Dosen Pengampu :
Dr. Abdul Rasyid, MA
DISUSUN OLEH :
Kelompok 5
Andini – 0603202065
Esa Wiratno – 06023136
Fadiah Anggi - 0603202120
I
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Teknik Memotivasi Narasumber.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Bapak Ahmad
Sampurna, MA sebagai Dosen Pengampu pada mata kuliah Wawancara dan Konferensi
Pers. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan mengenai Stratifikasi
Komunikasi pada Humas dan Kejurnalisan.
Penyusun menyadari, makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna baik dari segi
penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan agar kami bisa menjadi lebih baik
lagi di masa mendatang.
Pemakalah
II
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ......................................................................................................................
2.1 Pola Komunikasi Wartawan Dalam Menggali Informasi dari Narasumber yang Sulit
Untuk Didapati ................................................................................................................ 2
2.2 Keterampilan Komunikasi Wartawan dalam Menggali Informasi dari Narasumber yang
Sulit Untuk Didapati ....................................................................................................... 3
2.3 Strategi Komunikasi Wartawan dalam Menggali Informasi dari Narasumber yang Sulit
Untuk Didapati ................................................................................................................ 4
Kesimpulan ..................................................................................................................... 8
III
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini kita hidup dizaman dimana teknologi menjadi yang paling utama, kecanggihan
teknologi tidak dapat dipungkiri kehebatannya. Perkembangan teknologi dari tahun ketahun
begitu pesat, hingga saat ini yang kita rasakan. Dalam hal ini media menjadi sebuah pendukung
bagi suatu usaha. Media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan
dari komunikator kepada khalayaknya.1
Ketertarikan pembaca pada suatu media tergantung pada isi berita yang ada disebuah media
tersebut, jika disebuah media tersebut memberikan tampilan dan isi berita yang menarik, aktual
dan tentunya berkualitas, maka pembaca akan tertarik untuk membaca berita dari suatu media
tersebut. Dalam hal ini upaya menarik minat pembaca setiap media haruslah memberikan yang
terbaik bagipembacanya. Dalam hal ini wartawan dituntut untuk mencari informasi yang jelas
pada narasumber melalui wawancara walaupun terkadang narasumber sulit untuk
diwawancarai, dan wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan berita serta
bertujuan menggali informasi, komentar, opini, fakta, atau data tentang suatu masalah atau
peristiwa dengan mengajukan pertanyaan kepada narasumber atau orang yang diwawancarai.
Dewasa ini wawancara tidak hanya dipandang sebagai salah satu metode jurnalistik untuk
mengumpulkan informasi, tetapi juga sudah merupakan bagian dari penyajian informasi itu
sendiri yang kerap disebut dengan “wawancara eksklusif”.
Hasil wawancara disajikan dalam bentuk tanya jawab, seolah hendak membawa pembaca turut
bertanya pada narasumber atau orang yang diwawancarai tentang satu atau berbagai masalah,
atau memberi tahu pembaca bagaimana pewawawancara menggali informasi dari narasumber.
Hal inilah yang menjadi tugas penting bagi wartawan selain mencari berita wartawan juga
harus pandai dalam berkomunikasi dengan narasumber agar infomasi data atau fakta yang
didapat melalui narasumber sesuai dengan apa yang diinginkan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
PEMBAHASAN
Dalam sebuah praktik jurnalistik tentu dalam menggali informasi pada peliputan berita
dibutuhkan seorang narasumber untuk memberikan keterangan terhadap suatu peristiwa atau
kejadian, narasumber merupakan orang yang memberi atau mengetahui secara jelas terhadap
suatu informasi yang terjadi. Sebuah informasi yang akurat, jelas dan terpercaya tentu
mempunyai narasumber tidak hanya satu melainkan lebih dari satu orang agar memperkuat
suatu infomasi yang disajikan kepada khalayak, sebuah sumber memang sangat penting untuk
mengembangkan suatu cerita dalam memberikan makna dan kedalaman suatu peristiwa atau
keadaan. Mutu tulisan wartawan tergantung dari mutu sumbernya. Semua sumber, baik itu
orang maupun informasi seperti dari catatan, dokumen, referensi, buku dan sebagainya, yang
digunakan wartawan haruslah disebutkan asalnya agar tidak terjadi suatu tindakan plagiat
dalam hal tersebut semua yang kita lakukan membutuhkan sebuah keterampilan komunikasi
agar mampu membina hubungan baik dengan narasumber.
