Anda di halaman 1dari 13

ARTIKEL ILMIAH

PENGARUH NEW MEDIA DENGAN MEDIA KONVENSIONAL


TERHADAP MEDIA HABIT
ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Komunikasi Massa dan Media Baru

Dosen Pengampu Alila Pramiyanti, S.Sos., M.Si

Kelompok 5 (KM 43-09)


Disusun oleh:
Anggi Miranda Putri Br Hutabarat (1502194369)
Arya Aziz Makarim (1502194332)
Ineke Putri Yadita (1502194345)
Neva Chairunnisa Rizkiana (1502194388)
Rafi Disheva (1502194283)

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS KOMUNIKASI DAN BISNIS

UNIVERSITAS TELKOM

BANDUNG

2021
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI ............................................................................................................ i
BAB I LATAR BELAKANG ................................................................................. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................. 2
2.1 Media Uses.................................................................................................... 2
2.2 Determinasi Teknologi................................................................................. 2
2.2.1 Pengertiaan Determinasi Teknologi........................................................ 2
2.2.2 Asumsi Dasar Media Panas Dan Media Dingin...................................... 3
2.3 Uses & Dependency....................................................................................... 3
2.3.1 Asumsi Teori Uses & Dependency.......................................................... 3
2.3.2 Definisi Uses & Gratification.................................................................. 4
2.3.3 Faktor-faktor Ketergantungan Terhadap Media...................................... 4
2.4 Audien Aktif................................................................................................... 4
2.4.1 Audien Aktif............................................................................................ 4
BAB III METODE................................................................................................... 6
3.1 Metode Penelitian........................................................................................ 6
3.2 Profile Responden....................................................................................... 6
3.3 Proses Pengolahan Data.............................................................................. 6
BAB IV HASIL DAN DISKUSI.............................................................................. 8
BAB V KESIMPULAN............................................................................................ 10
BAB VI REFERENSI.............................................................................................. 11

i
Bab I

Latar Belakang

Komunikasi memegang peran penting dalam kehidupan manusia. Karena komunikasi


menjembatani hakikat manusia sebagai mahluk sosial. Tanpa komunikasi, manusia tidak
dapat berinteraksi dan memenuhi hakikatnya sebagai mahluk sosial. Untuk berkomunikasi
antar satu sama lain, tersebut manusia membutuhkan perantara atau medium untuk
berkomunikasi. Perantara atau medium agar manusia dapat berkomunikasi tersebut
dinamakan media, yang digunakan untuk saling memperoleh informasi mau pun
berkomunikasi. Oleh sebab itu, media sering sekali digunakan oleh masyarakat untuk
mencari dan bertukar informasi. Komunikasi di mana individu atau kelompok bisa
berkomunikasi dengan khalayak banyak dalam satu waktu yang bersamaan disebut
komunikasi massa. Media yang memfasilitasi individu atau kelompok untuk melakukan
komunikasi ini disebut dengan media massa.

Media sendiri dibagi menjadi dua, yaitu media konvensional dan media baru.
Awalnya masyarakat menggunakan media konvensional sebagai sumber informasi. Mereka
mendapatkan informasi melalui media konvensional seperti, Radio, Majalah, TV, dan Surat
Kabar Cetak. Pada waktu lampau, media konvensional tersebut menjadi media yang paling
diandalkan sebagai sumber informasi. Namun seiring perkembangan zaman, masyarakat
menginginkan sumber informasi yang lebih cepat, efisien, efektif, dan akurat. Oleh karena itu
muncullah media yang mengaplikasikan teknologi di dalamnya, yaitu yang disebut sebagai
media baru atau new media. Orang-orang pun menunjukkan ketertarikannya terhadap media
baru. Dikarenakan media baru dapat memberikan informasi secara realtime atau terkini.

Dengan hadirnya dua media komunikasi, yaitu, media konvensional dan media baru,
muncullah sebuah pola atau perilaku komunikasi yang disebut media habit. Menurut
Gushevinalti, et al. (2014), media habit adalah sebuah kebiasaan pengguna dalam
penggunaan media berdasarkan waktu dan frekuensi pemakaian media. Oleh karena adanya
dua media komunikasi yang berbeda, maka media habit yang dimiliki oleh setiap orang pun
berbeda pula. Dengan kata lain, tiap media mempengaruhi media habit sang pengguna media.

