Anda di halaman 1dari 18

KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur penulis haturkan kehadirat ALLAH SWT yang dengan berkah
dan rahmatnya akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah yang diberi judul “
PERBEDAAN PAKAIAN ADAT MELAYU RIAU DAN PAKAIAN ADAT
MELAYU MALAYSIA ” dengan lancar dan sesuai harapan.

Penulis juga berterima kasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam
penyelesaian makalah ini baik materi maupun spirit sehingga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kehidupan sipembaca.

Penulis berharap pembaca dapat dengan mudah mengerti isi makalah ini sehingga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kehidupan sipembaca.

Namun demikian, penulis juga mengetahui bahwa masih banyak kesalahan dan
kekurangan yang ada dalam makalah ini. Oleh sebab itu penulis mengharapkan
bantuan kritik dan saran dari pembaca guna kesempurnaan makalah ini.

Duri, 28 Januari 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i


DAFTAR ISI .............................................................................................................. ii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ..........................................................................................
1.2 Perumusan masalah ..................................................................................
1.3 Tujuan penelitian ......................................................................................

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Jenis Pakaian Melayu ...............................................................................
2.2 Pakaian Upacara Adat ...............................................................................
2.3 pakaian Upacara Keagamaan ....................................................................
2.4 Baju Kurung Sebagai Pakaian Tradisional Suku Melayu Di Malaysia….
2.5 Jenis Baju Kurung Pada Suku Melayu Di Malaysia…………………….
2.6 Perbedaan Budaya Baju Kurung di Malaysia dan Di Indonesia………...

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................................
3.2 Saran .......................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pakaian adat Indonesia adalah kelengkapan yang dipakai oleh seseorang, khususnya
Indonesia yang menunjukkan etos kebudayaan masyarakat Indonesia.
Pakaian Adat Tradisional Indonesia merupakan salah satu kekayaan budaya yang
dimiliki oleh negara Indonesia dan banyak dipuji oleh negara-negara lain. Dengan
banyaknya suku-suku dan provinsi yang ada di wilayah negara Indonesia, maka
otomatis pula banyak sekali macam-macam baju adat yang dipakai oleh masing-
masing suku di seluruh provinsi Indonesia.Karena dari banyaknya suku-suku yang
ada di Indonesia memiliki ciri-ciri khusus dalam pembuatan ataupun dalam
mengenakan Pakaian Adat tersebut.
Pakaian adat atau yang biasa disebut pakaian tradisional dari masing-masing provinsi
ini memiliki suatu cerita masing-masing, Warna dan rancangan pakaiannya sangat
indah. Pakaian khas tersebut selain indah juga mempunyai arti tertentu. Untuk saat ini
pakaian adat banyak yang tidak dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Biasanya pakaian adat digunakan saat upacara adat, upacara perkawinan dan
saat memperagakan tarian atau pertunjukan daerah.

1.2 PERUMUSAN MASALAH


1) Bagaimana bentuk pakaian masyarakat melayu
2) Apa saja jenis pakaian melayu
3) Bentuk dan jenis pakaian upacara adat masyarakat melayu
4) Apa perbedaan dari pakaian melayu Riau dengan malaysia
1.3 TUJUAN
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikiut :
1) Untuk menambah wawasan kita tentang bentuk dan jenis pakaian
masyarakat melayu
2) Mengetahui pantangan-pantangan dalam berpakaian adat melayu
3) Member gagasan kepada kita untuk lebih mengembangkan nilai-nilai
yang ada saat ini
BAB I
PEMBAHASAN

