Anda di halaman 1dari 15

PAKAIAN MELAYU RIAU

OLEH

VANIA ARIFATUL RAMADHANI

X MIPA 4
Propinsi Riau kalau kita lihat secara geografis suku Melayu yang
berdiam dan bertempat tinggal dikawasan ini dapat dibagi tiga
kelompok besar, yang dikenal dengan kelompok: orang Melayu
Kepulauan, orang Melayu Pesisir dan orang Melayu Daratan.

Orang Melayu Kepulauan adalah orang Melayu yang hidup dan


bertempat tinggal di pulau-pulau sepanjang Selat Malaka, laut
Cina Selatan, Selat Singapura dan Selat Bangka.

Orang Melayu Pesisir adalah orang Melayu yang hidup berdiam


disepanjang Sungai Siak, Sungai Rokan, Sungai Indragiri dan
Sungai Kampar serta disepanjang Pantai Timur Pulau Sumatera.
Sedangkan orang Melayu Daratan adalah orang Melayu yang
hidup didaratan yang berbatas dengan Bukit Barisan Negeri
Minangkabau dan Tapanuli Selatan, serta orang-orang Melayu
yang hidup dan berdiam di hulu-hulu sungai-sungai besar di
Propinsi Riau, seperti: Suangai Kampar, Rokan, Indragiri dan
Sungai Siak.

Adat istiadat yang berlaku di daerah kelompok Melayu di Propinsi


Riau sesuai dengan Musyawarah Adat Melayu Riau adalah adat
bersendikan syarak, syarak bersendirkan Kitabbullah dan Sunnah
Nabi.

Adat istiadat Melayu di Propinsi Riau berpangkal pada adat


istiadat Melayu yang berada pada zaman kebesaran kerajaan-
kerajaan yang terdapat di Melaka, Johor dan di daerah Riau
seperti Kerajaan Siak, Kerajaan Indragiri, Kerajaan Riau Lingga,
Kerajaan Pelalawan, Kerajaan Rambah, Kerajaan Gunung Sailan,
Kerajaan Rokan dan Kerajaan Kampar yang berpunca pada
kerajaan Melaka dan Johor. Namun demikian di daerah
perbatasan dengan negeri Minangkabau dan Tapanuli Selatan
terdapatnya akulturasi adat dan kebiasaan dikawasan perbatasan
tersebut.
Oleh karena Kerajaan Melaya yang pertama Rajanya masuk
Islam, maka segala adat istiadat Melayu itu syahlah menurut
syarak dan syariat Islam (Tengku Tonel, 1920). Maka adat
istiadat yang tidak bersendikan syarak atau syariat Islam tidak
dibenarkan berlaku di negeri Melayu. Sehingga dikenal dengan
ungkapan orang Melayu beragama Islam, beradat istiadat Melayu
dan berbahasa Melayu. Tetapi orang pendatang ke negeri Melayu
sesuai dengan adat istiadat Kerajaan Melayu, harus mengikuti
adat istiadat yang berlaku di negeri Melayu, seperti kata pepatah:
“dimana bumi dipijak, disana langit dijunjung”.

Orang Melayu yang bermukim di daerah Propinsi Riau adalah


adat Melayu yang mempunyai corak yang sama dan mempunyai
ciri-ciri yang berlainan setiap daerah dan kelompok adat, tetapi
tetap mempunyai kesamaan, seperti: adat Raja-Raja, adat Datuk-
Datuk, adat Orang Besar Kerajaan, adat Penghulu, Batin serta
adat hamba Raja.

