Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

‘’ SYEKH MUHAMMAD ARSYAD AL-BANJARY’’


Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Kalam
Dosen Pengampu : Suhar, S. Ag

DISUSUN OLEH KELOMPOK 10:

DINA MARIYANI 23140196


MUHAMMAD YASER ARRAHMAN 23160242
AINUN NAIMAH 23140176

FAKULTAS TARBIYAH

PROGRAM STUDY PENDIDIKAN GURU MADRASAH


IBTIDAIYAH DAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM

MARTAPURA

2023
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami panjatkan Puja & Puji syukur atas Rahmat & Ridho
Allah SWT karena tanpa Rahmat & RidhoNya, kami tidak dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik dan selesai tepat waktu.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Suhar, S. Ag selaku
Dosen Pengampu Ilmu Kalam yang membimbing kami dalam pengerjaan tugas
makalah ini, Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman kami
yang selalu setia membantu dalam hal mengumpulkan data-data dalam pembuatan
makalah ini. Dalam Makalah ini kami menjelaskan tentang “SYEKH
MUHAMMAD ARSYAD AL-BANJARY”
Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum
kami ketahui. Maka dari itu kami mohon saran & kritik dari teman-teman maupun
dosen. Demi tercapainya makalah yang sempurna.

Martapura, 24 Oktober 2023


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I. PENDAHULUAN 4
A. Latar Belakang................................................................................................4

B. Rumusan Masalah.........................................................................................6

C. Tujuan Penulisan...........................................................................................6

BAB II. PEMBAHASAN 7


A. Biografi Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjary...........................................7

B. Pemikiran Dan Kiprah Syech Muhammad Arsyad Al Banjari....................11

C. Karya Tulis Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari....................................16

D. Analisis........................................................................................................16

BAB III. PENUTUP 17


A. Simpulan.....................................................................................................17

B. Saran.............................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….....19

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Islam tumbuh di Banjarmasin sekitar abad ke-16, sejak kerajaan Islam


Banjar didirikan oleh Sultan yang pertama, yakni Sultan Suriansyah (1525-1550
M. / 931-957 H.). Meskipun demikian, dari segi intensitas pengamalan, Islam di
tanah Banjar mengalami peningkatan ketika Muhammad Arsyad Al-Banjari
bersama para murid dan anak cucunya pada akhir abad ke-18 melakukan
pembaharuan. Salah satu pembaharuan yang dilakukan Muhammad Arsyad al-
Banjari dalam bidang akidah terangkum dalam tulisannya Tuhfat Al-Raghibin.

Pendidikan Semangat pembaharuan dalam kepribadian Muhammad


Arsyad Al-Banjari, pembelajaran keagamaan terlihat setelah ia kembali dari tanah
suci Mekkah ke Martapura Kalimantan Selatan. Salah satu yang dilakukannya
setelah berada di Kalimantan Selatan khusus di Martapura adalah mendirikan
lembaga pendidikan Islam yang sangat penting untuk mendidik kaum Muslimin
guna meningkatkan pemahaman masyarakat atas ajaran-ajaran dan praktik-praktik
Islam. Selain itu ada pula yang khusus atau sorogan pelajaran hanya diberikan
kepada keluarga dekat dan orang-orang tertentu dengan menggunakan kitab-kitab
standar Arab sebagai rujukan utama. Pelajaran dasar yang diberikan oleh
Muhammad Arsyad adalah Alquran dan baca tulis Arab Melayu, dan ibadah (fiqh)
dengan cara diamalkan, dilanjutkan dengan Nahwu dan Saraf (Bahasa Arab),
Tafsir, Hadis, Tauhid. Maka dari itu penting kiranya kita mengetahui bagaimana
peranan dan pemikiran Syekh Muhammad Arsyad pada pembentukan akidah
masyarakat Banjar.

1
A. Rumusan Masalah
1. Siapakah Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjary ?
2. Bagaimana Riwayat singkat Syekh Muhammad Arsyad Al-
Banjary?
3. Bagaimana Pemikiran dan Kiprah Syekh Muhammad Al-Banjary
dalam perkembangan Islam ?
4. Apa saja Karya Tulis Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjary?

