Anda di halaman 1dari 16

Farhan Khusaeri

Jihan Arisanti
M. Rafli Hariyanto

KEL.2

F I L S A FAT K O M U N I K A S I

BY MIKOKIT -[ F I L ]- SLIDE 1
KOMUNIKASI SEBAGAI
K E G I AT A N I L M I A H

BY MIKOKIT -[ F I L ]- SLIDE 2
KOMUNIKASI
SEBAGAI
K E G I ATA N I L M I A H
Ilmu komunikasi didefinisikan sebagai: “Ilmu pengetahuan tentang produksi, proses, dan pengaruh dari sistem-sistem, tanda,
dan lambang melalui pengembangan teori-teori yang dapat diuji dan digeneralisasikan dengan tujuan menjelaskan fenomena
yang berkaitan dengan produksi, proses, dan pengaruh dari sistem-sistem, tanda dan lambang”. Komunikasi sebagai bentuk
keterampilan dapat menjelma sebagai ilmu melalui beberapa persyaratan tertentu. Persyaratan ini disebut sifat ilmiah.

Secara umum, tujuan sebuah pengetahuan ilmiah adalah untuk deskriptif, eksplonatif, dan prediktif. Deskriptif berarti suatu ilmu
akan menjelaskan gejala-gejala yang menjadi objek formalnya; eksplanatif berarti seluruh gejala yang teramati itu dapat
dihubungkan satu sama lain secara kausal (sebab akibat), dan setelah itu dapat dilakukan prediksi akan gejala-gejala yang akan
muncul (prediklif ). Mengingat ilmu alam lahir lebih dahulu daripada ilmu sosial (termasuk ilmu komunikasi), sifat ilmiah
sebagai persyaratan ilmu banyak terpengaruh paradigma ilmu alam. Persyaratan suatu keterampilan menjadi ilmu itu adalah
objektif, metodis, sistematis, dan universal:

BY MIKOKIT -[ F I L ]- SLIDE 3
KOMUNIKASI
SEBAGAI
K E G I ATA N I L M I A H

a. Objektif, artinya ilmu harus memiliki objek kajian yang terdiri atas satu golongan masalah yang sama sifat
hakikatnya, baik tampak dari luar maupun dari dalam.
b. Metodis, dalam upaya mencapai kebenaran, selalu terdapat kemungkinan penyimpangan, yang harus
diminimalisasi. Konsekuensinya, harus terdapat cara tertentu untuk menjamin kepastian kebenaran
c. Sistematis, karena mencoba mengetahui dan menjelaskan suatu objek, ilmu harus terurai dan terumuskan
dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem (dari bahasa Yunani, sustema) yang
berarti: utuh menyeluruh, terpadu, menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya.
d. Universal, artinya kebenaran yang hendak dicapai bukan yang tertentu, melainkan bersifat umum, misalnya
semua segitiga bersudut 180 derajat.

BY MIKOKIT -[ F I L ]- SLIDE 4
POKOK PIKIRAN
F I L S A F AT K O M U N I K A S I

BY MIKOKIT -[ F I L ]- SLIDE 5
RICHARD STEPHEN
L.LANIGAN LITTLE JOHN

RICHARD WHITNEY
L.LANIGAN R. MUNDT

BY MIKOKIT -[ F I L ]- SLIDE 6
RICHARD
L.LANIGAN

Richard L. Lanigan secara khusus membahas analisis filosofis atau proses komunikasi. Filsafat dalam disiplin ilmu komunikasi biasanya
meletakkan titik refleksinya pada pertanyaan-pertanyaan:

a. Apa yang aku ketahui ? (masalah ontology atau metafisika)


b. Bagaimana aku mengetahuinya ? (masalah epistemologi)
c. Apakah aku yakin ? (masalah aksiologi)
d. Apakah aku benar ? (masalah logika)