II. Pakaian Tradisional Melayu Riau dan Tata Caranya


Pakaian baju Melayu Riau secara tradisional tempo dulu dapat
dibagi antara lain sebagai berikut:
- Pakaian harian
- Pakaian resmi dan setengah resmi
- Pakaian upacara adat
- Pakaian upacara perkawinan
- Pakaian upacara keagamaan

Pada zaman kerajaan-kerajaan di daerah Propinsi Riau ini, orang


memakai pakaian menurut keperluan dan tempat serta kegiatan
yang dihadapi, tidak dapat dilanggar semaunya. Kalau kita
langgar berarti kita melanggar adat, atau dalam tata cara
berpakaian disebut tidak sopan dan lebih keras lagi disebut tidak
tahu adat. Maka dalam makalah ini saya akan mencoba
meguraikan secara singkat pakaian baju Melayu dan bagaimana
memakainya menurut urutan yang tersebut diatas.
A. Pakaian Harian
Yang dimaksud dengan pakaian harian adalah pakaian yang
dipakai oleh orang Melayu setiap harinya, baik masa kanak-
kanak, remaja, orang setengah baya maupun orang tua. Pakaian
harian ini dipakai untuk melaksanakan kegiatan harian, baik untuk
bermain, ke ladang, ke laut, di rumah maupun kegiatan dalam
kehidupan di masyarakat.

a. Pakaian harian masa kanak-kanak


Pakaian harian anak waktu kecil yang kita kenal Baju Monyet
yang dipakai oleh anak-anak lelaki. Kalau dia sudah meningkat
besar dia memakai baju kurung teluk belakang atau baju kurung
cekak musang dan ada kalanya memakai celana setengah lutut,
memakai kopiah atau ikat kepala dari kain empat persegi yang
dilipat untuk menghindarkan sengatan binatang yang berbisa,
memakai kain samping ada yang dikenakan secara utuh, ada
pula yang dibelitkan dipinggang ataupun disandang dibahu.

Fungsi kain semasa anak-anak ini adalah untuk belajar Al Quran


dan kegiatan keagamaan seperti sholat dan lain-lain. Anak-anak
perempuan yang belum akhil baligh mereka memakai baju kurung
teluk belanga yang biasanya satu stel dengan kainnya, mereka
bermain disekitar rumah, bermain galah panjang, main jengket,
atau bermain pondok-pondokan. Kalau sudah penat, dia bermain
congklak ataupun serimbang. Kalau dia di mesjid belajar
membaca Al Quran serta belajar sopan santun dan adat istiadat
serta tingkah laku yang baik dan sopan terhadap orang tua, datuk
dan neneknya.

b. Pakaian harian anak dewasa (Akil Baligh)


Pakaian harian untuk anak laki-laki dewasa ataupun perempuan,
mereka memakai baju kurung Cekak Musang atau baju kurung
Teluk Belanga, bertulang belut.
Untuk anak laki-laki dewasa dia sudah membantu orang tuanya
bekerja mencari nafkah, pakai baju Teluk Belanga Belah atau
baju kurung Cekak Musang, memakai kain samping, ikat kepala
atau berkopiah. Kalau pergi ke laut atau ke ladang sering
memakai celana setengah lutut dengan lengan yang agak sempit
supaya mudah melaksanakan pekerjaan yang berkaitan dengan
kehidupan keras.

Kain samping tetap dipakai terutama menjaga kesopanan dan aib


dari orang dan digunakan untuk sholat ataupun bertamu
menghadapi orang tua-tua serta dapat dipergunakan untuk
mempertahankan diri. Pakaian harian untuk anak laki-laki dewasa
sering dipakai untuk belajar ilmu silat guna mempertahankan diri
dan berkesenian; belajar zapin, membuat kelompok Mayong,
sandiwara, bangsawan, dll.

Anak perempuan yang baligh harus mengenal adat istiadat yang


kita sebut adat Melayu, Jadi dia sebagai perempuan Melayu
harus tahu sopan santun dan berbudi baik dengan mengenal:

Beradat istiadat Melayu, beragama Islam, berbahasa Melayu.


Tiga unsur ini bagi anak perempuan sudah mulai ditanamkan
semenjak kecil serta tata cara berpakaian sudah ditunjuk ajarkan
sedini mungkin, sehingga dia merupakan idaman dari pihak laki-
laki.