B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui siapa Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjary
2. Untuk menyimpulkan Riwayat singkat Syekh Muhammad Arsyad
Al-Banjary
3. Untuk menganalisis Pemikiran dan Kiprah Syekh Muhammad Al-
Banjary dalam perkembangan Islam.
4. Untuk mengetahui semua Karya Tulis Syekh Muhammad Arsyad
Al-Banjary

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjary

1. Kelahiran Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari


Pada malam Kamis, pukul tiga dinihari tanggal 15 Shafar 1122 H
(bertepatan dengan malam Kamis tanggal 19 Maret 1710 M), lahirlah
seorang anak pria yang diberi nama dengan nama kecil Muhammad
Ja’far, dan setelah menjelang remaja bernama Muhammad Arsyad.1
Beberapa punulis biografi Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari,
antara lain Mufti Kerajaan Indragiri Abdurrahman Siddiq berpendapat
bahwa ia adalah keturunan Alawiyyin melalui jalur Sultan Abdurrasyid
Mindanao. Jalur nasabnya ialah Maulana Muhammad Arsyad al-
Banjari bin Abdullah bin Tuan Penghulu Abu Bakar bin Sultan
Abdurrrasyid Mindanao bin Abdullah bin Abu Bakar al-Hindi bin
Ahmad al-Shalabiyyah bin Husein bin Abdullah bin Syaikh bin
Abdullah al-Idrus al-Akbar (datuk seluruh keluarga al-Idrus) bin Abu
Bakar al-Sakran bin Abdurrahman al-Saqaf bin Muhammad Maula
Dawilah bin Ali Maula al-Dark bin Alwi al-Ghoyyur bin Muhammad
al-Faqih Muqaddah bin Ali Faqih Nuruddin bin Muhammad Shahib
Mirbath bin Ali Khaliqul Qassam bin Alwi bin Muhammad Maula
Shama’ah bin Alawi Abi Sadah bin Ubaidillah bin Imam Ahmad al-
Muhajir bin Imam Isa al-Rumi bin al-Imam Muhammad al-Naqib bin

1
Abu Daudi, Maulana Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, hlm. 38-39. 20

3
al-Imam Ali Uraidhy bin al-Imam Ja’far al-Shadiq bin al-Imam
Muhammad al-Baqir bin al-Imam Ali Zainal Abidin bin al-Imam
Sayyidina Husein bin al-Imam Ali Karamallah wajhah wa Sayyidah
Fatimah al-Zahra binti Rasulullah SAW.2

2. Masa Kecil Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari


Sejak dilahirkan, Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari melewatkan
masa kecil di desa kelahirannya Lok Gabang, Martapura. Sebagaimana
anak anak pada umumnya, Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari
bergaul dan bermain dengan teman-temannya, namun pada diri Syekh
Muhammad Arsyad al-Banjari sudah terlihat kecerdasannya melebihi
dari teman temannya. Begitu pula akhlak budi pekertinya yang halus
dan sangat menyukai keindahan. Di antara kepandaiannya adalah seni
melukis dan seni tulis. Sehingga siapa saja yang melihat hasil
lukisannya akan kagum dan terpukau.3 Keahlian Syekh Muhammad
Arsyad al-Banjari di bidang seni lukis inilah yang membuat sultan
pada waktu itu kagum dan terpukau, sehinga tersirat di hati sultan
untuk memelihara dan memberikan kesempatan belajar kepada beliau.
Atas izin dan restu dari kedua orang tuanya, maka Syekh Muhammad
Arsyad al-Banjari menetap di istana guna belajar ilmu agama dan ilmu
lainnya dalam mengembangkan bakat dan kecerdasannya.4

3. Menikah dan Sejarah Pendidikan

2
Abdurrahman Shiddiq (Tuan Guru Sapat, Mufti Kesultanan Indragiri) Syajaratul
Arsyadiyah Cetakan I. Tahun 1356 H; dikutip dalam Mahlidin, Kitab an-Nikah Karya
Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, UU Perkawinan No 1 Tahun 1974 dan KHI
(Banjarmasin: IDR UIN Antasari, 2016) hlm. 44 https://idr.uin-antasari.ac.id/6713/ (12
September 2019).
3
Zafry Zamzam, Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari (Banjarmasin: Antasari Press,
2018) hlm. 9.

