ABSTRAK
Indonesia telah memasuki era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sejak
akhir tahun 2015. Dampak pemberlakuan MEA tentu dirasakan oleh
profesi Public Relations (PR) di Indonesia. Kualitas profesionalisme
sumber daya manusia PR menjadi aspek utama untuk dapat bersaing di era
pasar persaingan terbuka ini. Berdasarkan data yang diperoleh dari para
narasumber yang merupakan PR profesional di Indonesia, PR di Indonesia
saat ini masih memiliki keterbatasan, diantaranya adalah; bahasa, belum
menjadi salah satu profesi yang tergabung dalam Mutual Recognition
Agreement (MRA), kurangnya mentalitas untuk go international, dsb.
Peran untuk meningkatkan profesionalisme PR di Indonesia secara aktif
dilakukan oleh salah satu organisasi profesi PR di Indonesia, yaitu
Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (PERHUMAS). Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana aktivitas PERHUMAS
dalam meningkatkan profesionalisme anggotanya yang terdiri atas aspek
skill atau kemampuan, kesadaran kode etik, tanggung jawab profesi,
integritas pribadi, jiwa pengabdian, otonomisasi organisasi profesional, dan
penerimaan keanggotaan PERHUMAS dalam menghadapi MEA. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan data
kualitatif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa PERHUMAS
Indonesia telah melakukan perannya sesuai dengan fungsinya sebagai
organisasi profesi dengan menjalankan sejumlah aktivitas untuk
meningkatkan profesionalisme anggotanya yang terdiri dari aspek skill atau
kemampuan, kesadaran kode etik, tanggung jawab profesi, integritas
pribadi, jiwa pengabdian, otonomisasi organisasi profesional, dan
penerimaan keanggotaan PERHUMAS dalam menghadapi era MEA,
walaupun dampaknya belum dirasakan secara maksimal dikarenakan
kebutuhan industri PR yang beragam.
Kata kunci: Profesionalisme PR, Public Relations, PERHUMAS
Indonesia, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
ABSTRACT
Indonesia has entered the ASEAN Economic Community (AEC) since the end of
2015. The impact of the implementation of AEC is certainly felt by Public
Relations (PR) officers in Indonesia. The quality of PR professionalism becomes
the key aspects to compete in this free trade area. Based on the data obtained
from the key informants who are known as the PR professional in Indonesia, they
said that PR in Indonesia still have many boundaries; one of them are the lack of
English skill, has not incorporated with the Mutual Recognition Agreement
(MRA), lack of ‘go international’ mentality, etc. Therefore, the improvement of
PR professionalism quality is actively carried out by one of the PR professional
organization in Indonesia, which is Perhimpunan Hubungan Masyarakat
Indonesia (PERHUMAS). The purpose of this research is to determine the activity
of PERHUMAS Indonesia to enhance the professionalism of its members, which
consists of skill or competence, code of ethics, responsibility and integrity, self-
dedication, professional organization autonomy, and membership recruitment in
facing ASEAN Economic Community (AEC). The method used in this research
was descriptive method with qualitative data. The output of this research shows
that PERHUMAS Indonesia has done its role as a professional organization of
PR – PERHUMAS Indonesia has conducted specific programs to enhance its
member’s professionalism in several aspects, which are skill or competence,
professional organization autonomy, and membership recruitment in facing
ASEAN Economic Community, although the impacts haven’t been felt due to the
different needs in each of the PR industries.
