Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Menurut Kathleen M. German, dramaturgi disebut juga dramatisme, yaitu suatu

pendekatan untuk memahami penggunaan simbol-simbol dalam dunia sosial. Pendekatan

dramatisme yang pertama kali dikemukakan oleh Kenneth Burke pada awal 1950-an

menunjukkan bahwa interaksi manusia dapat digambarkan sebagai semacam drama.

Menurutnya, hubungan hidup dan drama bersifat literal, bukan metafora. Para ahli percaya

bahwa pendekatan dramatisme sangat penting dalam teori komunikasi, karena penggunaan

simbol utamanya terjadi melalui bahasa sebagai alat komunikasi.

Metode dramatisme kemudian merembes ke berbagai disiplin ilmu, seperti ilmu politik,

sosiologi, retorika, komunikasi organisasi, komunikasi interpersonal atau interpersonal, dan

kritik literal. Kemudian, para murid Burke menerapkan konsep dramatisme pada filosofi

Susan Sontag, sosiologi Hugh Dalziel Duncan, politik Doris Graber, dan komunikasi

interpersonal Erving Goffman. Peneliti dari berbagai disiplin ilmu terus mengembangkan

metode ini. Dramatisme kemudian berkembang menjadi sarana untuk memahami

kompleksitas penggunaan simbol-simbol manusia dalam komunikasi.

Pada tahun 1959, Erving Goffman melalui bukunya “Self-Expression in Daily Life”

mengajukan teori yang menggambarkan interaksi sosial sebagai drama. Teori dramaturgi

terinspirasi dari konsep dasar interaksi sosial yang dikemukakan oleh George Herbert Mead,

dan tentunya juga dipengaruhi oleh metode dramatisme yang dikemukakan gurunya Kenneth

Burke.

1
2

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan teori dramaturgi?

2. Apa inti dari teori dramaturgi?

1.3 Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan teori dramartugi

2. Untuk mengetahui inti dari teori dramarturgi


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pemaparan Teori

Teori dramaturgi merupakan penjelasan bahwa dalam kegiatan interaksi timbal

balik sama halnya dengan pementasan drama. Dalam hal ini, manusia adalah aktor, dan

mereka menunjukkan segalanya untuk mencapai tujuan tertentu dengan melakukan

sebuah drama. Identitas aktor dalam interaksi dapat diubah, tergantung dengan siapa

aktor tersebut berinteraksi. Asumsi dasar teori Goffman adalah bahwa peran yang

ditampilkan atau diharapkan dalam interaksi antar partisipan mengandung simbol-simbol

tertentu, yang digunakan sebagai standar perilaku kolektif. Ia mempelajari bagaimana

para aktor itu sendiri mengatur penampilan mereka, terutama ketika penampilan mereka

tidak memenuhi perilaku atau standar penampilan yang disepakati, dan kemudian mereka

mencoba melindungi identitas mereka dengan mengatur penampilan mereka.

Kehidupan sosial menurut Goffman terbagi menjadi “front area” (area depan) dan

“area belakang” (area belakang). Goffman membagi panggung menjadi dua bagian yaitu

personal front (personal front) dan setting yaitu kondisi fisik yang harus ada pada aktor

saat tampil. Jika tidak diatur, biasanya aktor tidak bisa tampil. Misalnya, ahli bedah

membutuhkan ruang operasi, guru membutuhkan ruang kelas, dan pengemudi

membutuhkan kendaraan. Bagian depan pribadi terdiri dari alat-alat yang diyakini

penonton sebagai peralatan yang dibawa ke dalam setting. Dokter diharapkan

mengenakan jas dokter, dengan stetoskop menggantung di leher, dosen membawa buku

ketika mengajar di kelas, wartawan diharapkan membawa kamera, alat perekam atau

buku catatan. Personal front juga mencakup bahasa verbal dan bahasa tubuh sang kator

3
4

misalnya guru berbicara teratur dan sopan, intonasi, postur tubuh, ekspresi wajah,

pakaian, penampakan usia, ciri-ciri fisik dan sebagainya.

Berbeda dengan meja depan, di belakang panggung memungkinkan percakapan

kasar, duduk berdiri tidak beraturan, merokok, berpakaian santai, mengeluh, berteriak,

bertindak agresif, bersenandung dan lain-lain. Panggung belakang biasanya berdekatan

dengan panggung depan, tetapi tersembunyi dari penonton. Ini untuk melindungi rahasia

pertunjukkan, dan penonton biasanya tidak diperbolehkan masuk ke latar belakang

kecuali ada keadaan darurat.