4
Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari mendapatkan pendidikan
yang penuh di istana hingga usia mencapai 30 tahun. Kemudian ia
dikawinkan dengan seorang wanita bernama Tuan Bajut, seorang
wanita yang taat kepada Allah SWT dan bakti kepada suami serta
mengerti keadaan suami, sehingga ketika isterinya mengandung anak
yang pertama dan saat bersamaan sultan menitahkan Syekh
Muhammad Arsyad al-Banjari agar memperdalam ilmu agama di
Mekkah, iapun turut menunjang dan berjuang agar cita-cita suami,
Sultan, dan masyarakat Banjar dapat tercapai, dengan demikian
terjalinlah hubungan suami isteri yang saling penuh pengertian dan
hidup bahagia, seiring sejalan, seia sekata, dan sama-sama ikhlas
dalam menuntut rida Allah SWT.5
Di Tanah Suci, Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari mengaji
kepada masyaikh terkemuka pada masa itu. Di antara guru dia adalah
Syekh ‘Athaillah bin Ahmad al-Mishry, al-Faqih Syekh Muhammad
bin Sulaiman al-Kurdi dan al-‘Arif Billah Syekh Muhammad bin
Abdul Karim al Samman al-Hasani al-Madani. Syekh yang disebutkan
terakhir adalah guru Muhammad Arsyad di bidang tasawuf, di mana di
bawah bimbingannya lah Syekh Muhamamd Arsyad al-Banjari
melakukan suluk dan khalwat, sehinnga mendapat ijazah darinya
dengan kedudukan sebagai khalifah. Selain itu guru-guru Syekh
Muhammad Arsyad al-Banjari yang lain seperti Syekh Ahmad bin
Abdul Mun’im al-Damanhuri, Syekh Muhammd Murtadha bin
Muhammad al-Zabidi, Syekh Hasan bin Ahmad al-Yamani, Syekh
Salm bin Abdullah al-Bashri, Syekh Shiddiq bin Umar Khan, Syekh
Abdullah bin Hijazi al-Syarqawy, Syekh Abdurrahman bin Abdul Aziz
alMagharibi, Syekh Abdurrahman bin Sulaiman al-Ahdal, Syekh
Abdurrahman bin Abdul Mubin al-Fathani, Syekh Abdul Gani bin

5
Sahriansyah dan Syafruddin, Sejarah dan Pemikiran Ulama di Kalimantan Selatan
Abad XVII-XX…, hlm. 9.
5
Ibid., hlm. 44-46.

5
Muhammad Hilal, Syekh Abis al-Sandi, Syekh Abdul Wahab al-
Thantawy, Syekh Abdullah Mirghani, Syekh Muhammad bin Ahmad
al-Jauhari, dan Syekh Muhammad Zain bin Faqih Jalaludin Aceh.6
Selama menuntut ilmu di sana, Syekh Muhammad Arsyad menjalin
persahabatan dengan sesama penuntut ilmu seperti Syekh Abdussamad
alFalimbani, Syekh Abdurrahman Misri al-Jawi, dan Syekh Abdul
Wahab Bugis sehingga mereka dikenal sebagai Empat Serangkai dari
Tanah Jawi (Melayu). Setelah lebih kurang 35 tahun menuntut ilmu di
Mekkah dan Madinah, timbulah niat untuk menuntut ilmu ke Mesir.
Ketika niat ini disampaikan dengan guru mereka, guru mereka
menyarankan agar keempat muridnya ini untuk pulang ke Jawi
(Indonesia) untuk berdakwah di negerinya masing-masing.7

