Anda di halaman 1dari 30

SMK PGRI 2 Malang

Jl. Janti Barat Blok A


Malang

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP)
Nama Sekolah : SMK PGRI 2 Malang
Mata Pelajaran : Administrasi Humas dan Keprotokolan
Kelas / Semester : XI / 1
Materi Pokok : Profil Humas
Alokasi Waktu : 12 JP x 40 menit (5 kali pertemuan)

A. Kompetensi Inti (KI)


KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 : Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah
lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan pro-aktif) dan menunjukan
sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara
efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan
bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Mengirim pesan kepada public, Mengunakan media ( foto) untuk menyampaikan pesan
kepada public, Membuat Mou dengan DUDI, Mengolah informasi yang diterima dari media
secara efektif dan efisien, memilah jenis organisasi profesi humas, mempraktekkan kegiatan
humas internal/eksternal
KI 4 : Mendeskripsikan Humas, menjelaskan : media humas, macam-macam humas, profil
humas, organisasi profesi humas, kegiatan internal/eksternal public relation.

B. Kompetensi Dasar dan Indikator


1.1 Bertambah keimanannya dengan menyadari hubungan keteraturan dan kompleksitas alam
dan jagad raya terhadap kebesaran Tuhan yang menciptakannya
1.2 Penerapan humas dan keprotokolan dan mengikuti aturan yang berlaku sebagai bentuk
pengamalan nilai-nilai agama yang dianut
1.3 Mengaplikasikan administrasi humas dan keprotokolan sebagai hasil pemikiran manusia
sehingga dapat bekerja dengan tepat dan akurat, bermanfaat bagi orang banyak untuk
lebih mendekatkan diri pada Tuhan
2.1 Memiliki motivasi internal dan menunjukkan rasa ingin tahu dalam pembelajaran
menyiapkan, menggunakan peralatan kantor

Form : F.3.1-KUR-01-08
Perangkat Pembelajaran SMK PGRI 2 Malang
2.2 Menunjukkan perilaku ilmiah (jujur , disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah
lingkungan, gotong royong) dalam melakukan pembelajaran sebagai bagian dari sikap
ilmiah
2.3 Menghargai kerja individu dan kelompok dalam pembelajaran sehari-hari sebagai wujud
implementasi sikap kerja
2.4 Memiliki Sikap proaktif dalam melakukan kegiatan perkantoran
3.4 Mengidentifikasi profil humas
4.4 Mengolah informasi yang diterima dari media secara efektif dan efisien.

Indikator :
3.4.1 Menjelaskan jenis profil humas
3.4.2 Memahami etika profesi
3.4.3 Mengerti kode etik profesi humas
3.4.4 Memahami fungsi kode etik
3.4.5 Menjelaskan dan menyebutkan kode etik kehumasan Indonesia (PERHUMAS)
3.4.6 Menyebutkan kode etik pemerintahan
3.4.7 Menyebutkan kode etik profesi public relation
4.4.1 Mencari informasi mengenai profil humas melalui media elektronik.
4.4.2 Mencari informasi mengenai kode etik kehumasan melalui media elektronik.

C. Tujuan Pembelajaran :
3.4.1.1. Peserta didik mampu menjelaskan jenis profil humas setelah mengikuti
pembelajaran administrasi humas dan keprotokolan.
3.4.1.2. Peserta didik mampu memahami etika profesi setelah mengikuti pembelajaran
administrasi humas dan keprotokolan.
3.4.1.3. Peserta didik dapat mengerti kode etik profesi humas setelah mengikuti
pembelajaran administrasi humas dan keprotokolan.
3.4.1.4. Peserta didik mampu memahami fungsi kode etik dengan tepat setelah mengikuti
pembelajaran administrasi humas dan keprotokolan.
3.4.1.5. Peserta didik dapat menjelaskan dan menyebutkan kode etik kehumasan Indonesia
(Perhumas) dengan tepat setelah mengikuti pembelajaran administrasi humas dan
keprotokolan.
3.4.1.6. Peserta didik mampu menyebutkan kode etik humas pemerintahan dengan tepat
setelah mengikuti pembelajaran administrasi humas dan keprotokolan.
3.4.1.7. Peserta didik mampu menyebutkan kode etik profesi public relation dengan tepat
setelah mengikuti pembelajaran administrasi humas dan keprotokolan.
4.4.1.1. Peserta didik dapat mencari informasi mengenai profil humas melalui media
elektronik.
Form : F.3.1-KUR-01-08
Perangkat Pembelajaran SMK PGRI 2 Malang
4.4.1.2. Peserta didik dapat mencari informasi mengenai kode etik kehumasan melalui media
elektronik.

D. Materi Pembelajaran
1. PROFIL HUMAS
A. Humas yang Melembaga
Sebagai bidang yang melembaga berarti memiliki seseorang yang memimpin,
memiliki staf dan mestinya memiliki ruang/tempat dan sarana-prasarana pendukungnya.
Pengorganasasian disini berbicara tentang struktur, wewenang, tugas dan tanggung jawab.
Humas yang melembaga lebih dikenal dengan istilah, bagian/departermen/ divisi
humas/PR/communication.
Dalam bentuk ini terdapat dua system, yaitu sistem sentralisasi dan desentralisasi.
1. Sistem Sentralisasi yaitu biasanya diterapkan pada perusahaan yang tidak besar. Di mana
aktivitas PR diorganisasi secara terpusat atau oleh pusat, posisi atau keduduukan praktisi
PR biasanya berada di bawah bagian yang lain dan berada di tingkat lower-
middlemanagement.
2. Sistem Desentralisasi yaitu sistem ini biasanya diterapkan pada peruahaan yang besar,
dam manajemen mengerti betul akan pentingnya PR sebagai suatu pendekatan
manajemen.
Sistem mana yang akan diterapkan tergantung dari beberapa hal, antara lain
sebagai berikut:
1. Besar Kecilnya Perusahaan
Hal ini akan berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk menyediakan dana bagi
humas, kompleksitas permasalahan yang dihadapinya, kemampuan dalam menyediakan
sumber daya kehumasan yang lainnya.
2. Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur organisasi berkaitan dengan wewenang dan tanggung jawab, hubungan antar
struktur, system yang membangun dan budaya organisasi.
3. Arti Penting PR Bagi Manajemen
Hal ini berkaitan dengan kekhasan penerapan humas di suatu lembaga, kewenangan
petugas humas, peranannya dalam manajemen dan bentuk support dari manajemen
puncak.
4. Karakteristik Khas Kehumasan Masing-Masing Lembaga
Hal ini sangat erat kaitannya dengan arti penting PR bagi manajemen.

B. Exstern PR/Humas Agency


Exstern PR adalah sebuah lembaga/perusahaan independen yang berbadan hukum
dan bergerak dalam layanan dibidang humas, PR ekstern meliputi:

Form : F.3.1-KUR-01-08
Perangkat Pembelajaran SMK PGRI 2 Malang
1. PR Full Service, sebuah perusahaan tersendiri yang bergerak dalam bisnis pelayanan
kehumasan, meliputi kegiatan konseling dan sekaligus pelayanan konsultasi dan
pelayanan yang mereka berikan kepada klien (perseoranga/perusahaan PR tersebut).
2. PR Consultant, yaitu perusahaan PR yang bergerak dalam yayanan konsultasi
kehumasan. Pelayanan kosultan yang diberikan tergantung dari kompetensi yang dimiliki
para konsultannya.
Beberapa perusahaan Full Service dan Consultant memberi pelayanan di beberapa
bidang antara lain:
 Pemulihan citra
 Pembentukan citra
 Corporate culture
 Media relations dan publisitas
 Government relations
 Marketing PR
 Komunikasi organisasi
 Community relations
3. Even Organizer, adalah perusahaan yang melayani jasa sebagai pelaksana sebuah
event/kegiatan yang berhubungan dengan publik. Perusahaan ini cenderung spesialis,
misalnya:
Sistem kerja perusahaan PR ekstern ini, selayaknya hubungan antara pengacara dengan
klien (mereka yang memiliki kasus hokum). Seperti perusahaan advertising dangan klien
(advertising).

