Anda di halaman 1dari 13

BAB 3

PROFESI HUMAS

A. PROFIL HUMAS
Profil humas adalah sebuah identitas dari individu atau organisasi (humas) yang
memberikan informasi kepada yang membutuhkan, dengan maksud agar pihak yang
membutuhkan tadi dapat mengenali, memahami, dan mempelajari individu atau
organisasi tersebut. Berikut ini beberapa macam profil humas yang memiliki ciri khas
masing-masing.
1.   Humas yang Melembaga
Humas yang melembaga berarti humas memiliki seseorang yang memimpin,
memiliki staf, memiliki ruang/tempat dan sarana prasarana pendukungnya.
Pengorganisasian disini berkaitan dengan struktur, wewenang, tugas dan tanggung
jawab. Humas melembaga lebih dikenal dengan istilah bagian/departemen/divisi
humas/public relations/communication. Dalam bentuk ini terdapat dua system
sebagai berikut.

a. System sentralisasi, yaitu system yang biasanya diterapkan pada perusahaan


yang tidak begitu besar, di mana aktivitas public relations diorganisasi secara
terpusat atau oleh pusat. Posisi atau kedudukan praktisi public relations
biasanya berada di bawah bagian yang lain dan berada di bawah lower-
middle management.
b. System desentralisasi, yaitu system yang biasanya diterapkan pada
perusahaan besar dan manajemennya mengerti betul akan pentingnya public
relations sebagai suatu pendekatan manajemen.

System yang akan diterapkan di perusahaan tergantung dari beberapa hal berikut.
a. Besar kecilnya perusahaan, hal ini berkaitan dengan kemampuan perusahaan
untuk menyediakan dana bagi humas, kompleksitas pemasalahan yang
dihadapi, serta kemampuan dalam menyediakan sumber daya kehumasan yang
lain.
b. Struktur organisasi perusahaan, hal ini berkaitan dengan wewenang dan
tanggung jawab, hubungan antar-struktur, system yang membangun, dan
budaya organisasi.
c. Arti penting public relations bagi manajemen, hal ini berkaitan dengan
kekhasan penerapan humas di suatu lembaga, kewenangan petugas humas,
perannya dalam manajemen dan bentuk support dari manajemen puncak.
d. Karakteristik khas kehumasan masing-masing lembaga
  
2.   External Public Realtions/Humas Agency
XPR adalah sebuah lembaga atau perusahaan independen yang berbadan hukum
dan bergerak dalam layanan di bidang humas. Public relations extern meliputi
beberapa hal berikut ini.
a.      Public Relations Full Service
PR Full service sebuah perusahaan tersendiri yang bergerak dalam bisnis
pelayanan kehumasan, meliputi kegiatan konseling sekaligus pelayanan
konsultasi dan pelayanan yang mereka berikan kepada klien
(perseorangan/perusahaan)
b.      Public Relations Consultant
PR Consultant merupakan perusahaan Public relations yang bergerak dalam
layanan konsultasi kehumasan. Pelayanan konsultan yang diberikan
tergantung dari kompetensi yang dimiliki para konsultannya.
Beberapa perusahaan full service dan consultant memberikan pelayanan di beberapa
bidang seperti;
·         Pemulihan citra
·         Pembentukan citra
·         Corporate culture
·         Media relations dan publisitas
·         Government relations
·         Marketing PR
·         Komunikasi organisasi
·         Community relations
 
3.   Event Organizer
Event organizer adalah perusahaan yang melayani jasa sebagai pelaksana sebuah
event atau kegiatan yang berhubungan dengan public. Perusahaan ini cenderung
spesialis.
 