4. Wafat
Menurut Abu Daudi, Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari
meninggal dunia pada malam Selasa antara waktu Isya dan Magrib,
tanggal 6 Syawal 1227 H (13 Oktober 1812 M). Usia beliau saat wafat,
dalam hitungan tahun hijriyah berusia 105 tahun dan dalam hitungan
masehi 102 tahun. Jenazah beliau dimakamkan di Kalampayan,
Kecamatan Astambul, Kabupaten Banjar, bersama beberapa anggota
keluarga lain dikemudian hari. 8

B. Pemikiran Dan Kiprah Syech Muhammad Arsyad Al Banjari

6
Ibid., hlm. 10.
7
Ahmad Barjie B, Tokoh Banjar Dalam Sejarah (Banjarmasin: CV Rahmat Hafiz Al
Mubaraq, 2013) hlm. 54.
8
Abu Daudi, Maulana Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari…, hlm. 444

6
Sejak abad ke-9 M, tasawuf mulai mendapatkan polanya sebagai
mistik Islam. Pada waktu itu para sufi berbicara soal makrifah, yaitu ajaran
mengenal Tuhan secara langsung dengan pandangan batin atau mata hati
yang mendapat pancaran sinar Ilahiyah dan menenggelamkan diri dalam
keesaan-Nya. Sehingga yang dilihat para sufi itu hanya Tuhan. Dalam
perkembangan selanjutnya muncullah konsep tentang ittihad, hulul,
dan wahda al-wujud.
Pada masa Al-Banjari rupanya sudah ada tiga macam ajaran
mengenai ketuhanan tersebut yang semuanya dianggap benar, sekalipun
sepintas terlihat saling berbeda satu dengan lainnya. Pertama, ajaran
ketuhanan dalam ilmu Ushuluddin tidak mengakui Tuhan kecuali Allah
dan pasti selalu menjadi prinsip dualisme, yaitu pelepasan antara makhluk
dan khalik. Kedua, ajaran fana dalam tauhid melihat bahwa yang ada di
alam ini pada kahikatnya hanyalah Allah. Ketiga, ajaran wahdah al
wujud yang menganggap bahwa alam semesta ini penampakan lahir dari
Tuhan sendiri.

Dalam pandangan Al-Banjari, rupanya ketiga ajaran tersebut


berlawanan satu sama lain. Al Banjari mencoba menguraikan ketiga
pemikiran tentang Tuhan dalam karyanya, meskipun tentang wahdat al-
wujud dia membagi menjadi dua macam, yaitu wujudiyah
mulhid dan wujudiyah muwahhid.

Mengenai yang pertama dia menganut ajaran Asy’ariyah yang


beraliran Ahlusunnah dan menganggap bahwa Tuhan adalah Zat Wajibul
Wujud dan bersifat kekal dan qadim. Secara ringkas, Tuhan dalam kaca
mata Al-Banjari adalah Zat yang wajib bersifat qadim, dan kekal, tak ada
satu makhluk pun yang mampu menyerupai-Nya dan tidak mungkin
serupa dengan makhluk-Nya. Al-Banjari juga menjelaskan tentang

sifat tanzih, yaitu menafikan persamaan antara Tuhan dengan makhluk-


Nya. Artinya, Tuhan bukanlah subtansi atau jauhar dan juga bukan

7
aksiden, karena tidak menyerupai dan tidak diserupakan dengan makhluk-
Nya.