1
Hal tersebut menyebabkan adanya perbedaan pengaruh antara media konvensional dan media
baru terhadap media habit pengguna.

Bab II

Tinjauan Pustaka

Penelitian ini mengkolaborasikan 3 model yaitu model media use Jeanne R. Steele
and Jane D. Brown pada tahun 1995, determinasi penghabisan waktu secara daring milik
C.Scott, untuk menjelaskan profil penggunaan media secara online untuk anak remaja yang
berusia 15-18 tahun, sedangkan model penggunaan & ketergantungan Melvin DeFleur dan
Sandra Ball-Rokeach digunakan untuk menjelaskan alasan dibalik penggunaan media.

2.1 Media Use

Media use atau penggunaan media sering dikatakan kebiasaan menggunakan media
(media habit) menggunakan media berulang kali atau dalam situasi yang sama setiap waktu
(Naab & Schnauber, 2014, p. 1). Sedangkan Steele & Brown (1995) berasumsi bahwa media
use adalah Model Praktik Media yang menekankan interaksi secara berkala antara pengguna
dan platform media yang bertujuan berfokus pada suatu aspek dialektis dari sebuah interaksi,
hal ini akan menunjukkan tentang karakteristik individu remaja, lingkungan dan praktik
sehari-hari yang memungkinkan media memiliki efek yang lebih kuat atau lebih lemah pada
mereka. Penggunaan media akan selalu berkaitan dengan berbagai jenis semua media yang
digunakan, termasuk tempat dan waktu ketika menggunakan seluruh isi media dan konten
media tersebut. Windahl, (1981); Rubin & Windahl (1986) mengemukakan operasionalisasi
media use dengan pengetahuan mengenai konten media meliputi:

a. Seberapa banyak konten yang diberikan pada audiens

b. Konten macam apa yang diberikan untuk audiens

c. Hubungan apa yang terjadi diantara audien dan konten

d. Dengan cara apa konten tersebut diberikan (p. 197)

2.2 Determinasi Teknologi

Teori determinisme teknologi adalah teori yang menjelaskan tentang kebiasaan


manusia untuk tidak bisa lepas dari kecanggihan teknologi. Determinasi teknologi meliputi

2
informasi , teknologi dan sosial media. Para peneliti juga melaporkan bahwa adanya risiko
salah informasi yang beredar yang mengakibatkan pengguna lain berpotensi untuk
menyesatkan dan mebahayakan keamanan pengguna, ketika ada salah satu pengguna yang
kecanduaan teknologi ( Househ MBorycki EKushniruk.A,2014) Teknologi saat ini
berkembang dengan sangat cepat. Manusia menciptakan sebah invasi dan teknologi tersebut
kini selalu bergantung dengan teknologi tersebut. (McLuhan; Morrisan et al., 2014). Menurut
McLuhan teori determinasi terbagi menjadi 2 bagian, yaitu : (a).Media panas (b). Media
dingin.

2.2.1 Media Panas & Media Dingin

Media panas merupakan media yang tidak menuntut pada pehatian lebih dari
komunikan (McLuhan; Morrisan, 2014, p. 492). Media panas meliputi : foto, film, radio,
buku, gambar atau lukisan. Dikatakan sebagai media panas dikarenakan telah memberikan
informasi yang jelas dan lengkap sehingga media tersebut tidak menuntut penerima
menggunakan imajinasi yang tinggi. Hal kemudian membuat tingkat partisipasi komunikator
lebih rendah. Radio dapat dikatakan sebagai media panas dikarekanan radio hanya untuk
mengiri para audience sembari melakukan kegiatan lain nya. Hal ini pula yang menyebabkan
berkurang nya tingkat penggunaaan radio.

Berbeda dengan media dingin seperti Televisi maupun platform media seperti
Youtube, Netflix, Amazon Prime Video. Dimana audiens terlibat secara aktif berpatisipasi
dalan mengontrol apa yang ingin mereka tonton sesuai dengan minat mereka masing masing
sehingga audiens akan lebih mempunyai kebebasan dan intensitas yang besar ketika para
audiens menggunakan teknologi tersebut.

Menurut (Mcluhan; Morissan,2014) menyatakan “pesan yang disampaikan kepada


audiens melalui media tidaklah lebih penting dari saluran komunikasi apa yang dapat
digunakan agar sampai kepada penerimanya.