Pakaian untuk anak perempuan yang sudah baligh ini adalah baju
kurung, baju Kebaya Laboh, baju Kebaya Pendek. Adapun
kelengkapan baju kurung ini adalah kain Sarung Pelekat atau
batik Bunga, pakai tutup kepala berupa selendang dan ditambah
dengan Kain Tudung Lingkup yang dipakai bila keluar rumah.
Kain Tudung Lingkup untuk pakaian harian digunakan kain
pelekat.

C. Pakaian orang tua dan setengah baya


Pakaian perempuan tua adalah baju kurung Teluk Belanga dan
pada lehernya bersulam bernama Tulang Belut. Baju ini longgar
dan lapang dipakai, ada juga Kebaya Laboh atau Kebaya
Panjang hingga dibawah lutut. Kedua bentuk baju ini memakai
pesak atau kekek. Orang tua-tua ada juga yang memakai baju
Kebaya Pendek dibawah pinggul sering dipakai untuk bekerja di
rumah atau di ladang dan ke laut. Kalau perempuan setengah
baya juga memakai seperti tersebut diatas, hanya bentuk bajunya
agak sempit dan pada umumnya berupa stelan baju dengan kain
yang berbunga dan ada kalanya polos. Sebagai penutup kepala
mereka memakai selendang dari drihook bersegi empat dan
kemudian dibentuk segitiga dan diletakkan diatas kepala serta
ujungnya disimpulkan dileher. Orang tua maupun perempuan
setengah baha selain selendang sebagai penutup kepala, mereka
juga menggunakan Tudung Lingkup dari Kain Pelekat.

Pakaian orang tua laki-laki dan setengah baya berupa baju


kurung Teluk Belanga Bertulang Belut dan baju kurung Cekak
Musang. Untuk pakaian harian baju ini terbuat dari bahan katun
dan kain samping pelekat, bentuk baju agak longgar.

Baju Melayu bagi orang tua sering memakai baju Melayu Dagang
Luar digunakan untuk sholat dan bertamu ke tetangga.

Jadi bentuk pakaian harian bagi orang Melayu Riau adalah:

Untuk kaum perempuan baju Kurung Teluk Belanga, baju Kebaya


Laboh, baju Kebaya Pendek.

Untuk kaum laki-laki baju kurung Teluk Belanga, baju kurung


Cekak Musang, celana setengah lutut untuk anak laki-laki.

B. Pakaian Resmi dan Setengah Resmi


(i) Bentuk pakaian setengah resmi bagi kaum laki-laki adalah baju
kurung Cekak Musang harus dilengkapi dengan: kopiah, kain
samping, sepatu atau capal.

Kan samping yang dipakai tergantung pada kemampuan


seseorang; boleh kain pelekat, kain tenunan Siak, tenunan
Trenggano, tenunan Indragiri, tenunan Daek, dll.

Pakaian setengah resmi ini dipakai dalam upacara keluarga,


seperti; menghadiri perkawinan, acara keagamaan, sunnat rasul,
dll. Sedangkan pakaian resmi adalah pakaian yang dipakai waktu
menghadiri undangan dari Kerajaan, dari Pemerintah atau
menghadiri jemputan resmi dari suatu kegiatan. Tidaklah sopan
seandainya kita menghadiri upacara kekeluargaan atau jemputan
yang terhormat dari suatu kegiatan pemerintah yang masa
dahulunya di zaman kerajaan-kerajaan di Riau, kita memakai
pakaian Melayu namun tidak memakai kopiah dan juga kain
samping, maka jelaslah kita dicap orang yang tidak tahu adat
sopan orang Melayu.