A. PAKAIAN ADAT MELAYU RIAU


Bagi orang melayu, pakaian selain berfungsi sebagai penutup aurat dan pelindung
tubuh dari panas dan dingin, juga mengisyaratkan lambang-lambang. Lambang-
lambang itu mewujudkan nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi oleh
masyarakatnya.
Dengan adanya lambang-lambang budaya yang tersematkan di pakaian melayu,
maka kedudukan dan peran pakaian menjadi sangat penting dalam kehidupan
orang melayu. Berbagai ketentuan adat mengatur bentuk, corak (motif), warna,
pemakaian, dan penggunaan pakaian. Ketentuan-ketentuan itu di berlakuan untuk
mendidik dan meningkatkan akhlak orang yang memakainya.
Pakaian melayu dari ujung kaki sampai ujung melayu ada makna dan gunanya.
Semua dikaitkan dengan norma sosial, agama, adat istiadat, sehingga pakaian
berkembang dengan makna yang beraneka ragam. Pakaian melayu juga dikaitkan
dengan fungsinya yaitu:
1. Pakaian sebagai penutup malu
yang berarti pakaian berfungsi sebagai alat penutup aurat, menutup aib dan malu
dalam arti yang luas. Kalau salah memakai menimbulkan malu, kalau salah corak
juga menimbulkan malu, oleh karena itu pakaian harus dibuat, ditata dan
dikenakan sesuai dengan ketentuan adat yang berlaku didalam masyarakat.
2. Pakaian sebagai penjemput budi
yang berarti pakaian berfungsi untuk membentuk budi pekerti, membentuk
kepribadian, membentuk watak sehingga si pemakai tahu diri dan berakhlak
mulia.
3. Pakaian penjunjung adat
yang berarti pakaian harus mencerminkan nilai-nilai luhur yang terdapat didalam
adat dan tradisi yang hidup dalam masyarakat.
4. Pakaian sebagai penolak bala
yang bermakna berpakaian dengan cara yang benar dan patut akan
menghindarkan pemakainya dari mendapat bahaya atau malapetaka
5. Pakaian menjunjung bangsa
yang berarti dengan bersepadunya lambang-lambang dan nilai-nilai yang tertera
dipakaian maka terjemalah kepribadian bangsa atau masyarakat pemakainya.
Pakaian dalam budaya melayu harus mampu menunjukkan jati diri
pemakainya.pakaian merupakan salah satu simbol yang mencerminkan karakter
budaya suatu kelompok sosial. Pakaian bukan hanya sekedar kain, melainkan
rekam-jejak sejarah, pemikiran, juga keyakinan suatu kelompok sosial. Seperti di
indonesia, setiap daerah memiliki pakaian khasnya masing-masing, tak terkecuali
provinsi riau.

1. Jenis Pakaian Adat Melayu Riau


a) Pakaian Harian
Pakaian harian merupakan sandang yang dikenakan dalam aktivitas sehari-
hari. Berdasarkan jenjang usia pemakai, pakaian harian dapat dibedakan
menjadi pakaian anak-anak, pakaian dewasa, dan pakaian orang tua. Pakaian
untuk anak laki-laki yang masih kecil disebut baju monyet. Setelah beranjak
besar, anak laki-laki memakai Baju Teluk Belanga atau Baju Cekak Musang.
Terkadang, mereka juga memakai celana setengah, kopiah, dan ikat kepala
dari kain segi empat. Anak laki-laki juga memakai sarung ketika pada saat
mengaji dan beribadah. Sedangkan bagi anak perempuan yang belum dewasa
mengenakan baju kurung yang selaras dengan kain bermotif bunga atau satu
warna dengan kain tersebut.
Baju anak laki-laki dewasa disebut Baju Kurung Cekak Musang, yang
dilengkapi dengan samping berupa sarung perekat dan kopiah atau ikat
kepala. Sedangkan perempuan memakai Baju Kurung Laboh, Baju Kebaya
Pendek, dan Baju Kurung Tulang Belut. Pakaian ini dipadukan dengan kain
sarung batik dan penutup kepala berupa selendang atau tudung lingkup.
Perempuan yang melakukan kegiatan di ladang atau sawah biasanya
menggunakan tutup kepala berupa selendang atau kain belacu yang
dinamakan tengkuluk.

