Anda di halaman 1dari 15

PERSIAPAN DALAM BERDAKWAH

Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas mata kuliah


“ilmu dakwah”

Dosen Pengampu : Ustadz Yulizar

DI SUSUN OLEH:

IVAN ANDRIANTO ( 12030215165)


KHOIRUL RIZAL NASUTION (12030215272)

FAKULTAS USHULUDDIN
JURUSAN ILMU AL-QUR'AN DAN TAFSIR
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2022 / 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah yang maha kuasa karena telah memberikan
kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini .atas rahmat dan
hidayahnya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “persiapan dalam
berdakwah” dengan tepat waktu.

Sholawat beriringkan salam, semoga tercurah kepada nabi besar muhammad


saw.yang sama-sama kita harapkan syafaatnya di yaumil akhir nanti.Makalah ilmu
dakwah ini di susun guna memenuhi tugas pada mata kuliah di uin suska riau . selain
itu penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca.Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada ustadz yulizar
selaku tugas yang telah di berikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan
terkait bidang yang di tekuni penulis.

Penulis menyadari makalah mi masih jauh dari kata sempurna . oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun,akan penulis terima dari kesempurnaan makalah ini.

UIN SUSKA RIAU , JUM’AT 16 SEPTEMBER 2022

2
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 4

1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 4

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 5

1.3 Tujuan.............................................................................................................. 5

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 6

2.1 Pengertian Persiapan Dakwah ......................................................................... 6

2.2 Teknik Persiapan Dakwah............................................................................... 7

2.3 Persiapan Dakwah Secara Subjektif Dan Objektif .......................................... 8

2.4 Dakwah Berbasis Perencanaan Perspektif Konteks Kekinian ...................... 11

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 14

3.1 Kesimpulan.................................................................................................... 14

3.2 Saran .............................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 15

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seorang pembicara yang ingin meraih keberhasilan dalam menjalankan peran


dan tugasnya, tentu harus mempunyai persiapan yang matang. Akhlak yang paling
penting dan harus dimiliki oleh seorang pendakwah yaitu: Jujur,ikhlas, berdakwah
kepada Allah SWT dengan bashirah, penyantun, lemah-lembut, lunak, sabar, kasih
sayang, pemaaf, lapang dada, tawadhu’, menepati janji, itsar (lebih mementingkan
orang lain), takwa, memiliki keinginan yang kuat yang mencakup tekad (azimah) yang
kuat, bercita-cita yang tinggi, optimisme, teratur, lihai (teliti), menjaga waktu, bangga
dengan Islam, mengamalkan sesuatu yang didakwahkannya agar menjadi qudwah
(teladan) yang baik, zuhud, wara’, istiqamah, tanggap terhadap lingkungan, adil dan
seimbang, selalu merasa akan adanya mu’iyatullah, tsiqah terhadap Allah SWT,
bertahap dalam berdakwah, dan memulai dari yang terpenting kemudian yang penting,
sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw., dan diperhatikan olehnya
kepada Muadz bin Jabal ketika diutus ke negeri Yaman sebagai muallim (pengajar)
Maka dari itu, juru dakwah atau mubaligh,harus melakukan persiapan-persiapan
yang matang untuk mendapatkan respon baik dari para mad‟unya. Sukses atau tidaknya
pidato sehingga dapat meyakinkan dan menggerakkan audiens untuk bertindak, banyak
sekali bergantung kepada persiapan-persiapan yang dilakukan sebelumnya.Ada
beberapa teknik dalam persiapan, dan setiap individu memiliki cara sendiri-sendiri
dalam mempersiapkan dirinya. Teknik persiapan dakwah adalah hal yang sangatlah
penting,dengan tujuan agar terhindar dari berbagai kendala saat menyampaikan
dakwah. Sebab persiapan sebelum menyampaikan dakwah sangatlah berpengaruh pada
isi ceramah yang akan disampaikannya. 1

1
Siti Maisaroh, “Teknik Persiapan Dakwah” (UIN SUNAN AMPEL SURABAYA, 2018).

4
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian persiapan dakwah ?
2. Apa yang harus di persiapkan dalam berdakwah ?
3. Apa saja teknik persiapan dakwah ?
4. Bagaimana persiapan dakwah secara subjektif dan objektif ?
5. Bagaimana dakwah yang berbasis perencanaan perspektif konteks
kekinian ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu pengertian persiapan dakwah
2. Untuk mengetahui Apa yang harus di persiapkan dalam berdakwah
3. Untuk mengetahui teknik apa saja persiapan dakwah
4. Untuk mengetahui persiapan dakwah secara subjektif dan objektif
5. Untuk mengetahui dakwah yang berbasis perencanaan perspektif konteks
kekinian

