Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dalam kehidupan ini Kita mengenal hukum “placebo effect”, di mana suatu masukan,
menjadi kebenaran karena pengaruh keyakinan dan kepercayaan. Ilmu kedokteran sampai
saat ini tidak bisa menjelaskan bagaimana pikiran mempengaruhi tubuh. Efek plasebo,
misalnya, ini adalah efek tubuh terhadap luka untuk menyembuhkan sendiri bagian tubuh
yang terluka. Para ahli memang dapat menjelaskan luka akan kering akibat adanya darah
putih, pengaruhnya terhadap luka agar cepat kering, bla bla bla dan lain sebagainya, tetapi
ilmu kedokteran tidak bisa menjelaskan kenapa pikiran kita mengirimkan sinyal kepada
bagian tubuh tersebut untuk bekerja.

Penyembuhan psi atau paranormal mungkin tidak benar-benar karena kekuatan psi,
namun karena efek plasebo atau mekanisme penyembuhan diri. Pada beberapa kasus,
sungguh-sungguh terjadi seseorang sembuh dari penyakit kronis tanpa intervensi apapun.
Si sakit sembuh dengan sendirinya. Dengan kata lain orang memiliki kemampuan untuk
menyembuhkan dirinya sendiri. Hal tersebut dikenal dengan istilah ‘remisi spontan’. Situasi
tersebut merupakan hal normal dalam dunia medik.

Kita tahu bahwa ada beberapa jenis sakit yang disebabkan karena faktor pikologis
atau faktor mental, misalnya sakit kepala, rasa mual, insomnia, dan sembelit. Oleh sebab
itu, dengan kondisi psikologis atau mental yang tepat, maka seseorang bisa sembuh dengan
sendirinya.

Tanpa pelatihan psikologis, seseorang dapat juga menyembuhkan dirinya sendiri


karena efek plasebo. Jika percaya bahwa suatu obat bisa menyembuhkan, maka tubuh
bereaksi positif terhadap obat yang diberikan, sehingga sembuh. Meskipun obat itu
sebenarnya hanya vitamin. Diketahui bahwa plasebo memberikan efek dalam penyembuhan
diabetes, bisul perut, artritis, penyakit parkinson, sakit terkena radiasi, dan lainnya. Bahkan,
secara mengejutkan, pada laki-laki maupun perempuan yang menginginkan pertumbuhan

Penggunaan Plasebo Dalam Eksperimen


3
rambut, lantas hanya diberi plasebo, 11% diantaranya benar-benar mengalami pertumbuhan
rambut.

Biasanya orang yang datang ke penyembuh psi (ke kaum paranormal), karena telah
putus asa dan berhenti berharap bisa disembuhkan oleh pengobatan medik. Jadi, banyak
yang merasa bahwa datang ke praktisi paranormal adalah harapan terakhirnya. Dalam
kondisi tersebut, mereka mudah berada dalam keadaan super-tersugesti, dan memiliki
harapan sangt tinggi. Oleh sebab itu mekanisme penyembuhan dirinya juga meningkat
tajam sehingga bisa sembuh. Jadi, sembuhnya sakit bukan karena kemampuan psi si
praktisi paranormal, tapi oleh ketidaksadarannya sendiri.

Oleh sebab itu bisa saja terjadi bahwa penyembuhan psi sebenarnya hanyalah efek
plasebo. Bukan benar-benar karena adanya kekuatan mental yang diarahkan dari
penyembuh kepada si sakit. Sembuhnya si sakit lebih karena faktor sosial dan psikologis
yang memicu mekanisme penyembuhan diri sendiri melalui ketidaksadaran si sakit sendiri.

Penelitian mengenai praktek penyembuhan yang dilakukan oleh para saman (dukun)
pada suku-suku Indian Amerika Utara, oleh antropolog Claude Levi-Strauss, menunjukkan
hal serupa. Penyembuhan lebih banyak tergantung karena kepercayaan masyarakat dan si
sakit terhadap dukun, ketimbang karena kemampuan dukun. Bahkan, kemampuan dukun
justru dinilai paling tidak penting.

Besarnya tingkat kepercayaan masyarakat di negeri kita terhadap fenomena psi,


sangat boleh jadi membuat penyembuhan psi (sering diistilahkan dengan penyembuhan
alternatif) menjadi sangat efektif. Itulah sebabnya, praktek-praktek pengobatan alternatif
tumbuh subur dimana-mana.

