Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS PERAN PENYIAR RADIO GRESS 105.

8 FM PEKANBARU
DALAM PEMBENTUKAN CITRA PERUSAHAAN

Oleh:

Alfiah Hijri 12040322256


Linda Herawati 12040323236
Tari Pratama Putri 12040323631
Ulva Maulidha Hadi 12040322746
Windy Farizka Amanda 12040322786
Yasmin Aliyah Siregar 12040323462

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
TAHUN 2021/2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Teknologi memberi kemudahan masyarakat untuk menggunakan media seperti
media elektronik salah satunya radio.Radio adalah media masa elektronik tertua.
Radio telah beradaptasi saling menguntungkan dalam melengkapi dengan media
lainnya. Sebuah radio agar dapat bertahan dan berkembang harus memiliki fondasi
yang kuat, salah satu fondasi tersebut adalah program siaran radio. Program radio
yang baik akan menarik banyak pendengar.
Dalam sebuah perusahaan membutuhkan citra positif dimata publik. Disinilah
Peran penyiar radio dibutuhkan untuk membangun citra tersebut. Menjadi penyiar
radio terpercaya di mata masyarakat, penyiar radio harus pandai memainkan peran dan
membentuk citra diri yang khas sehingga bisa menaikkan eksistensi radio tersebut,
penyiar radio yang proffesional selalu memainkan peran diri dia, dan membentuk
citranya, keberhasilan program siaran radio yaitu dari pembawaan seorang penyiar.
Penyiar memainkan perannya secara sekaligus, back stage dan front stage.
Contohnya adalah nada bicara, nada suara, keras atau lemahnya suara, kecepatan
berbicara, kualitas suara, intonasi, dan lain-lain. Pembawaan penyiar memiliki
karakter masing-masing.
Radio Gress merupakan salah satu radio komunitas yang ada di pekanbaru,
dimana radio ini berada di Jl. Punai No.8 Sukajadi Pekanbaru. Dengan Frekuensi
105.8 fm dengan daya jangkauannya hingga 10-15 Km serta jam siarannya dari jam
18.00 sampai 24.00. Didalam membentuk citra perusahaan, seorang penyiar harus
mampu dalam menyampaikan program-program unggulan yang sangat digemari oleh
pendengar. Salah satu upaya mempertahankan eksistensi radio diperlukan presentasi
diri penyiar radio gress 105.8 FM pekanbaru dalam pembentukan citra.
1.2 Pertanyaan penelitian
1. Bagaimana peran penyiar radio dalam pembentukan citra perusahaan?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peran
penyiar radio dalam membentuk dan mempertahankan citra perusahaan.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan akan mampu digunakan untuk melatih
peneliti dalam menerapkan teori dalam penelitian yang dilakukan.
2. Manfaat Praktis
Kegunaan penelitian ini sebagai bahan informasi dan sebagai masukan
bagi pihak Radio Gress 105.8 Pekanbaru
1.5 Definisi Operasional
1. Peran : Peran adalah suatu pekerjaan yang dilakukan seseorang
berdasarkan status yang disandang. Meskipun setiap tindakan untuk
menunjukkan peran berdasarkan status yang disandang tapi tetap dalam
koridor keteraturan yang berbeda yang menyebabkan hasil peran dari
setiap orang berbeda.
2. Penyiar Radio : Penyiar radio adalah seseorang yang bertugas untuk
memandu atau membawakan program acara yang disiarkan di radio.
Contohnya seperti acara talk show, pemutaran musik, dll Penyiar radio
sering dianggap sebagai wajah atau ujung tombak stasiun radio, hal ini
karena keberhasilan sebuah program siaran radio juga bergantung dari
siapa penyiarnya.
3. Citra : Citra adalah tujuan utama, dan sekaligus merupakan reputasi dan
prestasi yang hendak dicapai bagi human. Citra terbentuk dari
pengetahuan dan informasi yang diterima melalui seseorang. Citra,
lembaga atau organisasi dapat mengetahui apa saja yang disukai dan
tidak disukai publik tentang lembaga atau organisasi, dengan demikian
lembaga atau organisasi dapat mengambil langkah-langkah yang tepat
bagi kebijakan lembaga atau organisasi selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Dalam melakukan penelitian ini diadakan tinjauan kepustakaan terhadap beberapa
jurnal yang memiliki kemiripan judul untuk menghindari bentuk plagiat Diantaranya:
Pertama, Skripsi Penelitian yang dilakukan oleh DOLLY INDRA SYAHPUTRA dengan
