Anda di halaman 1dari 12

TEKNIK MEMOTIVASI NARASUMBER

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Pasa Mata Kuliah


Wawancara dan Konferensri pers

Dosen Pengampu :
Dr. Abdul Rasyid, MA

DISUSUN OLEH :

Kelompok 5
Andini – 0603202065
Esa Wiratno – 06023136
Fadiah Anggi - 0603202120

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
2023

I
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Teknik Memotivasi Narasumber.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Bapak Ahmad
Sampurna, MA sebagai Dosen Pengampu pada mata kuliah Wawancara dan Konferensi
Pers. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan mengenai Stratifikasi
Komunikasi pada Humas dan Kejurnalisan.
Penyusun menyadari, makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna baik dari segi
penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan agar kami bisa menjadi lebih baik
lagi di masa mendatang.

Medan, 11 April 2023

Pemakalah

II
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 1

1.3 Tujuan Pembahasan .................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................

2.1 Pola Komunikasi Wartawan Dalam Menggali Informasi dari Narasumber yang Sulit
Untuk Didapati ................................................................................................................ 2

2.2 Keterampilan Komunikasi Wartawan dalam Menggali Informasi dari Narasumber yang
Sulit Untuk Didapati ....................................................................................................... 3

2.3 Strategi Komunikasi Wartawan dalam Menggali Informasi dari Narasumber yang Sulit
Untuk Didapati ................................................................................................................ 4

BAB III PENUTUP ...........................................................................................................

Kesimpulan ..................................................................................................................... 8

Daftar Pustaka ................................................................................................................. 9

III
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini kita hidup dizaman dimana teknologi menjadi yang paling utama, kecanggihan
teknologi tidak dapat dipungkiri kehebatannya. Perkembangan teknologi dari tahun ketahun
begitu pesat, hingga saat ini yang kita rasakan. Dalam hal ini media menjadi sebuah pendukung
bagi suatu usaha. Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan
dari komunikator kepada khalayaknya.1

Ketertarikan pembaca pada suatu media tergantung pada isi berita yang ada disebuah media
tersebut, jika disebuah media tersebut memberikan tampilan dan isi berita yang menarik, aktual
dan tentunya berkualitas, maka pembaca akan tertarik untuk membaca berita dari suatu media
tersebut. Dalam hal ini upaya menarik minat pembaca setiap media haruslah memberikan yang
terbaik bagipembacanya. Dalam hal ini wartawan dituntut untuk mencari informasi yang jelas
pada narasumber melalui wawancara walaupun terkadang narasumber sulit untuk
diwawancarai, dan wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan berita serta
bertujuan menggali informasi, komentar, opini, fakta, atau data tentang suatu masalah atau
peristiwa dengan mengajukan pertanyaan kepada narasumber atau orang yang diwawancarai.
Dewasa ini wawancara tidak hanya dipandang sebagai salah satu metode jurnalistik untuk
mengumpulkan informasi, tetapi juga sudah merupakan bagian dari penyajian informasi itu
sendiri yang kerap disebut dengan “wawancara eksklusif”.

Hasil wawancara disajikan dalam bentuk tanya jawab, seolah hendak membawa pembaca turut
bertanya pada narasumber atau orang yang diwawancarai tentang satu atau berbagai masalah,
atau memberi tahu pembaca bagaimana pewawawancara menggali informasi dari narasumber.
Hal inilah yang menjadi tugas penting bagi wartawan selain mencari berita wartawan juga
harus pandai dalam berkomunikasi dengan narasumber agar infomasi data atau fakta yang
didapat melalui narasumber sesuai dengan apa yang diinginkan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pola komunikasi wartawan dalam menggali informasi dari narasumber


yang sulit untuk didapati?
2. Bagaimana keterampilan komunikasi wartawan dalam menggali informasi dari
narasumber yang sulit untuk didapati?
3. Bagaimana strategi komunikasi wartawan dalam menggali informasi dari narasumber
yang sulit didapati?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pola komunikasi wartawan dalam menggali informasi dari


narasumber yang sulit untuk didapati
2. Untuk mengetahui keterampilan komunikasi wartawan dalam menggali informasi dari
narasumber yang sulit untuk didapati IV
3. Untuk mengetahui bagaimana strategi wartawa dalam menggali informasi dari
narasumber yang sulit untuk didapati
BAB II

