Anda di halaman 1dari 32

Disusun sebagai tugas terstruktur Ujian Akhir Semester (UAS) mata kuliah Ilmu

Sosial Budaya Dasar (ISBD)

Dosen Pengampu:
Dr. Taufiq Ramdani, S.Th.I., M.Sos

Disusun Oleh:
Nama : Iin Anggraini
NIM : K1A020026
Prodi/Kelas : Farmasi / A

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MATARAM
2021

i
DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................................ i


Daftar Isi ......................................................................................................................... ii
BAB I. (Pengertian, Konsep, Serta Tujuan Ilmu Sosial Budaya Dasar )
A. Pengertian Ilmu Sosial Budaya ........................................................................... 1
B. Konsep Ilmu Sosial Budaya................................................................................ 3
C. Tujuan Ilmu Sosial Budaya Dasar ...................................................................... 5
BAB II (Perubahan Sosial dan Budaya: Pengertian Serta Faktor-Faktor
Penyebabnya)
A. Pengertian Perubahan Sosial dan Budaya .......................................................... 6
B. Faktor – factor Penyebab Perubahan Sosial dan Budaya ................................... 7
BAB III Teori-Teori Kebudayaan Dan Teori-Teori Tentang Interaksi Sosial
A. Teori- Teori Kebudayaan.................................................................................... 10
B. Teori – teori tenang Interaksi Sosial ................................................................... 15
Hirarkhi Kebutuhan Manusia dan Kaitannya dengan Kemunculan Budaya ................. 22
Solidaritas Sosial Kota Dan Desa (Mekanis-Organis, Gemeinschaft-
Gesselschaft, Paguyuban-Patembayan) .......................................................................... 20
Daftar Pustaka................................................................................................................. 32

ii
BAB I
PENGERTIAN, KONSEP, SERTA TUJUAN ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR

A. Pengertian Ilmu Sosial Budaya Dasar


Ilmu Sosial dan Budaya Dasar adalah cabang ilmu pengetahuan yang
merupakan integrasi dari dua ilmu lainnya, yaitu ilmu sosial yang juga merupakan
sosiologi (sosio:sosial, logos: ilmu) dan ilmu budaya yang merupakan salah satu
cabang dari ilmu sosial. Pengertian lebih lanjut tentang ilmu sosial adalah cabang
ilmu pengetahuan yang menggunakan berbagai disiplin ilmu untuk menanggapi
masalah-masalah sosial, sedangkan ilmu budaya adalah ilmu yang termasuk
dalam pengetahuan budaya, mengkaji masalah kemanusiaan dan budaya.
Secara umum dapat dikatakan ilmu sosial dan budaya dasar merupakan
pengetahuan yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan
pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji
masalah-masalah sosial manusia dan kebudayaan. Istilah ISBD dikembangkan
pertama kali di Indonesia sebagai pengganti istilah basic humanitiesm yang
berasal dari istilah bahasa Inggris “the Humanities”. Adapun istilah humanities
itu sendiri berasal dari bahasa latin humnus yang artinya manusia, berbudaya dan
halus. Dengan mempelajari the humanities diandaikan seseorang akan bisa
menjadi lebih manusiawi, lebih berbudaya dan lebih halus. Dengan mempelajari
the humanities diandaikan seseorang akan bisa menjadi lebih manusiawi, lebih
berbudaya dan lebih halus. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa the humanities
berkaitan dengan nilai-nilai manusia sebagai homo humanus atau manusia
berbudaya. Agar manusia menjadi humanus, mereka harus mempelajari ilmu
yaitu the humanities disamping tidak meninggalkan tanggungjawabnya yang lain
sebagai manusia itu sendiri.
Selain itu, Secara umum dapat dikatakan ilmu sosial budaya dasar
merupakan pengetahuan yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar
dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk
mengkaji masalah-masalah sosial manusia dan kebudayaan.

1
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang asal mula ilmu sosial dan budaya dasar,
perlu diketahui pengelompokan ilmu pengetahuan. Prof Dr.Harsya Bactiar
mengemukakan bahwa ilmu dan pengetahuan dikelompokkan dalam tiga
kelompok besar yaitu :
Ilmu-ilmu Alamiah ( natural scince ). Ilmu-ilmu alamiah bertujuan
mengetahui keteraturan-keteraturan yang terdapat dalam alam semesta. Untuk
mengkaji hal ini digunakan metode ilmiah. Caranya ialah dengan menentukan
hukum yang berlaku mengenai keteraturan-keteraturan itu, lalu dibuat analisis
untuk menentukan suatu kualitas. Hasil analisis ini kemudian digeneralisasikan.
Atas dasar ini lalu dibuat prediksi.
Ilmu-ilmu sosial ( social scince ). Ilmu-ilmu sosial bertujuan untuk
mengkaji keteraturan-keteraturan yang terdapat dalam hubungan antara manusia.
Untuk mengkaji hal ini digunakan metode ilmiah sebagai pinjaman dari ilmu-ilmu
alamiah. Tetapi hasil pengkajian ini lebih bersifat kualitatif, sebab hal ini
menyangkut pola perilaku dan tingkah laku manusia di masyarakat yang
cenderung berubah-ubah.
Pengetahuan budaya ( the humanities ) bertujuan untuk memahami dan mencari
arti kenyataan-kenyataan yang bersifat manusiawi. Untuk mengkaji hal ini
digunakan metode pengungkapan peristiwa-peristiwa dan kenyataan-kenyataan
yang bersifat unik, kemudian diberi arti.
Pengetahuan budaya (the humanities) dibatasi sebagai pengetahuan yang
mencakup keahlian (disilpin) seni dan filsafat. Keahlian inipun dapat dibagi-bagi
lagi ke dalam berbagai bidang keahlian lain, seperti seni tari, seni rupa, seni
musik,dll. Sedangkan ilmu sosial dan budaya dasar adalah usaha yang diharapkan
dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-
konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah sosial manusia dan
kebudayaan. Dengan perkataan lain ISBD menggunakan pengertian-pengertian
yang berasal dari berbagai bidang pengetahuan sosial budaya untuk
mengembangkan wawasan pemikiran serta kepekaan mahasiswa dalam mengkaji
masalah masalah sosial manusia di masyarakat dalam tingkah lakunya dalam
kehidupan dan kebudayaan yang menyertainya.

2
Ilmu sosial dan budaya dasar berbeda dengan pengetahuan budaya. Ilmu budaya
dasar dalam bahasa Inggris disebut basic humanities. Pengetahuan budaya dalam
bahas inggris disebut dengan istilah the humanities. Pengetahuan budaya
mengkaji masalah nilai-nilai manusia sebagai mahluk berbudaya (homo
humanus). Sedangkan ilmu sosial dan budaya dasar bukan hanya ilmu tentang
budaya, melainkan mengenai pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang
konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah sosial
manusia dan kebudayaannya.
Bertitik tolak dari kerangka tujuan yang telah ditetapkan, dua masalah
pokok bisa dipakai sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan ruang lingkup
kajian mata kuliah ISBD. Kedua masalah pokok itu adalah :
Berbagai aspek kehidupan yang seluruhnya merupakan ungkapan masalah
kemanusiaan dan budaya yang dapat didekati dengan menggunakan pengetahuan
budaya (the humanities), baik dari segi masing-masing keahlian (disiplin) didalam
pengetahuan budaya, maupun secara gabungan (antar bidang) berbagai disiplin
dalam pengetahuan budaya
Hakikat manusia yang satu atau universal, akan tetapi yang beraneka ragam
perwujudannya dalam kebudayaan masing-masing jaman dan tempat.