Refrensi:
Dahlan, Bayani. Pemikiran Sufistik Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari.
Yogyakarta: Pustaka Ulama. 2015
Kearifan Lokal Fiqih Syekh Muhammad Arsyad al Banjari
Syekh Muhammad Arsyad al Banjari, sangat tersohor melalui kitab
fiqih yang ditulisnya Kitab Sabilal Muhtadin. Kitab ini bisa ditemukan
diberbagai perpustakaan di Mekah, Mesir, Turki, dan Lebanon. Kitab ini
sangat populer di Indonesia, Malaysia, Singapore, Thailand, Cambodia
and Brunei. Kitab ini digunakan secara luas di Malaysia. Kitab ini terdiri
dari dua jilid. Jilid pertama terdiri 252 halaman dan jilid kedua 272
halaman. Kitab Sabilal Muhtadin ditulis atas pesanan Sulthan Tahhmid
Illah I. Ditulis selama dua tahun, 1193H/1779M sampai 27 Rabiul Akhir
1195H/1780 M. Kitab ini, pertama kali di terbitkan di Istanbul
1300H/1882M dan dicetak ulang di Kairo dan Makkah (Syukur, 1987
dalam (Yusri et al. 2017). Kitab ini, membahas thaharah, shalat, zakat,
puasa, i'tikaf, haji, juga masalah berburu, persoalan halal-haram dalam
makanan dan seterusnya (Djawas n.d.). Kitab ini merupakan syarah dari
kitab Sirath ‘l-Mustaqim karya ar-Raniri. (Saleh 2009). Karya lainnya di
bidang fiqh adalah kitab Luqtah al- 'Ajlan dan kitab An-Nikah. (Djawas
n.d.).
Syekh Muhammad Arsyad al Banjari Pada Bidang Tauhid dan
Tasawuf
Meski Syekh Muhammad Arsyad al Banjari dikenal sebagai tokoh
Fiqh, tetapi juga ahli dibidang tauhid dan tasawuf. Beberapa kitab
dibidang tauhid dan tasawuf, di antaranya (1) Tuhfah al-Raghibin fi
Bayani Haqiqat Iman al- Mu‟minin Wama Yufsiduhu min Riddati al-
Murtadin, (2) Fath al-Rahman dan tulisannnya dalam hal tarekat yaitu (3)
Kanz al-Ma'rifah. (Hadi 2011). Syekh Muhammad Arsyad al Banjari

8
merupakan murid langsung dari pendiri Tarekat Sammaniyah, Muhammad
Samman al-Madani (1719-1775).
Syekh Muhammad Arsyad al Banjari memandang paham tasawuf
wujudiyah, dengan menyebut paham wujudi mulhid sebagai kafir zindiq.
Wujudi mulhid adalah paham panteistik, sisa sisa paham Hindu di
masyarakat Banjar. Syekh Muhammad Arsyad al Banjari menjelaskan:
kaum wujudiyah, memaknai kata La ilaha illallah, dengan arti tidak ada
wujudku, yang ada hanya wujud Allah. Dengan kata lain, aku wujud Allah.
Juga mereka memaknai, inna al haqq subhanah wa ta’ala laisa bimaujudin
illa fi dhimn wujud al kainat, dengan makna bahwasanya Allah ta’ala tidak
ada maujud, melainkan ada didalam kandungan wujud segala makhluk.
Mereka juga berkeyakinan bahwa semua makhluk pada hakikatnya
merupakan wujud Allah, dan wujud Allah ada pada wujud semua makhluk.
Kelompok ini, meyakini keesaan Allah itu ada pada wujud seluruh
mahluk. Kelompok iini juga meyakini bahwa tidak ada yang berwujud
kecuali Allah. Kelompok ini, juga meyakini bahwa makna Lailaha Illallah,
bermakna menjadi ‘tidak ada wujudku, yang ada hanya wujud Allah’.
Kelompok ini menyatakan, kami dengan Allah bisa bersatu. Kelompok ini
menyatakan bahwa Allah diketahui zat dan sifat-Nya. Oleh karena itu,
keimanan yang demikian ini, tergolong kufur. Inilah keimanan kaum
wujudiyah yang mulhid, karena itu, kelompok ini tergolong zindiq.
(Mujiburrahman 2013).
Syekh Muhammad Arsyad al Banjari memandang tasawuf tidak bisa
keluar dari batasan-batasan syari’at. Oleh karena itu, beliau menentang
faham Wahdatul Wujud yang sempat berkembang di Banjarmasin.
Terutama pada dakwahnya Abdul Hamid Abulung. Abdul Hamid Abulung
dalam dakwahnya, menganggap dirinya telah mencapai kesempurnaan
dalam ma’rifat. Abdul Hamid Abulung menyatakan: ‘tidak ada yang
berwujud selain Allah’. ‘akupun tidak ada, yang ada hanya Allah’. Oleh

karena itu, ‘aku adalah Allah’. Abdul Hamid Abulung juga menilai ajaran
agama Islam di masyarakat Banjar, masih kulitnya bukan isinya.

