Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Bahasa merupakan sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan oleh masyarakat
untuk berkomunikasi. Bahasa sebagai sebuah sistem lambang berupa bunyi, bersifat
arbitrer, produktif, dinamis, beragam dan manusiawi. Dalam penggunaannya sering
kali banyak terjadi kesalahan baik lisan maupun tulisan yang menyimpang dari
kaidah bahasa dan tidak sesuai dengan Ejaan yang disempurnakan atau kamus besar
bahasa Indonesia.

Pada dasarnya kesalahan berbahasa yang terjadi di masyarakat merupakan sebuah


kebiasaan yang sudah melekat turun-temurun hingga sulit untuk dilepaskan.
Ditambah bahasa keseharian lebih mudah dilafalkan dan kurangnya wawasan
masyarakat tentang bagaimana bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dengan
demikan terjadilah penulisan-penulisan yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia yang baik dan  benar.

Penulisan yang tidak sesuai dengan KBBI, EYD dapat kita jumpai di sekitar kita
seperti pada spanduk, pengumuman, baliho, dan sebagainya. Kesalahan-kesalahan itu
sering kita abaikan begitu saja, bahkan kita beranggapan itu tulisan yang benar.
Padahal jika kita mengetahuinya tulisan-tulisan yang tidak sesuai dengan EYD dan
KBBI harus segera kita benarkan dan jangan dibiarkab begitu saja. Karena jika
dibiarkan akan terus membudaya ke anak cucu kita.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana bentuk kesalahan berbahasa dalam segi morfologi, fonologi,


sintaksis, sematik dan wacana ?
2. Apa saja contoh kesalahan berbahasa dari segi-segi tersebut ?
3. bagaimana bentuk yang benar dari kesalahan berbahasa tersebut ?

1
C. Tujuan

1. Mengidentifikasi bentuk kesalahan berbahasa dari segi morfologi, fonologi,


sintaksis, sematik dan wacana.
2. Mengetahui bentuk yang benar dari kesalahan morfologi, fonologi, sintaksis,
sematik dan wacana.
3. Mampu menganalisis kesalahan berbahasa yang terdapat dalam kehidupan
sehari-hari.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. KESALAHAN BERBAHASA DARI SEGI MORFOLOGI

morfologi ialah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau yang mempelajari
seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap
golongan dan arti kata. Di dalam analisis kesalahan berbahasa tataran morfologi,
Setyawati (2010: 49) mengatakan bahwa dalam kenyataannya berbahasa, masih
sering dijumpai bentukan kata yang menyimpang dari kaidah. Baik ragam tulis
maupun ragam lisan dapat terjadi kesalahan berbahasa dalam pembentukan kata atau
tataran morfologi. Kesalahan berbahasa dalam tataran morfologi disebabkan oleh
berbagai hal, antara lain : (a) penghilangan afiks, (b) bunyi yang seharusnya luluh
tetapi tidak diluluhkan, (c) peluluhan bunyi yang seharusnya tidak luluh, (d)
penggantian morf, (e) penyingkatan morf mem-, men-,meng-, meny-, dan menge-, (f)
pemakaian afiks yang tidak tepat, (g) penentuan bentuk dasar yang tidak tepat, (h)
penempatan afiks yang tidak tepat pada gabungan kata, dan (i) pengulangan kata
majemuk yang tidak tepat. Dari majalah sagang, saya mendapatkan beberapa
kesalahan yang tidak tepat penulisannya. Ada pun analisisnya:

1.1 Penggunaan Prefiks Peng-

Bentuk Tidak Baku

1.  "...mengenai manusia dan kaumnya, mengenai kekuasaan yang nampak dan yang
gaib, yang kesemuanya itu termaktub dalam setiap penglibatan dirinya sebagai
penemu jalan keluar masalah-masalah yang merundung..." Majalah sagang (2010:9).

Bentukan kata penglibatan pada kalimat di atas merupakan kata yang tidak baku.


Kesalahan tersebut terjadi karena kekurangcermatan dalam memilih prefiks yang
tepat. Bentukan yang baku dalam bahasa Indonesia adalah menggunakan prefiks pe-,
sehingga menjadi:

Bentuk Baku

1. "...mengenai manusia dan kaumnya, mengenai kekuasaan yang nampak dan yang
gaib, yang kesemuanya itu termaktub dalam setiap pelibatan dirinya sebagai penemu
jalan keluar masalah-masalah yang merundung..."

3
Kata pelibatan terdiri dari kata dasar libat, menurut Departemen Pendidikan Nasional
(2007:668) Li.bat,ber.li.bat v berbelit, sedangkan Pe.li.bat.an n proses, cara,
perbuatan melibatkan: ~ generasi muda dl pembangunan mutlak diperlukan. Menurut
Alwi dkk ( 2003: 229 ) nomina dengan peng-an umumnya diturunkan dari verba yang
berstatus transitif.

2.1 Penggunaan prefiks ter-

Bentuk tidak baku

1. "...disamping Sultan mereka selagi Sultan mereka itu belum tewas


atau terkorban di Medan peperangan". Majalah sagang (2010:67).

Bentukan kata terkorban pada kalimat di atas merupakan kata yang tidak baku.


Kesalahan tersebut terjadi karena kekurangcermatan dalam memilih prefiks yang
tepat. Bentukan yang baku dalam bahasa Indonesia adalah menggunakan prefiks ber-,
sehingga menjadi:

Bentuk baku

1. "...disamping Sultan mereka selagi Sultan mereka itu belum tewas


atau berkorban di Medan peperangan".

Kata dasar berkorban adalah korban, menurut Departemen Pendidikan Nasional


(2007:595) kor·ban n 1 pemberian untuk menyatakan kebaktian, kesetiaan, dsb;
kurban: jangankan harta, jiwa sekalipun kami berikan sbg --; 2 orang, binatang, dsb
yg menjadi menderita (mati dsb) akibat suatu kejadian, perbuatan jahat, dsb: sepuluh
orang -- tabrakan itu dirawat di rumah sakit
Bogor; sedangkan ber·kor·ban v 1 menyatakan kebaktian, kesetiaan, dsb; menjadi
korban; menderita (rugi dsb); 2 memberikan sesuatu sbg korban: kami rela ~ demi
kejayaan nusa dan bangsa;

1. Bunyi yang harus luluh tidak diluluhkan

  Sering dijumpai kata dasar yang berfonem awal /k/,/p/,/t/,/s/ tidak luluh jika
mendapat meng- atau peng-. Seperti contoh analisis:

 Bentuk tidak baku

1. "...seperti ruang remang-remang yang menggoda akal Budi untuk dijelajahi, atau
lubuk tenang yang mempesona untuk diselami..." Majalah sagang (2010:14)

4
Sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia baku, kata mempesona seharusnya fonem
awalnya luluh menjadi bunyi nasal atau sengau, yaitu /p/ menjadi /m/. Jadi perbaikan
kalimatnya menjadi:

Bentuk baku

1a. "...seperti ruang remang-remang yang menggoda akal Budi untuk dijelajahi, atau
lubuk tenang yang memesona  untuk diselami..."

Kata memesona terbentuk dari kata dasar pesona menurut Departemen Pendidikan


Nasional (2007:866) pe·so·na n 1 guna-guna; jampi; mantra (sihir): dukun itu
membuat (mengenakan) -- kpd gadis itu; 2 daya tarik; daya pikat: senyum gadis itu
penuh --; sedangkan me·me·so·na v sangat menarik perhatian; mengagumkan: tari-
tarian Minang klasik dng pakaiannya yg cemerlang sungguh ~;

Bentuk tidak baku

2. "Tapi, aku tak pernah mempedulikan hal itu" Majalah sagang (2010:26)

Sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia baku, kata mempedulikan seharusnya fonem
awalnya luluh menjadi bunyi nasal atau sengau, yaitu /p/ menjadi /m/. Jadi perbaikan
kalimatnya menjadi:

 Bentuk baku

2a. "Tapi, aku tak pernah memedulikan hal itu"

Kata memedulikan terbentuk dari kata dasar peduli menurut Departemen Pendidikan


Nasional (2007:841) pe·du·li vmengindahkan; memperhatikan;
menghiraukan: mereka asyik memperkaya diri, mereka tidak -- orang lain yg
menderita;sedangkan me·me·du·li·kan v mengindahkan; menghiraukan;
memperhatikan; mencampuri (perkara orang dsb): orang tua itu suka ~ orang lain;

Bentuk tidak baku

3. "Aku mulai menterjemahkan sesuatu" Majalah sagang (2010:28)

Sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia baku, kata menterjemahkan seharusnya


fonem awalnya luluh menjadi bunyi nasal atau sengau, yaitu /t/menjadi /n/. Jadi
perbaikan kalimatnya menjadi:

 Bentuk baku

5
3a. "Aku mulai menerjemahkan sesuatu"

Kata menerjemahkan terbentuk dari kata dasar terjemah, menurut Departemen


Pendidikan Nasional (2007: 1183) ter·je·mahv, me·ner·je·mah·kan v menyalin
(memindahkan) suatu bahasa ke bahasa lain; mengalihbahasakan: tenaga yg sanggup
~ buku-buku bahasa Inggris ke bahasa Indonesia masih sangat terbatas; 

2. Penyingkatan morf meng-, mem-, men-, meny-,dan menge-

Bentuk tidak baku

1. "Sambil ngobrol, tangan Rani meraba sebuah tea botol dan Ia langsung minta
bukakan dengan ibu kantin itu". Majalah sagang (2010:33)

Setyawati ( 2010: 61), salah satu morfem terikat pembentuk verba yang sangat
produktif dalam bahasa Indonesia adalah prefiks meng-. Alomorf
prefiks meng- adalah me-, mem-, men-, meng-, meny-, dan menge-. Mungkin karena
pengaruh bahasa daerah pemakaian bahasa sering menyingkat morf di atas
menjadi m-, n-, ng-, ny-, dan nge-. Penyingkatan tersebut sebenarnya adalah ragam
lisan yang dipakai dalam ragam tulis. Pencampuradukan ragam lisan dan ragam tulis
menghasilkan pemakaian bentuk kata yang salah. Seperti kata ngobrol, alomorf
dari meng- dituliskan secara singkat. Seharusnya dituliskan secara lengkap, yaitu
dengan tidak menyingkat alomorf dari meng-. Bentukan yang benar adalah:

Bentuk baku

1a. "Sambil mengobrol, tangan Rani meraba sebuah tea botol dan Ia langsung minta
bukakan dengan ibu kantin itu".

Menurut Departemen Pendidikan Nasional


(2007:793) ob·rol, meng·ob·rol v bercakap-cakap atau berbincang-bincang secara
santai tanpa pokok pembicaraan tertentu: setiap pagi mereka - di warung kopi itu;

Bentuk tidak baku

2. "Kalau tak ngulang pun tak masalah tapi hitung-hitung waktu masih ada dan
tugasku di organisasi masih numpuk sekalian aku selesaikan". Majalah sagang
(2010:34)

Salah satu morfem terikat pembentuk verba yang sangat produktif dalam bahasa
Indonesia adalah prefiks meng-. Alomorf prefiks meng- adalah me-, mem-, men-,

6
meng-, meny-, dan menge-. Mungkin karena pengaruh bahasa daerah pemakaian
bahasa sering menyingkat morf di atas menjadi m-, n-, ng-, ny-, dan nge-.
Penyingkatan tersebut sebenarnya adalah ragam lisan yang dipakai dalam ragam tulis.
Pencampuradukan ragam lisan dan ragam tulis menghasilkan pemakaian bentuk kata
yang salah. Seperti kata ngulang dan numpuk alomorf dari meng- dituliskan secara
singkat. Seharusnya dituliskan secara lengkap, yaitu dengan tidak menyingkat
alomorf dari meng-. Bentukan yang benar adalah:

Bentuk baku

2a. "Kalau tak mengulang pun tak masalah tapi hitung-hitung waktu masih ada dan
tugasku di organisasi masih menumpuksekalian aku selesaikan".

Kata dasar mengulang adalah ulang, Menurut Departemen Pendidikan Nasional


(2007:1239) ulang v 1 lakukan lagi:perbuatan itu tidak akan saya --; 2 kembali
seperti semula: cetak --; sedangkan meng·u·lang v 1 berbuat lagi serupa dng
dahulu: ujiannya tahun ini gagal sehingga ia terpaksa ~ pd tahun
berikutnya; 2 mempelajari kembali; menghafal: dicobanya ~ pidato yg akan
diucapkannya; Kata kedua Menumpuk, menurut Departemen Pendidikan Nasional
(2007:1223) tum·puk 1n longgok (timbunan sesuatu) yg tidak berapa banyak;
susunan barang yg bertumpang-tindih: lima -- uang; 2 v menumpuk; sedangkan kata
menumpuk terjadi peluluhan karena fonem awal bertemu dengan fonem awal /k/,
/p/, /t/, /s/ sehingga kata tumpuk luluh jika mendapat
prefiks meng- atau peng-. me·num·puk v 1 menaruh bersusun-susun; menimbun(-
nimbun); melonggokkan: ia sedang sibuk ~ buku-buku di dl lemari; ia ~ padi di
lumbung; 2 ki mengumpulkan banyak-banyak; menimbun-nimbun (barang dagangan
dsb): satu bulan sebelum hari raya, para pedagang sudah ~ barang-barang
dagangan;3 ki mengumpul: cita-citanya sudah ~ di kepalanya;

Bentuk tidak baku

3. "...cuma dengan gitaris baru ini Naya ngerasa hambar untuk dekat..." Majalah


sagang (2010:69)

Penjelasannya sama dengan yang di atas, jadi perbaikan kalimat yang baku menjadi:

Bentuk baku

3a. "...cuma dengan gitaris baru ini Naya merasa hambar untuk dekat..."

7
Kata merasa terbentuk dari kata rasa, menurut Departemen Pendidikan Nasional
(2007:932 ) 1ra·sa n 1 tanggapan indra thd rangsangan saraf, spt manis, pahit, masam
thd indra pengecap, atau panas, dingin, nyeri thd indra perasa); 2 apa yg dialami oleh
badan: -- pedih dan nyeri di perut merupakan gejala sakit lambung; 3 sifat rasa suatu
benda: gula -- nya manis; 4tanggapan hati thd sesuatu (indra): -- sedih (bimbang,
takut); 5 pendapat (pertimbangan) mengenai baik atau buruk, salah atau benar: --
adil;

3. Penghilangan afiks

4.1 Penghilangan prefiks meng-

Bentuk tidak baku

1."Sambil ngobrol, tangan Rani meraba sebuah tea botol dan Ia


langsung minta bukakan dengan ibu kantin itu". Majalah sagang (2010:33)

Penghilangan prefiks meng- pada kata bentukan disebabkan oleh penghematan yang


sebenarnya tidak perlu terjadi karena justru merupakan pemakaian yang salah. Pada
kata minta, sebaiknya diberi prefiks meng- yang kalimatnya menjadi baku dan sesuai,
perbaikannya:

Bentuk baku

1a. "Sambil ngobrol, tangan Rani meraba sebuah tea botol dan Ia
langsung meminta bukakan dengan ibu kantin itu"

Menurut Departemen Pendidikan Nasional (2007:745-746) min·ta v 1 berkata-kata


supaya diberi atau mendapat sesuatu; mohon: anak itu merengek-rengek -- dibelikan
mainan; 2 mempersilakan: panitia -- para pengunjung mengisi daftar tamu; 3cak
beli: dia -- dua porsi nasi rames; 4 meminang; melamar: sudah banyak pemuda yg --
gadis itu, tetapi ia selalu menolaknya; 5 memerlukan: kenakalan remaja akhir-akhir
ini -- perhatian kita semua; 6 membawa; menimbulkan: bencana tanah longsor itu
ternyata -- banyak korban jiwa; sadangkan me·min·ta v minta;

4.2 Penghilangan sufiks –an 

Bentuk tidak baku

8
1. "...semakin besar kemungkinan Ia terlepas dari hukuman sekiranya Ia melanggar
undang-undang karena Ia berdampingrapat dengan Sultan..." Majalah sagang ( 2010:
67)

Penghilangan sufiks -an pada kata bentukan disebabkan oleh penghematan yang


sebenarnya tidak perlu terjadi karena justru merupakan pemakaian yang salah. Pada
kata berdamping, sebaiknya diberi sufiks -an yang kalimatnya menjadi baku dan
sesuai, perbaikannya:

Bentuk baku

1a."...semakin besar kemungkinan Ia terlepas dari hukuman sekiranya Ia melanggar


undang-undang karena Ia berdampinganrapat dengan Sultan..."

