Anda di halaman 1dari 9

Penulisan

kata
Kelompok 4:
1. Septyani Nanda Dewi
2. Siska Wulandari
3. Tazkia Nadid
4. Windriani Andari
Sub Bab

Kata
Kata Dasar Bentuk Ulang
Berimbuhan
Kata Dasar
Kata dasar (akar kata) = kata yang paling sederhana yang belum memiliki imbuhan, juga dapat
dikelompokkan sebagai bentuk asal (tunggal) dan bentuk dasar (kompleks), tetapi perbedaan kedua
bentuk ini tidak dibahas di sini.
Kata dasar bisa membentuk satu kesatuan kalimat, Yaitu:
1. Ular yang mati itu sangat panjang
2. Aku pergi ke sekolah dengan ayah.
3. Budi datang ke rumahku dengan sangat cepat.
Kalimat – kalimat di atas disusun dari kata – kata dasar.
Kata dasar ditulis sebagai kesatuan yang berdiri sendiri.
Contoh: sahabat, daerah, datang, pergi, panas, dingin, jalan, marah, pintar

1. Sahabat, kata dasar dari persahabatan


2. Daerah, kata dasar dari kedaerahan
3. Datang, kata dasar dari kedatangan
4. Pergi, kata dasar dari bepergian
5. Panas, kata dasar dari dipanaskan
6. Dingin, kata dasar dari didinginkan
7. Jalan, kata dasar dari menjalankan
8. Marah, kata dasar dari dimarahi
9. Pintar, kata dasar dari terpintar
Kata Berimbuhan
Kata berimbuhan atau dapat disebut dengan afiks adalah kata yang telah mengalami proses pengimbuhan
(afiksasi). Imbuhan itu sendiri adalah bentuk terikat yang apabila ditambahkan pada kata dasar atau
bentuk dasar akan mengubah makna gramatikalnya.
1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, serta gabunganawalan dan akhiran) ditulis serangkai dengan
bentuk dasarnya.
Misalnya :

• berjalan
• berkelanjutan
• mempermudah
• Gemetar
• Lukisan
• Kemauan
• Perbaikan
• Catatan:
• Imbuhan yang diserap dari unsur asing, seperti –isme,
• -man, -wan, atau –wi, ditulis serangkai dengan bentuk dasarnya.
• Misalnya:
Sukuisme, Seniman, Kamerawan, Gerejawi
2. Bentuk terikat ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.
Misalnya :
• antarKota
• antibiotik
• Infrastruktur
• Pascasarjana
• Prasejarah
Catatan :
a. Bentuk terikat yang diikuti oleh kata yang berhuruf awal kapital atau singkatan yang berupa huruf
ka- pital dirangkaikan dengan tanda hubung(-).
Misalnya:
non-Indonesia, pan-Afrikanisme, pro-Barat, non-ASEAN, anti-PKI

b. Bentuk maha yang diikuti kata turunan yang mengacu pada nama atau sifat Tuhan ditulis terpisah
dengan huruf awalkapital.
Misalnya:
Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.

c. Bentuk maha yang diikuti kata dasar yang mengacu kepada nama atau sifat Tuhan, kecuali kata esa,
ditulis serangkai.
Misalnya:
Tuhan Yang Mahakuasa menentukan arah hidup kita.
Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.
Bentuk Ulang
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti bentuk ulang adalah bentuk yang mengalami
perulangan, seperti sia-sia, laba-laba.
Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda hubung (-) di
antara unsur-unsurnya.
Misalnya :
Anak- anak biri-biri
buku-buku cumi-cumi
hati-hati kupu-kupu
Catatan :
Bentuk ulang gabungan kata ditulis dengan mengulang unsur pertama.
Misalnya:
surat kabar -> surat-surat kabar
kapal barang -> kapal-kapal barang
Catatan :
Bila bentuk ulang diberi huruf kapital, misalnya pada nama diri (nama lembaga, dokumen,
dll.) atau judul (buku, majalah, dll.), bentuk ulang sempurna diberi huruf kapital pada huruf
pertama tiap unsurnya, sedangkan bentuk ulang lain hanya diberi huruf kapital pada huruf
pertama unsur pertamanya.
Misalnya :
• Ia menyajikan makalah "Penerapan Asas-Asas Hukum Perdata".
• Slogan "Terus-menerus Ramah-tamah" dikampanyekan gubernur baru itu.
Thank You!

Anda mungkin juga menyukai