Puja dan puji syukur penulis haturkan kehadirat ALLAH SWT yang dengan berkah
dan rahmatnya akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah yang diberi judul “
PERBEDAAN PAKAIAN ADAT MELAYU RIAU DAN PAKAIAN ADAT
MELAYU MALAYSIA ” dengan lancar dan sesuai harapan.
Penulis juga berterima kasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam
penyelesaian makalah ini baik materi maupun spirit sehingga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kehidupan sipembaca.
Penulis berharap pembaca dapat dengan mudah mengerti isi makalah ini sehingga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kehidupan sipembaca.
Namun demikian, penulis juga mengetahui bahwa masih banyak kesalahan dan
kekurangan yang ada dalam makalah ini. Oleh sebab itu penulis mengharapkan
bantuan kritik dan saran dari pembaca guna kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ..........................................................................................
1.2 Perumusan masalah ..................................................................................
1.3 Tujuan penelitian ......................................................................................
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Jenis Pakaian Melayu ...............................................................................
2.2 Pakaian Upacara Adat ...............................................................................
2.3 pakaian Upacara Keagamaan ....................................................................
2.4 Baju Kurung Sebagai Pakaian Tradisional Suku Melayu Di Malaysia….
2.5 Jenis Baju Kurung Pada Suku Melayu Di Malaysia…………………….
2.6 Perbedaan Budaya Baju Kurung di Malaysia dan Di Indonesia………...
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................................
3.2 Saran .......................................................................................................
Pakaian orang tua (laki-laki) setengah baya adalah Baju Kurung Teluk atau
Baju Kurung Cekak Musang, yang biasanya terbuat dari kain katun atau kain
lejo. Desannya longgar, sehingga nyamain depakai. Sementara pakaian
perempuan setengah baya ada berbagai macam, seperti Baju Kurung Teluk
Belanga, Kebaya Laboh, dan Baju Kebaya Pendek yang biasa dipakai ke
ladang.
b) Pakaian Resmi
Dulu, pakaian resmi dikenakan ketika menghadiri pertemuan resmi yang
diadakan oleh pihak kerajaan. Sedangkan hari ini, pakaian resmi dikenakan
dalam berbafau acara pemerintah. Pakaian resmi untuk laki-laki adalah Baju
Kurung Cekak Musang lengkap dengan kopiah, kain samping yang terbuat
dari kain tenun Siak, Indragiri, Daik, dan daerah-daerah lainny di Riau.
Baju Kurung Cekak Musang berupa kain sutra, kain satin, atau kain
berkualitas tinggi lainnya. Sebagai perlengkapannya antara lain adalah kopiah
dan kain samping. Bahan untuk kain samping adalah bahan pilihan, seperti
kain songket dan tenun lainnya. Cara mengenakan kain samping ada dua
macam, yakni ikat dagang dalam dan ikat dagang luar.
Pakaian resmi untuk perempuan dewasa adalah Kebaya Laboh dan Baju
Kurung Cekak Musang. Kedua jenis baju tersebut terbuat dari kain songket
atau kain pilihan lainnya, seperti Tenun Siak, Tenun Indragiri, Tenun
Trengganu, dan lain-lain. Bentuk Baju Kurung atau Kebaya Laboh ini
disesuaikan dengan bentuk tubuh Si Pemakai, namun tidak terlalu ketat.
Pnjang baju perempuan yang masih gadis adalah tiga jari di atas lutut,
sedangkan untuk orang tua banjang bajunya tiga jari dari bawah lutut.
5) Selendang
Selendang merupakan salah satu aksesoris pada perempuan saat memakai baju adat
seperti baju kurung teluk belanga, selendang atau selempang ini biasanya terbuat dari
kain berbahan songket, atau sutera selain berfungsi sebagai selempang, ternyata
selendang juga dapat dijadikan sebagai tudung kepala.
6) Kalung
Kalung merupakan salah satu aksesoris adat Riau yang berfungsi sebagai hiasan yang
berada dileher, nama asli dari aksesoris kalung adalah Dukoh, Dukoh biasa dipakai
pada saat pernikahan adat Riau untuk pengantin perempuan.
7) Selop
Selop merupakan alas kaki yang berfungsi sebagai aksesoris yang sering digunakan
pada saat acara pernikahan adat Riau, selop untuk laki-laki berbeda dengan selop
untuk perempuan, selop laki-laki memiliki tapak lebih pendek dibandingkan dengan
selop perempuan.
Pada kaum laki-laki terdapat tiga jenis pakaian adat melayu. Pertama, baju melayu
cekak musang yang terdiri dari celana, kain dan songkok. Baju ini biasa digunakan
pada acara-acara keluarga seperti kenduri. Kedua baju melayu gunting cina, baju ini
biasa digunakan dalam sehari-hari dirumah untuk mengadakan acara yang tak resmi.