Departemen Pendidikan Nasional (2007:234) 1dam·ping a dekat; karib; rapat (tt


persaudaraan dsb): jauh di mata -- di hati;
sedangkan ber·dam·ping·an v 1 berdekatan; berhampiran: soal dan jawabnya ditulis
~; 2 bersama-sama (ada, hidup): mereka hidup ~; 3 bahu-membahu: rakyat dan TNI
harus selalu ~ menghadapi bahaya dr luar;

4.3 penghilangan prefiks meng-

Bentuk tidak baku

1. " Maaf ganggu tidurnya" Majalah sagang (2010:70)

Penghilangan prefiks meng- pada kata bentukan disebabkan oleh penghematan yang


sebenarnya tidak perlu terjadi karena justru merupakan pemakaian yang salah. Pada
kata ganggu, sebaiknya diberi prefiks meng- yang kalimatnya menjadi baku dan
sesuai, perbaikannya:

Bentuk baku

1a. " Maaf mengganggu tidurnya"

Departemen Pendidikan Nasional


(2007:332) 1gang·gu v, meng·gang·gu v 1 menggoda; mengusik: pemuda itu suka ~
gadis yg lewat; 2 merintangi; menyebabkan tidak berjalan sebagaimana mestinya (tt
keadaan umum, kesehatan badan, dsb): pawai yg tidak teratur dapat ~ kelancaran
lalu lintas; asap knalpot dapat ~ kesehatan badan; 3 merisaukan (tt hati,
pikiran):kepergian gadis itu telah ~ hatinya; 4 merusak suasana: kehadirannya yg

9
tidak diharapkan itu telah ~ pertemuan yg semula penuh tawa
riang; 5 mendatangkan kekacauan (kerusuhan dsb): gerombolan penjahat itu sering
~ keamanan kota

B. KESALAHAN BERBAHASA DARI SEGI FONOLOGI

1. Pengertian Fonologi

Fonologi adalah ilmu tentang bunyi-bunyi (fonem) bahasa dan distribusinya.
Fonologi diartikan sebagai kajian bahasa yang mempelajari tentang bunyi-bunyi
bahasa yang diproduksi oleh alat ucap manusia. Bidang kajian fonologi adalah bunyi
bahasa sebagai satuan terkecil dari ujaran dengan gabungan bunyi yang membentuk
suku kata.
Asal kata fonologi, secara harfiah sederhana, terdiri dari gabungan kata fon (yang
berarti bunyi) dan logi (yang berarti ilmu). Dalam khazanah bahasa Indonesia, istilah
fonologi merupakan turunan kata dari bahasa Belanda, yaitu fonologie.
Fonologi terdiri dari 2 (dua) bagian, yaitu Fonetik dan Fonemik. Fonologi berbeda
dengan fonetik. Fonetik mempelajari bagaimana bunyi-bunyi fonem sebuah bahasa
direalisasikan atau dilafalkan. Fonetik juga mempelajari cara kerja organ tubuh
manusia, terutama yang berhubungan dengan penggunaan dan pengucapan bahasa.
Dengan kata lain, fonetik adalah bagian fonologi yang mempelajari cara
menghasilkan bunyi bahasa atau bagaimana suatu bunyi bahasa diproduksi oleh alat
ucap manusia. Sementara itu, Fonemik adalah bagian fonologi yang mempelajari
bunyi ujaran menurut fungsinya sebagai pembeda arti.

2. Faktor Kesalahan dalam Fonologi

Penggunaan bahasa yang tidak sesuai diakibatkan oleh faktor penentu berkomunikasi
atau penggunaan bahasa yang tidak sesuai dengan norma masyarakat. Bahasa
indonesia yang menyimpang dari kaidah atau aturan tata bahasa Indonesia merupakan
bahasa yang tidak benar. Jadi, kesalahan berbahasa adalah penggunaan bahasa baik
secara lisan (ucapan) maupun tulisan (ejaan).

Fonem

Fonem sebuah istilah linguistik dan merupakan satuan terkecil dalam


sebuah bahasa yang masih bisa menunjukkan perbedaan makna.

Kesalahan ucapan adalah kesalahan mengucapkan kata sehingga menyimpang dari


ucapan baku atau bahkan menimbulkan perbedaan makna.

10
Kesalahan ucapan  dapat disebabkan antara lain sebagai berikut.

 Terpengaruh bahasa yang dikuasai terlebih dahulu

 Pemakai bahasa yang kurang memahami kaidah-kaidah bahasa yang


dipakainya

 Pengajaran bahasa yang kurang tepat atau kurang sempurna

Salah satunya pengaruh bahasa Arab terhadap bahasa Indonesia yang diantaranya
sebagai berikut.

1. Mengambil kata-kata bentuk tunggal, haram, haji, adat, dsb.

2. Mengambil kata-kata bentuk tunggal dan jamak tanpa perbedaan arti: hal-
ihwal, unsur-anasir, alim-ulama.

3. Menyerap bunyi-i yang membedakan arti: hewan-hewani, hak-hakiki.

4. Mengambil akhiran-i yang mempunyai alomorf –wi

5. Mengambil akhiran-in dan –at

6. Mengambil akhiran -ah

Contoh Fonologi Bahasa Arab terhadap Fonologi Bahasa Indonesia

1. p atau f

Makna antara p dengan f merupakan dua fonem yang sering kacau pemakaiannya.
Pada umumnya kata-kata yang mengandung fonem f adalah kata-kata yang berasal
dari bahasa Arab. Kata arab fikrun, fakmun, dan faslun,jika diserap ke dalam bahasa
Indonesia, menjadi pikir, paham, pasal bukan fikir. faham, dan fasal, akan tetapi
karena tidak adanya kaidah yang tegas, maka kata yang seharusnya sudah betul,
bahkan ditulis salah. Kata fardu, fisik, foto, fanatik, dsb. Yang sudah merupakan kata
baku atau betul, malah ditulis pardu, pisik, poto, panatik, dsb.

11
Kesalahan dalam pengucapan pada fonem p dan f

Fana    diucapkan       pana

Fajar                             pajar

Fasih                           pasih

Firasat                          pirasat

Kafir                            kapir

Fakir                            pakir

Fantasi                         pantasi

Figura                          pigura

Faedah                        paedah

2. s atau sy

Kedua  fonem tersebut memang ada dalam bahasa Indonesia. Kata-kata yang
mengandung fonem /sy/ pada umumnya berasal dari bahasa Arab (syin) ‫ش‬. Adapun
kata-kata yang mengandung fonem /sy/ dalam bahasa Indonesia antara lain adalah:
syahadat, masyarakat, musyawarah, asyik, syirik, syariat, syahid, syalawat. Jadi kata-
kata tersebuat adalah baku, sehingga fonem /sy/ tidak boleh diubah menjadi /s/.

Di dalam kehidupan berbahasa, sebagai akibat pengaruh agama, kita sering melihat
kecenderungan pemakai bahasa menggantikan /s/- yang sebetulnya sudah baku
menjadi /sy/. Akibatnya kata yang sudah baku tersebut menjadi tidak baku.

Contoh: saraf menjadi syaraf,

insaf menjadi insyaf, dsb.

3. kh, k, atau h

Kata asing yang masuk perbendaharaan bahasa Indonesia, akan mengalami proses
adaptasi atau penyesuaian bentuk kata sesuai dengan sistem yang ada dalam bahasa
Indonesia sebagai bahasa peserap. Kata dari bahasa Arab yang mengandung huruf

12
(khaa’) ‫خ‬, akan mengalami transkripsi khaa’ dengan /kh/. Kata-kata itu adalah akhir,
khalayak, khalifah, khasiat, khotbah, khawatir, khayal, khidmat, khazanah, khusus,
makhluk, ikhtisar, dsb. Kata-kata tersebut sudah merupakan bentuk baku, sehingga
fonem /kh/ pada kata-kata itu tidak boleh diganti dengan /k/ atau fonem /h/.

Kesalahan dalam pengucapan fonem k, h atau kh,

Khusus     diucapkan    kusus

Khalifah                        kalipah

Khasiat                          kasiat

Khotbah                        kutbah

Khawatir                      kawatir

Makhluk                        mahluk

Ikhtisar                          iktisar

4. z, j, d, atau l

Di antara fonem-fonem tersebut, fonem z merupakan fonem yang paling tidak


produktif dalam bahasa Indonesia. Pada umumnya kata-kata yang berfonem z, adalah
kata-kata yang berasal dari bahasa Arab dan Belanda. Adapun fonem yang berasal
dari bahasa Arab tersebut umumnya adalah transkripsi dari huruf (zaai) ‫ز‬, dan (dzal) ‫ذ‬

Tetapi huruf zai sering juga ditranskripsikan dengan fonem j, demikian juga huruf
dzal  dengan d, dan fonem l umumnya ditranskripsi dari huruf (zhaa’) ‫ظ‬.