2. PENGERTIAN ETIK PROFESI


Berten K. (1994) mengatakan bahwa kode etik profesi merupakan norma yang
telah ditetapkan dan diterima oleh kelompok profesi dan untuk mengarah atau
memberikan petunjuk kepada para anggotanya, yaitu bagaimana “seharusnya” (das
sollen) berbuat dan sekaligus menjamin kualitas moral profesi yang bersangkutan di mata
masyarakat untuk memperoleh tanggapan yang positif. Apabila dalam pelaksanaanya (das
sein) salah satu anggota profesi tersebut telah melakukan perbuatan yang menyimpang
dari kode etiknya kelompok profesi itu akan tercemar citra dan nama baiknya di mata
masyarakat.
Pada prinsipnya, kode etik profesi merupakan pedoman untuk pengaturan dirinya
sendiri (self imposeb) bagi yang bersangkutan. Hal ini adalah perwujudan dari nilai etika
yang hakiki serta tidak dapat dipaksakan dari pihak luar (Abdulkadir Muhammad, 1997 ;
77). Kode etik profesi dapat berlaku efektif apabila dijiwai oleh cita-citadan nilai-nilai
Form : F.3.1-KUR-01-08
Perangkat Pembelajaran SMK PGRI 2 Malang
luhur yang hidup dalam lingkungan profesi tersebut. Kode etik merupakan perumusan
norma moral yang menjadi tolak ukur atau acuan bagi kode perilaku (code of conduct)
kelompok profesi bersangkutan.
Arti secara umum tentang “etika Profesi” menurut Cutlip, Center, dan Broom
tersebut di atas adalah perilaku yang dianjurkan secara tepat dalam bertindak sesuai
dengan nilai-nilai moral yang pada umumnya dapat diterima oleh masyarakat atau
kebudayaan.
Jadi, Pengertian kode etik menurut para pakar etika moral professional tersebut
diatas dapat disimpulkan sebagai kumpulan asas atau nilai moral yang menjadi norma
perilaku. Sedangkan arti kode etik profesi, adalah kode perilaku yang ditetapkan dan
dapat diterima oleh kelompok profesi yang menjadi pedoman “bagaimana seharusnya”
(das sollen) berperilaku dalam menjalankan (das sein) profesi tersebut secara etis. (A.
Muhammad, 1997;143).

3. KODE ETIK PROFESI HUMAS


Howard Stepheson dalam bukunya Hand Book of Public Relation (1971)
mengatakan bahwa definisi profesi humas adalah kegiatan humas atau public relation
merupakan profesi secara praktis memiliki seni keterampilan atau pelayanan tertentu yang
berlandaskan latihan, kemampuan, dan pengetahuan serta diakui sesuai dengan standar
etikanya.
Pemahaman tetang pengertian kode etik, etik profesi dan etika kehumasan serta
aspek-aspek hukum dalam aktivitas komunikasi penting bagi praktisi atau professional
PR/Humas dalam melaksanakan peran dan fungsinya untuk menciptakan citra baik bagi
dirinya (good performance image) sebagai penyandang professional PR/Humas dan citra
baik bagi suatu lembaga atau organisasi (good corporate image) yang diwakilinya.
Kode etik merupakan aturan-aturan susila yang ditetapkan bersama dan ditaati
bersama oleh seluruh anggota yang bergabung dalam suatu profesi. Kode etik merupakan
persetujuan bersama yang timbul secara murni dari diri pribadi para anggota. Kode etik
merupakan serangkaian peraturan yang di sepakati bersama guna menyatakan sikap atau
perilaku anggota profesi. Kode etik lebih mengingatkan pembinaan para anggota sehingga
mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat (Bambang Herimanto, 2007:253-254).
Kode etik profesi dilaksanakan oleh pribadi-pribadi yang memiliki profesi terkait karena
hal tersebut melekat pada jabatannya dan bersifat normatif.
Menurut G.Sach dalam bukunya The Exent and Intention of PR and Information
Activities terdapat tiga konsep penting dalam etika kehumasan sebagai berikut:

Form : F.3.1-KUR-01-08
Perangkat Pembelajaran SMK PGRI 2 Malang
1. The Image, the knowledge about us and the attitudes toward us the our different
interest groups have.
(Citra adalah pengetahuan mengenai kita dan sikap terhadapat kita yang mempunyai
kelompok-kelompok dalam kepentingan yang berbeda).
2. The Profile, the knowledge about an attitude towards, we want our various interest
group to have.
(Penampilan merupakan pengetahuan mengenai suatu sikap terhadap yang kita inginkan
untuk dimiliki kelompok kepentingan kita beragam).
3. The Ethiccs is branch of philoshophy, it is a moral philoshophy or piloshophical
thinking about morality. Often used as equivalentti right or good.
(Etika merupakan cabang dari ilmu filsafat, merupakan filsafat moral atau pemikiran
filosofis tentang moralitas, biasanya selalu berkaitan dengan nilai-nilai kebenaran dan
kebaikan).
Dari penjelasan diatas dapat ditarik suatu pengertian secara umum bahwa citra
adalah cara masyarakat memberikan kesan baik atau buruk terhadap diri kita. Penampilan
selalu berorientasi ke depan mengenai bagaimana sebenarnya harapan tentang keadaan
diri kita, sedangkan bahasan etika merupakan acuan bagi kode perilaku moral yang baik
dan tepat dalam menjalankan profesi kehumasan.
Kode Etik IPRA (International Public Relation Association) yang telah
diperbaharui di Teheran, Iran pada tanggal 17 April 1968, secara normatif dan etis
memuat butir-butir terdiri dari satu mukadimah dan berisikan 13 pasal.
Secara garis besar kode etik IPRA mencakup butir-butir pokok sebagai Standard
Moral of Public Relations sebagai berikut:
1. Kode perilaku;
2. Kode moral;
3. Menjunjung tinggi standar moral;
4. Memiliki kejujuran yang tinggi;
5. Mengatur secara etis mana yang boleh diperbuat dan tidak boleh diperbuat oleh
Profesional PR/Humas.
Point nomor 1, 2, dan 3 mengatur kode perilaku dan moral seseorang sebagai
penyandang professional PR/Humas. Point nomor 4 menunjukan adanya integritas
kepercayaan dan tanggung jawab peribadi professional PR/Humas yang tinggi. Sementara
itu, point nomor 5 berkaitan dengan suatu kebolehan (mogen) dan larangan (verbod) yang
dilakukan oleh profesi kehumasan berdasarkan pertimbangan moral, baik dilihat secara
etis, etika profesi dan moral, maupun peraturan normatif yang harus dipatuhi dan ditaati
oleh yang bersangkutan.
Organisasi Profesi Humas Internasional (IPRA) didirikan di London, Inggris pada
tahun 1955 dan bermarkas di Jenewa, Swiss. Organisasi tersebut telah memperoleh

Form : F.3.1-KUR-01-08
Perangkat Pembelajaran SMK PGRI 2 Malang
pengakuan atau berada di bawah naungan PBB (Persrikatan Bangsa-bangsa) yang kini
memiliki keanggotaan sedikitnya 77 negara didunia.
Landasan patokan utama dari etika profesi dan Kode etik IPRA adalah
berdasarkan prinsip-prinsip dasar PBB sebagai berikut:
1. The Universal Declaration of Human Right
(Menghormati dalam pelaksanaan tugas profesinya dengan memperhatikan prinsip-
prinsip moral dari deklarasi umum tentang hak-hak asasi manusia).
2. Human Dignity
(Menghormati dan menjunjung tinggi martabat manusia serta mengakui hak setiap pribadi
untuk menilai).

