NIM : 2007113944
Resume :
1. Pakaian Melayu
Pakaian Melayu diatur dengan syarat dan syarak mulai dari pakaian sehari-hari, resmi atau tidak resmi,
pembesar, adat, dan lain sebagainya. Dasar menggambarkan pakaian Melayu yang sesungguhnya adalah
malu, tahu diri, tunjuk ajar, mengekalkan Melayu, menegakkan tuah membangkitkan marwah,
mendatangkan manfaat, dan menolak bala.
Tunjuk ajar pakaian Melayu dilihat dari alat dan kelengkapannya, dari penerapan motif dasarnya, dari
cara memakai, dan motif dan ragam hias juga turut mengekalkan jati diri Melayu. Menegakkan tuah,
membangkitkan marwah sebagai filosofi yang mengacu kepada menegakkan tuah, membangkitkan
marwah amat banyak ditemui dalam alat dan perlengkapan pakaian adat Melayu seperi lambang-lambang
yang dipakai, jumlah alat dan perlengkapannya. Mendatangkan manfaat yang dimaksud ialah bermacam
ragam kebaikan seperti mendatangkan rezeki dan membawa kebaikan dapat dilihat dari filosofi bentuk
alat dan kelengkapan pakaian adat, ornamen, dan ragam hiasnya, serta motif-motif termasuk bahannya.
Menolak bala dilihat dari berbagai lambang, alat dan kelengkapan pakaian adat.
Fungsinya yaitu sebagai pelindung diri dari aib (syarak), untuk melindungi dari panas dan dingin,
pengambaran nilai-nilai yang tertuang melalui motifnya, karya seni.
Pakaian harian adalah pakaian yang dipakai untuk melakukan kegiatan harian seperti bermain, bekerja, di
rumah oleh kanak-kanak, remaja, orang setengah baya, maupun orangtua.
Masa anak-anak menggunakan baju monyet. Ketika sudah bertumbuh memakai baju kurung teluk belanga
atau baju kurung cekak musang.
Masa anak-anak menggunakan baju langsung (baju dan rok menyatu) yang terbuat dari bahan katun,
celana panjang yang tertutup roknya, kerudung sarung menggunakan pengikat.
Perempuan dewasa yang baru alkil balighah memakai baju kurung, baju kebaya laboh, baju kebaya
pendek yang selaras dan memakai kerudung. Perempuan yang dewasa memakai baju kurung, kebaya
pendek, kain selendang atau tengkuluk, dan tudung lingkup.
Pakaian orang tua laki-laki dan setengah baya berupa baju kurung teluk belanga bertulang belut dan baju
kurung cekak musang. Dalam bekerja, menggunakan celana panjang, baju sarung berkerah, dan kain
pengikat kepala atau destar.
Pakaian orang tua perempuan adalah baju kurung teluk belanga dan pada lehernya bersulam bernama
tulang belut, kebaya laboh atau kebaya panjang dibawah lutut.
Pakaian setengah resmi adalah pakaian yang digunakan dalam berbagai acara keluarga atau acara yang
tidak berkenan dengan negeri atau kerajaan, misalnya acara kenduri, menghadiri acara keagamaan,
perkawinan, Sunnah rasul, dan lain-lain.
Pakaian setengah resmi bagi kaum laki-laki adalah baju kurung cekak musang harus dilengkapi dengan
kopiah, kain samping, sepatu atau capal.
Pakaian resmi dan setengah resmi perempuan adalah baju kurung teluk belanga dan baju kebaya laboh
yang terbuat dari bahan sutra, satin, atau bahan brokat. Hiasan dikepala memakai sanggul Jonget, sanggul
Lintang, atau sanggul Lipat Pandan dan ditutup kain tudung. Alas kaki menggunakan kasut yang sesuai
selera.
Upacara resmi seperti menghadiri jemputan dari pemerintah, atau menghadiri rapat dewan yang resmi,
harus berpakaian Melayu dan memakai sepatu kulit, antara lain upacara penobatan Raja & Permaisuri,
upacara pemberian gelar, upacara pelantikan Datuk-Datuk, Ketua Adat atau Menteri Kerajaan, upacara
menjunjung duli, upacara menyambut tamu-tamu agung atau tamu-tamu yang dihormati, upacara adat
menerima anugrah dan persembahan dari rakyat atau dari negara lain yang bersahabat.