Untuk menghadiri upacara resmi seperti menghadiri jemputan


dari Pemerintah, atau menghadiri Rapat Dewan yang resmi kalau
kita berpakaian Melayu harus lengkap berbaju Melayu dengan
tidak memakai kasut atau capal dan harisnya memakai sepatu
kulit.

Adapun bahan baju Melayu itu sebaiknya dari bahan kain sutra
atau bahan-bahan yang bagus seperti satin, atau bahan lainnya
yang berkualitas.

Warna baju dengan warna celana harus sewarna. Dulunya pada


zaman erajaan Melayu pada masa jayanya, tidak dibenarkan
memakai warna kuning, karena warna kuning adalah warna
kerajaan dan yang berhak memakai warna kuning adalah Sultan.
Untuk para Datuk dan Orang Besar Kerajaan dalam upacara
resmi sering memakai warna hitam, sedangkan warna kain boleh
bebas kecuali warna kuning dan tidak dibolehkan memakai baju
hitam berkain hitam, pakaian demikian adalah hak pemimpin yaitu
Raja (Sultan). Sedangkan pakaian untuk orang lain boleh
memakai warna apa saja sesuai dengan kemampuan dan
kemauannya juga selera, asalkan tertib cara memakainya.

Cara berpakaian baju Melayu orang laki-laki adalah baju Melayu


Cekak Musang yaitu leher berkerah setinggi 2 cm yang dalamnya
dilapisi kain keras supaya kerah Cekak Musangnya kelihatan
lebih rapi. Pada leher dipasang dua buah butang baju, dan 3
buah butang baju dibagian depan keras lebih kurang 22 cm dari
leher ke dada.

Perlengkapan lain memakai baju Melayu Cekak Musang adalah


kopiah hitam dan tidak memakai apa-apa di kopiah. Pada kopiah
adakalanya dipakai kain putih yang dibelitkan di kopiah pada
upacara meninggalnya atau (mangkat) seorang Sultan atau
Pemimpin Negeri. Kain yang dipakai untuk mengikuti upacara
resmi ini adalah kain samping yang terpilih, seperti: tenunan Siak,
tenunan Trenggano, tenunan Indragiri, tenunan Daek, dll.

Sistem memakai kain samping ini diikat di samping pinggang


yang disebut ikat kain dagang dalam, karena baju terletak diluar
kain disebut ikat kain dagang luar. Mengikat kain tidak boleh
sembarangan karena sudah ada ketentuannya antara lain: tinggi
kain bagi orang dewasa hanya setinggi lutut, sedangkan orang
sudah berumur, tinggi kainnya 3 jari dibawah lutut. Kalau orang
sudah lanjut usia umumnya memakai kain sering jauh dibawah
lutut.

(ii) Bentuk pakaian resmi dan setengah resmi kaum perempuan


adalah baju kurung Teluk Belanga dan baju Kebaya Laboh.
Bahan baju ini dibuat dari bahan sutra, satin atau bahan brokat
serta bahan yang bagus lainnya tergantung dengan kemampuan
si pemakai. Persyaratan baju Melayu kaum perempuan ini karena
dia disebut Baju Kurung maka jelas baju ini mengurung bagian
aurat di badan agar tidak kelihatan, tidak terlalu sempit, tidak
terlalu tipis yang memperlihatkan kulit badan.

Untuk kain yang dipakai adalah kain tenunan atau kain pilihan,
seperti: kain tenun Siak, tenunan Indragiri, tenunan Daek atau
kain tenunan lain yang bercorak Melayu.

Ukuran baju resmi dan setengah resmi bagi remaja panjang baju
adalah 3 jari diatas lutut sedangkan orang tua 3 jari dibawah lutut.
Untuk pemakaian kain adalah dengan cara kepala kain diletakkan
di muka.

Untuk hiasan dikepala harus memakai sanggul yang disebut


sanggul Jonget, sanggul Lintang atau sanggul Lipat Pandan.
Setelah rambut disanggul kepala ditutup dengan kain tudung
yang seharusnya tidak kelihatan rambut. Kain tudung untuk
pakaian resmi dan setengah resmi ini adalah kain selendang
anjang dan sekarang ini kaum wanita yang Islam umumnya
menggunakan jilbab.