4. FUNGSI KODE ETIK


Pada dasarnya kode etik memiliki fungsi ganda yaitu sebagai perlindungan dan
pengembangan bagi profesi. Fungsi seperti itu sama seperti apa yang dikemukakan
Gibson dan Michel (1945:449) yang lebih mementingkan pada kode etik sebagai
pedoman pelaksanaan tugas prosefional dan pedoman bagi masyarakat sebagai seorang
professional.
Biggs dan Blocher (1986:10) mengemukakan tiga fungsi kode etik yaitu: (1).
Melindungi suatu profesi dari campur tangan pemerintah. (2). Mencegah terjadinya
pertentangan internal dalam suatu profesi. (3). Melindungi para praktisi dari kesalahan
praktik suatu profesi.

5. KODE ETIK KEHUMASAN INDONESIA – PERHUMAS


Kode Etik ini telah terdaftar sejak tahun 1977 di Departemen Dalam Negri dan Deppen
saat itu, dan telah tercatat serta diakui oleh organisasi profesi Humas Internasional;
International Public Relations Associations / IPRA. Isi Kode Etik Perhumas :
1. Dijiwai oleh Pancasila maupun Undang-Undang Dasar 1945 sebagai landasan tata
kehidupan nasional.
2. Diilhami oleh Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai landasan tata kehidupan
internasional.
3. Dilandasi Deklarasi ASEAN (8 Agustus 1967) sebagai pemersatu bangsa-bangsa Asia
Tenggara.
4. Dan dipedomani oleh cita-cita, keinginan, dan tekad untuk mengamalkan sikap dan
perilaku kehumasan secara professional.
Kami para anggota Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (Perhumas) sepakat
untuk mematuhi kode etik kehumasan Indonesia, dan apabila terdapat bukti-bukti bahwa
di antara kami dalam menjalankan profesi kehumasan ternyata ada yang melanggarnya,

Form : F.3.1-KUR-01-08
Perangkat Pembelajaran SMK PGRI 2 Malang
maka hal itu sudah tentu akan mengakibatkan diberlakukannya tindak organisasi
terhadap pelanggarnya.

Kode Etik Perhumas:


Pasal 1 Komitmen Pribadi
Anggota PERHUMAS harus:
1. Memiliki dan menerapkan standar moral serta reputasi setinggi mungkin dalam
menjalankan profesi kehumasan
2. Berperan secara nyata dan sungguh-sungguh dalam upaya memasyarakatan kepentingan
Indonesia
3. Menumbuhkan dan mengembangkan hubungan antar warga Negara Indonesia yang
serasi daln selaras demi terwujudnya persatuan dan kesatuan bangsa
Pasal II Perilaku Terhadap Klien atau Atasan
Anggota PERHUMAS INDONESIA harus:
1. Berlaku jujur dalam berhubungan dengan klien atau atasan
2. Tidak mewakili dua atau beberapa kepentingan yang berbeda atau yang bersaing tanpa
persetujuan semua pihak yang terkait
3. Menjamin rahasia serta kepercayaan yang diberikan oleh klien atau atasan, maupun
yang pernah diberikan oleh mantan klien atau mantan atasan
4. Tidak melakukan tindak atau mengeluarkan ucapan yang cenderung merendahkan
martabat, klien atau atasan, maupun mantan klien atau mantan atasan
5. Dalam memberi jasa-jasa kepada klien atau atasan, tidak akan menerima pembayaran,
komisi atau imbalan dari pihak manapun selain dari klien atau atasannya yang telah
memperoleh kejelasan lengkap
Pasal III Perilaku Terhadap Masyarakat dan Media Massa
Anggota PERHUMAS INDONESIA harus:
1. Menjalankan kegiatan profesi kehumasan dengan memperhatikan kepentingan
masyarakat serta harga diri anggota masyarakat
2. Tidak melibatkan diri dalam tindak memanipulasi intergritas sarana maupun jalur
komunikasi massa
3. Tidak menyebarluaskan informasi yang tidak benar atau yang menyesatkan sehingga
dapat menodai profesi kehumasan
4. Senantiasa membantu untuk kepentingan Indonesia

Pasal IV Perilaku Terhadap Sejawat


Praktisi Kehumasan Indonesia harus:
Form : F.3.1-KUR-01-08
Perangkat Pembelajaran SMK PGRI 2 Malang
1. Tidak dengan sengaja merusak dan mencemarkan reputasi atau tindak professional
sejawatnya. Namun bila ada sejawat bersalah karena melakukan tindakan yang tidak
etis, yang melanggar hukum, atau yang tidak jujur, termasuk melanggar Kode Etik
Kehumasan Indonesia, maka bukti-bukti wajib disampaikan kepada Dewan Kehormatan
PERHUMAS INDONESIA
2. Tidak menawarkan diri atau mendesak klien atau atasan untuk menggantikan kedudukan
sejawatnya
3. Membantu dan berkerja sama dengan sejawat di seluruh Indonesia untuk menjunjung
tinggi dan mematuhi Kode Etik Kehumasan ini.
Prinsip kode etik pada dasarnya pertanggung jawab pentaatannya berada terutama pada hati
nurani masing-masing insan profesional tersebut.
Rasihan anwar, salah satu tokoh pers menyatakan: pers yang tidak memegang kaidah kode
etik sama dengan ‘’teroris’’.