Pakaian orang tua (laki-laki) setengah baya adalah Baju Kurung Teluk atau
Baju Kurung Cekak Musang, yang biasanya terbuat dari kain katun atau kain
lejo. Desannya longgar, sehingga nyamain depakai. Sementara pakaian
perempuan setengah baya ada berbagai macam, seperti Baju Kurung Teluk
Belanga, Kebaya Laboh, dan Baju Kebaya Pendek yang biasa dipakai ke
ladang.

b) Pakaian Resmi
Dulu, pakaian resmi dikenakan ketika menghadiri pertemuan resmi yang
diadakan oleh pihak kerajaan. Sedangkan hari ini, pakaian resmi dikenakan
dalam berbafau acara pemerintah. Pakaian resmi untuk laki-laki adalah Baju
Kurung Cekak Musang lengkap dengan kopiah, kain samping yang terbuat
dari kain tenun Siak, Indragiri, Daik, dan daerah-daerah lainny di Riau.
Baju Kurung Cekak Musang berupa kain sutra, kain satin, atau kain
berkualitas tinggi lainnya. Sebagai perlengkapannya antara lain adalah kopiah
dan kain samping. Bahan untuk kain samping adalah bahan pilihan, seperti
kain songket dan tenun lainnya. Cara mengenakan kain samping ada dua
macam, yakni ikat dagang dalam dan ikat dagang luar.
Pakaian resmi untuk perempuan dewasa adalah Kebaya Laboh dan Baju
Kurung Cekak Musang. Kedua jenis baju tersebut terbuat dari kain songket
atau kain pilihan lainnya, seperti Tenun Siak, Tenun Indragiri, Tenun
Trengganu, dan lain-lain. Bentuk Baju Kurung atau Kebaya Laboh ini
disesuaikan dengan bentuk tubuh Si Pemakai, namun tidak terlalu ketat.
Pnjang baju perempuan yang masih gadis adalah tiga jari di atas lutut,
sedangkan untuk orang tua banjang bajunya tiga jari dari bawah lutut.

c) Pakaian Upacara Adat


Dahulu, upacara adat diselenggarakan oleh pihak kerajaan Riau, namun kini
peran tersebut diambil alih oleh Lembaga Adat Melayu Riau atau oleh
pemerintah daerah. Beberapa upacara tersebut adalah upacara penobatan raja,
upacara pelantikan, upacara penyambutan tamu, upacara penerimaan
anugerah, dan lain sebagainya.
Dalam prosesi upacara adat ini, jenis pakaian yang dikenakan perempuan
yang masih gadis dan yang sudah menikah berbeda. Perempuan gadis dan
perempuan setengah baya adalah Baju Kebaya Laboh Cekak Musang
berwarna hitam yang terbuat dari bahan sutera, sementara perempuan tua
mengenakan Baju Kurung Tulang Belut.

d) Pakaian Upacara Pernikahan


Baju pengantin laki-laki Melayu Riau adalah Baju Kurung Cekak Musang
atau Baju Kurung Teluk Belanga. Selain Baju Kurung Cekak Musang, busana
pengantin laki-laki adalah kain samping bermotif serupa dengan celana dan
baju, distar berbentuk mahkota dipakai di kepala, sebai warna kuning di bahu
kiri, rantai panjang berbelit dua yang dikalungkan di leher, canggai yang
dipakai di kelingking, sepat runcing di bagian depan, dan keris hulu burung
serindit pendek yang diselipkan di sebela kiri.[2]
Sementara busana yang dikenakan perempuan berbeda-beda, tergantung pada
jenis upacara adatnya. Pengantin perempuan dalam upacara Malam Berinai
memakai Baju Kurung Teluk Belanga. Sedangkan pada upacara Barandam,
pengantin perempuan memakai Baju Kurung Kebaya atau Kebaya Pendek.
Kepala hanya memakai sanggul yang dihiasi dengan bunga-bunga. Pakaian
pengantin perempuan pada Upacara Akad Nikah adalah Baju Kebaya Laboh
atau Baju Kurung teluk. Kemudian, untuk pakaian pada waktu upacara
Bersanding adalah Kebaya Laboh atau Baju Kurung Teluk Belanga.
Kecuali untuk kasus pakaian sehari-hari yang semakin tergeser oleh model-
model Barat, hingga hari ini, masyarakat Riau masih sering mengenakan
pakaian adat dalam momen-momen upacara-upacara atau perayaan-perayaan
tertentu.