Kesalahan dalam pengucapan fonem z, j, dan d

Ijazah   diucapkan      ijasah

Lazim                          lajim

Mukjizat                      mujijat

Ziarah                          jarah

Zakat                           jakat

13
 Analisis Kesalahan Berbahasa Tataran Fonologi Pada Bungkus Makanan

Penambahan Fonem Vokal /A/

Kesalahan berbahasa yang saya temukan pada bungkus


makanan ringan yaitu pada kata “Sedaap” terjadi kesalahan pada
penambahan fonem vokal /a/. Seharusnya lafal bakunya adalah sedap. Yang dalam
kamus besar bahasa indonesia di jelaskan bahwa kata sedap adalah kata baku yang
artinya adalah enak, bersih,rapi, lezat dan lainya yang dapat kita lihat pada halaman
1237 pada kamus besar bahasa indonesia(KBBI).
Sumber:KBBI :1237

Penambahan Fonem Vokal /A/

14
Kesalahan berbahasa yang saya temukan pada bungkus
makanan ringan yaitu pada kata “enaak” Penambahan fonem /a/ terjadi
kesalahan pelafalan pada penambahan vokal /a/. Seharusnya lafal bakunya adalah
enak. Dalam kamus besar bahasa indonesia kata sedap adalah kata baku yang di
artikan sedap , lezat , nikmat ,menyenangkan dan lainya yang terdapat pada kamus
besar bahasa indonesia(KBBI) halaman 371 dan di jelaskan juga contoh lainya pada
buku analisis kesalahan berbahasa indonesia teori dan praktik pada halaman 42.
Sumber: KBBI : 371

Kesalahan Berbahasa Dalam Fonologi Pada Ucapan

Simak Video Wartawan dan Gubernur DKI Jakarta Tentang Banjir di Ibu Kota
Jakarta dan sekitarnya.

Tema : Wawancara Tentang Jakarta Darurat Banjir dengan Jokowi Dodo

Judul : Jebolnya Tanggul Kali Ciliwung

Wartawan      : “Ruas jalan protokol yakni Jalan Sudirman, Jalan Tamrin dan


Bundaran HI apa penyebabnya jebolnya tanggul kali ciliwung banjir barat di kawasan
Jalan Natur Hali Menteng Jakarta Pusat sekitar 50 meter hari kamis pagi yang
menjadi penyebabnya, saat ini saya berada di lokasi dan sekarang hari jumat sore 24

15
jam kejadian, pengerjaan masih terus dilakukan untuk memperbaiki tanggul dan saya
akan mewawancarai Gubernur Jokowi Dodo ………………. karena banjir barat”.

Wartawan      : “Pak Jokowi Selamat Sore pak?”

Jokowi            : “Sore”

Wartawan      : “Ini kejadian jebolnya hari kamis pagi jam 10”

Jokowi            : “Ia jadi kemarin kira-kira jam 09:30 di jebol sepanjang 30 meter dan
itulah yang menyebabkan HI dan sekitarnya menjadi banjir seperti itu airnya tidak
seperti sekarang ini tiga kali lipat yang sekarang ini sekarang tingginya hampir
setinggi yang ada disana”.

Wartawan      : “Oke, jadi jebolnya 09:30 pagi lalu pak jokowi terima kabar
langsung”.

Jokowi            : “Siangnya langsung kita kerjakan tapi karena kemarin saemua ruas


jalan macet materinya nggak bisa datang tepat waktu, alat-alat berat juga datang sore
jadi memang banyak hambatannya karena semua wilayah terkena banjir”.

Wartawan      : “Jadi, bisa dikatakan sepanjang malam kemarin mereka semua bekerja


sepanjang malam?”

Jokowi            : “Kerja sampe tadi malam jam Empat pagi dan pagi tadi di mulai jam
Tujuh pagi”.

Wartawan      : “Dan ini terlihat ratusan personil gabungan Tni, Polri”.

Jokowi            : “Jadi Tni, Kodam, Kopasus, Dari Marinir dan Polri, Satpol dan
semuanya kita konsentrasikan agar malam ini bisa rampung karena bekejaran dengan
waktu kalau nanti ada hujan lagi, ada air lagi dari atas ini juga akan menjadi masalah
besar”.

Wartawan      : “Kira-kira kenapa bisa terjadi, kan kita tahu curah hujan tinggi dalam
beberapa waktu terakhir apakah kejadian seperti itu memang tidak bisa diantisipasi
sebelumnya?”

Jokowi            : “Yang jelas  perlu menejemen kontrol yang baek terhadap semua


tanggul-tanggul yang ada”.

16
Wartawan      : atau memang kondisinya memang sudah tua akhirnya tidak bisa
menampung dengan debit yang ada.

Jokowi            : “Saya tidak tahu dibangun tahun berapa”

Wartawan      : Oke, begitu kejadian langsung koordinasi semua.

Jokowi            : Menurut saya ada kejadian bagaimana menyelesaikan masalah yang


ada problem yang ada diselesaikan mengurangi dan lain-lain nanti kita urus setelah
kegiatan ini rampung.

Wartawan      : Tidak ada hambatan yang berarti pak untuk mengumpulkan seluruh


personil dan material.

Jokowi            : Hambatan alat berat, material, alat berat sudah datang, antri datang
terus, moga-moga insyaallah nanti malem moga-moga sudah bisa di atasi.

Wartawan      : Dengan catatan juga kalau tidak hujan lagi pak ya?

Jokowi            : Moga-moga tidak hujan.

Wartawan      : “Karena kemarin malam menjelang subuh sempat hujan lagi jadi itu
juga yang jadi kendala kalau tidak hujan ……… semalaman harus kerja terus.

Jokowi            : …. Karena materialnya agak terhambat dan kemarin sore ada hujan
juga terus bekerja dari semua Tni, bekerja semua.

Wartawan      : “Lalu nanti target malam ini selesai harus rampung melihat personil
yang ada dan alat berat yang di kerah kan yang lain bisa terealisasi bahwa nanti
malam harus akan bisa selesai?”

Jokowi            : “Ya kalau melihat lapanganya harus selesai insyaallah selesai”.

Wartawan      : “Kira-kira pukul 4 sore sudah puaskah dengan kemajuan yang ada


sekarang ini?”

Jokowi            : “Ya Progesnya ini cepat sekali sudah sementara tadi karena material
datang semuanya”.

Wartawan      : “Oke, jadi lebih kematerial kalo urusan untuk alat beratnya kalau


untuk personil cukup atau masih butuh lagi”.

17
Jokowi            : “Sudah, lebih dari cukup. Kalau kurang juga kita bisa telepon minta
tambahan ke Kodam, Kopasus, Marinir atau Ke Polri semuanya Satpol bisa bekerja”.

Sampel Kesalahan Dalam Bunyi Bahasa

Dari wawancara di atas,  ada beberapa kesalahan bahasa dalam fonologi di


antaranya :

“Nggak”

“Sampe”

“Baek”

“Malem”

“Kalo”

Identifikasi Kesalahan Berbahasa dalam Fonologi

Penghilangan Fonem Perubahan Fonem

Sampe       →        Sampai Nggak       →       Tidak

Baek          →        Baik Kalo          →        Kalau

Malem       →        Malam  

Tidak Baku Baku

“Nggak” Tidak: tiada; tidak boleh

“Sampe” Sampai: dapat, mencapai tujuan

“Baek”’ Baik: elok; patut; teratur

“Malem” Malam;

“Kalo” Kalau: jikalau; seandainya

18
C. KESALAHAN BERBAHASA DARI SEGI SINTAKSIS

Pengertian Analisis Kesalahan Berbahasa Dalam Bidang Sintaksis

Menurut Sofa (2008) bahwa Kesalahan sintaksis adalah kesalahan atau


penyimpangan struktur frasa, klausa, atau kalimat, serta ketidaktepatan pemakaian
partikel. Analisis kesalahan dalam bidang tata kalimat menyangkut urutan kata,
kepaduan, susunan frase, kepaduan kalimat, dan logika kalimat (Lubis Grafura :
2008). Bidang tata kalimat menyangkut urutan kata dan frase dikaitkan dengan
hukum-hukumnya (DM, MD) (Maharsiwi : 2009). Untuk keperluan itu semua perlu
adanya deskripsi yang jelas antara bahasa Bl dan B2. Di sisi yang lain Samsuri dalam
Maharsiwi (2009) mengungkapkan bahwa dalam berbahasa mengucapkan kalimat-
kalimat, untuk dapat berbahasa dengan baik, kita harus dapat menyusun kalimat yang
baik. Untuk dapat menyusun kalimat yang baik, kita harus menguasai kaidah tata
kalimat (sintaksis). Hal ini disebabkan tata kalimat menduduki posisi penting dalam
ilmu bahasa.
Kalimat adalah serangkaian kata yang tersusun secara bersistem sesuai dengan kaidah
yang berlaku untuk mengungkapkan gagasan, pikiran, atau perasaan yang relatif
lengkap (Werdiningsih, 2006:77-79) dalam (Budi Santoso). Kesatuan kalimat dalam
bahasa tulis dimulai dari penggunaan huruf kapital pada awal kalimat dan diakhiri
dengan penggunaan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru pada akhir kalimat.
(Werdiningsih, 2006:78) dalam (Budi Santoso) mengungkapkan bahwa sebuah
kalimat dikatakan efektif jika dapat mendukung fungsinya sebagai alat komunikasi
yang efektif. Maksudnya bahwa kalimat tersebut mampu mengungkapkan gagasan,
pikiran, dan gagasan secara jelas sehingga terungkap oleh pembaca sebagaimana
diinginkan.