6. KODE ETIK HUMAS PEMERINTAHAN


I. Ketentuan Umum
Pasal 1
1. Etika adalah nilai-nilai moral yang mengikat dalam berucap, bersikap dan berperilaku
dalam pelaksanaan tugas, fungsi, wewenang, dan tanggungjawab.
2. Kode Etik Humas Pemerintahan adalah pedoman bersikap, berperilaku, bertindak dan
berucap para praktisi humas pemerintah.
3. Profesi adalah pekerjaan yang menuntut keahlian dan keterampilan dalam pelayanan
tertentu berdasarkan latihan, pengetahuan dan kemampuan yang diakui sesuai dengan
standar kompetensinya.
4. Hubungan masyarakat pemerintah untuk selanjutnya disebut humas pemerintah adalah
aktivitas lembaga dan atau individu, yang melakukan fungsi manajemen dalam bidang
komunikasi dan informasi kepada publik pemangku kepentingan (stakeholders) dan
sebaliknya.
5. Pemerintah pusat dan/atau pemerintah daerah sebagaimana dimaksud Pasal 1 ayat (4)
adalah:
Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia
yang memegang kekuasaan pemerintahan NKRI sebagaimana dimaksud dalam UUD
Negara RI Tahun 1945.
Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati, dan/atau walikota, serta perangkat daerah
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.
6. Humas Pemerintahan adalah segenap tindakan yang dilakukan oleh suatu
instansi/perusahaan dalam usaha membina hubungan yang harmonis dengan khalayak
internal dan ekstenal dan membina martabat instansi/ pemerintahan dalam pandangan
Form : F.3.1-KUR-01-08
Perangkat Pembelajaran SMK PGRI 2 Malang
khalayak internal dan eksternal guna memperoleh pengertian, kepercayaan, kerjasama,
dan dukungan dari khalayak internal dan eksternal dalam pelaksanaan tugas pokok dan
fungsinya.
7. Lembaga humas pemerintah adalah unit organisasi dalam suatu lembaga pemerintahan
yang melakukan fungsi manajemen bidang komunikasi dan informasi.
8. Humas Pemerintahan sebagaimana dimaksud pada Pasal 1 ayat (6) meliputi:
- Humas yang berada pada lembaga atau instansi pemerintah baik pusat maupun daerah
seluruh NKRI.
- Humas yang berada di lingkungan BUMN dan BUMD.
9. Badan Koordinasi Kehumasan Pemerintahan selanjutnya disebut Bakohumas Pusat.
Bakohumas Pusat adalah organisasi profesi humas pemerintah yang anggotanya
Instansi Pemerintah, baik Departemen, Lembaga Pemerintah Non Departemen,
Lembaga- Lembaga Negara, maupun BUMN.
10. Badan Koordinasi Kehumasan Pemerintahan Daerah selanjutnya disebut
Bakohumasda. Bakohumasda adalah organisasi profesi humas pemerintah yang
anggotanya Pemerintah Daerah baik tingkat Provinsi, Kabupaten, Kota, BUMD
maupun instansi vertikal.
11. Badan Kehormatan Bakohumas/ Bakohumasda adalah Badan yang bertugas
mengawasi penerapan Kode Etik Humas Pemerintahan dan menetapkan sanksi atas
pelanggaran yang dilakukan anggotanya.
12. Keanggotaan Bakohumas Pusat/ Bakohumasda meliputi semua unit Humas yang
berada di Instansi Pemerintah.
13. Instansi pemerintah adalah departemen, kementerian negara, sekretariat lembaga
tinggi negara dan lembaga negara, lembaga pemerintah nondepartemen, pemerintah
daerah, organisasi perangkat daerah dan Badan Usaha Milik Negara/Daerah maupun
instansi vertikal.

II. Komitmen Pribadi


Pasal 2
Anggota Humas Pemerintahan menjunjung tinggi Kehormatan sebagai Pegawai Instansi
Pemerintah, baik Depatemen, Lembaga Pemerintah Non Departemen, Lembaga-
Lembaga Negara, BUMN, maupun BUMD.
Pasal 3
Anggota Humas Pemerintahan mengutamakan kompetensi, obyektivitas, kejujuran, serta
menjunjung tinggi integritas dan norma-norma keahlian serta menyadari konsekuensi
tindakannya.
Pasal 4
Anggota Humas Pemerintahan memegang teguh rahasia negara, sumpah jabatan, serta
wajib mempertimbangkan dan mengindahkan etika yang berlaku agar sikap dan
Form : F.3.1-KUR-01-08
Perangkat Pembelajaran SMK PGRI 2 Malang
perilakunya dapat memberikan citra yang positip bagi pemerintahan dan menjaga
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pasal 5
Anggota Humas Pemerintahan menyampaikan informasi publik yang benar dan akurat
serta membentuk citra Humas Pemerintahan yang positip di masyarakat.
Pasal 6
Anggota Humas Pemerintahan menghargai, menghormati, dan membina solidaritas serta
nama baik rekan seprofesi.
Pasal 7
Anggota Humas Pemerintahan akan berusaha meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan untuk mewujudkan efisiensi dan efektivitas kerja serta memajukan profesi
Humas Pemerintahan di Indonesia.

III. Hubungan ke Dalam


Pasal 8
Anggota Humas Pemerintahan loyal terhadap kepentingan organisasi/ instansinya,
bukan kepada kepentingan perorangan/golongan.
Pasal 9
Anggota Humas Pemerintahan wajib:
1. menjalin komunikasi kepada semua pegawai di organisasi/instansinya agar
tercapai iklim organisasi yang mendukung peningkatan kompetensi organisasi.
2. mengingatkan rekan seprofesinya yang melakukan tindakan di luar batas
kompetensi dan kewenangannya dalam mencegah terjadinya pelanggaran Kode Etik
Humas Pemerintahan.
Pasal 10
Anggota Humas Pemerintahan tunduk, mematuhi dan menghormati Kode Etik Humas
Pemerintahan sesuai perundangan yang berlaku.

IV. Hubungan ke Luar


Pasal 11
Anggota Humas Pemerintahan wajib menyediakan dan memberikan informasi publik
yang benar dan akurat kepada masyarakat, media massa, dan insan pers sesuai dengan
tugas dan fungsí organisasi/institusinya sesuai dengan perundangan yang berlaku.
Pasal 12
Anggota Humas Pemerintahan tidak diperkenankan melakukan penekanan terhadap
media massa dan insan pers serta mencegah pemberian barang dan jasa kepada media
Form : F.3.1-KUR-01-08
Perangkat Pembelajaran SMK PGRI 2 Malang
massa dan insan pers dengan dalih kepentingan publikasi (publisitas) pribadi/ golongan/
organisasi/ instansinya.
Pasal 13
Anggota Humas Pemerintahan menghargai, menghormati, dan membina hubungan baik
dengan profesi lainnya.

V. Hubungan Sesama Profesi


Pasal 14
Anggota Humas Pemerintahan wajib bertukar informasi dan membantu
Pasal 15
Anggota Humas Pemerintahan bersedia mendukung pelaksanaan tugas sesama anggota.
Pasal 16
Anggota Humas Pemerintahan tidak dibenarkan mendiskreditkan sesama Anggota

VI. Badan Kehormatan


Pasal 17
Badan Kehormatan di bentuk dan dipilih oleh Badan Koordinasi Humas Pemerintahan
(Bakohumas Pusat/Bakohumasda) sebanyak 9 orang dengan masa bakti selama 3 (tiga)
tahun dan dapat dipilih kembali.
Pasal 18
Bakohumas Pusat membentuk Formatur Pengurus Badan Kehormatan dalam pertemuan
tahunan dan meminta persetujuan anggota untuk ditetapkan sebagai anggota Badan
Kehormatan Bakohumas.
Pasal 19
Formatur Badan Kehormatan yang diusulkan Bakohumas Pusat terdiri dari Departemen,
Lembaga Pemerintah Non Departemen, Lembaga- Lembaga Negara, BUMN, dan
Perguruan Tinggi.
Pasal 20
Bakohumas Daerah membentuk Formatur Pengurus Badan Kehormatan dalam
Pertemuan Tahunan dan meminta persetujuan anggota untuk ditetapkan sebagai anggota
Badan Kehormatan Bakohumasda.
Pasal 21
Formatur Badan Kehormatan yang diusulkan Bakohumasda terdiri dari
Provinsi/Kabupaten/ Kota, BUMD, dan Perguruan Tinggi
Pasal 22

Form : F.3.1-KUR-01-08
Perangkat Pembelajaran SMK PGRI 2 Malang
Badan Kehormatan Bakohumas Pusat dan Badan Kehormatan Bakohumasda terdiri dari
Ketua, Wakil Ketua dan Anggota. Ketua dan Wakil Ketua dipilih oleh anggota Badan
Kehormatan.
Pasal 23
Badan Kehormatan melaksanakan pemantauan, evaluasi, dan penilaian terhadap kinerja
anggota sesuai dengan laporan satuan kerja induknya berdasarkan standar operasional
prosedur (SOP) profesi Humas Pemerintahan.
Pasal 24
Badan Kehormatan melalui musyawarah berwenang memberikan penghargaan kepada
anggota yang berprestasi dalam menjalankan profesinya dan mematuhi Kode Etik
Humas Pemerintahan.