Goffman tidak hanya memandang individu, tetapi juga pada grup yang dia sebut

sebagai tim. Aktor mencoba mengatur kesan orang lain terhadap kelompoknya, baik itu

di keluarga, tempat kerja, partai politik atau organisasi lain. Semua anggota disebut "tim

pertunjukkan", menghidupkan suatu aktivitas. Kerjasama tim sering dilakukan oleh para

anggota dalam menciptakan dan menjaga penampilan dalam wilayah depan. Sepasang

suami istri menyembunyikan pertengkaran dari anak-anak mereka, menjaga keselarasan

dan setelah anaknya pergi bertengkar kembali. Pertunjukkan yang dibawakan tim sangat

bergantung pada kesetiaan setiap anggotanya untuk memegang rahasia tersembunyi bagi

khalayak.

2.2 Inti Dari Teori

Teori drama menganalisis interaksi sosial sebagai salah satu bentuk pertunjukan

drama. Bandingkan kehidupan normal dengan gambar di atas panggung di mana setiap

orang memainkan peran penting dalam hidup. Peran yang dimainkan manusia merupakan

suatu bentuk gambar atau bayangan, dan setiap orang ingin mengungkapkannya dalam
5

bentuk naskah sebagai konten untuk disampaikan kepada publik. Tujuan pertunjukan ini

adalah untuk meyakinkan penonton tentang konten yang disajikan.

Dalam teori drama terdapat dua esensi, yaitu konsep panggung depan dan

panggung belakang. Dalam interaksi tatap muka, kedua konsep ini saling terkait namun

terletak di dua wilayah yang berbeda. Saat berinteraksi dengan orang lain, kita akan

mengevaluasi orang tersebut berdasarkan berbagai petunjuk yang diberikan oleh orang

lain, begitu pula sebaliknya. Berdasarkan penilaian ini, kita memperlakukan orang lain

dan sebaliknya. Dengan kata lain, ketika kita berinteraksi dengan orang lain, kita dengan

sengaja menampilkan diri kita sesuai keinginan kita. Kemudian, hal-hal yang dapat kita

gunakan untuk menunjukkan diri kita kepada orang lain disebut front yang terdiri dari

panggung, penampilan, dan gaya bertingkah-laku.

Menurut Erving Goffman, di belakang panggung berarti pemain dapat bersantai,

di mana ia dapat meletakkan semua peralatan lengkap yang digunakan untuk

memperagakan dirinya. Setelah pertunjukan, individu kembali ke belakang panggung dan

merasa lega bahwa berbagai pertunjukan di atas panggung dapat diekspresikan dengan

bebas. Semua tindakannya memang tidak akan memuaskan berbagai pihak kecuali

dirinya sendiri di belakang panggung Belakang panggung adalah tempat dimana

penampil hadir namun tanpa kehadiran khalayak yang menontonnya. Di belakang

panggung pula, seorang penampil dapat keluar dari karakter aslinya tanpa merasa takut

dapat merusak penampilannya.


BAB III
KESIMPULAN

Menurut Goffman, orang yang saling berinteraksi ingin menampilkan citra diri

yang bisa diterima orang lain, yaitu message management. Hipotesis teori drama adalah

bahwa Goffman tidak berusaha untuk fokus pada struktur sosial, tetapi pada interaksi

tatap muka atau hidup berdampingan. Menurutnya interaksi tatap muka itu dibatasinya

sebagai individu yang saling mempegaruhi tindakan-tindakan mereka satu sama lain

ketika masing-masing berhadapan secara fisik.

Goffman menganalogikan dunia sosial dengan drama panggung, di mana individu

menjadi aktor yang berperan dalam hubungan sosial, sebagai representasi yang tunduk

pada aturan standar. Dalam drama, aktor memiliki kemampuan untuk menghadirkan

“sense of reality” atau kesan realitas kepada aktor lain agar mampu menyakinkan image

yang akan diberikan kepada orang lain.

Goffman membagi kehidupan sosial menjadi dua bidang, yaitu depan dan

belakang. Area depan mewakili peristiwa sosial, memungkinkan individu untuk mengatur

gaya atau melakukan peran formal mereka. Area belakang menunjukkan tempat dan

peristiwa yang memungkinkannya mempersiapkan perannya di area depan. Area depan

seperti panggung depan untuk disaksikan penonton, sedangkan area belakang seperti

backstage atau ruang ganti tempat para pengisi acara bersantai di atas panggung dan

mempersiapkan atau berlatih memainkan perannya.

6
DAFTAR PUSTAKA

Ritzer,George &Douglas J.Goodman. 2003. Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana.


Diakses pada 18 April 2021 melalui
http://sosiologi.fis.unp.ac.id/images/download/BAHAN/TEORI%20SOSIOLOGI%20M
ODERN.pdf

Anda mungkin juga menyukai