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Persiapan Dakwah

a. Pengertian Persiapan

Persiapan, dalam ilmu manajemen diartikan dengan planning, penjelasan tentang


planning dijelaskan dalam beberapa teori, di antaranya sebagai berikut;
Planning diartikan dengan perencanaan persiapan, dan dalam konsep
manajemen umum tujuan dan fungsi planing adalah; mendefinisikan sasaran sasaran,
menetapkan strategi, dan mengembangkan rencana kerja untuk menjalankan aktivitas.
Berdasarkan definisi tersebut, perencanaan mini-mum memiliki tiga
karakteristik berikut;

a. Perencanaan tersebut harus menyangkut masa yang akan datang.


b. Terdapat suatu elemen identifikasi pribadi atau organisasi, yaitu serangkaian
tindakan di masa yang akan datang dan akan diambil oleh perencana.
c. Masa yang akan datang, tindakan dan identifikasi pribadi, serta organisasi
merupakan unsur yang amat penting dalam setiap perencanaan.

b. Pengertian Diri
Kata yang sama dengan ‘diri’ adalah kata ‘individu’ yang artinya orang seorang:
Perseorangan, kata ‘individual’ berhubungan dengan manusia secara pribadi; bersifat
perseorangan.

c. Pengertian Dakwah

Agama Islam sebagai agama dakwah, menjelaskan agama Islam sebagai agama
dakwah, bahwa; Max Muller menyampaikan kuliahnya di Westminster Abbey di
hadapan pertemuan kaum missi pada bulan Desember 1873, dia memberikan batasan
apa yang dimaksud dengan agama dakwah, ialah agama yang di dalamnya usaha
menyebarluaskan kebenaran dan mengajak orang-orang yang belum mem- percayainya
dianggap sebagai tugas suci oleh para pendirinya.2

2
Ahmad Adnan and Agus Syafi, “Persiapan Diri Dalam Dakwah” 1261 (1978): 29.

6
2.2 Teknik Persiapan Dakwah

Berpidato tanpa melakukan persiapan, sama saja mengundang kegagalan yang


berarti kehormatannya akan jatuh. Kegagalan ini bisa terjadi sebagai akibat dari
beberapa faktor, termasuk permasalahan kecemasan diri. Karena sebelum berpidato,
para orator harus melakukan persiapan terlebih dahulu. Persiapan merupakan kunci
sukses dari proses berpidato, utamanya untuk membangun rasa percaya diri,
melenyapkan demam panggung, memuaskan audiens dan mendapatkan kepuasan
pribadi karena mampu mengekspresikan pikiran dan perasaan dengan baik
Hanya orang yang tidak bijaksana yang berpidato tanpa mengadakan persiapan.
Semakin pandai orang berpidato, semakin segan dan tidak mau berpidato tanpa
persiapan. Untuk membuat persiapan pidato, sebaiknya pembicara melakukan hal-hal
berikut ini:

a. Lakukan refleksi dan perbanyak bacaan yaitu dengan memikirkan materi pidato
dengan maksimal, pertimbangkan masak-masak, lalu membaca semua tulisan
yang terkait dengannya, apa yang telah ditulis dan dikatakan oleh orang lain,
dan terakhir, menggunakan waktu sebaik-baiknya untuk berkonsultasi dengan
orang lain, setidak-tidaknya untuk mengetahui pendapat mereka yang hampir
serupa dengan calon pendengar.
b. Gunakan pemikiran orang lain yakni tidak takut memakai pemikiran orang lain
dengan cara mengungkapkan pemikiran tersebut dengan kata-kata sendiri.
c. Perbanyak belajar langsung dari orang lain yakni mendiskusikan bahan pidato
baik dengan teman sendiri maupun orang lain Tanpa persiapan yang matang,
bisa jadi pembicara hanya akan menjadi bahan tertawaan, ledekan, ejekan atau
cemoohan dari sekalian hadirin yang telah bersedia meluangkan waktu dan
tenaga untuk datang menghadiri acara yang disampaikannya. Jika telah
demikian halnya, maka tujuan yang hendak dicapai dari pidato tersebut tentu
tidak akan terwujud. Apa yang disampaikan sang pembicara hanya akan
menjadi bahan gurauan, ledekan dan tertawaan para audiensnya.3