VII. SAN KS I
Pasal 25
Badan Kehormatan Pusat melalui musyawarah berwenang mengusulkan kepada Ketua
Bakohumas untuk mengusulkan sanksi administratif bagi anggota yang melanggar Kode
Etik Humas Pemerintahan.
Pasal 26
Badan Kehormatan Daerah melalui musyawarah berwenang mengusulkan kepada Ketua
Bakohumasda untuk pemberian sanksi administratif bagi anggota yang melanggar Kode
Etik Humas Pemerintahan. Selanjutnya Ketua Bakohumasda meneruskan kepada Ketua
Bakohumas Pusat.
Pasal 27
Ketua Bakohumas Pusat menyampaikan hasil keputusan Ketua Badan Kehormatan
Pusat dan Ketua Bakohumasda berupa sanksi administratif kepada atasan pelaku
pelanggaran.
Pasal 28
Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pasal 27 terdiri dari:
1. Teguran lisan
2. Teguran tertulis
Pasal 29
Anggota Bakohumas yang didakwa melanggar Kode Etik Humas Pemerintahan:
1. Memiliki hak jawab dalam proses penyelesaian perkaranya.
2. Berhak mendapatkan pemulihan nama baik dan hak-haknya seperti semula bila
terbukti tidak bersalah.

Form : F.3.1-KUR-01-08
Perangkat Pembelajaran SMK PGRI 2 Malang
7. KODE ETIK PROFESI PUBLIK RELATIONS yaitu:
Pasal 1 (Norma norma Perilaku Profesional)
Dalam menjalankan kegiatan profesionalnya, seorang anggota wajib menghargai
kepentingan umum dan menjaga harga diri setiap anggota masyarakat. Menjadi
tanggung jawab pribadinya untuk bersikap adil dan jujur terhadap klien, baik yang
mantan maupun yang sekarang, dan terhadap sesama anggota Asosiasi, anggota media
komunikasi serta masyarakat luas.
Pasal 2 (Penyebarluasan Informasi)
Seorang anggota tidak akan menyebarluaskan, secara sengaja dan tidak bertanggung
jawab, informasi yang paIsu atau yang menyesatkan, dan sebaliknya justru akan
berusaha sekeras mungkin untuk mencegah terjadinya hal tersebut. Ia berkewajiban
untuk menjaga integritas dan ketepatan informasi
Pasal 3 (Media Komunikasi)
Seorang anggota tidak akan melaksanakan kegiatan yang dapat merugikan integritas
media komunikasi.
Pasal 4 (Kepentingan yang Tersembunyi)
Seorang anggota tidak akan melibatkan dirinya dalam kegiatan apa pun yang secara
sengaja bermaksud memecah belah atau menyesatkan, dengan cara seolah olah ingin
memajukan suatu kepentingan tertentu, padahal sebaliknya justru ingin memajukan
kepentingan lain yang tersembunyi. Seorang anggota berkewajiban untuk menjaga agar
kepentingan sejati organisasi yang menjadi mitra kerjanya benar-benar terlaksana secara
baik.
Pasal 5 (Informasi Rahasia)
Seorang anggota (kecuali apabila diperintahkan oleh aparat hukum yang berwenang)
tidak akan menyampaikan atau memanfaatkan informasi yang diberikan kepadanya, atau
yang diperolehnya, secara pribadi dan atas dasar kepercayaan, atau yang bersifat rahasia,
dari kliennya, baik di masa Ialu, kini atau di masa depan, demi untuk memperoleh
keuntungan pribadi atau untuk keuntungan lain tanpa persetujuan jelas dari yang
bersangkutan.
Pasal 6 (Pertentangan Kepentingan)
Seorang anggota tidak akan mewakili kepentingan kepentingan yang saling
bertentangan atau yang saling bersaing, tanpa persetujuan jelas dari pihak-pihak yang
bersangkutan, dengan terlebih dahulu mengemukakan fakta fakta yang terkait.
Pasal 7 (Sumber sumber Pembayaran)
Dalam memberikan jasa pelayanan kepada kliennya, seorang anggota tidak akan
menerima pembayaran, baik tunai atau pun dalam bentuk lain, yang diberikan
Form : F.3.1-KUR-01-08
Perangkat Pembelajaran SMK PGRI 2 Malang
sehubungan dengan jasa jasa tersebut, dari sumber manapun, tanpa persetujuan jelas dari
kliennya.
Pasal 8 (Memberitahukan Kepentingan Keuangan)
Seorang anggota, yang mempunyai kepentingan keuangan dalam suatu organisasi, tidak
akan menyarankan klien atau majikannya untuk memakai organisasi tersebut atau pun
memanfaatkan jasa jasa organisasi tersebut, tanpa memberitahukan terlebih dahulu
kepentingan keuangan pribadinya yang terdapat dalam organisasi tersebut.
Pasal 9 (Pembayaran Berdasarkan Hasil Kerja)
Seorang anggota tidak akan mengadakan negosiasi atau menyetujui persyaratan dengan
calon majikan atau calon klien, berdasarkan pembayaran yang tergantung pada hasil
pekerjaan PR tertentu di masa depan.
Pasal 10 (Menumpang tindih Pekerjaan Anggota Lain)
Seorang anggota yang mencari pekerjaan atau kegiatan baru dengan cara mendekati
langsung atau secara pribadi, calon majikan atau calon langganan yang potensial, akan
mengambil langkah langkah yang diperlukan untuk mengetahui apakah pekerjaan atau
kegiatan tersebut sudah dilaksanakan oleh anggota lain. Apabila demikian, maka
menjadi kewajibannya untuk memberitahukan anggota tersebut mengenai usaha dan
pendekatan yang akan dilakukannya terhadap klien tersebut. (Sebagian atau seluruh
pasal ini sama sekali tidak dimaksudkan untuk menghalangi anggota mengiklankan jasa
jasanya secara umum).
Pasal 11 (Imbalan kepada Karyawan Kantor kantor Umum)
Seorang anggota tidak akan menawarkan atau memberikan imbalan apa pun, dengan
tujuan untuk memajukan kepentingan pribadinya (atau kepentingan klien), kepada orang
yang menduduki suatu jabatan umum, apabila hal tersebut tidak sesuai dengan
kepentingan masyarakat luas.
Pasal 12 (Mengkaryakan Anggota Parlemen)
Seorang anggota yang mempekerjakan seorang anggota Parlemen, baik sebagai
konsultan ataupun pelaksana, akan memberitahukan kepada Ketua Asosiasi tentang hal
tersebut maupun tentang jenis pekerjaan yang bersangkutan. Ketua Asosiasi akan
mencatat hal tersebut dalam suatu buku catatan yang khusus dibuat untuk keperluan
tersebut. Seorang anggota Asosiasi yang kebetulan juga menjadi anggota Parlemen,
wajib memberitahukan atau memberi peluang agar terungkap, kepada Ketua, semua
keterangan apa pun mengenai dirinya.
Pasal 13 (Mencemarkan Anggota anggota Lain)
Seorang anggota tidak akan dengan itikad buruk mencemarkan nama baik atau praktek
profesional anggota lain.
Form : F.3.1-KUR-01-08
Perangkat Pembelajaran SMK PGRI 2 Malang
Pasal 14 (Instruksi/Perintah Pihak pihak Lain)
Seorang anggota yang secara sadar mengakibatkan atau memperbolehkan orang atau
organisasi lain untuk bertindak sedemikian rupa sehingga berlawanan dengan kode etik
ini, atau turut secara pribadi ambil bagian dalam kegiatan semacam itu, akan dianggap
telah melanggar Kode ini.
Pasal 15 (Nama Baik Profesi)
Seorang anggota tidak akan berperilaku sedemikian rupa sehingga merugikan nama baik
Asosiasi, atau profesi Public Relations.
Pasal 16 (Menjunjung Tinggi Kode Etik)
Seorang anggota wajib menjunjung tinggi Kode Etik ini, dan wajib bekerja sama dengan
anggota lain dalam menjunjung tinggi Kode Etik, serta dalam melaksanakan keputusan
keputusan tentang hal apa pun yang timbul sebagai akibat dari diterapkannya keputusan
tersebut. Apabila seorang anggota, mempunyai alasan untuk berprasangka bahwa
seorang anggota lain terlibat dalam kegiatan kegiatan yang dapat merusak Kode Etik ini,
maka ia berkewajiban untuk memberitahukan hal tersebut kepada Asosiasi. Semua
anggota wajib mendukung Asosiasi dalam menerapkan dan melaksanakan Kode Etik ini,
dan Asosiasi wajib mendukung setiap anggota yang menerapkan dan melaksakan Kode
Etik ini.