A. Metafisika

Richar L. Lanigan menyatakan bahwa metafisika adalah studi tentang sifat dan fungsi teori tentang realitas. Dalam metafisika, ada
beberapa hal yang direfleksikan. Hal-hal itu adalah sifat manusia dan hubungannya dengan alam, sifat, dan fakta kehidupan manusia,
problema pilihan manusiam, dan soal kebebasan pilihan tindakan manusia. Dalam hubungannya dengan teori komunikasi, metafisika
berkaitan deengan hal-hal sabagai berikut:
A. Sifat manusia dan hubungannya secara konstektual dan individual dengan realita dalam alam semesta
B. Sifat dan fakta bagi tujuan, perilaku, penyebab, dan aturan
C. Problema pilihan, khususnya kebebasan versus determinisme pada perilaku manusia
BY MIKOKIT -[ F I L ]- SLIDE 7
RICHARD
L. LANIGAN
B. Epistemologi
Epistemologi pada dasarnya adalah cara bagaimana pengetahuan disusun dari bahan yang diperoleh yang dalam prosesnya menggunakan
metode ilmiah. Metode ilmiah adalah tata cara dari suatu kegiatan berdasarkan perencanaan yang matang dan mapan, sistematik, dan logis
Pada dasarnya metode ilmiah dilandasi:
a. Kerangka pemikiran yang logis
b. Penjabaran hipotesis yang merupakan deduksi dan kerangkan pemikiran
c. Verifikasi terhadap hipotesis untuk menguji kebenarannya secara factual
C. Aksiologi
Dalam hubungannya dengan filsafat komunikasi, lanigan mengatakan bahwa aksiologi, kategori keempat dari filsafat, merupakan studi
etika dan estetika. Ini berarti, aksiologi adalah suatu kajian terhadap apa itu nilai-nilai manusiawi dan bagaimana cara melembagakannya
D. Logika
Logika adalah cabang filsafat yang menelaah asas dan dasar metode penalaran secara benar dalam hal ini cara berkomunikasi secara lebih
baik dan benar. Logika penting dalam berkomunikasi Karena pemikiran harus dikomunikasikan dan yang dikomunikasikan merupakan
putusan sebagai hasil dari proses berpikir.

BY MIKOKIT -[ F I L ]- SLIDE 8
STEPHEN
LITTLE JOHN

Little John mengamati perspektif yang terdapat dalam ilmu komunikasi. Perspektif yang ada dalam ilmu komunikasi dapat
berbeda dengan perpektif lainnya, , mereka tidak hanya berbeda dalam hal pengelompokan akan tetapi mereka dapat juga ber-
beda dalam hal konsepsi maupun asumsi dasar. Untuk menjelaskan perbedaan konsep, landasan ber-pikir, fokus, dan bias
masing-masing perspektif, penulis mencoba merujuk pada bidang metatheory.

Metatheory merupakan suatu bidang yang berusaha untuk menggambarkan dan men-jelaskan persamaan dan perbedaan
teori-teori. Metatheory merupakan bentuk spekulasi pada sifat inquiry atas isi teori-teori, secara khusus memusatkan perhatian
pada beberapa pertanyaan “apa yang seharusnya diteliti”, “bagaimana observasi se- harusnya dilakukan”, dan bentuk teori apa
yang seharus- nya digunakan” .Metatheory me- rupakan teori tentang teori. Perdebatan metatheory me- rupakan konsekuensi
ketidaktentuan pada status penge- tahuan pada suatu bidang ilmu tertentu. Sejak tahun 1970, metatheory telah mendominasi
dalam bidang ilmu komunikasi. Ahli­ahli komunikasi telah memulai dengan persoalan metode teori-teori mereka.