Baju yang dipakai adalah baju kurung teluk belanga, baju kebaya laboh, bagi anak gadis baju kebaya
laboh cekak musang. Kepala memakai tudung mente dan tudung kain lingkup. Rambut disangggul seperti
sanggul jonget, sanggul lintang, dan sanggul lipat pandan dan ditutupi kerudung. Perhiasan yang dipakai
di dada disebut dokoh dan gelang serta anting-anting . Warna kuning hanya dipakai oleh Sultan dan
Permaisuri atau Pimpinan tertinggi di daerahnya. Warna yang dipakai istri datuk-datuk dan orang besar
adalah warna hitam stelan dan berkain samping atau Tudung Lingkup yang berwarna lain.
Bagi pembesar agama seperti Quodhi, Imam masjid memakai jubah berwarna hitam. Bilal biasanya
memakai jubah berwarna hijau lumut pada bagian luar sedangkan di dalam tetap memakai baju kurung
cekak musang dan juga memakai terbus dibalut kain putih tipis. Gharim masjid memakai baju Melayu
dagang luar dengan memakai kopiah hitam dan memakai kain samping pelekat. Pakaian orang biasa
dalam acara resmi seperti Hari Raya, hari-hari besar agama memakai baju Melayu cekak musang atau
baju Melayu teluk belanga, sedangkan untuk pergi sholat jumat memakai baju Melayu harian atau baju
Melayu dagang luar dengan memakai kain samping kain pelekat dan pakai kopiah.
Pakaian pengantin dilengkapi dengan berbagai aksesoris dan perhiasan yang sesuai dengan simbol-simbol
adat Melayu tempatan.
Bentuk baju yang digunakan berupa baju kurung teluk belanga atau baju kurung cekak musang.
Perlengkapan pakaian pengantin laki-laki adalah baju kurung cekak musang tenunan dan celana sama
warnanya, di kepala memakai destar berbentuk mahkota dan kadang memakai tanjak, memakai di sebelah
bahu kiri, memakai kain samping dengan bunga kain ke depan, pakai bengkung, pakai keris, pakai kalung
panjang di lehernya pertanda ikatan keluarga, membawa sirih lelat, dan pakai kasut capal atau sepatu
kulit.
Hampir sama seperti baju kurung teluk belanga, perbedaannya hanya pada bagian leher saja. Baju ini
diesbut baju wan karena leher baju kurung cekak musang dibuat kolar dengan hanya sejari lebarnya dan
diletakkan kancing dan diikuti dengan dua atau tiga butir lagi pada penurun lubang lehernya. Baju ini
lebih digemari oleh laki-laki dipakai celana panjang, kain samping, ikat pinggang, dan lebih dipadankan
dengan songkok atau tanjak. Bagi wanita, dipakai dengan kain berantai dan dihiasi dengan kalung besar,
dan dihiasi dengan kalung besar.
4.7 Jubah
Baju lengan panjang ada yang setengah lengan atau sampai ke pergelangan tangan, bagian bawah baju
panjangnya bisa sampai ke pertengahan betis, terbuat dari kain tebal, biasa dipakai tuan guru, imam
masjid, dan orang yang telah menunaikan ibadah haji.
4.8 Kasa
4.9 Kerudung
Sejenis kain tipis (transparan) penutup kepala yang dipakai perempuan-perempuan Melayu. Kerudung
berbentuk persegi empat memanjang yang diberi corak dan motif yang fungsi utamanya sebagai penutup
rambut. Kerudung merupakan lambang kesopanan dan ketauladanan dari perempuan-perempuan Melayu.
4.10 Lampin
Kain pembalut untuk bayi atau anak kecil. Dipasangkan pada bayi untuk menyerap air kencing,
menggantikan fungsi celana. Ukuran tergantung pada besar bayi.