Pasal 17 (Profesi Lain)


Dalam bertindak untuk seorang klien atau majikan yang tergabung dalam suatu profesi,
seorang anggota akan menghargai Kode Etik dari profesi tersebut dan secara sadar tidak
akan turut dalam kegiatan apa pun yang dapat mencemarkan Kode Etik tersebut.

E. Model dan Metode Pembelajaran


Model : Aktive Learning
Metode : Ceramah variatif, diskusi interaktif, dan tanya jawab.

F. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran


1. Media : Powerpoint
2. Alat / Bahan : Laptop, LCD, papan tulis, lembar kerja
3. Sumber Belajar : Internet (Profil Humas)
1. http://aniatih.blogspot.co.id/2014/09/humas-dan-keprotokolan.html
2. http://wayansugita63.blogspot.co.id/2013/10/devinisi-humas.html

Form : F.3.1-KUR-01-08
Perangkat Pembelajaran SMK PGRI 2 Malang
G. Langkah – langkah Kegiatan Pembelajaran
PERTM.
KEGIATAN WAKTU
KE-
1. a. Pendahuluan/Kegiatan awal :
 Memberikan salam
 Menanyakan kepada siswa kesiapan dan kenyamanan
untuk belajar
 Menanyakan kehadiran siswa dan guru mengisi jurnal
mengajar 10 menit
 Melakukan apersepsi
 Menjelaskan kompetensi dasar atau tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai.
 Menjelaskan cakupan materi tentang profil humas

b. Kegiatan inti :
1. Mengamati
Peserta didik mengamati tentang jenis profil humas dan
pengertian etika profesi, dari wawasan dan pengetahuan
siswa sendiri tentang materi yang dipelajari.
2. Menanya
Peserta didik menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan
jenis profil humas, dan pengertian etika profesi.
3. Mencoba
Peserta didik merumuskan kembali hal-hal yang
berkaitan dengan jenis profil humas, dan pengertian etika 60 menit
profesi.
4. Mengasosiasi
-Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang
terdiri dari 5-6 siswa
-Peserta didik berdiskusi tentang topik yang telah
ditentukan
5. Mengkomunikasi
Peserta didik bersama dengan kelompoknya menjawab
pertanyaan yang diberikan oleh guru dengan
mendiskusikan jawabannya terlebih dahulu.
c. Penutup
 Klarifikasi/kesimpulan siswa berkolaborasi dengan guru
tentang hasil analisis jenis profil humas, dan pengertian
etika profesi.
 Evaluasi untuk mengukur ketercapaian tujuan
pembelajaran
 Peserta didik melakukan refleksi tentang pelaksanaan 10 Menit
pembelajaran
 Guru membacakan perolehan skor tertinggi dan
memberikan reward kepada siswa.
 Guru memberikan tugas untuk pertemuan berikutnya.
 Mengucapkan salam

Form : F.3.1-KUR-01-08
Perangkat Pembelajaran SMK PGRI 2 Malang
PERTM.
KEGIATAN WAKTU
KE-
2. a. Pendahuluan/Kegiatan awal :
 Memberikan salam
 Menanyakan kepada siswa kesiapan dan kenyamanan
untuk belajar
 Menanyakan kehadiran siswa dan guru mengisi jurnal
mengajar 15 menit
 Melakukan apersepsi
 Menjelaskan kompetensi dasar atau tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai.
 Menjelaskan cakupan materi tentang profil humas

b. Kegiatan inti
1. Mengamati
Peserta didik mengamati tentang kode etik profesi humas
dan fungsi kode etik dari buku atau internet.
2. Menanya
Peserta didik menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan
kode etik profesi humas dan fungsi kode etik.
3. Mencoba
Peserta didik merumuskan kembali hal-hal yang
berkaitan dengan kode etik profesi humas dan fungsi 90 Menit
kode etik pada lembar kerja yang telah disediakan.
4. Mengasosiasi
-Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang
terdiri dari 4-5 siswa
-Antar peserta didik saling berdiskusi mengenai kode etik
profesi humas dan fungsi kode etik.
5. Mengkomunikasi
Peserta didik mempresentasikan hasil diskusinya di
depan kelas
c. Penutup
 Siswa bersama guru menyimpulkan materi yang telah
dipelajari
 Siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah
dilakukan.
 Siswa dan guru merencanakan tindak lanjut pembelajaran 15 Menit
untuk pertemuan selanjutnya dalam bentuk pemberian
tugas, baik tugas individual maupun kelompok
 Menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk
pertemuan berikutnya
 Mengucapkan salam

Form : F.3.1-KUR-01-08
Perangkat Pembelajaran SMK PGRI 2 Malang
PERTM.
KEGIATAN WAKTU
KE-
3. a. Pendahuluan/Kegiatan awal :
 Memberikan salam
 Menanyakan kepada siswa kesiapan dan kenyamanan
untuk belajar
 Menanyakan kehadiran siswa dan guru mengisi jurnal
mengajar 10 Menit
 Melakukan apersepsi
 Menjelaskan kompetensi dasar atau tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai.
 Menjelaskan cakupan materi tentang profil humas

b. Kegiatan Inti :
1. Mengamati
Peserta didik mengamati dan mengidentifikasi tentang
isi kode etik kehumasan Indonesia (Perhumas) dari
berbagai macam sumber.
2. Menanya
Peserta didik menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan
isi kode etik kehumasan Indonesia (Perhumas).
3. Mencoba 60 Menit
Peserta didik menguraikan tentang isi kode etik
kehumasan Indonesia (Perhumas).
4. Mengasosiasi
Peserta didik mendiskusikan hasil pengumpulan
informasi tentang isi kode etik kehumasan Indonesia
(Perhumas).
5. Mengkomunikasi
Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi.
c. Penutup
 Siswa bersama guru menyimpulkan materi yang telah
dipelajari
 Siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah
dilakukan.
 Siswa dan guru merencanakan tindak lanjut pembelajaran
10 menit
untuk pertemuan selanjutnya dalam bentuk pemberian
tugas, baik tugas individual maupun kelompok
 Menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk
pertemuan berikutnya
 Mengucapkan salam