2. Aksesoris Pada Pakaian Adat Melayu Riau


1) Tanjak Laksamana
Tanjak Laksmana merupakan kain yang dibentuk dengan beraneka ragam model yang
setiap bentuknya memiliki arti, fungsi dari Tanjak Laksmana adalah sebagai penutup
kepala, Tanjak Laksmana biasa digunakan pada acara formal atau acara adat salah
satunya dipakai pada Pengantin pria Provinsi Riau.

2) Kopiah dan Songkok


Songkok atau Kopiah merupakan penutup kepala yang sering digunakan masyarakat
Riau terutama laki-laki pada kegiatan sehari-hari maupun acara formal seperti ibadah,
acara adat, atau saat menuntut ilmu.

3) Kain dan Sarung


Kain atau Sarung adalah kain yang biasa digunakan oleh masyarakat riau sebagai
aksesoris yang berada di pinggang hingga lutut, berbagai macam motif yang dapat
kalian pilih sesuai selera tapi jangan lupa cari motif yang cocok untuk baju kalian.
4) Mahkota
Mahkota merupakan hiasan indah yang berada dikepala wanita, biasanya digunakan
pengantin wanita saat melangsungkan pernikahan adat Riau, bentuknya yang indah
mirip seperti keindahan bulu merak.

5) Selendang
Selendang merupakan salah satu aksesoris pada perempuan saat memakai baju adat
seperti baju kurung teluk belanga, selendang atau selempang ini biasanya terbuat dari
kain berbahan songket, atau sutera selain berfungsi sebagai selempang, ternyata
selendang juga dapat dijadikan sebagai tudung kepala.

6) Kalung
Kalung merupakan salah satu aksesoris adat Riau yang berfungsi sebagai hiasan yang
berada dileher, nama asli dari aksesoris kalung adalah Dukoh, Dukoh biasa dipakai
pada saat pernikahan adat Riau untuk pengantin perempuan.

7) Selop
Selop merupakan alas kaki yang berfungsi sebagai aksesoris yang sering digunakan
pada saat acara pernikahan adat Riau, selop untuk laki-laki berbeda dengan selop
untuk perempuan, selop laki-laki memiliki tapak lebih pendek dibandingkan dengan
selop perempuan.

3. Filosofi Pakaian Adat Melayu Riau


Nilai Filosofi, Makna Pakaian Melayu Riau terletak pada Suatu karya seni disebut
indah apabila pertama dibuat dengan baik dan kedua mempunyai makna. sebagai
suatu hasil kebudayaan, Baju Melayu Kepulauan Riau idealnya hendaklah molek
dilihat dari jauh dan molek pula dipandang dari dekat, indah menurut pemandangan
mata dan hati, dibuat dengan baik dan mempunyai makna-makna yang terkandung
dalam lambang-lambang.
Bagi orang Melayu, pakaian selain berfungsi sebagai penutup aurat dan pelindung
tubuh dari panas dan dingin, juga menyerlahkan lambang-lambang. Lambang-
lambang itu mewujudkan nilai-nilai terala (luhur) yang dijunjung tinggi oleh
masyarakatnya. Dengan bersebatinya lambang-lambang budaya dengan pakaian,
kedudukan dan peran pakaian menjadi sangat mustahak dalam kehidupan orang
Melayu. berbagai ketentuan adat mengatur tentang bentuk, corak (motif), warna,
pemakaian, dan penggunaan pakaian. Ketentuan-ketentuan adat itu diberlakukan
untuk mendidik dan meningkatkan akhlak orang yang memakainya. Pakaian Melayu
dari ujung kaki sampai ke ujung rambut ada makna dan gunanya. ”Semuanya
dikaitkan dengan norma sosial, agama, dan adat-istiadat sehingga pakaian
berkembang dengan makna yang beraneka ragam. Makna pakaian melayu juga
dikaitkan dengan fungsinya, yaitu pakaian sebagai penutup malu, pakaian sebagai
penjemput budi, dan pakaian sebagai penolak bala.