judul : PERAN HUMAS DALAM MEMBANGUN CITRA PEMERINTAHAN
SUMATERA UTARA (STUDI DESKRIPTIF KUALITATIF PADA KANTOR BIRO
HUMAS GUBERNUR SUMATERA UTARA). Tujuan dilakukan penelitian ialah, Untuk
mengetahui peranan humas pemerintah dalam membangun Citra Pemerintahan Provinsi
Sumatera Utara. Metode yang digunakan pada penelitian ialah kualitatif dengan
menggunakan metode deskriptif kualitatif, metode deskriptif kualitatif yaitu teknik yang
menggambarkan, memaparkan dan menginterpretasikan objek yang diteliti dengan
sistematis. Kesimpulan dan hasil penelitian ini ialah diketahui bahwa peran Humas
Pemprov Sumut tidak hanya sebagai fasilitator komunikasi tetapi juga sebagai penasehat
ahli.
Kedua, Skripsi Penelitian yang dilakukan oleh SITI NUR RAHMAH dengan judul :
PERAN PROMOSI PADA PEMBENTUKAN CITRA PERUSAHAAN ZOYA DALAM
PERSPEKTIF ETIKA BISNIS ISLAM. Tujuan dilakukannya penelitian ialah, Untuk
mengetahui promosi zoya dalam etika bisnis islam dan juga untuk mengetahui peran
promosi pada pembentukan citra perusahaan dalam etika bisnis islam. Metode yang
peneliti gunakan ialah metode kualitatif, metode ini bersifat deskriptif kualitatif karena,
merupakan penelitian yang tidak mengadakan perhitungan. Penelitian ini bermaksud
mengetahui mengenai apa dan bagaimana. Kesimpulan dan hasil penelitian Hasil
penelitian menunjukan bahwa Promosi di perusahaan Zoya sudah sesuai dengan perspektif
etika bisnis Islam karena di perusahaan Zoya menerapkan nilai-nilai keislaman yang
dijadiakan pedoman dalam berpromosinya seperti nilai-nilai tulus/ikhlas, jujur, promosi
yang bermakna, dan tanggung jawab dan juga menerapkan prinsip-prinsip etika bisnis
islam seperti prinsip otonomi, prinsip keadilan, saling menguntungkan dan integritas
moral. Dan promosi sangatlah berperan penting dalam membentuk dan mempertahankan
citra yang positif bagi perusahaan Zoya sendiri, dengan melakukan promsoi public
relation/ hubungan masyarakat dengan mengadakan hijab class di outdoor perusahan Zoya
kepada ibu-ibi PKK dan ibu –ibu pengajian, dengan menjalin hubungan masyarakat yang
baik dalam melakukan promosinya maka akan tercipta citra/kesan yang baik bagi
perusahaan Zoya.
Ketiga, Skripsi Penelitian yang dilakukan oleh AISYA MUSTARA dengan judul :
PERAN HUBUNGAN MASYARAKAT DALAM MEMBANGUN CITRA KANTOR
WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI MALUKU. Tujuan penelitian ialah,
Untuk mengetahui Peran Humas dalam Membangun Citra Kantor Wilayah Kementerian
Agama Provinsi Maluku, serta Untuk mengetahui media Humas yang digunakan oleh
Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Maluku dalam membangun citra institusi.
Metode penelitian yang digunakan peneliti ialah, metode penelitian deskriptif kualitatif
yaitu memaparkan secara mendalam dengan apa adanya secara objektif sesuai dengan data
yang dikumpulkan. Menurut Meleong penelitian kualitatif berakar pada akar ilmiah
sebagai keutuhan, mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, mengadakan analisis
data secara induktif. Kesimpulan dan hasil penelitian ialah :
Berdasarkan hasil penelitian dari latar belakang, rumusan masalah maka penulis
menyimpulkan bahwa:
1.Sesuai dengan KMA No. 13 tahun 2012 tugas dan fungsi Humas sangat signifikan untuk
menghadapi berbagai persoalan atau permasalahan dalam menjalankan perannya
Humaspada era globalisai informasi yang serba cepat initentu tugas dan fungsi ini harus
diserasikan dengan arus informasi yang sudah tidak ada lagi ruang pembatas dalam
penyebarannya. Hubungan Masyarakat dan Media memiliki kontribusi besar yang
memiliki peran dan fungsi sangat penting dalam membangun dan meningkatkan Citra
Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Maluku
2.Media yang digunakan oleh Kanwil Kementerian Agama Provinsi Maluku yakni media
sosial Instagram (IG) : Kemenag Maluku Facebook : Inmas Kemenag maluku Twetter :
Kanwil Kemenag Maluku Youtube:Kemenag Maluku Website
:http.maluku.kemenag.go.id dan Media Eletronik sebagai sarana komunikasi yang
digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi kepada publik.