B. KODE ETIK HUMAS
1.        Pengertian Etika Profesi
Berten K. (1994) mengatakan bahwa kode etik profesi merupakan norma
yang telah ditetapkan dan diterima oleh kelompok profesi untuk mengarah atau
memberikan petunjuk kepada para anggotanya, yaitu bagaimana seharusnya (das
sollen) berbuat, sekaligus menjamin kualitas moral profesi yang bersangkutan di
mata masyarakat untuk memperoleh tanggapan yang positif. Apabila dalam
pelaksanaannya (das sein) salah satu anggota profesi tersebut telah melakukan
perbuatan yang menyimpang dari kode etiknya, citra dan nama baik kelompok
profesi itu akan tercemar di mata masyarakat.
Kode etik profesi dapat berlaku secara efektif apabila dijiwai oleh cita-cita dan
nilai-nilai luhur yang hidup dalam lingkungan profesi tersebut. Kode etik
merupakan perumusan norma moral yang menjadi tolak ukur atau acuan bagi kode
perilaku (code of conduct) kelompok profesi bersangkutan.
Secara umum tentang etika profesi menurut Cutlip, Center, dan Broom bahwa kode
etik adalah perilaku yang dianjurkan secara tepat dalam bertindak sesuai dengan
nilai-nilai moral yang umumnya dapat diterima oleh masyarakat atau kebudayaan.
Dan dapat disimpulkan bahwa kode etik adalah kumpulan asas atau nilai moral
yang menjadi nilai perilaku. Sementara itu, arti kode etik profesi adalah kode
perilaku yang ditetapkan dan dapat diterima oleh kelompok profesi yang menjadi
pedoman bagaimana seharusnya (das sollen) berperilaku menjalankan (das sein)
profesi tersebut secara etis (Muhammad, 1997: 143).
 
 
2.        Kode Etik Profesi Humas
Kode etik merupakan aturan-aturan susila yang diterapkan dan ditaati
bersama ooleh seluruh anggota yang bergabung dalam suatu profesi. Kode etik
merupakan persetujuan bersama yang timbul secara murni dari diri pribadi para
anggota. Kode etik merupakan serangkaian peraturan yang disepakati bersama
guna menyatakan sikap atau perilaku anggota profesi. Kode etik profesi
dilaksanakan oleh pribadi-pribadi yang memiliki profesi terkait karena hal tersebut
melekat pada jabatannya dan bersifat normatif.
Dalam buku The Exent and intention of PR and informationActivities, G.Sach
mengungkapkan tiga konsep penting dalam etika kehumasan, yakni citra,
penampilan, dan etika.
a. Citra adalah pengetahuan mengenai kita dan sikap terhadap kita yang mempunyai
kelompok-kelompok dalam kepentingan yang berbeda. Citra dapat juga diartikan
sebagai cara masyarakat memberikan kesan baik atau buruk terhadap diri anda.
b. Penampilan merupakan pengetahuan suatu sikap terhadap yang kita inginkan
untuk dimiliki suatu kelompok. Penampilan selalu berorientasi mengenai
bagaimana harapan tentang keadaan anda.
c. Etika merupakan cabang dari ilmu filsafat, merupakan filsafat moral atau
pemikiran filosofis tentang moralitas, biasanya selalu berkaitan dengan nilai-nilai
kebenaran dan kebaikan. Bahasan etika merupakan acuan bagi kode perilaku
moral yang baik dan tepat dalam menjalankan profesi kehumasan. 
Secara garis besar, kode etik IPRA (International Public Relations Association)
mencakup  butir-butir pokok sebagai Standard Moral of Public Relations sebagai
berikut;
a.      Kode perilaku
b.      Kode moral
c.       Menjunjung tinggi standar moral
d.      Memiliki kejujuran yang tinggi, dan
e.      Mengatur secara etis mana yang boleh diperbuat dan tidak boleh diperbuat
oleh PR/ Humas Profesional.
 
Landasan utama dari etika profesi dan kode etik IPRA adalah berdasarkan prinsip-
prinsip dasar PBB sebagai berikut;

a. The Universal Declaration of Human Right


Menghormati dalam pelaksanaan tugas profesinya dengan memperhatikan
prinsip-prinsip moral dari deklarasi umum tentang hak-hak asasi manusia.
b. Human Dignity
Menghormati dan menjunjung tinggi martabat manusia serta mengakui hhak
setiap pribadi untuk menilai.
 
3.        Fungsi Kode Etik
Pada dasarnya kode etik memiliki fungsi ganda, yaitu;
a.    Sebagai perlindungan, dan
b.   Pengembangan bagi profesi
 
Biggs dan Blocher (1986: 10) mengemukakan tiga fungsi kode etik, yaitu:
a.    Melindungi suatu  profesi dari campur tangan pemerintah
b.   Mencegah terjadinya pertentangan internal dalam suatu profesi, dan
c.    Melindungi para praktisi dari kesalahan praktik suatu profesi.
 