Menurut Arifin (2001: 116) sebuah kalimat hendaknya berisikan suatu gagasan atau
ide. Agar gagasan atau ide sebuah kalimat dapt dipahami pembaca, fungsi bagian
kalimat yang meliputi subjek, predikat, objek, dan keterangan harus tampak dengan
jelas (eksplisit). Di samping unsur eksplisit kalimat harus dirakit secara logis dan
teratur.

Pateda (1989 : 58) menyatakan bahwa kesalahan pada daerah sintaksis berhubungan
erat dengan kesalahan pada morfologi, karena kalimat berunsurkan kata-kata itu
sebabnya daerah kesalahan sintaksis berhubungan misalnya dengan kalimat yang
berstruktur tidak baku, kalimat yang ambigu, kalimat yang tidak jelas, diksi yang
tidak tepat yang menbentuk kalimat, kalimat mubazir, kata serapan yang digunakan di
dalam kalimat dan logika kalimat.

19
1. Analisis Kesalahan Berbahasa Dalam Bidang Sintaksis Berdasarkan Jenis
Keterampilannya (Menyimak, Membaca, Menulis Dan Membaca)

Menurut Sungkar Kartopati (2010) dalam pembelajaran bidang sintaksis terdapat 4


aspek yang berhubungan dengan analisis kesalahn berbahasa, yaitu :

1. 1.      Pembelajaran Sintaksis dalam mendengarkan.

Kalimat merupakan satuan kata yang mengandung gagasan yang menjadi pokok yang
didengar. Dari kegiatan mendengarkan tersebut respon atau tanggapan yang
diharapkan dapat berupa aspek keterampilan yang bersifat produktif misalnya
menulis atau berbicara. Dalam kegiatan atau sesuatu yang didengar tersebut
diharapkan si pendengar dapat menyimpulkan sesuatu yang didengar dalam kalimat
yang benar pula. Sebagai contoh dalam sebuah Tujuan Pembelajaran dijelaskan
bahwa hasil yang diharapkan adalah siswa mampu menyimpulkan isi berita dari
bahan dengaran ke dalam beberapa kalimat dan menuliskan kembali berita yang dari
bahan dengaran dalam beberapa kalimat.

Untuk dapat mencapai tujuan tersebut siswa tentu saja harus mempunyai pengetahuan
yang cukup tentang kalimat dan unsur-unsur pembentuknya. Bagaimana membuat
kalimat yang efektif dan mudah dipahami oleh orang lain. Untuk mengajarkan
kalimat kepada siswa guru dapat menggunakan menggunakan metode-metode yang
komunikatif dan melibatkan siswa secara langsung dalam membuat atau menganalisis
kalimat.

1. 2.      Pembelajaran Sintaksis dalam Berbicara

Kecermatan dalam menyusun kalimat merupakan syarat bagi siswa ketika berbicara
agar gagasan atau ide yang ingin disampaikan dapat dipahami oleh pendengar dengan
baik. Pengetahuan tentang seluk beluk kalimat, baik jenis kalimat maupun keefektifan
dalam menyusun sebuah kalimat sangatlah perlu. Bentuk kalimat adalah segi sintaksis
yang berhubungan dengan cara berpikir logis, yaitu prinsip kausalitas yang
menanyakan apakah A menjelaskan B, ataukah B yang menjelaskan A. Logika
kausalitas ini kalau diterjemahkan ke dalam kalimat menjadi susunan subjek (yang
menerangkan) dan predikat (yang diterangkan). Bentuk kalimat ini bukan hanya
menyangkut persoalan teknis kebenaran tata bahasa, tetapi juga menentukan makna
yang dibentuk oleh susunan kalimat.

20
Dalam kalimat yang berstruktur aktif, seseorang menjadi subjek dari pernyataannya,
sedangkan dalam kalimat pasif seseorang menjadi objek dari pernyataannya. Contoh
kasus seoarang guru yang sedang menasihati siswa dapat disusun ke dalam bentuk
kalimat pasif juga aktif. Kalimat guru menasehati siswa menempatkan guru sebagai
subjek. Dengan menempatkan guru di awal kalimat, memberi klarifikasi atas
kesalahan siswa. Sebaliknya kalimat siswa dinasehati guru, guru ditempatkan
tersembunyi. Makna yang muncul dari susunan kalimat ini berbeda karena posisi
sentral dalam kedua kalimat ini adalah guru. Struktur kalimat bisa dibuat aktif atau
pasif, tetapi umumnya pokok yang dianggap penting selalu ditempatkan diawal
kalimat.

1. 3.      Pembelajaran Sintaksis dalam Membaca

Sintaksis merupakan tataran gramatikal sesudah morfologi. Untuk Kalimat-kalimat


yang dirangkai hingga membentuk wacana harus dapat dipahami oleh siswa sehingga
siswa dapat memahami sebuah tulisan melalui kegiatan membaca. Oleh karena itu,
pengetahuan tentang kalimat perlu diberikan kepada siswa, melalui keterampilan
bahasa lainnya.

1. 4.      Pembelajaran Sintaksis dalam Menulis

Sintaksis atau tata kalimat yang mewajibkan siswa untuk dapat menyusun kalimat
secara efektif dan mudah dipahami. Dalam pelaksanaan pembelajaran siswa
seringkali mengalami kesulitan dalam membuat kalimat sehingga menimbulkan
kesalahan-kesalahan yang menyebabkan gagasan yang ingin disampaikan tidak dapat
dipahami oleh pembaca. Siswa membuatnya menjadi Hasil dari pada pembangunan
harus kita nikmati, secara langsung guru pasti akan melihat pada kesalahan
penggunaan kata daripada. Sintaksis dalam pembelajaran menulis dapat dikemas
dalam berbagai teknik pembelajaran yang menarik, misalnya dengan menulis
berantai, yaitu guru memberikan satu kalimat pembuka dan siswa diminta untuk
melanjutkan kalimat tersebut, selain itu untuk menulis cerita guru dapat meminta
siswa membuat paragraf pembuka atau penutup. Dengan demikian siswa akan tertarik
untuk menulis.

1. 5.      Berbagai contoh kalimat yang salah serta analisisnya

 “Kesalahan orang itu yaitu ialah mencuri”

Membaca kalimat diatas pasti kita mengatakan bahwa kalimat itu salah. Kalimat
tersebut berbunyi “ Kesalahan orang itu yaitu ialah mencuri “. Poerwadarminta

21
(1976:367) dalam Pateda (1989 : 60) menyatakan bahwa kata “ialah” bermakna
“yaitu”, dan kata “yaitu” bermakna “ialah”. Dengan demikian kalimat diatas dapat
diperbaiki menjadi :

“Kesalahan orang itu ialah mencuri”

“Kesalahan orang itu yaitu mencuri”

 “ Para sodara jamaah pengajian sekalian yang kita hormati,….. Kita bersyukur
kepada para pelantara agama yang mana pada beliau-beliau itu begitu gigih
memperjuangkan agama….”

