Anda di halaman 1dari 3

Jessica Evelyn 1206265193 Ilmu Perundang-undangan Kelas B

S1 Paralel

Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia


Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) merupakan salah satu lembaga
pemerintah non-kementerian yang berada di bawah Kementerian Komunikasi dan
Informatika.
Melalui Undang-undang Nomor 36/1999 tentang Telekomunikasi, sektor ini resmi
menanggalkan privilege monopolinya untuk segera bertransisi ke era kompetisi. Kompetitor
baru pun diundang masuk menjadi operator jaringan maupun jasa di sektor ini. Banyak
kalangan berlega hati menyambut lahirnya undang-undang telekomunikasi tersebut. Apalagi
tahun itu lahir juga Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek
Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Namun ternyata kompetisi telekomunikasi jauh
panggang dari api. Muncul banyak pihak meminta dibentuknya badan regulasi independen.
Sebuah Badan Regulasi Mandiri (IRB-Independent Regulatory Body) yang diharapkan dapat
melindungi kepentingan publik (pengguna telekomunikasi) dan mendukung serta melindungi
kompetisi bisnis telekomunikasi sehingga menjadi sehat, efisien dan menarik para investor.
Tanggal 11 Juli 2003 akhirnya pemerintah mengeluarkan Keputusan Menteri Perhubungan
No. 31 Tahun 2003 tentang penetapan Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI).
BRTI adalah terjemahan IRB versi pemerintah yang diharapkan pada akhirnya menjadi suatu
Badan Regulasi yang ideal. Komentar yang banyak muncul kemudian adalah pemerintah
dianggap setengah hati karena salah satu personel BRTI sekaligus menjadi Ketua adalah
Dirjen Postel. Kepmenhub No. 31/2003 tersebut (telah diubah dengan Peraturan Menteri
Kominfo No. 25/Per/M.Kominfo/11/2005 tentang Perubahan Pertama atas Keputusan
Menteri Perhubungan No. 31 Tahun 2003 tentang Penetapan Badan Regulasi Telekomunikasi
Indonesia) juga tidak memberi wewenang eksekutor kepada BRTI. Hal tersebut tertuang
dalam Keputusan Menteri Perhubungan No. 67 Tahun 2003 tentang Tata Hubungan Kerja
antara Departemen Perhubungan dengan Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia sehingga
dipertanyakan efektivitas BRTI dalam mengawal kompetisi telekomunikasi.1
Berdasarkan Pasal 6 Keputusan Menteri Perhubungan No. 31 Tahun 2003 tentang
Penetapan Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia, BRTI mempunyai tugas sebagai
berikut:
1 Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia, Overview tentang BRTI,
http://brti.or.id/tentang-brti, diunduh 23 November 2014.

Jessica Evelyn 1206265193 Ilmu Perundang-undangan Kelas B


S1 Paralel
a) Pengaturan, meliputi penyusunan dan penetapan ketentuan penyelenggaraan jaringan
telekomunikasi dan penyelenggaraan jasa telekomunikasi, yaitu :
1) Perizinan penyelenggaraan jaringan telekomunikasi dan penyelenggaraan jasa
telekomunikasi;
2) Standar kinerja operasi;
3) Standar kualitas layanan;
4) Biaya interkoneksi;
5) Standar alat dan perangkat telekomunikasi.
b) Pengawasan terhadap penyelenggaraan jaringan telekomunikasi dan penyelenggaraan jasa
telekomunikasi, yaitu :
1) Kinerja operasi;
2) Persaingan usaha;
3) Penggunaan alat dan perangkat telekomunikasi.
c) Pengendalian terhadap penyelenggaraan jaringan telekomunikasi dan penyelenggaraan
jasa telekomunikasi, yaitu :
1) Penyelesaian perselisihan antar penyelenggara jaringan telekomunikasi dan
penyelenggara jasa telekomunikasi;
2) Penggunaan alat dan perangkat telekomunikasi;
3) Penerapan standar kualitas layanan.
Produk hukum yang dikeluarkan BRTI adalah Surat Edaran yang mana menurut pakar
Hukum Tata Negara Universitas Indonesia, Refly Harun, termasuk dalam wilayah abu-abu
alias produk hukum yang tidak dikenal. Refly menjelaskan, hanya dua produk hukum yang
ada dalam pembentukan perundang-undangan yakni peraturan dan keputusan. Sedangkan
surat edaran sifatnya tidak wajib, tidak mengikat, dan hanya sebatas guidance (informasi).
Sehingga surat edaran yang dikeluarkan BRTI rawan untuk dilawan karena tidak memiliki
kekuatan hukum yang mengikat. Kekuatan hukum sebuah surat edaran, lanjut Refly, harus
didukung dengan keputusan yang dikeluarkan dari lembaga yang berwenang, dalam hal ini
seharusnya dikeluarkan peraturan menteri komunikasi dan informatika.2
Berdasarkan Pasal 5 Kepmenhub No. 31/2003, Menteri melimpahkan fungsi pengaturan,
pengawasan, dan pengendalian kepada BRTI. Tugas dan fungsi BRTI tersebut merupakan
2 Media Indonesia, Surat Edaran BRTI Rawan Tidak Ditaati,
http://mediaindonesia.com/read/2011/10/24/270675/4/2/Surat-Edaran-BRTI-Rawan-TidakDitaati, diunduh 24 November 2014.

Jessica Evelyn 1206265193 Ilmu Perundang-undangan Kelas B


S1 Paralel
kewenangan yang telah ada, yang kemudian dilimpahkan oleh Menteri kepada BRTI.
Sehingga pelimpahan kewenangannya dilakukan secara Delegasi. Prosedur pelimpahan
kewenangan secara Delegasi, menurut Philipus M. Hadjon, berasal dari suatu organ
pemerintahan kepada organ pemerintahan yang lainnya dengan peraturan perundangundangan, dengan tanggung jawab dan tanggung gugat beralih ke Delegataris. Dengan
demikian, BRTI bertanggung jawab penuh atas tindakan yang dilakukan berdasarkan
kewenangan yang telah dilimpahkan kepadanya.

Anda mungkin juga menyukai