B. Konsep Ilmu Sosial Budaya Dasar


Budaya merupakan hasil cipta, karya dan karsa manusia. Seperti yang telah
dijelaskan diatas bahwa dari filsafat telah lahir tiga cabang ilmu, salah satunya
adalah ilmu-ilmu budaya (humanistik).
Secara sederhana ilmu budaya dasar adalah pengetahuan yang diharapkan dapat
memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep
yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan.
Istilah ilmu budaya dasar dikembangkan pertama kali di Indonesia sebagai
pengganti istilah basic humanities yang berasal dari istilah bahasa Inggris “the
Humanities”. Adapun istilah humanities itu sendiri berasal dari bahasa latin
humnus yang artinya manusia, berbudaya dan halus. Dengan mempelajari the
humanities diharapkan seseorang akan bisa menjadi lebih manusiawi, lebih
berbudaya dan lebih halus. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa the

3
humanities berkaitan dengan nilai-nilai manusia sebagai homo humanus atau
manusia berbudaya. Agar manusia menjadi humanus, mereka harus mempelajari
ilmu yaitu the humanities disamping tidak meninggalkan tanggung jawabnya
yang lain sebagai manusia itu sendiri.
Pengetahuan budaya (the humanities) dibatasi sebagai pengetahuan yang
mencakup keahlian (disiplin) seni dan filsafat. Keahlian inipun dapat dibagi-bagi
lagi ke dalam berbagai bidang keahlian lain, seperti seni tari, seni rupa, seni musik
dan lain-lain. Sedangkan ilmu budaya dasar (Basic Humanities) adalah usaha
yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum
tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah
manusia dan kebudayaan. Dengan perkataan lain ilmu budaya dasar menggunakan
pengertian-pengertian yang berasal dari berbagai bidang pengetahuan budaya
untuk mengembangkan wawasan pemikiran serta kepekaan dalam mengkaji
masalah manusia dan kebudayaan.
Ilmu budaya dasar berbeda dengan pengetahuan budaya. Ilmu budaya dasar dalam
Bahasa Inggris disebut basic humanities. Pengetahuan budaya dalam bahasa
Inggris disebut dengan istilah the humanities. Pengetahuan budaya mengkaji
masalah nilai-nilai manusia sebagai mahluk berbudaya (homo humanus).
Sedangkan ilmu budaya dasar bukan ilmu tentang budaya, melainkan mengenai
pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang
dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan budaya.
Terdapat beberapa objek formal dari ilmu-ilmu yang berada dalam ruang lingkup
ilmu-ilmu budaya (humaniora) adalah sebagai berikut:
1. Filsafat sebagai ilmu: merupakan cara berpikir yang kontemplatif
(perenungan), radikal (mendalam sampai ke akar-akarnya), sistematis dan
universal.
2. Bahasa: objek formalnya kelompok manusia yang menggunakan bahasa dalam
konteks lingkungan sosial budaya.
3. Psikologi: objek formalnya tentang jiwa manusia, baik macam-macam
gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya.

4
C. Tujuan Ilmu Sosial Budaya Dasar
Tujuan Umum dari Ilmu Sosial Budaya Dasar :
1. Sebagai Pengetahuan, sebagai ilmu pengetahuan untuk membentuk dan
mengembangkan kepribadian serta memberikan kontribusi secara nyata
dalam perluasan wawasan yang diberikan oleh setiap insan.
2. Menjadikan mahasiswa agar lebih peka terhadap lingkungan budaya,
sehingga mereka mudah beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan
lingkungan sosial yang baru, terutama beradaptasi dengan hal-hal yang
pentin profesi mereka nantinya.
3. Menjadikan mahasiswa memiliki wawasan yang lebih luas tentang
permasalahan-permasalahana kemánusiaan dan budaya serta
mengembangkan daya kritis mereka terhadap persoalan yang menyangkut
kedua hal tersebut melalui kesempatan-kesempatan yang diberikan kepada
mahasiswa.
4. Menjadikan mahasiswa sebagai calon pemimpin bangsa dan negara
dengan masing-masing keahlian sesuai bidangnya, serta menghindarkan
diri agar tidak terjatuh ke dalam sifat-sifat kedaerahan dan pengkotakan
dengan disiplin yang ketat. Upaya tersebut terjadi sebab ruang lingkup
pendidikan kita sangatlah sempit dan condong menjadikan manusia
spesialis yang berpandangan kurang luas. kedaerahan dan pengkotakan
disiplin ilmu yang ketat.
5. Menciptakan wahana komunikasi bagi para akademisi agar mereka
memiliki kemampuan yang lebih baik untuk berdialog satu sama lain,
sehingga dengan memiliki satu bekal yang sama, diharapkan para
akademisi tersebut bisa lebih lancar dalam berkomunikasi.
Selain itu Tujuan umum dari pengembangan Ilmu Sosial Budaya Dasar
sebagai ilmu pengetahuan ialah proses pembentukan dan pengembangan
kepribadian serta bentuk kontribusi yang nyata dalam perluasan wawasan
yang diberikan oleh setiap insan.

5
BAB II
PERUBAHAN SOSIAL DAN BUDAYA: PENGERTIAN SERTA
FAKTOR-FAKTOR PENYEBABNYA

A. Pengertian Perubahan Sosial dan Budaya


Berikut ini adalah penjelasan sejumlah ahli tentang perubahan sosial yang terjadi
di masyarakat: Selo Soemardjan menjelaskan, bahwa perubahan sosial adalah
perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat
yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk nilai-nilai, sikap, dan perilaku di
antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Kingsley Davis memandang
bahwa perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi
masyarakat.
John Lewis Gillin dan John Philip Gillin melihat perubahan sosial sebagai variasi
dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan kondisi geografis,
kebudayaan material, komposisi penduduk, ideology, maupun karena adanya
difusi atau penemuan-penemuan baru dalam masyarakat.
William F. Ogburn memandang Perubahan sosial-budaya mencakup unsur-unsur
kebudayaan baik material maupun non material.
Perubahan budaya merupakan perubahan yang terjadi pada aspek-asek
kebudayaan baik yang sifatnya materi maupun non-materi. Perubahan sosial
adalah bagian dari terjadinya perubahan kebudayaan.
Perubahan sosial budaya merupakan perubahan yang terjadi pada tata kehidupan
masyarakat meliputi perubahan budaya dimana di dalamnya terjadi pula
perubahan nilai-nilai sosial kehidupan masyarakat.
Perubahan sosial dan perubahan budaya saling berkaitan. Perubahan hudaya dapat
menyebabkan perubahan sosial dalam masyarakat atau dalam masyarakat terjadi
perubahan sosial yang dapat menyebabkan perubahan budaya. Namun tidak
semua perubahan budaya dapat menyebabkan perubahan sosial atau sebaliknya.
Dengan demikian perubahan sosial-budaya dapat digunakan untuk menyebutkan
kedua jenis perubahan yang terjadi.

6
B. Faktor – factor Penyebab Perubahan Sosial dan Budaya
Faktor Internal
1. Perubahan Penduduk
Dalam kehidupan masyarakat, pasti akan mengalami proses interaksi sosial
dan sosialisasi. Dua kondisi inilah yang berpotensi untuk mengubah pola pikir
dan tingkat pengetahuan masyarakat yang akan berujung pada proses
perubahan sosial.
Perubahan penduduk yang ditandai dengan semakin bertambahnya jumlah
penduduk pada suatu daerah akan mengakibatkan keramahtamahan semakin
menurun, kelompok sekunder akan bertambah banyak, struktur kelembagaan
menjadi lebih rumit, dan bentuk-bentuk perubahan yang lainnya.
2. Penemuan Baru
Adanya penemuan baru juga dapat memengaruhi terjadinya perubahan sosial.
Penemuan baru ini bisa berupa alat, gagasan, atau rangkaian ciptaan.
Penemuan yang benar-benar baru disebut discovery. Sedangkan penemuan
baru apabila telah diterima dan diakui masyarakat disebut invention.
Namun, proses yang terjadi dalam discovery menjadi invention,
membutuhkan waktu yang lama. Munculnya penemuan baru ini juga didorong
oleh beberapa faktor sebagai berikut:
a. Kesadaran individu atau masyarakat berkaitan dengan keterbatasan fungsi
nilai kebudayaan.
b. Kualitas sumber daya manusia atau ahli untuk mengolah sumber daya
alam dan teknologi.
c. Muncul rangsangan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja
dalam masyarakat.
3. Konflik dalam Masyarakat
Adanya perbedaan dalam masyarakat, seperti perbedaan ciri-ciri fisik,
kepentingan pendapat, status sosial ekonomi, suku bangsa, ras, agama, dan
lain-lain, seringkali dapat memicu munculnya konflik.