BY MIKOKIT -[ F I L ]- SLIDE 9
WHITNEY
R. MUNDT

Whitney R. Mundt tidak memperhitungkan filsafat ko- munikasi sebagai filsafat yang sebenarnya. Filsafat komu- nikasi menampilkan
kekuatan media dan prinsip-fungsi media berikut hubungannya dengan negara. Mundt dalam filsafatnya menyatakan penjelasan keterpautan
pemerintah dengan jurnalistik di mana keseimbangan kekuatan selalu bergeser. Menurut Mundt, pers terbagi menjadi lima, yakni:

a. Otoriter, yakni sistem pers di mana ada sensor dan lisensi dari pemerintah. Pemerintah menekan kritik sehingga kekuasaan terpelihara.

b. Sosial-otoriter, yakni pers dimiliki oleh pemerintah atau partai pemerintah untuk melengkapi pers guna mencapai tujuan ekonomi nasional
dan tujuan fil- safati.

c. Libertarian, yakni ketiadaan pengawasan pemerintah (kecuali undang-undang ten-tang fitnah dan cabul), untuk menjamin berkembangnya
gagasan secara be- bas (free market place of ideas).

d. Sosial-libertarian, yakni pengawasan pemerintah se- cara minimal untuk menyum-bat saluran-saluran ko- munikasi dan untuk menjamin
semangat operasional dari filsafat libertarian.

e. Sosial-sentralis, yakni kepemilikan pemerintah atau lembaga umum dengan saluran komunikasi terbatas untuk menjamin semangat
operasional dari filsafat libertarian.

BY MIKOKIT -[ F I L ]- S L I D E 10
PIKIRAN SEBAGAI
ISI PESAN KOMUNIKASI

BY MIKOKIT -[ F I L ]- SLIDE 11
PIKIRAN SEBAGAI
ISI PESAN
KOMUNIKASI

Dalam filsafat komunikasi, masalah berpikir sebagai fungsi komunikator ini perlu ditelaah secara mendalam, setidak-tidaknya mengenai dua hal,
yakni intensitas berpikir dan sistemat-ika berpikir.
A. Intensitas Berpikir
Berpikir dapat didefinisikan sebagai kemampuan manusia untuk mencari arti bagi reali-tas yang muncul di hadapan kesadarannya dalam
pengalaman dan pengertian. Jadi, komu-nikasi dapat didefinisikan sebagai kemampuan manusia untuk mengutarakan pikirannya kepa-da orang
lain setelah ia mengetahui sesuatu yang dialaminya.
Menurut Ahmad Tafsir, rasa ingin tahu yang ada pada diri manusia sudah built in da-lam penciptaan manusia. Manusia selalu ingin tahu,
kemudian ia mencari tahu, hasilnya adalah ia mengetahui sesuatu. Kemudian, ia mengembangkan pengetahuannya dan mengomunikasi-kannya
kepada orang lain. Ini adalah awal dari ilmu. Keingintahuan adalah konsekuensi logis dari keberadaan akal bagi manusia. Akal yang diberikan
oleh Allah adalah sebuah potensi bagi manusia, menurut Ibu Rusyd, akal adalah mahkota terpenting dari wujud roh (jiwa) manusia, karena akal
menurut Ibn Bajjah adalah “Satu-satunya saran untuk memperoleh dan mendapatkan pengetahuan yang benar dan mencapai kemakmuran dan
membangun kepribadian

BY MIKOKIT -[ F I L ]- S L I D E 12
PIKIRAN SEBAGAI
ISI PESAN
KOMUNIKASI

a. Berpikir Sensitivo Rasional


Dalam kehidupannya, manusia sebagai makhluk sosial selalu berpikir mengenai realitas sosial yang dalam prosesnya berlangsung secara
horizontal atau berpikir secara metarasional.
Secara horizontal, manusia berpikir mengenai suatu realitas dengan dilandasi pengala-man sebagai rekaman dan pengindraan selama hidupnya
dan rekaman dari fungsinya sebagai komunikan dalam setiap proses komunikasi yang melibatkan dirinya. Apabila ia berkomunikasi secara
horizontal yang berkisar pada persoalan tahu dan mengetahui, sifatnya menjadi sensitivorasional
b. Berpikir Metarasional
Manusia tidak hanya puas dengan mengetahui (wissen), tetapi juga ingin memahaminya secara mendalam. Di sini, berlangsung proses refleksi
atau kontemplasi atau perenungan yang secara akumulatif bersifat kuantitatif atau kualitatif. Kualitasnya akan berkadar tinggi apabila proses
perenungan itu dilakukan secara sistematik. Pemikirannya itu tidak sekadar sensitivora-sional,tetapi juga metarasional. Ia tidak lagi memandang
suatu realita sosial dengan indra ma-ta, tetapi dengan mata batiniah apa yang terdapat di seberang realita (beyond the reality), secara metafisik.

