Anda di halaman 1dari 6

Nama : Glora Imanuel Sembiring

NIM : 2007113944

Kelas : S1 Teknik Kimia – C

Resume :

1. Pakaian Melayu

Pakaian Melayu diatur dengan syarat dan syarak mulai dari pakaian sehari-hari, resmi atau tidak resmi,
pembesar, adat, dan lain sebagainya. Dasar menggambarkan pakaian Melayu yang sesungguhnya adalah
malu, tahu diri, tunjuk ajar, mengekalkan Melayu, menegakkan tuah membangkitkan marwah,
mendatangkan manfaat, dan menolak bala.

2. Filosofi Pakaian Melayu

Tunjuk ajar pakaian Melayu dilihat dari alat dan kelengkapannya, dari penerapan motif dasarnya, dari
cara memakai, dan motif dan ragam hias juga turut mengekalkan jati diri Melayu. Menegakkan tuah,
membangkitkan marwah sebagai filosofi yang mengacu kepada menegakkan tuah, membangkitkan
marwah amat banyak ditemui dalam alat dan perlengkapan pakaian adat Melayu seperi lambang-lambang
yang dipakai, jumlah alat dan perlengkapannya. Mendatangkan manfaat yang dimaksud ialah bermacam
ragam kebaikan seperti mendatangkan rezeki dan membawa kebaikan dapat dilihat dari filosofi bentuk
alat dan kelengkapan pakaian adat, ornamen, dan ragam hiasnya, serta motif-motif termasuk bahannya.
Menolak bala dilihat dari berbagai lambang, alat dan kelengkapan pakaian adat.

3. Fungsi Pakaian Melayu

Fungsinya yaitu sebagai pelindung diri dari aib (syarak), untuk melindungi dari panas dan dingin,
pengambaran nilai-nilai yang tertuang melalui motifnya, karya seni.

4. Jenis Pakaian Melayu

4.1 Pakaian Harian

Pakaian harian adalah pakaian yang dipakai untuk melakukan kegiatan harian seperti bermain, bekerja, di
rumah oleh kanak-kanak, remaja, orang setengah baya, maupun orangtua.

Pakaian Harian Masa Kanak-Kanak Laki-Laki

Masa anak-anak menggunakan baju monyet. Ketika sudah bertumbuh memakai baju kurung teluk belanga
atau baju kurung cekak musang.

Pakaian Harian Masa Kanak-Kanak Perempuan

Masa anak-anak menggunakan baju langsung (baju dan rok menyatu) yang terbuat dari bahan katun,
celana panjang yang tertutup roknya, kerudung sarung menggunakan pengikat.

Pakaian Harian Dewasa (Alkil Baligh) Laki-Laki


Laki-laki dewasa yang baru alkil baligh memakai baju kurung cekak musang atau baju kurung teluk
belanga, bertulang belut ditambah dengan kain samping yang diikat pada pinggang dan memakai kopiah
atau tanjak.

Pakaian Harian Dewasa (Alkil Balighah) Perempuan

Perempuan dewasa yang baru alkil balighah memakai baju kurung, baju kebaya laboh, baju kebaya
pendek yang selaras dan memakai kerudung. Perempuan yang dewasa memakai baju kurung, kebaya
pendek, kain selendang atau tengkuluk, dan tudung lingkup.

Pakaian Harian Orang Tua dan Setengah Baya Laki-Laki

Pakaian orang tua laki-laki dan setengah baya berupa baju kurung teluk belanga bertulang belut dan baju
kurung cekak musang. Dalam bekerja, menggunakan celana panjang, baju sarung berkerah, dan kain
pengikat kepala atau destar.

Pakaian Harian Orang Tua dan Setengah Baya Perempuan

Pakaian orang tua perempuan adalah baju kurung teluk belanga dan pada lehernya bersulam bernama
tulang belut, kebaya laboh atau kebaya panjang dibawah lutut.

4.2 Pakaian Resmi dan Setengah Resmi

Pakaian setengah resmi adalah pakaian yang digunakan dalam berbagai acara keluarga atau acara yang
tidak berkenan dengan negeri atau kerajaan, misalnya acara kenduri, menghadiri acara keagamaan,
perkawinan, Sunnah rasul, dan lain-lain.