nasional kehumasan di Indonesia dan pada “In my view, karena need set-nya
berbeda-beda, kalau saya
International Public Relation Association
kebetulan di industi forestry, ada
(IPRA) yang berkedudukan di London. industry farmasi, ada industri
banking, kalau untuk bersaing
Tujuan didirikannya organisasi profesi
saya rasa sih mungkin dari teman-
PERHUMAS adalah untuk meningkatkan teman anggota PERHUMAS yang
berbasis MNC (Multinational
keterampilan profesional, memperluas dan
Company) mungkin lebih ready
memperdalam pengetahuan, dibandingkan dengan teman-teman
yang National Old Company,
meningkatkan kontak dan pertukaran
ataupun even di government sector
pengalaman antara anggota serta sendiri mungkin agak sulit
bersaing.”4
berhubungan dengan organisasi serumpun
di dalam dan luar negeri. Dilansir bahwa
Berkaca kepada data dan opini dari
praktisi profesi kehumasan harus memiliki
beberapa PR profesional Indonesia diatas,
tanggung jawab bersama untuk terus
dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa PR
mengeksistensikan fungsi dan peran
masih perlu untuk terus meningkatkan
organisasi PERHUMAS dalam
kualitas profesionalismenya.
meningkatkan kualitas pelaksanaan
PERHUMAS Indonesia sebagai
kehumasan di Indonesia. (PERHUMAS,
organisasi profesi PR tertua di Indonesia
2016)
diharapkan dapat menjadi salah satu
Melihat fungsi dan tujuan
jawaban atau solusi bagi para praktisi PR
PERHUMAS tersebut, PERHUMAS
untuk meningkatkan kualitasnya agar siap
secara aktif bergerak untuk
menghadapi tantangan MEA. Dalam hal
mengembangkan serta meningkatkan
ini, PERHUMAS Indonesia mengatakan
kompetensi PR di Indonesia. Pasalnya,
bahwa sejumlah program telah
Agung Laksamana selaku Ketua Umum
dilakukannya untuk meningkatkan
PERHUMAS Indonesia periode 2014-
profesionalisme PR.
2017 menilai bahwa praktisi PR yang
Menurut pandangan peneliti,
berada di industri swasta akan lebih siap
masalah ini dapat dikaji dengan
bersaing dibandingkan praktisi PR yang
menggunakan konsep Ciri – Ciri Public
berada di industri pemerintahan. Oleh
Relations Professional sebagai acuan
karena itu, perbaikan kualitas PR juga
terhadap kualifikasi profesi PR yang
harus digalakkan sesuai dengan kebutuhan
dibutuhkan untuk menghadapi era MEA
di industrinya masing-masing. Berikut
tersebut. Konsep ini diungkapkan oleh
pernyataan beliau:
memaknai skill atau kemampuan sebagai internasional sampai saat ini. Konsep
salah satu tombak kesuksesan praktisi PR Rosady Ruslan (2004:52) ini lebih lanjut
menghadapi MEA. John Daniel Rembeth memaparkan bahwa PR harus
selaku Ketua bidang Keanggotaan dan meningkatkan skill atau kemampuan
pelatihan PERHUMAS berpendapat skill mereka dari berbagai lini, yaitu bisa saja
atau kemampuan adalah hal yang paling dari pendidikan yang terus diraihnya, atau
krusial untuk harus terus ditingkatkan. PR pun melalui pelatihan-pelatihan yang
harus terus belajar dan menambah diikutinya. Maka dari itu, PERHUMAS
pengetahuan. Ia berkata bahwa sebagai organisasi profesi mempunyai
kompetensi erat hubungannya dengan tujuan untuk mengembangkan kompetensi
praktik kerja PR; sedangkan skill lebih PR di Indonesia khususnya dibidang skill
mengarah kepada bidang ke-ilmu-an. dengan melakukan sejumlah aktivitas-
Beliau menekankan bahwa PR harus terus aktivitas yang berupa pelatihan, seminar,
menambah ilmu dan mengasah gathering, workshop, dsb.
kemampuan kerjanya menjadi lebih baik Menurut Rosady Ruslan (2004:51)
agar siap menghadapi Masyarakat menjelaskan bahwa seorang profesional
Ekonomi ASEAN (MEA). adalah orang yang melakukan suatu
Sama halnya dengan Dian pekerjaan purnawaktu dan hidup dari
Anggraeni Umar, sebagai Anggota Bidang pekerjaan itu dengan keahlian tinggi.