4.        Kode Etik Kehumasan Indonesia – PERHUMAS
Kode etik ini sudah terdaftar sejak tahun 1977 di Departemen Dalam Negeri dan
Deppen saat itu, dan telah tercatat serta diakui oleh organisasi profesi Humas
Internasional (IPRA).

a. Dijiwai oleh Pancasila maupun Undang Undang Dasar 1945 sebagai


landasan tata kehidupan nasional.
b. Diilhami oleh Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai landasan tata
kehidupan internasional.
c. Dilandasi Deklarasi ASEAN (8 Agustus 1967) sebagai pemersatu bangsa-
bangsa Asia Tenggara.
d. Dipedomani oleh cita-cita, keinginan. Dan tekad untuk mengamalkan sikap
dan perilaku kehumasan secara professional.
 
5.        Kode Etik Profesi Public Relations
a. Norma-norma perilaku professional
Dalam menjalankan profesionalnya seorang anggota wajib menghargai
kepentingan umum dan menjaga harga diri setiap anggota masyarakat.
Bersikap adil dan jujur terhadap klien (mantan klien atau klien yang sekarang),
sesama anggota asosiasi, anggota media komunikasi, serta masyarakat luas.
b.  Penyebarluasan informasi
Seorang anggota tidak akan menyebarluaskan informasi yang palsu atau
menyesatkan secara sengaja dan tidak bertanggung jawab.
 
c. Media komunikasi
Seorang anggota tidak akan melaksanakan kegiatan yang dapat nerugikan
integritas media komunikasi. 
d. Kepentingan yang tersembunyi
Seorang anggota tidak akan melibatkan dirinya dalam kegiatan apa pun yang
secara sengaja bermaksud memecah belah atau menyesatkan, dengan cara
seolah-olah ingin memajukan kepentingan tertentu (tersembunyi). 
e. Informasi rahasia
Seorang anggota (kecuali diperintahkan oleh aparat hukum yang berwenang)
tidak akan menyampaikan atau memanfaatkan informasi yang diberikan
kepadanya, yang diperoleh secara pribadi atas dasar kepercayaan atau bersifat
rahasia dari kliennya untuk kepentingan keuntungan pribadi. 
f. Pertentangan kepentingan
Seorang anggota tidak akan mewakili kepentingan-kepentingan yang saling
bertentangan atau saling bersaing tanpa persetujuan yang jelas dari pihak-
pihak yang bersangkutan, dengan terlebih dahulu mengemukakan fakta-fakta
yang terkait. 
g. Sumber-sumber pembayaran
Dalam pemberian jasa pelayanan kepada kliennya, seorang anggota tidak akan
menerima pembayaran, baik tunai maupun dalam bentuk lain yang diberikan
sehubungan dengan jasa-jasa tersebut, dari sumber mana pun, tanpa
persetujuan jelas dari kliennya. 
h. Memberitahukan kepentingan keuangan
Seorang anggota yang mempunyai kepentingan keuangan dalam suatu
organisasi tidak akan menyarankan kliennya untuk memakai atau
memanfaatkan organisasi tersebut¸ tanpa membberitahukan terlebih dahulu
kepentingan keuangan pribadinya yang terdapat dalam organisasi tersebut. 
i. Pembayaran berdasarkan hasil kerja
Seorang anggota tidak akan mengadakan negosiasi atau menyetujui
persyaratan dengan calon kliennya, berdasarkan pembayaran yang tergantung
pada hasil pekerjaan PR tertentu di masa depan. 
j. Menumpang tindih pekerjaan anggota lain
Seorang anggota yang mencari pekerjaan atau kegiatan dengan cara mendekati
langsung atau secara pribadi kliennya, menjadi kewajibannya memberitahukan
anggota tersebut.  
k. Imbalan kepada karyawan kantor umum
Seorang anggota tidak akan menawarkan atau memberikan imbalan apapun
dengan tujuan untuk memajukan kepentingan pribadinya (kliennya) kepada
orang yang memiliki jabatan umum, apabila hal tersebut tidak sesuai dengan
kepentingan masyarakat luas. 
l. Mengaryakan anggota parlemen
Seorang anggota yang memperkerjakan seorang anggota parlemen, baik
sebagai konsultan ataupun pelaksana akan memberitahukan kepada ketua
asosiasi tentang hal tersebut maupun tentang jenis pekerjaan yang
bersangkutan. 
m. Mencemarkan anggota-anggota lain
Seorang anggota tidak akan mencemarkan nama baik atau praktik professional
anggota lain. 
n. Intruksi/perintah pihak lain
Seorang anggota yang secara sadar bertindak sedemikian rupa sehingga
berlawanan dengan kode etik atau turut secara pribadi ambil bagian dalam
kegiatan semacam itu, akan dianggap telah mmelanggar kode etik ini. 
o. Nama baik profesi
Seorang anggota tidak akan berperilaku tidak baik sehingga merugikan nama
baik asosiasi atau profesi public relations. 
p. Menjunjung tinggi kode etik
Seorang anggota wajib menjunjung tinggi kode etik dan bekerja sama dengan
anggota lain dalam menjunjung kode etik. 
q. Profesi lain.
Dalam bertindak untuk seorang klien yang tergabung dalam suatu profesi,
seorang anggota akan menghargai kode etik dari profesi terrsebut. 