2.2 Landasan Teori


Pada landasan teori penulis menegaskan variabel-variabel agar tidak terjadinya
kesalahpahaman dalam memahami istilah tersebut. Dan bisa dijadikan rujukan dalam
proses penelitian. Penegasan istilah dapat dijabarkan sebagai berikut :
2.2.1. Peran
Menurut Soerjono Soekanto (2002:243), yaitu peran merupakan aspek dinamis
kedudukan (status), apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai
dengan , maka ia menjalankan suatu peranan. Dan Menurut Suhardono (1994),
pengertian peran adalah patokan atau ukuran yang ada dalam kehidupan manusia
sehingga berfungsi untuk membatasi perilaku dalam setiap posisi.
2.2.1.1 Konsep Peran
Dari penjelasan di atas kita mengetahui bahwa peran dan status sosial merupakan dua
hal yang tidak dapat dipisahkan. Adapun konsep peran adalah sebagai berikut:
a. Persepsi Peran

Persepsi Peran adalah pandangan kita terhadap tindakan yang seharusnya dilakukan
pada situasi tertentu. Persepsi ini berdasarkan interpretasi atas sesuaty yang diyakini
tentang bagaimana seharusnya kita berperilaku.
b. Ekspektasi Peran

Ekspektasi peran merupakan sesuatu yang telah diyakini orang lain bagaimana
seseorang harus bertindak dalam situasi tertentu. Sebagian besar perilaku seseorang
ditentukan oleh peran yang didefinisikan dalam konteks dimana orang tersebut
bertindak.
c. Konflik Peran

Saat seseorang berhadapan dengan ekspektasi peran yang berbeda, maka akan
menghasilkan konflik peran. Konflik ini akan muncul saat seseorang menyadari bahwa
syarat satu peran lebih berat untuk dipenuhi ketimbang peran lain.
2.2.1.2 Struktur Peran
Secara umum, struktur peran dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu:
a. Peran Formal

Peran formal merupakan peran yang nampak jelas, yaitu berbagai perilaku yang
sifatnya homogen. Contohnya dalam keluarga, suami/ ayah dan istri/ibu memiliki
peran sebagai provider (penyedia), pengatur rumah tangga, merawat anak, rekreasi,
dan lain-lain.
b. Peran Informal

Peran informal merupakan peran yang tertutup, yaitu suatu peran yang sifatnya implisit
(emosional) dan umumnya tidak terlihat di permukaan. Tujuan peran informal ini
adalah untuk pemenuhan kebutuhan emosional dan menjaga keseimbangan dalam
keluarga.
2.2.1.3 Jenis-jenis Peran
Menurut Soerjono Soekamto, adapun jenis-jenis peran adalah sebagai berikut:
a. Peran Aktif

Peran aktif adalah peran seseorang seutuhnya selalu aktif dalam tindakannya pada
suatu organisasi. Hal tersebut dapat dilihat atau diukur dari kehadirannya dan
kontribusinya terhadap suatu organisasi.
b. Peran Partisipasif

Peran partisipasif adalah peran yang dilakukan seseorang berdasarkan kebutuhan atau
hanya pada saat tertentu saja.
c. Peran Pasif