Kerja Sama PERHUMAS, ia memaknai Dalam konteks ini, peneliti menggaris
skill atau kemampuan sebagai kemampuan bawahi ‘keahlian tinggi’ yang disebutkan
praktisi humas itu sendiri dalam bersaing oleh Rosady Ruslan. Sejalan dengan yang
yang sesuai dengan standar internasional. peneliti temukan di lapangan, untuk
Artinya para praktisi humas dalam era ini mencapai ‘keahlian tinggi’ yang dimaksud
secara kemampuan harus dapat memenuhi oleh Rosady Ruslan tersebut, humas harus
standar internasional, bukan hanya terus meningkatkan skill atau
sekedar standar nasional. Namun, jika kemampuannya dalam ber-PR.
berkaca kepada pendapat para PR Agung Laksamana selaku Ketua
profesional di Indonesia yang menjadi PERHUMAS Indonesia periode
narasumber peneliti dalam kajian ini, kepengurusan 2014-2017, mengatakan
mereka menyatakan bahwa tidak semua bahwa peningkatan kualitas PR menuntut
praktisi PR sudah memiliki skill atau kesamaan pandangan dan kerjasama bahu-
kemampuan yang mencapai standar membahu antara pemerintah, pengusaha,
dan segenap pemangku kepentingan lain, Tabel 4.1 Analisis SWOT PR pada
termasuk di dalamnya organisasi profesi era MEA
seperti PERHUMAS. Namun, sebelum
peneliti masuk lebih jauh dan
memaparkan skill apa dan bagaimana
yang harus dimiliki oleh praktisi PR saat
ini; mari melihat kepada kesiapan PR
menghadapi MEA saat ini.
Peneliti menemukan fakta di
lapangan bahwa memang benar kondisi
PR termasuk di dalamnya anggota
PERHUMAS masih harus terus
meningkatkan skill atau kemampuannya
menghadapi MEA. Fakta ini peneliti
dapatkan melalui hasil wawancara dengan
para narasumber yaitu, BPP PERHUMAS
Indonesia, yang berkata bahwa ternyata Pada era MEA ini profesi PR
tidak semua PR telah siap menghadapi era menjadi profesi yang amat kompleks
yang bekerja di humas pemerintahan dan selalu dapat beradaptasi dalam era ini. Ia
di industri lokal cenderung belum siap menyebutkan bahwa skill set yang
sharing-sharing internal yang dilakukan content creator (pencipta konten). Hal ini
serta banyak keluhan yang diterima oleh dilihat seiring majunya perkembangan
pengurus pusat mengenai kondisi mereka dunia digital saat ini. PR dituntut untuk
bermain dengan waktu. Saat ini seperti program yang berupa: seminar
yang kita ketahui, sistem informasi sudah (PERHUMAS Roadshow to Campus,
berjalan begitu cepat, semua dapat diakses Coffee Morning, Sharing Best Practice,
in a real time. It’s rapid and unstoppable, Breakfast Forum), workshops, audiensi,
that’s why PR needs to be fully aware and konvensi nasional humas, internal
capable (both in skill and ethics) to gathering terhitung sejak PERHUMAS
overcome this challenge. mulai concern terhadap adanya isu MEA
Selanjutnya, peneliti menemukan di akhir tahun 2014 menjelang awal tahun
beberapa skill atau kemampuan yang juga 2015. Program-program tersebut
harus dimiliki oleh PR dalam menghadapi dilakukan dengan tujuan agar anggotanya
MEA ini, diantaranya adalah: kemampuan dapat siap bersaing menghadapi MEA.