Memakai perhiasan didada sesuai dengan kemampuan


sipemakai. Untuk alas kaki dipakai kasut yang dipilih sesuai
selera, tidak memakai sendal jepit sebaiknya pakailah kasut yang
memakai hak rendah atau hak tinggi. Warna yang dipakai dapat
dipilih sesuai dengan selera dan juga disesuaikan dengan
suasana waktu siang atau malam, agi atau sore.

C. Pakaian Upacara Adat


Yang dimaksud upacara adat adalah suatu kegiatan yang dibuat
oleh emerintah (Kerajaan) antara lain:
- Upacara penobatan Raja & Permaisuri,
- Upacara pemberian gelar,
- Upacara pelantikan Datuk-Datuk, Ketua Adat atau Menteri
Kerajaan,
- Upacara menjunjung duli,
- Upacara menyambut tamu-tamu agung atau tamu-tamu yang
dihormati,
- Upacara adat menerima anugerah dan persembahan dari rakyat
atau dari negara lain yang bersahabat.

Upacara seperti ini diatur oleh Kerajaan dizaman dahulunya,


kalau sekarang diatur oleh Pemerintah atau Lembaga Adat
Melayu Riau. Warna baju yang dipakai untuk upacara adat adalah
warna hitam, berkain samping sesuai dengan tingkat derajatnya,
stelan kuning dan stelan hitam adalah kain yang dipakai untuk
Sultan atau Pemimpin Negeri. Kalau Sultan dalam upacara adat
memakai tanjak hitam, demikian juga kalau memakai warna
kuning harus seluruhnya berwarna kuning pula.

Kalau Datuk-Datuk orang besar dalam upacara adat memakai


baju berwarna hitam berkain samping apa saja warnanya sesuai
dengan seleranya, itulah sebagai pertanda perbedaan pimpinan
dan bukan pimpinan.

(i) Pakaian adat untuk kaum erempuan


Jenis pakaian dan bentuk baju yang dipakai dalam upacara adat
bagi kaum perempuan baik muda maupun tua sama saja. Baju
yang dipakai adalah baju kurung Teluk Belanga, baju Kebaya
Laboh, bagi anak gadis baju Kebaya Laboh Cekaka Musang.

Kepala memakai tudung Mente dan memakai tudung Kain


Lingkup. Tudung Kain Lingkup apabila masuk ke ruangan kain
Tudung Lingkup dilipatkan dipinggang kemudian dijepit
dipinggang.

Rambut disanggul dengan bentuk sanggul Melayu, seperti


sanggul Jonget, sanggul Lintang, dan sanggul Lipat Pandan.
Perhiasan dipakai didada yang disebut dokoh dan gelang serta
anting-anting.

Warna baju yang dipakai isteri Datuk-Datuk dan Orang Besar


adalah warna hitam stelan dan berkain samping atau Tudung
Lingkup yang berwarna lain. Warna kuning hanya dipakai oleh
Sultan dan Permaisuri atau Pimpinan Tertinggi di daerahnya.

(ii) Pakaian adat untuk kaum laki-laki


Jenis pakaian dan bentuk baju yang dipakai dalam upacara adat
bagi kaum lelaki adalah baju kurung Cekak Musang, tidak dipakai
baju kurung Teluk Belanga. Warna pakaian adat kaum lelaki
berwarna hitam dari bahan saten atau bahan sutera dilengkapi
dengan perlengkaan sebagai berikut:

a. Baju stelan dengan celana anjang samai ketumit,


b. Kain samping terbuat dari tenunan sendiri, seperti; tenun Siak,
Indragiri, tenunan Daek, dll,
c. Tanjak sebagai penutup kepala,
d. Bengkung pengikat pinggang,
e. Sebilah keris Melayu Sepukal, atau Tuasik atau Tilam Upih,
f. Kasut capal atau sepatu.