2.3 Uses & Dependency

2.3.1 Uses & Depedency

Uses & Depedency merupakan teori penggunaan dan ketegantungan, sesuai dengan
judul dari penelitian ini yaitu kebiassan media, dalam media habbit penggunaan teori ini
sebagai teori yang dapat mengukur tingkat audiens yang berperan secara aktif. Selengkapnya
penjelasan lebih jelas mengenai teori ini.

3
2.3.2 Uses and Grafication Theory

Teori penggunaan dan ketergantugan merupakan teori yang berkembang (Uses and
Gratification Theory) atau yang disebut sebagai teori penggunaan dan kepuasan. Teori ini
dikembangkan oleh Melvin DeFleur dan Sandra Ball-Rokeach yang membahas tentang
pengaruh kekuatan media massa dalam mempengaruhi komunikan Karena ada nya sifat
Depedency (ketergantungan) terhadap konten myang diberikan oleh medi
(Defleur&Rokeach;Morrisan, 2014, p. 515).

2.3.3 Faktor-faktor Ketergantungan Media

Adapun faktor-faktor menurut DeFleur dan Rokeach, seseorang dapat menentukan


ketergantungan terhadap media yaitu :

a. Seseorang akan lebih memenuhi kuantitas kebutuhan secara langsung dibandingkan


media media yang hanya mampu memenuhi sebagian kebutuhan nya saja.
b. Perubahan perilaku sosial dan konflik yang terjadi di lingkungan sekitar dapat mengubah
rasa kepercayaan terhadap suatu institusi dan suatu kegiatan. Situasi dan kondisi yang
bergejolak maupun tidak stabil dapat merubah pandangan pada konsumsi media.
Dengan begitu, motif audiensi untuk mendapatkan kepuasan dan ketersediaan alternative
merupakan salah satu kunci faktor penting pada media (Morrisan, 2014, p. 517)

2.4 Audien Aktif

2.4.1 Audien Aktif

Audien aktif akan selalu mempunyai suatu kewenangan penuh dalam proses
komunikasi massa (Morrisan,2014, p.511). Audiens akan selalu memilih media dan konten
yang sesuai dengan kebutuhan. Hal ini pula yang menjadikan landasan dasar pengertiaan
audien aktif. Dalam pengertiaan nya audien juga mempunya 2 macam motif dalam
menentukan suatu media yaitu: (a). Aktif, (b). Pro Aktif (S. Finn,1992; Morrisan, 2014).

Perkembangan zaman dan teknologi akan selalu mempengaruhi media. Hal ini
menyebabkan persaingan ketat antar media, media yang tidak bisa memuaskan kebutuhan

4
dan keinginan audien akan menjadi media yang pasif. Namun media akan menjerat audien
yang tidak mempunyai motif dan tujuan yang kuat dalam menggunakan media. Dengan hal
seperti itu audien akan merasa sadar mengenai ketertarikan motif dan penggunaan media a
(Morrisan, 2014, p.512).

Contoh nyata mengenai motif penggunaan metode kulitatif yang kemudian beralih ke
metode kuantitatif saat ini menjadi gambaran yang tepat dalam menentukan riset penggunaan
media yaitu:

Ketika seseorang membaca media cetak dengan merk surat kabar yang bukan biasa ia
sehari-hari gunakan makan ia akan merasa tidak puas, motif dari penggunaan nya
dikarenakan mungkin hanya media cetak itu yang tersedia (Rayburn & Palmgreen, 1984;
Morrisan, 2014, p. 512). Dengan begitu ia akan beralih ke media cetak yang dimana sesuai
dengan kebutuhan maupun keinginan nya.

5
Bab III

Metode

3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian kami adalah metode survey. Yaitu dengan
cara memberikan kuesioner secara daring kepada remaja sekolah menengah atas (SMA).
Kuesioner sendiri merupakan teknik pengumpulan data dengan cara memberikan
beberapapertanyaan maupun pernyataan tertulis kepada responden (Sugiyono 2009). Dalam
melakukan penelitian kami mengumpulkan pertanyaan yang berkaitan dengan media habit.
Kemudian kami mencari orang-orang terdekat yang masih duduk di bangku SMA, kami juga
meminta kepada beberapa kerabat kami untuk menyebarkan kuesioner penelitiaan yang kami
buat kepada teman-temannya dan orang terdekat lain nya. Kuesioner ini dibuat dalam bentuk
google form, sehingga partisipan dapat dengan mudah mengakses kuesioner ini.