Konflik yang terjadi di dalam masyarakat dapat terjadi antarindividu,


antarkelompok, antar individu dengan kelompok, dan antargenerasi. Sebagai

7
proses sosial, konflik memang merupakan proses disosiatif, namun
munculnya konflik ini tidak selalu berakibat negatif.
Suatu konflik yang kemudian disadari akan memecahkan ikatan sosial
biasanya akan diikuti dengan proses akomodasi yang justru akan menguatkan
ikatan sosial. Jika demikian, biasanya akan terbentuk suatu keadaan yang
berbeda dengan keadaan sebelum terjadi konflik.

Faktor Ekstern
1. Perubahan Alam
Alam memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia.
Seperti yang kita tahu, alam merupakan penyedia kebutuhan bagi manusia,
mulai dari makanan, pakaian, hingga perkembangan teknologi. Sayangnya,
keberadaan alam ini berisiko mengalami kerusakan akibat pertambahan
penduduk dan kemajuan teknologi.
Jika jumlah penduduk semakin tinggi, maka akan semakin tinggi juga tekanan
terhadap alam, sehingga dapat menimbulkan kerusakan alam. Contoh dari
penyebab perubahan sosial yang disebabkan oleh alam yaitu ketika
mengeringkan lahan pertanian untuk membangun rumah.
Hal ini akan mengakibatkan berkurangnya lahan pertanian, serta para petani
pun juga kehilangan lahan untuk bertani. Hingga akhirnya terpaksa harus
bekerja sebagai buruh pabrik atau pekerjaan yang lainnya.

2. Peperangan
Adanya peperangan di suatu wilayah juga menjadi penyebab perubahan sosial.
Sudah banyak contoh dari kasus ini dari berbagai belahan dunia. Peperangan
yang terjadi akan mengakibatkan perubahan pada kepribadian individu
sebagai anggota masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut.

Perubahan sosial karena peperangan ini bisa terjadi karena melibatkan seluruh
komponen masyarakat dan akan membawa perubahan dalam masyarakat
tersebut, baik besar maupun kecil.

8
Selain itu, perang juga akan membawa dampak bagi masyarakat setempat,
khususnya pada masyarakat yang kalah perang. Ini karena adanya pemaksaan
masuknya budaya dari negara yang menang perang.
3. Pengaruh Kebudayaan
Adanya hubungan sosial selalu terjadi dalam kehidupan masyarakat membuat
kebudayaan satu dengan kebudayaan lainnya bertemu dalam proses sosial
baik bertemunya, tersebut secara asosiatif ataupun disosiatif.
Pertemuan dari dua kebudayaan atau lebih yang memiliki latar belakang
berbeda pada dasarnya menjadi faktor penyebab sosial budaya. Perubahan
tersebut bisa dalam bentuk akulturasi ataupun dalam bentuk asimilasi.
4. Bencana Alam
Adanya bencana alam juga bisa menjadi penyebab perubahan sosial. Ini bisa
terjadi karena bencana dalam suatu masyarakat akan mengubah segala bentuk
struktur dan juga sistem hidup yang direncanakan.

9
BAB III
TEORI-TEORI KEBUDAYAAN DAN TEORI-TEORI TENTANG
INTERAKSI SOSIAL

A. Teori- Teori Kebudayaan


Ilmu kebudayaan (humanities) merupakan salah satu bagian yang penting untuk
dikaji karena menyangkut dinamika perkembangan hidup manusia dan
kebudayaannya. Hal ini merupakan usaha yang diharapkan dapat memberikan
pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang
dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan.
Dengan demikian, kajian ini dimaksudkan untuk mendidik ahli-ahli dalam bidang
keahlian yang termasuk dalam pengetahuan budaya (the humanities), sebagai
salah satu usaha untuk mengembangkan kepribadian mahasiswa dengan cara
memperluas wawasan pemikiran serta kemampuan kritikalnya terhadap nilai-nilai
budaya, baik yang menyangkut orang lain dan alam sekitarnya maupun yang
menyangkut dirinya sendiri. Kesimpulannya, tujuan kajian teori-teori budaya
adalah mengembangkan kepribadian dan wawasan pemikiran, khususnya
berkenaan dengan kebudayaan agar daya tangkap, persepsi, dan penalaran
mengenai lingkungan budaya mahasiswa dapat menjadi lebih halus.
Buku ini sangat penting untuk dibaca dan disimak dengan saksama karena di
dalamnya diuraikan teori kebudayaan secara detail dilengkapi berbagai contoh
budaya lokal di Indonesia. Antara lain dituturkan bahwa, kebudayaan mempunyai
fungsi integratif yang memberi dasar dan orientasi bagi anggota masyarakat
sehingga menimbulkan semangat, rasa aman, rasa memiliki, dan cita rasa sebagai
anggota masyarakat itu. Kebudayaan juga menimbulkan tertib damai hidup
bermasyarakat dengan adat istiadat, kebatinan dan kesusilaan; angan-angan
manusia yang menimbulkan keseluruhan bahasa, kesusastraan dan pendidikan,
serta kesenian yang bersifat indah. Orang luar yang berada dalam masyarakat itu
akan merasakan bahwa ia orang baru atau orang luar yang tidak berbagi
pemahaman pengetahuan, cita rasa, semangat, ekspresi, dan apresiasi dengan
masyarakat tersebut.

10
Ada tiga pandangan tentang kebudayaan, yaitu pandangan superorganis,
pandangan kaum konseptualis, dan pandangan realis. Menurut pandangan
superorganis, kebudayaan adalah realitas super dan ada di atas dan diluar
pendukung individualnya dan kebudayaan punya hukum-hukumnya sendiri.
Dalam pandangan konseptualis, kebudayaan bukanlah suatu entitas sama sekali,
tetapi sebuah konsep yang digunakan antropolog untuk menghimpun serangkaian
fakta-fakta yang terpisah-pisah. Dalam pandangan para realis, kebudayaan adalah
kedua-duanya, yaitu sebuah konsep dan sebuah entitas empiris. Kebudayaan
adalah sebuah konsep, sebab ia bangunan dasar dari ilmu antropologi.
Kebudayaan merupakan entitas empiris sebab konsep ini menunjukkan cara
sebenarnya fenomena-fenomena tertentu diorganisasikan.

1. Pandangan Superorganis
Inti pandangan superorganis, kebudayaan merupakan realitas super dan ada di atas
dan di luar pendukung individualnya dan kebudayaan punya hukum-hukumnya
sendiri. Karena itu, mesti dijelaskan dengan hukum-hukumnya sendiri. Meskipun
adalah benar bahwa faktor-faktor tertentu teknologi dan ekonomi. Kebudayaan
tidak mungkin diterangkan dengan menggunakan sumbernya sebagaimana sebuah
molekul dimengerti hanya dengan jumlah atom-atomnya. Sumber-sumber bisa
menjelaskan bagaimana kebudayaan muncul, tetapi bukan kebudayaan itu sendiri.
Kebudayaan dengan ringkas lebih dari pada hasil kekuatan-kekuatan sosial atau
ekonomi. Kebudayaan merupakan realitas yang menyebabkannya mungkin ada.

Menurut Emile Durkheim, “kebudayaan terdiri dari fakta-fakta sosial dan


representasi kolektif yaitu cara berpikir, bertindak, dan merasa yang bersifat
independen dan berada di luar individu. Cara-cara berperilaku ini membebankan
sebuah kekuatan memaksa terhadap individu, yaitu dia dihukum, baik secara legal
maupun moral bila tidak mematuhinya. Faktor-faktor moral tidak dapat dijelaskan
secara psikologis, tetapi hanya dengan menggunakan fakta-sosial yang lain.
Demikianlah, sebuah gagasan atau sentimen mungkin semua disuarakan oleh
seorang tertentu, tetapi ia akan menjadi fakta sosial hanya melalui percampuran
dengan gagasan-gagasan dan perasaan-perasaan orang lain.