C. JABATAN HUMAS
Jabatan ialah sekumpulan pekerjaan yang berisi tugas-tugas yang sama atau
berhubungan satu dengan yang lain, dan pelaksanaannya meminta kecakapan,
pengetahuan, keterampilan, serta kemampuan yang sama meskipun tersebar di berbagai
tempat. Sebagai contoh, dalam birokrasi pemerintah dikenal jabatan karier yang diduduki
oleh PNS. Jabatan karier dalam PNS dapat dibedakan menjadi dua, yaitu jabatan structural
dan jabatan fungsional.
 
1.        Jabatan Struktural
Jabatan structural yaitu jabatan yang secara tegas ada dalam struktur organisasi.
Kedudukan jabatan structural bertingkat-tingkat dari tingkat yang terendah (eselon
IV/b) hingga yang tertinggi (esselon I/a).
Berikut ini contoh jabatan structural di PNS Pusat.
a.      Sekretaris Jenderal
b.      Direktur Jenderal
c.       Kepala Biro
d.      Staf Ahli
Berikut ini contoh jabatan structural di PNS Daerah.
a.      Sekretaris Daerah
b.      Kepala Dinas/ Badan/ Kantor
c.       Kepala Bagian
d.      Kepala bidang
e.      Kepala seksi
f.       Camat
g.      Sekretaris camat
h.      Lurah
i.       Sekretaris lurah
 
2.        Jabatan Fungsional
Jabatan fungsional yaitu jabatan teknis  yang tidak tercantum dalam struktur
organisasi, tetapi dari sudut pandang fungsinya sangat diperlukan dalam
pelaksanaan tugas-tugas pokok organisasi. Berikut ini contoh jabatan fungsional.
a.      Auditor (Jabatan Fungsional Auditor atau JFA)
b.      Guru
c.       Dosen
d.      Dokter
e.      Perawat
f.        Bidan
g.      Apoteker
h.      Peneliti
i.        Perencana
j.        Pranata computer
k.      Statistisi
l.        Pranata laboratorium pendidikan
m.   Penguji kendaraan bermotor
 
Jabatan fungsional pranata humas adalah kedudukan yang menunjukkan tugas,
tanggung jawab, wewenang, dan hak seorang pranata humas dalam suatu organisasi,
yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keahlian dan atau keterampilan
dan bersifat mandiri.
Pranata humas adalah PNS yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan
hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan informasi
dan kehumasan. Pranata humas melakukan pelayanan informasi dan kehumasan,
penyediaan dan penyebarluasan informasi. Pelaksanaan hubungan kelembagaan,
pelaksanaan hubungan personel, serta pengembangan pelayanan informasi.
Berikut ini tingkatan pranata humas.
a. Tingkat terampil, yaitu pranata humas yang mempunyai kualifikasi teknis atau
penunjang professional yang pelaksanaan tugas dan fungsinya mensyaratkan
penguasaan pengetahuan teknis di bidang kehumasan (IIa - IIId) – SLTA/DIII.
b. Tingkat ahli, yaitu pranata humas yang memiliki kualifikasi professional yang
pelaksanaan tugas dan fungsinya mensyaratkan penguasaan ilmu pengetahuan
dan teknologi di bidang kehumasan (III/a – IV/c) – S1 ke atas.
 
