Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH BUDAYA MELAYU

SILSILAH TANJAK DAN SONGKET PADA BAJU


KURUNG MELAYU RIAU

DISUSUN OLEH :
IMELDA NUR APRIANI
NIM 2206113176

PRODI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS RIAU
2022
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi
tugas mata kuliah Budaya Melayu bersama Dosen Pengampu Bapak Asril, S.Pd.,
M.Pd. dengan judul Silsilah Tanjak dan Songket Melayu Riau.

Saya sebagai penulis sekaligus penyususn dari makalah ini, menyadari bahwa
hasil dari makalah ini jauh dari kata sempurna karena keterbatasan pengalaman
dan pengetahuan. Maka dari itu, penulis menerima segala bentuk saran, masukan,
dan kritikan yang membangun dari berbagai pihak. Akhir kata, penulis ucapkan
terimakasih dan berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi perkembangan
dunia pendidikan dan kebudayaan.

Pekanbaru, November 2022

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan

1.4 Manfaat

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Tanjak Melayu Riau

2.2 Songket Melayu Riau

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masyarakat melayu merupakan masyarakat yang masih kental akan
budayanya yang turun temurun sejak zaman kerajaan atau kesultanan dahulu
kala. Pada Provinsi Riau terdapat baju khas atau baju adat suku melayu yang
dapat dipakai dalam keseharian, baik formal maupun informal. Baju tersebut
dikenal dengan sebutan baju kurung. Pada laki-laki, biasanya terdapat atribut
pelengkap baju kurung yang dikenakannya yakni tanjak dan songket. Tanjak
dikenakan di kepala menggantikan kopiah atau peci, namun fungsinya tidak
sama seperti kopiah. Sedangkan songket merupakan kain sarung pendek yang
dililitkan di pinggang.
Berdasarkan hakikatnya tanjak dan songket tidak hanya terdapat di Riau
saja, namun atribut pelengkap pakaian adat khas melayu ini menyebar di
seluruh suku rumpun melayu, mulai dari Melayu Riau dan Kepulauan, Melayu
Palembang, Melayu Makassar, Malaysia, bahkan Brunei Darussalam. Karena
memiliki rumpun yang sama, tentunya memiliki ciri khas yang sama pula.
Agar dapat membedakan antardaerah, biasanya terdapat bentuk ataupun motif
yang berbeda-beda yang menyimbolkan daerahnya masing-masing.
Pada zaman Kerajaan Melayu Siak dahulu, biasanya tanjak dan songket
dipakai oleh raja-raja pada saat upacara adat. Songket Melayu Siak memiliki
aneka ragam simbol dan motif yang memiliki makna tersendiri. Tanjak pun
masih menjadi nilai kebudayaan sejak zaman Kerajaan-Kerajaan Melayu yang
masih terjaga tradisinya hingga masa kini.

1.2 Rumusan Masalah


Pada makalah ini diharapkan dapat menjawab serta menjelaskan dari
pertanyaan-pertanyaan diantaranya :
1. Apa itu tanjak dan songket pada baju adat Melayu Riau?
2. Bagaimana silsilah serta sejarah singkat dari tanjak dan songket baju
adat Melayu Riau?
3. Apa saja bentuk dan motif tanjak dan songket pakaian Melayu Riau?
4. Apa makna dari tanjak dan songket pada pakaian adat Melayu Riau?
1.3 Tujuan
Tujuan dari disusunnya makalah ini tidak hanya semata-mata untuk
memenuhi tugas makalah, mata kuliah Budaya Melayu oleh Dosen Pengampu
Bapak Asril,S.Pd.,M.Pd., namun dengan memberikan isi deskripsi dan
penjelasan secara singkat tentang silsilah tanjak dan songket pada pakaian adat
Melayu Riau untuk mencari tau serta memperluas ilmu.