4. a. Pendahuluan/Kegiatan awal : 10 menit


 Memberikan salam
 Menanyakan kepada siswa kesiapan dan kenyamanan
untuk belajar
 Menanyakan kehadiran siswa dan guru mengisi jurnal
mengajar
 Melakukan apersepsi
 Menjelaskan kompetensi dasar atau tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai.
 Menjelaskan cakupan materi tentang profil humas
Form : F.3.1-KUR-01-08
Perangkat Pembelajaran SMK PGRI 2 Malang
PERTM.
KEGIATAN WAKTU
KE-

b. Kegiatan Inti :
1. Mengamati
Peserta didik mengamati dan mengidentifikasi tentang
isi kode etik pemerintahan dari buku dan internet.
2. Menanya
Peserta didik menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan
isi kode etik pemerintahan.
3. Mencoba 100 menit
Peserta didik menguraikan tentang isi kode etik
pemerintahan.
4. Mengasosiasi
Peserta didik mendiskusikan hasil pengumpulan
informasi tentang isi kode etik pemerintahan.
5. Mengkomunikasi
Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi.
c.Penutup
 Siswa bersama guru menyimpulkan materi yang telah
dipelajari
 Siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah
dilakukan.
 Siswa dan guru merencanakan tindak lanjut pembelajaran 10 menit
untuk pertemuan selanjutnya dalam bentuk pemberian
tugas, baik tugas individual maupun kelompok
 Menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk
pertemuan berikutnya
 Mengucapkan salam
5. a. Pendahuluan/Kegiatan awal :
 Memberikan salam
 Menanyakan kepada siswa kesiapan dan kenyamanan
untuk belajar
 Menanyakan kehadiran siswa dan guru mengisi jurnal
mengajar 10 menit
 Melakukan apersepsi
 Menjelaskan kompetensi dasar atau tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai.
 Menjelaskan cakupan materi tentang profil humas

Form : F.3.1-KUR-01-08
Perangkat Pembelajaran SMK PGRI 2 Malang
PERTM.
KEGIATAN WAKTU
KE-
b. Kegiatan Inti :
1. Mengamati
Peserta didik mengamati dan mengidentifikasi tentang
isi kode etik public relation dari buku dan internet.
2. Menanya
Peserta didik menanyakan hal-hal yang berkaitan dengan
isi kode etik public relation.
3. Mencoba
60 menit
Peserta didik menguraikan tentang isi kode etik public
relation.
4. Mengasosiasi
Peserta didik mendiskusikan hasil pengumpulan
informasi tentang isi kode etik public relation.
5. Mengkomunikasi
Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi.

c. Penutup
 Siswa bersama guru menyimpulkan materi yang telah
dipelajari
 Siswa melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah
dilakukan.
 Siswa dan guru merencanakan tindak lanjut pembelajaran
untuk pertemuan selanjutnya dalam bentuk pemberian 10 menit
tugas, baik tugas individual maupun kelompok
 Menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk
pertemuan berikutnya
 Mengucapkan salam

H. Penilaian
1. Jenis/Teknik Penilaian
 Pengamatan
 Tertulis

2. Bentuk Instrumen dan Instrumen


 Penilaian Proses/Kinerja
 Penilaian Hasil/Portofolio
 Penilaian Sikap
3. Pedoman Penskoran (Terlampir)
No Aspek yang dinilai Teknik Penilaian Waktu Penilaian
1. Sikap Pengamatan Selama pembelajaran
a. Mandiri dalam berlangsung
pembelajaran
pengertian humas
b. Berperilaku ilmiah
Form : F.3.1-KUR-01-08
Perangkat Pembelajaran SMK PGRI 2 Malang
No Aspek yang dinilai Teknik Penilaian Waktu Penilaian
dalam bekerja
c. Toleran terhadap
proses pemecahan
masalah yang berbeda
dan kreatif
2. Pengetahuan
Menjelaskan kembali Tes tertulis Setelah Proses
pengertian humas Instrumennya Pembelajaran
bentuk pilihan
ganda
3. Keterampilan Penilaian kinerja Pada saat proses
Trampil dalam Portofolio pembelajaran
mengkreasikan/merancang
kegiatan humas.

Mengetahui, Malang, 20 Oktober 2015


Guru Pamong Guru Pengajar

Sunaringsih, S.Pd Rahayu Dessy Pratiwi

Kepala Sekolah SMK PGRI 02 Malang

Suprijana, S.Pd

Form : F.3.1-KUR-01-08
Perangkat Pembelajaran SMK PGRI 2 Malang
LEMBAR PENGAMATAN PENILAIAN SIKAP

MATA PELAJARAN : Humas dan Keprotokolan


KELAS/SEMESTER : XI / 1
TAHUN PELAJARAN : 2015/2016
WAKTU PENGAMATAN

Bubuhkan tanda √ pada kolom-kolom sesuai hasil pengamatan

Sikap
No. Nama Siswa Mandiri Ilmiah Toleran
KB B SB KB B SB KB B SB
1. AGUS WAHYUDIANTO
2. ACHMAD DENY SAPUTRA
3. AJI SASONGKO
4. ALFI SUCI NUR LATIFAH
5. AYU AULIA SUGIONO
6. BIDAYAH
7. CHARIN SELA MELINDA
8. EDWIN ADITYA FIRMANSYAH
9. FATIMAH SOFIANA RAMADHANI
10. FITRA HANDAYANI
11. FITRIA AYU SAPUTRI
12. HIDAYATUL LUTFI ZUNAIROH
13. IRINE ANGGRAENI
14. LILIS ANDAYANI
15. LOLA LAILATUL LABAIKA
16. MAR'AH QOINITA T
17. MARIA FRANCISKA
18. NOVIANTI INDAH PURNIASARI
19. PUTRI DWI ANGGRAENI
20. RIZKA PRATIWI FEBBYANTI
21. RONI SUHARIANTO
22. SITI ISTIQOMAH
23. SOFI FEBRIANTI I
24. TIS'ATUL GHONIAH
25. VIKI
26. VIVI PUTRI RAHAYU
27. YULIS DIAN SAPUTRI

Keterangan:
KB : Kurang baik B : Baik SB : Sangat baik

Form : F.3.1-KUR-01-08
Perangkat Pembelajaran SMK PGRI 2 Malang
LEMBAR PENGAMATAN PENILAIAN SIKAP
Mata Pelajaran : Humas dan Keprotokolan
Kelas/Semester : XI APK/1
Tahun Pelajaran : 2015/2016
Waktu Pengamatan :
Indikator sikap mandiri dalam pembelajaran Keprotokolan
1. Kurang baik jika sama sekali tidak bersikap mandiri terhadap proses pembelajaran
2. Baik jika sudah ada usaha untuk mandiri terhadap proses pembelajaran
3. Sangat baik jika sudah ada usaha untuk mandiri terhadap proses pembelajaran secara terus
menerus konsisten

Indikator Ilmiah dalam bekerja


1. Kurang baik jika sama sekali tidak bersikap ilmiah dalam bekerja
2. Baik jika sudah ada usaha untuk bersikap ilmiah dalam bekerja
3. Sangat baik jika sudah ada usaha untuk bersikap ilmiah dalam bekerja secara terus menerus dan
konsekwen

Indikator sikap toleran terhadap proses pemecahan masalah yang berbeda dan kreatif.
4. Kurang baik jika sama sekali tidak bersikap toleran terhadap proses pemecahan masalah yang
berbeda dan kreatif.
5. Baik jika menunjukkan sudah ada usaha untuk bersikap toleran terhadap proses pemecahan
masalah yang berbeda dan kreatif tetapi masuih belum ajeg/konsisten.
6. Sangat baik jika menunjukkan sudah ada usaha untuk bersikap toleran terhadap proses
pemecahan masalah yang berbeda dan kreatif secara terus menerus dan ajeg/konsisten.

