Jurnalistik atau jurnalisme (journalism) secara etimologis berasal dari kata journal
(Inggris) atau du jour (Prancis) yang berarti catatan harian atau catatan mengenai kejadian
sehari-hari atau bisa juga diartikan sebagai surat kabar harian. Kata journal atau du jour itu
sendiri dari bahasa latin, yaitu diunalis yang artinya harian atau setiap hari. Jurnalistik dapat
diartikan sebagai seluk beluk mengenai kegiatan penyampaian pesan atau gagasan kepada
khalayak atau massa melalui media komunikasi yang terorganisasi seperti surat
kabar/majalah (media cetak), radio, televisi, internet (media elektronik), dan film (news-
reel).1
1
Sedia Willing Barus, Jurnalistik Petunjuk Teknis Menulis Berita (Jakarta: Erlangga, 2010) hlm2
2
Muhammad Budyatna, Jurnalistik Teori dan Praktik (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012) hlm 15
3
Husain Junus & Aripin Banasuru, Seputar Jurnalistik (Solo: CV Aneka, 1996) hlm 11-12
b. Pengertian Jurnalistik Dakwah
menyatakan jurnalistik Islam adalah sebuah teknologi dan sosialisasi informasi (dalam
kegiatan penerbitan tulisan) yang mengabdikan diri kepada nilai agama Islam bagaimana dan
kemana semestinya manusia, masyarakat, kebudayaan, dan peradaban mengarahkan dirinya.
2. A. Muis
Jurnalistik Islami adalah proses meliput, mengolah, dan menyebarluaskan berbagai peristiwa
yang menyangkut umat Islam dan ajaran Islam kepada khalayak . jurnalistik Islami adalah
Crusade Journalism, yaitu jurnalistik yang memperjuangkan nilai-nilai tertentu, yakni nilai-
nilai Islam. Dari sejumlah definisi jurnalistik Islam yang telah dipaparkan para ahli dapat
disimpulkan bahwa jurnalistik Islam adalah suatu proses meliput, mengolah, dan
menyebarluaskan berbagai peristiwa dengan muatan nilai-nilai Islam dengan mematuhi
4
Sutirman Eka Ardhana, Jurnalistik Dakwah (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995), hlm 25-26
5
Suf Kasman, Jurnalisme Universal (Jakarta: Teraju, 2004) hlm 50-51
kaidah-kaidah jurnalistik/norma-norma yang bersumber dari al-Qur’an dan sunnah Rasulullah
SAW. Jurnalistik Islami diutamakan kepada dakwah Islamiyah yang mengemban misi amar
ma’ruf nahi munkar.
Artinya : “ Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka
itulah orang-orang yang beruntung.”
Berbeda dengan pendapat di atas, Asep Saeful Romli mengatakan, jurnalistik Islami
bukanlah media massa Islam atau pers Islam. Sebuah media yang mengklaim sebagai media
massa Islam belum tentu bermuatan jurnalistik Islam, sebagaimana halnya masyarakat belum
tentu mencerminkan diri sebagai masyarakat Islami (sesuai dengan nilai-nilai Islam).
Menurutnya, jurnalistik Islami merujuk pada proses atau aktivitas jurnalistik yang
bernapaskan nilai-nilai Islam.
Kehadiran jurnalistik islami sebagai sarana dan peluang untuk berdakwah, selain
berfungsi sebagai alat informasi, pendidikan dan hiburan, juga sebagai pembimbing rohani
atau pengembangan misi "amar ma'ruf nahi mungkar". Lebih jauh penulis akan memaparkan
bagaimana peran jurnalis dakwah di tengah masyarakat sebagai obyek media. Terdapat 5
(lima) peran jurnalis dakwah yang harus diperankan dan dikembangkan oleh para penulis
muslim.
Jurnalis muslim adalah pendidik, ia menjalankan fungsi edukasi dalam Islam. Karena
ia sebagai pendidik, maka tentu saja harus lebih memahami ajaran Islam sebelum
mentransformasikan ilmunya kepada masyarakat. Sebagai pendidik ia menjalankan fungsi
yang mulia karena mendidik adalah pekerjaan yang membutuhkan kecermatan, kecerdasan,
strategi, serta kesabaran.
Dalam hal ini setidaknya ada tiga hal yang harus diluruskan oleh jurnalistik Islam;
pertama, informasi tentang ajaran dan umat Islam. Kedua, informasi tentang karyakarya atau
prestasi umat Islam. Ketiga, dituntut mampu menggali, melakukan penelitian tentang kondisi
umat Islam di berbagai penjuru dunia. Dalam kaitannya sebagai pelurus informasi, jurnalistik
dakwah dituntut harus mampu mengikis fobia Islam yang merupakan produk propaganda
pers Barat yang anti Islam.
Peranan sebagai musaddid sangatlah penting karena banyak informasi yang kita baca
ternyata salah. Informasi ini dihembuskan oleh para orientalis yang sengaja merusak citra
Islam atau orang-orang bodoh yang mengutip pendapat yang salah kemudian dipublikasikan.
Penyebaran isme-isme baru yang menyesatkan harus disikapi secara serius oleh sang
mujaddid. Musuh-musuh Islam senantiasa menyebarkan isyu-isyu menyesatkan, katakanlah,
liberalisme, sekularisme, sinkritisme dan lain-lain yang menjauhkan umat dari agama.
Mujaddid yang peduli harus menggerakkan jari- jemarinya untuk mendakwahkan Islam
dengan ajaran yang benar dan mumi sebagaimana yang dibawa Rasulullah Saw.