PEMBAHASAN

A. Bagaimana Pola Komunikasi Wartawan Dalam Menggali Informasi Dari


Narasumber Yang Sulit Didapati

Dalam menggali informasi seorang wartawan mempunyai cara tersendiri dalam


mendapatkannya, seperti menggunkan pola komunikasi yang tepat dalam menggali informasi.
Pola komunikasi berarti sistem, cara kerja, bentuk (struktur) yang tetap. Pola komunikasi dapat
diartikan sebagai bentuk atau pola hubungan dua orang atau lebih, dalam proses pengiriman
dan penerimaan pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.
Tanpa adanya pola komunikasi wartawan akan sulit mendapatkan apa yang menjadi tujuanya
yaitu mendapatkan sebuah berita yang menarik, aktual dan sebagainya. Sebagian besar sebuah
tujuan dapat tercapai ditentukan dengan adanya strategi, salah satu strategi tersebut adalah
memahami pola komunikasi. Dengan adanya pola komunikasi membantu seorang wartawan
dalam memahmi proses menggali informasi melalui narasumber yang sulit untuk didapati
dalam hal ini penggunaan strategipun sangat penting oleh karena itu ada baiknya memahami
terlebih dahulu apa yang di maksud dengan strategi yakni merupakan sebuah perncanaan atau
langkah- langkah untuk sebuah tujuan yang besar, sehingga dibutuhkan strategi yang tepat
untuk mendapatkan hasil yang diinginkan dan strategi adalah recana yang cermat mengenai
kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.1
Dalam menggali sebuah informasi yang diinginkan, seorang wartawan harus bersikap kritis,
dan mempunyai rasa keingintahuan yang besar agar informasi yang diinginkan sesuai dengan
apa yang diharapkan. Dalam proses menggali informasi untuk peliputan berita wartawan harus
professional dalam menjalankannya serta mengetahui pola apa yang harus digunakan dalam
menggali sebuah informasi agar narasumber tidak sulit untuk didapati. Menurut Akhmad
Haryono dalam buku Etnografi Komunikasi menjelaskan “[P]ola komunikasi didefinisikan
sebagai model-model interaksi penggunaan kode bahasa yang didasarkan pada hubungan-
hubungan yang khas dan berulang antarkomponen tutur yang dipengaruhi oleh aspek-aspek
linguistik, interaksi sosial, dan kultural”.1
Dari pernyataan akhmad Haryono diatas mengatakan bahwa Pola komunikasi merupakan
interaksi penggunaan bahasa yang didasarkan pada hubungan-hubungan yang khas dan
berulang yang dipengaruhi oleh berbagai aspkek-asapek seperti aspek lingustik, interaksi
sosial, dan kultural. Dalam hal ini jelas bahwa penggunaan pola komunikasi yang wartawan
gunakan membantu dalam menggali sebuah informasi, karena dalam menggali sebuah
informasi tidak jarang kita menemukan suatu hal yang membuat kita sulit untuk
mendapatkannya dengan adanya pola komunikasi ini membantu dalam kita sebagai wartawan
untuk mendapatkan sebuah informasi, karena pola ini membantu untuk kita menjalin sebuah
hubungan yang dekat antara kita sebagai seorang wartawan dan narasumber sebagai sumber
yang perlu kita dapatkan sebuah informasi. Dalam praktik jurnalistik, menggali sebuah
informasi yang berarti mendapatkan informasi untuk dijadikan sebuah berita, berita menduduki
posisi utama. Hampir seluruh isi surat kabar adalah berita. Bahkan ada yang menganggap
bahwa iklan itu juga sebuah berita tentang produk dan jasa. Namun, hal inilah yang disebut
dengan berita dalam artian yang luas. Menurut penjelasan wartawan Batanghari Ekspres dalam
sebuah berita adalah “[B]erita adalah informasi yang sumbernya lebih dari satu orang, dan
berita adalah sebuah kejadian yang sudah terjadiVatau yang sedang berlangsung dan merupakan
sebuah fakta”.2 Dan penjelasan lain dari Kms. Khoiruddin mengenai suatu berita adalah
“[B]erita pada umumnya merupakan sebuah informasi dalam suatu perusahaan media, yang
harus disampaikan kepada publik dan dapat diterima oleh publik”.3 Serta Menurut Doni
Definisi Berita adalah “[U]untuk memberitahu kepada semua orang tentang suatu berita yang
sudah terjadi melalui media cetak, elektronik dan online”.4 “[B]erita adalah informasi yang
sumbernya lebih dari satu orang, dan berita adalah sebuah kejadian yang sudah terjadi atau
yang sedang berlangsung dan merupakan sebuah fakta”.5 Dan penjelasan lain dari Kms.
Khoiruddin mengenai suatu berita adalah “[B]erita pada umumnya merupakan sebuah
informasi dalam suatu perusahaan media, yang harus disampaikan kepada publik dan dapat
diterima oleh publik”.6 Serta Menurut Doni Definisi Berita adalah “[U]untuk memberitahu
kepada semua orang tentang suatu berita yang sudah terjadi melalui media cetak, elektronik
dan online”.7
Dalam memuat sebuah berita kita harus melihat nilai yang terkandung dalam sebuah berita
tersebut apakah berita itu layak untuk diketahui masyrakat atau tidak, jika berita hanya ingin
mempropokasi, memojokkan orang saja kemudian membuat masalah besar dan sebuah berita
itu dianggap hoax, sudah pasti berita itu tidak bernilai untuk dimuat di sebuah media. Dan
dalam filsafat jurnalistik di kenal dengan dengan istilah berikan kepada publikapa yang
diinginkan, berikan kepada publik informasi yang mengandung kebenaran, dan perlu adanya
sebuah kebebasan.
Dan Kms. Khoiruddin menambahkan bahwa berita yang layak untuk dimuat disuatu media
adalah “[B]erita yang dimuat harus menyesuaikan dengan kode etik jurnalistik, disitu terdapat
narasumber,angel berita, serta memuat tempat lokasi kejadian dan juga terdapat narasumber
yang banyak sehingga suatu berita itu terpercaya dan tidak memberikan berita yang
hoax”.8Mendapatkan suatu berita yang layak bagi seorang wartawan untuk dimuat dan
memiliki nilai tentu tidak mudah tanpa adanya pola komunikasi, mencari sebuah berita adalah
menjadi tugas dari seorang wartawan, detak jantung dari wartawan terletak pada sumber berita.
Menjadi wartawan berarti mengembangkan sumber atau informasi, wartawan harus tahu
banyak terkait sebuah informasi dan wartawan juga harus tau kemana harus mencari informasi
dan siapa saja yang harus ditanya.