Dan ketiga, baju melayu teluk belanga, baju ini terdiri dari celana, kain sampin dan
penutup kepala atau songkok. Sedang pakaian kaum perempuan ada dua yaitu
pertama baju kurung, yang terdiri atas kain, baju dan selendang. Selendang dipakai
dengan lepas di bahu dan biasanya tak melingkar di leher pemakai. Dan kedua, baju
kebaya labuh, ynag terdiri atas kain, baju dan selendang. Panjang lengan baju kira-
kira dua jari dari pergelang an tangan sehingga gelang yang dikenakan kaum
perempuan kelihatan. Lebar lengan baju kira-kira tiga jari dari permukaan lengan.
Kedalaman baju bervariasi dari sampai batas betis atau sedikit ke atas.
Bagi perempuan dalam berpakaian dilengkapi dengan siput (sanggul) yang terdiri atas
tiga macam yaitu, siput tegang, siput cekak, dan siput lintang. dan tudung atau
penutup kepala.
B. PAKAIAN ADAT ACEH
1. Pakaian Adat Aceh Pria
Peukayan Linto Baro Merupakan busana adat yang diperuntukkan bagi laki-laki.
Mulanya busana ini digunakan untuk menghadiri upacara adat dan kegiatan
pemerintahan pada zaman kerajaan islam yaitu Samudera Pasai dan Perlak.
Pakaian ini terdiri dari tiga bagian penting yang tak terpisahkan, yaitu bagian atas,
tengah dan bagian bawah. Berikut ulasan lengkap dari 3 bagian penting dari Linto
baro tersebut dan 1 senjata tradisional sebagai pelengkap:
a) Meukasah
Meukasah adalah pakaian adat Aceh berupa baju yang ditenun menggunakan benang
sutra. Baju Meukasah biasanya berwarna hitam, hal ini dikarenakan masyarakat Aceh
mempercayai bahwa warna hitam ialah lambang kebesaran.
Baju ini tertutup pada bagian kerah dan terdapat sulaman yang dijahit menggunakan
benang emas. Ditenggarai hal ini terjadi karena perpaduan antara budaya Aceh dan
China yang dibawa oleh para pedagang yang melintas.
b) Sileuweu
Sileuweu atau Cekak Musang merupakan celana panjang berwarna hitam yang
digunakan oleh laki-laki Aceh. Celana ini terbuat dari kain katun yang ditenun dan
melebar pada bagian bawahnya. Pada bagian tersebut diberi hiasan sulaman yang
terbuat dari benang emas dengan pola yang indah.
Dalam penggunaannya celana ini dilengkapi dengan kain sarung songket yang dibuat
dari sutra dan diikatkan di pinggang. Kain sarung ini biasa dikenal dengan sebutan Ija
Lamgugap, Ija krong atau Ija Sangket yang memiliki panjang di atas lutut.
c) Meukeutop
Meukeutop merupakan penutup kepala yang melengkapi pakaian adat Aceh. Penutup
kepala ini berupa kopiah yang memiliki bentuk lonjong ke atas. Meukeutop dihiasi
dengan lilitan yang di sebut dengan tengkulok.
Tengkulok adalah kain tenun sutra yang dilengkapi dengan bentuk bintang persegi
delapan yang terbuat dari emas maupun kuningan.
Meukotop yang merupakan mahkota laki-laki ini juga termasuk bukti kuatnya
pengaruh islam yang berasimilasi dalam kebudayaan masyarakat di Aceh.
d) Rencong
Rencong adalah senjata tradisional penduduk Aceh yang sangat khas. Senjata
tradisional yang bernama Rencong atau Siwah digunakan sebagai penghias yang
diselipkan di bagian pinggang. Senjata ini memiliki kepala yang terbuat dari emas
atau perak yang dihiasi dengan permata.
Rencong merupakan belati yang berbentuk seperti huruf L. Pada jaman dulu rencong
yang memiliki hiasan dipakai oleh para sultan dan pembesar. Sedangkan untuk
rakyat, bagian kepala rencong biasanya terbuat dari tanduk hewan. Mata belatinya
sendiri terbuat dari besi berwarna putih atau kuningan yang diasah tajam.
Biasanya pakaian ini berwarna merah, hijau, ungu dan kuning. Peukayan Daro Baro
memiliki lebih banyak hiasan sebagai pelengkapnya.
Seperti Linto Baro, Daro Baro juga terdiri dari tiga bagian yaitu bagian atas, bagian
tengah dan bagian bawah. Pakaian ini juga masih menggunakakan ciri yang islami.
Bagian-bagian Daro Baro adalah sebagai berikut:
a) Baju Kurung
Dari bentuknya Baju Kurung merupakan gabungan dari kebudayaan Melayu, Arab
dan China. Baju ini berbentuk longgar dengan lengan panjang yang menutupi lekuk
tubuh wanita. Baju ini juga menutupi bagian pinggul yang merupakan aurat. Pada
jaman dahulu baju ini dibuat menggunakan tenunan benang sutra. Baju kurung
memiliki kerah pada bagian leher dan bagian depannya terdapat boh dokma.