Form : F.3.1-KUR-01-08
Perangkat Pembelajaran SMK PGRI 2 Malang
LEMBAR PENGAMATAN PENILAIAN PENGETAHUAN

MATA PELAJARAN : Humas dan Keprotokolan


KELAS/SEMESTER : XI / 1
TAHUN PELAJARAN : 2015/2016
WAKTU PENGAMATAN

No. Nama Siswa Nilai

1. AGUS WAHYUDIANTO
2. ACHMAD DENY SAPUTRA
3. AJI SASONGKO
4. ALFI SUCI NUR LATIFAH
5. AYU AULIA SUGIONO
6. BIDAYAH
7. CHARIN SELA MELINDA
8. EDWIN ADITYA FIRMANSYAH
9. FATIMAH SOFIANA RAMADHANI
10. FITRA HANDAYANI
11. FITRIA AYU SAPUTRI
12. HIDAYATUL LUTFI ZUNAIROH
13. IRINE ANGGRAENI
14. LILIS ANDAYANI
15. LOLA LAILATUL LABAIKA
16. MAR'AH QOINITA T
17. MARIA FRANCISKA
18. NOVIANTI INDAH PURNIASARI
19. PUTRI DWI ANGGRAENI
20. RIZKA PRATIWI FEBBYANTI
21. RONI SUHARIANTO
22. SITI ISTIQOMAH
23. SOFI FEBRIANTI I
24. TIS'ATUL GHONIAH
25. VIKI
26. VIVI PUTRI RAHAYU
27. YULIS DIAN SAPUTRI

LEMBAR PENGAMATAN PENILAIAN PENGETAHUAN

Form : F.3.1-KUR-01-08
Perangkat Pembelajaran SMK PGRI 2 Malang
Mata Pelajaran : Humas dan Keprotokolan
Kelas/Semester : XI APK/1
Tahun Pelajaran : 2015/2016

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan benar !


1. Sistem yang biasanya diterapkan pada perusahaan yang tidak besar adalah...
a. Sentralisasi
b. Desentralisasi
c. Terbuka
d. Imperialisasi
2. Kepanjangan dari PR adalah...
a. Pemimpin Redaksi
b. Pemimpin Rapat
c. Public Relation
d. Public Relationship
3. Sistem mana yang akan diterapkan tergantung dari beberapa hal,kecuali...
a. Besar kecilnya perusahaan
b. Struktur organisasi perusahaan
c. Arti penting PR bagi manajemen
d. Banyak sedikitnya Modal perusahaan
4. Perusahaan PR yang bergerak dalam yayanan konsultasi kehumasan adalah...
a. PR Full Service
b. PR Foundation
c. PR Counsultant
d. PR Factory
5. Beberapa perusahaan Full Service dan Consultant memberi pelayanan di beberapa bidang
antara lain:
a. Pemulihan Citra
b. Kuasa Hukum
c. Broker Perusahaan
d. Public Speaking

6. Buku Hand Book of Public Relation yg mepaparkan tentang definisi profesi humas adalah
karangan dari...

Form : F.3.1-KUR-01-08
Perangkat Pembelajaran SMK PGRI 2 Malang
a. Howard Stepheson

b. K.Bertens

c. Cutlip and Center

d. Charles Darwin

7. Kepanjangan dari IPRA adalah...

a. Ikatan Pemimpin Rapat Asia

b. International People Republic of Asia

c. International Public Relation Association

d. International Plan and Research Association

8. Kode Etik IPRA memuat butir-butir terdiri dari satu mukadimah dan berisikan berapa pasal...

a. 12

b. 13

c. 14

d. 15

9. Butir-butir pokok Standard Moral of Public Relations sebagai berikut, kecuali...

a. Kode Perilaku

b. Kode Moral

c. Memiliki Kejujuran yang Tinggi

d. Bertanggung Jawab Seutuhnya

10. Kapan Organisasi Profesi Humas Internasional (IPRA) didirikan...

a. 1954

b. 1955

c. 1956

d. 1957

11. Prinsip-prinsip dasar PBB yang digunakan sebagai patokan utama dari etika profesi adalah

a. Human Dignity
Form : F.3.1-KUR-01-08
Perangkat Pembelajaran SMK PGRI 2 Malang
b. International Public Relation Congress

c. Public Relation Charters

d. Corporate Social Responsibility

12. Berapa negara yang tergabung dalam IPRA...

a. 67

b. 77

c. 87

d. 56

13. Humas yang melembaga lebih dikenal dengan istilah,kecuali...

a. Bagian

b. Departemen

c. Communication

d. Communicator

14. Perusahaan yang melayani jasa sebagai pelaksana sebuah kegiatan yang berhubungan dengan
publik...

a. Pelaksana Kegiatan

b. Event Planning

c. Event Organizer

d. Standing Comitte

15. Buku The Exent and Intention of PR and Information Activities adalah karangan dari...

a. G.Sach

b. K.Bertens

c. Charles Darwin

d. Hendrawan Septian Abadi

Form : F.3.1-KUR-01-08
Perangkat Pembelajaran SMK PGRI 2 Malang
LEMBAR PENGAMATAN PENILAIAN KETERAMPILAN

Mata Pelajaran : Humas dan Keprotokolan


Kelas/Semester : XI APK/ 1
Tahun Pelajaran : 2015/2016
Waktu Pengamatan :
Bubuhkan tanda √pada kolom-kolom sesuai hasil pengamatan.

Keterampilan
Menerapkan konsep/prinsip dan
No Nama Siswa
strategi pemecahan masalah
KT T ST
1 AGUS WAHYUDIANTO
2 ACHMAD DENY SAPUTRA
3 AJI SASONGKO
4 ALFI SUCI NUR LATIFAH
5 AYU AULIA SUGIONO
6 BIDAYAH
7 CHARIN SELA MELINDA
8 EDWIN ADITYA FIRMANSYAH
9 FATIMAH SOFIANA RAMADHANI
10 FITRA HANDAYANI
11 FITRIA AYU SAPUTRI
12 HIDAYATUL LUTFI ZUNAIROH
13 IRINE ANGGRAENI
14 LILIS ANDAYANI
15 LOLA LAILATUL LABAIKA
16 MAR'AH QOINITA T
17 MARIA FRANCISKA
18 NOVIANTI INDAH PURNIASARI
19 PUTRI DWI ANGGRAENI
20 RIZKA PRATIWI FEBBYANTI
21 RONI SUHARIANTO
22 SITI ISTIQOMAH
23 SOFI FEBRIANTI I
24 TIS'ATUL GHONIAH
25 VIKI
26 VIVI PUTRI RAHAYU
27 YULIS DIAN SAPUTRI

Keterangan:
KT : Kurang terampil
T : Terampil
ST : Sangat terampil

Form : F.3.1-KUR-01-08
Perangkat Pembelajaran SMK PGRI 2 Malang
LEMBAR PENGAMATAN PENILAIAN KETERAMPILAN

Mata Pelajaran : Humas dan Keprotokolan


Kelas/Semester : XI APK/1
Tahun Pelajaran : 2015/2016
Waktu Pengamatan :
Indikator terampil menerapkan konsep/prinsip dan strategi pemecahan masalah yang relevan yang
berkaitan dengan nilai fungsi di berbagai kuadran.

1. Kurang terampil jika sama sekali tidak dapat menerapkan konsep/prinsip dan strategi pemecahan
masalah yang relevan yang berkaitan dengan nilai fungsi di berbagai kuadran
2. Terampil jika menunjukkan sudah ada usaha untuk menerapkan konsep/prinsip dan strategi
pemecahan masalah yang relevan yang berkaitan dengan nilai fungsi di berbagai kuadran tetapi
belum tepat.
3. Sangat terampill, jika menunjukkan adanya usaha untuk menerapkan konsep/prinsip dan strategi
pemecahan masalah yang relevan yang berkaitan dengan nilai fungsi di berbagai kuadran dan
sudah tepat.

Form : F.3.1-KUR-01-08
Perangkat Pembelajaran SMK PGRI 2 Malang

Anda mungkin juga menyukai