Pada kaum laki-laki terdapat tiga jenis pakaian adat melayu. Pertama, baju melayu
cekak musang yang terdiri dari celana, kain dan songkok. Baju ini biasa digunakan
pada acara-acara keluarga seperti kenduri. Kedua baju melayu gunting cina, baju ini
biasa digunakan dalam sehari-hari dirumah untuk mengadakan acara yang tak resmi.
Dan ketiga, baju melayu teluk belanga, baju ini terdiri dari celana, kain sampin dan
penutup kepala atau songkok. Sedang pakaian kaum perempuan ada dua yaitu
pertama baju kurung, yang terdiri atas kain, baju dan selendang. Selendang dipakai
dengan lepas di bahu dan biasanya tak melingkar di leher pemakai. Dan kedua, baju
kebaya labuh, ynag terdiri atas kain, baju dan selendang. Panjang lengan baju kira-
kira dua jari dari pergelang an tangan sehingga gelang yang dikenakan kaum
perempuan kelihatan. Lebar lengan baju kira-kira tiga jari dari permukaan lengan.
Kedalaman baju bervariasi dari sampai batas betis atau sedikit ke atas.

Bagi perempuan dalam berpakaian dilengkapi dengan siput (sanggul) yang terdiri atas
tiga macam yaitu, siput tegang, siput cekak, dan siput lintang. dan tudung atau
penutup kepala.
B. PAKAIAN ADAT ACEH
1. Pakaian Adat Aceh Pria
Peukayan Linto Baro Merupakan busana adat yang diperuntukkan bagi laki-laki.
Mulanya busana ini digunakan untuk menghadiri upacara adat dan kegiatan
pemerintahan pada zaman kerajaan islam yaitu Samudera Pasai dan Perlak.

Pakaian ini terdiri dari tiga bagian penting yang tak terpisahkan, yaitu bagian atas,
tengah dan bagian bawah. Berikut ulasan lengkap dari 3 bagian penting dari Linto
baro tersebut dan 1 senjata tradisional sebagai pelengkap:

a) Meukasah

Meukasah adalah pakaian adat Aceh berupa baju yang ditenun menggunakan benang
sutra. Baju Meukasah biasanya berwarna hitam, hal ini dikarenakan masyarakat Aceh
mempercayai bahwa warna hitam ialah lambang kebesaran.

Baju ini tertutup pada bagian kerah dan terdapat sulaman yang dijahit menggunakan
benang emas. Ditenggarai hal ini terjadi karena perpaduan antara budaya Aceh dan
China yang dibawa oleh para pedagang yang melintas.

b) Sileuweu

Sileuweu atau Cekak Musang merupakan celana panjang berwarna hitam yang
digunakan oleh laki-laki Aceh. Celana ini terbuat dari kain katun yang ditenun dan
melebar pada bagian bawahnya. Pada bagian tersebut diberi hiasan sulaman yang
terbuat dari benang emas dengan pola yang indah.

Dalam penggunaannya celana ini dilengkapi dengan kain sarung songket yang dibuat
dari sutra dan diikatkan di pinggang. Kain sarung ini biasa dikenal dengan sebutan Ija
Lamgugap, Ija krong atau Ija Sangket yang memiliki panjang di atas lutut.

c) Meukeutop
Meukeutop merupakan penutup kepala yang melengkapi pakaian adat Aceh. Penutup
kepala ini berupa kopiah yang memiliki bentuk lonjong ke atas. Meukeutop dihiasi
dengan lilitan yang di sebut dengan tengkulok.