7
2.3 Persiapan Dakwah Secara Subjektif Dan Objektif

Ada dua persiapan pokok yang harus dilakukan sebelum tampil berpidato, yaitu
persiapan mental untuk berdiri dan berbicara di muka pendengar, dan persiapan materi
pidato yang akan disajikan. Jika persiapan mental masih kurang dan belum mantap,
sehingga pembicara merasa cemas (nervous) dan kurang percaya diri, maka hal ini akan
berakibat kacaunya sikap dan kelancaran penyampaian pidato, sekalipun sudah
sedemikian rupa disiapkan sebelumnya. Sebaliknya, pidato akan kacau jika yang
disiapkan hanya mental semata, sedang kan persiapan isi pidato masih kurang.
Perasaan gelisah, takut, dan cemas pada saat akan dan sedang menyampaikan
pidato merupakan hal yang biasa bagi pemula. Bahkan orang-orang yang ahli pidato
pun mengalami perasaan yang sama.
pada umumnya pembicara pemula cenderung merasa sedikit tertekan, bahkan
kadang-kadang gelisah. Namun hal itu justru sangat positif. Orang yang berbicara di
muka umum memang harus sedikit bingung, karena hal itu menunjukkan ia
berkemauan kuat untuk menyampaikan pidato yang terbaik. 2.000 tahun selam, Cicero,
orator ulung itu mengatakan bahwa semua pidato yang penting dan bernilai pasti
disertai sedikit kegelisahan. Carnegie (t.th.: 16-17) menambahkan, tidak sedikit ahli
pidato yang merasakan yang sama, yaitu cemas, gelisah, malu, serta takut gagal
sebelum tampil di mimbar.
Mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Bryan mengakui bahwa ketika
pertama kali berpidato di depan umum, ia merasakan lututnya lemas dan badannya
gemetar. Mark Twin, ahli pidato jenaka juga menyatakan bahwa ketika pertama kali
berbicara di depan banyak orang, ia merasakan ada sumbatan besar pada mulutnya dan
tidak bisa mengatakan apa-apa, serta pelipisnya berdenyut dengan kuat.
Disraeli, politikus Inggris juga memiliki pengalaman yang sama ketika akan
berpidato untuk pertama kalinya di muka parlemen. Dia mengatakan, "Saya lebih
senang menggempur musuh dengan kavaleri daripada harus berdiri di mimbar." Masih
banyak lagi pengalaman dari ahli-ahli pidato, yang semuanya mengatakan malu-malu
dan gelisah sewaktu akan memulai berbicara di depan publik.
Semua pekerjaan pada umumnya suatu yang sulit dilakukan untuk pertama kali,
sebagaimana dikatakan dalam pepatah Inggris, all the beginning is difficult (semua