9
Tarekat Sammaniyah

Tarekat Sammaniyah, tersebar di Indonesia di akhir abad 18.


Disebarkan oleh Syekh Muhammad Arsyad al Banjari. Tarekat ini yang
penamaannya mengacu kepada nama Syekh Muhammad bin Abd Al-
Karim Al-Samman. Tarekat ini merupakan perpaduan dari metode dan
bacaan tarekat Khalwatiyah, Qadiriyah, Naqsabandiyyah dan
Syadziliyyah. Mempunyai pengikut yang besar di Nusantara. Di daerah
Sumatera dan Kalimantan Selatan, berperan dalam memerangi penjajah.
Dewasa ini pengikut Tarekat Sammaniyah cukup signifikan di Sudan dan
di Indonesia saja.(Hadi 2011).

Syekh Muhammad Arsyad al Banjari merupakan murid langsung


dari Syekh Abdul Karim al-Sammany, pendiri tarekat Sammaniyah. Oleh
karena itu, Syekh Muhammad Arsyad al Banjari adalah orang pertama
yang memperkenalkan tarekat Sammaniyah di Kalimantan Selatan. Ciriciri
tarekat ini adalah melakukan amalan zikir (membaca kalimah thoyyibah
La Ilaha Illa Allah) dengan suara keras dan melengking. Di antara ajaran-
ajaran tarekat Sammaniyah ini adalah: 1. Memperbanyak shalat dan zikir.
2. Berlemah lembut kepada fakir miskin. 3. Jangan mencintai dunia. 4.
Menukarkan akal basyariyah dengan akal rubbaniyyah. 5. Tauhid kepada
Allah dalam zat, sifat dan af’al-Nya. (Saleh 2009). Syekh Muhammad
Arsyad al Banjari dalam beberapa literatur disebutkan sebagai pengikut
tarekat Sammaniyyah sebagaimana halnya Muhammad Nafis dan Abd
Samad al-Palimbani. (Hadi 2011).

Teori Iman

Menurut Syekh Muhammad Arsyad al Banjari, esensi iman adalah


‘tasdiq’. Membenarkan sesuatu dalam hati. Sedangkan iqrar dengan lisan,
dan amal dengan perbuatan, hanya sebagai pelengkap. Meskipun belum
pernah mengucapkannya, dan belum pernah mengamalkannya. Tetapi

10
hatinya yakin bahwa tidak ada tuhan selain Allah. Maka orang tersebut
sudah tergolong orang yang beriman.

Teori Mengenal Diri


Menurut Syekh Muhammad Arsyad al Banjari, sebelum jauh
mengamalkan konsep tasawuf, maka ada tiga hal yang harus dilalui: 1.
Mengenal asal kejadiannya ialah dari Nur Muhammad 2. Mematikan
dirinya sebelum ia mati 3. Memfanakan diri di dalam Qudrat Allah, Iradat
Allah, dan Ilmu Allah.

Teori Tauhid
Menurut Syekh Muhammad Arsyad al Banjari, bagi orang yang mau
menempuh perjalanan sufi, jangan lupa pagar penyelamatnya, yaitu tauhid.
La ilah illa Allah. Jika pandangannya meyakini bahwa dirinya yang
berbuat, dirinya yang berwujud, dan dirinya yang mempunyai sifat. Inilah
yang disebut shirik khafi. Wirid yang harus dibaca setiap ada fenomena,
maupun setiap tarikan nafas. LA QADIRUN, WA LA MURIDUN, WA LA
‘ALIMUN, WA LA HAYYUN, WA LA SAMIUN, WA LA BASIRUN,
WA LA MUTAKALLIMUN, ILLA ALLAH. Tingkatan Tauhid Tawhid al-
Af’al adalah tauhid bagi awam Tawhid al-Sifat adalah tauhid bagi khawas
Tawhid al-Dzat adalah tauhid bagi khawas al-khawas.