4.11 Sarung
Kain panjang berukuran kurang lebih 2 m yang kedua ujungnya dijahit. Lebar kain biasanya cukup untuk
menutup bagian perut hingga ke mata kaki. Motif kain sarung beragam jenis dan kegunaannya seperti
kain sarung pelekat India, kain sarung Samarinda, kain sarung batik, dan kain sarung songket.
4.12 Selendang
Kain yang dikenakan dengan menutupi kepala dan kedua ujungnya menjuntai di dada. Juga dapat
digunakan dengan mengalungkan ke leher menutupi kedua bahu atau salah satu bahu saja. Selendang
adalah perlengkapan perempuan untuk menutup kepala, bahu, dan dada. Kadang diikatkan pada pinggang.
4.13 Serban
Penutup kepala yang digunakan oleh laki-laki berupa kain putih lembut dan jarang tenunannya dan
dipakai menutupi kepala dan rambut. Serban dan kopiah adalah dua jenis penutup kepala yang dipakai
berpasangan. Sebelum memakai serban, kopiah dikenakan dulu kemudian serban dililit di luarnya.
4.14 Songket
Kain tenunan tradisional yang dibuat dengan corak motif yang indah dan beraneka ragam, dibuat dengan
menggunakan benang dari kapas, benang-benang perak, emas, dan lain-lain. Kain songket biasa dipakai
untuk perlengkapan tradisional. Cara pembuatannya yaitu dengan teknik sungkit.
Baju kurung teluk belanga biasa dikenakan untuk pakaian lelaki. Cirinya adalah labuhnya paras
punggung, cekak lehernya halus, berkocek tiga, dan potongan badannya longgar. Kaum lelaki memakai
baju ini dengan celana panjang yang lebar di bagian kakinya dan di bagian pinggangnya berkaret seperti
celana cina, dan dalam acara resmi, disesuaikan dengan kain sarung. Kepala kain diletakkan di belakang,
dan diikat di pinggang di bagian dalam baju.
4.16 Tanjak
Sejenis tutup kepala atau destar. Dipakai sehari-hari atau pakaian hari atau peristiwa tertentu seperti yang
dianjurkan pada majilis perkawinan, sunat rasul, hari raya, dan lain-lain.
Penjelasan Tambahan :
Makna pakaian adat Melayu malu, tahu diri, tunjuk ajar, mengekalkan Melayu, menegakkan tuah
membangkitkan marwah, mendatangkan manfaat, dan menolak bala.
Tahu diri dapat dilihat ketentuan adat yang menetapkan pakaian sesuai status pakaiannya, benar cara
memakainya, tepat penggunaan, betul tempat memakainya, benar tujuan memakainya, bersempurna pula
alat dan kelengkapan pakaian.
Tunjuk ajar merujuk pada nilai yang dapat dilihat dari alat dan kelengkapannya, dari penerapan motif
dasarnya, dari cara memakai, dan sebagainya.
Motif dan ragam hias pakaian Melayu juga turut mengekalkan Melayu. Prinsip membuat pakaian adat
berdasarkan kepada kepatutan dalam syariat dan kelaziman pakaian Melayu yang diwarisi secara turun
temurun.
Menegakkan tuah, membangkitkan marwah sebagai filosofi yang mengacu kepada menegakkan tuah,
membangkitkan marwah amat banyak ditemui dalam alat dan perlengkapan pakaian adat Melayu.
Mendatangkan manfaat maksudnya bermacam ragam kebaikan seperti mendatangkan rezeki, membawa
kedamaian, dan kerukunan hidup, dan sebagainya yang bermanfaat sebagai kehidupan manusia baik
pribadi, rumah tangga maupun kehidupan bermasyarakat. Filosofi ini dapat dilihat dalam berbagai bentuk
alat, ornament, dan ragam hiasnya, serta motif-motif termasuk bahannya.
Menolak bala dilihat dari berbagai lambang, alat dan kelengkapan pakaian adat. Dengan menggunakan
pakaian yang sesuai syariat maka seseorang melayu terhindar dari dosa dan petaka dunia akhirat.