11
Menurut Durkheim, kebudayaan yang dipahami sebagai totalitas fakta-fakta
sosial bersifat immanen dan transenden. Pada satu pihak kebudayaan bekerja
dalam diri individu, membimbingnya untuk berperilaku menurut cara tertentu,
pada pihak lain, kebudayaan ada diluar mereka dalam bentuk representatif
kolektif terhadap mana mereka harus menyesuaikan diri. Kebudayaan, katanya
adalah sebuah “kesadaran kolektif.....sebuah kesatuan psikis yang memiliki cara
berpikir, merasa, dan bertindak berbeda dari cara-cara khusus individu-individu
yang membentuknya.” Sebagaimana Hegel, Durkheim percaya bahwa apa yang
terbaik pada seseorang datang kepadanya dari kebudayaannya dan hal itu
sebenarnya, adalah kebudayaannya yang bekerja dalam dirinya. Demikianlah
seorang memuaskan dirinya sendiri sampai batas ia menjadi terlibat dalam
kebudayaannya dan menjadikan aspirasi budaya tersebut menjadi miliknya.
Sebaliknya, semakin memusatkan diri seseorang terhadap dirinya sendiri,
semakin lebih terbatas kepribadiannya dan semakin cenderung dia untuk bunuh
diri.

Di antara antropolog di negara yang berbahasa Inggris, pandangan superorganis


telah dipertahankan oleh B. Malinowski dan A.L.Kroeber, yang menemukan
istilah “superorganis”, tetapi yang kemudian bergerak lebih dekat pada posisi
konseptualis. Sekarang yang menjadi eksponen utamanya adalah L.A.White.
Menurut pandangan superorganis, perilaku manusia ditentukan secara budaya.
Anggaplah bahwa individu memungkinkan adanya kebudayaan (karena supaya
ada, kebudayaan harus punya pendukung) namun itu tidak berarti bahwa individu
menjadi sebab perilakunya sendiri seperti halnya pelaku sebuah sandiwara
memutuskan apa yang harus mereka pertontonkan. Kebudayaan mengontrol
kehidupan anggotanya sebagaimana halnya sebuah sandiwara mengontrol kata-
kata dan perbuatan aktor. Individu, kata White adalah pada hakekatnya sebuah
organisasi kekuatan-kekuatan kebudayaan dalam elemen-elemen yang menekan
dari luar dan yang menemukan expresi nyatanya melalui individu. Dilihat
demikian, individu tidak lain dari expressi sebuah tradisi supra biologi dalam
bentuk fisik. Orang dapat menguasai aspek-aspek tertentu alam fisik hanya karena

12
dia ada di luarnya, setelah memunculkan semacam kesatuan, yaitu kebudayaan
yang tidak lagi seluruhnya tunduk kepada hukum alam. Kebudayaan karena itu
tidak bisa dikontrol manusia, karena dia sendiri merupakan bagian dari
kebudayaan.

2. Pandangan Kaum Konseptualis Tentang Kebudayaan


Umumnya antropolog Amerika menganut apa yang dinamakan pandangan
konseptualis tentang kebudayaan. Mereka mengatakan bahwa kebudayaan adalah
konsep atau konstruk seorang antropolog. Apa yang diamati orang tidak pernah
kebudayaan seperti itu saja, tetapi banyak bentuk-bentuk perilaku yang dipelajari
dan dipakai bersama dengan benda-benda hasil produksi mereka. Dari sini pikiran
tentang kebudayaan diabstraksikan.

Menurut kaum konseptualis, pada akhirnya semua kebudayaan mesti diterangkan


secara sosial psikologis. Dalam kata-kata R.Linton, “Kebudayaan .....ada hanya
dalam fikiran individu-individu yang membentuk suatu masyarakat. Kebudayaan
mendapatkan semua kualitasnya dari kepribadian-kepribadian mereka dan
interaksi dari kepribadian-kepribadian itu.” Bukan kebudayaan yang
menyebabkan proses budaya terjadi, tetapi orang-orang, dipengaruhi oleh apa
yang dikerjakan orang-orang dimasa lalu.

Jika kaum konseptualis membedakan kebudayaan dan pola-polanya, hal itu


semata-mata untuk maksud kajian dan bukan karena dia mempercayai bahwa
kebudayaan suatu entitas yang riel. Namun demikian, para pengikut konseptualis
tidak setuju tentang sejauh mana individu dapat mempengaruhi proses budaya.
Beberapa orang seperti Herkovits menerangkan bahwa semua pola budaya
akhirnya dalam bentuk perilaku individu; yang lain seperti Kroeber, seseorang
pengikut yang berkeberatan terhadap posisi konseptualis, mempertahankan
bahwa jauh lebih muda untuk menerangkan pola budaya dengan menggunakan
pola budaya lain. Peristiwa-peristiwa budaya, kata Kroeber, dipolakan, tapi tidak
dengan cara yang dapat dijajagi kesebab-sebab psikologis atau sosial tertentu.
3. Pandangan golongan realis tentang kebudayaan

13
Sejumlah kecil antropolog, seperti David Bidney dan sejarahwan Philip Bagby,
mempertahankan bahawa kebudayaan adalah sebuah konsep dan sebuah realitas.
Bagby membantah bahwa kebudayaan adalah sebuah abstraksi dalam arti, bahwa
tidak kebudayaan itu sendiri dan tidak pula pola-pola yang membentukya dapat
diamati secara keseluruhan. Betapa jarang, umpamanya, anggota keseluruhan
suatu suku hadir bersama-sama sehingga seorang antropolog bisa melihat sekilas
pola budaya dari kebudayaan mereka. Tetapi mereka juga menunjukan bahwa,
sungguhpun kita tidak pernah mengamati secara serentak semua gerakan dari
planitdi sekitar matahari. Namun kita menyetujui adnya system solar. Mengapa
tidak mungkin suatu kebudayaan sebagai realita?, kebudayaan yang demikian
merupakan sebuah konstruksi dalam arti dalam dirinya sendiri kebudayaan
tersebut bukan sebagai entitas yang bisa diamati. Tetapi dalam arti lain,
kebudayaan yang demikian adalah nyata, karena walaupun kita tidak dapat
mengamatinya dengan penuh secara serentak, ia tidak berada dalam hal ini dari
entitas-entitas lainya, seperti system solar di atas, yang realitanya tidak kita
pertanyakan.

Bidney juga mendalilkan sebuah kebudayaan sesungguhnya sumber dari konsep


kebudayaan diabstraksikan. Dia juga mengemukakan bahwa ada sebuah “meta
cultural reality” yang absolute yang semua kebudayaan mendekati bangunan
tersebut, tetapi tidak secara sempurna identik dengannya. Yang belakangan ini
merupakan kebudayaan yang jika dapat direalisasikan akan menjawab secara
lengkap kebutuhan manusia. Karena itu tidak ada kebudayaan yang secara
absolute valid, tetapi masing-masingnya mencerminkan sebuah idea type.

Para realis dan konseptualis setuju untuk menolak determinsme budaya yang
penuh. Meskipun peristiwa-peristiwa budaya di masa lalu dan sekarang
membatasi apa yang dapat dilakukan oleh anggota satu budaya pada waktu-waktu
tertentu, namun demikian kata Kluckhohn, kebudayaan tidak mengiuti logika
yang kaku dari dirinya sendiri. Ada waktu-waktu di mana masyarakat menentukan
nasibnya sendiri seperti yang terjadi di Jerman 1933, Inggris tahun 1940 adalah
contoh-contoh konkrit.

14
Juga sebab-sebab langsung dari perubahan social adalah ketidak sesuaian individu
dengan budaya yang ada. Pada waktu ketidak puasan meluas beberapa individu
yang kreatif dapat menciptakan sebuah pola budaya yang baru, yang dengan cepat
akan disetujui dengan orang yang lain. Dengan demikian asal dari perubahan
social adalah ketegangan dan ketidak puasan yang dirasakan oleh individu-
individu tertentu. Bilamana ketidakamanan cukup kuat dan cukup meluas, pola
baru akan merambah pada individu yang kreatif yang secara perlahan-lahan ditiru
oleh semua anggota masyarakat.

B. Teori – teori tenang Interaksi Sosial


Kehidupan dan aktivitas manusia tidak terlepas dari interaksi sosial. Sebagai
makhluk sosial, setiap manusia akan melakukan interaksi dalam kehidupan
bermasyarakat. Maka itu, interaksi sosial pun menjadi salah satu topik
pembahasan di sosiologi, bidang ilmu yang mempelajari masyarakat.
Dalam sosiologi, interaksi sosial didefinisikan sebagai suatu aktivitas pertukaran
sosial antara dua atau lebih individu. Interaksi sosial dapat dilihat dari berbagai
jenis ukuran kelompok seperti, dua, tiga individu, atau kumpulan yang lebih besar
lagi.