3
Ibid.,hlm.21.

8
permulaan itu sulit). Termasuk di dalamnya kesulitan berbicara di depan umum dan
timbulnya rasa takut dan cemas. Tidak ada satu pun obat, ramuan atau mantra-mantra
yang bisa menghilangkan rasa cemas itu. Untuk menghilangkan kecemasan, satu-satu
nya cara adalah latihan yang sungguh-sungguh.
Bolehkah seseorang merasa takut gagal dalam berpidato ? Adanya perasaan itu
justru sangat baik. Sebab perasaan taku gagal itulah yang mendorong seseorang berhati-
hati dalan melangkah. la akan berusaha maksimal menyusun persiapa dan berlatih
berkali-kali sebelum tampil di depan publik. akan lebih berhati-hati agar tidak
mengecewakan pendeng dan pihak-pihak yang memberikan kepercayaan kepadany
Akan tetapi, ketakutan akan kegagalan yang berlebihan men jadi tidak baik, karena
menjadikan seseorang tidak berbua sesuatu. Bagi mereka yang berusaha merangkak
untuk menu ju sukses berpidato, mereka harus berpendirian, "Lebih baik gagal dalam
berpidato daripada tidak pernah berani berpi dato." Dengan kegagalan itulah seseorang
dapat mengetahu kelemahan-kelemahan diri dan dapat memperbaikinya pada waktu-
waktu berikutnya. Dari kegagalan itulah ia mempero leh ilmu dan pengalaman amat
mahal yang tidak bisa dipero leh dari membaca buku atau di meja belajar.
Perhatikan nasihat H.N. Casson (1978: 10), "Jangan menganggap kegagalan
sebagai hasil terakhir yang menunjukkan bahwa Anda tidak memiliki bakat untuk itu.
Ini harus Anda camkan baik-baik. Anda harus yakin bahwa Anda dapat ber bicara di
muka umum lebih baik dari sekarang setelah Anda mengetahui teori-teorinya. Ubahlah
pikiran-pikiran negatif itu. Kalau sebelumnya Anda merasa tidak mampu dan tidak
berbakat untuk berpidato, baiklah sekarang camkan bahwa Anda memiliki kemauan
yang mantap untuk berpidato."
Mengapa orang sering dihinggapi nervous (cemas dan takut) akan berpidato?
Penyebabnya oleh William J. Mc. Culloght (1986: 20) dibedakan menjadi dua, yaitu
penyebab lahiriah dan penyebab batiniah atau psikologis. Rasa cemas bila satu dari lima
indra menghadapi tantangan atau bahaya. Pada saat demikian, indra langsung mengirim
berita kepada pusat saraf di otak. Lalu otak memberitahukan juga ke kelenjar adrenalin
yang segera mengeluarkan hor mon adrenalin yang mengalir bersama darah ke hati. Hal
ini membuat denyut jantung bertambah cepat dan memengaruhi semua anggota tubuh.
Akibat dari rasa cemas itu dan ratusan pasang mata tertuju pada Anda, maka pikiran
yang sebelum nya penuh dengan isi pidato secara terperinci, tiba-tiba suara Anda
menjadi serak, melengking, lalu bahan pidato yang telah disiapkan tiba-tiba hilang.
Anda lalu terdiam bisu. Suasana demikian membuat Anda panik dan jalan pikiran

9
terganggu.
Rasa cemas selalu ada pada setiap orang yang normal. Oleh karena itu, jika Anda
orang normal tentu rasa cemas ju ga akan Anda alami. H.N. Casson (1978: 12)
melanjutkan nasihatnya, bersikaplah yang wajar ketika muncul rasa cemas. Tak ada
obat mujarab yang dapat menyembuhkan rasa takut tersebut. Juga tak ada muslihat yang
dapat menghilangkan nya. Dukun pun tidak akan menawarkan mantra-mantra untuk
mengatasinya. Karena kewajaran itu pulalah, maka William J. Mc. Culloght (1986: 23)
menyimpulkan, "Semua pembicara merasa gugup, gelisah, tidak bisa tidur, hilang nafsu
makan, keringat dingin mengalir deras, dan lain-lain. Tetapi yang penting dicatat adalah
semua itu karena mereka ingin tampil terbaik, mengerjakan tugasnya sebaik mungkin.
Mereka percaya bahwa rasa cemas itulah justru mengantarkan mereka ke kondisi
puncak."
gejala rasa cemas itu telah Anda sadari, lalu Anda manfaatkan untuk kemahiran
berpidato, maka Anda akan mengalami rasa percaya diri dan Anda akan memperoleh
pengalaman yang sangat mengasyikkan. Carnegie (t.th. 19) menceritakan
pengalamannya, "Dua menit sebelum saya me mulai pidato, saya merasa lebih baik
dipukuli daripada saya berpidato. Namun, dua menit sebelum saya mengakhiri pida to,
saya merasa lebih baik ditembak mati daripada saya harus mengakhiri pidato." 4
Selain mental, beberapa perlengkapan harus juga dipersi apkan, yaitu (T.A. Lathief
Rousydy, 1989: 270-272): 1. Mimbar,2. Pengeras suara ( sound system),3.Tempat
duduk pendengar.