BY MIKOKIT -[ F I L ]- S L I D E 13
PIKIRAN SEBAGAI
ISI PESAN
KOMUNIKASI
B. Sistematika Berpikir
Pentingnya sistematika berpikir bagi seorang komunikator, terutama ketika dia melakukan komunikasi intra sebelum melakukan komunikasi
sosial dengan orang lain. Lebih-lebih, kalau komunikasi tersebut bersifat vertikal ke atas (vertical upward), berkomunikasi dengan seseorang
yang status sosialnya lebih tinggi. Seperti telah ditegaskan, pesan komu-nikasi terdiri atas pikiran sebagai isi pesan dan lambang sebagai media
primer sebagai sarana pembawa pikiran kepada komunikan. Pikiran ini dikemas oleh bahasa. Proses ini dinamakan ideasi (ideation). Sesudah
proses ideasi ini, berlangsung proses transmisi, pengoperan pada komunikan. Jadi, efektif-tidaknya komunikasi bergantung pada pesan, dan
pesan bergantung pada isi pesan, yaitu pikiran, dan pada akhirnya bergantung pada komunikator yang menyusun pikiran itu. Ada beberapa
sistematika berpikir, yaitu sebagai berikut.
a. Berpikir deduktif (deductive thinking)
Berpikir deduktif adalah berpikir dari suatu pandangan umum (general conclusion). Sumber dari filsafat berpikir (philosophy of thinking) seperti
ini berasal dari Plato dan Aristo-teles. Pemikiran deduktif adalah kegiatan berpikir dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang
bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif menggunakan pola berpikir yang dinamakan silogismus. Silogismus disusun dari dua buah
pertanyaan dan satu kes-impulan. Pernyataan yang mendukung silogismus ini disebut premis. Ada dua buah premis, yaitu premis mayor dan
premis minor.

BY MIKOKIT -[ F I L ]- S L I D E 14
PIKIRAN SEBAGAI
ISI PESAN
KOMUNIKASI
b. Berpikir Induktif (inductive thinking)
Kebalikan dari berpikir deduktif adalah berpikir induktif (inductive thinking), yakni menarik suatu kesimpulan umum dari berbagai kejadian
(data) yang ada di sekitarnya. Da-sarnya adalah observasi, proses berpikirnya adalah sintesis, tingkatan berpikirnya adalah in-duktif. Pemikiran
semacam ini mendekatkan manusia pada ilmu pengetahuan.
Penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang bersifat khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi
yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum. Kesimpulan yang bersifat umum ini penting artinya karena mempunyai dua keuntungan,
yaitu bersifat ekonomis dan dimungkinkannya proses penalaran selanjutnya. Pada hakikatnya, semua pengetahuan yang dimiliki manusia berasal
dari proses pengamatan (observasi) terhadap data. Rangkaian pengamatan data tersebut kemudian memberikan pengertian terhadap kejadian
berdasarkan reasoning yang bersifat sintesis. Dalam ilmu pasti dan alam, metode sintesis adalah kelanjutan dari metode analisis. Sumber dari
tingkatan ber-pikir ini berasal dari “the philosophy of thinking” para ilmuwan pada waktu itu, seperti Gali-leo, Newton, Descartes, dan lain-lain.
Dalam ilmu statistik, conclusion dan data yang didapatkan dari suatu sample, berlaku untuk seluruh populasi dari sample itu berasal, adalah suatu
contoh dan inductive thinking. Istilah lain yang sama maknanya adalah generalizing atau integral

BY MIKOKIT -[ F I L ]- S L I D E 15
K e b o h o n g an D w i H ar ta n to Te n ta n g
P r e s t a s i Ya n g D i a D a p a t k a n
2017

BY MIKOKIT -[ F I L ]- S L I D E 16

Anda mungkin juga menyukai