Teori Interaksi Sosial Menurut Ahli Sosiologi


Pembahasan terkait dengan interaksi sosial sudah dijelaskan oleh beberapa ahli
sosiologi pada era abad ke-19 dan awal 20. Di antaranya ialah George Herbert
Mead dan Erving Goffman. Keduanya menjelaskan interaksi sosial sebagai suatu
bentuk aktivitas individu yang dapat menjadi faktor pembentuk kepribadian dari
setiap orang. Kedua sosiolog itu juga merumuskan teori tentang interaksi sosial,
yakni Interaksionisme Simbolik dan Dramaturgi.
1. Teori Interaksionisme Simbolik
Teori Interaksionisme Simbolik dikemukakan oleh George Herbert Mead.
Menurut pendapat Mead, interaksi sosial terjadi karena penggunaan
simbol-simbol yang memiliki makna. Simbol tersebut menciptakan makna
yang dapat memicu adanya interaksi sosial antar individu. Contoh
interaksionisme simbolik dalam aktivitas sehari-hari yaitu ketika kita

15
sedang melakukan aktivitas berbelanja di mana terdapat pelayan yang
menawarkan berbagai produk. Oleh karena itu dalam hal ini kita akan
menempatkan diri sebagai seorang konsumen. Interaksionisme simbolik
pada contoh ini memberikan makna atas suatu peran dan juga aktivitas
pada setiap individu.
2. Teori Dramaturgi
Teori Dramaturgi dikonsepsikan oleh Erving Goffman. Menurut Goffman,
interaksi sosial seperti suatu pertunjukan seni. Sebab, dalam interaksi
sosial ada dua jenis kehidupan, yaitu backstage (belakang panggung) dan
juga frontstage (depan panggung). Teori Goffman menggambarkan
kehidupan manusia yang memiliki perbedaan pola interaksi yang
tergantung pada situasi dan kondisi. Dalam kehidupan sehari-hari,
dramaturgi dalam interaksi sosial terlihat seperti dalam kehidupan seorang
Ayah. Saat bekerja, seorang ayah mungkin akan menjadi seorang bos yang
akan bersikap tegas kepada bawahannya di perusahaan. Sebaliknya, saat
di rumah dan menjadi figur ayah, sosok itu mungkin akan lebih ramah dan
bersahabat kepada anak-anaknya.
Jenis – jenis Interaksi Sosial :
Ada beragam jenis interaksi sosial yang dipelajari dalam sosiologi. Secara umum,
mengutip isi dari penjelasan di publikasi Kemdikbud, jenis interaksi sosial bisa
terbagi menjadi tiga, yakni hubungan orang per-orang, relasi individu dan
kelompok, serta hubungan antar-kelompok. Pembagian jadi 3 jenis ini didasari
atas subyek yang terlibat dalam interaksi.
1. Komunikasi Non-Verbal
Proses komunikasi ini dilakukan tanpa adanya aktivitas verbal antar
individu. Jenis interaksi sosial seperti ini banyak ditemukan dewasa ini
seperti dalam aktivitas media sosial. Selain itu, jenis komunikasi ini dapat
disampaikan pula melalui pakaian dan gaya kita. Sehingga dalam hal ini
berkaitan dengan teori interaksionisme simbolik

16
2. Pertukaran Sosial
Jenis interaksi sosial ini melakukan aktivitas pertukaran yang mengarah
pada hubungan antar individu. Munculnya pertukaran didasarkan pada
kepentingan satu sama lain dengan membentuk suatu hubungan.
3. Kerja Sama
Proses ini merupakan suatu kegiatan kerja atau melakukan sesuatu secara
bersamaan antara dua orang individu atau lebih. Kerja sama bisa terbagi
ke dalam tiga jenis, yaitu dipaksakan, sukarela, dan tidak disengaja.
4. Konflik
Dalam sosiologi, konflik dianggap sebagai hal yang normal yang ada
dalam suatu interaksi sosial. Hal tersebut dapat terjadi akibat adanya
kepentingan pribadi atau perebutan suatu kendali atas sumber daya yang
langka.
5. Kompetisi
Kompetisi juga wajar dalam aktivitas interaksi sosial. Kompetisi memicu
terjadinya interaksi sosial satu sama lain dalam suatu kelompok, yakni
antar-individu, ataupun antarkelompok.
Teori kebudayaan adalah usaha untuk mengonseptualkan kebermaknaan
itu, untuk memahami pertalian antara data dengan manusia dan kelompok
manusia yang mewujudkan data itu. Teori kebudayaan adalah usaha
konseptual untuk memahami bagaimana manusia menggunakan
kebudayaan untuk melangsungkan kehidupannya dalam kelompok,
mempertahankan kehidupannya melalui penggarapan lingkungan alam
dan memelihara keseimbangannya dengan dunia supranatural.

Keragaman teori kebudayaan dapat ditinjau dari dua perspektif, yaitu, (a)
perspektif perkembangan sejarah yang melihat bahwa keragaman itu
muncul karena aspek-aspek tertentu dari kebudayaan dianggap belum
cukup memperoleh elaborasi. Dan (b) perspekif konseptual yang melihat
bahwa keragaman muncul karena pemecahan permasalahan konseptual
terjadi menurut pandangan yang berbeda-beda. Dalam memahami
kebudayaan kita tidak bisa terlepas dari prinsip-prinsip dasarnya. de

17
Saussure merumuskan setidaknya ada tiga prinsip dasar yang penting
dalammemahami kebudayaan, yaitu:

Tanda (dalam bahasa) terdiri atas yang menandai (signifiant, signifier,


penanda) dan yang ditandai (signifié, signified, petanda). Penanda adalah
citra bunyi sedangkan petanda adalah gagasan atau konsep. Hal ini
menunjukkan bahwa setidaknya konsep bunyi terdiri atas tiga komponen
(1) artikulasi kedua bibir, (2) pelepasan udara yang keluar secara
mendadak, dan (3) pita suara yang tidak bergetar.

Gagasan penting yang berhubungan dengan tanda menurut Saussure


adalah tidak adanya acuan ke realitas obyektif. Tanda tidak mempunyai
nomenclature. Untuk memahami makna maka terdapat dua cara, yaitu,
pertama, makna tanda ditentukan oleh pertalian antara satu tanda dengan
semua tanda lainnya yang digunakan dan cara kedua karena merupakan
unsur dari batin manusia, atau terekam sebagai kode dalam ingatan
manusia, menentukan bagaimana unsur-unsur realitas obyektif diberikan
signifikasi ataukebermaknaan sesuai dengan konsep yang terekam.

Permasalahan yang selalu kembali dalam mengkaji masyarakat dan


kebudayaan adalah hubungan antara individu dan masyarakat. Untuk
bahasa, menurut Saussure ada langue dan parole (bahasa dan tuturan).
Langue adalah pengetahuan dan kemampuan bahasa yang bersifat
kolektif, yang dihayati bersama oleh semua warga masyarakat; parole
adalah perwujudan langue pada individu. Melalui individu direalisasi
tuturan yang mengikuti kaidah-kaidah yang berlaku secara kolektif,
karena kalau tidak, komunikasi tidak akan berlangsung secara lancar.

Gagasan kebudayaan, baik sebagai sistem kognitif maupun sebagai sistem


struktural, bertolak dari anggapan bahwa kebudayaan adalah sistem
mental yang mengandung semua hal yang harus diketahui individu agar

18
dapat berperilaku dan bertindak sedemikian rupa sehingga dapat diterima
dan dianggap wajar oleh sesama warga masyarakatnya.
Jika kita menilik tentang Teori Kebudayaan maka kita tidak bisa lepas dari
bagaimana Teori Kebudayaan memandang kebudayaan. Kebudayaan
menurut Teori Kebudayaan sebagai,
(a)Sistem adaptasi terhadap lingkungan.
(b)Sistem tanda.
(c) Teks, baik memahami pola-pola perilaku budaya secara analogis
dengan wacana tekstual, maupun mengkaji hasil proses interpretasi teks
sebagai produk kebudayaan.
(d) Fenomena yang mempunyai struktur dan fungsi.
(e) Dipandang dari sudut filsafat.