Sangat sulit membedakan penyembuhan diri dengan penyembuhan psi.


Bagaimanapun, masih terdapat cukup alasan untuk tidak begitu saja mempercayai
penyembuhan psi benar-benar hasil dari kekuatan psi. Sebaliknya, juga tidak mudah
mengklaim bahwa penyembuhan psi hanya karena efek plasebo.

Namun memang ada bukti bahwa penyembuhan jarak jauh dimana penyembuh tidak
pernah bertemu dengan yang disembuhkannya, benar-benar efektif. Hanya dengan melihat
foto, penyembuh mengirimkan sinyal penyembuhan. Hal tersebut tanpa diketahui pasien.
Hasilnya, kondisi pasien mengalami perubahan.

Penggunaan Plasebo Dalam Eksperimen


3
1.2 RUMUSAN MASALAH

Untuk memudahkan dalam penulisan dan pemahaman makalah ini, maka penulis
merumuskan beberapa hal yang bersangkutan dengan penggunaan plasebo dalam
eksperimen. Yaitu :

1. Apa definisi dari plasebo ?

2. Bagaimana plasebo effect itu dikenal ?

3. Bagaimana keterkaitannya dengan eksperimen ?

4. Apa itu effect plasebo ?

1.3 TUJUAN

Tujuan Pembuatan makalah ini ialah :

1. Menuntaskan Tugas Mata Kuliah Psikologi Eksperimen Dengan Nilai Yang Baik.
2. Agar Pembaca Dapat Mengerti Apa Itu Plasebo Dan Penggunaannya Dalam Lingkup
Eksperimen.

3. Agar Pembaca Dapat Mengetahui Plasebo Effect..

4. Lebih Berkompetensi Di Pelajaran Mata Kuliah Psikologi Eksperimen.

5. Sebagai Sarana Yang Lebih Baik.

6. Melatih Diri Agar Berani Mengemukakan Hasil Pembelajaran.

Demikianlah tujuan – tujuan yang ingin kami capai dalam pembuatan makalah
Psikologi Eksperimen ini dan semoga semuanya dapat tercapai.

1.4 MANFAAT

A. Manfaat Praktis
Menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa dalam Mata Kuliah Psikologi
Eksperimen terutama yang menyangkut Penggunaan Plasebo Dalam Eksperimen.

Penggunaan Plasebo Dalam Eksperimen


3
B. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari pembuatan makalah ini adalah untuk menambah referensi
dalam mata kuliah Psikologi Eksperimen.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN

Plasebo (placebo) adalah perlakuan secara pura-pura (sham treatment). Istilah


plasebo diambil dari bahasa latin yang artinya “I shall please” (sekedar membuat orang
senang).

Plasebo ini banyak digunakan dalam bidang farmakologi, yaitu pemberian pil yang
terbuat dari tepung dan gula yang tidak memberikan efek apapun kepada subjek yang
mengkunsumsinya. Plasebo ini bentuknya berkembang, selain pil dapat berupa obat tanpa
khasiat, zat yang tidak aktif, atau injeksi yang diisi oleh zat-zat yang tidak berbahaya dan
tidak menimbulkan efek apapun.

Di dalam melakukan penelitian farmakologi, banyak menggunakan plasebo sebagai


kontrol untuk mengetahui khasiat suatu obat. Tujuan pemberian plasebo adalah
mengendalikan apakah subjek yang mengkonsumis suatu obat sembuh karna faktor
obatnya atau sugesti dari obat. Banyak diketahui dalam berbagai pengalam, bahwa
seseorang merasakansembuh setelah minum obatnya, tetapi belum diketahui secara pasti
apakah kesembuhannya itu benar-benar karna oba yang dikonsumsinya,atau faktor sugesti
obatnya. Pemberian obat plasebo tersebutdimaksudkan untuk mengendalikan adanya faktor
sugesti tadi, sehingga hasil eksperimennya lebih meyakinkan.