untuk melakukan RACE (Research, Setiap program-program yang dilakukan
Action, Communication, Evaluation) dan oleh PERHUMAS dapat dilihat di
kemampuan PR untuk dapat memahami pemaparan hasil penelitian. PERHUMAS
mengenai bisnis dan financial. Menurut meyakini bahwa aktivitas yang selama ini
Dian Anggraeni Umar, PR harus dijalankan oleh PERHUMAS belum
meningkatkan skill nya dalam melakukan mencapai titik kepuasan para
riset PR. Beliau berkata bahwa banyak PR pengurusnya. BPP PERHUMAS melihat
yang dalam pekerjaannya melewati bahwa profesi PR akan terus berevolusi,
tahapan-tahapan penting yang seharusnya oleh karena itu PERHUMAS juga tidak
dilakukan oleh PR tersebut, yaitu riset. akan berhenti dalam menjalankan
Padahal beliau melihat justru tahapan riset fungsinya sebagai organisasi profesi yang
dan evaluasi mempunyai peranan penting turut mengembangkan kemapuan
dalam setiap pelaksanaan programnya. anggotanya.
Berkaca kepada kondisi diatas, hal-hal Rosady Ruslan (2004:52)
yang dilakukan PERHUMAS untuk menyebutkan secara umum salah satu ciri-
meningkatkan profesionalisme khususnya ciri PR professional adalah memiliki kode
dalam komponen skill atau kemampuan etik yang merupakan standar moral bagi
anggotanya, rutin dilakukan oleh setiap profesi yang dituangkan secara
organisasi profesi tersebut. formal, tertulis, dan normatif, dalam suatu
menyelenggarakan kurang lebih 100 “kode etik,” yang merupakan standar atau
komitmen moral kode perilaku (code of
menyebutkan bahwa kode etik adalah memiliki etika PR, hal tersebut adalah
pelaksanaan tugas dan kewajiban selaku matang dan benar. Pertimbangan yang
by profession dan by function. Melalui benar dan matang tersebut salah satunya
atau kode perilaku (code of conduct) yang bahwa etika PR dibutuhkan untuk
Rosady Ruslan diatas, diartikan oleh para publiknya. Sehingga, beliau memaparkan
komitmen untuk dapat mensinergikan diri kepercayaan, yaitu low trust – high cost –
PR dengan publiknya dan tidak semata- low speed dan high trust – low cost – high
mata hanya mementingkan kepentingan speed. Dalam hal ini, terlihat acuan
perusahaan. Di samping itu, seorang PR utamannya adalah trust yang hanya bisa
profesional harus mampu bekerja atau diraih apabila PR memiliki dan menjalani
tindakan yang secara konkrit dilakukan menjaga martabat serta nama baik bangsa
apabila menyalahi kode etik praktik PR di dan negaranya. Senada dengan konsep
Indonesia. Peneliti menemukan fakta yang dikemukakan oleh Rosady Ruslan
bahwa, walaupun PERHUMAS tidak (20014:52) mengenai integritas dan
mempunyai program khusus untuk tanggung jawab, PERHUMAS
meningkatkan kesadaran kode etik menyatakan bahwa komponen ini
anggotanya, namun PERHUMAS yakin menjadi hal yang amat penting untuk
bahwa anggota memahami betul perihal dimiliki oleh PR. PERHUMAS melihat,
landasan berprilaku sebagai humas kemampuan PR atau anggotanya untuk
tersebut. Pasalnya, narasumber memiliki integritas dan tanggung jawab
menceritakan bahwa sejauh ini, anggota terhadap publik, klien, pimpinan,
PERHUMAS masih berada di koridor organisasi perusahaan, penggunaan media
yang tepat. Agung Laksamana umum/massa hingga menjaga martabat
memaparkan bahwa ia belum menerima serta kepada bangsa Indonesia merupakan
adanya complain sampai sejauh ini. Beliau modal dasar yang harus dimiliki oleh PR
berkata, “saat ini belum ada complain. I’m dalam berprofesi.
sure they were okay.” Tutur Ketua PERHUMAS memaknai tanggung
PERHUMAS Indonesia. Dian Anggraeni jawab profesi dan integritas pribadi,
Umar dalam wawancaranya juga berkata sebagai hal yang tidak jauh berbeda
bahwa ia yakin anggota PERHUMAS dengan komponen yang sebelumnya di
paham betul mengenai kesadaran kode bahas pada bab ini, yaitu kode etik PR.