4
Moh. Ali Aziz, Publik speaking gaya dan teknik pidato dakwah, ( jakarta
kencana,2019),hlm.44.

10
2.4 Dakwah Berbasis Perencanaan Perspektif Konteks Kekinian

Perencanaan dalam dakwah dapat dimaknai sebagai upaya-upaya yang


dilakukan dalam menentukan tujuan dan target sebuah aktifitas dakwah melalui
pengumpulan data-data dan menganalisisnya untuk kemudian merumuskan metode dan
tata cara untuk mempraktikkannya dengan seoptimal mungkin. Dalam kaitan ini sebuah
perencanaan dakwah hendaknya memenuhi tiga unsur utama sebuah perencanaan yaitu:
pengumpulan data, analisis fakta dan penyusunan rencana yang konkret.

Sebenarnya mengandung anjuran bagi umat Islam untuk memperhatikan


perencanaan. Dalam QS. Al-Nisā: 71 misalnya Allah berfirman: Artinya: “Hai orang-
orang yang beriman, bersiap siagalah kamu, dan majulah (ke medan pertempuran)
berkelompok- kelompok, atau majulah bersama-sama!”

agar suatu tugas dapat dilaksanakan dengan baik dan tujuan tercapai dengan
efektif dan efisien, maka pendakwah harus mempunyai kemampuan di bidang yang
berkaitan dengan tugasnya. Karena semakin memiliki kemampuan yang profesional,
maka semakin meningkat pula keberhasilan tugas dakwahnya. Pendakwah akan
berhasil dalam tugas melaksanakan dakwah jika dibekali kemampuan-kemampuan
yang berkaitan dengannya. Kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki pendakwah
antara lain: (1) Kemampuan berkomunikasi, (2) Kemampuan penguasaan diri, (3)
Kemampuan pengetahuan psikologi, (4) Kemampuan pengetahuan kependidikan, (5)
Kemampuan pengetahuan di bidang pengetehuan umum, (5) Kemampuan di bidang al-
Qur‟an.

Pendakwah yang hebat pastinya sebelum melakukan dakwah terdapat persiapan


persiapan khusus, dan materi dakwah yang akan di sampaikan masyarkat mestinya
harus mengandung tiga bidang yaitu: Aqidah, yang menganut sistem
keimanan/kepercayaan terhadap Allah SWT, berikutnya Syariat, rangkaian ajaran yang
menyangkut aktivitas manusia muslim di dalam semua aspek kehidupan, kemudian
yang ketiga Akhlaq, yaitu tata cara berhubungan baik secara vertikal dengan Allah
SWT. Sebelum berdakwah hendaknya para pendakwah itu senantiasa mengingat Allah

SWT dengan jalan berdzikir yang tertera dalam firmannya: Artinya: “Hai orang-
orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-
banyaknya. (Qs. Al-Ahzab: 41).

11
Berkaitan dengan perencanaan dakwah konteks kekinian ini bahwa dalam
perkembangan dakwah kekinian perencanaan tampaknya masih belum mendapat
perhatian yang cukup dari para pendakwah, sehingga menyebabkan tujuan-tujuan
dakwah tidak dapat dicapai dengan baik. Akibatnya muncul „penyakit-penyakit‟
dakwah yang tidak diharapkan seperti pendakwah yang asal-asalan (afwi), spontan
(irtijāli), parsial (juz’i), tidak inovatif (taqlidi) dan bersifat tambal sulam (tarqi’i). Untuk
itu pendakwah harus mendapat perhatian serius dan tidak dikerjakan secara sambil lalu
(laiknya „pekerjaan sambilan‟) salah satunya melalui perencanaan yang baik sebagai
bentuk profesionalisme (itqān).

Sebuah perencanaan yang matang akan menjadi peta jalan (road map) kegiatan
dakwah, sehingga pelaksanaan agenda dakwah akan lebih fokus dan terkontrol, efektif,
efisien dan komprehensif-integratif. Selain itu, aktivitas dakwah yang dijalankan
melalui perencanaan yang disusun matang (by design) akan dapat memberikan
kepercayaan diri pada para pendakwah karena mereka merasa menjalankan sebuah
pekerjaan yang telah teruji secara konseptual.18 Melihat manfaat besar yang dapat
dicapai oleh dakwah melalui sebuah perencanaan, maka Muhammad Abu al-Fath al-
Bayānūni cukup tepat ketika meletakkan perencanaan sebagai salah satu dari instrumen
penting non-materil (al-wasā’il al-ma’nawiyah) dalam mencapai tujuan dakwah.5