B. Bagaimana Keterampilan Komunikasi Wartawan dalam Menggali


Informasi dari Narasumber yang Sulit untuk Didapati

Dalam sebuah praktik jurnalistik tentu dalam menggali informasi pada peliputan berita
dibutuhkan seorang narasumber untuk memberikan keterangan terhadap suatu peristiwa atau
kejadian, narasumber merupakan orang yang memberi atau mengetahui secara jelas terhadap
suatu informasi yang terjadi. Sebuah informasi yang akurat, jelas dan terpercaya tentu
mempunyai narasumber tidak hanya satu melainkan lebih dari satu orang agar memperkuat
suatu infomasi yang disajikan kepada khalayak, sebuah sumber memang sangat penting untuk
mengembangkan suatu cerita dalam memberikan makna dan kedalaman suatu peristiwa atau
keadaan. Mutu tulisan wartawan tergantung dari mutu sumbernya. Semua sumber, baik itu
orang maupun informasi seperti dari catatan, dokumen, referensi, buku dan sebagainya, yang
digunakan wartawan haruslah disebutkan asalnya agar tidak terjadi suatu tindakan plagiat
dalam hal tersebut semua yang kita lakukan membutuhkan sebuah keterampilan komunikasi
agar mampu membina hubungan baik dengan narasumber.
Keterampilan komunikasi adalah keterampilan utama yang harus dimiliki untuk mampu
membina hubungan yang sehat di mana saja, di lingkungan sosial, sekolah, usaha, dan
perkantoran atau di mana saja. Keterampilan komunikasi seperti jurnalistik, menulis dan public
VI
speaking dibutuhkan dalam banyak bidang pekerjaan, bahkan menjadi karier tersendiri
wartawan, penyiar, emsi, trainer, dan humas (public relations). Wartawan Batanghari Ekspres
saudara Tarmizi menjelaskan sebuah keterampilan komunikasi yang ia lakukan:
Pertama memahami narasumber karena setiap narasumber mempunyai sikap yang berbeda,
memahami narasumber dan membaca karakternya dan bersikap sabar dalam menghadapi
narasumber yang tidak ingin diwawancarai, pola komunikasi secara lisan dengan berbicara
sopan santun sertan lemah lembut dan menatap saat berbicara dengan narasumber. Saat
diwawancarai narasumber pertama kalinya menolak saya berusaha terus sampai menemui
tempat ia berkerja dan tetap menunggu jawaban dari narasumber sampai lebih dari 2 kali
hingga tidak ada jawaban saya kemudian menemui pihak yang terkait untuk mendapatkan
jawabannya contohnya seperti kasus pembunuhan kami berkerja sama dengan pihak kepolisian
kemudian saya menanyakan perkembangannya melalui pihak kepolisisian, kemudian saya
terus menghubunginya dengan berusaha melobi terus agar dia mau diwawancarai dan berusaha
membujuk untuk melakukan wawancara secara tersembunyi.