Peran pasif adalah suatu peran yang tidak dilaksanakan oleh individu. Artinya, peran
pasif hanya dipakai sebagai simbol dalam kondisi tertentu di dalam kehidupan
masyarakat.
2.2.2 Penyiar radio
Penyiar radio (juga dikenal sebagai presenter radio atau radio jockey) adalah petugas
penyiaran radio yang menyiarkan suaranya melalui transmisi radio. Seorang penyiar
radio memperkenalkan dan membahas berbagai hal seperti musik, mengadakan
wawancara yang turut melibatkan panggilan pendengar, atau menyampaikan berita,
ramalan cuaca, perkembangan olahraga atau informasi lalu lintas.
2.2.2.1 Tugas Penyiar Radio
1. Membawakan acara program siaran radio, seperti musik, berita, olahraga, dan iklan
2. Memperkenalkan dan mewawancarai tamu untuk diskusi dalam program siaran
3. Mengumumkan informasi jadwal stasiun radio (jadwal program, jeda untuk iklan,
dan informasi layanan publik)
4. Melakukan riset topik untuk dibahas, dikomentari, dan didiskusikan selama program
siaran berjalan
5. Membaca naskah/skrip yang sudah disiapkan di acara radio
6. Memperkenalkan program acara yang selanjutnya dan memandu pendengar untuk
mendengarkannya
7. Mengomentari berita penting
8. Membacakan pesan dan menerima telepon dari pendengar (kirim-kirim salam,
request lagu, atau menjawab pertanyaan)
2.2.2.2 Skill Penyiar Radio
1. Keterampilan Berbicara
2. Kemampuan technical (mengoperasikan peralatan siaran)
3. Up-to date dan berwawasan luas
4. Interpersonal skills
5. Keterampilan problem solving
6. Kemampuan research
7. Percaya diri
2.2.3 Citra
Menurut Bill Canton dalam Sukatendel (1990:111) adalah kesan, perasaan,
gambaran dari public terhadap perusahaan. Kesan yang dengan sengaja diciptakan
dari suatu obyek, orang atau organisasi. (Soemirat dan Elvinaro Ardianto, 2007: 111-
112). Bertolak dari pengertian tersebut, Sukatendel dalam Soemirat dan Elvinaro
Ardianto (2007:112), berpendapat bahwa citra itu dengan sengaja perlu diciptakan
agar bernilai
Positif.
2.2.3.1 Jenis-jenis Citra
Frank Jefkins dalam Soemirat dan Elvinaro Ardianto (2007:117), membagi citra
dalam beberapa jenis, antara lain:
a. mirror image (cerminan citra), yaitu bagaimana dugaan (citra) manjemen
terhadap public eksternal dalam melihat perusahaannya.
b. The current image (citra masih berlaku/hangat), yaitu citra yang
terdapat pada publik eksternal, yang berdasarkan pengalaman atau
menyangkut miskinnya informasi dan pemahanman publik. Eksternal.
Citra ini bisa saja bertentangan dengan mirror image.
c. wish image (citra yang diinginkan), yaitu manajemen menginginkan
pencapaian prestasi tertentu. Citra ini diaplikasikan untuk sesuatu yang
baru sebelum public eksternal memperoleh informasi secara lengkap.
d. The multiple image (citra yang berlapis), yaitu sejumlah individu,
kantor cabang atau perwakilan perusahaan lainnya dapat membentuk
citra tertentu yang belum tentu sesuai dengan keseragaman citra seluruh
organisasi atau perusahaan.
e. Citra perusahaan/ corporate image Adalah citra dari suatu organisasi secara
keseluruhan. Jadi bukan citra atas produk atau pelayanannya. Citra
perusahaan ini terbentuk oleh beberapa hal. Hal-hal positif yang dapat
meningkatkan citra antara lain adalah reputasi (nama baik) perusahaan,
kesediaan memikul perusahaan, tanggung jawabyang besar melalui
kegiatan-kegiatan perilaku manajemen dan sebagainya.