Tugas pokok pranata humas adalah melakukan kegiatan pelayanan informasi dan
kehumasan, meliputi;
a.         Perencanaan pelayanan informasi dan kehumasan
b.        Pelayanan informasi
c.         Melaksanakan hubungan kelembagaan
d.        Melaksanakan hubungan personel
e.         Mengembangkan pelayanan informasi dan kehumasan
 

D. ORGANISASI HUMAS
Organisasi profesi merupakan suatu wadah para professional di dalam
mengembangkan dan mengadakan suatu studi profesi. Terbentuknya organisasi profesi
menunjukkan adanya komitmen dari para profesionalnya untuk makin mengukuhkan jati
diri. Organisasi profesi yang sudah mantap biasanya sangat berperan di dalam menentukan
kurikulum studi profesinya. Organisasi ini juga aktif melakukan riset, pertemuan, dan
kontes program-program humas.
Berdasarkan organisasi yang sudah ada, organisasi humas dapat dibedakan menjadi
tiga, sebagai berikut;
1.        Organisasi yang menghimpun para praktisi humas secara umum
2.        Organisasi yang menghimpun perusahaan humas (konsultan humas)
3.        Organisasi yang menghimpun para praktisi humas yang dibedakan berdasarkan
jenis perusahaannya (misalnya khusus perhotelan, perusahaan rokok, dan sebagainya).
 
1.        Organisasi Profesi Humas di Dalam Negeri
a. Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (PERHUMAS)
Para praktisi humas di Indonesia mendirikan PERHUMAS di Jakarta pada
tanggal 15 Desember 1972.
Tujuan PERHUMAS sebagai berikut;
1. Meningkatkan perkembangan dan keterampilan professional
hubungan masyarakat di Indonesia.
2. Memperluas dan memperdalam pengetahuan mengenai hubungan
masyarakat.
3. Meningkatkan kontak dan pertukaran pengalaman di antara para
anggotanya.
4. Menyelenggarakan hubungan dengan organisasi-organisasi yang
serumpun dengan bidang hubungan masyarakat, di dalam maupun di
luar negeri.

 
b. Asosiasi Perusahaan Public Relation Indonesia (APPRI)
Selain PERHUMAS, para praktisi humas juga menghimpun perusahaan
humas, yakni Asosiasi Perusahaan Public Relations Indonesia (APPRI).
Asosiasi ini berdiri pada tanggal 10 April 1987 di Jakarta dan bersifat
independen. Berikut tujuan APPRI;
1. Menghimpun, membina dan mengarahkan potensi perusahaan public
relations nasional agar secara efektif, positif dan kreatif turut serta
dalam usaha mewujudkan mayarakat yang adil dan makmur
berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.
2. Mewujudkan fungsi PR yang sehat, jujur, dan bertanggung jawab
sesuai kode praktik dan kode etik yang lazim berlaku secara nasional
dan internasional.
3. Mengembangkan dan memajukan kepentingan asosiasi dengan
memberikan kesempatan kepada para anggota untuk konsultasi dan
kerja sama serta memberikan saran bagi pemerintah, badan-badan
kemasyarakatan, sosiasi yang mewakili dunia industry dan
perdagangan serta badan-badan lainnya.
4. Memberikan informasi kepada klien bahwa anggota APPRI memenuhi
syarat untuk memberikan nasihat dalam bidang PR dan bertindak untuk
kliennya secara professional.
5. Merupakan sarana untuk para anggotanya dalam soal kepentingan
usaha dan profesi dan menjadi forum koordinasi praktik public
relations.
6. Merupakan medium bagi masyarakat umum untuk mengetahui
mengenai pengalaman dan kualifikasi para anggotanya.
7. Membantu mengembangkan kepercayaan umum atas jasa public
relations.
 