Keterampilan yang dimiliki oleh saudara Tarmizi membantu dalam proses menggali informasi
dari narasumber yang sulit untuk didapati, mempunyai keterampilan yang baik secara lisan
mampu membuat seorang wartawan terlihat lebih kreatif sehingga disegani oleh narasumber,
mempunyai keterampilan komunikasi berarti mampu membuat narasumber merasa percaya
dengan sebuah ucapan yang dimiliki oleh seorang wartawan, karena dalam hal ini tidak semua
wartawan mempunyai keterampilan komunikasi yang baik terhadap narasumber .

Jadi, wartawan Batanghari Eskpres saudara Tarmizi selalu bersikap sabar dalam menghadapi
narasumber yang sulit untuk didapati, itu semua juga merupakan bagian dari sebuah
keterampilan seperti yang dilihat bahwa keterampilan pada diri sendiri memahami suasana dan
kondisi dilapangan adalah merupakan bentuk keterampilan yang dimiliki oleh seorang
wartawan terhadap dirinya karena mampu menjaga perasaannya agar tidak berbuat curang, jika
tidak demikian tentu seorang wartawan akan memberikan berita yang tidak sesuai dengan fakta
yang ada. Dalam sebuah keterampilan tentu tidak hanya keterampilan komunikasi saja yang
harus dimiliki melain keterampilan dalam menjaga sikap agar tidak terhindar dalam perbuatan
yang tidak baik, dalam hal itu sebenarnya lebih tepatnya merupakan usaha untuk menaklukkan
hati agar tidak terhindar dari perbuatan dosa yang membuat kita wartawan memberikan suatu
berita yang tidak sesuai dengan fakta yang ada. Keterampilan komunikasi ini menjawab antara
wartawan dengan narasumber dengan komunikasi yang efektif dan efisien sehingga tidak
terjadi kerancuan saat wartawan menaikkan sebuah berita. Tarmizi juga menjelaskan bahwa
yang terjadi dilapangan saat ini bisa saja berubah dan tidak sesuai dengan apa yang kita
fikirkan, narasumber yang memiliki kasus pembunuhan tentu sangat berbeda dengan
narasumber yang mempunyai sebuah prestasi untuk diangkat menjadi sebuah berita, begitupun
selanjutnya dalam kasus korupsi pejabat, tidak jarang kita mendapatkan sebuah penolakan saat
ingin menggali sebuah informasi ada saja hal yang narasumber tutupi sehingga kita wartawan
sulit untuk mendapati sebuah informasi tersebut. Hal ini semua menjadi daya tarik bagi seorang
wartawan karena dalam keadaan apapun wartawan harus tetap mendapatkan informasi
meskipun narasumber tidak ingin berkomentar dan adanya keterampilan komunikasi
membantu memikat narasumber untuk mampu berhubungan baik dengan wartawan.