Pakaian Resmi dan Setengah Resmi Laki-Laki

Pakaian setengah resmi bagi kaum laki-laki adalah baju kurung cekak musang harus dilengkapi dengan
kopiah, kain samping, sepatu atau capal.

Pakaian Resmi dan Setengah Resmi Perempuan

Pakaian resmi dan setengah resmi perempuan adalah baju kurung teluk belanga dan baju kebaya laboh
yang terbuat dari bahan sutra, satin, atau bahan brokat. Hiasan dikepala memakai sanggul Jonget, sanggul
Lintang, atau sanggul Lipat Pandan dan ditutup kain tudung. Alas kaki menggunakan kasut yang sesuai
selera.

4.3 Pakaian Resmi

Upacara resmi seperti menghadiri jemputan dari pemerintah, atau menghadiri rapat dewan yang resmi,
harus berpakaian Melayu dan memakai sepatu kulit, antara lain upacara penobatan Raja & Permaisuri,
upacara pemberian gelar, upacara pelantikan Datuk-Datuk, Ketua Adat atau Menteri Kerajaan, upacara
menjunjung duli, upacara menyambut tamu-tamu agung atau tamu-tamu yang dihormati, upacara adat
menerima anugrah dan persembahan dari rakyat atau dari negara lain yang bersahabat.

Pakaian Resmi Laki-Laki


Warna baju yang dipakai dipakai untuk upacara adat adalah warna hitam, berkain samping sesuai tingkat
kedudukannya. Stelan kuning dan stelan hitam adalah kain yang dipakai untuk Sultan atau Pemimpin
Negeri. Bagi datuk-datuk atau orang besar memakai baju berwarna hitam berkain samping. Bagi
masyarakat, mereka boleh memakai warna apa saja selain kuning. Jenis pakaian yang digunakan adalah
baju kurung cekak musang, tidak dipakai baju kurung teluk belanga. Perlengkapan lainnya yang
digunakan adalah baju stelan dengan celana panjang sampai ketumit, kain samping terbuat dari tenunan
sendiri seperti Daek, Tanjak sebagai penutup kepala, Bengkung pengikat pinggang, Sebilah keris Melayu
Sepukal atau Tuasik atau Tilam Upih, dan Kasut capal atau sepatu. Sultan atau pimpinan tertinggi
memakai baju Cekak Musang berwarna kuning atau hitam yang penuh dengan taburan bunga cengkeh,
bintang, memakai tanjak bernama Belah Mumbang atau Elang Menyongsong Angin serta bertingkat 3
atau 5.

Pakaian Resmi Perempuan

Baju yang dipakai adalah baju kurung teluk belanga, baju kebaya laboh, bagi anak gadis baju kebaya
laboh cekak musang. Kepala memakai tudung mente dan tudung kain lingkup. Rambut disangggul seperti
sanggul jonget, sanggul lintang, dan sanggul lipat pandan dan ditutupi kerudung. Perhiasan yang dipakai
di dada disebut dokoh dan gelang serta anting-anting . Warna kuning hanya dipakai oleh Sultan dan
Permaisuri atau Pimpinan tertinggi di daerahnya. Warna yang dipakai istri datuk-datuk dan orang besar
adalah warna hitam stelan dan berkain samping atau Tudung Lingkup yang berwarna lain.

4.4 Pakaian Upacara Keagamaan (Ritual)

Bagi pembesar agama seperti Quodhi, Imam masjid memakai jubah berwarna hitam. Bilal biasanya
memakai jubah berwarna hijau lumut pada bagian luar sedangkan di dalam tetap memakai baju kurung
cekak musang dan juga memakai terbus dibalut kain putih tipis. Gharim masjid memakai baju Melayu
dagang luar dengan memakai kopiah hitam dan memakai kain samping pelekat. Pakaian orang biasa
dalam acara resmi seperti Hari Raya, hari-hari besar agama memakai baju Melayu cekak musang atau
baju Melayu teluk belanga, sedangkan untuk pergi sholat jumat memakai baju Melayu harian atau baju
Melayu dagang luar dengan memakai kain samping kain pelekat dan pakai kopiah.