Mengkaji kebudayaan tidak dapat terlepas dari data yang dapat


dikategorikan kedalam lima jenis, yaitu,
(a) artifak,
(b) perilaku kinetis yang digerakkan oleh otot manusia,
(c) perilaku verbal yang mewujudkan diri ke dalam dua bentuk yaitu
(d) tuturan yang terdiri atas bunyi bahasa dan
(e) teks yang terdiri atas tanda-tanda visual. Semua obyek dari kajian Teori
Kebudayaan memperlihatkan tata susunan atau pola keteraturan tertentu
yang dijadikan dasar untuk memperlakukan hal-hal itu sebagai data yang
bermakna, karena merupakan hasil kegiatan manusia sebagai mahluk yang
terikat pada kelompok atau kolektiva, dan karena keterikatan itu
mewujudkan kebermaknaan itu.

Teori kebudayaan adalah usaha untuk mengonseptualkan kebermaknaan


itu, untuk memahami pertalian antara data dengan manusia dan kelompok
manusia yang mewujudkan data itu. Teori kebudayaan adalah usaha
konseptual untuk memahami bagaimana manusia menggunakan
kebudayaan untuk melangsungkan kehidupannya dalam kelompok,

19
mempertahankan kehidupannya melalui penggarapan lingkungan alam
dan memelihara keseimbangannya dengan dunia supranatural.

HIRARKHI KEBUTUHAN MANUSIA DAN KAITANNYA DENGAN


KEMUNCULAN BUDAYA
Kebutuhan manusia memang bermacam-macam, tapi ada satu teori terkenal yang
bisa menjelaskan konsep kebutuhan manusia. Teori tersebut adalah teori hierarki
kebutuhan yang dikemukakan oleh Abraham Maslow. Abraham Maslow sendiri
merupakan tokoh psikologi asal Amerika Serikat. Menurut Maslow, kebutuhan
manusia tersusun dalam suatu hierarki. Disebut hierarki karena memang manusia
memenuhi kebutuhannya secara berjenjang. Manusia akan berusaha memenuhi
satu jenjang kebutuhan terlebih dahulu. Setelah jenjang pertama terpenuhi, maka
manusia akan mencoba memenuhi kebutuhan yang ada di jenjang berikutnya.
1. Kebutuhan fisiologis
Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan paling mendasar dari hierarki
Maslow. Kebutuhan ini disebut juga sebagai kebutuhan primer, seperti makan,
minum, pakaian, dan tempat tinggal. Manusia akan memenuhi kebutuhan
fisiologis terlebih dahulu sebelum ia beranjak ke kebutuhan berikutnya.
Sebab, kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan yang paling kuat dan
mendesak pemenuhannya.
2. Kebutuhan rasa aman
Kebutuhan akan rasa aman merupakan kebutuhan yang menempati posisi
kedua dari hierarki Maslow. Kebutuhan rasa aman ini meliputi kebutuhan
keamanan dan perlindungan dari bahaya fisik dan emosi. Kebutuhan ini
didapatkan setelah kebutuhan fisiologis terpenuhi. Kebutuhan rasa aman
dipenuhi untuk mendukung pemenuhan kebutuhan lain agar bisa terus
berjalan dengan baik.
3. Kebutuhan social
Kebutuhan sosial merupakan kebutuhan yang menempati posisi ketiga dari
hierarki Maslow. Kebutuhan sosial ini meliputi kebutuhan kasih sayang, rasa
memiliki, bersosialisasi, penerimaan, dan persahabatan. Manusia sejatinya

20
adalah makhluk sosial, tidak mengherankan jika manusia membutuhkan
sosialisasi dalam menjalani hidupnya. Sebab dalam menjalani hidupnya,
manusia senantiasa membutuhkan bantuan dari orang lain.
4. Kebutuhan penghargaan
Kebutuhan penghargaan merupakan kebutuhan yang menempati posisi
keempat dari hierarki Maslow. Dalam buku Perilaku Organisasi (2018) karya
Timotius Duha, dijelaskan bahwa kebutuhan penghargaan meliputi faktor-
faktor internal seperti harga diri, otonomi, dan prestasi serta faktor-faktor
eksternal seperti status, pengakuan, dan perhatian. Kebutuhan penghargaan
atau disebut juga kebutuhan harga diri merupakan hak untuk memperoleh dan
kewajiban untuk meraih atau mempertahankan pengakuan dari orang lain.
Pengakuan akan diperoleh seseorang apabila telah sukses dalam memenuhi
kebutuhan sosialnya. Kebutuhan ini bisa menjadi sangat ambisius apabila
yang memenuhi kebutuhan ini adalah seseorang yang sering mencari status.
5. Kebutuhan aktuakisasi diri
Kebutuhan aktualisasi diri merupakan kebutuhan yang menempati posisi
tertinggi dari hierarki Maslow. Kebutuhan ini mencakup kebutuhan untuk
mengembangkan potensi yang ada pada diri sendiri, kebutuhan untuk
meningkatkan kemampuan diri, serta kebutuhan untuk menjadi orang yang
lebih baik. Kebutuhan ini umumnya jarang dipenuhi oleh seseorang. Sebagian
besar orang-orang hanya fokus pada kebutuhan fisik, rasa aman, sosial, dan
harga diri. Kebutuhan ini biasanya hanya dipenuhi oleh orang-orang yang
ingin menaklukkan kemampuan dirinya dan yang berani menerima tantangan
dari luar. Tujuan utama pemenuhannya adalah untuk memperoleh kepuasan
batin dan meningkatkan kepercayaan diri.

Hierarki tersebut disusun dengan mempertimbangkan pengalaman setiap


individu, yang selalu unik bagi individu tersebut. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi kebutuhan dasar manusia, diantaranya penyakit, hubungan
keluarga, konsep diri manusia, dan perkembangan.
Jadi, Penyakit dalam tubuh dapat menyebabkan perubahan pemenuhan
kebutuhan baik secara fisiologi maupun psikologi. Tubuh yang sedang sakit

21
membutuhkan pemenuhan kebutuhan secara khusus dan optimal
dibandingkan tubuh yang sehat.
Hubungan keluarga yang baik dapat meningkatkan kebutuhan cinta kasih dan
rasa memiliki dengan menumbuhkan rasa saling percaya, rasa kesenangan
dalam hidup, tidak ada rasa curiga, dan lain-lain.
Konsep diri memiliki peran dalam pemenuhan kebutuhan dasar, karena hal
tersebut menggambarkan bagaimana seorang individu menggambarkan
dirinya sendiri, seperti apakah ia merasa dirinya baik, mudah berubah, merasa
sehat baik fisiologi maupun psikologis, dan lain-lain.

SOLIDARITAS SOSIAL KOTA DAN DESA (MEKANIS-ORGANIS,


GEMEINSCHAFT-GESSELSCHAFT, PAGUYUBAN-PATEMBAYAN)

Gemeinschaft dan Gesellschaft (dalam bahasa Indonesia dipadankan menjadi


paguyuban dan patembayan) adalah istilah yang diperkenalkan oleh sosiolog
berkebangsaan Jerman, Ferdinand Tönnies, untuk membedakan dua ikatan sosial
menjadi dua dikotomi tipe sosiologis. Gemeinschaft adalah bentuk kehidupan
bersama, anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni, bersifat alami dan
kekal. Dasar hubungan adalah rasa cinta dan rasa persatuan yang telah
dikodratkan. Biasanya paguyuban lahir dari dalam diri individu ditandai dengan
rasa solidaritas dan identitas yang sama. Keinginan untuk berhubungan
didasarkan atas kesamaan dalam keinginan dan Tindakan.

Gemeinschaft dibagi menjadi tiga, yaitu:


Gemeinschaft ikatan darah, hubungannya didasarkan pada ikatan darah atau
keturunan
Gemeinschaft ikatan tempat, hubungannya didasarkan pada kedekatan tempat
tinggal atau kesamaan lokasi
Gemeinschaft ikatan ideologi/pemikiran, hubungannya didasarkan pada
kesamaan ideologi meskipun tidak memiliki ikatan darah maupun tempat tinggal
yang berdekatan

22
Sedangkan gesellschaft adalah bentuk kehidupan bersama dimana anggotanya
mempunyai hubungan yang sifatnya sementara dan disatukan oleh pemikiran
yang sama. Gesselschaft ditentukan oleh kurwille (kehendak rasional) dan
dilambangkan oleh masyarakat kosmopolitan modern dengan birokrasi
pemerintah dan organisasi industri besar. Dalam gesellschaft, kepentingan pribadi
yang rasional dan tindakan penghitungan melemahkan ikatan tradisional keluarga,
kekerabatan dan agama.
Hubungan gemeinschaft mudah ditemui pada masyarakat rural yang rata-rata
masih bekerja sebagai petani. Tipikal masyarakat ini masih tradisonal dengan
sistem kekeluargaan dan kekerabatan yang masih sangat kuat yang masih
memegang tradisi yang mengedepankan prinsip berdasarkan nilai bersama.
Komposisi masyarakat bersifat homogen dengan interaksi sosial bersifat
emosional. Pembagian kerja masih sederhana dan tatanan sosial dibentuk oleh
tradisi. Peran agama dalam pengorganisasian sosial masih dominan dan hubungan
sosial didominasi oleh kerjasama.