Tengkulok adalah kain tenun sutra yang dilengkapi dengan bentuk bintang persegi
delapan yang terbuat dari emas maupun kuningan.

Meukotop yang merupakan mahkota laki-laki ini juga termasuk bukti kuatnya
pengaruh islam yang berasimilasi dalam kebudayaan masyarakat di Aceh.

d) Rencong

Rencong adalah senjata tradisional penduduk Aceh yang sangat khas. Senjata
tradisional yang bernama Rencong atau Siwah digunakan sebagai penghias yang
diselipkan di bagian pinggang. Senjata ini memiliki kepala yang terbuat dari emas
atau perak yang dihiasi dengan permata.

Rencong merupakan belati yang berbentuk seperti huruf L. Pada jaman dulu rencong
yang memiliki hiasan dipakai oleh para sultan dan pembesar. Sedangkan untuk
rakyat, bagian kepala rencong biasanya terbuat dari tanduk hewan. Mata belatinya
sendiri terbuat dari besi berwarna putih atau kuningan yang diasah tajam.

2. Pakaian Adat Aceh Wanita


Peukayan Daro Baro merupakan pakaian adat Aceh yang diperuntukkan bagi wanita.
Pakaian ini berwarna lebih cerah jika dibandingkan dengan pakaian laki-laki dan
banyak variasi.

Biasanya pakaian ini berwarna merah, hijau, ungu dan kuning. Peukayan Daro Baro
memiliki lebih banyak hiasan sebagai pelengkapnya.
Seperti Linto Baro, Daro Baro juga terdiri dari tiga bagian yaitu bagian atas, bagian
tengah dan bagian bawah. Pakaian ini juga masih menggunakakan ciri yang islami.
Bagian-bagian Daro Baro adalah sebagai berikut:

a) Baju Kurung

Dari bentuknya Baju Kurung merupakan gabungan dari kebudayaan Melayu, Arab
dan China. Baju ini berbentuk longgar dengan lengan panjang yang menutupi lekuk
tubuh wanita. Baju ini juga menutupi bagian pinggul yang merupakan aurat. Pada
jaman dahulu baju ini dibuat menggunakan tenunan benang sutra. Baju kurung
memiliki kerah pada bagian leher dan bagian depannya terdapat boh dokma.

Dibagian pinggang dililitkan kain songket khas Aceh atau yang biasa disebut dengan
Ija Krong Sungket. Kain ini menutupi pinggul dan baju bagian bawah yang diikat
menggunakan tali pinggang yang dibuat dari emas maupun perak. Tali pinggang
tersebut dikenal dengan nama taloe ki ieng patah sikureueng yang memiliki arti tali
pinggang patah sembilan.

b) Celana Cekak Musang

Sama seperti celana pada laki-laki. Cekak Musang juga memiliki bentuk melebar
pada bagian bawah, namun memiliki warna yang cerah sesuai dengan baju yang
dipakai. Celana ini juga dilapisi dengan sarung tenun yang menjuntai sampai ke lutut.
Biasanya pada pergelangan kaki celana ini terdapat hiasan berupa sulaman benang
emas yang mempercantik tampilannya. Celana ini juga sering digunakan wanita Aceh
dalam persembahan tarian tradisional.

c) Perhiasan

Perhiasan yang digunakan untuk melengkapi pakaian adat Aceh bagi wanita beraneka
ragam. Seperti Patam Dhoe yang berbentuk mahkota, pada bagian tengahnya diukir
menggunakan motif daun sulur.
Mahkota ini terbuat dari emas dengan bagian kanan dan kirinya dihiasi oleh motif
pepohonan, daun dan bunga. Pada bagian tengahnya diukir kaligrafi bertuliskan Allah
dan Muhammad menggunakan huruf arab. Motif tersebut biasa disebut dengan
bungong kalimah yang dikelilingi oleh bunga-bunga dan bulatan-bulatan yang
memiliki arti bahwa wanita tersebut telah menikah dan menjadi tanggung jawab sang
suami.

