Myanmar
Negara Myanmar tengah mengalami kekacauan politik yang cukup panas dan memilukan. Para
masyarakat sipil turun berdemo ke jalan menolak aksi kudeta yang dilakukan oleh pihak militer terhadap
pemerintahan sipil. “Tatmadaw”, sebutan dari militer Myanmar, melakukan kudeta tersebut pada
Februari 2021 lalu. Ini merupakan kudeta yang ketiga kalinya dilakukan sejak negara Myanmar merdeka
dari kependudukan Inggris tahun 1948 lalu.
Demo dilakukan oleh masyarakat sipil ini dibarengi dengan aksi kekerasan oleh pihak kepolisian yang
membuat banyak korban sipil berjatuhan.
Kudeta Militer
Kronologi kejadian
8 November 2020
Pemerintah Myanmar mengadakan pemilihan umum (Pemilu) dan hasil pemilu tersebut
dimenangkan oleh Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) yang dipimpin oleh Aung San Suu
Kyi.
1 februari 2021
- Tatmadaw menempatkan > 400 anggota parlemen terpilih sebagai tahanan rumah.
- Demo meletus di Myanmar.
- Gerakan pembangkangan Sipil (CDM) dibentuk oleh petugas kesehatan dan masyarakat
sipil.
- Min Aung Hlaing membentuk Dewan Administrasi Negara (SAC) untuk memperkuat
perebutan kekuasaan oleh Junta.
4 februari 2021
9 februari 2021
- Polisi menembak kepala seorang warga bernama Mya Thwe Thwe Khaing dalam sebuah
demo di Naypyidaw (20 tahun). Dia meninggal pada 19 Februari 2021.
- > 300 anggota parlemen terpilih bergabung dengan Komite Mewakili Pyidaungsu
Hluttaw (CRPH) untuk menentang junta.
- Tatmadaw langsung menyusun UU Keamanan Siber, yang isinya melanggar privasi digital
dan kebebasan berbicara.
- Tatmadaw melakukan persidangan rahasia untuk Aung San Suu Kyi dan Win Myint,
tanpa kehadiran pengacara pembela.
28 februari 2021
4 maret 2021
- PBB mengumumkan bahwa 38 orang tewas dalam unjuk rasa menentang junta militer.
Pernyataan bersama yang disetujui 15 negara anggota DK PBB itu secara resmi diadopsi dalam rapat
virtual singkat pada Rabu (10/3) waktu setempat, saat Duta Besar Amerika Serikat (AS), Linda Thomas-
Greenfield, selaku Presiden DK PBB mengumumkan bahwa pernyataan itu disepakati.
Seperti dilansir AFP dan Associated Press, Kamis (11/3/2021), kesepakatan secara bulat ini menandai
kedua kalinya dalam sebulan, DK PBB yang beranggotakan 15 negara, termasuk China -- sekutu
Myanmar, menunjukkan sikap bersatu yang langka terkait isu Myanmar.
"Mengecam keras penggunaan kekerasan terhadap pengunjuk rasa damai, termasuk terhadap
wanita, kaum muda, dan anak-anak," demikian bunyi penggalan pernyataan DK PBB yang mengkritik
militer Myanmar itu.
Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, seperti dilansir Associated Press, mengharapkan pernyataan
bersama DK PBB itu akan membuat militer Myanmar sadar.
"Bahwa sangat penting untuk membebaskan semua tahanan, sangat penting untuk menghormati
hasil pemilu, dan untuk memungkinkan situasi di mana kita kembali ke transisi demokrasi," tegas
Guterres.
Terlepas dari semua 'ketidaksempurnaan' dalam demokrasi Myanmar yang kini ada di bawah kendali
militer secara ketat, Guterres menegaskan bahwa, "Saya meyakini bahwa penting untuk kembali ke
posisi sebelum kudeta."
Sumber :
https://www.kompas.tv/article/153180/terjadi-kudeta-militer-ini-sejarah-negara-myanmar-yang-
dulunya-bernama-burma?page=all
https://www.suara.com/news/2021/02/03/095918/apa-itu-kudeta-militer-seperti-terjadi-di-myanmar?
page=all
https://www.kompas.com/tren/read/2021/02/02/090000065/apa-itu-kudeta-militer-seperti-terjadi-
pada-aung-san-suu-kyi-di-myanmar-?page=all
https://www.idntimes.com/news/world/rehia-indrayanti-br-sebayang/kronologi-lengkap-kudeta-
myanmar-yang-picu-demo-berdarah/5
https://news.detik.com/internasional/d-5490238/keputusan-langka-dewan-keamanan-pbb-kecam-
kekerasan-myanmar/2
https://www.kompas.com/global/read/2021/03/12/063840370/korban-tewas-demo-myanmar-
sedikitnya-70-orang-penyelidik-rezim-pembunuh?page=all