-Adisti Indarwulan
-Diana
-Dian
Kelas: IX-G
Materi: Tata-Tata Busana
Pakaian Tradisional
1.Pakaian adat Sumatera Utara
Ulos merupakan pakaian adat dari Sumatera Utara. Ulos adalah kain tenun khas
Batak, yang secara harfiah berati selimut yang menghangatkan tubuh; melindungi
dari terpaan udara dingin. Ulos bisa merankan berbagai fungsi sandang, sebagai
selendang, sarung, penutup kepala, dan lain sebagainya. Hari ini, Ulos masih lestari
di lingkungan masyarakat Sumatera Utara. Ulos telah dengan mulus berakulturasi
dengan berbagai jenis sandang modern, seperti kemeja dan jas.
Ulos dianggap sebagai peninggalan leluhur orang Batak, yang merupakan bangsa yang
hidup di dataran-dataran tinggi pegunugan. Dengan maksud tetap menjaga tubuh
tetap hangat, kain Ulos mereka kenakan untuk menghalau dingin selama mereka
berladang dan beraktivitas lainnya. Konon, dari tradisi ini juga lahirnya uangkapan
bahwa, bagi leluhur orang Batak, ada tiga sumber yang memberi kehangatan pada
manusia, yakni matahari, api dan Ulos. Jika sumber panas matahari dan api terbatas
oleh ruang dan waktu, maka tidak demikian dengan Ulos, yang bisa memberi
kehangatan kapanpun dan dimanapun.
Ulos dapat dikenakan dalam berbagai bentuk, dari mulai sebagai kain penutup
kepala, penutup badan bagian bawah, penutup badan bagian atas, penutup punggung
dan lain sebagainya. Ulos dalam berbagai bentuk dan corak/motif memiliki nama dan
jenis yang berbeda-beda, misalnya pada masyarakat Batak Simalungun, Ulos penutup
kepala wanita disebut suri-suri, Ulos penutup badan bagian bawah bagi wanita
disebut ragipane, atau yang digunakan sebagai pakaian sehari-hari yang disebut
jabit. Ulos dalam pakaian pengantin Simalungun juga melambangkan kekerabatan
Simalungun yang disebut dalihan natolu, yang terdiri dari tutup kepala (ikat kepala),
tutup dada (pakaian) dan tutup bagian bawah (sarung).
Sementara, Ulos penutup kepala pada masyarakat Batak Toba dikenal dengan
sebutanSorotali. Sortali itu sendiri adalah ikat kepala yang fungsinya seperti
mahkota. Biasanya dibuat dari bahan tembaga yang disepuh dengan emas, lalu
dibungkus dengan kani merah. Sortali ini digunakan pada pesta-pesta besar. Sortali
digunakan laki-laki dan perempuan. Akan tetapi sama seperti ulos, penggunaan
sortali tidak sembarangan dan memiliki aturan sendiri.
o 1) Pinunsaan,
o 2) Ragi idup,
o 3) Ragi hotang,
o 4) Ragi pakko,
o 5) Ragi uluan,
o 6) Ragi angkola,
o 7) Sibolang pamontari,
o 8) Sitolu tuho nagok,
o 9) Sitolu tuho bolean,
o 10) Suri-suri na gok,
o 11) Sirara,
o 12) Bintang maratur punsa,
o 13) Ragi huting,
o 14) Suri-suri parompa,
o 15) Sitolu tuho najempek,
o 16) Bintang maratur,
o 17) Ranta-ranta,
o 18) Sadun toba,
o 19) Simarpusoran,
o 20) Mangiring,
o 21) Ulutorus salendang,
o 22) Sibolang resta salendang,
o 23) Ulos pinarsisi, dan
o 24) Ulos tutur pinggir.
Bagi sebagian pemakainya, Ulos, atau Uis menurut orang Batak Karo, lebih dari
sekedar kain sandang, melainkan benda bertuah yang mengandung unsur-unsur
magis. Tak jarang, Ulos dianggap memiliki daya yang mampu memberikan
perlindungan pada pemakainya.
Perbedaan antara baju kurung perempuan dan baju kurung laki-laki menurut buku
"Pakaian Patut Melayu":
Baju kurung perempuan jatuhnya di bawah lutut, dengan alas leher yang
sempit dan tidak memiliki saku.
Baju kurung lelaki jatuhnya di bawah bokokng, dengan alas leher melebar, dan
dilengkapi dua saku.