Untuk Sultan atau Pimpinan Tertinggi memakai baju Cekak


Musang berwarna kuning atau hitam satu stel baju, celana dan
kain samping. Stelan baju penuh dengan taburan bunga cengkeh,
bintang dari ornamen yang ditenun khusus. Sultan memakai
tanjak yang bernama Belah Mumbang atau Elang Menyongsong
Angin serta bertingkat 3 atau 5.

Biasanya Sultan memakai dua keris, satu yang pendek satu yang
panjang, biasanya keris yang anjang dibawa oleh pengawalnya
yang sangat dipercaya. Pakaian adat dipakai pada upacara adat
seperti penobatan Raja-Raja, emberian gelar, penyambutan tamu
agung, musyawarah besar adat dan upacara adat yang digelar
oleh Kerajaan atau Pemerintah.

Memakai Bengkung tergantung tingkat seseorang dalam


jabatannya dimasyarakat adat atau jabatan dalam struktur
Kerajaan, seperti: Orang Besar Kerajaan, Putera Mahkota,
angeran, kaum bangsawan, Datuk-Datuk, Datuk Bendahara,
Datuk Laksemana, Datuk Panglima, Penghulu, Batin, Tongkat
(wakil Batin) dan para pengawal.

Yang memakai selempang dari kanan ke kiri adalah Sultan


berwarna kuning, sedangkan para pengawal memakai warna
merah diujung lengan dan bengkung serta ikat kepala berwarna
merah. Kecuali para pengawal yang mendampingi Sultan kemana
saja adalah Hulubalang yang tangguh memakai pakaian hitam
berkain samping kain Lejo dan memakai bengkung warna kuning
dan memakai les merah.

D. Pakaian Upacara engantin


(i) Bentuk pakaian pengantin laki-laki orang Melayu Kepulauan
atau Pesisir serta orang Melayu Daratan tidaklah berbeda jauh
bentuk bajunya berupa baju kurung Cekak Musang atau baju
kurung Teluk Belanga, kecuali di daerah Lima Koto Kampar baju
pengantinnya berbentuk jubah yaitu baju terusan panjang hingga
kebawah menutup mata kaki.

Perlengkapan pakaian laki-laki sebagai seorang pengantin


Melayu adalah:
- Baju kurung Cekak Musang dari bahan tenunan satu stelan baju
dan celana sama warnanya,
- Dikepala memakai Destar berbentuk mahkota dan adakalanya
pengantin memakai tanjak,
- Memakai Sebai disebelah bahu kiri,
- Memakai kain samping dengan bunga kain kedepan,
- Pakai Bengkung,
- Pakai Keris,
- Pakai kalung panjang dilehernya pertanda ikatan keluarga,
- Membawa Sirih Lelat,
- Pakai kasut capal atau sepatu kulit.

Pakaian ini dipakai ada upacara langsung dimana pengantin laki-


laki turun dari rumah ayah dan bundanya menuju kerumah
pengantin perempuan. Untuk mengikuti acara akad nikah dan
acara lainnya pengantin laki-laki memakai baju kurung Cekak
Musang yang lengkap dengan memakai kopiah, kadang-kadang
kopiah dihias dengan permata, kalau Orang Besar Kerajaan dan
orang Bangsawan memakai lambang Kerajaan.

(ii) Pakaian pengantin perempuan


Pakaian upacara adat perkawinan bagi pengantin perempuan
dalam masyarakat Melayu Riau terdapat beberapa bentuk
tergantung pada kegiatan yang akan dilaksanakan, seperti : acara
malam berinai, uacara akad nikah, acara bersanding, acara
mandi damai serta acara berandam.

