PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
dramatisme yang pertama kali dikemukakan oleh Kenneth Burke pada awal 1950-an
Menurutnya, hubungan hidup dan drama bersifat literal, bukan metafora. Para ahli percaya
bahwa pendekatan dramatisme sangat penting dalam teori komunikasi, karena penggunaan
Metode dramatisme kemudian merembes ke berbagai disiplin ilmu, seperti ilmu politik,
kritik literal. Kemudian, para murid Burke menerapkan konsep dramatisme pada filosofi
Susan Sontag, sosiologi Hugh Dalziel Duncan, politik Doris Graber, dan komunikasi
interpersonal Erving Goffman. Peneliti dari berbagai disiplin ilmu terus mengembangkan
Pada tahun 1959, Erving Goffman melalui bukunya “Self-Expression in Daily Life”
mengajukan teori yang menggambarkan interaksi sosial sebagai drama. Teori dramaturgi
terinspirasi dari konsep dasar interaksi sosial yang dikemukakan oleh George Herbert Mead,
dan tentunya juga dipengaruhi oleh metode dramatisme yang dikemukakan gurunya Kenneth
Burke.
1
2
balik sama halnya dengan pementasan drama. Dalam hal ini, manusia adalah aktor, dan
sebuah drama. Identitas aktor dalam interaksi dapat diubah, tergantung dengan siapa
aktor tersebut berinteraksi. Asumsi dasar teori Goffman adalah bahwa peran yang
para aktor itu sendiri mengatur penampilan mereka, terutama ketika penampilan mereka
tidak memenuhi perilaku atau standar penampilan yang disepakati, dan kemudian mereka
Kehidupan sosial menurut Goffman terbagi menjadi “front area” (area depan) dan
“area belakang” (area belakang). Goffman membagi panggung menjadi dua bagian yaitu
personal front (personal front) dan setting yaitu kondisi fisik yang harus ada pada aktor
saat tampil. Jika tidak diatur, biasanya aktor tidak bisa tampil. Misalnya, ahli bedah
membutuhkan kendaraan. Bagian depan pribadi terdiri dari alat-alat yang diyakini
mengenakan jas dokter, dengan stetoskop menggantung di leher, dosen membawa buku
ketika mengajar di kelas, wartawan diharapkan membawa kamera, alat perekam atau
buku catatan. Personal front juga mencakup bahasa verbal dan bahasa tubuh sang kator
3
4
misalnya guru berbicara teratur dan sopan, intonasi, postur tubuh, ekspresi wajah,
kasar, duduk berdiri tidak beraturan, merokok, berpakaian santai, mengeluh, berteriak,
dengan panggung depan, tetapi tersembunyi dari penonton. Ini untuk melindungi rahasia
Goffman tidak hanya memandang individu, tetapi juga pada grup yang dia sebut
sebagai tim. Aktor mencoba mengatur kesan orang lain terhadap kelompoknya, baik itu
di keluarga, tempat kerja, partai politik atau organisasi lain. Semua anggota disebut "tim
pertunjukkan", menghidupkan suatu aktivitas. Kerjasama tim sering dilakukan oleh para
anggota dalam menciptakan dan menjaga penampilan dalam wilayah depan. Sepasang
dan setelah anaknya pergi bertengkar kembali. Pertunjukkan yang dibawakan tim sangat
bergantung pada kesetiaan setiap anggotanya untuk memegang rahasia tersembunyi bagi
khalayak.
Teori drama menganalisis interaksi sosial sebagai salah satu bentuk pertunjukan
drama. Bandingkan kehidupan normal dengan gambar di atas panggung di mana setiap
orang memainkan peran penting dalam hidup. Peran yang dimainkan manusia merupakan
suatu bentuk gambar atau bayangan, dan setiap orang ingin mengungkapkannya dalam
5
bentuk naskah sebagai konten untuk disampaikan kepada publik. Tujuan pertunjukan ini
Dalam teori drama terdapat dua esensi, yaitu konsep panggung depan dan
panggung belakang. Dalam interaksi tatap muka, kedua konsep ini saling terkait namun
terletak di dua wilayah yang berbeda. Saat berinteraksi dengan orang lain, kita akan
mengevaluasi orang tersebut berdasarkan berbagai petunjuk yang diberikan oleh orang
lain, begitu pula sebaliknya. Berdasarkan penilaian ini, kita memperlakukan orang lain
dan sebaliknya. Dengan kata lain, ketika kita berinteraksi dengan orang lain, kita dengan
sengaja menampilkan diri kita sesuai keinginan kita. Kemudian, hal-hal yang dapat kita
gunakan untuk menunjukkan diri kita kepada orang lain disebut front yang terdiri dari
merasa lega bahwa berbagai pertunjukan di atas panggung dapat diekspresikan dengan
bebas. Semua tindakannya memang tidak akan memuaskan berbagai pihak kecuali
panggung pula, seorang penampil dapat keluar dari karakter aslinya tanpa merasa takut
Menurut Goffman, orang yang saling berinteraksi ingin menampilkan citra diri
yang bisa diterima orang lain, yaitu message management. Hipotesis teori drama adalah
bahwa Goffman tidak berusaha untuk fokus pada struktur sosial, tetapi pada interaksi
tatap muka atau hidup berdampingan. Menurutnya interaksi tatap muka itu dibatasinya
sebagai individu yang saling mempegaruhi tindakan-tindakan mereka satu sama lain
menjadi aktor yang berperan dalam hubungan sosial, sebagai representasi yang tunduk
pada aturan standar. Dalam drama, aktor memiliki kemampuan untuk menghadirkan
“sense of reality” atau kesan realitas kepada aktor lain agar mampu menyakinkan image
Goffman membagi kehidupan sosial menjadi dua bidang, yaitu depan dan
belakang. Area depan mewakili peristiwa sosial, memungkinkan individu untuk mengatur
gaya atau melakukan peran formal mereka. Area belakang menunjukkan tempat dan
seperti panggung depan untuk disaksikan penonton, sedangkan area belakang seperti
backstage atau ruang ganti tempat para pengisi acara bersantai di atas panggung dan
6
DAFTAR PUSTAKA