4.5 Pakaian Upacara Pengantin

Pakaian pengantin dilengkapi dengan berbagai aksesoris dan perhiasan yang sesuai dengan simbol-simbol
adat Melayu tempatan.

Pakaian Pengantin Laki-Laki

Bentuk baju yang digunakan berupa baju kurung teluk belanga atau baju kurung cekak musang.
Perlengkapan pakaian pengantin laki-laki adalah baju kurung cekak musang tenunan dan celana sama
warnanya, di kepala memakai destar berbentuk mahkota dan kadang memakai tanjak, memakai di sebelah
bahu kiri, memakai kain samping dengan bunga kain ke depan, pakai bengkung, pakai keris, pakai kalung
panjang di lehernya pertanda ikatan keluarga, membawa sirih lelat, dan pakai kasut capal atau sepatu
kulit.

Pakaian Pengantin Perempuan


Pakaian upacara adat perkawinan bagi pengantin perempuan tergantung pada kegiatan yang akan
dilaksanakan seperti acara malam berinai, upacara akad nikah, acara bersanding, acara mandi damai, serta
acara berandam. Pada acara malam berinai memakai pakaian kebaya laboh atau baju kurung teluk
belanga, memakai hiasan dan perhiasan serta memakai sanggul Melayu. Pada upacara berandam memakai
pakaian Melayu harian yaitu kebaya laboh atau kebaya pendek atau baju kurung teluk belanga, rambut
disanggul dengan sanggul lipat pandan atau siput jonget dihiasi bunga cempaka, bunga melur, dan bunga
tanjung. Pada acara akad nikah memakai baju kurung teluk belanga atau baju kurung kebaya laboh,
kepala ditutup dengan hiasan serta memakai tudung mente dan pada dada diberi perhiasan dokoh
bertingkat, pending, sebai di kanan, dan duduk di kamar pengantin. Pakaian upacara bersanding memakai
baju kebaya laboh atau baju kurung teluk belanga lengkap dengan atributnya kepala memakai pekakas
andam, di kening diletakkan ramen perhiasan emas atau dibuat dari tekatan bedang emas, dada dihiasi
dokoh bertingkat, lengan diberi gelang berkepala naga, di lengan bawah memakai gelang patah semat,
sedangkan di kaki bergelang kaki berlipat rotan emas., di bahu kanan memakai sebai bertekat emas
berjurai kelengan, pada pinggang memakai pending emas, dijari pakai canggai, kaki dipakai sepatu
tertutup jari berhak sedang. Pada mandi damai memakai baju kurung teluk belanga, baju kebaya laboh
atau baju kebaya pendek.

4.6 Cekak Musang, baju kurung

Hampir sama seperti baju kurung teluk belanga, perbedaannya hanya pada bagian leher saja. Baju ini
diesbut baju wan karena leher baju kurung cekak musang dibuat kolar dengan hanya sejari lebarnya dan
diletakkan kancing dan diikuti dengan dua atau tiga butir lagi pada penurun lubang lehernya. Baju ini
lebih digemari oleh laki-laki dipakai celana panjang, kain samping, ikat pinggang, dan lebih dipadankan
dengan songkok atau tanjak. Bagi wanita, dipakai dengan kain berantai dan dihiasi dengan kalung besar,
dan dihiasi dengan kalung besar.

4.7 Jubah

Baju lengan panjang ada yang setengah lengan atau sampai ke pergelangan tangan, bagian bawah baju
panjangnya bisa sampai ke pertengahan betis, terbuat dari kain tebal, biasa dipakai tuan guru, imam
masjid, dan orang yang telah menunaikan ibadah haji.

4.8 Kasa

Sejenis kain putih yang tenunannya jarang-jarang, dan bermutu rendah.

4.9 Kerudung

Sejenis kain tipis (transparan) penutup kepala yang dipakai perempuan-perempuan Melayu. Kerudung
berbentuk persegi empat memanjang yang diberi corak dan motif yang fungsi utamanya sebagai penutup
rambut. Kerudung merupakan lambang kesopanan dan ketauladanan dari perempuan-perempuan Melayu.

4.10 Lampin

Kain pembalut untuk bayi atau anak kecil. Dipasangkan pada bayi untuk menyerap air kencing,
menggantikan fungsi celana. Ukuran tergantung pada besar bayi.