2.        Organisasi Profesi Humas di Luar Negeri
a. Public Relations Society of America (PRSA)
PRSA berkantor pusat di New York dan didirikan pada tahun 1947. Berikut ini
tujuan didirikannya PRSA;
1. Untuk menyatukan mereka yang melakukan kegiatan di bidang
kehumasan.
2. Untuk mempertimbangkan segala masalah yang dihadapi di bidang
kehumasan.
3. Untuk merumuskan, memajukan, menjelaskan kepada kelompok-
kelompok usaha, professional, serta masyarakat tentang tujuan humas,
fungsi humas, dan tentang orang-orang yang berkegiatan di humas.
4. Untuk memperbaiki hubungan pelaksana humas dengan para majikan,
klien, dan masyarakat menggunakan media yang mapan mengenai
informasi dan opini.
5. Untuk memajukan dan mempertahankan standar yang tinggi pada
pelayanan umum dan tingkah laku.
6. Untuk bertukar fikiran dan pengalaman serta menghimpun dan
menyebarkan informasi yang bernilai kepada para petugas humas dan
masyarakat.
7. Untuk menggiatkan, mensponsori, dan membantu perkembangan riset
belajar dan cara mengajar dalam golongan masyarakat humas melalui
ceramah atau kursus lain yang dapat menjadi keharusan dan dilakukan
secara beraturan pada lembaga-lambaga pendidikan yang mapan.
8. Menyediakan sarana dan kesempatan untuk melakukan riset tentang setiap
segi kehumasan melalui berbagai forum, diskusi, survey, pertemuan
umum, pameran, dan konferensi.
9. Untuk menerbitkan pamphlet, buku, monografi, dan secara umum
menyebarkan informasi mengenai masalah kehumasan.
10. Untuk memberikan, menghibahkan, dan mensponsori pemberian beasiswa
dan hadiah pada  lembaga pendidikan yang diakui bagi pengkajian dan
riset di bidang humas.
 
b. Institute Public Relations of British (IPR)
IPR berada di Inggris dan didirikan pada tahun 1948 oleh sekelompok pegawai
humas dari pemerintahan pusat, local, kalangan industry, dan sector
perdagangan. IPR diresmikan dan mendapat pengakuan pada tahun 1964.
Berikut ini tujuan dari IPR
1. Untuk memajukan perkembangan humas di bidang perdagangan, industry,
pemerintah local dan pusat, perusahaan-perusahaan nasional professional,
organisasi-organisasi sukarela dan demi kepentingan semua praktisi dan
semua pihak yang berkaitan dengan soal humas.
2. Untuk mendorong dan memupuk ketaatan pada standar professional yang
tinggi bagi para anggotanya dan untuk menerapkan serta merumuskan
standar-standar semacam itu.
3. Untuk mengatur pertemuan, diskusi dan konferensi, dan lain-lain
mengenai masalah yang terjadi kepentingan bersama dan secara umum
untuk bertindak sebagai wadah bagi pertukaran gagasan mengenai praktik
kehumasan.
 
c. International Public Relations Assosiation (IPRA)
IPRA dibentuk pada bulan Mei 1955 dalam suatu pertemuan di Stradford-
Upon-Avon dengan tujuan sebagai berikut.
1. Menyediakan jalur untuk pertukaran gagasan dan pengalaman
professional antara mereka yang berurusan dalam kegiatan humas
mengenai kepentingan insternasional.
2. Mengadakan suatu rotasi (perputaran) apabila anggotanya setiap saat
memerlukan pemberittahuan dan bimbingan, dapat meyakini akan
kebaikan dan bantuan dari para anggotanya di seluruh dunia.
3. Membantu mencapai kualitas tertinggi tentang praktik kehumasan
umumnya di seluruh Negara, terutama di bidang internasional.
4. Meningkatkan praktek kehumasan pada semua bidang kegiatan dan
memajukan nilai-nilai dan pengaruhnya melalui promosi ilmu
pengetahuan, baik di dalam maupun di luar profesi humas.
5. Meninjau dan mencari jalan keluar terhadap permasalahan yang
mempengaruhi praktik kehumasan yang biasa terjadi di berbagai Negara.
6. Menerbitkan berbagai bulletin, majalah atau terbitan-terbitan lain
termasuk  di bidang humas internasional.
7. Mengerjakan kegiatan-kegiatan lain yang mungkin dapat menguntungkan
para anggotanya atau memberikan kemajuan bagi praktik kehumasan di
seluruh dunia.

Anda mungkin juga menyukai