placebo, Tim Perez, yang
berjalan dengan bantuan rotan sebelum pembedahan, kini mampu bermain basket dengan
cucunya.
Istilah plasebo effect berasal dari Dr. Henry Beecher, seorang dokter tentara
Amerika, pada masa perang Dunia ke I menemukan bahwa ada tentara yang meninggal
bukan krn tertembak atau terkena ranjau, namun meninggal karena ketakutan yang hebat.
2. Pengharapan bahwa mereka akan sembuh, atau bahwa sesuatu yang positif
dan baik akan segera terjadi.
3. Kenyakinan mereka akan disembuhkan, baik karena percaya pada obat yang
digunakan atau karena mereka percaya pada keahlian dokter yang merawat
mereka.
Ditahun 2002, sebuah studi yang di publikasi di The American Journal of Psychiatry
melaporkan bahwa 38% penderita depresi terjadi perubahan Mood positif dan bertahan
lama setelah diberi “obat” yang sebenarnya tablet biasa. Bahkan Scanning pada otak para
pasen ini menunjukkan adanya peningkatan aliran darah dan aktivitas listrik. Keberhasilan
efek plasebo sebesar 35%, bahkan pada bebera kasus tingkat keberhasilannya mencapai
80%.
Pasien yang dirawat dengan placebo biasanya akan dibohongi bahwa obat atau
tindakan medis yang diberikan akan memberikan efek tertentu. Para peneliti dari Osher
Research Center Harvard Medical School dan Beth Israel Deaconess Medical Center
Banyak dokter Amerika (salah satu studi memperkirakan sekitar 50 persen) diam-
diam memberikan placebo kepada pasiennya yang tidak curiga. Karena kebohongan secara
etis dipertanyakan, profesor asosiasi pengobatan Harvard Medical School, Ted Kaptchuk,
bekerja sama dengan rekan-rekannya di BIDMC untuk menyelidiki apakah kekuatan placebo
bisa pula dimanfaatkan secara jujur.
Untuk periode tiga-minggu, para pasien dimonitor. Pada akhir percobaan, pasien
yang dirawat dengan placebo banyak yang melaporkan adanya pemulihan, berjumlah
hampir dua kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan kelompok kontrol (59 persen
berbanding 35 persen). Selain itu, pada ukuran hasil lainnya, pasien yang memakai placebo
mengalami peningkatan perbaikan dua kali lipat untuk hitungan kasar yang setara dengan
efek dari obat IBS yang paling kuat.
"Saya takjub melihat hasil ini. Plasebo bahkan tetap berkhasiat meski pasien
diberitahu bahwa obat itu tidak ada isinya," ungkap Prof Kaptchuk seperti dikutip dari
Telegraph, Sabtu (25/12/2010).
Dahsyatnya efek obat plasebo diyakini karena pasien meyakini dalam otaknya obat
ini menyembuhkan. Jadi jangan remehkan kemampuan otak dalam menyembuhkan
penyakit. Obat kosong atau plasebo yang dipakai terbukti bisa sama manjurnya dengan obat
asli berkat kekuatan pikiran manusia.
Kazdin mengungkapkan bahwa jika ada faktor-faktor yang cukup kuat untuk
mempengaruhi hasil pada subjek, misalnya tingkat kepercayaan di dalam perlakuan,
kehangatan suara konselor, hubungan konselor dengan intervensi, maka hal-hal tersebut
termasuk faktor spesifik.
Dalam bidang kesehatan, untuk menguji efektifitas sebuah obat baru, pemberian
plasebo tidak diketahui baik oleh subjek yang diteliti maupun dokter yang memberikan,
semua subjek yang diteliti mengkonsumsi obat, dan yang memperoleh obat plasebo juga
merasakan sebagaimana benar-benar diobati. Jadi dengan cara demikian, eksperimennya
menggunakan teknik double blind experiment. Adakalanya yang menggunakan teknik triple
blind experiment, yaitu eksperimen yang tidak diketahui oleh subjek yang diteliti bahwa
mereka sedang di eksperimen, peneliti juga tidak mengetahui siapa-siapa saja yang
memperoleh perlakuan spesifik dan perlakuan yang tidak spesifik, dan penilai tidak
mengetahui identitas masing-masing kelompok. Penggunaan teknik demikian untuk
menjaga obektifitas dalam penelitian.
Plasebo pada prinsipnya sama dengan kondisi kontrol yang tidak spesifik. Hal ini
berangkat dari pandangan bahwa psikoterapi sebenarnya adalah prosedur yang spesifik.
Dalam pelaksanaanya, eksperimen dilakukan dengan memperbandingkan antara kondisi
spesifik yang berupa psikoterapi dengan kondisi yang tidak spesifik yang disebut plasebo.
Dalam bidang psikologi, plasebo mempunyai sedikit kesulitan, karena dalam terapi
dan konseling, selalu ada interaksi konselor dengan klien. Sekalipun sifatnya adalah pura-
pura, tetapi proses yang berlangsung selama berinteraksi dimungkinkan dapat memberi efek
bagi subjek yang diteliti. Interaksi itulah yang dapat mempengaruhi hasil terapi. Apalagi jika
dikaitkan dengan pandangan Rogers, bahwa hubungan klien dan konselor adalah necessity
and sufficient bagi pertumbuhan klien. Dengan kata lain, improvement (penyelesaian
masalah) pada klien sangat bergantung dan ditentukan oleh hubungan klien dan konselor,
bukan pada prosedur spesifiknya. Dalam teori Person Centered, memang tidak ada
prosedur khusus dalam penyelenggaraan konseling, kecuali hubungan yang memadai
antara konselor dengan kliennya. Dalam hal ini berbeda dengan obat (plasebo) yang dalam
prosesnya pemberian obat dapat dihindari adanya interaksi tersebut, sehingga faktor
hubungan ini dapat dihindari.
