Anda di halaman 1dari 16

PRAKTIKUM ANALSIS FARMASI I

“Identifikasi Senyawa Fenolik dan Flavonoid


dalam Sampel Ekstrak dengan KLT”

KELOMPOK 3 – A

ITHNAN BAQI PUTRA ERLANGGA (K1A020027)


JULIA ANANDA EKA PUTRI (K1A020029)
KAMELIA ROIYAN (K1A020031)
KERTHIKA AYU WANDENI (K1A020033)
LALU KHAIRI ABDILLAH (K1A020035)
MARIAMA FITRIANA (K1A020039)
MARISKA SOFIANA DEWI (K1A020041)
MUHAMMAD ZAIN SANI (K1A422003)
Tujuan Praktikum

Untuk mengidentifikasi senyawa fenolik dan flavonoid


dalam sampel ekstrak dengan KLT
Prinsip Dasar

Prinsip kerja KLT adalah distribusi senyawa antara fase diam


pada pelat kaca atau plastik dan fase gerak cair yang bergerak
melewati fase diam. Senyawa atau campuran ditotolkan pada
batas bawah plat KLT, kemudian dikembangkan dalam
wadah tertutup berisi eluen. Komponen yang memiliki
polaritas yang sama dengan fase diam akan terjerap oleh fase
diam dan muncul sebagai bercak yang dapat diamati pada
panjang gelombang UV tertentu
Alat dan Bahan
Prosedur Kerja
Prosedur Kerja
Hasil Pengamatan
Hasil Pengamatan
Hasil Pengamatan
Pembahasan

• Identifikasi dengan KLT (Kromatografi Lapis Tipis)


menggunakan fase gerak etil asetat : n-heksana dengan
perbandingan 8:2 dan fase diam plat silika gel F254 dengan
ukuran 3 x 10 cm. Penggunaan kombinasi fase gerak etil asetat :
n-heksana dipilih karena dapat memisahkan senyawa-senyawa
pada fraksi nonpolar, semipolar maupun polar, sehingga bercak
hasil elusi dapat diidentifikasi golongan senyawanya (Gandjar &
Rohman, 2019).
• Bercak pemisahan KLT kemudian dideteksi secara fisika di
bawah sinar tampak dan pada lampu UV dengan panjang
gelombang pendek 254 nm dan 366 nm, serta secara kimia
dengan menggunakan pereaksi semprot AlCl3 dan FeCl3.
Pembahasan

• Hasil pengamatan menunjukkan bahwa hanya larutan standar


yang memunculkan bercak pada plat sedangkan sampel tidak
memunculkan bercak.
• Nilai Rf standar kuersetin yaitu 0.625 di bawah panjang
gelombang 254 nm dan 366 nm, serta 0.65 di bawah sinar
tampak (memenuhi standar nilai Rf yang baik : 0,2-0,8).
• Warna bercak pada panjang gelombang 254 nm adalah berwarna
gelap atau keabu-abuan sedangkan pada panjang gelombang 366
cm dan di bawah sinar tampak setelah disemprot pereaksi AlCl3
menunjukkan warna kekuningan. Sesuai teori : penampak
bercak AlCl3 dapat mengidentifikasi senyawa flavon dengan
menghasilkan warna kuning pada sinar tampak dan UV 366.
Pembahasan

• Nilai Rf untuk standar asam galat yaitu sebesar 0,1875 di bawah


panjang gelombang 254 nm dan 366 nm, serta 0.175 di bawah
sinar tampak (belum memenuhi standar nilai Rf yang baik : 0,2-
0,8). Nilai Rf yang rendah berkaitan dengan polaritas senyawa.
• Warna bercak yang terlihat pada panjang gelombang 254 nm
dan 366 nm baik itu sebelum disemprot dan sesudah disemprot
dengan FeCl3 menunjukkan warna abu gelap. Sesuai teori :
senyawa fenolik menyerap di daerah UV pendek dan akan
terlihat sebagai bercak gelap dengan latar belakang
berfluoresensi. Warna bercak hitam setelah penyemprotan FeCl3
merupakan bukti adanya senyawa fenolik
Pembahasan

Kekeliruan pada praktikum ini yaitu berupa sampel ekstrak yang tidak
memunculkan bercak pada fase diam sehingga tidak dapat diketahui nilai
Rfnya. Hal ini diduga terjadi karena :
 Konsentrasi ekstrak terlalu rendah sehingga kandungan metabolit
sekunder pada ekstrak sulit untuk terdeteksi. Sifat ekstrak yang kental juga
menyebabkan ekstrak sulit untuk dipindahkan ke dalam tabung reaksi
pada proses pelarutan sehingga kemungkinan tidak semua ekstrak terlarut.
 Diameter penotolan sampel kemungkinan kurang dari 3 mm sehingga
sampel tidak dapat bermigrasi dengan baik. (teori : diameter penotolan
sampel dengan tujuan identifikasi yaitu sebesar 3 mm untuk konsentrasi
sampel 0,1-1%).
Oleh karena itu, hasil praktikum ini belum dapat membuktikan literatur
bahwa ekstrak daun salam memiliki kandungan senyawa flavonoid (Sutanto,
2003) sedangkan ekstrak daun kastuba merah mengandung senyawa fenolik
yang dapat berpotensi sebagai antioksidan (Nurlaila & Tukiran, 2017).
Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat


disimpulkan bahwa senyawa fenolik dan flavonoid
pada sampel ekstrak daun salam dan daun kastuba
merah belum dapat diidentifikasi dengan metode KLT
karena adanya kekeliruan pada proses preparasi dan
pengaplikasian sampel.
Daftar Pustaka

Gandjar, I. G., & Rohman, A. (2019). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Harborne, J.B., (1987). Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan Edisi II, Diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata dan Imam Sudiro.
Bandung: ITB.
Kumar, S. & Pandey, A. (2013). Chemistry and Biological Activities of Flavonoids: An
overview. The Scientific World Journal, 1-16
Kusnadi K, & Devi, E. T. (2017). Isolasi dan identifikasi senyawa flavanoid pada ekstrak
daun seledri (Apium graveoleus L.) dengan metode refluks. Pancasakti Science
Education Journal, 2(1): 56-67.
Mabry, T. J., Markham, K. R., & Thomas, M. B. (1970). The Systematic Identification
of Flavanoids. Berlin: Springer Verlag
Markham, K. R. (1988). Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Bandung: ITB.
Maulana, M. (2018). Profil kromatografi lapis tipis (KLT) ekstrak daun bidara arab
(Ziziphus spina cristi, L.) berdasarkan variasi pelarut. Skripsi. Malang: Fakultas
Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Daftar Pustaka

Robinson, T. (1995). Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Bandung: ITB


Sastroharmidjojo, H. (1985). Kromatografi Edisi Ke-2. Yogyakarta: Liberty.
Stahl, E. (1969). Analisis Obat Secara Kromatografi dan Mikroskopi.
Bandung: ITB.
Sutanto, T. (2003). Asam Urat deteksi, pencegahan, pengobatan.
Yogyakarta: Penerbit Buku Pintar
Verawati, N., Dedi., Petmawati. (2017). Pengaruh Metode Ekstraksi terhadap
Kadar Fenolat Total dan Aktivitas Antioksidan Daun Salam. Jurnal
Katalisator, 2(2), 53-60.
Wagner, J., & Bladt, S. )1996). Plant Drug Analysis: A Thin Layer
Chromatography Atlas, 2nd Ed. New York: Springer.

Anda mungkin juga menyukai