Pakaian pengantin perempuan dalam upacara malam berinai


memakai pakaian Kebaya Laboh atau baju kurung Teluk Belanga,
memakai hiasan dan pperhiasan serta memakai sanggul Melayu.

Pakaian pengantin pada upacara berandam hampir sama dengan


memakai akaian Melayu harian; Kebaya Laboh atau Kebaya
Pendek atau baju kurung Teluk Belanga. Rambut disanggul
dengan sanggul Lipat Pandan atau sanggul Siput Jonget dihiasi
dengan bunga-bunga hidup seperti cempaka, bunga melur dan
bunga tanjung. Muka pengantin dibersihkan dan dicukur bulu
romanya, dan dihias bulu keningnya. Setelah berandam
dimandikan dengan air tujuh bunga serta memakai kain kemban
didada.
Pakaian pengantin pada acara akad nikah berpakaian baju
kurung Teluk Belanga atau baju kurung Kebaya Laboh, kepala
ditutup dengan hiasan serta memakai tudung Mente. Sedangkan
dada diberi perhiasan Dokoh bertingkat, pakai Pending, pakai
Sebai dikanan dan duduk dikamar pengantin.

Pakaian pengantin pada upacara langsung atau bersanding :


pengantin perempuan memakai akaian Melayu Kebaya Laboh
atau baju kurung Teluk Belanga lengkap dengan atributnya
kepala memakai pekakas andam dan dikening diletakkan Ramen
perhiasan emas atau dibuat dari tekatan bedang emas, dada
dihiasi dengan Dokoh bertingkat, lengan diberi gelang berkepala
naga, dilengan bawah memakai gelang patah semat, sedangkan
dikaki bergelang kaki berlipat rotan emas.

Dibahu kanan memakai sebai bertekat emas berjurai kelengan,


pada pinggang memakai pending emas, dijari pakai canggai.
Canggai hanya terlekat di ibu jari dan dijari kelingking (kedua
belah jarinya). Kaki dipakai sepatu tertutup jari berwarna sesuai
dengan kehendak pengantin berhak sedang yang disebut selepa.
Pakaian waktu mandi damai berpakaian baju kurung Teluk
Belanga, baju Kebaya Laboh atau baju Kebaya Pendek yang
dibuat khusus untuk upacara mandi damai. Upacara mandi damai
adalah suatu upacara untuk menyatakan syukur bahwa pengantin
telah bersatu.

D. Pakaian Upacara Keagamaan (Ritual)


Pakaian acara keagamaan ini disesuaikan pemakaiannya pada
acara kegiatan keagamaan yang akan kita laksanakan atau yang
akan kita hadiri.

Bagi Pembesar Agama seperti Qodhi, Imam Mesjid memakai


jubah berwarna hitam, panjang jubah sampai dimata kaki, kepala
memakai terbus dan dibelit dengan kain tipis berwarna putih,
biasanya dibuat berwarna merah. Bilal :biasanya memakai jubah
berwarna hijau lumut disebelah luarnya sedangkan didalam tetap
memakai baju kurung Cekak Musang dan juga memakai terbus
dibalut kain putih tipis. Gharin Mesjid memakai baju Melayu
Dagang Luar dengan memakai kopiah hitam atau kopiah haji dan
memakai kain samping pelekat.

Sedangkan orang biasa dalam acara agama ada terbagi dua:


- Kalau acara resmi dalam rangka kegiatan Hari Raya, pada hari-
hari besar agama memakai pakaian baju Melayu lengkap seperti
baju Melayu Cekak Musang atau baju Melayu Teluk Belanga,
yang disebut baju Melayu Dagang Dalam.
- Untuk pergi sholat Jum’at biasanya boleh memakai baju Melayu
harian atau baju Melayu Dagang Luar dengan memakai kain
samping kain pelekat dan pakai kopiah, pada umumnya kalau
sudah pernah menunaikan ibadah haji bisa memakai kopiah haji.

Anda mungkin juga menyukai