C. Strategi Komunikasi Wartawan dalam Menggali Informasi dari Narasumber yang


Sulit untuk Didapati

Strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.
Komunikasi merupakan suatu transaksi, proses VI simbiolik yang menghendaki orang-orang
mengatur lingkungannya dengan (1) membangun I antar sesama manusia. (2) Melalui
pertukaran informasi. (3) untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain serta (4)
berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu.2 Dalam strategi komunikasi berarti komunikasi
sebagai acuan yang harus kita gunakan agar komunikasi dapat berjalan dengan lancar,
penggunaan kounikasi memang sebagai penentu dalam menjalan sebuah strategi, bagaimana
dalam menghadapi komunikasi antar pribadi kelompok semua harus kita persiapkan. Saat
menggali informasi dari narasumber tentu saja bukanlah suatu hal yang mudah, ada beberapa
masalah yang timbul saat menggali informasi. Dan masalah- masalah tersebut biasanya lebih
bersifat pribadi. Tidak semua orang merasa bebas untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan
yang sifatnya sangat pribadi. Banyak diantaranya wartawan merasa berat untuk memasuki
masalah-masalah seperti itu. Bahkan bagi seorang wartawan yang sudah berpengalaman pun
ia masih membutuhkan waktu agak lama ketika ingin bertanya kepada seorang ibu yang sedang
berduka karena anaknya meninggal dalam satu tragedi beberapa hari menjelang
perkawinannya. Akan tetapi, jika wartawan itu mampu memilih waktu yang tepat, bertanya
dengan penuh perasaan, seolah-olah ikut merasakan apa yang dirasakan dalam suasana duka
yang sedang dialami sumber berita, maka sumber itupun pada umumnya akan menjawab dan
berterus terang, mengemukakan apa adanya sesuai dengan apa yang ia rasakan. Dalam hal ini
seorang wartawan, Maren Bingham dalam buku karya Hikmat Kusuma Ningrat dan Purnama
Ningrat menyarankan: “Untuk bisa duduk lebih rileks, mulailah bertanya tentang masalah-
masalah yang lebih umum, berprilaku simpatik, serta membangun hubungan yang lebih
personal, tanpa harus memperlihatkan booknote atau tape recorder”.
Dari pernyataan tersebut dapat disimpukan bahwa untuk memulai suatu wawancara haruslah
memulai dengan suasana yang rileks, kemudian memberikan pertanyaan-pertanyaan yang
umum dan tidak lupa membangun hubungan yang lebih personal, agar mempermudah
wartawan dalam menggali sebuah informasi yang ada dan tidak akan terjadi hal misalnya saja,
narasumber yang tidak ingin diwawancarai atau narasumber yang tidak ingin disebutkan
namanya dan itu semua tentu merupakan hak dari setiap narasumber. Namun perlu digaris
bawahi bahwa, kita sebagai wartawan dituntut untuk melaporkan suatu peritiwa atau kejadian
yang dianggap penting untuk diketahui oleh khalayak dan harus diberitakan, dan ini menjadi
tugas baru disamping menggali informasi, wartawan juga harus mempunyai strategi dalam
menggali informasi pada narasumber yang tidak ingin diwawancarai serta dalam hal ini selain
peristiwa atau fakta yang terjadi, narasumber merupakan faktor penting bagi tersusunnya suatu
informasi.