4.11 Sarung
Kain panjang berukuran kurang lebih 2 m yang kedua ujungnya dijahit. Lebar kain biasanya cukup untuk
menutup bagian perut hingga ke mata kaki. Motif kain sarung beragam jenis dan kegunaannya seperti
kain sarung pelekat India, kain sarung Samarinda, kain sarung batik, dan kain sarung songket.

4.12 Selendang

Kain yang dikenakan dengan menutupi kepala dan kedua ujungnya menjuntai di dada. Juga dapat
digunakan dengan mengalungkan ke leher menutupi kedua bahu atau salah satu bahu saja. Selendang
adalah perlengkapan perempuan untuk menutup kepala, bahu, dan dada. Kadang diikatkan pada pinggang.

4.13 Serban

Penutup kepala yang digunakan oleh laki-laki berupa kain putih lembut dan jarang tenunannya dan
dipakai menutupi kepala dan rambut. Serban dan kopiah adalah dua jenis penutup kepala yang dipakai
berpasangan. Sebelum memakai serban, kopiah dikenakan dulu kemudian serban dililit di luarnya.

4.14 Songket

Kain tenunan tradisional yang dibuat dengan corak motif yang indah dan beraneka ragam, dibuat dengan
menggunakan benang dari kapas, benang-benang perak, emas, dan lain-lain. Kain songket biasa dipakai
untuk perlengkapan tradisional. Cara pembuatannya yaitu dengan teknik sungkit.

4.15 Teluk Belanga, Baju Kurung

Baju kurung teluk belanga biasa dikenakan untuk pakaian lelaki. Cirinya adalah labuhnya paras
punggung, cekak lehernya halus, berkocek tiga, dan potongan badannya longgar. Kaum lelaki memakai
baju ini dengan celana panjang yang lebar di bagian kakinya dan di bagian pinggangnya berkaret seperti
celana cina, dan dalam acara resmi, disesuaikan dengan kain sarung. Kepala kain diletakkan di belakang,
dan diikat di pinggang di bagian dalam baju.

4.16 Tanjak

Sejenis tutup kepala atau destar. Dipakai sehari-hari atau pakaian hari atau peristiwa tertentu seperti yang
dianjurkan pada majilis perkawinan, sunat rasul, hari raya, dan lain-lain.

Penjelasan Tambahan :

Makna pakaian adat Melayu malu, tahu diri, tunjuk ajar, mengekalkan Melayu, menegakkan tuah
membangkitkan marwah, mendatangkan manfaat, dan menolak bala.

Malu maksudnya adalah malu untuk melanggar syarak.

Tahu diri dapat dilihat ketentuan adat yang menetapkan pakaian sesuai status pakaiannya, benar cara
memakainya, tepat penggunaan, betul tempat memakainya, benar tujuan memakainya, bersempurna pula
alat dan kelengkapan pakaian.

Tunjuk ajar merujuk pada nilai yang dapat dilihat dari alat dan kelengkapannya, dari penerapan motif
dasarnya, dari cara memakai, dan sebagainya.
Motif dan ragam hias pakaian Melayu juga turut mengekalkan Melayu. Prinsip membuat pakaian adat
berdasarkan kepada kepatutan dalam syariat dan kelaziman pakaian Melayu yang diwarisi secara turun
temurun.

Menegakkan tuah, membangkitkan marwah sebagai filosofi yang mengacu kepada menegakkan tuah,
membangkitkan marwah amat banyak ditemui dalam alat dan perlengkapan pakaian adat Melayu.

Mendatangkan manfaat maksudnya bermacam ragam kebaikan seperti mendatangkan rezeki, membawa
kedamaian, dan kerukunan hidup, dan sebagainya yang bermanfaat sebagai kehidupan manusia baik
pribadi, rumah tangga maupun kehidupan bermasyarakat. Filosofi ini dapat dilihat dalam berbagai bentuk
alat, ornament, dan ragam hiasnya, serta motif-motif termasuk bahannya.

Menolak bala dilihat dari berbagai lambang, alat dan kelengkapan pakaian adat. Dengan menggunakan
pakaian yang sesuai syariat maka seseorang melayu terhindar dari dosa dan petaka dunia akhirat.

Anda mungkin juga menyukai