Sebuah penelitian di Britania yang dilakukan oleh Bneton dan Robert pada 1988
untukmengetahui pengaruh pemberian makana terhadap fungsi kognisi. Eksperimen
dilakukan terhadap dua kelompok anak, satu kelompok diberi pil yang mengandung vitamin

Penggunaan Plasebo Dalam Eksperimen


3
dan kelompok yang lain diberi pil plasebo. Setelah delapan bulan berlangsung, ternyata
pada kelompok pertama mengalami peningkatan inteligensi non-verbal sebanyak 9 point,
sementara kelompok kedua tidak mengalami kenaikan inteligensi (Freeman, 1993).
Penelitian ini merupakan salah satu contoh dari banyak eksperimen bidang farmakoterapi
dengan memanfaatkan plasebo.
Di dalam penelitian-penelitian psikologi, khususnya eksperimen di bidang psikoterapi
dan intervensi lainnya, mulai dikenal dengan konsep plasebo itu dalam beberapa tahun
terakhir, sebagai adaptasi dari model yang dikembangkan pada bidang farmakologi.
Penggunaan plasebo dalam bidang psikologi berangkat dari pandangan bahwa sangat
dimungkinkan juga perunahan-perubahan perilaku subjek setelah mengikuti psikoterapi
terapi bukan disebabkan oleh faktor psikoterapi terapi karena efek plasebo.

2.2 SEJARAH PLASEBO EFFECT

Percobaan placebo kali pertama dilakukan pada 1801. John Haygarth, seorang
dokter abad ke-18 asal Inggris, menyatakan bahwa eksperimen tersebut dengan jelas
membuktikan efek yang amat luar biasa dari suatu harapan dan keyakinan, antusiasme
hanya berdasarkan imajinasi, dapat dilakukan pada suatu penyakit.

Di penghujung 1950-an, saat itu ada keyakinan bila pembedahan untuk mengikat
arteri kelenjar susu dapat meredakan penyakit jantung. Untuk menguji efek placebo,
beberapa pasien mengalami pembedahan lengkap sedang lainnya hanya menerima irisan di
kulit, namun tidak dilakukan pembedahan lebih lanjut. Pada kedua percobaan, tingkat
penyembuhannya sama. Pembedahan semacam ini pun lantas ditinggalkan.

Studi pada 1968 pada Pengobatan Psikosomatik menguraikan bagaimana suatu


kesan dapat mempengaruhi serangan asma. Peneliti meminta pasien untuk menghisap
substansi tanpa label yang diberitahukan pada mereka jika substansi tersebut akan
mengganggu asma mereka untuk sementara. Ketika pasien menghisapnya, banyak yang
mengalami serangan asma.

Mereka mulai mendesah, kesulitan bernafas, dan terengah-engah meskipun


substansi yang mereka hisap adalah larutan garam yang tidak berbahaya. Kemudian,
peneliti memberi pasien tersebut "penawar racun" yang dibuat dari larutan garam yang
sama persis, dan menyaksikan bila napas yang mendesah dan berat telah berhenti.

Pada 1983 wawancara dengan Bapak Terapi Tertawa, Normandia Cousins,


membahas artikel di halaman depan LA Times tentang permainan sepak bola SMU di mana

Penggunaan Plasebo Dalam Eksperimen


3
empat orang menerima makanan yang mengandung racun. Dokter yang menangani kasus
ini tidak tahu dengan pasti penyebabnya, sehingga mengeluarkan pernyataan umum untuk
menghindari mesin penjual soft drink. Saat pengumuman ini dibuat, 191 orang menjadi
sangat sakit, dan pergi ke rumah sakit setelah mereka meminum soft drink dari mesin
penjual otomatis.

Suatu studi di Sekolah Kedokteran Baylor, yang diterbitkan pada 2002 di Jurnal
Kedokteran Inggris mengevaluasi tindakan pembedahan pada pasien penderita sakit lutut
yang parah. Ketua tim penulis Dr. Bruce Moseley, mengetahui bila pembedahan lutut akan
dapat membantu pasiennya. Semua ahli bedah mengetahui tidak ada efek placebo pada
pembedahan. Tetapi Moseley mencoba untuk memahami bagian mana dari tindakan
pembedahan yang meringankan pasiennya.

Para pasien dibagi menjadi tiga kelompok. Pada kelompok pertama, Moseley
mengangkat tulang rawan yang rusak di lutut. Pada kelompok lain, dia membersihkan sendi
lutut, menyingkirkan material yang dianggap menyebabkan efek peradangan.

Kedua perawatan standar ini biasanya diberikan pada penderita encok lutut.
Kelompok ketiga menjalani bedah pura-pura sebagai kontrol untuk membandingkan hasil
pembedahan lainnya.