3.2 Profil Responden

Dengan cara seperti itu, kami dapat mengumpulkan feedback sebanyak 185
responden. Responden yang berjumlah 185 ini masih duduk di bangku sekolah menengah
atas (SMA). Umur dari responden sendiri rata-rata berumur 15-18 tahun. Dengan sudah
terkumpulnya feedback dari 185 responden, kami membagi setiap 20 jawaban responden
kepada setiap anggota kelompok untuk menganalisa jawaban yang diberikan oleh responden
dan dijadikan menjadi data. Kemudian setalah semua jawaban responden sudah diubah
menjadi data, data-data tersebut dibuat menjadi coding book dan dibuat menjadi grafik.
Berikut contoh dari data yang sudah dijadikan sebagai grafik.

3.3 Proses Pengolahan Data

Proses pengelohan data dari hasil penelitian melalui kuisoner kami jadikan dalam
bentuk excel agar lebih mudah untuk dipahami dan dimengerti. Dalam proses pengolahan
data kami menggunakan metode pemasukan data yang sesuai pembelajaran mata kuliah
statistika sosial, dalam melakukan perhitungan kami menggunakan software Microsoft Excel
untuk mempermudah kami dalam perhitungan melalu coding sheet,coding book, serta hasil
kuisoner dari semua responden, dalam pengolahan data kami juga berhati hati agar data yang

6
diberikan kepada kami tidak jatuh ke orang yang salah yang bisa jadi dipergunakan secara
tidak bertanggung jawab. Maka dari itu selama melakukan penelitiaan kami sangat menjaga
kerahasiaan informasi sensitif dan penting dari semua responden. Hal ini juga bertujuan
untuk menjaga kenyamanan dan keamanan dari responden.

7
Bab IV
Hasil dan Diskusi
Hasil diskusi dari penelitian kelompok kami, menunjukkan bahwa Teori
Determinisme yang dinyatakan oleh M. Borcyki Ekushniruk merupakan pernyataan yang
paling sesuai untuk digunakan dalam menganalisa data yang kami peroleh. Lewat penelitian
kelompok kami yang berjudul “Media Habit: New Media dan Media Konvesional” ini, yang
membahas tentang kecenderungan pengguna dalam menggunakan platform – platform
berbagai media sosial secara berkala, dapat diketahui bagaimana media dapat mempengaruhi
pengguna hingga mengalami ketergantungan akan suatu platform media sosial. Salah satunya
dapat diihat dari jawaban atas pertanyaan durasi penggunaan platform Instagram, di mana
banyak responden yang menjawab bahwa mereka menggunakan Instagram 1 – 2 jam dalam
satu hari. Sehingga ini merupakan salah satu bentuk nyata dari teori ketergantungan dan
kepuasan. Yang mana, di samping teori tersebut, dapat kami nyatakan bahwa, ketika adanya
ketergantungan dan kepuasan seseorang dalam menggunakan suatu media, hal itu dapat
membawanya kepada resiko akan determinasi teknologi.

Dimana sesorang dapat terjerat ke dalam penyesatan informasi yang akan berdampak
pada keamanannya sebagai pengguna. Namun hal itu dapat terjadi apabila pengguna
mempunyai hambatan dalam menerima pesan dan menentukan saluran mana yang ingin
digunakan. Dalam hal ini, media panas dan media dingin sangat mempengaruhi motif
pengguna dalam menerima suatu informasi sesuai kebutuhan. Sebagai contoh, orang yang
mengetahui suatu berita lewat mendengarkan siaran berita di Radio, akan mengalami proses
penyerapan informasi yang berbeda dengan orang yang mengetahui suatu berita lewat
menonton berita di Televisi atau melalui platform video seperti Youtube. Sebab, dalam proses
penyerapan informasi berita di Radio yang disampaikan hanya melalui audio, pendengarnya
melakukan penyerapan informasi lewat indera pendengaran, di mana berita yang Ia
dengarkan akan membentuk visual dari berita yang Ia dengarkan secara imajinatif.
Sedangkan, pengguna yang mengetahui berita lewat Televisi platform video seperti Youtube,
mereka tidak perlu lagi untuk memvisualisasikan secara imajinatif.