Sedangkan pada hubungan gesellschaft mudah ditemui pada masyarakat urban.


Tipikal masyarakat ini sudah mulai modern dan berorientasi ke industri yang
ditandai dengan melemahnya tradsi. Sistem kekeluargaan dan kekerabatan
melemah, tindakan sosial berdasarkan komando dan mengedepankan prinsip
efisiensi. Komposisi masyarakat bersifat heterogen, dengan interaksi sosial
bersifat rasional. Pembagian kerja bersifat kompleks dan tatanan sosial dibentuk
oleh birokrasi. Pada masyarakat gesellschaft peran ilmu pengetahuan ilmiah
dalam pengorganisasian sosial lebih dominan. Hubungan sosial masyarakat
gesellscahft didominasi oleh kompetisi.
Seorang sosiolog Jerman, yaitu Ferdinand Tonnies membedakan tipe kelompok
sosial menjadi dua yaitu Paguyuban (Gemeinschaft) dan Patembayan
(Gesellschaft). Gemeinschaft merupakan bentuk kehidupan bersama, dimana
anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah serta
kekal. Selain itu, dalam kelompok ini terdapat rasa pengertian (understanding)
dan kemauan bersama (common will). Oleh karena itu, kelompok gemeinschaft
identik dengan masyarakat desa atau masyarakat tradisional yang memiliki

23
kekerabatan erat. Adapun Durkheim sebagai sosiolog juga menggambarkan
kondisi masyarakat seperti Ferdinand Tonnies bahwa tipe solidaritas mekanik
merefleksikan kondisi masyarakat tradisional yang bersifat homogen, norma
sosial yang mengikat kuat, dan integrasi sosialnya juga kuat. Sedangkan
Gesellschaft menunjukkan bentuk kehidupan bersama yang berlangsung secara
singkat. Hubungan anggota kelompok gesellschaft bersifat public life, artinya
hubungan yang terjalin terbuka untuk semua orang, sehingga kelompok ini identik
dengan masyarakat perkotaan. Kelompok gesellscaft juga sering ditemukan pada
masyarakat industri. Pada umumnya masyarakat industri memiliki pola pikir
terbuka dan tidak memiliki hubungan akrab dengan anggota lain.

Contohnya, Solidaritas Sosial yang berlangsung di masyarakat Perum Pulubala.


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan
teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif, yaitu proses data,
penyajian data, dan kesimpulan awal. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa:
bahwa solidaritas masyarakat perumahan Pulubala Kecamatan Kota Tengah Kota
Gorontalo cenderung pada solidaritas sosial masyarakat organik. Hal ini dapat
dilihat dari ciri-ciri atau sifat yang ditonjolkan oleh masyarakat setempat lebih
mengacu pada solidaritas organik. Ciri-ciri tersebut diantaranya:
1). pembagian kerja masyarakat solidaritas organik merujuk pada pembagian
kerja yang tinggi,
2). hukuman yang berlaku di perumahan Pulubala bersifat mengikat secara
bersama-sama dan dituangkan dalam Undang-Undang yang mengikat seluruh
warga di Perumahan Pulubala secara khusus. Hal ini mengindikasikan pada ciri
masyarakat organik, yakni hukum restitutif yang mengikat,
3). pemberian hukuman bagi warga yang menyimpang dari norma agama atau
norma hukum dilakukan oleh badan sosial bukan komunitas tertentu,
4). kesadaran kolektif yang lemah mengidentikan pada kesadaran masyarakat
solidaritas organik. Artinya, bahwa keyakinan masyarakat perumahan Pulubala
diyakini sesuai dengan kepercayaan masing-masing,

24
5). individualitas tinggi. Hal ini dapat dilihat dari hubungan interkasi antar
masyarakat perumahan Pulubala yang bersifat individual, yakni hubungan
interaksi yang bersifat kekerabatan atau saling mengenal saja,
6). pola hidup masyarakat perumahan Pulubala bersifat perkotaan. Artinya bahwa
masyarakat di Perumahan Pulubala dalam menjalankan kehidupan mereka sehari-
hari lebih cenderung pada pola hidup masyarakat perkotaan. Kata Kunci:
Solidaritas Masyarakat, Perumahan.

Contoh, Masyarakat pedesaan adalah masyarakat yang homogen. Dalam


kehidupan sehari-hari interaksi sosial yang dilakukan sudah saling mengenal
antara orang yang satu dengan yang lainnya. Keakraban antar manusia
menumbuhkan kegiatan yang ada dilakukan secara bersama-sama. Masyarakat
desa yang identik dengan kesederhanaan masih menjaga nilai-nilai kearifan lokal.
Solidaritas sosial masyarakat pedesaan masih kuat yaitu saling tolong-menolong
dalam berbagai hal. Aktivitas sosial yang dilakukan mencerminkan kerjasama,
kekompakan, dan gotong royong sebagai modal tindakan keseharian dalam
kegiatan yang dilakukan. Masyarakat desa masih memiliki nilai-nilai yang
dijunjung tinggi dalam wujud aktivitas sosial. Aktivitas yang dilakukan dapat
dilihat dari berbagai aspek yaitu budaya, sosial, politik, hukum, agama, ekonomi,
pendidikan, dan lain-lain. Kiranya serangkaian aktivitas manusia masyarakat
pedesaan menjadi menarik untuk diperbincangkan karena memuat unsur
keseragaman dalam pola kehidupan. Masyarakat desa adalah masyarakat yang
unik yang masih tradisional jauh dari bingar-bingar perkotaan. Antara manusia
yang satu dengan yang lainnya terjalin hubungan sosial yang sangat erat sehingga
kalau terjadi apa-apa pada saudara, tetangga, kerabat pasti mengetahuinya dengan
cepat. Manusia yang satu dengan manusia yang lain saling membutuhkan
sehingga ketika ada pekerjaan bisa dilakukan secara bersamaan. Solidaritas sosial
yang ada pada masyarakat pedesaan masih kental, ikatan sosial juga tinggi. Hal
demikian menandakan bahwa keintiman pada masyarakat dapat menjaga nilai dan
norma yang ada di masyarakat dengan baik. Masyarakat desa dalam menjalankan
aktivitas sosial berkaitan dengan solidaritas sosial, yang mana tipe solidaritas
sosial pada masyarakat pedesaan cenderung bersifat primitif-pedesaan.

25
1. Masyarakat Desa
Menurut Damsar dan Indrayani :2016, perdesaan berasal dari kata desa. Kata yang
berasal dari bahasa Jawa. Desa dalam bahasa etnik yang terdapat di Indonesia
dikenal dalam berbagai istilah seperti Batak disebut dengan huta atau kuta,
Minangkabau dikenal sebagai nagari, Aceh disebut sebagai gampong, Bugis
dikenal dengan matowa, Makassar disebut dengan gukang, atau Minahasa disebut
dengan wanua. Dengan demikian penamaan desa yang ada di seluruh Indonesia
sangat beragam. Desa yang ada memiliki kekhasan dan keunikan sendiri dari
masing-masing suku tersebut. Potensi yang dimiliki masyarakat desa juga
melimpah terutama berkaitan dengan Sumber Daya Alamnya. Selain itu jika
digali lebih lanjut dalam masyarakat desa juga memiliki budaya yang menjadi ciri
penanda dari desa tersebut, sehingga bisa dikembangkan menjadi nilai-nilai yang
berdaya guna. Menurut Luthfia : 2013, desa merupakan salah satu komponen
penting dalam kehidupan bernegara khususnya di Indonesia. Di era otonomi
daerah pemerintah pusat mencoba memberikan kewenangan kepada daerah untuk
mengelola potensi daerahnya.