Menurut Syekh Muhammad Arsyad al Banjari, tingkat Tawhid al-Dzat,


hanya tingkatan para Nabi. Selain nabi tidak boleh. Jika ada wali yang
merasa sampai pada level Tawhid al-Dzat ini, maka otomatis derajadnya
jatuh.

Syari’at, Tariqat, Haqiqat. Menurut Syekh Muhammad Arsyad al


Banjari, islam kaffah itu, pelaksanaan syariat, tariqat, dan hakikat, secara
bersamaan.

11
C. Karya Tulis Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari

1. Tuhfah al-Raghibin fi Bayani Haqiqah Iman al-Mu’minin wa ma


Yufsiduhu Riddah al-Murtaddin, karya pertama, diselesaikan tahun
1188 H./1774 M.
2. Luqtah al-’Ajlan fi al-Haidhi wa al-Istihadhah wa an-Nifas an-Nis-yan,
diselesaikan tahun 1192 H./1778 M.
3. Sabil al-Muhtadin li at-Tafaqquhi fi Amri ad-Din, diselesaikan pada
hari Ahad, 27 Rabiulakhir 1195 H./1780 M.
4. Risalah Qaul al-Mukhtashar fi ‘Alamatil Mahdil Muntazhar,
diselesaikan pada hari Khamis 22 Rabiul Awal 1196 H./1781 M.
5. Kitab Bab an-Nikah.
6. Bidayah al-Mubtadi wa `Umdah al-Auladi
7. Kanzu al-Ma’rifah
8. Ushul ad-Din
9. Kitab al-Faraid
10. Kitab Ilmu Falak
11. Hasyiyah Fathul Wahhab
12. Mushhaf al-Quran al-Karim
13. Fathur Rahman
14. Arkanu Ta’lim al-Shibyan
15. Bulugh al-Maram
16. Fi Bayani Qadha’ wa al-Qadar wa al-Waba’
17. Tuhfah al-Ahbab
18. Khuthbah Muthlaqah

D. Analisis

Penulisan : Makalah ini sudah bagus dalam segi penulisan susunan maupun
dalam kebahasaannya . Disisi lain makalah ini sudah mencantumkan beberapa
footnote yang diambil dari berbagai referensi agar memudahkan pembaca dan

12
penulis apabila ingin melihat lebih lagi dari mana sumber pencipta berbagai
jurnal buku atau pun website tentang materi-materi makalah “ Syekh
Muhammad Arsyad Al-Banjary’’.
Makalah ini menjelaskan tentang Biografi Syekh Muhammad Arsyad Al-
Banjari, Pemikiran dan Kiprah serta Karya Tulis Syekh Muhammad Asyad
Al-Banjari.
Maulana Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari atau juga disebut Datuk
Kelampayan adalah seorang tokoh ulama asal Kota Martapura, Kalimantan
Selatan yang tak hanya masyhur di Tanah Borneo (Kalimantan Selatan, Timur,
Tengah, Barat dan Utara). Tetapi Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari
merupakan seorang ulama besar berskala internasional, yang masyhur di
seluruh pelosok negeri. Syekh Muhammad Arsyad anak dari Syekh Abdullāh
bin Abu Bakar Al Banjarī yang lahir di Desa Lok Gabang, 17 Maret 1710,
kemudian meninggal di Kampung Dalam Pagar pada 3 Oktober 1812 pada
umur 102 tahun.
Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari pengarang Kitab Sabilal Muhtadin
yang banyak menjadi rujukan bagi banyak pemeluk agama Islam di Asia
Tenggara.
Pendapat Penulis : Makalah ini sangat bagus untuk mengetahui tentang
Biografi , peran dan Kiprah serta Karya Tulis Syekh Muhammad Arsyad Al-
Banjari, dengan Makalah ini penulis jadi lebih paham serta menambah
wawasan tentang kehidupan Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari.