Seorang penulis muslim sebisa mungkin menjadi pemersatu umat. Bukan malah
menyebabkan perpecahan umat akibat tulisan-tulisannya. Untuk mempersatukan umat,
jurnalis dakwah harus menguasai segala perbedaan pandangan dan mampu menyatukan
pemikiran dan hati umat. Dalam menuangkan ide dan gagasannya jurnalis dakwah tidak
dibenarkan meneela pendapat lain. Jika ingin mengeritik, maka keritiklah dengan eara yang
lembut dan tidak menyakiti. Itulah eiri dasar jurnalis muslim sejati.
Mujahid yang bersenjatakan pena adalah pejuang yang membela Islam dalam
karyakaryanya. Sang mujahid akan berusaha keras untuk membentuk opini publik yang
konstruktif tentang Islam. Jihad dengan kekuatan pena menurut Sayyid Qutub, seorang
sastrawan dari Mesir, tak bisa lepas dari hati yang tulus ikhlas dengan keyakinan yang
paripurna terhadap apa yang ditulisnya. Apa yang ditulis haruslah apa yang diyakini benar
dalam hati. Hal itu karena sampai tidaknya pesan dakwah yang disampaikan lewat tulisan
ditentukan pula oleh seberapa kuat keyakinan, semangat dan kepribadian yang dimiliki oleh
seorang penulis agar kata-katanya melahirkan mutiara yang siap diambil dan dijadikan harta
berharga oleh para pembaca. 7
7
Syukur, Dengan Pena Kita Berjuang, Forum Lingkar Pena Sulsel, 2010, www.://fu2Sulsel.multiply.comljournal.
Dalam pandangan lain Dedi Jamaludin Malik, menjelaskan empat hal yang menjadi
peran jurnalistik Islam, yaitu :
Jurnalistik Islam harus kritis terhadap lingkungan luar dan sanggup menyaring
informasi Barat yang kadang-kadang menanamkan biang kejahatan terhadap Islam.
Jurnalistik Islam harus mampu menjadi penerjemah bagi pembaruan dan
gagasangagasan kreatif kontemporer.
Jurnalis Islam hendaknya sanggup melakukan proses sosialisasi sebagai upaya untuk
memelihara dan mengembangkan khasanah intelektual Islam.
Jurnalistik Islam harus sanggup mempersatukan kelompok-kelompok umat sambil
memberikan kesiapan untuk bersikap terbuka bagi perbedaan paham. 8
Sebelum membahas kriteria berita dan informasi (jurnalistik) secara khusus, perlu
dikemukakan terlebih dahulu karakteristik pesan dakwah secara umum. Abd. Al Karim
Zaidan, mengemukakan 5 (lima) karakter pesan dakwah, yaitu :
Media dakwah
8
Kasman, Jurnalisme Universal: Menelusuri Prinsip-Prisip Dakwah Bil Qalam dalam Al-qur'an, h.117
Media berasal dari bahasa latin yaitu medius yang secara harfiah berarti perantara,
tengah atau pengantar. Dalam bahasa inggris media bentuk dari medium yang berarti tengah,
antara, rata-rata.9 Wilbur Schraman mendefinisikan media sebagai teknologi informasi yang
dapat digunakan dalam pengajaran. Secara spesifik, yang dimaksud dengan media adalah
alat-alat fisik yang menjelaskan isi pesan atau pengajaran, seperti buku, film, video, kaset,
slide, dan sebagainya.
Adapun yang dimaksud dengan media dakwah, adalah alat yang dipergunakan untuk
menyampaikan materi dakwah kepada mad’u10. Pada zaman modern seperti sekarang ini,
seperti televisi, video, kaset rekaman, majalah dan surat kabar. Media adalah segala sesuatu
yang dapat dijadikan sebagai alat perantara untuk mencapai satu tujuan tertentu. Sedangkan
dakwah adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan
dakwah yang telah ditentukan, media dakwah ini dapat berupa barang atau alat, orang,
tempat, kondisi tertentu dan sebagainya.11
9
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah (Jakarta:Kencana, 2004), h. 403
10
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah (Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2012), h. 288.
11
ni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h.63
sebagai alternatif yang cukup representatif sebagai sarana dakwah.29 Penggunaan media
komunikasi modern adalah sebuah keniscayaan yang harus dimanfaatkan keberadaanya untuk
kepentingan menyampaikan ajaran Islam atau dakwah Islam. Setidaknya harus dikemas
dalam beraneka macam cara dan sarana dengan satu tujuan dapat berlangsung lebih efektif.
Dakwah merupakan suatu rangkaian kegiatan atau proses, dalam rangka mencapai suatu
tujuan tertentu. Tujuan ini dimaksudkan untuk pemberi arah atau pedoman bagi gerak
langkah kegiatan dakwah. Sebab tanpa tujuan yang jelas seluruh aktivitas dakwah akan sia-
sia (tiada artinya).
2. Media Massa
a. Media massa manusia: pertemuan, rapat umum, seminar, sekolah, dan lain-
lain.
b. Media massa benda: spanduk, buku, selebaran, poster, folder, dan lain-lain.
c. Media massa periodik cetak dan elektronik: visual, audio, dan audi,visual
Media dakwah menurut Hamza Ya’kub membagi media menjadi lima macam:14
2. Tulisan yaitu bentuk tulisan yang dapat berupa novel, majalah, koran,
spanduk, dan lainya 12 Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam
(Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h.63 13 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, h.
144. 14Muhammad Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah Cetakan I
(Jakarta:Kencana, 2006), h. 32. 16 `