1.4 Manfaat
Makalah yang telah disusun ini diharapkan dapat memberikan manfaat
berupa pengetahuan baru bagi pembaca, tentang Melayu Riau khususnya
atribut pada pakaian adat yakni tanjak dan songket yang dikenakan oleh lelaki
melayu.
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Tanjak Melayu Riau

Tanjak dapat disebut sebagai topi khas masyarakat Melayu.


Menurut kamus bahasa Melayu, tanjak berarti kain yang dililitkan di
kepala. Tanjak pun pada dasarnya terbuat dari kain songket. Kain songket
yang dililitkan di kepala ini menjadi pakaian yang terdapat unsur estetika
pada bentuk, motif dan makna lereng. Tanjak sering disebut Desta dan
Tengkolok. Namun pada kenyataannya tanjak, desta dan tenkoroku
memiliki fungsi yang sama, hanya penyebutan di tiap daerah yang
berbeda-beda. Tanjak menjadi acuan sebagai ciri dari laki-laki yang sering
dikaitkan dengan istana, kepahlawanan dan dipakai dalam berbagai acara
adat istiadat bangsa Melayu. Dulu, tanjak hanya digunakan pada acara
budaya melayu seperti acara adat saja. Untuk pemakaian tanjak ini tidak
bisa sembarangan, ada aturan yang harus diikuti dan diketahui untuk
digunakan.
Berdasarkan sejarah perkembangannya dari zaman ke zaman,
tanjak jadi memiliki beragam bentuk, motif dan makna. Tanjak memiliki
syarat, pertama harus terbuat dari kain segi empat yang kemudian dilipat
menjadi kain segitiga. Tanjak juga memiliki tapak pada lipatan pertama,
sedangkan pada lipatan kedua dan seterusnya disebut bengkong. Bagian
terpenting dari tanjak adalah membuat simpul. Simpul berarti ikatan
perkawinan terbagi menjadi dua bagian kiri dan kanan, menandakan ikatan
perkawinan antara ayah dan ibu. Dari ikatan perkawinan itu terjalin suatu
ikatan perkawinan yang menunjukkan asal usul dari mana ia berasal.
Seperti di Riau, Johor, Lingga dan Pahang menggunakan simpul belah
ketupat. Sedangkan dari Makasar ada nama simpul belah ketupat Makasar,
dari Perak namanya simpul garam dan masih banyak jenis simpul panjat
lainnya, tanjakan terakhir ada karangan bunga atau solekan di puncak
tanjakan.
Seiring berjalannya waktu, ikatan kain ini lama-kelamaan berubah 
mengikuti perkembangan zaman yang telah diubah mengikuti tren selera
pemakai pada masa itu. Walaupun bentuk tanjak ini di modifikasi
sedemikian rupa bentuknya, teknik melipat tetap harus sesuai dengan
aturan yang berlaku sebagaimana mestinya. Tanjak hanya boleh di
gunakan laki-laki untuk dipakai di kepala, selayaknya kopiah.