Baju ini mula di perkenalkan di Teluk Belanga, Singapura dan tersebar luas sebagai
ciri khas Johor khususnya pada abad ke-19. Ia juga dikatakan sejenis pakaian lelaki
yang dikatakan telah direka oleh Sultan Abu Bakar pada tahun 1866 untuk meraikan
perpindahan ibu negeri Johor dari Teluk Belanga di Singapura ke Johor Bahru. Ia
menggabungkan ciri-ciri kebudayaan Melayu, Bugis dan Orang Laut.
Baju Kurung Teluk Belanga mempunyai alas leher berbentuk bulat dan belahan di
bagian depan. Pada keliling leher baju dilapisi dengan kain lain dan dijahit "sembat
halus" sementara bagian pinggiran bulatannya dijahit "tulang belut halus". Bagian
pangkal belahan dibuatkan tempat untuk mengancingkan baju yang disebut "rumah
kancing" dengan menggunakan jahitan benang "insang pari".
Potongan lengan baju panjang dan longgar, berkekek sapu tangan atau berkekek
gantung. Potongan badan lurus dan mengembang di bagian bawah.
Tata cara pemakaian: Bagi laki-laki, Baju Kurung Teluk Belanga dipakai dengan baju
dipakai di luar (menutupi) celana dan kain samping. Baju ini dipakai dengan bagian
lehernya dikaitkan dengan satu kancing. Jika kancing yang digunakan diikat dengan
sebiji batu maka disebut dengan kancing "garam sebuku". Jika diikat dengan
beberapa batu maka disebut sebagai "kunang-kunang sekebun".
Baju Kurung Cekak Musang dipengaruhi oleh baju gamis yang biasa dipakai oleh
masyarakat timur tengah. Baju gamis yang biasanya panjang, dipendekkan hingga ke
bawah bokong dan disesuaikan dengan bentuk Baju Kurung Teluk Belanga. Bentuk
baju kurung jenis ini mirip dengan Baju Kurung Teluk Belanga, tetapi bagian
lehernya tegak dan bagian belahan di depan tertutup oleh tiga, lima, tujuh, atau
sembilan anak kancing.
Ada kecenderungan untuk menganggap Baju Kurung Cekak Musang lebih bersifat
resmi dibandingkan dengan Baju Kurung Teluk Belanga. Kaum laki-laki Melayu biasa
memakai baju jenis ini ke acara formal, seperti kaum perempuannya memakai baju
kebaya. Baju ini tercantum dalam buku "Life and Customs" oleh R.O. Winstedt yang
dikutip dari Logan, J.I.A. cetakan tahun 1909. Di dalamnya, disinggung mengenai
jenis baju yang disebut sebagai "baju kurung Chikah Munsang".
Tata cara pemakaian: Cara pemakaian Baju Kurung Cekak Musang mirip dengan
Baju Kurung Teluk Belanga. Namun khusus bagi kaum lelaki, baju kurung dimasukkan
ke dalam kain samping (kain samping menutupi baju). Ini kebalikan dari Baju Kurung
Teluk Belanga yang bajunya dipakai di luar (menutupi) kain samping.
Kelengkapan
Ada beberapa jenis pakaian lain yang lazim dipakai bersamaan dengan baju kurung.
Kelengkapan Perempuan
Sarung
Baju kurung biasanya dipasangkan dengan sarung, dan sarung itu sendiri dikenakan
dengan ikatan "ombak mengalun" yaitu lipatan kain yang berlipit-lipit (berombak-
ombak). Lipatan ini ada di bagian kiri atau kanan badan.
Kain Dagang
Kain dagang adalah kain sarung yang digunakan sebagai kerudung di saat bepergian.
Ini dimaksudkan untuk melindungi diri dari terik matahari. Apabila berada di dalam
ruangan, maka kain dagang diikatkan pada pinggang atau disangkutkan di lengan.
Selendang
Selendang biasanya disampirkan di bahu. Jika sedang memakai kain dagang, alih-alih
memakai selendang panjang biasanya yang dipakai adalah kain mantul. Kain mantul
adalah semacam selendang pendek bersulam, disampirkan di bahu apabila sedang
memakai kain dagang sebagai kelengkapan baju kurung.
Kelengkapan Laki-laki
Celana
Bagi lelaki, baju kurung biasa dipasangkan dengan celana panjang yang disebut
seluar.
Jika lelaki memakai baju kurung dengan sarung saja tanpa memakai celana, maka ini
disebut dengan istilah "ketumbing". Biasanya jenis pemakaian ini hanya untuk di
dalam rumah atau bisa juga untuk ke masjid atau surau.
Kain Samping
Kain samping adalah kain sampingan yang dipakai bersama-sama dengan baju dan
celana.
Ikatan Pancung
Cara memakai kain samping yang menggunakan kain lepas. Kain dililitkan di pinggang
dan sebelum sampai ke ujung kain, kain ini "dipancung", yaitu kain disemat sambil
membiarkan ujung kain terkulai ke bawah.