2.2.3.2 Penggambaran Citra


Menurut Nimoeno citra itu sendiri digambarkan melalui persepsi – kognisi
motivasi - sikap. Proses-proses psikodinamis yang berlangsung pada individu
konsumen berkisar antara komponen-komponen persepsi, kognisi, motivasi dan
sikap konsumen terhadap produk. Keempat komponen itu diartikan sebagai mental
representation (citra) dari stimulus. Empat komponen tersebut dapat diartikan
sebagai berikut :
1. Persepsi
Persepsi Diartikan sebagai hasil pengamatan terhadap unsur lingkungan
yang dikaitkan dengan suatu proses pemaknaan. Dengan kata lain, individu
akan memberikan makna terhadap rangsang berdasarkan pengalamannya
mengenai rangsang. Kemampuan mempersepsi itulah yang dapat
melanjutkan proses pembentukan citra.
2. Kognisi

Yaitu suatu keyakinan diri individu terhadap stimulus. Keyakinan ini akan
timbul apabila individu telah mengerti rangsangan tersebut, sehingga
individu harus diberikan informasi-informasi yang cukup yang dapat
mempengaruhi perkembangan informasinya.
3. Motif.
Adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan
Individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai
tujuan.
4. Sikap

Adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir dan merasa dalam


Menghadapi objek, ide, situasi atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi
merupakan Kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu.
Soemirat (2005;115 -116) Seperti telah disinggung diatas, seorang tokoh
populer (public figure) Senantiasa menyandang reputasi yang baik dan
sekaligus yang buruk.
2.2.3.3 Pembentukan Citra
Kutipan yang ditulis Onong Ucjana Effendy di dalam buku berjudul Human
Relations dan Public Relations (1993:196), Kolonel Wiliam P. Nuckols Direktur kursus
Public Relations pada United States Army Air Forces memberikan sebuah ilustrasi kepada
para tarunanya mengenai ‘Purel’ (Public Relations)”
Public Relations adalah cermin yang anda pegang di depan organisasi anda,
sehingga anda, organisasi yang anda wakili, dan publik dapat melihat segala sesuatu yang
terdapat pada cermin tersebut. Jika cermin itu kotor, retak, dan banyak goresan, akan
merefleksikan pantulan image yang rusak dari wajah organisasi anda itu sebenarnya. Akan
tetapi apabila cermin itu bersih cemerlang, akan terlihat bagaimana organisasi anda itu
sebenarnya, terang dan jelas.
Dengan demikian memberikan citra atau kesan yang baik mengenai organisasi
yang diwakilinya itu. Oleh sebab itu, humas pemerintah harus mampu membangun citra
positif baik ke dalam maupun ke luar.
Citra dari suatu organisasi secara keseluruhan jadi bukan citra atas produk dan
pelayanannya saja. Pembentukan citra mengungkapkan bahwa citra dari organisasi secara
keseluruhan jadi bukan citra atas produk atau pelayananya.
Citra ini terbentuk dari banyak hal. Hal yang dapat meningkatkan citra suatu
perusahaan antara lain sejarah atau riwayat hidup perusahaan yang gemilang. Keberhasilan
dibidang keuangan yang pernah diraih, keberhasilan ekspor, hubungan yang baik dengan
stakeholder, reputasi maupun prestasi yang baik dan masih banyak lagi.
Citra sendiri menurut Jefkins (1995:36) dalam bukunya public relations edisi
keempat adalah kesan, gambaran, impresi yang tepat (sesuai dengan kenyataan yang
sebenarnya) atau sosok keberadaan, berbagai kebijakan, personel, produk atau jasa-jasa
dari suatu organisasi atau perusahaan.
Sedangkan menurut Asumpta (2005:37), citra adalah kesan perasaan, gambaran
diri publik terhadap perusahaan; kesan yang sengaja diciptakan dari suatu objek atau
organisasi. Bila saling pengertian dan hubungan yang harmonis antara perusahaan dan
komunitas telah dibangun dan dipertahankan, maka diharapkan akan terbentuk citra
perusahaan.
Komunikasi merupakan komponen utama penyiar radio dalam menjalankan
perannya dalam suatu perusahaan. Sebagai salah satu unsur fungsional manajemen dalam
membangun citra yang baik bagi perusahaannya, maka komunikasi dilakukan terus-
menerus agar terjaga sikap saling pengertian dan menghindarkan dari prasangka-prasangka
yang bersifat negatif. Dengan Komunikasi, akan didapatkan persamaan persepsi dan
pemahaman dengan melakukan tukar-menukar pikiran, pendapat, dan perasaan dari satu
pihak ke pihak lain.