Ketiga kelompok mendapatkan perawatan paska operasi yang sama, termasuk


program pelatihan. Namun hasilnya sungguh mengejutkan. Kelompok yang menjalani
tindakan pembedahan, seperti yang diharapkan, membaik. Tetapi kelompok yang
mendapatkan pembedahan Placebo juga membaik seperti dua kelompok lainnya.

Program acara televisi secara nyata menggambarkan hasil yang mengundang


perhatian. Acara tersebut menunjukkan anggota kelompok placebo sedang berjalan dan
bermain basket, ketika melakukan hal-hal tersebut mereka menyampaikan tidak dapat
melakukannya sebelum dilakukan tindakan pembedahan.

Pasien dalam kelompok Placebo tidak mengetahui bila selama dua tahun mereka
telah mendapat pembedahan pura-pura. Satu anggota kelompok Placebo, Tim Perez, yang
berjalan dengan bantuan rotan sebelum pembedahan, kini mampu bermain basket dengan
cucunya.

Istilah plasebo effect berasal dari Dr. Henry Beecher, seorang dokter tentara
Amerika, pada masa perang Dunia ke I menemukan bahwa ada tentara yang meninggal
bukan krn tertembak atau terkena ranjau, namun meninggal karena ketakutan yang hebat.

Penggunaan Plasebo Dalam Eksperimen


3
Pada masa itu,banyak tentara yang terluka dan persediaan morfin sangat terbatas. Beecher
scr tidak sengaja menemukan bahwa hampir semua rasa sakit dapat dikendalikan dan
dihilangkan dengan memberikan suntikan air garam.

Berikut 3 Faktor Utama dari Efek Plasebo:

1. Keinginan seseorang untuk sembuh

2. Pengharapan bahwa mereka akan sembuh, atau bahwa sesuatu yang positif
dan baik akan segera terjadi.

3. Kenyakinan mereka akan disembuhkan, baik karena percaya pada obat yang
digunakan atau karena mereka percaya pada keahlian dokter yang merawat
mereka.

The American Journal of Psychiatry

Ditahun 2002, sebuah studi yang di publikasi di The American Journal of Psychiatry
melaporkan bahwa 38% penderita depresi terjadi perubahan Mood positif dan bertahan
lama setelah diberi “obat” yang sebenarnya tablet biasa. Bahkan Scanning pada otak para
pasen ini menunjukkan adanya peningkatan aliran darah dan aktivitas listrik. Keberhasilan
efek plasebo sebesar 35%, bahkan pada bebera kasus tingkat keberhasilannya mencapai
80%.

2.3 PLACEBO TETAP BEKERJA SEKALI PUN TANPA KEBOHONGAN

Pasien yang dirawat dengan placebo biasanya akan dibohongi bahwa obat atau
tindakan medis yang diberikan akan memberikan efek tertentu. Para peneliti dari Osher
Research Center Harvard Medical School dan Beth Israel Deaconess Medical Center

Penggunaan Plasebo Dalam Eksperimen


3
(BIDMC) telah menemukan bahwa placebo juga bekerja sekalipun bila diberikan tanpa
kebohongan yang diperlukan.

Banyak dokter Amerika (salah satu studi memperkirakan sekitar 50 persen) diam-
diam memberikan placebo kepada pasiennya yang tidak curiga. Karena kebohongan secara
etis dipertanyakan, profesor asosiasi pengobatan Harvard Medical School, Ted Kaptchuk,
bekerja sama dengan rekan-rekannya di BIDMC untuk menyelidiki apakah kekuatan placebo
bisa pula dimanfaatkan secara jujur.

Untuk melakukannya, 80 pasien yang menderita irritable bowel syndrome (IBS)


dibagi menjadi dua kelompok, satu kelompok, kontrol, sengaja tidak menerima pengobatan,
sementara kelompok lain menerima placebo yang secara jujur dijelaskan sebagai pil gula.
Pil itu benar-benar tidak memiliki bahan aktif dan hanyalah terbuat dari zat-zat inert, selain
itu juga dicetak label placebo pada botolnya. Pil ini diperintahkan untuk diminum dua kali
sehari.

Untuk periode tiga-minggu, para pasien dimonitor. Pada akhir percobaan, pasien
yang dirawat dengan placebo banyak yang melaporkan adanya pemulihan, berjumlah
hampir dua kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan kelompok kontrol (59 persen
berbanding 35 persen). Selain itu, pada ukuran hasil lainnya, pasien yang memakai placebo
mengalami peningkatan perbaikan dua kali lipat untuk hitungan kasar yang setara dengan
efek dari obat IBS yang paling kuat.

"Saya takjub melihat hasil ini. Plasebo bahkan tetap berkhasiat meski pasien
diberitahu bahwa obat itu tidak ada isinya," ungkap Prof Kaptchuk seperti dikutip dari
Telegraph, Sabtu (25/12/2010).

Dahsyatnya efek obat plasebo diyakini karena pasien meyakini dalam otaknya obat
ini menyembuhkan. Jadi jangan remehkan kemampuan otak dalam menyembuhkan
penyakit. Obat kosong atau plasebo yang dipakai terbukti bisa sama manjurnya dengan obat
asli berkat kekuatan pikiran manusia.

2.4 PLASEBO DALAM PSIKOTERAPI

Sama halnya dengan pengertian pada eksperimen farmakoterapi, dalam pengertian


eksperimen psikoterapi, plasebo dimakna sebagai seluruh proses kegiatan yang diberikan
kepada unit eksperimental, tetapi kegiatan tersebut tidak memberi efek apa-apa (yang
berarti) pada perilaku yang diamati. Jadi plasebo itu adalah kegiatan yang pura-pura
melakukan terapi, tetapi kegiatan itu diharapkan tidak memberikan efek bagi subjek.

Plasebo kadang-kadang disebut sebagai faktor-faktor yang tidak spesifik (non


spesific factors). Faktor-faktor yang tidak spesifik itu maksudnya adalah “elemen-elemen

Penggunaan Plasebo Dalam Eksperimen


3
yang ada pada semua bentuk intervensi (treatment)” atau “bagiandari semua prosedur”.
Elemen-elemen ini biasanyamencakup: harapan untuk berhasil, kepercayaan terhadap
konselor (terapist), peningkatan semangatnya, mengetahui bahwa orang dipahami, menjadi
termotivasi untuk mencoba cara-cara yang lebih adaptif dalam hidupnya (Strayhorn, 1987).
Karena faktor-faktor tadi ada padasemua jenis terapi, maka prosedur atau situasi-situasi
tersebut dipandang sebagai faktor yang tidak spesifik (plasebo). Jika suatu eksperimen
menunjukkan bahwa subjek mengalami perubahan-perubahan perilaku karena faktor-
faktoryang tidak spesifik, berarti perubahannya terjadi karena efek plasebo.

Jika demikian pengertiannya, apakah ada faktor-faktor yang spesifik di dalam


psikoterapi? Kazdin mengungkapkan bahwa setiap jenis psikoterapi memiliki prosedur-
prosedur yang spesifik. REBT yang dikembangkan oleh Ellis (1994) memiliki prosedur
spesifik berupa prosedur terapi dengan mengkonfrontasi secara rasional pikiran=pikiran
klien yang irrasional. Behavioral terapi ingin mempunyai prosedur spesifik yaitu modifikasi
perilaku klien untuk mengatasi masalahnya yang berupa: desensitisasi, latihanasertif, dan
terapi implosif.

Kazdin mengungkapkan bahwa jika ada faktor-faktor yang cukup kuat untuk
mempengaruhi hasil pada subjek, misalnya tingkat kepercayaan di dalam perlakuan,
kehangatan suara konselor, hubungan konselor dengan intervensi, maka hal-hal tersebut
termasuk faktor spesifik.

Meskipun tidak terlalu mudah menerapkan konsep plasebo dalam pengertian


psikoterapi, bayak ahli yang beranggapan bahwa plasebo dalam pengertian yang sudah
diadopsi dapat diterapkan untuk penelitian psikoterapi. Pengertian yang dikemukakan oleh
Strayhorn (1987) dapat kita jadikan acuan, bahwa plasebo dalam terminologi penelitian
adalah keterlibatan subjek dalam aktivitas yang dianggap sebagai bentuk yang lemah
secara terapetik berdasarkan pendirian teori psikoterapi yang sedang dipelajari.

2.5 KELOMPOK PLASEBO


Kelompok plasebo dilakukan untuk mengeleminasi kemungkinan faktor campuran
oleh variabel ekspektasi (Coolican,1994). Efek plasebo merupakan adanya usaha subjek,
harapan, dan perasaan sembuh setelah memperoleh obat, zat, atau mengkonsumsi obat,
sekalipun sebenarnya belum ada reaksi obat terhadap penyakitnya. Gejala demikian disebut

Penggunaan Plasebo Dalam Eksperimen


3
placebo effect. Penelitian dengan menggunakan plasebo bermaksud untuk mengendalikan
faktor-faktor subjektif partisipan tadi, sehingga dapat diketahui apakah efek yang ditimbulkan
karena plasebo atau kelakuan.

Dalam bidang kesehatan, untuk menguji efektifitas sebuah obat baru, pemberian
plasebo tidak diketahui baik oleh subjek yang diteliti maupun dokter yang memberikan,
semua subjek yang diteliti mengkonsumsi obat, dan yang memperoleh obat plasebo juga
merasakan sebagaimana benar-benar diobati. Jadi dengan cara demikian, eksperimennya
menggunakan teknik double blind experiment. Adakalanya yang menggunakan teknik triple
blind experiment, yaitu eksperimen yang tidak diketahui oleh subjek yang diteliti bahwa
mereka sedang di eksperimen, peneliti juga tidak mengetahui siapa-siapa saja yang
memperoleh perlakuan spesifik dan perlakuan yang tidak spesifik, dan penilai tidak
mengetahui identitas masing-masing kelompok. Penggunaan teknik demikian untuk
menjaga obektifitas dalam penelitian.

Kelompok kontrol plasebo sering digunakan pada penelitian psikoterapi untuk


mengontrol elemen-elemen yang tidak spesifik dari situasi terapi, seperti; waktu yang
digunakan bersama konselor dan harapan klien untuk sembuh (meningkat). Kelompok
kontrol plasebo ini dalam penelitian secara umum memperoleh perlakuan yang dipandang
secara “teoritis lemah”, tidak mampu mempengaruhi dan mengatasi masalah klien, terutama
tidak ada prosedur spesifik yang berhubungan dengan psikoterapi.

2.6 PROSEDUR PLASEBO

Plasebo pada prinsipnya sama dengan kondisi kontrol yang tidak spesifik. Hal ini
berangkat dari pandangan bahwa psikoterapi sebenarnya adalah prosedur yang spesifik.
Dalam pelaksanaanya, eksperimen dilakukan dengan memperbandingkan antara kondisi
spesifik yang berupa psikoterapi dengan kondisi yang tidak spesifik yang disebut plasebo.

Kelompok kontrol yang memperoleh perlakuan tidak spesifik ini memperoleh


perlakuan yang jumlah sesinya sama dengan kelomompok yang spesifik (misalnya terapi
REBT).Kelompok perlakuan memperoleh “materi” sesuai dengan prosedur terapi yang
semestinya, sementara pada kelompok kontrol konselor tidak memberi terapi. Contohnya,
suatu eksperimen untuk mengatasi gangguan depresi diberi perlakuan terapi REBT
dibandingkan dengan kelompok plasebo. Kelompok eksperimen dibantu menggali sistem
keyakinan yang berhubungan dengan pandangan-pandangan yang irasional, membicarakan
cara-cara pemecahan terhadap masalah yang dihadapi, serta memberikan perhatian

Penggunaan Plasebo Dalam Eksperimen


3
terhadap kliennya. Sementara pad kelompok kontrol konselor tidak mau membicarakan hal-
hal yang terkait dengan depresi yang dihadapi klien serta menghindar dan tidak berusaha
menggali sistem keyakinan klien dengan cara-cara mengatasi masalahnya. Hubungan
konselor dan klien pada kelompok plasebo tetap berlangsung, tetapi sepanjang proses
terapi tidak ada pembicaraan yang mengarah pada upaya mengatasi masalah klieb.

Setelah waktu yang dibutuhkan untuk eksperimen selesai, baru dilakukan


pengukuran mengenai kekuatan antara kelompok yang memperoleh terapi dengan
kelompok yang memperoleh perlakuan secara tidak spesifik. Jika terdapat perbedaan, maka
perbedaan itu dianggap sebagai akibat perlakuan.

2.7 KESULITAN PLASEBO DAN BENTUK NEGATIF DARI PLASEBO

Dalam bidang psikologi, plasebo mempunyai sedikit kesulitan, karena dalam terapi
dan konseling, selalu ada interaksi konselor dengan klien. Sekalipun sifatnya adalah pura-
pura, tetapi proses yang berlangsung selama berinteraksi dimungkinkan dapat memberi efek
bagi subjek yang diteliti. Interaksi itulah yang dapat mempengaruhi hasil terapi. Apalagi jika
dikaitkan dengan pandangan Rogers, bahwa hubungan klien dan konselor adalah necessity
and sufficient bagi pertumbuhan klien. Dengan kata lain, improvement (penyelesaian
masalah) pada klien sangat bergantung dan ditentukan oleh hubungan klien dan konselor,
bukan pada prosedur spesifiknya. Dalam teori Person Centered, memang tidak ada
prosedur khusus dalam penyelenggaraan konseling, kecuali hubungan yang memadai
antara konselor dengan kliennya. Dalam hal ini berbeda dengan obat (plasebo) yang dalam
prosesnya pemberian obat dapat dihindari adanya interaksi tersebut, sehingga faktor
hubungan ini dapat dihindari.

Amerika Serikat dan Inggris yang menyatakan bahwa penggunaan plasebo tanpa
persetujuan pasien tidaklah etis. Selama ini, pil plasebo biasanya dibuat dari gula dan
tepung. Tetapi dokter juga menggunakan bahan lainnya termasuk vitamin dan suplemen
herbal. Menurut Asosiasi Medis Jerman, plasebo tidak memiliki efek samping yang buruk
dan bisa menjadi harapan terakhir untuk pasien dengan mau berjuang keras untuk sembuh.

Efek negatif placebo disebut efek nocebo, dari kata bahasa Latin nocebo yang
berarti “saya ingin mencelakai.” Pasien yang diberi pil palsu kadang-kadang mengalami efek
samping seperti cemas dan depresi. Ini diduga terkait dengan harapan orang atas efek-efek
merugikan pada sebuah terapi. Dalam sebuah uji orang melaporkan bahwa perempuan
yang percaya mereka berpeluang menderita penyakit jantung hampir empat kali lebih

Penggunaan Plasebo Dalam Eksperimen


3
berpeluang meninggal karena penyakit jantung dibanding perempuan dengan faktor risiko
sama yang tidal memiliki kepercayaan itu.

Efek placebo negatif, disebut efek nocebo. Nocebo, seperti placebo, menimbulkan
efek fisik, walaupun tidak harus melalui mekanisme fisik. Tidak mustahil efek tersebut
berasal dari keyakinan pasien. Ketika orang berpikir tentang jatuh sakit, maka sakitlah ia. Ini
efek nocebo, yang berlawanan dengan efek placebo: ketika orang berpikir tentang sembuh,
maka sembuhlah ia.

Tipe pasien yang paling cenderung mengalami efek nocebo ketika diberi suatu obat
biasanya memiliki sejarah pengobatan dengan diagnosis yang sulit sehingga yakin bahwa
terapi apa pun tidak akan mengatasi masalah. Pengharapan yang rendah tadi mau tidak
mau berakibat buruk, efek nocebo juga berpengaruh terhadap hasil operasi. Dokter bedah
enggan menangani pasien yang yakin bahwa mereka akan mati. Penelitian telah dilakukan
terhadap pasien-pasien operasi yang mengatakan bahwa mereka ingin mati agar
dipersatukan kembali dengan yang mereka cintai. Hampir semua orang ini sungguh
meninggal.

Penelitian tentang nocebo sedikit sekali, kebanyakan untuk alasan etika bahwa
Dokter seharusnya tidak membohongi orang sehat dengan mengatakan bahwa mereka
sakit. Standar etika yang berubah pun menyulitkan upaya mengulang beberapa eksperimen
nocebo klasik. Artikel kedokteran terbaru tentang efek nocebo diterbitkan dalam tahun 2002
oleh Arthur Barsky dan kawan-kawan (The journal of the American Medical Association,
volume 287, halaman 622).

Efek placebo negatif memang ada. Manifestasinya yang terkenal adalah voodoo, dan
macam-macam klenik yang dikaitkan dengan kutukan. Praktik-praktik tersebut hampir selalu
meliputi mekanisme yang membuat korban tahu bahwa ia telah dikutuk, dan ini satu-satunya
yang memungkinkan maksud jahat mereka tercapai.

2.8 PROBLEM ETIK DENGAN PLASEBO

Sesuai dengan pengertiannya, plasebo merupakan perlakuan yang pura-pura.


Eksperimen dengan plasebo berarti peneliti melakukan “penipuan” kepada subjek yang
diteliti, bahwa mereka memperoleh perlakuan (psikoterapi), tetapi kenyataannya
“psikoterapi” yang diberikan sejak semula sudah direncanakan untuk tidak memberi efek
sebagaimana yang diharapankan partisipan.