Dalam buku karya Luwi Ishwara, Barbara Walsh, wartawati Laurence (Mass,) Eagle Tribunce
menyatakan bahwa ia berbulan-bulan berusaha untuk mewawancarai seorang narapidana
William R. Hartono Jr. yang dihukum karena pembunuhan. Akhirnya pengacara Hartono
memberinya izin dan Walsh pun pergi kepenjara bertemu dengan Hartono. Di sinilah wartawati
itu mendaat pelajaran yang pahit. Hartono sedang menjalani dua hukuman seumur hidup
ditambah 85 tahun penjara Massa chusetts karena membunuh seorang karyawan pompa bensin.
Ia juga melakukan kejahatan lain ketika sedang cuti di luar penjara. Pada waktu itu Harton
memasuki sebuah rumah di Maryland, berulang-ulang menusuk pemilik rumah dan memerkosa
tunangannya dua kali. Walsh dating kepenjara dan mewawancarai Harton melalui sebuah
jendela yang memisahkan mereka. Pertanyaan pertama yang dilontarkan wartawati ini adalah
sebuah serangan. “Buset, bagaimana kamu bias keluar cuti?” kata Walsh. “Serangan” itu
membut Harton ingin membatalkan wawancara tersebut. (Di kemudian hari, Walsh
mengatakan bahwa “serangan” tersebut merupakan tindakan yang paling bodoh yang pernah
ia lakukan.) Namun, Walsh kemudian berusaha menyelamatkan wawancara ini dengan
mengalihkan kepada hal yang ingin didiskusikannya. “Saya bertanya padanya, “Apa yang
Anda ingin katakana pada saya?” dan diaberkata,
VI “Saya bukan monster.Kalian (pers) telah
mencap saya sebagai monster,” kata Harton. II
Wawancara ini akhirnya bisa berlanjut sampai dua jam, dan pada akhirnya Walsh memang
kembali pada pertanyaan-pertanyaan yang keras yang ingin diajukannya kepada Harton.
Tulisan Walsh mengenai program cuti dari penjara di Massa chusetts ini menangkan Hadiah
Pulitzer 1998. Dalam wawancara ini Walsh telah mendapat pelajaan yang berharga dalam
teknik wawancara: Simpanlah pertanyaan-pertanyaan keras untuk yang terakhir.
Dalam peliputan dipenjara, Walsh tetap mengajukan pertanyaan-pertanyaan keras, tetapi ia
megajukannya pada akhir wawancara. “Saya telah belajar untuk benar-benar pelan dan sabar,
“ katanya. “Saya lebih cenderung membiarkan orang untuk bicara lebih lama. Anda mungkin
tidak akan menggunakan semua informasi yang anda dapat, tetapi anda bias melukai perasaan
mereka bila terburu-buru.
Walsh mengatakan kunci menuju wawancara yang baik adalah mendengarkan dengan
baik.“Dalam wawancara ini, jika anda tulus dan sabar tahu bahwa anda mempunyai rasa
empati, mereka akan berbicara. Sebagian besar dari keterampilan hanyalah sifat terbuka bagi
apa yang ingin mereka katakan.
Mike Fancherdari Seattle Times dalam buku karya Luwi Ishwara mengatakan bahwa
“Wawancara yang baik adalah wartawan harus memungkinkan sumber untuk mengatakan apa
yang sebenarnya dipikikan dari pada harus memikirkan apa yang harus dikatakan”.5 Tiap
pewawancara tentu mempunyai gaya tersendiri dalam berwawancara. Demikian pula dengan
tiap orang yang diwawancara tidak ada yang sama. Karena itu pewawancara harus
mengebangkan berbagai kemampuan pribadinya agar wawancara yang dilakukan dapat
berhasil wawancara bukanlah sesuatu yang kita pelajari dan kemudian kita terapkan dengan
begitu saja wawancara adalah suatu proses tertentu yang mengharuskan kita dalam
penyesesuaian terus- menerus. Karena itu cara terbaik untuk belajar wawancara adalah dengan
cara mewawancarai diri sendiri.
Dan dalam buku karya Hikmat Kusuma Ningrat dan Purnama Ningrat berkenaan dengan
kekhususan dalam mengungkap masalah-masalah yang lebih bersifat pribadi, Bingham dan
Dillon memberikan beberapa petunujuk praktis seperti:

1. Buatlah Persiapan sebelum wawancara. Usahakan mengetahui terlebih dahulu masalah-


masalah umum lainnya yang berkaitan dengan sumber sebelum memasuki masalah kehidupan
yang lebih pribadi
2. Usahakan wawancara secara face to face. Cara ini akan lebih mempermudah sumber untuk
mengungkapkan masalah-masalah pribadinya dari pada biacara lewat telepon
3. Wawancara dilakukan dalam cara yang lebih rileks. Hal ini akan sumber ikut rileks sehingga
dapat memberikan informasi secara lebih terbuka dan terus terang
4. Bukalah suasana yang masih tampak dingin dan kaku dengan pertanyaan- pertanyaan yang
lebih bersifat umum. Ada baiknya wawancara langsung tanpa catatan ataupun kamera dan
taperecorder
5. Jika wawancara tape recorder , cobalah untuk tidak langsung menghidupkan alat bantu
tersebut, berikan kesempatan jkepada sumber untuk menemukan suasana nyaman bagi dirinya
6. Kadang-kadang ada baiknya wartawan dapat membiarkan sumber berbicara sendiri tanpa
harus dimulai dengan pertanyaan. Kalapun bertanya, buatlah pertanyaan yang dapat membuka
jawaban lebih bebas. Misalnya, lebih baik bertanya “bisakah ibu menceritakan sedikit tentang
anak ibu?” dari pada bertanya “Bagaimana anak ibu bias sampai meninggaldalam peristiwa
itu?”
7. Beri kata-kata pengantar sebelum langsung bertanya dalam keadaan seperti ini, terkadang
sumber lebih mudah menjawab pertanyaan pengantara dari pada pertanyaan pokok. Misalnya
dengan terlebih dahulu meminta maaf bila kedatangannya akan menggangu atau bahkan
menambah masalah baru IX
8. Bujuklah dengan sopan sumber berita yang tidak mau memberikan komentar. Jawab “No
Comment” yang diberikan sumber mungkin disebabkan karena belum mengerti pentingnya
komentar itu dalam berita yang aakan dipublikasikannya.
Selama wawancara dilakukan seorang wartawan tidak cukup hanya bertanya dan mendengar
jawaban. Masih ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar semua informasi yang telah
diberikan sumber berita tidak ada yang hilang hanya karena lupa atau terlewatkan luput dari
penangkapan wartawan. Selama wawancara misalnya, wartawan juga harus menyiapkan
catatan yang ringan dibawa serta mudah digunakan untuk mencatat setiap jawaban yang
diberikan sumber. Untuk menghidari adanyanya informasi yang terlewat karena gaya bicara
sumber yang cepat, wartawan biasanya memiliki cara-cara sendiri dalam membuat catatan.
Memiliki kemampuan dalam menulis cepat dan banyak juga diantaranya yang bisa
menggunakan sistem pemendekan kata sendiri. Namun demikian, tidak berarti bahwa dengan
menulis, hubungan tatap muka menjadi terganggu. Selama wawancara wartawan harus tetap
mampu memelihara hubungan yang komunikatif. Bahkan untuk memelihara hubungan seperti
itu dalam wawancara tatap muka yang memkan waktu cukup panjang, wartawan juga biasanya
menggunakan alat bantu taperecorder sehingga wawancara tetap berlangsung komunikatif.
Hal-hal penting sesudah wawancara. Kelengkapan informasi seperti disebutkan diatas terutama
dimaksudkan untuk memperlancarar proses penulisan berita. Lebih lama sumber dan wartawan
berbicara, lebih lengkap informasi yang bias diperoleh dan akan lebih baik pula berita yang
ditulisnya. Karena itu, ciptakan suasana wawancara yang mampu memelihara pembicaraan
lebih panjang. Pertanyaan-pertanyaannya diajukan sampai sumber berita itu berhenti sendiri
menutup pembicaraan. Hindari keadaan sebaliknya, dimana wartawan kehabisan pertanyaan
saat sumber masih ingin lebih lama berbicara. Sebab kata- kata kunci cerita seringkali muncul
diujung wawancara, ketika sumber berita sudah merasa betul-betul rileks berbicara.
Diakhir wawancara, sampaikan penghargaan dan ucapan terimaksih kepada sumber, dan tidak
lupa untuk menanyakan, “kemana saya bias menghubungi bapak langsung ataupu lewat telepon
jika sewaktu-waktu saya membutuhkan konfirmasi atau tambahan informasi pada saat
penulisan berita nanti?” pertanyaan seperti ini sangat bermanfaat bukan saja untuk
mempermudah wartawan ketika membutuhkan tambahan informasi, tetapi juga sejkaligus
memberikan keyakianan kepada sumber bahwa wartawan selalu berusaha mendapatakan
informasi fakta yang akurat. Dengan demikian , kekehawatiran sumber tentang adanya
pemeberitahuan yang tidak akurat atau akan merugikannya, dapat berkurang atau bahkan
hilang sama sekali. Sehinggga dengana cara seperti itu, wartawan juga dapat menghadiri
permintaan sumber untuk membaca terlebih dahulu berita yang ditulisnya sebelum
dipublikasikan.

Memang tidak ada ketentuan yang mengharusan wartawan untuk memperlihatkan atau
menginformasikan tulisannya kepada sumber sebelum dipublikasikan. Salah satu alasannya
adalah karena orang cenderung ingin mengedit kembali pertanyaan-pertanyaan yang pernah ia
sampaikan sebelumnya ketika melihat nya dalam bentuk tulisan. Karena itu, menghindari
adanya informasi yang hilang atau menjadi kabur, telaah kembali catatan-catatan segera setelah
wawancara itu selesai. Atau jika pada proses penulisan berita ditemukan hal-hal yang kurang
jelas berkenaan dengan hasil wawancaranya, maka sedapat mungkin hubungi kembali sumber
berita cukup lewat telepon untuk mendapatkan penjelasan lebih lanjut atau pun informasi
tambahan.