Selanjutnya yaitu anting-anting yang disebut dengan subang yang terbuat dari emas
dengan motif bulatan kecil atau boh eungkot. Hiasan pada bagian bawahnya
berbentuk rumbai untuk memperindah tampilannya. Selain itu juga terdapat subang
lain yang disebut dengan subang bungong mata uroe atau anting yang berbentuk
seperti bunga matahari.

Kemudian ada kalung yang dibuat dari emas yang memiliki enam buah keping bentuk
hati dan satu buah keping berbentuk mirip kepiting. Kalung ini oleh masyarakat Aceh
biasa dikenal dengan sebutan Taloe Tokoe Bieng Meuih. Ada pula kalung yang
terbuat dari emas bermotif daun sirih, dan juga kalung azimat yang memiliki manik-
manik bermotif boh bili. Lalu ada gelang tangan atau Ikay, Gleuang Goki atau gelang
kaki dan juga cinci Euncien Pinto Aceh yang terbuat dari emas kuning maupun putih.

3. Pakaian Adat Aceh Anak-Anak


Pakaian adat Aceh anak hampir sama dengan pakaian yang dikenakan dengan orang
dewasa. Untuk baju adat aceh pada anak laki-laki warnanya juga sama yaitu hitam
dan dibalut sarung hingga ke lutut dengan mengenakan ikat pinggang

Penutup kepalanya juga sama seperti penutup kepala adat Aceh pada umumnya.
Sedangkan untuk baju anak wanita, juga hampir sama. Kedua baju anak pada wanita
dan laki-laki sama seperti baju yang dikenakan orang dewasa. Dari segi bentuk dan
bahannya semua sama. Cara pemakaiannya pun juga sama.
Nama pakaian adat Aceh dikenal dengan nama pakaian Ulee Balang. Uniknya warga
Aceh ternyata tiap baju yang dpakai akan mudah dikenal berasal dari keluarga mana
dan seperti apa. Ternyata setiap baju adat Aceh ada tingkatannya sendiri. Untuk baju
Aceh Ulee baling umumnya dikenakan oleh keluarga raja dan juga para ulama. Baju
adat Aceh sering dikenakan oleh pejabat kerajaan dibandingkan dengan orang biasa.
BAB III
PENUTUP

1. KESIMPULAN
Berdasarkan informasi yang didapat dari beberapa sumber, maka penulis
mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1) Pakaian tradisional adalah salah satu bagian dari nilai-nilai yang
menggambarkan kepribadian masyarakat pemakainya, karena itu kita
harus memelihar dan melestarikan nilai-nilai budaya tersebut.
2) Kita harus memperhatikan nilai, norma dan tata krama dalam
berpakaian karena dengan cara seperti apa seseorang berpakaian orang
lain akan dapat menilai kepribadian dalam dirinya.
3) Kita harus dapat memilah dan memilih pakaian kita sesuai tempat dan
keadaan sekitar kita agar tercipta suasana yang damai dan selaras.
4) Pakaian adat melayu secara umum berpandangan pada aqidah islam,
karena itu terdapat pantangan-pantangan yang sesuai dengan ajaran
islam yang sangat baik dan sopan untuk kita gunakan dalam kehidupan
kita sehari-hari.
2. SARAN
Sebagai masyarakat dan penerus bangsa ini yang memiliki nilai budaya yang
cukup tinggi sebaiknya kita dapat menjaga dan memanfaatkan kebudayaan-
kebudayaan sekitar kita agar terus hidup hingga generasi-generasi yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA

https://borneochannel.com/pakaian-adat-riau/
https://dirrga.wordpress.com/pakaian-adat/
https://id.scribd.com/doc/94031291/YATI-MAKALAH
https://id.scribd.com/doc/131104544/maKaLah-baJu-meLayu
https://masdhoni96.blogspot.com/
https://materibelajar.co.id/pakaian-adat-aceh/
https://www.romadecade.org/pakaian-adat-aceh/#!

Anda mungkin juga menyukai