13
BAB III. PENUTUP
A. Simpulan

Maulana Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari atau juga disebut Datuk


Kelampayan adalah seorang tokoh ulama asal Kota Martapura, Kalimantan
Selatan yang tak hanya masyhur di Tanah Borneo (Kalimantan Selatan,
Timur, Tengah, Barat dan Utara). Tetapi Syekh Muhammad Arsyad Al
Banjari merupakan seorang ulama besar berskala internasional, yang
masyhur di seluruh pelosok negeri.

Syekh Muhammad Arsyad anak dari Syekh Abdullāh bin Abu


Bakar Al Banjarī yang lahir di Desa Lok Gabang, 17 Maret 1710,
kemudian meninggal di Kampung Dalam Pagar pada 3 Oktober 1812 pada
umur 102 tahun.

Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari adalah ulama fiqih mazhab


Syafi’i yang berasal dari Kota Martapura di Tanah Banjar (Kesultanan
Banjar), Kalimantan Selatan. Dia hidup pada masa tahun 1122-1227
hijriyah. Dia juga disebut Haji Besar dan mendapat julukan anumerta
Datuk Kalampayan. Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari pengarang
Kitab Sabilal Muhtadin yang banyak menjadi rujukan bagi banyak
pemeluk agama Islam di Asia Tenggara.

1. Pada bidang fiqih, sebagai hukum yang mengatur masyarakat, Arsyad al


Syekh Banjari, kehidupan Muhammad berusaha menelorkan hukum yang
membawa kemanfaatan bagi masyarakatnya.

2. Pada bidang tauhid, Syekh Muhammad Arsyad al Banjari, berusaha


menjaga kemurnian tauhid, dari pengaruh kepercaan yang lain.

3. Pada bidang tasawuf, Syekh Muhammad Arsyad al Banjari, berusaha


mengembangkan tasawuf yang sesuai dengan syari’ah.

14
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis memberikan beberapa
saran renungan bagi seriap orang. Kepada semua tokoh agama dan
Masyarakat supaya tetap menjaga dan mengingat betapa besar jasa dan
pengorbanan para penyebar agama islam di Indonesia umumnya dan di
Kalimantan Selatan khusus nya, sehingga menjadi penggerak dalam
mempertahankan dan mengembangkan agama islam.

Kepada para sejarawan dan yang berkompeten supaya terus menggali dan
mencari data dan meluruskan dan menjelaskan pendapat lama dan kepada
setiap orang agar tetap menanamkan rasa cinta dan tanggung jawab untuk
menjaga dan membina agama Islam.

15
DAFTAR PUSTAKA

Abu Daudi, Maulana Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, hlm. 38-39. 20

Zafry Zamzam, Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari (Banjarmasin: Antasari


Press, 2018) hlm. 9.
Sahriansyah dan Syafruddin, Sejarah dan Pemikiran Ulama di Kalimantan
Selatan Abad XVII-XX…, hlm. 9.
Mujiburrahman. 2013. “Tasawuf Di Masyarakat Banjar : Kesinambungan Dan
Perubahan Tradisi Keagamaan.” Kanz Philosophia : A Journal for Islamic
Philosophy and Mysticism 3(2):153–83. Retrieved
(http://ojs.sadrajournalkanz.ac.id/index. php/kanzphilosophia/article/view/48).
Saleh, H. A.Fauzan. 2009. “Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari (Biografi Dan
Faham Tasawufnya).” Jurnal Darussalam 8(1):1–10.
Shabir, Muslich. 2009. “Penelitian Pemikiran Syekh Muhammad Arsyad Al -B
Anjari Tentang Zakat Dalam Kitab Sabilal Muhtadin :” XVI(1).

16

Anda mungkin juga menyukai