Ikatan Kembung
Ini adalah cara memakai kain samping yang biasa dipakai oleh mempelai laki-laki
dalam acara pernikahan adat Melayu. Kata "kembung" berasal dari kesan
menggembung saat memakai ikatan ini. Kain sarung ditarik ke bagian tengah atau
tepi badan untuk kemudian diikat dan disimpul dalam berbagai macam cara agar
melekat di pinggang.
Ikatan Lingkup
Ini adalah cara memakai kain samping yang paling sering dipakai orang. Kain sarung
digulung ke atas dan dilingkup ke bagian depan atau bagian samping. Mirip dengan
cara memakai sarung untuk keperluan sehari-hari.
Busana Pengantin Banjar adalah jenis busana pengantin suku Banjar yang terdiri 4
macam yaitu :
1. Bagajah Gamuling Baular Lulut, yaitu suatu jenis busana pengantin klasik
yang berkembang sejak zaman kerajaan Hindu yang ada di Kalimantan
Selatan. Pengantin wanita hanya memakai kemben yang disebut udat.
2. Baamar Galung Pancar Matahari, yaitu suatu jenis busana pengantin yang
berkembang sejak zaman munculnya pengaruh agama Islam dan kerajaan
Islam yang ada di Kalimantan Selatan. Amar artinya mahkota kecil yang
dipakai pengantin wanita, di Sumatera disebut sunting.
3. Babaju Kun (Hwa Kun) Galung Pacinan, yaitu suatu jenis busana pengantin
yang mencerminkan masuknya pengaruh pedagang Gujarat dan China di
Kalimantan Selatan.[1] Model ini mirip dengan busana pengantin Betawi dan
pengantin Semarang.
4. Babaju Kubaya Panjang, yaitu suatu jenis busana pengantin yang
menggunakan kebaya panjang.
Setidaknya ada tiga jenis pakaian Adat Bali yang umum dikenakan oleh masyarakat
Bali. Pertama, pakaian adat untuk upacara keagamaan. Kedua, pakaian adat untuk
upacara pernikahan. Dan, ketiga adalah pakaian adat untuk aktivitas sehari-hari.
Pakaian Adat khas Bali ini berbeda antara yang dipakai oleh laki-laki dan perempuan.
Misalnya pemakaian sanggul ke pura oleh remaja putri. Mereka memakai sanggul
atau pusung gonjer sedangkan untuk perempuan dewasa (sudah menikah)
menggunakan sanggul (pusung tagel). Busana Agung adalah pakaian adat Bali yang
paling mewah. Pakaian adat Bali yang satu ini biasanya dipakai pada rangkaian acara
‘Potong Gigi’ atau Perkawinan.
Busana Agung mempunyai beberapa variasi tergantung tempat, waktu dan keadaan.
Kain yang digunakan dalam pakain adat Bali yang satu ini adalah wastra wali khusus
untuk upacara atau wastra putih sebagai simbol kesucian. Tapi, tak jarang pula kain
dalam pakaian adat Bali ini diganti dengan kain songket yang sangat pas untuk
mewakili kemewahan atau prestise bagi pemakainya.
Sedangkan untuk laki-laki Bali selain menggunakan kain tersebut sebagai pakaian
adat Bali. Mereka juga memakai kampuh gelagan atau dodot yang dipakai hingga
menutupi dada.
Pakaian adat Bali selain mempunyai nilai keindahan, tapi di dalamnya juga terkadung
nilai – nilai filosofis dan simbolik yang tersembunyi dalam bentuk, fungsi, dan
maknanya. Itulah sebabnya dalam pakaian adat Bali dihiasi oleh berbagai ornamen
dan simbol yang mempunyai arti tersindiri.
Kelengkapan pakaian adat Bali terdiri dari beberapa item. Item itu antara lain
kamen untuk pria, songket untuk pria dan wanita, udeng untuk pria dan sanggul
lengkap dengan tiaranya untuk wanita. Disamping itu laki-laki Bali mengenakan keris,
sedangkan wanita menggunakan kipas sebagai pelengkapnya.
Berbicara masalah harga, pakaian adat Bali ini sangat bervariasi. Songket Bali bisa
didapatkan dengan varian harga yang sesuai dengan kemampuan sang pembeli,
dimana dimulai dari harga lima ratus ribu hingga jutaan rupiah untuk yang halus dan
berbenang emas. Sedangkan yang biasa dan umum digunakan masyarakat Bali ada di
bawah harga tersebut dan tersedia secara luas di pasar-pasar tradisional.