Keterampilan komunikasi adalah keterampilan utama yang harus dimiliki untuk mampu
membina hubungan yang sehat di mana saja, di lingkungan sosial, sekolah, usaha, dan
perkantoran atau di mana saja. Keterampilan komunikasi seperti jurnalistik, menulis dan public
VI
speaking dibutuhkan dalam banyak bidang pekerjaan, bahkan menjadi karier tersendiri
wartawan, penyiar, emsi, trainer, dan humas (public relations). Wartawan Batanghari Ekspres
saudara Tarmizi menjelaskan sebuah keterampilan komunikasi yang ia lakukan:
Pertama memahami narasumber karena setiap narasumber mempunyai sikap yang berbeda,
memahami narasumber dan membaca karakternya dan bersikap sabar dalam menghadapi
narasumber yang tidak ingin diwawancarai, pola komunikasi secara lisan dengan berbicara
sopan santun sertan lemah lembut dan menatap saat berbicara dengan narasumber. Saat
diwawancarai narasumber pertama kalinya menolak saya berusaha terus sampai menemui
tempat ia berkerja dan tetap menunggu jawaban dari narasumber sampai lebih dari 2 kali
hingga tidak ada jawaban saya kemudian menemui pihak yang terkait untuk mendapatkan
jawabannya contohnya seperti kasus pembunuhan kami berkerja sama dengan pihak kepolisian
kemudian saya menanyakan perkembangannya melalui pihak kepolisisian, kemudian saya
terus menghubunginya dengan berusaha melobi terus agar dia mau diwawancarai dan berusaha
membujuk untuk melakukan wawancara secara tersembunyi.
Keterampilan yang dimiliki oleh saudara Tarmizi membantu dalam proses menggali informasi
dari narasumber yang sulit untuk didapati, mempunyai keterampilan yang baik secara lisan
mampu membuat seorang wartawan terlihat lebih kreatif sehingga disegani oleh narasumber,
mempunyai keterampilan komunikasi berarti mampu membuat narasumber merasa percaya
dengan sebuah ucapan yang dimiliki oleh seorang wartawan, karena dalam hal ini tidak semua
wartawan mempunyai keterampilan komunikasi yang baik terhadap narasumber .
Jadi, wartawan Batanghari Eskpres saudara Tarmizi selalu bersikap sabar dalam menghadapi
narasumber yang sulit untuk didapati, itu semua juga merupakan bagian dari sebuah
keterampilan seperti yang dilihat bahwa keterampilan pada diri sendiri memahami suasana dan
kondisi dilapangan adalah merupakan bentuk keterampilan yang dimiliki oleh seorang
wartawan terhadap dirinya karena mampu menjaga perasaannya agar tidak berbuat curang, jika
tidak demikian tentu seorang wartawan akan memberikan berita yang tidak sesuai dengan fakta
yang ada. Dalam sebuah keterampilan tentu tidak hanya keterampilan komunikasi saja yang
harus dimiliki melain keterampilan dalam menjaga sikap agar tidak terhindar dalam perbuatan
yang tidak baik, dalam hal itu sebenarnya lebih tepatnya merupakan usaha untuk menaklukkan
hati agar tidak terhindar dari perbuatan dosa yang membuat kita wartawan memberikan suatu
berita yang tidak sesuai dengan fakta yang ada. Keterampilan komunikasi ini menjawab antara
wartawan dengan narasumber dengan komunikasi yang efektif dan efisien sehingga tidak
terjadi kerancuan saat wartawan menaikkan sebuah berita. Tarmizi juga menjelaskan bahwa
yang terjadi dilapangan saat ini bisa saja berubah dan tidak sesuai dengan apa yang kita
fikirkan, narasumber yang memiliki kasus pembunuhan tentu sangat berbeda dengan
narasumber yang mempunyai sebuah prestasi untuk diangkat menjadi sebuah berita, begitupun
selanjutnya dalam kasus korupsi pejabat, tidak jarang kita mendapatkan sebuah penolakan saat
ingin menggali sebuah informasi ada saja hal yang narasumber tutupi sehingga kita wartawan
sulit untuk mendapati sebuah informasi tersebut. Hal ini semua menjadi daya tarik bagi seorang
wartawan karena dalam keadaan apapun wartawan harus tetap mendapatkan informasi
meskipun narasumber tidak ingin berkomentar dan adanya keterampilan komunikasi
membantu memikat narasumber untuk mampu berhubungan baik dengan wartawan.
Strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.
Komunikasi merupakan suatu transaksi, proses VI simbiolik yang menghendaki orang-orang
mengatur lingkungannya dengan (1) membangun I antar sesama manusia. (2) Melalui
pertukaran informasi. (3) untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain serta (4)
berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu.2 Dalam strategi komunikasi berarti komunikasi
sebagai acuan yang harus kita gunakan agar komunikasi dapat berjalan dengan lancar,
penggunaan kounikasi memang sebagai penentu dalam menjalan sebuah strategi, bagaimana
dalam menghadapi komunikasi antar pribadi kelompok semua harus kita persiapkan. Saat
menggali informasi dari narasumber tentu saja bukanlah suatu hal yang mudah, ada beberapa
masalah yang timbul saat menggali informasi. Dan masalah- masalah tersebut biasanya lebih
bersifat pribadi. Tidak semua orang merasa bebas untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan
yang sifatnya sangat pribadi. Banyak diantaranya wartawan merasa berat untuk memasuki
masalah-masalah seperti itu. Bahkan bagi seorang wartawan yang sudah berpengalaman pun
ia masih membutuhkan waktu agak lama ketika ingin bertanya kepada seorang ibu yang sedang
berduka karena anaknya meninggal dalam satu tragedi beberapa hari menjelang
perkawinannya. Akan tetapi, jika wartawan itu mampu memilih waktu yang tepat, bertanya
dengan penuh perasaan, seolah-olah ikut merasakan apa yang dirasakan dalam suasana duka
yang sedang dialami sumber berita, maka sumber itupun pada umumnya akan menjawab dan
berterus terang, mengemukakan apa adanya sesuai dengan apa yang ia rasakan. Dalam hal ini
seorang wartawan, Maren Bingham dalam buku karya Hikmat Kusuma Ningrat dan Purnama
Ningrat menyarankan: “Untuk bisa duduk lebih rileks, mulailah bertanya tentang masalah-
masalah yang lebih umum, berprilaku simpatik, serta membangun hubungan yang lebih
personal, tanpa harus memperlihatkan booknote atau tape recorder”.
Dari pernyataan tersebut dapat disimpukan bahwa untuk memulai suatu wawancara haruslah
memulai dengan suasana yang rileks, kemudian memberikan pertanyaan-pertanyaan yang
umum dan tidak lupa membangun hubungan yang lebih personal, agar mempermudah
wartawan dalam menggali sebuah informasi yang ada dan tidak akan terjadi hal misalnya saja,
narasumber yang tidak ingin diwawancarai atau narasumber yang tidak ingin disebutkan
namanya dan itu semua tentu merupakan hak dari setiap narasumber. Namun perlu digaris
bawahi bahwa, kita sebagai wartawan dituntut untuk melaporkan suatu peritiwa atau kejadian
yang dianggap penting untuk diketahui oleh khalayak dan harus diberitakan, dan ini menjadi
tugas baru disamping menggali informasi, wartawan juga harus mempunyai strategi dalam
menggali informasi pada narasumber yang tidak ingin diwawancarai serta dalam hal ini selain
peristiwa atau fakta yang terjadi, narasumber merupakan faktor penting bagi tersusunnya suatu
informasi.
Dalam buku karya Luwi Ishwara, Barbara Walsh, wartawati Laurence (Mass,) Eagle Tribunce
menyatakan bahwa ia berbulan-bulan berusaha untuk mewawancarai seorang narapidana
William R. Hartono Jr. yang dihukum karena pembunuhan. Akhirnya pengacara Hartono
memberinya izin dan Walsh pun pergi kepenjara bertemu dengan Hartono. Di sinilah wartawati
itu mendaat pelajaran yang pahit. Hartono sedang menjalani dua hukuman seumur hidup
ditambah 85 tahun penjara Massa chusetts karena membunuh seorang karyawan pompa bensin.