etik, sehingga beliau yakin anggota Para narasumber menganggap bahwa
PERHUMAS berada di koridor yang integritas pribadi dan tanggung jawab
tepat. pribadi merupakan buah yang dihasilkan
Menurut Rosady Ruslan (2004:52) apabila PR mengerti betul serta paham
komponen ketiga yang harus dimiliki oleh secara knowledge fungsi dan peran
PR profesional adalah tanggung jawab seorang humas. Menurut Kamus Besar
profesi (responsibility) dan integritas Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian
pribadi (integrity) yang tinggi baik integritas adalah mutu, sifat, dan keadaan
terhadap dirinya sebagai penyandang yang menggambarkan kesatuan yang utuh,
profesi PR, maupun terhadap publik, sehingga memiliki potensi dan
klien, pimpinan, organisasi perusahaan, kemampuan memancarkan kewibawaan
penggunaan media umum/massa hingga dan kejujuran. Hal ini sejalan dengan
serta sekaligus dapat bekerja sama dengan informasi, pengetahuan, dan membangun
pihak- pihak terkait, dapat dipercaya rasa solidaritas sesama rekan anggota.
dalam menjalankan operasional, peran, PERHUMAS menyebutkan bahwa banyak
dan fungsinya. keuntungan yang didapatkan oleh PR
Menurut Rosady Ruslan (2004:53) apabila tergabung dalam organisasi ini.
menjadi anggota salah satu organisasi Anggia menjelaskan bahwa anggota
profesi sebagai wadah untuk menjaga mendapatkan diskon dalam setiap
eksistensi, mempertahankan kehormatan, program-program yang diselenggarakan
dan menertibkan perilaku standar profesi oleh PERHUMAS. Selain dapat
sebagai tolak ukur itu agar tidak menambah ilmu, networking, bertukar
dilanggar. Selain organisasi profesi experience dengan parktisi humas yang
sebagai tempat berkumpul, fungsi lainnya sudah berpengalaman, anggota juga dapat
adalah sebagai wacana komunikasi untuk mengakses langsung topkarir.com yang
saling menukar informasi, pengetahuan, merupakan bentuk kerjasama
dan membangun rasa solidaritas sesama PERHUMAS dengan sebuah organisasi
rekan anggota. Sejalan dengan konsep pencarian karier.
yang diungkapkan oleh Rosady Ruslan Sampai sejauh ini, jumlah
(2004:53), PERHUMAS melihat bahwa keanggotaan PERHUMAS Indonesia
penting sekali bagi PR untuk tergabung di berjumlah 800-1000 orang. Jumlah
dalam keanggotaan organisasi profesi. tepatnya sampai saat ini belum dapat
PERHUMAS juga melihat bahwa dengan dipastikan oleh pihak PERHUMAS,
tergabungnya PR dalam keanggotaan pasalnya terdapat beberapa anggota yang
PERHUMAS maka hal itu dapat belum memperpanjang masa
meningkatkan eksistensi PR tersebut – PR keanggotaannya. Melihat jumlah
akan lebih diakui dan terjamin mutu serta keanggotaan PERHUMAS saat ini,
kualitasnya diantara para pesaingnya; PERHUMAS menyebutkan bahwa upaya-
khususnya dalam persaingan pasar era upaya meningkatkan jumlah keanggotaan
terbuka saat ini. Berkaca kepada konsep masih terus dilakukan. Ketua bidang
yang diungkapkan oleh Rosady Ruslan Keanggotaan dan Pelatihan John Daniel
(2004:53), dikatakan bahwa organisasi Rembeth merupakan pihak yang
profesi juga merupakan tempat berkumpul membawahi program recruitment anggota
yang berfungsi sebagai wacana baru di PERHUMAS tersebut. Beliau
komunikasi untuk saling menukar
&id=7911