KELOMPOK 3 – A
Kekeliruan pada praktikum ini yaitu berupa sampel ekstrak yang tidak
memunculkan bercak pada fase diam sehingga tidak dapat diketahui nilai
Rfnya. Hal ini diduga terjadi karena :
Konsentrasi ekstrak terlalu rendah sehingga kandungan metabolit
sekunder pada ekstrak sulit untuk terdeteksi. Sifat ekstrak yang kental juga
menyebabkan ekstrak sulit untuk dipindahkan ke dalam tabung reaksi
pada proses pelarutan sehingga kemungkinan tidak semua ekstrak terlarut.
Diameter penotolan sampel kemungkinan kurang dari 3 mm sehingga
sampel tidak dapat bermigrasi dengan baik. (teori : diameter penotolan
sampel dengan tujuan identifikasi yaitu sebesar 3 mm untuk konsentrasi
sampel 0,1-1%).
Oleh karena itu, hasil praktikum ini belum dapat membuktikan literatur
bahwa ekstrak daun salam memiliki kandungan senyawa flavonoid (Sutanto,
2003) sedangkan ekstrak daun kastuba merah mengandung senyawa fenolik
yang dapat berpotensi sebagai antioksidan (Nurlaila & Tukiran, 2017).
Kesimpulan
Gandjar, I. G., & Rohman, A. (2019). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Harborne, J.B., (1987). Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan Edisi II, Diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata dan Imam Sudiro.
Bandung: ITB.
Kumar, S. & Pandey, A. (2013). Chemistry and Biological Activities of Flavonoids: An
overview. The Scientific World Journal, 1-16
Kusnadi K, & Devi, E. T. (2017). Isolasi dan identifikasi senyawa flavanoid pada ekstrak
daun seledri (Apium graveoleus L.) dengan metode refluks. Pancasakti Science
Education Journal, 2(1): 56-67.
Mabry, T. J., Markham, K. R., & Thomas, M. B. (1970). The Systematic Identification
of Flavanoids. Berlin: Springer Verlag
Markham, K. R. (1988). Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Bandung: ITB.
Maulana, M. (2018). Profil kromatografi lapis tipis (KLT) ekstrak daun bidara arab
(Ziziphus spina cristi, L.) berdasarkan variasi pelarut. Skripsi. Malang: Fakultas
Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Daftar Pustaka