Ia juga melakukan kejahatan lain ketika sedang cuti di luar penjara. Pada waktu itu Harton
memasuki sebuah rumah di Maryland, berulang-ulang menusuk pemilik rumah dan memerkosa
tunangannya dua kali. Walsh dating kepenjara dan mewawancarai Harton melalui sebuah
jendela yang memisahkan mereka. Pertanyaan pertama yang dilontarkan wartawati ini adalah
sebuah serangan. “Buset, bagaimana kamu bias keluar cuti?” kata Walsh. “Serangan” itu
membut Harton ingin membatalkan wawancara tersebut. (Di kemudian hari, Walsh
mengatakan bahwa “serangan” tersebut merupakan tindakan yang paling bodoh yang pernah
ia lakukan.) Namun, Walsh kemudian berusaha menyelamatkan wawancara ini dengan
mengalihkan kepada hal yang ingin didiskusikannya. “Saya bertanya padanya, “Apa yang
Anda ingin katakana pada saya?” dan diaberkata,
VI “Saya bukan monster.Kalian (pers) telah
mencap saya sebagai monster,” kata Harton. II
Wawancara ini akhirnya bisa berlanjut sampai dua jam, dan pada akhirnya Walsh memang
kembali pada pertanyaan-pertanyaan yang keras yang ingin diajukannya kepada Harton.
Tulisan Walsh mengenai program cuti dari penjara di Massa chusetts ini menangkan Hadiah
Pulitzer 1998. Dalam wawancara ini Walsh telah mendapat pelajaan yang berharga dalam
teknik wawancara: Simpanlah pertanyaan-pertanyaan keras untuk yang terakhir.
Dalam peliputan dipenjara, Walsh tetap mengajukan pertanyaan-pertanyaan keras, tetapi ia
megajukannya pada akhir wawancara. “Saya telah belajar untuk benar-benar pelan dan sabar,
“ katanya. “Saya lebih cenderung membiarkan orang untuk bicara lebih lama. Anda mungkin
tidak akan menggunakan semua informasi yang anda dapat, tetapi anda bias melukai perasaan
mereka bila terburu-buru.
Walsh mengatakan kunci menuju wawancara yang baik adalah mendengarkan dengan
baik.“Dalam wawancara ini, jika anda tulus dan sabar tahu bahwa anda mempunyai rasa
empati, mereka akan berbicara. Sebagian besar dari keterampilan hanyalah sifat terbuka bagi
apa yang ingin mereka katakan.
Mike Fancherdari Seattle Times dalam buku karya Luwi Ishwara mengatakan bahwa
“Wawancara yang baik adalah wartawan harus memungkinkan sumber untuk mengatakan apa
yang sebenarnya dipikikan dari pada harus memikirkan apa yang harus dikatakan”.5 Tiap
pewawancara tentu mempunyai gaya tersendiri dalam berwawancara. Demikian pula dengan
tiap orang yang diwawancara tidak ada yang sama. Karena itu pewawancara harus
mengebangkan berbagai kemampuan pribadinya agar wawancara yang dilakukan dapat
berhasil wawancara bukanlah sesuatu yang kita pelajari dan kemudian kita terapkan dengan
begitu saja wawancara adalah suatu proses tertentu yang mengharuskan kita dalam
penyesesuaian terus- menerus. Karena itu cara terbaik untuk belajar wawancara adalah dengan
cara mewawancarai diri sendiri.
Dan dalam buku karya Hikmat Kusuma Ningrat dan Purnama Ningrat berkenaan dengan
kekhususan dalam mengungkap masalah-masalah yang lebih bersifat pribadi, Bingham dan
Dillon memberikan beberapa petunujuk praktis seperti:
Memang tidak ada ketentuan yang mengharusan wartawan untuk memperlihatkan atau
menginformasikan tulisannya kepada sumber sebelum dipublikasikan. Salah satu alasannya
adalah karena orang cenderung ingin mengedit kembali pertanyaan-pertanyaan yang pernah ia
sampaikan sebelumnya ketika melihat nya dalam bentuk tulisan. Karena itu, menghindari
adanya informasi yang hilang atau menjadi kabur, telaah kembali catatan-catatan segera setelah
wawancara itu selesai. Atau jika pada proses penulisan berita ditemukan hal-hal yang kurang
jelas berkenaan dengan hasil wawancaranya, maka sedapat mungkin hubungi kembali sumber
berita cukup lewat telepon untuk mendapatkan penjelasan lebih lanjut atau pun informasi
tambahan.
X
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
XI
DAFTAR PUSTAKA
Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998.
XI
I