Tipologi wilayah pedesaan hampir sebagian besar masih perkampungan atau


dusun. Mata pencaharian masyarakatnya lebih dominan pada sektor pertanian,
perkebunan, peternakan, dan sejenisnya. Karakteristik masyarakatnya masih
berkaitan dengan etika dan budaya setempat seperti berperilaku sederhana, mudah
curiga, menjunjung tinggi kekeluargaan, lugas, tertutup dalam hal keuangan,
menghargai orang lain, jika diberi janji akan selalu diingat, suka bergotong
royong, demokratis, religius, dan lainnya (Jamaludin : 2015). Masyarakat desa
dalam sektor agraris hampir semua penduduknya bekerja dalam lingkup yang
sama. Berbeda dengan masyarakat perkotaan yang lebih beragam dalam urusan
pekerjaan. Adapun penduduk yang ada di masyarakat desa juga tidak sepadat di
perkotaan. Perkampungan atau dusun masih berkelompok pada masing-masing
desa yang dikelilingi oleh area persawahan atau pepohonan yang masih banyak
kita jumpai.

26
2. Solidaritas Sosial
Solidaritas sosial merupakan tema utama yang dibicarakan oleh Durkheim
sebagai sumber moral untuk membentuk tatanan sosial ditengah masyarakat.
Durkheim menyatakan bahwa asal-usul otoritas moralitas harus ditelusuri sampai
pada sesuatu yang agak samar-samar yang ia sebut “masyarakat” (Hasbullah,
2012). Solidaritas dalam setiap kelompok atau masyarakat berbeda kadarnya.
Intensitas dalam integrasi sosial sangat mempengaruhi dalam keikutsertaan di
masyarakat. Menurut Saidang dan Suparman : 2019, solidaritas sosial menunjuk
satu keadaan hubungan antara individu dengan kelompok yang ada pada suatu
komunitas masyarakat yang didasari pada moral dan kepercayaan yang dianut
bersama yang diperkuat oleh pengalaman bersama. Jadi interaksi sosial yang
dibangun dalam kelompok atau masyarakat adalah komponen terciptanya
solidaritas sosial yang ada di masyarakat. Interaksi sosial dapat tercipta secara
rekat ataupun longgar sesuai dengan kebutuhan masing-masing manusia.
Solidaritas sosial yang dikemukakan Durkheim merujuk pada solidaritas sosial
mekanik dan solidaritas sosial organik.

Analisis Masyarakat Desa dengan Pendekatan Solidaritas Sosial Durkheim

Desa terdiri dari beberapa dusun atau kampung yang melingkupinya. Masyarakat
desa dalam menjalankan serangkaian kegiatan dapat dianalisis dengan teori Emile
Durkheim tentang solidaritas sosial. Solidaritas sosial dapat dijabarkan kedalam
2 tipe yaitu solidaritas mekanik dan organik. Secara universal masyarakat desa
dapat ditelaah dengan teori dari Emile Durkheim dengan pendekatan solidaritas
sosial mekanik. Solidaritas sosial mekanik menekankan interaksi sosial yang ada
pada masyarakat bersifat rekat, antara yang satu dengan yang lain hubungannya
saling membutuhkan. Dalam pembagian kerja juga sangat rendah, saling bahu-
membahu untuk mengerjakan pekerjaan. Rasa empati tertinternalisasi dalam diri,
karena sekian lama sudah saling mengenalnya. Aturan-aturan yang sudah ada dan
tercipta di dalam masyarakat, untuk pengambilan sikap dalam proses penyelesaian
masalah pertama kali adalah masyarakat itu sendiri bukan lembaga hukum. Ketika
ada seseorang yang melakukan penyimpangan sosial maka yang berhak pertama

27
kali untuk menghukum adalah masyarakat. keterikatan individu di dalam
masyarakat sangat erat. Solidaritas dari setiap manusia sudah tertanam sedemikian
tinggi untuk melakukan jalinan sosial. Individualitas manusia juga sangat rendah,
yaitu rasa memiliki akan kehadiran orang lain betapa pentingnya dalam
masyarakat.

Wujud Solidaritas Sosial dalam Masyarakat Desa

Dalam menjalankan aktivitas terkait erat dengan beberapa aspek yang


melingkupinya diantaranya yaitu lingkup budaya, sosial, politik, hukum,
ekonomi, pendidikan, agama, dan lain-lain. Solidaritas sosial juga sangat terlihat
ketika seseorang atau kelompok melakukan hubungan sosial dalam aktivitas yang
dilakukan. Berikut beberapa uraian dalam wujud solidaritas sosial :

a. Lingkup budaya
Masyarakat desa kaya akan budaya yang dimilikinya. Pewarisan budaya yang
dimiliki masih ada sampai saat ini. Contohnya tradisi yang masih dilakukan
adalah selametan 7 bulanan bayi (mitoni), siraman pengantin, gotong royong
membangun rumah, dan lain-lain. Dimana setiap masyarakat yang ada selalu
dilibatkan dalam serangkaian acara tersebut.

b. Lingkup sosial
Kerja bakti yang dilakukan oleh masyarakat desa mempererat hubungan sosial
yang ada. Sering diadakannya kegiatan tersebut menambah interaksi sosial
semakin dekat antara individu yang satu dengan yang lainnya.

c. Lingkup politik
Dalam pemilihan kepala daerah misalnya, maka pemilihan terhadap tokoh yang
dipilihnya biasanya timbul dari keselarasan masyarakat desa tersebut. Pola pikir
yang cenderung sama dalam menentukan pilihan politik tidak jauh beda antara
orang yang satu dengan yang lain.

28
d. Lingkup hukum

Hukum yang ada adalah berasal dari masyarakat tersebut. Maka ketika ada
seseorang melakukan penyimpangan atau tindak kejahatan yang pertama kali
memberikan hukuman adalah masyarakat itu sendiri.

e. Lingkup ekonomi
Dalam jual-beli masyarakat desa yang lebih diutamakan adalah tuna satak bathi
sanak, artinya lebih mementingkan persaudaraan daripada untung material yang
diperoleh.

f. Lingkup pendidikan
Pendidikan dalam masyarakat desa cenderung homogen. Maka untuk melakukan
belajar bersama adalah hal yang mungkin untuk dilakukan oleh para siswa.

g. Lingkup agama
Agama yang dimiliki oleh masyarakat desa biasanya sama. Perbedaan agama
yang ada sangat jarang dijumpai. Selain itu dalam tindakan keberagamaan
biasanya dilakukan secara bersama-sama.

29
DAFTAR PUSTAKA

1. Fatkhan Amirul Huda.29 September 2020.”Pengertian Ilmu Sosial Budaya”.


https://fatkhan.web.id/ilmu-sosial-budaya-dasar-isbd/.7 Juni 2021.
2. Dosen Sosiologi.com.13 Januari 2021.”Ruang Lingkup Tujuan Ilmu Sosal
Budaya”. https://dosensosiologi.com/ilmu-sosial-budaya-dasar/.7 Juni 2021
3. Mulyono Sri Hutomo.7 juni 2021.”Keberagaman Budaya”.
https://scholar.google.com/citations?user=cAIQX74AAAAJ&hl=en
4. Indo Maritim.26 Oktber 2020.”Prubahan Sosial Budaya Pengertian Para Ahli”.
https://indomaritim.id/perubahan-sosial-budaya-pengertian-menurut-ahli-dan-
contohnya/.7 Juni 2021
5. Arum Sutrisni Putri. "Pengertian dan Perbedaan Gemeinschaft dan Gesellschaft".
Diakses tanggal 7 November 2020.
6. Ambar Kusumastuti (2014). "Peran Komunitas Dalam Interaksi Sosial Remaja di
Komunitas Angklung Yogyakarta".
7. Sadu Wasistiono (2019). "Sejarah, Kedudukan, Serta Prospek Perangkat Desa di
Indonesia". Jurnal Ilmiah Wahana Bhakti Praja. 9 (1): 4. ISSN 2614.
https://id.wikipedia.org/wiki/Gemeinschaft_dan_Gesellschaft

30

Anda mungkin juga menyukai