Dibagian pinggang dililitkan kain songket khas Aceh atau yang biasa disebut dengan
Ija Krong Sungket. Kain ini menutupi pinggul dan baju bagian bawah yang diikat
menggunakan tali pinggang yang dibuat dari emas maupun perak. Tali pinggang
tersebut dikenal dengan nama taloe ki ieng patah sikureueng yang memiliki arti tali
pinggang patah sembilan.
Sama seperti celana pada laki-laki. Cekak Musang juga memiliki bentuk melebar
pada bagian bawah, namun memiliki warna yang cerah sesuai dengan baju yang
dipakai. Celana ini juga dilapisi dengan sarung tenun yang menjuntai sampai ke lutut.
Biasanya pada pergelangan kaki celana ini terdapat hiasan berupa sulaman benang
emas yang mempercantik tampilannya. Celana ini juga sering digunakan wanita Aceh
dalam persembahan tarian tradisional.
c) Perhiasan
Perhiasan yang digunakan untuk melengkapi pakaian adat Aceh bagi wanita beraneka
ragam. Seperti Patam Dhoe yang berbentuk mahkota, pada bagian tengahnya diukir
menggunakan motif daun sulur.
Mahkota ini terbuat dari emas dengan bagian kanan dan kirinya dihiasi oleh motif
pepohonan, daun dan bunga. Pada bagian tengahnya diukir kaligrafi bertuliskan Allah
dan Muhammad menggunakan huruf arab. Motif tersebut biasa disebut dengan
bungong kalimah yang dikelilingi oleh bunga-bunga dan bulatan-bulatan yang
memiliki arti bahwa wanita tersebut telah menikah dan menjadi tanggung jawab sang
suami.
Selanjutnya yaitu anting-anting yang disebut dengan subang yang terbuat dari emas
dengan motif bulatan kecil atau boh eungkot. Hiasan pada bagian bawahnya
berbentuk rumbai untuk memperindah tampilannya. Selain itu juga terdapat subang
lain yang disebut dengan subang bungong mata uroe atau anting yang berbentuk
seperti bunga matahari.
Kemudian ada kalung yang dibuat dari emas yang memiliki enam buah keping bentuk
hati dan satu buah keping berbentuk mirip kepiting. Kalung ini oleh masyarakat Aceh
biasa dikenal dengan sebutan Taloe Tokoe Bieng Meuih. Ada pula kalung yang
terbuat dari emas bermotif daun sirih, dan juga kalung azimat yang memiliki manik-
manik bermotif boh bili. Lalu ada gelang tangan atau Ikay, Gleuang Goki atau gelang
kaki dan juga cinci Euncien Pinto Aceh yang terbuat dari emas kuning maupun putih.
Penutup kepalanya juga sama seperti penutup kepala adat Aceh pada umumnya.
Sedangkan untuk baju anak wanita, juga hampir sama. Kedua baju anak pada wanita
dan laki-laki sama seperti baju yang dikenakan orang dewasa. Dari segi bentuk dan
bahannya semua sama. Cara pemakaiannya pun juga sama.
Nama pakaian adat Aceh dikenal dengan nama pakaian Ulee Balang. Uniknya warga
Aceh ternyata tiap baju yang dpakai akan mudah dikenal berasal dari keluarga mana
dan seperti apa. Ternyata setiap baju adat Aceh ada tingkatannya sendiri. Untuk baju
Aceh Ulee baling umumnya dikenakan oleh keluarga raja dan juga para ulama. Baju
adat Aceh sering dikenakan oleh pejabat kerajaan dibandingkan dengan orang biasa.
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Berdasarkan informasi yang didapat dari beberapa sumber, maka penulis
mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1) Pakaian tradisional adalah salah satu bagian dari nilai-nilai yang
menggambarkan kepribadian masyarakat pemakainya, karena itu kita
harus memelihar dan melestarikan nilai-nilai budaya tersebut.
2) Kita harus memperhatikan nilai, norma dan tata krama dalam
berpakaian karena dengan cara seperti apa seseorang berpakaian orang
lain akan dapat menilai kepribadian dalam dirinya.
3) Kita harus dapat memilah dan memilih pakaian kita sesuai tempat dan
keadaan sekitar kita agar tercipta suasana yang damai dan selaras.
4) Pakaian adat melayu secara umum berpandangan pada aqidah islam,
karena itu terdapat pantangan-pantangan yang sesuai dengan ajaran
islam yang sangat baik dan sopan untuk kita gunakan dalam kehidupan
kita sehari-hari.
2. SARAN
Sebagai masyarakat dan penerus bangsa ini yang memiliki nilai budaya yang
cukup tinggi sebaiknya kita dapat menjaga dan memanfaatkan kebudayaan-
kebudayaan sekitar kita agar terus hidup hingga generasi-generasi yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
https://borneochannel.com/pakaian-adat-riau/
https://dirrga.wordpress.com/pakaian-adat/
https://id.scribd.com/doc/94031291/YATI-MAKALAH
https://id.scribd.com/doc/131104544/maKaLah-baJu-meLayu
https://masdhoni96.blogspot.com/
https://materibelajar.co.id/pakaian-adat-aceh/
https://www.romadecade.org/pakaian-adat-aceh/#!