Amerika Serikat dan Inggris yang menyatakan bahwa penggunaan plasebo tanpa
persetujuan pasien tidaklah etis. Selama ini, pil plasebo biasanya dibuat dari gula dan
tepung. Tetapi dokter juga menggunakan bahan lainnya termasuk vitamin dan suplemen
herbal. Menurut Asosiasi Medis Jerman, plasebo tidak memiliki efek samping yang buruk
dan bisa menjadi harapan terakhir untuk pasien dengan mau berjuang keras untuk sembuh.
Efek negatif placebo disebut efek nocebo, dari kata bahasa Latin nocebo yang
berarti “saya ingin mencelakai.” Pasien yang diberi pil palsu kadang-kadang mengalami efek
samping seperti cemas dan depresi. Ini diduga terkait dengan harapan orang atas efek-efek
merugikan pada sebuah terapi. Dalam sebuah uji orang melaporkan bahwa perempuan
yang percaya mereka berpeluang menderita penyakit jantung hampir empat kali lebih
Efek placebo negatif, disebut efek nocebo. Nocebo, seperti placebo, menimbulkan
efek fisik, walaupun tidak harus melalui mekanisme fisik. Tidak mustahil efek tersebut
berasal dari keyakinan pasien. Ketika orang berpikir tentang jatuh sakit, maka sakitlah ia. Ini
efek nocebo, yang berlawanan dengan efek placebo: ketika orang berpikir tentang sembuh,
maka sembuhlah ia.
Tipe pasien yang paling cenderung mengalami efek nocebo ketika diberi suatu obat
biasanya memiliki sejarah pengobatan dengan diagnosis yang sulit sehingga yakin bahwa
terapi apa pun tidak akan mengatasi masalah. Pengharapan yang rendah tadi mau tidak
mau berakibat buruk, efek nocebo juga berpengaruh terhadap hasil operasi. Dokter bedah
enggan menangani pasien yang yakin bahwa mereka akan mati. Penelitian telah dilakukan
terhadap pasien-pasien operasi yang mengatakan bahwa mereka ingin mati agar
dipersatukan kembali dengan yang mereka cintai. Hampir semua orang ini sungguh
meninggal.
Penelitian tentang nocebo sedikit sekali, kebanyakan untuk alasan etika bahwa
Dokter seharusnya tidak membohongi orang sehat dengan mengatakan bahwa mereka
sakit. Standar etika yang berubah pun menyulitkan upaya mengulang beberapa eksperimen
nocebo klasik. Artikel kedokteran terbaru tentang efek nocebo diterbitkan dalam tahun 2002
oleh Arthur Barsky dan kawan-kawan (The journal of the American Medical Association,
volume 287, halaman 622).
Efek placebo negatif memang ada. Manifestasinya yang terkenal adalah voodoo, dan
macam-macam klenik yang dikaitkan dengan kutukan. Praktik-praktik tersebut hampir selalu
meliputi mekanisme yang membuat korban tahu bahwa ia telah dikutuk, dan ini satu-satunya
yang memungkinkan maksud jahat mereka tercapai.
Apalagi jika menggunakan teknik Double blind, dimana subjek tidak mengetahui
proses apa yang sedang dijalankan. Padahal subjek memiliki hak untuk mengetahui,
bertanya tentang kegiatan yang diikuti dan bahkan boleh meninggalkan/keluar jika dia tidak
setuju.
Karena faktor etika ini, beberapa ahli menganjurkan untuk tidak menggunakan
plasebo dalam eksperimen psikoterapi. Pengujian efektifitas suatu metode terapi dapat
menggunakan pola lain, seperti komparasi beberapa perlakuan, atau perbandingan
kelompok perlakuan dengan kelompok menunggu perlakuan.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Cara kerja placebo masih kontroversial, tetapi secara umum orang percaya bahwa
psikologi manusia memengaruhi kondisi fisiologis. Manfaat terjadi karena orang percaya
bahwa pil yang mereka minum akan mendatangkan pengaruh positif, meskipun pil tersebut
tidak memiliki khasiat apapun. Pengaruh itu juga muncul karena pasien yang mengharapkan
khasiat sebuah obat cenderung akan mendapatkan khasiat tersebut.
Kita ambil contoh placebo yang digunakan dalam pengujian obat pereda nyeri
(analgesik). Salah satu penjelasan untuk mekanisme placebo dalam kasus ini adalah bahwa
obat yang asli di harapkan merangsang pelepasan bahan kimia mirip opium dari otak yang
berfungsi meredakan nyeri. Sebuah studi menemukan bahwa rasa nyeri berkurang kendati
yang diminum sebetulnya placebo karena pasien percaya bahwa obat itu obat yang
sesungguhnya, akan tetapi efek itu menghilang begitu pasien diberi obat yang berfungsi
menetralkan pengaruh bahan kimia mirip opium tadi.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.naqsdna.com/2012/06/placebo-power-of-believing.html
http://blogsemogabermanfaat.blogspot.co.id/2011/03/sekilas-tentang-
placebo-dan-nocebo.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Plasebo
http://www.wivrit.com/2013/01/efek-paling-mengerikan-di-dunia.html
http://smartpsikologi.blogspot.co.id/2007/11/efek-plasebo-atau-
penyembuhan-diri.html