Kita lihat kesalahan yang sering kita jumpai ini adalah kerancuan atau gejala
pleonasme dalam penjamakan. Kata / para / yang sudah menunjukkan lebih dari satu
sering digabungkan dengan kata / sekalian / atau diulang misalnya / para pengurus-
pengurus, para bapak-bapak, dan sebagainya yang sudah sama-sama bermakna
banyak. Demikian pula akhiran asing /-in / pada kata hadirin, ini juga sudah
menandakan banyak. Kesalahan serupa sering kita simak misalnya pada saat ada
pertunjukkan hiburan di lapangan, pembawa acara menyambut penampilan penyanyi
idola mereka dengan ucapan “ Baiklah para hadirin sekalian, kita sambut penyanyi
kesayangan kita…..” Bentuk yang benar adalah para hadir ( tetapi kurang baik,
kurang lazim ), sehingga bentuk yang baik dan benar adalah cukup hadirin atau
ditambah dengan kata sifat yang berbahagia. Dalam pengajian bisa menggunakan
sapaan Hadirin yang berbahagia, Bapak/ Ibu sekalian, Bapak/ Ibu/ Saudara sekalian
yang saya hormati, Saudara-saudara yang berbahagia, Para Saudara jamaah pengajian
yang berbahagia atau yang mengharap rida Allah, yang dimulyakan Allah, dan
sebagainya. Bentuk sapaan sodara dalam pengucapan memang alih-alih menjadi
bunyi / o /, padahal dalam penulisan dan juga pelafalan yang tepat adalah saudara
( secara etimologi berasal dari bahasa Sansekerta yakni / sa / yang berarti satu dan /
udara / yang berarti perut, jadi artinya adalah satu perut atau berasal dari satu perut
ibu seperti kakak, adik. Lama-kelamaan kata itu meluas penggunaanya. Demikian
pula kata / ibu /, / bapak / yang dialamatkan hanya pada lingkungan keluarga saja
(Inta Sahrudin : 2008)

22
D. KESALAHAN BERBAHASA DALAM SEGI SEMATIK

Pengertian tataran semantik 

    Kesalahan berbahasa dalam tataran semantik dapat berkaitan dengan bahasa tulis
maupun bahasa lisan. Kesalahan berbahasa ini dapat terjadi pada tataran fonolgi,
morfologi, dan sintaksis. Kesalahan berbahasa dalam tataran semantik ini
penekanannya pada penyimpangan makna, baik yang b pada penyimpangan makna,
baik yang berkaitan dengan fonologi, morfologi, maupun sintaksis. Jadi, jika ada
sebuah bunyi, bentuk kata, ataupun kalimat yang maknanya menyimpang dari makna 
yang seharusnya, maka tergolong ke dalam kesalahan berbahasa ini. 

a). Kesalahan penggunaan kata-kata yang mirip 


    kata-kata yang bermiripan tersebut dapat digolongkan kedalam tiga kelompok,
yakni (i) pasangan yang seasal, contoh: kurban dan kurban; (ii) pasangan yang
berasing, contoh: kualitatif dan kwalitatif ; dan (iii) pasangan yang terancukan,
contoh : sah dan syah ( Alwi, i991:21-22). Banyaknya kata yang mempunyai
kemiripan menuntut banyak ketelitian. Menurut penulis, dari tiga jenis kemiripan
tersebut, yang berkaitan dengan makna yang berbeda terdapat pada jenis pasangan
yang seasal dan pasangan yang terancukan.
b). Kesalahan pilihan kata atau diksi. 
    Pengguanaan kata-kata yang saling menggantikan yang dipaksakan akan
menimbulkan perubahan makna kalimat bahkan merusak sturktur kalimat, jika tidak
disesuaikan dengan makna atau maksud kalimat yang sebenarnya. Pilihan kata yang
tidak tepat sering penggunaannya divariasikan secara bebas, sehingga menimbulkan
kesalahan. Kalimat seperti tidak bermasalah,  jika hanya dicermati sekilas saja.
Contoh : mantan dan bekas, busana dan baj, jam dan pukul dan lain-lain.
    Uraian sekilas wujud kesalahan berbahasa dalam tataran semantik tersebut akan
dibicarakan satu persatu berikut ini.

A.    Kesalahan karena Pasangan yang Seasal 

Pasangan yang seasal adalah pasangan kata yang memiliki bentuk asal yang sama dan
maknanya pun berdekatan (Alwi, 1991 : 21). Dalam hal ini kita tidak menentukan
bentuk mana yang benar, tetapi bentuk mana yang maknanya tepat untuk menyatakan
gagasan kita. Dengan kata lain, masing- masing adalh bentuk yang benar. Kita dapat
mengamati contoh-contoh pemakaian pasangan yang seasal. 

23
Contohnya:
 1.) Penggunaan Kata Korban dan Kurban

Bentuk Tidak Baku


-    Daging korban itu akan dibagikan kepada yang berhak menerimanya
-    Jumlah kurban tanah longsor yang tewas sudah bisa dipastikan. 

Pengertian pertama kata qurban adalah persembahan kepada Tuhan (seperti kambing,
sapi, dan unta yang disembelih pada hari Lebaran haji)’ atau pemberian untuk
menyatakan kesetiaan atau kebaktian, yang kemudian dieja menjadi kurban. Makna
yang kedua adalah orang atau binatang yang menderita atau mati akibat suatu
kejadian, perbuatan jahat, dan sebagainya; yang dieja menjadi korban. Berdasarkan
perbedaan makna kedua kata tersebut, maka kita dapat memperbaiki kalimat diatas
dengan contoh : 
Bentuk Baku
-    Daging kurban itu akan dibagikan kepada yang berhak menerimanya.
-    Jumlah korban tanah longsor yang tewas sudah bisa dipastikan. 

2). Penggunaan Kata Lolos dan Lulus 


      Kata lolos dan lulus merupakan dua kata yang hampir sama dalam segi bentuk
maupun makna. Dari segi bentuk kedua kata tersebut dibedakan oleh vokal yang
membentuknya, yaitu vokal /o/ pada [lolos] dan vokal /u/ pada [lulus].
Kekurangancermatan pemakai bahasa mengakibatkan kata-kata yang mirip tersebut
tertukar denga yang lain, sehingga menimbulkan kesalahan. Pemakaian yang salah
dapat diperhatikan pada contoh berikut ini.
Bentuk Tidak Baku
-    Narapidana itu lulus  dari penjara tadi malam denga merusak terali jendela
-    Benang sebesar itu tidak dapat lolos ke lubang jarum yang kecil itu. 
Jika dicermati makna kedua kata di atas dapat dijelaska bahwa lolos berarti
keberhasilan melewati bahaya, rintangan, atau upaya penangkapan, sedangkan lulus 
berarti keberhasilan melewati ujian atau memenuhi persyaratan. Jadi pembetulan
kedua kalimat di atas sebagai berikut.
Bentuk Baku 
-    Narapidana itu lolos  dari penjara tadi malam denga merusak terali jendela
-    Benang sebesar itu tidak dapat lulus ke lubang jarum yang kecil itu. 

24
3). Penggunaan kata penglepasan dan pelepasan 
     Kata penglepasan oleh pemakai bahasa sering pula digunakan di samping kata
pelepasan. Penggunaan kedua kata tersebut sering dipertukarkan, perhatikan
pemakaian berikut ini. 
Bentuk Tidak Baku
-    Acara pelepasan para wisudawan akan dimulai pukul 08.00.
-    Bayi yang baru saja dilahirkan itu mengalami cacat fisik, yaitu di bagian
penglepasannya.
Kedua kata tersebut yaitu penglepasan dan pelesapan sebenarnya dibentuk dengan
afiks dan kata yang sama, yaitu peng + lepas + an. Sejalan dengan kaidah morfologis,
afiks peng-jika dirangkaikan dengan bentuk dasar yang berawal denga fonem /l/ akan
menjadi pe-bukan menjadi peng oleh karena itu, betnuk yang tepat adalah pelepasan 
bukan penglepasan. Akan tetapi dalam pemakaiannya, kedua kata tersebut
dipergunakan dengan makna yang berbeda. Kata penglepasan umumnya diberi
makana proses, tindakan, atau hal melepaskan, sedangkan pelepasan  diberi
makna’anus’. 
Bentuk Baku
-    Acara penglepasan para wisudawan akan dimulai pukul 08.00.
-    Bayi yang baru saja dilahirkan itu mengalami cacat fisik, yaitu di bagian
pelepasannya.

4). Penggunaan Kata Mengkaji dan Mengaji


    kata mengkaji oleh pemakai bahasa juga sering digunakan di samping kata
mengaji. Penggunaan kedua kata tersebut sering salah. Cermatilah pemakaian kata
berikut ini. 
Bentuk Tidak Baku
-    Anak- anak muslim di kampung itu setiap hari pukul 16.00 mengkaji  di masjid
Darussalam. 
-    Para ilmuwan sedang mengaji hasil penelitian.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, perbaikan kalimat di atas sebagai berikut. 
Bentuk Baku 
-    Anak- anak muslim di kampung itu setiap hari pukul 16.00 mengaji  di masjid
Darussalam. 
-    Para ilmuwan sedang mengkaji hasil penelitian.