Ada 2 persiapan yang harus kita siapkan sebelum berdakwah yang pertama
persiapan maknawiyah atau spirtual yang mana yang terdapat dalam surah al-baqarah
ayat 44, yang bermakna dakwah itu menuntut sikap ikhlas tanggung jawab dan
tawakkal kepada Allah dengan di perkuat oleh hubungan ibadah yang kuat kepada
Allah swt. Dan ada bentuk persiapan ruhiyah yang mana pertama qiamullail ( qs. Al-
muzammil ayat 6-7 dan qs.al-isra ayat 79 dan dzikrulllah , dan ada persiapan
karakter,persiapan intelektual, persiapan fisik, dan persiapan harta. 6

5
Muhammad rofiq, “persiapan dakwah dan segenap saranya dalam kitab al-qudwah hasanah
fi manhaji al-dak'wah ilallah: kajian dakwah berbasis perencanaan persfektif konteks kekinian”,No.1
Tahun 2022,hlm.96.
6
R Minie Hezara, “ Persiapan Untuk Berdakwah”, dikutip dari
https://id.scribd.com/doc/86768279/Persiapan-Untuk-Berdakwah. pada hari Rabu tanggal 21
September 2022 jam 20.59 WIB.

12
Dan hal lain yang harus di persiapkan dalam berdakwah adalah : mengenali
lawan bicara,menjahui perdebatan sia-sia,menghindari sikap individualis,mengenali
pikiran obyek yang ajak bicara,selalu update perkembangan terkini,memperluas
berwawasan,belajar tanpa kenal lelah, berbicara sesuai ukuran yang di ajak bicara.7

7
Fethullah gulen, “persiapkan sebelum berdakwah”, dikutip dari https://fgulen.com/id/karya-
karya/dakwah-jalan-terbaik-dalam-berpikir-dan-menyikapi-hidup/persiapkan-sebelum-
berdakwah#_ftn7 pada hari Rabu tanggal 21 September 2022 jam 21.15 WIB.

13
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Perencanaan merupakan faktor sangat penting dalam keberhasilan sebuah


agenda dakwah. Al-quran sangat menganjurkan umat islam untuk mempersiapkan
sebuah perencanaan dalam setiap aktivitas kehidupannya, terlebih di bidang dakwah.
Sirah nabi saw. Sangat padat dengan berbagai teladan ketajaman visi nabi dan ketepatan
perencanaan beliau dalam menjalankan agenda dakwah yang diembannya. Selayaknya,
hal tersebut dapat diteladani secara baik oleh umat islam saat ini.

3.2 Saran

Dengan mengucap Alhamdulillah pemakalah dapat menyelesaikan tugas


makalah ini, pembaca yang Budiman untuk sudi kiranya memberikan masukan bila di
dapat banyak kesalahan dan kekurangan dan semoga dengan selesainya makalah ini
dapat menjadi ilmu yang berkah dan menambah wawasan kita semua.

14
DAFTAR PUSTAKA

Adnan, Ahmad, and Agus Syafi. “Persiapan Diri Dalam Dakwah” 1261 (1978): 29.

Maisaroh, Siti. “Teknik Persiapan Dakwah.” UIN SUNAN AMPEL SURABAYA,


2018.

Moh. Ali Aziz 2019. Publik speaking gaya dan teknik pidato dakwah Jakarta :
kencana.

Muhammad rofiq, “persiapan dakwah dan segenap saranya dalam kitab al-qudwah
hasanah fi manhaji al-dak'wah ilallah: kajian dakwah berbasis perencanaan
persfektif konteks kekinian”. Jurnal Pemikiran dan Pendidikan Islam, Volume.
6, Number. 1, April 2022. Institut Keislaman Abdullah Faqih (INKAFA),
Gresik, Indonesia.

R Minie Hezara, “ Persiapan Untuk Berdakwah”, dalam


https://id.scribd.com/doc/86768279/Persiapan-Untuk-Berdakwah. Diakses
pada hari Rabu tanggal 21 September 2022 jam 20.59 WIB.

Fethullah gulen, “persiapkan sebelum berdakwah”, dalam


https://fgulen.com/id/karya-karya/dakwah-jalan-terbaik-dalam-berpikir-dan-
menyikapi-hidup/persiapkan-sebelum-berdakwah#_ftn7 diakses pada hari
Rabu tanggal 21 September 2022 jam 21.15 WIB.

15

Anda mungkin juga menyukai