Penggunaan Plasebo Dalam Eksperimen


3
Problem etik yang dihadapi dengan plasebo diantaranya adalah ketidakmengertian
subjek pada kegiatan yang sedang berlangsung. Bahkan tampak bahwa subjek dibohongi
bahwa mereka mendapatkan terapi, yang sebenarnya tidak ada khasiatnya apa-apa.

Apalagi jika menggunakan teknik Double blind, dimana subjek tidak mengetahui
proses apa yang sedang dijalankan. Padahal subjek memiliki hak untuk mengetahui,
bertanya tentang kegiatan yang diikuti dan bahkan boleh meninggalkan/keluar jika dia tidak
setuju.

Karena faktor etika ini, beberapa ahli menganjurkan untuk tidak menggunakan
plasebo dalam eksperimen psikoterapi. Pengujian efektifitas suatu metode terapi dapat
menggunakan pola lain, seperti komparasi beberapa perlakuan, atau perbandingan
kelompok perlakuan dengan kelompok menunggu perlakuan.

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

Penggunaan Plasebo Dalam Eksperimen


3
Placebo adalah istilah medis untuk terapi baik dalam bentuk obat-obatan maupun
prosedur-prosedur medis yang tidak memiliki bukti kegunaan bagi kesembuhan pasien.
Placebo bukanlah obat palsu, tetapi obat atau tindakan medis yang "dipalsukan" oleh dokter
yang diyakini memiliki dampak positif bagi pasien. Efek placebo menunjukkan bahwa
kekuatan pikiran adalah faktor terpenting dalam fungsi tubuh manusia. Karena dengan
kemampuan untuk menciptakan atau menghapuskan gejala dengan seketika, efek obat
sebenarnya dapat digantikan oleh hanya dengan kekuatan keyakinan. Placebo adalah
bahan-bahan tanpa sifat-sifat farmakologis, misalnya gula atau pil palsu. Mereka digunakan
secara luas sebagai kontrol dalam eksperimen untuk menguji efek sebuah obat. Placebo ini
dibuat sedemikian sehingga tampak dan berbau sama seperti obat yang sedang diuji.

Cara kerja placebo masih kontroversial, tetapi secara umum orang percaya bahwa
psikologi manusia memengaruhi kondisi fisiologis. Manfaat terjadi karena orang percaya
bahwa pil yang mereka minum akan mendatangkan pengaruh positif, meskipun pil tersebut
tidak memiliki khasiat apapun. Pengaruh itu juga muncul karena pasien yang mengharapkan
khasiat sebuah obat cenderung akan mendapatkan khasiat tersebut.

Kita ambil contoh placebo yang digunakan dalam pengujian obat pereda nyeri
(analgesik). Salah satu penjelasan untuk mekanisme placebo dalam kasus ini adalah bahwa
obat yang asli di harapkan merangsang pelepasan bahan kimia mirip opium dari otak yang
berfungsi meredakan nyeri. Sebuah studi menemukan bahwa rasa nyeri berkurang kendati
yang diminum sebetulnya placebo karena pasien percaya bahwa obat itu obat yang
sesungguhnya, akan tetapi efek itu menghilang begitu pasien diberi obat yang berfungsi
menetralkan pengaruh bahan kimia mirip opium tadi.

Placebo menghadirkan sebuah dilema etik. Di sini seorang dokter membohongi


pasien dengan meminta mereka percaya bahwa yang diberikan adalah obat aktif, padahal
sesungguhnya mereka tidak menerima obat seperti itu. Andai mereka juga menderita efek
samping yang buruk dari efek nocebo, keadaan dapat menjadi lebih buruk.

DAFTAR PUSTAKA

BUKU : “PSIKOLOGI EKSPERIMEN”

Penggunaan Plasebo Dalam Eksperimen


3
|www.naqsdna.com|

http://www.naqsdna.com/2012/06/placebo-power-of-believing.html

http://blogsemogabermanfaat.blogspot.co.id/2011/03/sekilas-tentang-
placebo-dan-nocebo.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Plasebo

http://www.wivrit.com/2013/01/efek-paling-mengerikan-di-dunia.html

http://smartpsikologi.blogspot.co.id/2007/11/efek-plasebo-atau-
penyembuhan-diri.html

Penggunaan Plasebo Dalam Eksperimen


3

Anda mungkin juga menyukai