25
B.    Kesalahan karena Pasangan yang Terancukan
Jenis lain kesalahan karena kemiripan adalah pasangan yang terancukan. Pasangan
yang terancukan terjadi jika oran gyang tidak mengetahui secara pasti bentuk kata
yang benar lalau terkacaukan oleh bentuk yang dianggapnya benar. Dalam hal ini
kedua anggota pasangan itu memang bentuk yang benar, tatapi harus diperhatikan
perbedaan maknanya. Akibatnya, kadang- kadang ditemukan penggunaan bentuk
yang salah. Contoh- contoh kesalahan pemakaian jenis ini. 
1.    Penggunaan kata sah dan syah 
Kata sah dan syah merupakan dua kata yang berbeda dari segi makna. Kemiripan
bentuk dan lafal memang dimiliki kedua kata tersebut. Tidak mengherankan jika
pemakai  bahasa yang tidak cermat, sering mengacaukan pemakaiannya. Perhatikan
pemakain berikut ini. 
Bentuk Tidak Baku 
-    Sah iran sudah pernah berkunjung ke indonesia.
-    Dia sekarang telah syah menjadi suami saya.
Kata sah dan syah merupakan contoh pasangan terancuka. Makna kedua kata itu jelas
berbeda. Sah berarti sudah sesuai dengan hukum, sedangkan syah berarti raja.
Kesalahan pada kedua kalimat di atas dapat diperbaiki menjadi:
-    Syah iran sudah pernah berkunjung ke indonesia.
-      Dia sekarang telah sah menjadi suami saya.

2.    Penggunakan kata Kafan dan Kapan 


Perhatikan pemakaian pasangan kata yang terancukan berikut ini. 
Bentuk Tidak Baku
-    Mayat itu sudah dibungkus kain kapan.
-    Kafan kamu akan berangkat ke bali?
Jika dilihat dari maknanya; kata kafan bermakna kain (putih) pembungkus mayat;
sedangkan kapan  bermakna kata tanya untuk menyatakan waktu perbedaan makna
kedua kata tersebut jelas terlihat. Dengan demikian perbaikan kalimat diatas adalah:
Bentuk Baku
-    Mayat itu sudah dibungkus kain kafan.
-    Kapan kamu akan berangkat ke bali?

26
3.    Penggunaan Kata Sair dan Syair
Kemiripan bentuk juga dapat kita amati pada kata sair dan syair. Karena
ketidakcermatan pemakai bahasa, kesalahan pemakaian kedua kata yang mirip itu pun
terjadi. Contoh.
Bentuk Tidak Baku
-    Sastrawan itu sedang asyik membaca sair.
-    orang Islam yang beriman selalu berhati- hati dalam berbuat, dia selalau ingat
syair. 
kata sair  bermakna api neraka, sedangkan kata syair berati bentuk puisi lama.
Kemiripan itu hanya sebatas bentuk, tetapi makna berbeda jelas. Berdasarkan makna
tersebut, kita dapat menyikapi bahwa pemakaian kata yang mirip pada kedua kalimat
di atas merupakan pemakaian yang salah. Perbaikannya sebagai berikut.
Bentuk Baku 
-    Sastrawan itu sedang asyik membaca syair.
-    orang Islam yang beriman selalu berhati- hati dalam berbuat, dia selalau ingat
sair. 

4.    Penggunaan Kata yang Berhomofon dan Berhomograf


Terdapat kata- kata dalam bahasa Indonesia yang memiliki kemiripan atau kesamaan
bentuk (termasuk di dalamnya homofon dan homograf), tetapi maknanya berbeda.
Perhatikan pamakaian berikut ini.\
Bentuk Tidak Baku 
-    Aku sanksi dengan pernyataan yang baru saja kamu ucapkan, karena berkali- kali
kamu sudah membohogi aku.
-    Sangsi  apa yang akan diberkan kepada warga yang melangar adat itu?
-    Berapa kilo gram apel yang sudah kamu beli kemarin? (lafal e taling)
-    Antok Sabtu malam apel kerumah santi. (lafal e pepet)
Pada kalimat diatas  kasus homofon. Pelafalan kata sanksi  dan sangsi sama, akan
tetpi ejaan dan arti dari kedua kata tersebut berbeda. Sanksi berarti  hukuman,
sedangka sangsi  berarti ragu-ragu. Jika kebua kata tersebut dipertukarkan
pemakaiannya akan terjadi kesalahan. 
Kasus homgraf terdapat pada kata apel yang dicetak miring pada kedua  contoh
tersebut penulisannya sama. Sekalipun penulisannya sama, namun pelafalannya tidak
sama dan artinya juga tidak sama. Kara apel  denga pelafalan e (taling) beratri
kunjungan ke rumah kekasih dan apel dengan pelafalan e (pepet) berarti nama buah-
buahan. Jadi, bentuk baku yang benar adalah;

27
-    Aku sangsi dengan pernyataan yang baru saja kamu ucapkan, karena berkali- kali
kamu sudah membohogi aku.
-    Sanksi  apa yang akan diberkan kepada warga yang melangar adat itu?
-    Berapa kilo gram apel yang sudah kamu beli kemarin? (lafal e pepet)
-    Antok Sabtu malam apel kerumah santi. (lafal e taling)

C.    Kesalahan karena Pilihan Kata yang Tidak Tepat


Ada dua istilah yang berkaitan dengan masalah subjudul ini, yaitu istilah pemilihan
kata dan pilihan kata. Pemilihan kata adalah proses atau tindakan memilih kata yang
dapat mengungkapkan gagasan secara tepat, sedangkan pilihan kata adalah hasil
proses atau tindakan tersebut.
Berikut ini akan dipaaprkan beberapa contoh wujud kesalahan pilihan kata. 
1.    Pengunaan Kata pukul dan jam
Sering kita temukan pemakaian kalimat- kalimat berikut ini. 
Bentuk Tidak Baku
-    Hari ini akan kita bicarakan masalah kaa majemuk dalam bahasa Indonesia hingga
kira-kira jam 14.00.
-    Beberapa dokter mengoperasi pasien penyakit jantung koroner selama 3 jam, yaitu
jam 13.00 s.d 16.00.
-    Selama dua pukul  aku menunggumu di sini, tetapi kamu tidak datang juga.

Penggunaan kata pukul dan  jam harus dilakukan dengan tepat. Kata pukul
menunjukkan waktu, sedangkan kata jam  menunjukkan jangka waktu. Kata jam pada
kalimat diatas tidak tepat karena untuk menyatakan waktu digunakan kata pukul.
Ketidaktepatan penggunaan kata pukul karena untuk menyatakan jangka waktu
digunakan kata  jam. Perbaikan kalimat tersebut adalah: 
Bentuk Baku
-    Hari ini akan kita bicarakan masalah kaa majemuk dalam bahasa Indonesia hingga
kira-kira pukul 14.00.
-    Beberapa dokter mengoperasi pasien penyakit jantung koroner selama 3 jam, yaitu
pukul 13.00 s.d 16.00.
-    Selama dua jam  aku menunggumu di sini, tetapi kamu tidak datang juga.

2.    Penggunaan Kata Tidak  dan kata Bukan 


Kata tidak dan bukan merupakan kata-kata yang digunakan untuk mengingkari.
Sekalipun kedua kata itu untuk mengingkari, namun keduanya mempunyai fungsi
yang berbeda. Sering pemkaian kedua kata tersebut dipertukarkan, sebagai contoh.

28
Bentuk Tidak Baku
-    Andika bukan mengerjakan pekerjaan rumah, sehingga dimarahi Pak Rudi. 
-    Harga buku yang ku beli tadi tidak sepuluh ribu
-    Tidak  orang yang menabrak yang salah, melainkan orang yang menyeberang
tanpa perhitungan itu yang melanggar lalu lintas. 
-    anak kecil itu tidak menyayi, melainkan berteriak.
kata tidak dipakai untuk mengingkari verba, adjektiva, dan adverbia, sedangkan kata
bukan  untuk mengingkari nomina, pronomina, dan numeralia. Dalam kalimat yang
bersifar korektif, maka kata  bukan sering dipakai untuk mengingkari verba dan
adjektiva. Apabila kalimatnya tidak  bersifat korktif, maka kata bukan  tidak boleh
dipakai untuk mengingkari kata selain nomina, pronomina, dan numeralia.
Berdasarkan kaidah tersebut, kita dapat memperbaiki keenam kalimat diatas menjadi: 
-    Andika tidak mengerjakan pekerjaan rumah, sehingga dimarahi Pak Rudi. 
-    Harga buku yang ku beli tadi bukan sepuluh ribu
-    bukan orang yang menabrak yang salah, melainkan orang yang menyeberang
tanpa perhitungan itu yang melanggar lalu lintas. 
-    anak kecil itu bukan menyayi, melainkan berteriak.

E. ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA PADA TATARAN WACANA

Wacana merupakan satuan gramatik tertinggi. Sebagai satuan bahasa yang lengkap,
maka dalam wacana itu berarti terdapat konsep, gagasan, pikiran, atau ide yang utuh,
yang dapat dipahami oleh pembaca (dalam wacana tulis) atau pendengar (dalam
wacana lisan), tanpa keraguan apapun.

Persyaratan gramatikal dalam wacana dapat dipenuhi jika dalam wacana itu sudah
terbina kekohesifan, yaitu adanya keserasian hubungan antara unsur-unsur yang ada
dalam wacana tersebut atau adanya hubungan bentuk. Kesalahn dalam tataran wacana
dapat meliputi: (a). Kesalahan dalam kohesi dan (b) kesalahan dalam koherensi.

A.    Kesalahan dalam Kohesi

1.      Kesalahan Penggunaan Penyulihan

Dari kalimat di atas, telah terjadi kesalahan berbahasa yakni kesalahan penggunaan
penyulihan.kata menjelang merupakan kesalahan Karena penggunaan penyulihan.
Seharusnya kata menjelang diganti dengan katamenyambut. Kata menyambut lebih
tepat digunakan.

29
Menjelang dalam KBBI (2008:574) artinya 1 mengunjungi; menengok; menjenguk;
menghadap: sudah lama ia tidak ~ ibunya; 2 dialamatkan kpd; ditujukan kpd (pd
alamat surat): ~ karibku Polan, Jalan Lembang, Jakarta Pusat; 3 menghadap;
menyongsong: ~ tahun baru kita memperbaharui tekad untuk maju; 4 hampir:
~  tengah hari baru ia sampai ke kampung halamannya;5 melihat; memandangi:
~ bulan purnama;

Menyambut dalam KBBI (2008:1215) artinya  menerima: kami - penghargaan itu


dng rasa haru; 2 memberi tanggapan (balasan, jawaban, reaksi, dsb) atas: penduduk -
kebijakan lurahnya dng sikap positif; 3 menangkap; menadah: saya - bola
yg dilemparkan kpd saya; 4 menyongsong (kedatangan orang, hari peringatan,
dsb): kami - hari depan yg lebih baik; 5 membalas (menangkis serangan): pasukan
itu - serangan musuh dng gigihnya;6 membeli dng cara membayar kemudian;
mengutang; mengebon: Paman - sebungkus rokok ke warung;

·         Bentuk tidak baku

Menjelang 2015 yang sebentar lagi akan dijelang

·         Bentuk baku

Menyambut 2015 yang sebentar lagi akan dijelang

2.      Kekurang efektifan Wacana Karena Tidak Ada Pelesapan

Pada kalimat di atas,  telah  terjadi kesalahan berbahasa yakni kekurangefektifan


wacana karena tidak ada pelesapannya. Dalam kalimat diatas banyak menggunakan
kata saya. Seharusnya kata saya harus digunakan tidak terlalu banyak supaya efektif.

Saya dalam KBBI (2008:1234) artinya orang yg berbicara atau menulis (dl ragam
resmi atau biasa); aku; 2 ya: -- , Tuan!

·         Bentuk tidak baku

Program pertama yang akan  saya  lakukan adalah melanjutkan untuk membangun UR
menjadi lebih baik ke depan, membenahi tata kelola UR dan masih banyak hal
lainnya yang telah saya  programkan di visi misi saya” ungkap beliau

30
·         Bentuk baku

Program pertama yang akan saya lakukan adalah melanjutkan untuk membangun UR


menjadi lebih baik ke depan, membenahi tata kelola UR dan masih banyak hal
lainnya yang telah  diprogramkan di visi misi saya” ungkap beliau

3.      Kesalahan Penggunaan Konjungsi

Pada kalimat di atas,  telah  terjadi kesalahan berbahasa yakni kesalahan penggunaan


konjungsi (kata hubung). Dalam kalimat diatas konjungsi yang digunakan kurang
tepat yaitu kata bukan dan namun. Seharusnya kata konjungsi yang digunakan
adalah tidak dan tetapi.

Tidak dalam KBBI (2008:1460) artinyapartikel untuk menyatakan pengingkaran,


penolakan, penyangkalan, dsb; tiada: tempat kerjanya -- jauh dr rumahnya; apa yg
dikatakannya itu -- benar;

            Tetapi dalam KBBI (2008:1458) artinya kata penghubung intrakalimat untuk


menyatakan hal yg bertentangan atau tidak selaras: orang itu kaya, -- kikir; rumah ini
besar, -- sudah rusak; akan -- , penghubung antarkalimat atau antarparagraf untuk
menyatakan hal yg bertentangan atau tidak selaras: akan -- , masalahnya tidak
semudah itu

·         Bentuk tidak baku

Kepala KUI UR tersebut memaparkan bahwa perlunya internasionalisasi bukan hanya


dalam menyambut MEA yang sudah didepan mata namun juga sebagai bentuk
reputas universitas.

·         Bentuk baku

Kepala KUI UR tersebut memaparkan bahwa perlunya internasionalisasi  tidak  hanya


dalam menyambut MEA yang sudah didepan mata tetapi juga sebagai bentuk reputas
universitas.

4.      Kesalahan penggunaan konjungsi

Pada kalimat di atas,  telah  terjadi kesalahan berbahasa yakni kesalahan penggunaan


konjungsi (kata hubung). Dalam kalimat diatas konjungsi yang digunakan kurang
tepat yaitu kata dan. Seharusnya kata konjungsi yang digunakan adalah serta.

31
Dan dalam KBBI (2008:291)  p penghubung satuan bahasa (kata, frasa, klausa, dan
kalimat) yg setara, yg termasuk tipe yg sama serta memiliki fungsi yg tidak
berbeda: ayah -- ibu, bibi -- paman, serta para anak, cucu, -- kemenakan bersama-
sama merayakan 50 tahun perkawinan nenek mereka

          Serta dalam KBBI (2008:1290) artinya 1 dan: Presiden -- rombongan


disambut dng tarian selamat datang; 2 demi; begitu; pd ketika: -- mendapat
perintah, ia lalu berangkat; ia pun jatuh pingsan -- mendengar kabar itu

·         Bentuk tidak baku

      Perpustakaan UR saat ini menjadi icon UR dan menjadi rujukan seluruh unit di


UR dalam pengembangan kelembagaan

·         Bentuk baku

      Perpustakaan UR saat ini menjadi icon UR serta menjadi rujukan seluruh unit di


UR dalam pengembangan kelembagaan.

32
BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Dari berbagai penomena yang penulis dapatkan di masyarakat, dengan adanya


berbagai kesalahan berbahasa. Dapat penulis simpulkan bahwa masih minimnya
masyarakat Indonesia yang kurang pengetahuan dan mengabaikan bahasa Indonesia
yang sesuai EYD dan Kamus Besar Bahasa Indonesia. Masyarakat Indonesia masih
lebih senang menggunakan Bahasa Prokem dan mengabaikan bahasa baku.

B.     Saran

Demikianlah makalah ini penuli buat, tentunya masih banyak kekurangan dan
kesalahan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun bagi para pembacanya seabgai kesempurnaan makalah ini. Dan semoga
makalah ini bisa menjadi acuan untuk meningkatkan makalah-makalah selanjutnya
dan bermanfaat bagi para pembaca dan terkhusus buat kami. Amin.

33
DAFTAR PUSTAKA

Ardiana,Leo Indra dkk.2001.Analisis Kesalahan Berbahasa.Jakarta: Universitas Terbuka


Tarigan, Henry Guntur. 1988.Pengajaran Pemerolehan Bahasa. Bandung.Angkasa

Hastuti, SRI. 1989. Sekitar Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia. Yogyakarta: PT


Mitra Gama Widya.

Inta Sahrudin. 2008. Analisis Kesalahan Berbahasa

Khairul Matien. Bahan Ajar Analisis Kesalahan Berbahasa.

Budi, Santoso Kusno. 1990. Problematika Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Setyawati, Nanik. 2010. Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia: Teori dan Praktik.
Cetakan Kedua. Surakarta: Yuma Pustaka.

Pusat Bahasa Depdiknas. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga).
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Setyawati, Nanik. 2010. Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia: Teori dan Praktik.
Cetakan Kedua. Surakarta: Yuma Pustaka.

34

Anda mungkin juga menyukai