X
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis mengadakan penelitian mencari, mengolah dan menguraikan pokok-pokok


pembahasan pada bab-bab sebelumnya mengenai strategi wartawan dalam menggali
informasi dari narasumber yang sulit untuk didapati (Studi di Batanghari Ekspres). Pada
bab ini penulis mencoba menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Dalam menggali informasi dari narasumber wartawan Batanghari Ekspres menggunakan
pola komunikasi wartawan dengan cara bersikap sopan santun ketika menghadapi
narasumber, kemudian wartawan Batanghari Ekspres menjalin komunikasi yang baik serta
menjaga silaturahmi yang baik pula terhadap narasumber. Dan dalam menggali sebuah
informasi wartawan Batanghari Ekspres selalu menjelaskan identitasnya sebagai wartawan,
kemudian saat wartawan Batanghari Ekspres menggali informasi terlebih dahulu wartawan
tersebut harus memahami konteks dari permasalahan yang sedang dihadapi oleh
narasumber, serta dalam menggali informasi wartawan Batanghari Ekspres memulai
wawancara dengan menyakan pertanyaan- pertanyaan yang santai dan tidak langsung pada
pokok permasalahan dan wartawan Batanghari Ekspres juga dalam menggali informasi
seperti ikut merasakan apa yang narasumber rasakan agar narasumberpun merasa nyaman.
Pola komunikasi wartawan merupak suatu interkasi yang terjalin secara baik dan wartawan
Batanghari ekspres menggunakan pola linear dan skular.
2. Dalam keterampilan komunikasi menghadapi narasumber yang sulit untuk didapati
wartawan Batanghari ekspres mempunyai keterampilan baik secara lisan dan tulisan.
Keterampilan yang dimiliki wartawan Batanghari Ekspres terhadap narasumber yang sulit
untuk di dapati bersikap sabar, kemudian tetap selalu menjalin silaturahmi yang baik serta
komunikasi yang baik kemudia terkait narasumber yang tidak ingin diwawancarai
wartawan Batanghari Ekspres bekerja sama dengan pihak yang terkait seperti pihak
kepolisian dan selain itu wartawan Batanghari Ekspres juga mempunyai stategi dengan
teknik investigasi serta hubungan kemitraan yang baik dan dalam hal ini peneliti melihat
wartawan Batanghari Ekspres sudah cukup merujuk pada teori yang peneliti gunakan
namun ada juga yang masih belum tepat .
3. Strategi komunikasi wartawan yakni tetap menjaga komunikasi yang baik dengan
narasumber karena diyakini bahwa komunikasi menjadi hal yang sangat penting dalam
terciptanya sebuah strategi dan dalam hal ini wartawan Batanghari Ekspres sangat melihat
betul komunikasi yang ia gunakan agar tidak menyinggung perasaan narasumber yang
membuat narasumber sulit untuk didapati.

XI
DAFTAR PUSTAKA

Budyatna, Muhammad. Jurnalistik Teori Dan Praktik. Bandung: PT REMAJA


ROSDAKARYA,2012.

Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998.

Cangra Hafied. Dasar-Dasar Jurnalistik(Makasar: Alauddin Press, 2006. Iriantara, Yosal.


Media Relations. Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2011. Ishwara Luwi, Jurnalisme Dasar
(Jakarta:PT. Kompas Media Nusantara, 2011). Junaedi, Fajar . Jurnalisme Penyiaran dan
reportase televise. Jakarta: Kencana,
2013.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Departement Pendidikan dan Kebudayaan .


Jakarta:Balai Pustaka, 1997.

Muhtadi Saeful Asef, JURNALISITIK PENDEKATAN TEORI DAN PRAKTEK


(Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu, 1999).

M. Romli, Asep Samsul. Jurnalistik Terapan, Pedoman Kewartawanan dan


Kepenulisan (Bandung: Nuansa Cendikia, 2012.

M. Romli, Asep Syamsul . Jurnalistik Online: Panduan Praktis Mengelola Media


Online. Bandung: Nuansa Cendikia, 2012.

Muhtadi , Asep Saeful. Jurnalistik Pendekatan Teori dan Praktik . Jakarta: PT


Logos Wacana Ilmu, 1996.

Nadi Mulydi , dan Asti Musman . Jurnalisme Dasar Yogyakarta: Komunika,


2007.

P Siagian, Sondang. Manajemen Stratejik. Jakarta:Bumi Aksara, 2004.

Purnama Kusumaningrat, dan Hikmat Kusumaningrat. Jurnalistik Teori dan


Praktik. Bandung: Rosdakarya, 2007.

XI
I

Anda mungkin juga menyukai