2.2 Songket Melayu Riau


Songket Melayu Riau merupakan produk budaya masyarakat
Indonesia yang berasal dari kain tenun tradisional yang memiliki keunikan
tersendiri. Kain tenun ini dijahit dengan benang emas dan perak sehingga
memberikan efek berkilauan. Kain tenun songket ini merupakan ekspresi
budaya yang kompleks mencakup ekspresi budaya visual seperti simbol
atau lambang, serta nilai estetika yang diwujudkan melalui keahlian
penenun dalam menata dan memadukannya menjadi satu.
Pada umumnya terdapat berbagai jenis kain tenun di Indonesia
yang berbeda-beda di tiap daerahnya. Masing-masing hasil tekstil ini
memiliki corak motif juga makna yang berbeda-beda tergantung
kepercayaan di daerah itu sendiri. Salah satu hasil tenun tersebut adalah
tenun Songket Siak di Riau. Kain dari Siak ini memiliki warisan budaya
Nusantara Melayu yang dikenal di Siak Sri Indrapura dan juga daerah
Riau lainnya. Kain ini disebut juga kain songket, yaitu kain yang
menggunakan benang katun atau sutra dan pola benang emas yang
dibolak-balik di dalam kain.
Pada masyarakat melayu Riau, tenun tradisional dihias dengan
motif tertentu dan setiap motif memiliki arti tersendiri bagi pemakainya.
Songket Siak yang menjunjung tinggi tata kehidupan masyarakat Siak dan
masyarakat Melayu Riau pada umumnya di masa pemerintahannya.
Namun, pada masa kini telah berubah sejalan dengan perubahan
masyarakat Melayu Riau. Dahulu hanya dikenakan oleh kalangan
bangsawan, kain songket Siak kini digunakan oleh masyarakat luas.
Pakaian upacara adat juga digunakan pada masa pemerintahan Siak
Songket. Saat ini kain songket digunakan dalam berbagai acara. Begitu
pula dengan motif dan corak yang digunakan. Motif dulunya aman dan
memiliki makna, namun kini motifnya semakin beragam dan tidak lagi
memperhatikan pentingnya motif yang ditampakkan.

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kebudayaan Melayu Riau salah satunya adalah pakaian adat khas


daerah yang pada kaum lelaki memiliki tambahan atribut berupa tanjak
dan songket. Pada dasarnya atribut ini juga terdapat pada pakaian adat
Melayu lainnya, hanya saja untuk dapat membeda-bedakan antar daerah
memiliki keunikan masing-masing. Mulai dari bentuk, motif, ragam warna
dan makna tersendiri.
Pada zaman kesultanan melayu, masyarakat dimasa itu wajib
memakai tanjak untuk menutup kepala saat menghadap raja. Selain
masyarakat biasa, raja-raja pun memakai tanjak dan songket saat kegiatan
penting seperti upacara adat. Namun milik sang raja tentunya lebih
berkesan mewah karena memiliki motif yang berbeda dari milik rakyat
biasa.
Tanjak adalah penutup kepala bagi lelaki melayu yang terbuat dari
kain songket kecil dengan beberapa lilitan. Selain itu, kain songket juga
dipakai mengelilingi bagian pinggang sampai lutut kaum laki-laki. Kain
songket merupakan hasil tenunan brokat yang menimbulkan efek kemilau.

3.2 Saran

Sebagai generasi muda melayu, tentunya harus melestarikan


kebudayaan melayu khususnya daerah Riau. Melestarikan kebudayaan
melayu dapat dilakukan oleh pemuda-pemuda dengan menggunakan
atribut lengkap saat memakai baju kurung. Atribut tersebut adalah tanjak
dan songket khas Melayu Riau.
Baju kurung ini biasanya dapat dipakai saat acara-acara pesta
kenduri ataupun perkawinan, nah di saat itulah harusnya baju kurung
dilengkapi bersama atribut tanjak dan songket demi mencerminkan
keutuhan budaya melayu khususnya Melayu Riau.

DAFTAR PUSTAKA

Guslinda, G. KERAJINAN TENUN SONGKET MELAYU RIAU UNTUK


PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL. Jurnal Pendidikan Guru, 2(1), 124-
130.

Guslinda, G., & Kurniaman, O. (2020). Perubahan Bentuk, Fungsi Dan Makna
Tenun Songket Siakpada Masyarakat Melayu Riau. Primary: Jurnal
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 5(1).

Santia, F., Zubaidah, M. P., & Awrus, S. (2018). Studi tentang bentuk, motif dan
makna tanjak pada masyarakat Melayu di Kabupaten Siak Provinsi Riau.
Serupa The Journal of Art Education, 7(1).

Zainuddin, M. (2018). Mekanisme Lembaga Adat Melayu Riau Dalam


Melestarikan Wisata Budaya Di Provinsi Riau. Jurnal Agregasi: Aksi
Reformasi Government dalam Demokrasi, 6(1).

Anda mungkin juga menyukai