Namun, media panas seperti Radio memiliki keunggulan dibandingkan media dingin
seperti Televisi, yang di mana pengguna diharuskan untuk diam dan mengamati berita yang
disiarkan. Sebab, berita tersebut tidak hanya secara audio saja, namun juga ditampilkan
secara visual. Sehingga dalam proses penyerapan informasi melalui Televisi atau platform
video seperti Youtube, pengguna tidak bisa sambil melakukan kegiatan lain atau multitasking.

8
Pengguna harus menggunakan baik indera pendengarannya, mau pun indera penglihatannya,
agar dapat menyerap informasi dari Televisi atau platform video seperti Youtube.

Dari kegiatan diskusi ini kami medapatkan kesimpulan bahwa media panas akan
memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap tingkat kecanduan dalam penggunaannya.
Dikarenakan lewat penggunaan media panas, kita hanya perlu untuk menggunakan indera
pendengaran, serta tidak harus terlalu berfokus ke dalam media itu dalam proses penyerapan
informasinya. Contohnya, sambil mendengarkan berita di Radio bisa pula sambil membaca
buku atau memasak dan sebagainya. Sehingga pengguna akan lebih leluasa dalam
beraktifitas. Namun dalam sisi negatifnya, perlu digarisbawahi bahwa, media panas sering
sekali tidak menyesuaikan konten pembawaannya sesuai dengan keinginan penggunanya.

9
Bab VI

Kesimpulan

Berdasarkan analisis penelitian kelompok kami, kami menyimpulkan bahwa


kebiasaan manusia yang dipengaruhi oleh media, tidak luput dari faktor kecanggihan media
itu sendiri. Semakin canggih suatu media, maka potensinya untuk menyebabkan pengguna
ketergantungan akan semakin tinggi. Seperti media cetak yang pada awalnya masih sering
digunakan oleh masyarakat, namun mulai ditinggalkankarena adanya teknologi yang
memungkinkan pengguna untuk membaca berita melalui media digital secara lebih efektif
dan efisien. Adapun dampak positif dari media habbit yang ditimbulkan media baru, yaitu :
(1). Akses informasi yang didapat lebih cepat (2). Dapat digunakan secara praktis. Berbeda
dengan media konvensional yang mempunyai kekurangan, berupa : (a). Tidak praktis (b).
Lebih menoton (c). Sulit untuk mendapatkan informasi terbaru.

Sehingga, kelompok kami lebih memilih untuk menggunakan media Baru-yang lebih
mudah digunakan dan mempunyai akses informasi yang lebih cepat dan juga luas. Media
baru mungkin berpotensi membuat pengguna ketergantungan atau kecanduan, namun hal
tersebut bisa diatasi dengan daya kendali pengguna yang melakukan berbagai kegiatan lain
yang tidak melibatkan media.

10
Bab VII

REFERENSI

(Scott et al., 2017). Studies of Youth Social Media Use (SMU) Often Focus on its Frequency,
Measuring How Much Time They Spend Online.
(Rubin & Windahl, 1986). The Uses and Dependency Model of Mass Communication.
(Househ et al., 2014) Empowering patients through social media: The benefits and
challenges.
(Setyani et al., 2013) Penggunaan Media Sosial Sebagai Sarana Komunikasi bagi
Komunitas.
(Gushevinalti et al., 2020). TRANSFORMASI KARAKTERISTIK KOMUNIKASI DI ERA
KONVERGENSI MEDIA.
(Anna Schnauber-Stockmann, Teresa K. Naab.,2019). The process of forming a mobile
media habit: results of a longitudinal study in a real-world setting. Media Psychology 22:5,
pages 714-742.
(Steele & Brown, 1995) Adolescent room culture: Studying media in the context of everyday
life.
(McLuhan & McLuhan, 2011) Theories of communication
Ball-Rokeach, S. J., & DeFleur, M. L. (1976). A dependency model of mass-media effects.
Communication research, 3(1), 3-21.
Mytton, Graham. (1992). Handbook On Radio And Television Audience Research. London:
BBC World Service.
(Griffith et al., 1968). Understanding Media: The Extensions of Man
(Naab, Teresa K., & Schnauber. Anna.2014). Habitual Initiation of Media Use and a
Response-Frequency Measure for Its Examination. Media Psychology, 1,
(Sugiyono, 2014). Metode dan Prosedur Penelitian

11

Anda mungkin juga menyukai