2.3 Kerangka Pikir

Peran Penyiar Radio

Penggambaran
Citra

Citra Perusahaan
BAB III
METODE PENELITIAN
1.1 Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan hal yang sangat penting dalam melakukan


sebuah penelitian. Karena pada dasarnya metode penelitian merupakan salah satu
cara untuk mengumpulkan data dengan tujuan tertentu. Maka dari itu pemilihan
metode penelitian juga harus tepat. Melalui pendekatan dan berdasarkan data yang
didapatkan, penelitian ini tergolong kedalam penelitian kualitatif.

3.2 Lokasi Penelitian


Radio Gress merupakan salah satu radio komunitas yang ada di pekanbaru,
dimana radio ini berada di Jl. Punai No.8 Sukajadi Pekanbaru. Dengan Frekuensi
105.8 fm dengan daya jangkauannya hingga 10-15 Km serta jam siarannya dari jam
18.00 sampai 24.00.

3.3 Subjek Penelitian


Di dalam penelitian ini, yang menjadi subjeknya adalah penyiar radio Gress
Pekanbaru.
3.4 Metode Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara
mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadapat
kegiatan yang sedang berlangsung. Herdiansyah (2013: 131) menyatakan
observasi adalah sebagai suatu proses melihat, mengamati, dan mencermati
serta merekam perilaku secara sistematis untuk suatu tujuan tertentu. Dalam
hal ini peneliti datang langsung ke lokasi dan melakukan pengamatan. Adapun
objek yang akan diamati dalam penelitian ini adalah kegiatan pemeliharaan
sarana dan prasarana Penjasorkes, dan kondisi sarana dan prasarana
Penjasorkes.

b. Wawancara
Wawancara adalah sebuah teknik pengumpulan data dan informasi
dengan cara melakukan interview langsung kepada pihak yang
berkepentingan dalam keperluan peneliti untuk mendapatkan data dan
informasi, yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee)
yang memberikan jawaban atas pertanyaan.
3.5 Keabsahan Data
Dalam penelitian ini untuk menguji keabsahan data peneliti menggunakan
triangulasi.Menurut Menurut Sugiyono (2015:83) triangulasi data merupakan
teknik pengumpulan data yang sifatnya menggabungkan berbagai data dan
sumber yang telah ada.

3.6 Metode Analisis Data


Analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung terus
menerus sampai tuntas. Analisis data yang digunakan peneliti adalah analisis data
model Miles Huberman yang meliputi reduksi data, display data, penarikan
kesimpulan dan verifikasi (Sugiyono, 2015).
1. Pengumpulan Data (Data Collection)
Pengumpulan data adalah data alami yang berisi apa yang dilihat,
didengar, dirasakan, disaksikan, dan dialami sendiri oleh peneliti tentang
fenomena yang dijumpai guna mendapatkan catatan ini, maka peneliti
melakukan observasi, wawancara, dan dokumentasi terhadap beberapa
responden penelitian.
2. Reduksi Data (Data Reduction)
Peneliti akan memfokuskan data-data yang telah dikumpulkan dari
lapangan. Setelah itu dipilih untuk dilihat keterkaitannya terhadap tujuan
penelitian. Berbagai data yang telah dipilih akan disederhanakan dan
dijabarkan berdasarkan tema untuk merekomendasikan data tambahan
sehingga hasilnya akan dijabarkan secara singkat dalam bentuk
rangkuman.
3. Penyajian Data
Data disajikan dalam bentuk teks naratif, yang kemudian diringkas ke
dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart,
dan sebagainya. Sajian data ini akan memudahkan peneliti dalam
memahami apa yang terjadi.
4. Verifikasi Data
Pada tahapan ini akan dilakukan uji kebenaran dari tiap-tiap makna
yang muncul pada data yang diteliti. Kesimpulan awal yang dikemukakan
masih bersifat sementara dan akan berubah apabila tidak ditemukan bukti-
bukti kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai